Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Amulet (Tamat)

Bab 17

Jason berbaring di tempat tidurnya, membiarkan pikirannya hanyut. Dia benar tentang ibunya. Dia marah besar, dan menghukumnya tak boleh keluar rumah selama dua minggu. Entah kapan, ibunya mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan bahwa ia mendapat telepon. Ketika ia bertanya siapa itu dan dia mengatakan bahwa itu adalah Danny, ia menolak untuk bangun dan menerimanya. Ia mendengar telepon berdering beberapa kali lagi, tapi ibunya tidak bertanya padanya lagi.

Dia mengeluarkan amulet keluar dan memutar-mutar dijarinya, menonton pusaran warna didalamnya. Dia tak bisa memikirkan alasan apapun untuk menyalahkan masalah yang dihadapnya pada sepotong batu yang ada di tangannya, tapi tampaknya dimulai bersamaan saat Malchediel memberikan padanya. Mungkin akan lebih baik untuk jadi tetap bodoh, tak tahu yang sebenarnya tentang Danny, atau tentang perasaan yang sebenarnya pada Sam.

Dia menolak untuk mempercayainya, terutama tentang Sam. Perasaan saat ia melihat dia tidur dan setelah membuat pikirannya terbuka olehnya - dia tak akan menukarnya dengan apapun. Jika semua rasa sakit hati yang sekarang ia rasakan adalah bayaran untuk itu, itu layak diterima.

Dia merasa kantuk datang padanya. Dia berjuang untuk menjauh, tapi itu seolah-olah ia ditarik ke dalam tidurnya.

Dia kembali di padang rumput. Saat ini Ambriel sudah ada di sana ketika ia tiba, dan dia sudah duduk di pangkuannya, amulet mereka bersatu lagi.

"Halo Ambriel."

"Waktu kita singkat Jason. Aku datang untuk mempersiapkanmu."

"Mempersiapkan aku untuk apa?"

"Ujianmu tiba malam ini, ditepi air."

"Kupikir aku belum siap."

"Pemandumu sedang dalam perjalanan untuk menerangi jalanmu, tapi kau harus mengikuti jalan itu sendirian."

"Apa yang harus kulakukan?"

"Kau adalah seorang pelindung, Jason. kau selalu begitu."

"Aku nggak paham."

"Kau akan paham. Tapi sekarang kau harus buru-buru kembali. Ada sesuatu yang penting yang harus kau lihat" Dia meraih dan menarik amulet terpisah.

Dia terbangun dengan terkejut, dan menatap langit-langit kamar tidurnya dalam cahaya senja yang redup. Ia mendengar diluar suara pintu mobil ditutup, dan kemudian sekali lagi.

Ada sesuatu yang penting yang harus kau lihat.

Dia melompat dari tempat tidur dan pergi menuju ke jendela. Dia melihat Mustang kuning berjalan keluar dari depan rumah Sam, dan bergerak masuk ke jalan.

Bahunya merosot. Persetan. Dia terbangun hanya untuk melihat itu?
 
Bab 18

Melihat Sam pergi dengan Danny menghancurkan setiap perasaan positif yang ia dapat ketika bertemu Ambriel barusan. Dia mencoba untuk menjauhkan pikiran tentang apa yang akan mereka lakukan. Danny jelas sudah bisa mengatasi ketidaksukaan Sam terhadapnya, dan sekarang ia bertanya-tanya pesona apa lagi akan dia berikan padanya. Atau yang dia keluarkan. Dia berpikir untuk pergi keluar mencari mereka, menggunakan amulet untuk membuatnya impas antara dia dan Danny. Apakah itu ujian yang Ambriel sudah bicarakan? Apakah ia dianggap gagal jika sekarang hanya berbaring di sini tidak melakukan apapun?

Ia telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tak bisa berbaring di sini lebih lama lagi, ketika ia mendengar ketukan di pintunya.

"Jason?" Itu ibunya.

"Ya?"

"Apakah kau berpakaian?"

Dia menatap ke bawah. Dia memakai jeans dan t-shirt. Ibunya telah bergegas mengganti pakaiannya yang berdarah ketika mereka sampai di rumah.

"Ya. Kenapa?"

"kau ada tamu."

Dia bangkit, pergi ke pintu, dan membukanya.

"Donna?" Katanya, ekspresi terkejut tampak jelas di wajahnya.

"Hi Jason," katanya, "Bisa nggak kita bicara?"

Reaksi pertama adalah untuk mengatakan tidak, tapi ia ingat.

Pemandumu sedang dalam perjalanan untuk menerangi jalanmu.

"Uh ... Tentu. Ma, apa boleh kalau kita bicara di sini? Aku akan biarkan pintunya terbuka."

Ibunya memandang dengan ragu-ragu.

"Ini benar-benar penting Mrs. Ramsey," tambah Donna.

"Ok," kata ibunya, "tapi pintu tetap terbuka." Dia meninggalkan mereka dan pergi menuruni tangga.

Donna masuk ke kamarnya, dan duduk di ujung tempat tidur. Jason mengambil tempat lebih jauh, dan berkata, "Apa yang kau ingin bicarakan?"

"Jason, katakan padaku apa yang Becky bilang padamu."

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Karena kupikir dia bohong padamu."

"Dia nggak berbohong padaku. Aku sudah bilang itu padamu."

"Katakan saja. Kumohon?"

Dia mengambil napas. Apa salahnya? "Dia bilang dia dan Danny terlibat hubungan dan sudah melakukannya dalam waktu yang cukup lama."

"Jason, itu nggak benar."

"Nggak."

"Benar. Dia sudah mengejar Danny sejak dia tiba di sekolah dua tahun lalu. Tapi Danny nggak pernah mau menerimanya."

"Kau salah."

Donna meneruskan seolah-olah Jason tidak bicara. "Dan alasan Danny nggak menerimanya karena kamu. Dia tahu kau punya perasaan padanya."

Jason mendengus.

"Ingat ketika aku tanya padamu kenapa dia nggak pernah mau bicara denganmu?"

"Ya."

"Itulah alasan kenapa dia nggak pernah melakukannya. Karena Becky melihatmu sebagai alasan kenapa dia nggak pernah bisa mendekati Danny. Dia membencimu untuk alasan itu Jason."

"Gimana kau tahu ini?"

"Karena aku pernah dengar dia bicara. Yang dibicarakan adalah tentang Danny terus. Becky ingin apa yang ia bisa berikan padanya."

"Maksudmu seks?"

"Nggak, bukan seks. Pikirkan gambaran yang lebih besar Jason. Pikirkan gimana Danny lima tahun kedepan."

"Sangat sukses dan sangat kaya?"

"Tepat. Itulah yang dia inginkan. Dan kau berdiri menghadang jalannya. Setidaknya kau penghalangnya sampai dia membisikkan kebohongan di telingamu, dan membuatmu marah pada Danny. Jadi, menurut skema kecilnya, Danny nggak punya alasan lagi untuk menjauhinya."

"Tapi dia tahu rahasia tentang Danny, dan Danny pasti sudah bilang padanya. Satu rahasia yang hanya dia katakan pada seseorang yang dekat."

"Satu rahasia?"

"Ya."

"Maksudmu rahasia bahwa kau telah membantu Danny meningkatkan nilainya?

Jason menatapnya kaget. "Bagaimana kau tahu itu?"

"Robin Lobeaux sudah ngoceh di sekolah selama berminggu-minggu. Dia menghabiskan banyak waktu di sini, di rumahmu, benar kan?

"Robin," desah Jason. Mengapa ia tidak memikirkan tentang dia?

"Becky bilang bahwa Danny yang mengatakannya?"

"Ya."

"Aku bilang, dia pembohong."

"Dia nggak bohong tentang dia dan Danny yang terlibat hubungan."

"Tentu saja dia bohong."

"Nggak, dia nggak bohong. Aku lihat mereka berduaan."

"Berduaan? Apa maksudmu?"

"Mereka berduaan. Di tempat tidur."

Matanya terbelalak. "Kau lihat Danny dan Becky berhubungan seks?"

"Ya."

"Di mana?"

"Di kamar tidur Becky."

"Gimana caranya kau bisa lihat mereka di kamar Becky?"

Ia mendesah lagi. "Aku nggak bisa bilang, tapi percayalah, aku melihatnya."

"Kapan itu?"

"Tadi malam."

Donna menatapnya dengan penasaran. "Jam berapa?"

"Sekitar jam sembilan."

"Nggak mungkin," katanya datar.

"Tentu saja mungkin. Aku lihat mereka melakukannnya."

"Jason, Danny denganku tadi malam."

"Hah?"

"Dia sekonyong-konyong meneleponku kemarin sekitar jam lima, dan bilang ia ingin bicara. Dia datang rumahku sekitar jam setengah enam, dan kita ngobrol sampai jam dua pagi. Bayangkan. Kita ngobrol semalaman dan nggak sempat punya waktu buat bercinta."

"Mustahil."

"Aku pikir juga begitu, tapi aku sumpah, kita nggak berhubungan seks."

Dia tampak bingung, dan berkata, "Bukan itu, maksudku nggak mungkin Danny denganmu tadi malam."

"Kalau begitu kau harus kasih tahu aku dengan siapa aku bicara semalaman. Sebab kalau itu bukan Danny, dia pasti punya kembaran identik yang berkeliaran disana."

"Dia ada di sana. Aku lihat dia dan aku juga lihat mobilnya diparkir di depan rumahnya."

"Tunggu, kau lihat mobilnya?"

"Ya, diparkir tepat di luar rumah Becky."

"Jason, Danny nggak bawa mobilnya tadi malam. Gary meminjamnya."

"Gary?"

"Ya, si pecundang sialan itu sudah pinjam mobil Danny tiap saat. Terus bilang ini yang terakhir kalinya, tapi lalu datang lagi keesokan harinya dan pinjam lagi. Danny terlalu lembek, ia membiarkan dia meminjamnya."

"Gary?" Ulangnya. Dia mengingat kembali apa yang telah dilihatnya di kamar Becky. Dia melihat kaki Danny dan mendengar suaranya, tetapi mereka selalu berbisik-bisik. Karena berhalang pandangannya oleh Becky, dia tak pernah melihat wajah Danny.

Amuletmu selalu menunjukkan kebenaran, tapi kadang-kadang kau mungkin tidak melihatnya.

"Oh tuhan," katanya.

"Apa?"

"Berarti itu Gary yang aku lihat dengan Becky. Bagaimana aku bisa begitu bodoh?"

"Nah," katanya, terlihat lega. "Aku senang bahwa misterinya sudah terpecahkan."

"Ya Tuhan, bagaimana aku memperlakukan Danny. Betapa kacaunya aku."

"Danny sudah berusaha untuk meneleponmu seharian. nggak usah khawatir Jason, dia akan paham."

Dia tidak merasa terlalu yakin.

"Jadi kau bilang Gary dan Becky terlibat hubungan?"

"Ya," jawabnya, sambil memegangi kepalanya. Tapi ada sesuatu yang salah. Dia melupakan sesuatu yang penting.

"Biarpun aku nggak tahan sama si jalang itu, aku berharap Sam berhati-hati dengan psiko itu."

"Apa maksudmu?"

"Kau belum pernah dengar bahwa dia terlibat masalah tahun lalu?"

"Aku mendengar rumor, tapi nggak ada yang spesifik."

"Dia dan teman-temannya dituduh memperkosa beramai-ramai seorang cewek di kabin memancing ayahnya di Blue Lake. Satu-satunya alasan kenapa mereka nggak masuk penjara sebab cewek itu takut buat bersaksi."

"Oh my god."

"Ya, itu sangat mengerikan."

"Tidak tidak tidak tidak." Dia berbicara cepat.

"Ada apa sebenarnya?" Katanya, tampak khawatir.

"Apa Gary pinjam mobil Danny malam ini?"

"Ya, dia datang dan meminjamnya dua jam yang lalu."

"Oh my god!"

"Jason, kau membuatku takut."

"Tadi malam, ketika aku melihat Gary dan Becky, Gary bicara tentang Samantha, dan bagaimana ia ingin menidurinya. Bilang jika Sam nggak mau, dia akan memerkosanya."

"Di mana Samantha sekarang?"

"Dia pergi dengan Mustang Danny sejam yang lalu..."
 
Wadeh.. Ayo Jason.. Go and be a hero for Samantha.
 
Bab 19

Jason mencengkeram kemudi mobil dengan erat saat ia berbelok dari jalan raya utama menuju ke Blue Lake Road, memacu mesin setelah mobilnya lurus. Donna tak yakin persis di mana kabin itu, yang dia tahu adalah itu ada di di sisi seberang danau. Dia ingin ikut bersama Jason, tetapi ia mengatakan ia harus pergi sendirian. Akan lebih mudah untuk menggunakan amulet tanpa keberadaan dia.

Dia tidak minta ijin orang tuanya jika ia membawa mobil mereka. Dia sudah dihukum dan butuh terlalu banyak waktu untuk menjelaskannya. Setelah Donna pergi, dia menulis catatan pendek dan meninggalkannya di tempat tidurnya, menyelinap turun, mengambil kunci dari gantungan, dan menyelinap keluar dari pintu belakang.

Mereka mungkin tidak di kabin. Mereka mungkin saja masih di Brady Overlook sekarang, tangan Gary mengerayangi seluruh tubuh Sam, dan sekarang dia malah menuju ke arah yang salah.

Ujianmu tiba malam ini, ditepi air.

"Aku dalam perjalanan Sam," katanya dengan suara keras, berharap entah bagaimana caranya Sam bisa mendengarnya.

Mencapai sisi lain danau, ia terus mecari-cari mobil Danny. Sebagian besar Cottage berada di jalan sisi danau, tapi ia menoleh kepalanya bolak-balik, tak ingin melewatkan apapun.

Sepertinya ia sedang mengemudi lama sekali. Cottage demi cottage setelah dilewati, tapi tak ada Mustang. Dia mulai khawatir ia telah salah mengambil jalan. Hanya satu tambahan kekacauan dari daftar panjang kekacauannya. Maafkan aku Sam, aku...

Itu dia. Mobil itu diparkir jauh dari kabin dan dekat dengan pinggiran danau, dan ia hampir saja melewatkannya. Dia melaju lewat dan berbalik, menyetir kembali tanpa menyalakan lampu. Dia berhenti keluar dari jalan, tepat di belakang kabin. Dengan pelan-pelan membuka pintu, melangkah keluar, menutupnya tanpa suara, dan cepat melepas pakaian, melemparkan pakaiannya ke kursi melalui jendela yang terbuka. Dia memasang amulet di lehernya, dan menuju kabin.

Lampu di dalam menyala, dan dia melangkah ke teras, mencoba untuk bergerak secepat dan setenang mungkin. Ada sebuah jendela yang panjang yang membentang di sepanjang teras ke pintu, dan ia bisa melihat ke dalam. Jantung berpacu keras di dadanya, takut pada apa yang akan ia lihat, tapi ia merasa sangat lega ketika ia melihat Gary berdiri di bagian dapur kabin, sendirian.

Dia mengamati seluruh ruangan, tapi melihat ada tanda-tanda Sam. Ketakutannya melonjak lagi mengingat kemungkinan Gary mungkin sudah melakukannya, dan meninggalkannya di suatu tempat. Tapi dia melihat pintu terbuka di dinding belakang, yang jelas mengarah kamar tidur.

Menatap sekilas kearah Gary, yang mana sedang membungkuk dan melihat di dalam lemari es, Jason tidak ragu lagi. Dia melangkah ke pintu, membukanya dengan diam-diam sebisa mungkin, dan melangkah masuk. Itu tidak terlalu pelan, karena Gary berbalik dan berkata, "Aku sudah menunggu-" tapi berhenti ketika ia melihat ruang kosong. Ia tampak bingung sejenak, dan berkata, "Angin sialan." Dia berjalan ke pintu untuk menutupnya. Jason berpikir untuk menyerah dia, dengan menggunakan unsur kejutan, tapi ketika dipikir-pikir kemungkinannya kecil. Gary berbadan seperti Danny, dan mungkin memiliki pengalaman lebih banyak dalam berkelahi. Sebaliknya, ia mengambil kesempatan untuk berjalan cepat ke arah pintu kamar tidur. Dia harus menemukan Sam.

Ketika ia melangkah masuk, apa yang dilihatnya membuatnya dipenuhi dengan kemarahan. Sam berada di tempat tidur dengan bandana dilipat dan diikat di kepalanya, menutupi matanya. Tangannya diikat dengan lakban di atas kepalanya, dan banyak lakban lagi yang menempel ke bilah dari kepala tempat tidur. Kakinya yang telanjang juga diikat di pergelangan kakinya.

Pakaiannya masih utuh, namun bajunya robek di depan dan menggantung ke satu sisi yang memperlihatkan tali bra dan bagian atas bra yang menutupi payudaranya. Wajahnya dipenuhi ekspresi sedih, seolah-olah dia baru saja selesai menangis.

"Kau Ok di sana Botol Cola?" Teriak Gary dari ruang lainnya. "Jangan khawatir seksi, teman-temanku akan ada di sini segera dan kita akan segera dimulai party-nya." Dia diucapkan pihak sebagai 'par-TAY'.

Dia mulai menangis, dan mulutnya mengernyitkan menjadi ketat, bibir bawahnya menonjol. Isak tangis menguncang tubuhnya.

Jason pindah ke sisi lain tempat tidur, membungkuk di atasnya, dan tanpa berpikir, membelai sisi wajahnya. Kesalahan besar. Sam tersentak keras menghindar, mengeluarkan jeritan dan menarik tangannya dari ikatan. "Jangan sentuh aku!" Teriaknya. Dia cepat-cepat menarik tangannya pergi.

Gary muncul di pintu. "Ada apa sayang?"

"Jangan sentuh aku!" Teriaknya lagi.

Gary tertawa. "Jadi sedikit nggak sabar rupanya kita? Jangan khawatir seksi, nggak akan lama sebelum aku menyentuhmu" Dia berbalik dan berjalan kembali ke ruang lainnya.

Dia pasti telah mendengar dia pergi, karena Sam rileks kembali ke tempat tidur, napasnya menjadi lebih lambat.

Jason harus mencoba sesuatu yang berbeda.

Dia membungkuk di tempat tidur. Berbisik, ia berkata, "Sam, ini Jason."

"Jason?" Katanya keras.

Gary muncul di pintu lagi. "Kau memanggil-manggil pacar kutu bukumu itu?" Dia tertawa. "Betapa manisnya. Tapi dia mungkin dirumah dengan ibunya sekarang" Sambil masih tertawa, ia meninggalkan pintu.

Jason mencoba lagi. "Sam, kau harus tenang," bisiknya pada dirinya.

"Jason?" Kali ini suaranya berupa bisikan.

"Ya, ini aku Sam. Aku di sini."

"Gimana kau bisa di sini?"

"Aku akan menjelaskannya nanti, tapi kau harus percaya padaku. Aku akan membawamu keluar dari sini."

"Apakah aku bermimpi tentangmu lagi?"

"Tidak Sam, aku benar-benar di sini. Aku akan menyentuh wajahmu sekarang, jangan takut."

Dia menjulurkan tangannya lagi, dan menyentuh pipinya. Dia menarik diri sedikit, tapi kemudian berhenti. Jason membelainya dengan lembut dan Sam menekan kembali kearah sentuhannya.

Dia mulai menangis dengan pelan.

Jason memindahkan posisinya, membawa wajahnya ke pipi Sam yang lain, dan menekannya, menempelkan wajahnya antara pipi dan tangannya.

"Ini memang kamu," katanya, masih menangis. "Oh Jason, aku sangat menyesal. Aku hanya pergi keluar dengan Gary sebab aku marah padamu."

Tawa muncul dari ambang pintu. Jason segera menarik diri.

"Botol Cola," kata Gary, "Semua tangisanmu memanggil-manggil pacarmu membuatku berpikir bahwa sudah kau nggak sabar lagi. Gimana kalau kau dan aku sedikit bersenang-senang dulu sebelum teman-temanku datang di sini?"

Sam memiringkan kepalanya, mencoba untuk mencari tahu di mana suara Gary berasal. Itu tidak masuk akal.

Gary duduk di tempat tidur, menyebabkan pegas ranjangnya berderit. Dia berusaha menggeliat menjauh dari suaranya.

Gary terkekeh. "Mau ke mana seksi? Bukankah kau ingin aku menghangatkanmu buat teman-temanku?" Tangan gary terjulur dan meletakkan tangannya di atas dadanya, memberikan remasan melalui blusnya.

"Tolong aku Jason," jeritnya, bercampur isakan dalam suaranya.

Sebuah tirai kemarahan jatuh atas pikiran Jason, dan semua pikiran yang waras menghilang. Dia melemparkan berat badan sepenuhnya dari seberang tempat tidur ke arah dada Gary, mendorong cowok besar itu terlempar dari kasur dan menabrak dinding.

Gary berbaring di sana tertegun saat Sam mulai menangis lagi. Jason bangkit dan berlari ke pintu, melesat melewatinya dan pergi ke arah dapur. Matanya mencari dengan panik di sekitar ruangan untuk mencari sesuatu yang ia cari. Dia membuka satu laci, dan satunya, dan akhirnya menemukannya di laci ketiga. Menarik keluar pisau steak dari baki, ia berbalik dan kembali ke tempat Sam.

Ketika ia masuk kamar tidur, Sam masih menangis, tapi Gary sedang duduk, menggelengkan kepala, mengatakan "Apa-apaan ini?" Dia mulai berdiri, menggunakan satu tangan memegangi tempat tidur untuk menyeimbangkan diri. Jason melemparkan tubuhnya kearah Gary lagi, dia tak menduga serangan itu dan membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding di atas kepala tempat tidur. Kali ini Gary jatuh benar-benar tak sadarkan diri.

"Aku di sini Sam," kata Jason, "waktunya untuk pergi."

Menempatkan pisau di bawah lakban yang mengikat tangannya ke tempat tidur, ia menekan ke atas, dan ketika ia yakin, ia menarik keatas dengan keras. Lakban terpisah, dan tangannya, yang masih terikat, turun ke dadanya.

"Apa yang terjadi Jason?" Katanya dengan nada ketakutan dalam suaranya.

"Kita segera pergi," katanya. Dia mencoba untuk memasukkan pisau itu di sakunya, tapi ternyata ia tak punya. Mengingat kembali ke film Tarzan dulu, ia menempatkan pisau di mulutnya dan menggigit di antara bibirnya, membungkuk dan mengangkat tubuh Sam dalam pelukannya.

Dia tak percaya bagaimana entengnya Sam terasa saat ia membawanya keluar dari kamar tidur dan berjalan menyeberangi ruangan ke pintu. Dua langkah di teras, menuruni tangga, dan berpaling ke arah mobil. Mencapai sisi penumpang, dia menurunkan Sam dengan kaki yang masih terikat, dan menjaga seimbangnya saat ia membuka pintu. Dia membimbingnya mundur dan menggesernya duduk ke jok mobil.

"Tolong melepaskan ikatanku Jason." Ada nada kepanikan dalam suaranya.

Mengambil pisau dari mulutnya dan menaruhnya di atap mobil, ia berkata, "Tunggu sebentar Sam." Dia mengulurkan tangannya ke seberang ke tempat duduknya, menyambar celananya, dengan cepat memakainya, kemudian melepas amulet dan melemparkannya ke jok arah belakang.

Sam menarik-narik bandana yang menutup matanya, tapi tidak berhasil karena masih ada lakban diatasnya.

"Biar aku yang melakukannya." Dia membungkuk dan menarik bandana keatas yang menutupi matanya, dan melepas sepenuhnya dari kepalanya. Sam mengerjap beberapa kali dengan mata merah dan bengkak, kemudian melihat Jason. Sam menatapnya seolah-olah ia tak nyata, wajahnya jelas terlihat shock.

"Jason?"

Jason membungkuk mendekatinya, dan menatap tepat di matanya. "Aku di sini Sam." Menggapai keatas, ia menyentuh pisau di atap mobil dan menariknya ke turun. Dia mengambil tangannya, menempatkan pisau di antara ikatan tangannya dan dengan hati-hati memotong lapisan lakban. Ketika sudah berpisah, ia menarik lakban tebal dari pergelangan tangannya. Segera setelah tangannya bebas, lengan Sam langsung memeluknya, menarik keras-keras kearahnya dengan kekuatan yang tak pernah ia sadari. Jason melingkarkan lengan ketubuhnya, dan mereka saling berpelukan, tanpa bicara.

Setelah semenit, Jason mencoba melepaskan diri, tapi Sam menolak untuk lepaskannya.

"Sam, kita harus pergi. Aku nggak tahu berapa lama dia akan pingsan."

Mendengar ini, Sam duduk kembali, rasa ketakutan muncul kembali dimatanya.

Ia menimbang untuk memotong ikatan kakinya, tetapi memutuskan itu bisa menunggu sampai mereka pergi. Jason membantu Sam menaruh kakinya ke dalam mobil ketika ia melihat cahaya lampu mobil.
 
Sial.. Ceritanya seru bngtz..

Lanjut lg om..
 
Bab 20

Mobil melaju di jalan, dan untuk sesaat, Jason pikir mobil itu akan lewat. Tapi ketika mencapai mereka, pengemudi menginjak rem dan berbalik cepat ke jalan masuk kabin, menggelincir diatas rumput.

Jantung Jason mulai berpacu keras di dadanya. Dia menatap ke kursi belakang untuk mencari amuletnya, tapi ia tak melihat sama sekali. Pasti terselip di bawah bantal.

Tiga pintu mobil terbuka dan tiga pria yang besar dan berwajah jelek keluar. Sopirnya, yang terbesar dari tiganya, berjalan ke arah Jason. Salah satu gigi depan sebelah atas tanggal.

"Apa yang kita punya di sini?" Tanyanya.

Berpikir cepat, Jason mengatakan, "Kami sedang berkendara bersama dan aku harus kencing. Baru saja selesai, dan sekarang kita sedang menuju keluar. Tapi terima kasih sudah berhenti untuk melihat apakah kita OK." Dia berdiri di depan Sam, mencoba untuk memblokir pandangan mereka dari kaki Sam yang masih terikat.

Pria itu menelitinya. "Kau mengemudi hanya pakai celana dan tanpa sepatu?"

Pikiran Jason bekerja. "Ya," dia tersenyum, "Pacarku dan aku berada di jalan sedikit...bermesraan, kau tahu kan, nyaris telanjang. Kita pikir kita melihat polisi datang, jadi kami buru-buru berpisah dengan cepat. Nggak punya waktu untuk berpakaian." Dia melihat mereka mencoba untuk melihat sekelilingnya, untuk melihat wajah Sam seperti apa.

"Dan lalu," Jason melanjutkan, "Tahu nggak? Pacarku mual dan muntah ke badannya sendiri dan bagian dalam mobilku. bau sekali di dalam, dan penampilannya nggak karuan."

Orang-orang itu mengambil langkah mundur, tidak lagi tertarik seperti apa penampilan Sam.

Gigi Tanggal mulai tertawa. "Kau mengalami malam yang benar-benar sial, nak. Gimana kalau kau masuk kembali ke mobil busukmu dengan pacar mesummu dan segera minggat keluar dari sini."

"Ya, Sir," kata Jason, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa leganya.

Dia berbalik untuk menutup pintu Sam ketika terdengarlah suara dari samping kabin. "Kau nggak akan kemana-mana Jason."

Jason berbalik dan melihat Gary keluar dari kegelapan, menggosok kepalanya dan mengedip-ngedipkan matanya.

"Gary?" Kata Gigi Tanggal, "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

"Bocah ini hampir saja pergi membawa cewek kita," kata Gary.

Sam mulai menangis lagi.

"Maksudmu kita akan bercinta dengan cewek dengan muntahan di seluruh tubuhnya?" Ini berasal dari salah satu pria lain, seorang pria berambut panjang kurus berantakan seperti dia mengalami kesulitan naik di kelas tiga SD.

Gary tertawa. "Nggak, dia cewek seksi yang cantik. Benar-benar bagus. Jauh lebih bagus daripada seharusnya si pecundang ini pantas dapatkan."

Jason memelototinya.

"Aku nggak yakin di mana kau sembunyi di sana, menyerangku tak terduga seperti itu," kata Gary yang masih menggosok bagian belakang kepalanya, "tapi itu nggak akan terjadi lagi."

Sekali lagi, Jason tidak menanggapi.

"Tapi aku akan kasih tahu kau Jason. Sebab kita teman lama dan karena kau bersahabat baik dengan Danny, aku akan berlaku ringan padamu. Tinggalkan Botol Cola di sini, dan kau menyetir pergi, jadi kau masih punya gigi yang utuh dan nggak ada patah tulang."

Kau adalah pelindung, Jason. kau selalu begitu.

Jason mengambil langkah maju. "Kau nggak akan pernah menyentuhnya lagi."

Gary tertawa. "Oh ya, aku lihat aksimu hari ini pada Danny. Akhirnya kau malah berdarah hidungnya padahal ia nggak melawan" Dia tertawa lebih keras.

"Omong-omong Jason," ia melanjutkan, "kau tahu nggak? Tentang Becky? Bahwa cewek sialan itu terlalu tolol, jadi aku harus menjelaskan padanya bagaimana untuk menyingkirkanmu. Kencan kecilmu dengan dia adalah ideku. Dan itu berjalan dengan sempurna, melihat bagaimana caramu menyerang Danny. Tapi apa kau tahu apa bagian yang paling menyedihkan dari semuanya Jason?"

Dia menunggu Jason menjawab, tapi hanya menatapnya Jason, jadi dia melanjutkan.

"Bagian yang paling menyedihkan adalah, kau nggak dapat apapun dari perek itu. kau bersama dia di Brady Overlook, dan yang kau lakukan cuma ngobrol. Oh yah, dia bilang semuanya padaku" Gary tertawa. "Pecundang menyedihkan macam apa kau."

"Dan sekarang kita akan meniduri cewekmu," lanjutnya, "Dan karena kau nggak mau pergi, kita akan membuatmu menonton. Aku akan mengikatmu di kursi dan kau akan menonton kita memasukkan penis kita dalam si Botol Cola. Dan Carl sini," dia menunjuk pada si gigi tanggal, "Suka merasakan pantat ketat di sekitar penisnya, betul kan Carl? Apa kau pikir dia memiliki pantat ketat, Jason?"

Jason bisa merasakan kemarahannya meningkat. Dia mencoba menenangkan napasnya. Dia membiarkan pikirannya kembali ke hari dimana ia bertemu Malchediel. Dia berpikir tentang bagaimana dia bereaksi di sana waktu itu, tanpa berpikir, dan melakukan hal yang mustahil. Dia mengambil napas dalam-dalam. Sudah waktunya.

"Hei Gary," kata Jason dengan tenang, "Becky membagi rahasianya bukan denganmu saja."

"Ya?" Kata Gary tersenyum, "Apa dia bilang padamu aku mampir ke rumahnya setiap minggu untuk menidurinya?"

"Ya, dia menyebut itu, tapi dia juga bilang kau suka kalau dia mendorong vibratornya masuk kedalam pantatmu."

Gary ternganga. Tiga orang lainnya mencibir.

"Dia perek tukang bohong," kata Gary.

"Nggak, dia bilang padaku semuanya," lanjut Jason, "Itu warnanya pink dan dia bilang kau menjerit seperti gadis kecil ketika ia mendorongnya masuk dalam-dalam saat kau keluar."

Gigi Tanggal tertawa terbahak.

"Tutup mulut pembohongmu sialan," kata Gary, memelototi Jason.

"Dia cerita katanya kau bilang rasanya seperti surga." Dia mengeluarkan kata terakhirnya perlahan-lahan.

Rambut panjang dan orang ketiga bergabung ikut tertawa.

"Aku akan mematahkan leher sialanmu, keparat!" Teriak Gary, dan bergegas di Jason.

Jason menunggu, perasaan tenang datang padanya. Kemudian pada saat yang tepat, ia melangkah maju, berat badannya ditransfer dengan sempurna, dan tinjunya bertemu tepat ditengah wajah Gary. Gary berhenti, hidungnya muncrat darah, matanya berputar kebelakang kepalanya, dan ia roboh ke belakang seperti pohon tumbang, mendarat di tanah dengan bunyi gedebuk.

Itu semua terjadi begitu cepat hingga semua orang tertegun, bahkan Jason sendiri. Ia berharap Gary untuk bangkit kembali, tapi dia hanya berbaring di sana, tak bergerak.

Semua orang berdiri diam selama beberapa saat, menyaksikan Gary terbaring di sana, dan kemudian Gigi Tanggal melangkah maju. Dia meraih ke sabuknya dan mengeluarkan sesuatu. Jason melihat pisau berkilau dalam cahaya yang redup.

"Bocah," katanya, "Aku datang kemari malam ini untuk mendapatkan cewek, dan kau merobohkan si homo ini nggak akan menghentikanku."

Jason berdiri tegak. "Tak ada satupun dari kalian yang akan menyentuhnya."

Si Gigi Tanggal terkekeh. "Kita lihat saja." Dia mengambil langkah menuju kearah Jason.

Lampu mobil tiba-tiba muncul entah dari mana, sebuah mobil meluncur melalui kerikil. Saat mencapai tempat mereka, roda terkunci dan mobil tergelincir berhenti, melemparkan debu ke udara. Pintu terbuka dan Danny melangkah keluar.

"Dan siapa lagi yang datang ke sini?" Tanya Gigi Tanggal, mengayunkan pisau ke arah Danny. Danny menyerangnya sebelum ia bisa bereaksi, yang mempersempit jarak dengan gerakan atletik yang melebihi apapun yang pernah dia lakukan di lapangan football. Tinjunya menghajar ke dalam mulut pria itu, dan si Gigi Tanggal giginya hilang satu lagi, ambruk dan teronggok di tanah. Rambut panjang dan pria satunya berdiri di sana shock, dan Danny meraih pria pertama pada kemejanya, berputar, dan melemparkan tubuhnya ke batang pohon, kepalanya membuat suara dung, membentur batang kayu yang berongga. Tanpa menghentikan geraknya, Danny meraih bagian belakang kepala orang ketiga, dan menariknya ke bawah, disaat bersamaan lututnya menyambut wajah pria itu. Dia roboh dengan erangan.

Itu berlangsung hanya dalam sekejap. Danny berdiri diantara tiga pria itu, nyaris tanpa terengah-engah, disaat Donna melangkah keluar dari dalam mobil. Mereka bisa melihat kilatan cahaya merah dan biru mendekat menandakan itu adalah lampu polisi yang berasal dari seberang danau.

***

Sam dan Jason duduk di tangga kabin dengan selimut melilit mereka. Lengan Sam berada dilehernya, memeluk ketat dirinya pada tubuh Jason, ia telah melakukan itu saat kakinya tak terikat lagi. Lengan Jason berada di belakang punggungnya, mendekap Sam di kehangatan tubuhnya. Sam diam, dan setelah beberapa kali gagal untuk mengajak bicara dengannya, Jason menerima dan memeluknya dalam keheningan. Donna duduk di samping mereka mengenakan selimut sendiri.

Ketika kru EMT telah tiba, mereka datang menuju ke arah Sam dan memintanya untuk datang ke van mereka sehingga mereka bisa memberikan pemeriksaan medis. Dia menolak untuk meninggalkan Jason, sehingga mereka memeriksa sebaik yang mereka bisa di tangga, dan menemukan tak ada yang salah.

Gary dan tiga lainnya sudah dibawa pergi, dan Danny sedang diwawancarai oleh polisi, termasuk petugas Lobeaux, yang tampaknya sangat peduli tentang dia. Mereka akhirnya selesai, dan Danny berjalan menuju ke teras.

"Ada apa, Butthead?" Katanya kepada Jason.

Jason tersenyum lemah.

"Donna menceritakan semuanya," kata Danny, mencegah kata-kata berikutnya yang akan Jason ucapkan, "Kita bisa membicarakan itu lain waktu, tapi untuk sekarang, untuk malam ini, ayo kita lupakan saja peristiwa siang tadi, anggap nggak pernah terjadi." Dia duduk di samping Donna dan dia membuka selimut untuk menyambut Danny masuk.

"Terima kasih," kata Jason, "kepalaku sakit memikirkannya. Dan terima kasih sudah muncul malam ini. Menyelamatkan kita berdua."

"Dude," kata Danny, "Kau sudah melakukan hal yang tepat di mana kau menginginkannya. Kau merobohkan Gary begitu saja. Hanya soal waktu sebelum kau menyelesaikan sisanya."

Jason tersenyum. "Pastikan kau mengulang cerita yang sama di sekolah besok."

Danny tertawa.

"Terima kasih juga Donna," kata Jason.

"Untuk apa?" Jawabnya.

"Untuk membuka mataku dan menunjukkan padaku kebenaran. Untuk menjadi pemanduku dan menerangi jalanku,"

Donna menatapnya. "Apa salah satu dari idiot itu memukul kepalamu?"

Jason tertawa. Dia menyukai Donna yang tangguh.

"Danny?" Itu suara Sam.

Danny bangkit dan pergi kearahnya, berlutut untuk mendekati.

"Hi Sam," katanya lembut, "Apa kau ok?"

"Terima kasih Danny." Itu adalah bisikan samar.

"Sama-sama Sam."

Sam tidak berkata-kata lagi sehingga ia mulai bangkit kembali, tapi tangan Sam terjulur dan menyambar bagian depan kemejanya. Dia menariknya ke dia dan mencium lembut pipi.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jason melihat wajah temannya memerah.

***

Keesokan harinya, Jason merasa seperti binatang yang terkurung. Meskipun ia sudah melakukan tindakan heroik, orang tuanya tetap tidak mencabut hukumannya. Di sisi lain, mereka tidak memperpanjang lagi hukuman untuk memakai mobil mereka.

Orang tuanya pasti mendapat tumpangan ke kabin ini bareng Mr. Scotts dan istrinya, dan setelah polisi menjelaskan apa yang sudah terjadi, ibunya datang dan memeluk dia dan ayahnya menjabat tangannya. Sam masih memeluk Jason sepanjang waktu, suatu fakta yang membuat Mrs. Scott tidak terlalu senang. Pandangan yang dia berikan pada Jason menyatakan bahwa dia pikir itu adalah kesalahan dirinya sehingga putrinya terlibat dalam kekacauan ini. Dan Jason benar-benar tidak bisa tidak setuju tentang urusan itu.
Mr. Scott jauh lebih ramah, dan memberinya pelukan. Dia juga yang jadi penentu dalam memungkinkan Jason untuk pulang ke rumah di mobil mereka sehingga ia bisa tetap bersama Sam. Ketika mereka kembali ke rumah, Sam akhirnya membiarkan dirinya lepas darinya, dan Jason menyaksikan dia menghilang ke dalam rumah dalam pelukan ibunya. Dalam perjalanan kembali ke rumahnya, ia berhenti untuk mencari di jok belakang mobilnya, dan menemukan amulet di lantai di bawah karpet.

Ketika ia bangun dan turun ke lantai bawah keesokan paginya, ibunya menyatakan satu-satunya pengecualian pada hukumannya adalah mengunjungi Sam. Sekitar tengah hari, ia pergi ke rumah Sam, tapi Mrs. Scott menjawab di pintu dan mengatakan padanya bahwa Sam masih di tempat tidur sepanjang hari, dan memerlukan istirahat. Jason tahu dia ingin mengatakan lebih padanya, tapi dia menahan lidahnya.

Sekarang dia sedang berbaring di tempat tidurnya, memutar-mutar amulet di antara jari-jarinya, menimbang-nimbang apakah ia harus menggunakannya untuk mengunjungi Sam. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk tidak melakukannya, mengingat cara Sam memeluknya. Ibunya benar, dia memang perlu istirahat.

Dia tidur siang memegang amulet, berharap untuk bertemu Ambriel lagi dan mengucapkan berterima kasih, tapi itu tidak terjadi.

Dia menghabiskan sisa malam menonton acara TV yang membosankan. Robin mampir untuk mengunjungi Jenny, tapi Jason bisa mengatakan dia hanya ingin mendapatkan beberapa info segar langsung dari sumbernya tentang peristiwa di kabin itu. Dan karena Jason masih jengkel padanya karena menyebarkan rahasianya, ia mengabaikan pertanyaan itu dan pergi ke kamarnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd