Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini perlu pindah atau tidak?

  • Cerbung sebelah

    Votes: 27 24,3%
  • Lanjut ceritanya

    Votes: 84 75,7%

  • Total voters
    111
PART 2A

POV MAMA

Hari ini aku ada jadwal rutin senam dengan ibu-ibu komplek seperti biasa, meski aku umur ku sudah tidak muda lagi yaitu 38 tahun, namun tubuh ku 10 tahun lebih muda. Aku melakukan senam bukan untuk memamerkan tubuh, akan tetapi menjaga tubuh adalah bagian dari kita mensyukuri nikmat hidup yang diberikan oleh Tuhan. Banyak teman-teman guru disekolah iri melihat badan ku, terutama bapak-bapak guru disana, yang tidak jarang menggodaku bahkan ada yang ingin menikahiku, tentu saja ku menolak permintaan itu karena aku sudah berkeluarga.

Sesampainya dilapangan komplek rumah yang tidak jauh dari rumah ku, hanya berbeda 1 blok saja. Disana sudah ada banyak ibu-ibu yang sudah siap untuk senam, oiya disini yang senam tidak hanya ibu-ibu tua, yang muda pun banyak, maka tidak mengherankan dipinggiran lapangan ini banyak bapak-bapak yang melihat. Aku tidak habis pikir, apakah suami mereka tidak puas akan istrinya?

Bu Darmi (istri pak Bagas): D

Bu Eka (istri pak Jaka): E

Aku: A

D: Ehh bu Sinta, apa kabar ???

E: Ih jarang banget kamu keluar, kemana aja sih? Di grup wa juga gitu, ga pernah bales.

A: Iya maaf, disekolah lagi ngadain acara, jadi sibuk, hehe

D: Bu Sinta sebelah kiri ku sini. (memberi ruang untuk mama)

A: Baik bu, makasih ya. (mama berada di Tengah antara bu Darmi dan bu Eka)

E: Emang acara sekolahnya sampe kapan? Kan kita lama ga kumpul bareng begini.

D: Oiyaya, suami saya selalu aja ngajak keluarga pergi terus, jadi ga bisa ngumpul.

E: Mending gitu, masih bisa kumpul keluarga, suami saya pergi merantau, sekalinya pulang, paling cuma nginep satu minggu, mana saya kurang puas lagi.

A: Masa sih? Saya juga gitu, kebanyakan rapat.

D: Kalo saya sih, hehe, hampir tiap hari dipuasin.

A: Huuuuuu, sombooong.

E: Tau nih, sombong banget jadi orang. (dengan gaya ala meme yang beredar)

Kami semua tertawa dengan logat yang diucapkan oleh bu Eka. Tidak lama kemudian acara senam dimulai, hingga 1 jam lamanya. Setelah itu aku berpamitan dengan bu Darmi dan bu Eka. Niat awal ingin membeli bubur ayam didepan komplek, lumayan agak jauh memang tukang buburnya, tapi gapapa lah itung-itung olahraga lagi. Oiya pagi hari ini didepan komplek ini lumayan sepi, biasanya rame karena acara CFD, tapi kok ini malah sepi begini ? Apa mungkin lagi pergi kali ya, paling 1-2 orang yang lalu lalang. Ditengah jalan aku melihat seorang anak dengan membawa dagangannya itu didepan ruko kosong, aku memperkirakan kalau umur anak ini dibawahnya dari umur anak ku yang kedua, lalu aku menghampirinya.

Aku: A

Anak Jalanan: AJ

A: Dek, kamu jualan apa? (mama menunduk karena posisi dia lebih pendek dari mama)

AJ: (diam melihat belahan payudara mama meski sedikit yang terlihat karena tertutup oleh jilbab mama)

A: Dek. (membuyarkan lamunan dengan melambaikan tangan didepan anak itu)

AJ: Ehhh iyaa buuu, maaf.. (menunduk malu)

A: Jangan panggil bu dong, tante aja. Kamu jualan apa ini? (melihat dagangan yang dibawa oleh anak itu)

AJ: Iiiyaa… buu.. eh… tante. Ini aku jual donat goreng. (membuka plastik untuk dikeluarkan isi dagangan itu)

A: Tante mau beli dong, beli sepuluh donat ya.

AJ: Baik bu. (seketika anak itu menjadi semangat dan tersenyum puas akan dagangannya)

Aku menjadi tersentuh ketika anak ini tersenyum, karena dengan apa yang aku lakukan, setidaknya aku bisa membahagiakan orang lain, meski nilainya tidak seberapa. Disaat yang bersamaan, aku menintrogasi anak ini lebih lanjut, kadang rasa kepo ku tinggi ketika ada orang lain susah, rasanya ingin membantunya.

A: Kamu jualan donat ini sejak kapan dek? (mama duduk sejajar sebelah kiri dengan si anak ini)

AJ: Maaf tante, aku jualan dari kecil, karena aku di asuh diyayasan. Karena aku dibuang sama ibu kandung ku tante.

Mendengar ucapan seperti itu, aku secara otomatis menangis dan ingin ku jadikan sebagai anak angkat. Tapi untuk mengadopsi anak tidak semudah itu, harus ada banyak pertimbangan dan hukum.

A: Maaf ya nak, tante nangis. (mama mengusap air mata dengan tisu yang ada di tas mama)

AJ: Gapapa tante, aku udah biasa kok, hehe. (anak ini tersenyum kepada mama, agar anak ini memberikan pesan kepada mama, kalau aku ini kuat, aku ga selemah itu)

A: Boleh tante peluk?

AJ: Eeee.. emang boleh tante? (anak ini seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mama)

A: Boleh kok, sini duduknya agak deketan. (mama mebentangkan tangan untuk mempersilahkan anak itu berpelukan, anak itu pun menggeser dagangannya ke belakang)

AJ: Maaf ya tante, aku izin peluk.

A: Ga perlu izin, udah cepetan sini.

AJ: Baik tante. (berpelukan seperti anak dan mama, dimana posisi kepalanya berada di payudara mama, dan tangan anak ini berada di punggung mama)

Aku yang merasa iba dengan anak ini, mengelus kepalanya. Seakan-akan dia adalah anak ku. Setelah 5 menit kemudian, aku melepaskan pelukan.

A: Oiya, nama kamu siapa?

AJ: Nama ku Zaki tante, kalo tante namanya siapa?

A: Sinta, panggil aja tante Sinta. Kamu kan dari yayasan, berarti kamu dari kecil belum pernah sama sekali ketemu sama mama kamu?

Z: Belum tante, juju raja tante, itu tadi pelukan pertama saya, bahkan asi pun saya belum pernah tante.

A: Ya ampun. (mama menjadi tambah sedih karena zaki tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang dari orang tua kandung, tiba-tiba mama terbesit ide yang menurutnya dapat mengobati rasa kasih sayang orang tua)

A: Yaudah, kamu anggap tante ini mama kamu, supaya kamu lebih semangat dan tidak menyerah.

Z: Beneran tante? (dengan wajah tersenyum lebar)

A: Iya beneran, tapi kita pindah dulu, jangan disini, ga enak diliat orang, eeemmmm, yaudah, kamu ikut tante.

Z: Baik tante. (berjalan dibelakang mengikuti mama, melihat pantat mama yang besar kekiri dan kekanan, meski anak ini terlihat seperti anak kecil, akan tetapi didalam otaknya seperti orang dewasa)

Aku dan zaki pindah ke belakang ruko bagian sela-sela bangunan antara ruko dengan dinding yang tinggi. Sesampainya di tempat yang menurutku tidak terlihat oleh orang lain.

A: Dah sini aja. (mama menaruh tas gym disampingnya, begitu pula zaki)

Z: Terus kita ngapain tante?

A: Ya peluk, kalo tadi kita pelukan didepan, ga enak diliat orang nanti.

Z: Baik tante, aku peluk ya.

A: Kamu panggil tante mama gapapa, anggap aku ini mama mu.

Z: Iya ma. (zaki memeluk mama tanpa adanya rasa sungkan dan merasa sangat nyaman, karena kepalanya yang berada dipayudara mama yang empuk itu)

Aku memeluk zaki seperti aku memeluk anak sendiri, mengelus kepalanya hingga mencium keningnya. Setelah sepuluh menit kemudian, tiba-tiba zaki melepaskan pelukan.

Z: Ma, aku mau nyusu boleh ga?

A: Hah? Kok kamu gitu? (mama sedikit kaget atas permintaan zaki, pasalnya mama hanya membantu zaki hanya sebatas pelukan, tidak lebih dari itu)

Z: Yaudah kalo ga mau, aku mau pergi, mau dagang donat lagi. (sudah mau ambil dagangannya, lalu mama langsung mencegahnya dengan memegang tangannya)

A: Jangan pergi dong, yaudah iya iya, tapi kamu jangan bilang kesiapa pun ya. (akhirnya mama mengalah)

Permintaan zaki ini membuat ku menjadi bimbang, karena ditempat ku tinggal, aku dikenal sebagai istri yang tertutup, dan alim. Tapi karena aku ga tega dengannya, karena aku tau kondisi dia dulu bagaimana, mau ga mau aku menuruti permintaan dia.

Z: Iya ma. (mengganggukkan kepala)

A: Sebentar ya, mama mau angkat baju dulu. Dah, segini aja ya. (mengangkat baju senam mama hanya sebatas diatas payudara mama)

Z: Di lepas aja sekalian ma sama BH nya juga, biar ga ribet.

A: Kamu ini permintaannya ada-ada aja. (mama terpaksa mengikuti kemauan zaki, karena meras iba)

Aku malu setengah mati, karena aku melepaskan baju dan BH didepan yang bukan suami ku. Setelah aku telanjang dada, aku menutupi payudara ku dengan kedua tangan ku.

Z: Ga usah ditutupin ma, masih keliatan jelas itu tete mama, mana ga muat lagi. Mama niat mau jadi pengganti mama kandung ku ga sih?

A: Iii…iyaa… tapi mama masih malu, tapi janji cuma nyusu aja ya?. (perlahan tangan mama turun, dan jelas terlihat payudara mama yang agak kendor kebawah sedikit, tapi juga tidak terlalu kencang, jadi bentuk payudara mama wajar seperti itu dikarenakan gaya gravitasi, dimana benda berat akan menuju kebawah, apalagi ukuran payudara mama termasuk besar, jadi pasti agak kendor sedikit)

Z: Iya ma, aku janji.

A: Sini nak, nyusu ke mama. (dengan posisi masih berdiri didepan zaki, dimana kepala zaki sejajar dengan payudara mama, jadinya tidak perlu repot-repot untuk zaki nyusu, dan zaki pun mulai mendekati mama seperti halnya pelukan, namun kali ini mulut zaki sudah menghisap puting payudara mama).

Aku memegang payudara ku dari bawa dan ku busungkan agar zaki dapat nyusu lebih leluasa.

A: Sssshhh…. aaaahhh… (mama mendesah pelan, agar tidak terdengar oleh zaki)

Z: Ccrreeeppp…ccreeepp (seperti bayi yang haus akan asi dari mamanya)

A: Pelan-pelan sayang…. nnngghhh… (tangan kanan mama meremas kepala zaki yang berada di payudara kanan mama, sungguh pemandangan yang sangat kontras dimana badan mama yang terawat serta putih dan payudaranya yang besar itu sedang menyusui sambil berdiri, sedangkan zaki seorang anak jalanan yang memakai baju kumuh serta warna kulit coklat gelap berbadan pendek sedang menyusu kepada bidadari yang tingginya melebihi tinggi sang anak jalanan)

Rasa geli ini mulai aku dapatkan kembali, setelah sekian lama suamiku pergi keluar kota selama 1 bulan yang lalu, namun rasa yang aku dapatkan bukanlah dari suami sah ku, akan tetapi anak orang yang tidak tau asal-usulnya. Aku berusaha untuk menahan desahan ku dengan menutup mulut memakai tangan, akan tetapi semua itu sia-sia, tubuhku bagian paling sensitif adalah payudara ku. Didalam memekku menjadi berkedut dengan kencang dan cairan cintaku mengalir ke paha. Zaki menyusu kepada ku selama 15 menit dan aku menikmati itu hingga aku orgasme.

A: Aaaahhhh…zaaakiiiii….isep yang kenceng nak…mmmhhh….sshhhh…. (mama menjadi lupa diri, bahwa mama sedang menyusui anak jalanan ditempat umum, dimana resiko ketauan oleh warga bahkan tetangga lebih besar)

Z: Mmmhhhh……cccrreeeepp….cccrrreeeppp…..ssssslllluuurrppttt….mmmhhh…(tangan Zaki satunya memeras payudara mama sebelahnya, sambil memelintir, mencubit, bahkan menarik pentilnya hingga mama ikut terdorong ke depan)

A: Aaaaahhhh…aahhh…aaahhh….(mama orgasme dan mengeluarkan cairan cinta mama hingga empat kali)

Z: Pppuuahhhh… mama gapapa? (Zaki bertanya kepada mama dengan pura-pura polos)

A: Gapapa nak, hosh hosh hosh (sambil mengatur napas seperti orang yang sedang lari marathon)

Z: Terimakasih ya tante, Zaki bisa merasakan rasanya kasih sayang mama. (sambil bersiap-siap untuk kembali berjualan)

A: Tunggu Zaki. (mama menahan tangan Zaki)

Setelah sekian lama, aku merasa lega akan orgasmeku, meski bukan dari suami, tapi aku puas. Dan aku akan memberikan hadiah terakhir kepadanya karena sudah membuatku orgasme yang sudah terbendung.

Z: Ada apa tante? Mmmppphhhh….sssrrreepppp…ooommpphhh…. (mama mencium bibir Zaki dengan membungkuk dan menahan kepala zaki dengan memegang pipi kiri dan kanan)

A: Oommmppphh….mmmppphhh….aaaammpphhh…sssrrreeeppp…. (lidah mama bermain didalam mulut Zaki, begitu pula Zaki memainkan lidahnya didalam mulut mama. Dua menit mereka berciuman, akhirnya mama melepaskan ciumannya)

A: Makasih juga ya nak, kamu buat tante senang. (tersenyum manis kepada Zaki, masih dengan bertelanjang dada)

Z: iii…iiiyyaa…sama-sama tante… (tertunduk malu)

Z: Aaa.. aku mau… jualan dulu ya tante. (langsung meninggalkan mama)

A: Iya zaki. (sambil memakai baju senam dan BH mama)

Akhirnya aku seperti lahir kembali, tapi kok tadi ada yang janggal ya, oiya, aku lupa kasih uang ke zaki. Sudahlah, kapan-kapan lagi jika aku bertemu dengan Zaki, semoga kita bertemu kembali ya Zaki, maaf tante lupa kasih uang donatnya. Sesampainya dirumah, aku melihat Andi dan Bi Imah sedang ngobrol biasa, rasa lelahku membuatku lemas dan ingin merebahkan badanku diatas sofa. Andi yang menawarkan diri ingin memijat, aku tolak dengan hanya menggelengkan kepala, karena saking lemesnya setelah lama aku tidak orgasme.



Kira-kira siapa lagi korban yang bisa menikmati mama berikutnya?​
 
Terakhir diubah:
DESCLAIMER

untuk update selanjutanya, ini bakalan agak kentang. Jadi untuk para suhu yang tidak sabar untuk mengeluarkan isi dari kantong biji salak, harap tidak berekspektasi terlalu besar ya hu, karena saya membuat cerita ini naik dan turun. Kalo flat nanti ceritanya jadi tidak menarik. Akan saya update ceritanya di PAGE 6. Terima kasih atas perhatiannya. Salam semproters


Noted: Untuk kritik dan saran isi cerita, boleh langsung DM ke saya atau komen di thread ini. Semuanya akan saya terima dan pertimbangkan, agar isi cerita menjadi lebih menarik.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd