Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [BDSM] Chillhood, chillmate

Bimabet
Chapter 15 : Trial Pet Training

---------------------------------------------------------

Narrator POV

“Aina, gimana? Capek ya?” ujar Kei, memperhatikan Aina yang berjalan di belakangnya, setelah mereka mencari tempat peristirahatan terlebih dahulu, yaitu di bebatuan yang tak jauh dari jurang menuju lautan.

“Iyalah. Kamu gak ada capek-capeknya ya, ngelawan monster tanpa henti!”

Mereka pun tertawa bersama, dan mulai duduk di bebatuan.

“Hitung-hitung latihanmu. Jangan khawatir, gue bakal selalu sedia buat carry (melindungi, red) elu!” ujar Kei, percaya diri.

Terbersit rasa lega dan damai dalam hati, namun tak ayal muncul keheranan pada diri mereka masing-masing. Mereka sedang di tempat yang sangat familiar, namun tidak mengetahui namanya. Terlebih, mereka berpakaian layaknya berkostum; bagaikan karakter dalam game RPG yang diberi misi menyelamatkan kota dan memberantas monster-monster—apa jangan-jangan mereka benar sedang berada di dunia game?

Kei pun merasa selelah itu, sebelum tiba di tempat istirahat.

“Na...”

“Iya?”

“Mau foto-foto dulu gak?”

“Boleh!”

Kei pun mengeluarkan kamera saku yang tahu-tahu ada di tasnya. Saat ia mencoba memotret, entah mengapa kini tubuhnya dan Aina saling berhadapan, tidak lagi bersampingan seperti beberapa saat lalu.

“K-Kei..?”

“Na..” ujar Kei, meskipun tak bisa menyembunyikan kegugupannya, “Jangan badan lu ngehadep ke gue...”

Namun Aina terus memajukan badannya, dan kini wajah mereka pun berhadapan, berdekatan.

“Aina, denger gak sih...” ujar Kei, namun bukannya kesal, melainkan kini ia semakin gugup.

“Mhhnn...mcchhnn..”

Aina pun mengecup bibir Kei, dan tak lama kemudian berubah menjadi kuluman lembut.

“Astaga, aku gak bisa menolaknya!”

“Mmmhhnn..slrrpss..”

Bibir dan lidah mereka pun berpagutan mesra. Tak sadar mereka berguling-guling, saling mencoba ‘menguasai’ satu sama lain di tengah kenikmatan yang mereka coba ciptakan di alam terbuka ini.



“Ehhhnn..a-ahnn..mhhn..”

Aina melenguh kenikmatan saat salah satu tangan Kei meremas payudara Aina. Mereka pun masih saja berguling-guling tak tentu arah, mengadukan bibir dan lidah mereka.

“E-eh—Aina-“

Kei merasakan tubuh mereka sudah mendekati tepian jurang, bersiap jatuh kapan saja. Namun, nampaknya Aina tak mendengarkan dirinya yang mencoba menghentikan ciuman mereka.

“A-Aina- s-stop-“

“AAAAAA-------“

---

*sfx : JDUG!

“Uh...”

Ujar Aina dan Kei, bersamaan, yang kepalanya saling terantuk sebagai reaksi ‘kaget’ karena sensasi mimpi yang jatuh dari jurang. Namun, mereka tidak (pernah) tahu kalau mereka memimpikan hal yang sama.

Kemudian mereka pun tertawa kecil.

Sembari mengumpulkan kesadaran, Aina melirik jam dinding yang ada di kamar kosan Kei. Menunjukkan pukul 06:00.

“Kei...”

“Hmm?” ujar Kei, yang masih mengantuk

“Mau sarapan? Udah pagi lho...”

Kei tidak langsung menjawab.

“Gak mau ya..? Ya udah aku sarapan sendiri aja..”

Aina beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk menuju kantin kos, namun ia merasakan bagian belakang bajunya ditarik oleh Kei.

“Sarapan di sini aja...”

“Di sini? O-okay..? Emang kamu punya makanan...?” tanya Aina, ragu.

Alih-alih menjawab, Kei perlahan beranjak dari tempat tidur, kemudian beranjak ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu.

“Tunggu di sini. Lu juga mending cuci muka dan sikat gigi, deh.” ujar Kei, sembari memberi sebatang sikat gigi yang masih baru. Namun, Aina mengernyitkan kening sejenak, karena yang ia terima adalah sikat gigi elektrik.

Baru saja Aina hendak menanyakan alasan Kei memberinya sikat gigi yang terbilang mahal untuk diberikan ke tamu sepertinya, Kei sudah beranjak meninggalkan kamarnya, menutup pintu.

Tak lama kemudian, Kei kembali, membawa sekotak susu berukurang sedang, sebungkus sereal cokelat, serta mangkuk. Namun...

“K-Kei..?”

Aina hendak bertanya mengapa Kei membawa mangkuk khusus makanan anjing, namun...

“Na, sebelum lu sarapan, lu harus pakai ini...”

Kei mengambil kalung anjing beserta rantainya, kemudian mengalungkannya pada Aina.

Setiap sentuhan tangan Kei ketika mengalungkan collar anjing pada lehernya, Aina sudah tahu apa yang akan ia hadapi. Membuatnya perlahan terangsang dan vaginanya diam-diam membasah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Terlebih saat tangan Kei ternyata malah turun menyentuh kedua buah dadanya yang masih terbalut kemeja tipisnya.

“U-uhh...uhhnn...”

Desah Aina, saat Kei meremas-remas lembut kedua payudaranya dari luar kemeja. Namun tak berlangsung lama, Kei membuka kancing kemejanya dan menyibaknya sehingga payudara Aina yang kini berbalut bra namun acak-acakkan menyembul keluar.

“Hmm..”

Kei tanpa ragu menjepit puting payudara Aina yang menegang dengan klip kertas yang ia gunakan kemarin.

“AAAHHHK---!”

“Diam.” bisik Kei, setengah gusar, sembari membekap mulut Aina kuat-kuat dengan tangannya.

“Hmphh...khhhh..” erangan kesakitan Aina terdengar tertahan karena bekapan pada mulutnya.

Seolah tak peduli pada Aina yang kesakitan sehingga hampir menangis, Kei mulai beranjak ,menuangkan susu dan sereal pada mangkuk anjing tersebut, kemudian meletakkannya di karpet.

“Dah, sarapan dulu gih.”

Aina hendak bergegas dari kasur yang ia duduki, namun...

*sfx : CTARR!

“Heh!”

Ikat pinggang menyambar,memecuti paha Aina.

“A-aah---“

Kei menampar Aina yang berteriak.

“Aah... “

“Lu anjing, jadi pagi ini lu harus sarapan layaknya anjing.”

Aina mengerti, dan ia memposisikan dirinya merangkak.

“Ah, bagus lu langsung ngerti. Sekarang, ikut gue.”

Kei menarik-narik rantai yang terhubung pada kalung anjing yang dikenakan Aina. Dengan leher yang merasa seperti tercekik, Aina mengikuti Kei yang membawanya pada mangkuk anjing berisi sereal tersebut.

“Makan.” perintah Kei. Aina langsung menurutinya, dengan mulutnya ia mulai melahap sereal beserta susu, karena ia pun sebenarnya sudah sangat lapar. Namun, tentu saja.. ia menyantap sarapannya layaknya hewan peliharaan jika diberi makanan, yaitu posisi merangkak.

“Hmphh!!”

Kei iseng menginjakkan kakinya ke kepala Aina, hingga separuh wajah Aina terbenam di mangkuk anjing yang berisi sereal tersebut, alhasil wajah Aina menjadi belepotan susu.

“Hahaha! Enak?”

“Hrggghhnn, hmphhnn!!!”

Aina tak bisa menjawabnya karena wajahnya terbenam di mangkuk ‘sarapan’nya tersebut.

Tak lama kemudian, Kei menyudahi injakannya dari kepala Aina. Aina bernafas lega sejenak, dan melanjutkan menyantap sarapannya. Namun..


“Hmmhhn...glekkhh..”

Kei menyibak celana boxer yang dikenakan Aina begitu saja, dan mulai mengelus serta meremas lembut pantat Aina.

“Ohh..my godness..” ujar Kei, lirih dan pelan, saat tangannya perlahan mengusap permukaan vagina Aina yang ternyata telah membasah.

*sfx : zrrttt...!! zrtt zrrtt...!!*

“He—ergghhkk!!”

Aina nyaris tersedak, tubuhnya melonjak-lonjak saat ia merasakan getaran yang muncul tiba-tiba pada klitoris dan bibir vaginanya. Kei mempermainkan gagang sikat gigi elektrik tersebut ke vagina Aina, memijit-mijit klitorisnya.

Tubuh Aina kelojotan tak terkendali, terlebih pantatnya yang terus meliuk-liuk, meskipun Kei tetap memegangi dan meremasnya bergantian.

“Ayo, habiskan sarapanmu, Na.” ujar Kei, sembari menepuk pantat Aina.

Namun, tak lama kemudian, tangan Kei yang digunakan untuk meremas pantat Aina kini berpindah jadi mengelus penisnya yang telah menegang dibalik celana boxernya.

Kei pun melepas celana boxernya, dan mulai mengocok lembut batang penisnya yang menegang, sembari tangan satunya masih memainkan sikat gigi elektrik pada vagina Aina. Bahkan kini ia mulai mencoba memasukkan gagang sikat gigi tersebut ke lubang vagina.

“O-oohh...ohhnn...”

Desah mereka, bersamaan, merasakan kenikmatan masing-masing pada kelaminnya.

Bersusah payah menahan birahi dari vaginanya, Aina berusaha menghabiskan sarapannya tersebut, meskipun pagi itu pun sebenarnya ia amat lapar.

“Hmnn..slrrrpss..slrrrpss...uhh...”

Kini sarapannya telah habis, mangkok anjing-nya terlihat kosong tanpa sisa. Suara kunyahan Aina berganti menjadi suara desah.

“Aahhhnnn...hhnnn ohhhhh... hhnnn...”

Aina menggoyangkan pantatnya tidak karuan, merasakan sikat gigi elektrik yang bergetar itu menyodok titik sensitif pada vaginanya.

Tiba-tiba, Aina meras tercekik dan seakan tertarik ke belakang. Ternyata Kei menarik tali colar Aina, sembari tetap menyodok lubang kenikmatan Aina dengan sikat giginya.

“Erghh K-Keii..o-ohhkk...”

Kei mempermainkan tali pada colar sementara ia semakin menekan dinding vagina Aina, bahkan melakukan gerakan memutar.

“Uoohhkkk.. kkkhnn..”

Wanna cum, huh?” ujar Kei, sembari kini tangannya berpindah kembali menepuk pantat Aina yang semakin terlihat meliuk-liuk.

“O-ohhhkkhh..g-gghhnn...”

Alih-alin menjawab, Aina malah mendesah semakin kencang, pertanda orgasmenya memuncak. Hal tersebut tentu saja tidak dianggap sebagai jawaban oleh Kei.

Kei pun menghentikan ‘permainannya’ pada vagina Aina sebelum sempat memberinya orgasme. Ia mencabut sikat gigi elektrik tersebut.

“Aahhnn...o-ohhnn..”

Terdengar desahan Aina yang kini disertai frustasi.

“Nggak, sayang.”

Kini Aina tak bisa menerka apa yang akan Kei lakukan padanya, terlebih kini Kei mengambil mangkuk anjing tersebut darinya.

*sfx : Plakk!*

“Jangan coba-coba lihat ke belakang.” ancam Kei, tak luput menempeleng pipi Aina karena Aina mencoba menoleh saat Kei mengambil mangkuk anjing tersebut.

Aina tidak tahu harus berpikir apa, selain menahan nyeri di pipinya. Namun, kini ia mencoba mempertajam pendengarannya, ia mencoba mendengar apapun yang ia rasa suara di belakangnya.

“U-uhh...hmnn..hhh...”

Kei kembali mengocok penisnya yang sempat tertunda. Aina mendengar sayup-sayup suara kocokan penis seorang lelaki.

Meskipun begitu, Kei berusaha meredam desahan dan kocokannya supaya Aina tidak mengetahui apa yang ia lakukan. Walaupun sesekali ia mengelus vagina Aina, membuat Aina semakin terkatung-katung oleh rasa ingin orgasme.

“Ohhh...mmhnn bentar lagi gua muncratt..”

Kei merasakan penisnya semakin berdenyut-denyut, pertanda tak lama lagi ia akan menumpahkan cairan maninya. Segera ia mengambil mangkuk anjing tersebut, dan mengarahkan penisnya ke dalam mangkok tersebut.

“H-hhh..e-errghh...!!”

*sfx : Spluurtss...!”

Sebisa mungkin Kei meredam lenguhannya, namun tak dapat dihindari suara cipratan cairan ejakulasinya yang menyemprot mangkuk anjing tersebut, menampung cairan maninya dalam jumlah yang cukup banyak.

Kini yang terdengar oleh Aina hanyalah suara hembusan nafas. Sementara itu, Kei menatap sejenak mangkuk anjing tersebut. Namun, tak lama kemudian ia meletakkan mangkuk tersebut tepat di bawah vagina Aina.

“A-aaahnnn, aahkkhh!!”

Sontak Aina merasa kaget, kini ia merasakan sesuatu kembali menyodok vaginanya. Jemari Kei kini kembali bermain dan bahkan langsung memijat dinding vagina Aina yang sedari tadi masih berdenyut parah menahan orgasme.

“Uoooghhnn...ha-aahhnnn..ahh ampphhunn aaghhh!!”

Aina meronta-ronta antara merasa nikmat dan sedikit perih pada kemaluannya, karena Kei menyodok vagina dengan jemarinya dengan kocokan yang kencang. Aina mengerang-erang setengah menjerit, mungkin ia tak peduli andai suaranya terdengar hingga keluar kamar kosan.

*sfx : PLAAKKSS!! PLAKKK!!*

“Hwaaarghhh erggghnnn.... hergghh...!!”

Belum puas, Kei memecuti pantat Aina dengan ikat pinggang selagi ia ‘bermain’ dengan vagina Aina. Namun hal tersebut tak hanya memberikan rasa sakit bagi Aina, namun membuat vaginanya justru semakin berdenyut-denyut, memijit jemari Kei, pertanda ia siap ‘muncrat’ kapan saja.

“O-oorrgghhkkk K-Keeii...ughnnn a-aakkkhh--!!”

*sfx : Creeetsss splurtttss...crrttsss...!”

Vagina Aina berdenyut hebat, memuncratkan cairan cinta dan langsung mengisi mangkuk anjing di bawahnya. Bahkan sebagian luber dan terciprat keluar dari mangkok.

“Heerhhh aaghnnnkkk, ooohhhkk ffuuccckk...!”

Aina tak bisa berhenti mengerang kenikmatan, sementara itu Kei melepas jemarinya dari vagina Aina.

“Nih, minum.”

Kei menyodorkan kembali mangkuk anjing kepada Aina, yang kali ini sudah terisi oleh cairan cintanya serta cairan mani Kei.

Di tengah gelombang orgasmenya, Aina tersentak.

“K-Kei??!!”

Kei dapat langsung menangkap ekspresi Aina yang akan menolak meminum cairan di dalam mangkuk tersebut, serta raut wajah jijik.

Kei menjambak rambut Aina, dan mengarahkan kepalanya dengan kasar ke arah mangkuk.

“Masa udah makan gak minum sih, anjing?”

Kei mengangkat mangkuk tersebut, kini menghadap wajah Aina.

*Sfx : Gleerrphhh glrrpphh..”

“Uoohhokkk-uhhhuuhhkkhh...!!”

Kei membenamkan mangkok berisi cairan cinta mereka ke wajah Aina, membuat Aina mau tak mau menelannya, merasakan rasa yang sudah jelas aneh, antara rasa manis,asin, dan sedikit pahit.

“Ouhhookkhh...oeekkhhh...!!”

Terbatuk-batuk dan mual Aina tetap menelan cairan cinta tersebut.

“Habiskan, sayang. Habiskan.”

Kei menahan kepala Aina agar tetap terbenam di dalam mangkuk anjing tersebut, memaksanya menyeruput habis cairan cinta mereka.

“Huuhuuhh..uhhhkk...uhhkkhh...”

Mendengar suara tangisan Aina, Kei langsung menjauhkan mangkuk tersebut dari wajah Aina, dengan cairan cinta yang tersisa dan bertumpahan.

*Sfx : Splash!*

Kei menyiramkan cairan cinta mereka yang sudah bercampur tersebut. Kemudian meratakannya ke wajah Aina yang terlihat mulai menangis.

“Dah, jangan nangis... Kan dikasih cairan pejuh gue...” ujar Kei, meski ia tahu perkataannya tidak menghibur.

“Dah, jangan nangis ya anjingku sayang...”

Kei memeluk Aina dan mencoba menghapus air matanya.

“E-ehhh..a-aaahhnn...”

Tak lama kemudian, Kei menyingkap rambut Aina ke belakang,setengah menjambak, sehingga terlihat leher Aina yang langsung dilahap dan dilumat oleh ciuman Kei.

“Mpphnn..mpphnnn...mphhn..”

Terasa sedotan serta lumatan Kei pada leher Aina, memberikan sensasi nikmat, dengan sedikit rasa nyeri karena lumatannya yang cukup kuat. Seakan hendak ‘menyantap’ seluruh permukaan leher Aina.

“Aaahh Keii...aahhhn...”

Aina memeluk Kei, tangannya terus mencakar-cakar punggung Kei, tak dapat mengendalikan sensasi pada lehernya.

“Slrrpss..mmhnn...mchnn...slrrppss...”

“Erghhh o-ohhkkhh...”

Collar yang melingkari leher Aina tidak menghalangi Kei untuk tetap mencumbu leher wanita ‘peliharaan’nya tersebut.



“Hergghh..ahhh..”

Aina semakin merasa tubuhnya gemetar nikmat saat Kei meremas kedua buah dadanya, meskipun saat itu putingnya masih dijepit oleh penjepit kertas.

“E-aaahhwww...”

Erang Aina, merasakan kedua penjepit pada putingnya kini dilepaskan, sehingga alirah darah kembali mengisi putingnya dan memberikan rasa nyeri yang samar.

Kemudian, sejenak Kei menghentikan perlakuannya. Ia menatap Aina sejenak, menatap matanya lekat-lekat.

“K-Kei..ada apa..?”

Antara merasa salah tingkah, penasaran, dan ‘meleleh’, Aina memberanikan untuk bertanya.

Namun, Kei tak langsung menjawab, melainkan kini mendaratkan tangannya pada kedua pipi Aina, memegang dan mengelusnya dengan lembut.

“H-hei... K-Kei...?”

Sejenak ia tertegun, melihat Kei yang malah mendekatkan wajahnya. Mengingatkan akan mimpinya semalam.

“J-jangan-jangan-“

Bibir mereka pun bertemu, saling memagut serta mengulum satu sama lain. Kei, yang padahal beberapa hari yang lalu merupakan ‘ciuman pertama’nya, kini seakan melahap bibir bawah Aina dengan penuh gairah, bahkan lidahnya kini seakan memaksa menyeruak masuk untuk bertemu dengan lidah wanita ‘peliharaan’nya pagi itu.

“Mhhnn...slrrrppss..emmcchh..slrrppss..”

Aina membalas ciuman Kei dengan menyambut lidahnya dengan kuluman yang lembut. Sejenak Aina sempat tertegun, melihat Kei yang selama ini ia kenal sebagai orang yang terbilang tidak peduli dengan hal-hal berbau seksual, pagi ini bahkan ia melumat bibirnya dengan perlahan namun ganas.

“Mhhnn..slrrppss ckss..mphnn...mhnn...slrpssnn..”

Terdengar suara kecipak bibir dan lidah mereka yang beradu. Terlebih Kei semakin memperdalam ciumannya dengan Aina.

“Ehhmmnn...mmcchnnn...mhhmhnn..”

Tangan Aina pun tak tinggal diam, ia perlahan mengarahkan tangannya untuk menjamah penis Kei. Ia pun memijit dan mengocok perlahan penis Kei yang ternyata sudah menegang kembali sedari tadi.

“Ughhnn..”

Di sela-sela ciumannya, Kei tak bisa menyembunyikan desahannya akibat rasa nikmat yang ia terima pada penisnya.

Tak lama kemudian, Kei melepas ciumannya. Namun, tiba-tiba ia berjalan mundur menuju kasur, sembari menarik tali yang terhubung pada collar Aina, pertanda mengajak Aina untuk mengikutinya.

Dengan hati-hati, Kei naik ke kasur dengan posisi duduk dan punggung bersandar pada dinding di sampingnya.

Kei pun menunjuk ke arah penisnya yang kini telah terpampang menegak sempurna.

“Sini, giliran lu puasin tuan lu.”

Aina melangkah ke arah Kei dengan hati-hati. Namun, Kei malah menangkap hal tersebut sebagai keraguan.

“Cepet!” bentak Kei, meski dengan nada pelan, namun menekan. Terlebih ia langsung menarik tali collar Aina dengan kasar sehingga Aina langsung ambruk terjatuh menimpa badannya.

“E-eh!”

*sfx : Jdugg!

“A-aduhh...uhhh..”

Kepala Aina malah membentur wajah Kei,walaupun tidak terlalu keras. Sempat terlintas pikiran Kei untuk ‘menghardik’ Aina, namun ia malah merasa bersalah dan iba ketika melihat Aina yang meringis.

“Maaf Na.. Gua terlalu kasar, ya...?”

Kei mendekap kepala Aina di dadanya, kali ini tidak memaksa Aina untuk bergegas memuaskan batang kejantanannya seperti tadi.

“Hmm... masih kuat kah, sayang?” bisik Kei, lembut. Semakin mempererat pelukannya.

Aina tak menjawab, namun kini ia menggerakkan kembali pantatnya, seolah-olah mencari letak batang gagah Kei untuk dimasukkan ke lubang vaginanya yang sudah menggatal tersebut.

*sfx : Bless!*

“Ho-oohhh..ahh..”

Aina merasakan batang kejantanan Kei memasuki lubang cintanya yang haus begitu saja. Terlebih kini Kei meremas kedua pantat Aina, dan mulai menggerakkan sedikit pinggulnya supaya batang gagahnya naik-turun mengaduk vagina Aina.

“Oghhh...Keii..hmmhnn..”

“Enak, sayang?” tanya Kei

“Mhhnn...oohnn..”

Aina ingin menjawab, tapi pantatnya pun bergerak mengikuti arah tangan Kei yang meremas keduanya, terus menerus membiarkan penisnya menggenjot lubang cinta kenikmatan Aina tanpa sempat berkata apapun selain hanya desahan yang keluar dari mulutnya.

“Hmmnn..kurang enak?” ujar Kei, tak sabar. Ia semakin menekan-nekan penisnya dari bawah, menyodok dan meraih sebisa mungkin titik G-spot Aina.

“A-aahhn..hngkkss e-enakkhh t-tuaann..hmnnnn..” desah Aina, nikmat. Ia semakin mempercepat genjotannya pada Kei, ingin penisnya menggaruk liang vaginanya semakin cepat.

“Hmnnhh a-aahhaahhnn..ohhnn...”

Kei merasakan vagina Aina berdenyut semakin sering.

“Hmnn... Na?” ujar Kei, menikmati penisnya yang dipijit oleh liang cinta Aina yang berdenyut-denyut, sembari meremas dengan gemas payudaranya bergantian.

Aina terus saja mendesah dan mengerang, tak menjawab Kei.

“Na.. sudah mau keluar?” tanya Kei, meski sebenarnya ia pun merasakan nikmat yang semakin jelas memanjakan batang lelakinya.

“I-iiyahh...haahhrrhhn..” jawab Aina, sebisanya, yang samar dibalik erang dan desahnya.

Namun, tiba-tiba Kei menahan pantat Aina, seakan ingin membenamkan penis Kei dalam-dalam dan tak mengizinkan Aina untuk menggenjot penisnya.

“K-Keii...hhh...ada apa..??” tanya Aina, keheranan, sekaligus merasa terkatung karena orgasmenya yang tertunda.

Kei tak menjawab, bahkan tak menggerakkan penisnya. Ia hanya menahan pantat Aina, dan meremasnya kuat-kuat hingga Aina merasakan kesakitan, merasakan bahwa kuku tajam Kei mulai menusuknya.

“Aaarghhh...t-tuaann K-Keeei..huhhhnn..” Aina meringis menahan nyeri. Kei masih saja tak mau melepaskan remasannya, malah menatap Aina dengan tatapan tajam dan sinis. Namun dibaliknya, gairah Kei justru semakin membludak melihat ekspresi wajah Aina. Terlihat dari nafasnya yang memburu.

Namun, sembari menahan diri agar terlihat tenang, Kei berkata, “Na, balik badan.”

Aina terlihat bingung, namun ia memutuskan untuk segera balik badan kalau tidak ingin Kei ‘merobek’ pantatnya.

“Aahhkk, iyaa!”

Aina pun segera berbalik badan, dan kembali menduduki Kei, kali ini membelakanginya.

*sfx : Bless!!*

“Jangan mau enak sendiri lu.” ujar Kei, sinis, sembari memasukkan kembali penisnya ke dalam vagina Aina setelah mengangkat pantatnya terlebih dahulu.

“Aahhn...m-maaf t-tuaaan...”

*sfx : CTARRR!! CTARRR!*
“Eeehhheekhh..ehhk...aakkhhh...”

Tubuh Aina kelojotan tak terkendali, antara ia merasakan nikmatnya penis Kei menyodok liang vaginanya serta rasa sakit dan perih yang menjalar akibat Kei memecuti pantat serta punggungnya.

“Ohhnn...hhmmnnhn...”

Tanpa sadar Kei pun mendesah, merasakan gairahnya membludak drastis justru setelah melihat reaksi Aina saat menerima siksaannya. Membuat batang gagahnya semakin terasa menggembung di dalam lubang hangat Aina.

*sfx : CTAARRR!!! CTARRR!!!”

“Hwaaagghhh!!!! Argghhh sakitthh Keeeii ampuunnhh!!!”

“Genjott terus! Siapa yang nyuruh berhenti???”

Bentak Kei, namun kini memeluk erat Aina dari belakang ,membenamkan wajahnya di punggung mulus Aina.

“Enak gak kontol gue??”

“Erghhhhkk K-Keeei...ahhnn...kontolmu enakkhh akhhhh...”

Aina kelabakan, tubuhnya semakin lama semakin kelojotan tak terkendali merasakan nikmatnya batang gagah Kei yang semakin menggembung dan menggenjotnya dalam-dalam. Ditambah dirinya semakin bergairah justru setelah menjawab pertanyaan vulgar dari Kei.

“Kkkkhh..ookhhh...haa—“

*Sfx : CREETTSSS Sssrrttuussss Crruutsssss....!!!*


“AAAHHH K-Keeeii heerrghhh..ghhhnnnhnkk okkhhnn...!!”

Tubuh Aina terlonjak-lonjak bersamaan dengan erangan serta jeritan kenikmatan Aina yang tak terkendali. Cairan cintanya menyemprot kuat dan banyak sekali, membasahi paha mereka berdua, seprai beserta kasur Kei.

“Erggghh..hikss..ahhkk...m-maaff Keeii..okkhhh...!!!”

Aina terus memohon-mohon di dalam orgasmenya pada Kei yang ternyata semakin kasar menggenjoti vaginanya dari bawah, serta terdengar nafas Kei yang terdengar geram, sekaligus kepanikkan Aina yang ‘mengencingi’ kasur ‘tuan’nya.

“Arrgghh anjingg...ohhh fuucckkk---!!”

Benar saja, kini Kei berganti menjambak rambut Aina ke belakang, sehingga kepala Aina terdongak.

*sfx : Crrroootssss crootsss.....!!”

“Gimana, anget pejuh gue, njing??? Hmm??”

Aina tak sanggup menjawab Kei, yang ia tahu kini ia merasakan kenikmatan pada lubang bercintanya bertambah amat sangat dengan menyemburnya cairan mani Kei yang hangat serta banyak sekali di dalam vagina, bahkan rahimnya.

“Aaahh...harrghnnn...”

Tak mendapat respon, kini Kei menarik kuat-kuat tali pada collar Aina, sehingga tubuh Aina tertarik ke belakang dan kini menghantam badan Kei, punggungnya tersender padanya.

“Aammpuunnhh Keii..hngkhhs ooghhnn...ohhnn..” rengek Aina, yang ternyata masih menuntaskan orgasmenya.

“Udah, puas-puasin aja sayang, hmm...” ujar Kei, memeluk Aina dari belakang dan berbisik lembut di telinganya. Memberikan rasa nyaman yang segera memulihkan rasa perih yang diterima Aina, serta membuat Aina terhanyut.

“Uhh..lu pasti lemes...”

Dengan perlahan, ia berganti posisi, meletakkan Aina yang tadi terkapar di atas tubuhnya dengan hati-hati sehingga kini Aina berbaring lemas.

“Jujur, gue juga ingin sih rebahan bentar, tapi...”

Kei melirik jam dinding pada kamar kosnya. Menunjukkan pukul 07:45

“Duh, gue ada kelas jam 8, dan ini pun hampir kesiangan.”

“Na, gua mandi dulu, ada kelas jam 8.” ujar Kei, terburu-buru ke kamar mandi.

“Hmm..” hanya itu sahutan Aina, yang sudah terlelap begitu saja.

----



[ Pukul 13:00 ]

Aina terbangun dari serangkaian mimpi absurd yang ia tidak ingat. Saat ia membuka mata, ia mengingat sesuatu...

“HEH! Ada tugas proposal dari Pak Hagi!!”

Ya, Aina baru saja teringat bahwa dosen koordinator pra-TA nya, Pak Hagi, memberikan tugas mingguan tentang laporan pra-TA, dan tugas tersebut diberikan setiap hari Selasa dan harus dikumpulkan hari itu juga.

“Aku harus pulang, laptopku ada di rumah!”

Aina pun bergegas merapikan pakaiannya, meskipun ia agak kebingungan karena .. karena pakaiannya yang basah akibat dari ‘permainan’ mereka selama dua hari ini.

Lagipula, Aina terbangun dengan badan yang masih pegal-pegal, serta jalan yang tergopoh-gopoh. Seakan Kei menyedot semua energinya di dalam kenikmatan, sehingga yang tersisa hanya pegal dan kaki yang seakan susah digerakkan, jika Aina tak memaksanya untuk segera bergegas.

“H-Hari ini tugasnya kayak gimana ya...”

Aina mengambil ponselnya dan mengecek grup WhatsApp, bermaksud membuka grup Pra-TA. Namun, ia malah menemui pesan Kei di WA,

“Na, kalau lu lemes, lu boleh tidur di kosan gua sampai lu baikan. Kunci kosan gua ada di meja, gua kunci lu dari luar. Tolong titip kosan, gua bakal balik jam 1 siang. J “

Baru saja Aina hendak membalas untuk mengabarkan bahwa dirinya sudah terbangun, tiba-tiba...

“Na..?”

Kei ternyata membuka pintu kosannya perlahan, sehingga Aina tak mendengar deritan pintu yang dibuka.

“Kei! Aku harus pulang sekarang!”

“E-eh..? Gak makan dulu?” ujar Kei, khawatir

“Nanti saja, aku terburu-buru Kei...”

“B-Baiklah?”

Kei mendekat, ia mencoba membantu Aina berjalan dengan membopongnya.

“Lu gak apa-apa...? Lu masih lemes gini...” bisik Kei, sembari memeluk Aina yang bisa saja ambruk di saat itu.

“Ehh.. nggak a-apa...”

Namun, Kei kini malah menyandarkan Aina di dinding.

“K-Kei...?”

Aina keheranan, kini Kei datang membawa kain bersih yang diletakkan di meja.

“Gua kelupaan...”

Kei mengangkat salah satu kaki Aina, dan mulai menyeka vagina Aina sebisanya, membersihkannya dari sisa-sisa cairan cinta mereka.

“Uhhh....K-Kei-“

“Tahan, Na.” ujar Kei, masih membersihkan vagina Aina sementara satu kakinya di topangkan ke pundaknya. Aina pun menahan rasa geli serta sedikit rasa perih di vaginanya.

“Nah, udah.”

“T-terimakasih...” ujar Aina, sedikit canggung.

“Maaf Na, gua pastinya gak bisa antar lu karena gak ada motor.”

“T-tidak apa-apa-“

“Gua pesenin lu Grab Car aja, ya?” sela Kei, sembari merogoh ponsel dari saku jaket jeansnya.

“Hah..? Grab Car..? Kok mobil...? Gak ojek aja...?” tanya Aina

Kei terdiam sesaat, seperti memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya berkata,

“Biar lu lebih enak duduk dan bisa rebahan,mungkin... Masih lemes tuh lu, jalan lu belum bener... “

Aina sangat mengerti dengan apa yang Kei katakan, dan ia meleleh kembali dengan perhatian Kei padanya.

“I-iya sih.. makasih ya.. Nanti uangnya kuganti---“

“Mhhnn....mmmhnn...”

Omongan Aina terpotong oleh Kei yang tiba-tiba mencium bibirnya dengan mesra. Aina pun membalasnya dengan tak kalah mesra, lidah dan bibir mereka kembali berpagutan untuk beberapa saat.

“Udah, gantinya sama ini aja.” ujar Kei, menyudahi ciumannya.

Sementara Aina tersipu, Kei mulai memesan Grab Car untuk Aina.



10 menit berlalu, pesanan Grab Car untuk Aina tiba. Dengan hati-hati, Kei memegang tangan Aina dan mengantarkannya sampai ke pesanan mobil yang tiba di depan kosan Kei.

“Hati-hati, Na.”

“Iya..makasih Kei.”

Mereka pun saling tersenyum, sebelum akhirnya Aina menaiki mobil, dan mulai perlahan meninggalkan kosan Kei.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Aina masih saja terpikir tentang apa yang mereka berdua lakukan selama dua hari ini.

“Kei.. rasanya kemarin itu kamu masih agak ogah-ogahan membahas hal berbau seks denganku .. Sekarang kamu juga yang perlahan mengabulkan fantasi kotorku denganmu selama ini..."
 
Dtungguin updatenya di wattpad taunya update dsini >.<

Aina trnyata liar jg yah... Seru kayanya kalo sekali² di delayed orgasm.mulu.
 
Dtungguin updatenya di wattpad taunya update dsini >.<

Aina trnyata liar jg yah... Seru kayanya kalo sekali² di delayed orgasm.mulu.
uwu aku terharu kau tau ceritanya dari wattpad wkwkkw

Iyaa.. Ngeselin tp enakbgt 😂🤣🤣
 
Wuaahh,, knapa lagi babyak trit yg mandek yaa..??
Tapi ane tetap menunggu lanjutannya hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd