Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Antara Khilaf dan Penasaran

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mbak ajeng melangkah kekamar mandi, “pinjam handuknya yah mas..” aku mengangguk. Aku kembali keteras aku bakar kembali rokok ku yang tadi ku matikan. Pikiranku berkecamuk menahan rasa khilaf dan penasaran. Bagaimana bisa, baru ketemu berapa jam, dia sudah mengajak ku bercumbu. “akh.. hari yang indah penuh dengan teka – teki.” Gumamku dalam hati.

Sekitar 15 menit aku menunggu diluar, dan sudah 2 batang rokok yang terbakar, aku masuk kedalam kamarku. Aku lihat mbak ajeng hanya mengenakan handuk yang menutupi dada hingga sebagian pahanya, sambil bercermin.

“jangan lirik lirik, nanti kepengen” mbak ajeng tersenyum genit kepadaku.

“hehehe.. sebenarnya sih pengen mbak, cumaa..” aku berjalan menghampiri dia, dan kuusap punggungnya.

“Cuma apa?” tanya mbak ajeng

“aku masih belum pede mbak, nanti yah janji deh setelah ketemu pak Sugeng, biar aku gk kelihatan lemas.”

“bener yah.. awas nanti kalau bohong”

Aku mengangguk, aku cium lehernya, dan kuraih bibirnya, aku lumat bibirnya kami bermain lidah, “mbak seksi banget kalau pake handuk gini,” bisikku lirih. Mbak ajeng hanya tersenyum genit, seakan akan menjual mahal.

“pakai bajunya mbak, sudah setengah 7, gk enak nanti sama pak Sugeng,”

Mbak ajeng melanjutkan dandannya, dan aku kekamar mandi, membasuh mukaku agar segar kembali. Kami berdua telanjang badan seakan akan mempunyai hubungan, tanpa rasa cuek dan rasa malu. Kami hanya saling melempar tatapan muka penasaran.

Setelah mbak ajeng selesai make up, kami berjalan keluar kamar ku, dan menuju parkiran mobil. Mbak ajeng menunjukkan arah tempat kami akan bertemu dengan pak Sugeng, lumayan jauh dari tempat homestay ku.

Diperjalanan mbak ajeng bercerita tentang pekerjaannya, dan bertanya tanya tentang latar belakang ku, pacarku, dan pekerjaanku. Jalanan Jogja waktu itu sedang lengang, jadi tidak terlalu macet. Sampailah kami disebuah resto dekat dengan universitas yang sangat terkenal.

“itu Pak Sugeng, yang pakai polo hitam,” ucap mbak Ajeng.

Aku hanya mengangguk, dan berjalan menuju meja yang dipesan.

“wihh.. orang jakarta, kok beda ya mas, ku lihat di CV mu sama aslinya,” ucap pak Sugeng

“hahaha, itu kan phas photo pak, beda dong dengan aslinya.” Kami berjabat tangan.

“monggo, dipesan dulu, baru nanti kita perkenalan singkat.” Tambah Pak Sugeng.

Perawakan Pak Sugeng, tidak seperti bos pada biasanya, badannya tegap, kumisnya tipis, dan rambutnya dengan model pompadour. Mbak Ajeng dihadapan Pak Sugeng tampak jaim, dan lebih banyak diam, dibanding didalam mobil tadi.

“coba ceritakan sedikit gimana kerjaanya dijakarta.” Tanya pak Sugeng, “jangan terlalu tegang, mbak Ajeng tau kok saya orangnya santai, dan pada tempatnya.”

“baik pak, dijakarta, saya hanya membantu dan membimbing teman teman satu team saya, satu team saya ada 7 orang.” Ucap ku.

“tapi kata bu dian, progress mu dijakarta cukup cepat yah, gampang berbaur, dan cepat dalam mengerjakan kerjaan.” Pak Sugeng bertanya detail.

“hah? Masa sih pak, saya hanya sesuai SOP yang ada, kalau dibilang cepat ya berarti team saya yang hebat pak, saya kan hanya membantu mereka, harusnya bapak memuji mereka, bukan saya.”

“mas nya terlalu low profile ya pak Sugeng,” timpal mbak ajeng sambil mengigit sedotan.

“biasa mbak Ajeng, kalau baru jumpa ya seperti ini, malu malu kucing, ha.. ha... ha” pak Sugeng tertawa.

Tak lama kemudian makanan kami datang, dan kami langsung menyantapnya. Jamuan makan malam yang sederhana tapi cukup mewah dimataku, maklum aku belum pernah makan dengan direktur, sekaligus, komisaris.

Disela sela makan, kaki mbak ajeng tiba tiba bermain dikakiku, aku langsung terdiam, dan mencoba bertahan. Kulihat mbak ajeng hanya tersenyum kecil, “aduhh.. sabar.. sabar, si tole gak boleh bangun.”

Tiba tiba ponsel Pak Sugeng berbunyi, nampaknya dari istrinya, pak Sugeng berjalan menjauhi meja kami sambil menerima telpon masuknya.

“mbak inilohh.. sabar toh mbakk,” bisikku ke mbak ajeng.

“aku gregetan liat ekspresi sok cool mu,” timpal mbak ajeng tertawa genit.

Pak Sugeng kembali bergabung dengan kami, “biasa Ibu Negara, minta dijemput abis gym,”

“hebat dong pak, bisa gym, zumba jg kah?” tanya ku coba mengakrabi

“iya mas, nanti kapan – kapan, misalnya ada waktu senggang, aku perkenalkan. Mbak Ajeng, nanti diurus yah billingnya, dan masukkin ke pengeluaran kantor saja.” Perintah pak Sugeng, dan bergegas pergi “maaf saya duluan, saya kira bisa ngobrol banyak.”

“baik pak, terima kasih banyak atas waktunya.” Ucapku.

Pak Sugeng berjalan meninggalkan kami, dan kulihat jam tangan ku, ternyata baru setengah 9, dan makanan kami juga belum habis.

“nanti anterin aku ke tugu yah mbak,” pintaku

“siap mas, kita makan dulu yah, lumayan gratisan... hehehe..” mbak ajeng tersenyum nakal.
 
Kami menghabisi makanan yang sudah dipesan, dan aku pesan jus semangka, yang katanya bisa menambah daya tahan dan vitalitas tubuh.

10 menit berselang, restaurant semakin ramai, kami bergegas menuju kasir dan membayar billingnya. “yuk mas, aku anterin ke tugu.” Ucap mbak Ajeng, aku hanya mengangguk.

Kami masuk mobil, dan melanjutkan perjalanan kami, dimobil Mbak ajeng membuka 1 kancing kemejanya. “tuh kan mancing,” ledekku, “ihh bodo akh.. kan udah ketemu Pak Sugeng.” Timpal dia.

Dituntunnya arah jalan kami kearah tugu oleh mbak Ajeng. Ternyata dekat sekali, “itu loh mas, nanti kita parkir diseberang pos polisi. Aku menganggukan kepala. Kami diarahkan tukang parkir disana, lalu kami turun dari mobil.

“poto poto yuk mas,” mbak ajeng menggelendot mesra dilenganku. Aku balas dengan senyuman.

Ternyata banyak juga anak anak muda yang berkumpul disini. Cekrek, cekrek 5 sampai 10 poto kami mencoba mengabadikan. Terasa banget payudara mbak ajeng menempel di bahuku, yang terus berusaha memancing nafsuku.

“cari angkringan yuk,” pintaku

“yuk, ditenda kuning itu, enak nyaman tempatnya, kaya aku lagi disamping kamu ini, nyaman banget.” Ucap mbak ajeng sambil mencubit perutku.

“dasar kamu mbakkk..”

Kami berjalan menuju angkringan yang tak jauh dari mobil kami parkir, tempatnya lesehan, dan cukup ramai dikunjungi oleh turis lokal, dan turis asing. Kami memesan makanan dan minuman kami. Tak berselang lama, aku melihat seorang ibu ibu bersama 2 anaknya, namun muka ibu ibu itu seperti tak asing. Kami saling lirik. “oh iya.. Mbak Ayu yang dikereta” ucap ku dalam hati. Kami saling melempar senyum, dan Mbak Ayu mengajak 2 anaknya bergabung ditempat kami.

“haloo mas tommy, ketemu lagi kita disini, nampaknya jodoh yah.. he.. he.. he..” ucap mbak Ayu, “ini anak anak saya mas, yang sulung Puteri namanya, yang bungsu Dimas. Salim sama om tomy dulu.”

Aku menyalami mereka, dan mengusap usap kepala dimas. Kulihat raut wajah Mbak Ajeng nampak kebingungan. “ini pacarnya yah mas tom..?” tanya Mbak Ayu.

“bukk..” belum selesai aku menjawab,

“iya mbak, he..he..he..” ucap mbak Ajeng menyalip sambil menyubit perut ku.

“duh.. bisa aja seleranya mas tommy ini, yang semok semok yah mas, biar kalau malam hangat, hehehehe..”

Kami tertawa, dan menghabiskan waktu bersama. Sesekali mbak ayu memegang pahaku, dan membuat aku semakin keblingsatan, bagaimana tidak dari awal tiba, sampai saat ini, badanku disosor wanita yang lebih tua diatas ku. Waktu perlahan berlalu, ku lihat anak bungsunya mbak ayu mulai mengantuk dan meminta pulang.

“jam sebelas toh.. cepet juga.” Ucap mbak ayu. Yo wis mas, aku pulang duluan, kasian anak – anak,

“baik mbak, hati hati.” Ucap ku

“itu kenal dimana mas,?” tanya mbak ajeng.

“oh.. kenal dikereta mbak, terus maksud mu opo toh? Kok ngaku – ngaku pacarku,”

“hahaha, abis aku bingung sama mbak itu, kok deket banget,”

“yasudah yuk jalan pulang, ngantuk juga aku,”

Kami berjalan kaki menuju keparkiran, “nanti mampir al*****t ya mas, mau transfer dulu.”

Aku mengangguk, sepanjang perjalanan menuju mobil, mbak ajeng terus menggandeng erat tangan ku, menempelkan dadanya dengan sengaja. Tiba dimobil, dan aku langsung mencari al*****t. Dan ternyata tidak jauh, mbak ajeng turun, dan aku menitip rokok ku. Tak lama 5 menit kemudian, mbak ajeng kembali kemobil,

“sudah? Ada yang ketinggalan gk?”

“hhmm.. kayanya uang aku ketinggalan dikasirnya.”

“dish dasar,” aku mengusap kepalanya.

Kami melanjutkan perjalanan kami menuju homestay. Diperjalanan kami bernyanyi bersama diiringi mp3 lagu dimobil. 15menit berlalu, kami sampai dihomestay. Kuparkirkan, dan mbak Ajeng lari duluan kekamar, karena katanya kebelet pipis.

“hayoo abis dari mana..” ucap Ibu Tini, pemilik homestay.

“eh ibu, malam ibu, abis dari tugu sama angkringan.”

Saat itu, kulihat bu tini hanya mengenakan kimono tanpa bra, “bantu aku tutup pagar ya mas, kebiasaan anak kost pada lupa kalau udah malam.” Pinta bu Tini.

“oh ok bu.”

Ku bantu bu Tini mengangkat pagarnya, ketika dia menunduk payudara bu Tini nampak dari belahan kimononya, aku langsung menelan ludah dan hilang konsentrasiku. “wih, umur 55 tahun, masih kenceng begitu, gk keriput.” Ucap ku dalam hati.

“sudah..” ucap bu Tini, aku hanya tersenyum, dan melangkah kembali menuju mobilku. Dan sempat bertanya ke bu Tini.

“ibu suka fitness yah?”

“iyaa.. buat isi waktu luang saja, kok tau mas?”

“kelihatan bu, dari cara ibu berjalan. Ehehe, yasudah aku masuk kamar yah. Malam bu.”

“oh hehe, malam juga.”


Aku melangkah menuju kamarku, kulihat kok lampu kamarku terlihat gelap, “kok lama mas?” tanya mbak Ajeng.

“ooh.. tadi bantu ibu kost tutup pagar,”

Aku masuk dan menyalakan lampu,

“jangan dinyalain, biar romantis. Hehehe..”

“dasar kamu mbakkk.. aku kekamar mandi dulu, bersih bersih. Soalnya mau perang nih.”

“hehehe..” mbak ajeng hanya tersenyum genit.

5 menit aku keluar dari WC, kulihat hanya lampu belajar yang menyala, dan ku tengok keranjangku, ternyata mbak ajeng hanya mengenakan bra dan Cdnya.

“sini mas,” rayu mbak ajeng.

Kuhampiri mbak ajeng, dan kucium keningnya. “mas janjikan, mau nurutin aku malam ini,?” tanya mbak ajeng. Aku hanya mennganguk dan tersenyum.

“masnya diem yah..”

Mbak ajeng mengambil tali tambang yang berwarna, diikatnya kaki kanan ku kesudut ranjang, aku berontak dan bertanya, “mbak mau ngapain?” ; “katanya janjii, masnya diem aja, gk sakit kok, malah enak.” aku kembali merebahkan badanku.

Mbak ajeng melanjutkan kembali, kini kaki kiri ku diikatnya disudut ranjang juga, tangan kanan dan kiri ku juga diikat disisi ranjang. “mbak jangan aneh aneh yah.. aku teriak nih.” Mbak ajeng hanya menekan bibirku dengan telunjuknya.

“tutup matanya yah”

“mau ngapain mbak?”

Aku tak bisa melawan, dan tak bisa berontak, tangan dan kakiku diikat semua, mataku ditutup oleh sebuah kain, lalu mbak ajeng naik diatas pinggangku. Dia menciumi dadaku, hawa nafsu ku mulai naik dengan cepat. Pentil ku dijilatinya dengan cepat, permainan lidahnya sungguh bikin badanku bergetar hebat, digigitnya pelan dadaku kiri dan kanan, “mmmhhh...” desahku pelan.

dia turun keperutku, dijilatinya seluruh badan ku ini. dia membuka handukku, meraba batang penisku, dikocoknya pelan. “gede banget mas” bisik mbak ajeng pelan. Batang penis ku yang masih loyo, dikocoknya perlahan, ujung lidahnya tak berhenti berputar dikepala penisku. Ketika batang penisku sudah berdiri tegak, mbak ajeng beranjak berdiri, ku dengar suara tas terbuka.

Setelah itu mbak ajeng meraih bibirku, dilumatnya bibirku ini, disedot bibir bawahku, aku merespon dengan mengigit pelan bibirnya, lidahnya begitu agresive ketika masuk kedalam mulutku, lidah kami saling beradu seakan – akan berpelukan didalam mulut. Mbak ajeng menghentikan ciumannya, lalu mulutku disumpel oleh CD-nya. Aku Cuma bisa mendesah. Harum khas daerah kewanitaan menjalar diujung hidungku.

Mbak ajeng kembali memegang penisku yang sudah berdiri, aku tidak tahu dia mengusap apa dipenisku, yang kurasa hanya dingin, dan tiba tiba terasa panas.

“hanass.. bakk.. hanas..” (panas mbak.. panas) mulutku tak bisa berucap kata yang tepat.

“diam saja, nikmati, nanti kamu rasain yang belum pernah kamu rasain.” Mbak ajeng membisikku, dan menggigit pelan telingaku. Dia ciumi leherku, bulu kudukku merinding, digigitnya pelan dadaku. Lalu dia memegang buah zakarku, disedotnya dua duanya, pantatku diganjal oleh bantal, dan dia menjilati lubang anusku, bukan main, baru kali ini aku merasakan permainan lidah yang sangat agresive melebihi mbak ayu. Lubang anusku dijilati oleh mbak ajeng, membuat pantat ku bergerak tidak stabil.

Mbak ajeng mengeluarkan Cdnya yang ada dimulutku,

“enak kan mas,?” bisiknya, aku hanya mengangguk pasrah.

Mulutku diarahkan ke vaginanya, yupz,

Vagina mbak ajeng tepat diatas mulutku, posisi kami mungkin 69, “jilati mas, mainkan lidahmu, buat aku puas malam ini.” kata dia.

Aku menjilati bibir luar vaginanya, ternyata sudah basah sekali, lidahku mencari dimana clitoris itu berada. Aku menemukannya, ku jilati clitorisnya, aku sedot clitorisnya yang sudah membengkak, pantat mbak ajeng bergerak seakan melawan arus, tangannya mbak ajeng ikut membuka lubang vaginanya, dia turunkan pinggangnya, memaksa lidahku untuk menerobos masuk kedalam lubang vaginanya. “akkhh... mmmhh..” desah mbak ajeng yang sambil memainkan clitorisnya.

Lidahku keluar masuk dari vaginanya, cairan vaginanya membasahi bibirku, aku kembali memainkan clitorisnya dengan lidahku, kusedot terus sampai pinggangnya bergerak tidak beraturan. “iya mas.. disitu mas.. terus mas..” mbak ajeng semakin tidak stabil. Tak lama kemudian. “akuuu keluar mas...”

Sssrrrrr..... sssrrrr......

Seperti air seni mengucur deras membasahi mukaku, aku baru kali ini melihat squirt. Paha mbak ajeng mengejang, dan langsung roboh kebadanku. Tak cukup sampai disitu. Mulutku kembali ditutup oleh CD-nya. Dia membasahi penisku yang terasa seperti kesemutan itu dengan handuk dan sabun, seperti mencucinya. Setelah itu, dia kocok lagi sampai benar benar keras. Lalu Dia pasangkan kondom.

Mbak ajeng tepat diatas penisku, dia arahkan penisnya tepat didalam lubang vaginanya. aku hanya bisa merasakan penisku, yang kesemutan dan sangat kencang sekali. Blessss.... Batang penisku masuk kedalam vaginanya. dia diamkan,vaginanya berkedut, seakan memijit penisku perlahan.

Dia mulai menggerakan badannya, maju mundur. Ranjangku berbunyi,

“mmmhh... mmhhh.. mas.. punya mu full banget..”

Aku hanya bisa mendengar tak bisa berkata apapun, benar, rasanya nikmat banget. Mbak ajeng mempercepat gerakannya, maju mundur, maju mundur. Lalu dia mulai turun naik,

cpok.. cpok.. cpok..

bunyi paha ku beradu dengan pantat mbak ajeng. Tak Cuma sampai disitu, mbak ajeng kembali merangsangku, diciumi leherku, terkadang dia gigit kecil.

“mmmhh...” desah mbak ajeng keenakkan.

aku diikat tidak bisa berdaya, aku menggerakkan tangan dan kakiku yang ada lecet dan perih.tak lama kemudian gerakan mbak ajeng tidak terkendali, dia kembali maju mundur cepat sekali. “akkhh.. mas... aku keluar lagii..” mbak ajeng orgasme ke dua kalinya. Vaginanya mengejang, menjepit erat penisku yang masih gagah perkasa. Dia diamkan batang penis ku didalam vaginanya.

“enak toh mas..” bisik dia

Aku Cuma menggangguk. “aku bukain sekarang yah iketannya.” Bisik mbak ajeng. Lalu dibuka satu persatu talinya. Dan sekarang aku terbebas, kubuka mataku dan kucabut CD yg dimulutku. Tangan dan kaki ku lecet karena aku menahan.

“mbak aku belum keluar,” bisikku menggoda. Lalu mbak ajeng rebahan disampingku. Ku ciumi perutnya, kuraba kedua payudaranya, kepalaku ditekan oleh tangannya, ku cupang tepat dibawah pentil kirinya. “mmhh... enak banget mas.” Desah mbak ajeng.

Aku meraih lehernya, kuciumi lehernya, aku jilati dari bawah kupingnya, tangannya menggenggam erat pundakku, tanganku tetap pada payudaranya, ku remas dada kanannya, mbak ajeng hanya merem melek sambil mengigit bibir bawahnya. “masukin mas, masukin, gk kuat aku..” pinta dia.

Aku cium pelan bibirnya, aku angkat kedua kakinya, aku tempelkan dipundakku. Aku masukkan penisku yang masih keras dari tadi, aku mulai goyang pinggulku dengan cepat, tanganku sangat gregetan dengan payudaranya yang juga ikut naik turun. Aku remas keduanya, sambil aku mainkan pentilnya.

Aku merasakan dinding vaginanya yang basah, dan sedikit menggigit. Kumiringkan kakinya, jadi semakin sempit lubang vaginanya,

“mmmas.... akkhh... akkhh.. enak banget mas kontolmu.”

Aku seperti bales dendam, cairan vaginanya yang meluber keluar, aku manfaatkan, aku lumuri jariku dan aku masukkan kedalam lubang anusnya. Kumasukkan jari tengahku, dan bless.. tanpa halangan jariku masuk kedalam anusnya, kumainkan, mbak ajeng hanya merem melek.

“mas.. aku mau pipis mas.” Mendengar itu aku hentikan goyanganku, lalu aku menyuruh dia nungging.

Posisi seperti ini membuat ku semakin gila. Aku remas kedua pantatnya, aku masukkan penisku kedalam vaginanya, aku percepat gerakanku maju mundur, sambil tetap meremas pantatnya. Tangan dia meraih clitorisnya,

“aku keluar mas...”

“tahan mbak, bareng, aku juga mau keluar.”

“aku jepit mas,”

Tiba – tiba dinding vaginanya merapat,

“sempit mbakk..” aku semakin tidak karuan.

3 menit kemudian, “aku keluar mbak, aku keluar....”

“bareng massssssss..”

“mmmhhh... ahh.. ahh.. ahh..”

Nafas kami saling berbalapan, aku tindih mbak ajeng dalam posisi nungging, dan penis ku masih didalam. Aku tidak tahu berapa kali spermanya muncrat.

“mbak sadiss..” bisikku

“enakan mas... ah.. ah..” suara mbak ajeng yang sambil mengatur nafasnya.




bersambung.
 
sambungan


“enak banget mbak,” ucapku lirih.

Kami rebahan dan berpelukan sambil meraba.

“tadi itu apa mbak? Kok panas?”

“ohh.. itu tisu magic mas, biar kuat, hehehe.. ternyata kuat banget malah.”

“oohh.. pantes tadi mampir ke al******, dasar.” Kucubit perutnya, dan ku ciumi lagi bibirnya.

“mau lagi mas?”

“kalau kamu masih mau keluar ke4 kali aku mau”

Mbak ajeng hanya merespon dengan bibirnya. Kami beradu bibir, kurasakan lidahnya menerobos ke dalam dinding atas mulutku. Aku sedot lidahnya yang agresive itu, “mmmh...” mbak ajeng mendesah lirih.

Kuraba vaginanya yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya tadi, kumainkan clitorisnya. Ukuran clitorisnya cukup besar, mungkin karena sudah sangat terangsang.

“mas mau coba lubang belakang gk?”

“anus? Emang km gk sakit?”

“enggak, aku sering masukin pake sikat gigi.. hehehe, tapi belum pernah pake kontol mas.”

Rasa penasaran ku mulai memuncak, aku anggukan kepala ku, lalu kami berubah posisi. Mbak ajeng kembali nungging, dan memainkan clitorisnya, aku pasang kondom yang tersedia, ternyata kondomnya bergerigi. Ku ludahi sedikit lubang anusnya. Tangan mbak ajeng memegang pantatnya, dan membuka lubang anusnya, pelan pelan ku masuki batang penisku yang dari tadi berdiri tegak.

“mmmhh... masss..” lirih mbak ajeng

“sakit yah? Depan aja yah...”

“gpp mas, aku pengen.”

Kepala penisku masuk kedalam lubang anusnya, sempitnya bukan main, aku maju mundur pelan pelan, pinggang mbak ajeng mengikuti irama.

“mmmhh... akkhh... akkhh..” desah mbak ajeng pelan.

Setengah penisku masuk kedalam anusnya, mata mbak ajeng merem melek, “enakk mas... sempit toh mas..” aku mulai menaikan tempo ku, “mmmhh... mhh...” desahku pelan menahan sempitnya lubang anus ini.

Tangan kanan mbak ajeng pindah ke payudaranya, dia mainkan pentilnya sendiri, dan tangan kirinya memainkan clitorisnya dengan cepat.

“aakkkhh.. masss.. yang cepat goyanganmu kaya tadi.”

Aku mengiyakan permintaan itu, ku coba masukan semua penisku.

Bbblleeessss...

“aakkkkhhh....” desah mbak ajeng menahan rasa sakit dan nikmat.

Penisku tertimbun semua didalam lubang anus mbak ajeng. Tangannya semakin cepat bermain diclitorisnya. Dinding lubang anus mbak ajeng berkedut kedut, seakan memeluk penisku.

“pindah mas, aku mau diatas.” Pinta mbak ajeng.

Aku mencabut penisku, abis itu aku ludahi dulu. Aku tiduran, dan mbak ajeng jongok sambil mengarahkan penisku kearah lubang anusnya. Hhppp.. penisku masuk tanpa halangan, kulihat mbak ajeng memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya. Aku bisa melihat payudaranya menggantung. Ku remas kedua payudaranya, lalu mbak ajeng bergerak maju mundur.

“mmmhhh... mmhhh..” desah mbak ajeng sambil mengigit bibirnya.

Gerakannya semakin cepat, aku punya ide agar dia kembali orgasme. Ku mainkan clitorisnya dengan tangan kiri ku, dan dia masih terus bergerak maju mundur.

“mmas... jarimu pinter banget... akkkhhh..”

mbak ajeng mengganti gerakannya, kini dia naik turun, cpok.. cpok.. cpok... pantatnya dan paha ku saling mengadu, tiba tiba, mbak ajeng memutar badannya tanpa melepas penisku. Kini dia memunggungiku. Gerakannya semakin gila, maju mundurnya cepat sekali. Kuraba payudaranya dari belakang.

“dikit lagi mas... ayoo dikit lagiii.. akkkhh..”

Mbak ajeng semakin tidak sadarkan diri. Gerakannya cepat sekali, kutahan pahanya.

“mbak, kalau mau keluar memek aja yah, biar lebih enak.” Pintaku

Mbak ajeng mengangguk, dan beranjak mengambil kondom baru. Dia gantinya kondom yang kupakai. Kurebahkan dia dan kucium kecil bibirnya.

Aku mengarahkan penisku kevaginanya, kumainkan dulu dibibir vaginanya, tiba tiba mbak ajeng menarik pantatku, dan masuklah penisku kedalam vaginanya.

Kakinya melingkar dipinggangku, ku gerakkan pinggangku maju mundur.

“mmmmass.... akkhh.. enak banget..”

Kumainkan clitorisnya dengan jempolku, badan mbak ajeng bergerak tidak beraturan.

“aku mau pipis mas, masss..” ssseerrr.. ssseerrr.. ssseerrr.. vagina mbak ajeng kembali squirt, kakinya mengejang hebat, tak ku hiraukan kondisi dia yang setengah sadar. Ku genjot terus vaginanya mbak ajeng.

“mas... pelan – pelan mas... akkhhh...”

Seperti balas dendam rasanya. Aku terus menggenjot vagina mbak ajeng yang sedang berdenyut dengan tempo tinggi.

“dikit lagi mbak.. tahan.. jepit kaya tadii.. mmmhh..”

“iiiyyaa.. mas.. mmmhh..”

Jempol kananku bermain diclitorisnya, tangan kiri ku bermain dipayudaranya. 5 menit kemudian,

“aku sampai mbakk,”

Aku cabut penisku dan kucabut kondomku, ku arahkan tepat dimulutnya. Croot.. croot.. croot.. penisku orgasme yang ketiga kalinya untuk hari ini. diemutnya penisku, disedotnya sampai bersih tak tersisa spermanya, dan tangannya mengocok kecil penisku.

“aarrghh..” teriakku

aku sampai diujung, kucabut penisku dari mulutnya. Kulihat mbak ajeng menelan habis spermaku. Dan dia beranjak ke WC, aku tetap mengatur nafasku yang terengah – engah seperti abis lari 10KM.

Tak lama mbak ajeng keluar dari kamar mandi, “mas jahat.. aku lagi squirt kok dikebut.”

“hehehe.. enak gk? Atau sakit?”

“sakit sakit enak mas, hehehe..”

Mbak ajeng melihat hp-nya. “Aku setel alarm yah, biar jam 4 bangun terus pulang kekostku.”

Aku mengangguk, dan melihat jam ternyata sudah setengah 2, lama juga berarti aku ML dengan mbak ajeng.

Kami tidur berpelukan hanya tertutup selimut.



maaf berantakan kata katanya. mohon kritik dan saran.
ada beberapa suhu yang bertanya real atau cerita. ada beberapa yang real, cuma saya lebihkan saja cerita dan namanya.

Salam Lobang Kenikmatan
 
Wah ada triple updat3 :jempol:

Mantap huu kirain mba ayu nya atau bu tini bakal digarap juga hahaha :hore:
 
lanjutkan ya...top banget ceritanya, maen sama ibu kostnya jga
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd