Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [BDSM] Chillhood, chillmate

ReiTakeuchi

Semprot Kecil
Daftar
1 Jan 2017
Post
94
Like diterima
152
Lokasi
Bimabet
Haloo agan aganwati seper-semprotan ~

Saya kembali lagi ke forum ini, setelah sekian lama hiatus.
Sebenarnya saya sudah pernah membuat cerita di forum ini, namun saya memutuskan untuk menguncinya karena cerita tidak bisa dilanjutkan, terkendala file (ugh...)

Maka dari itu, izinkan saya membuat cerita baru, namun genrenya benar2 serupa dengan yg sudah2 :nulis:

=====

Judul : Chillhood, Chillmate
Genre : BDSM, Slice of Life, Psychology, Drama
Sinopsis :
Kisah platonik yang tak akan berkembang antara seorang mahasiswi dengan mahasiswa adik tingkatnya yang kebetulan bertemu karena minat yang sama.
Hanya bertemu dalam hitungan bulan, selebihnya interaksi dilakukan melalui sosial media, ataupun game online.

Akankah tetap menjadi hubungan platonik, ketika mahasiswa tersebut kembali muncul di hadapan si mahasiswi di tahun-tahun akhir perkuliahannya?

[ WARNING : gaje, tl;dr, more than 3k words per-chapter, NSFW konten, badwords, vulgar, sensitive issue, censored everywere, etc, did I tell you this is lot of badwords and SENSITIVE ISSUE?]


[btw, this is also uploaded on my Wattpad; follow me @lewdsuika_ , dengan judul yang sama)

74534327_2769825026361022_4207464458399776768_n.jpg

========= Barisan Para Tokoh dan M U L U S T R A S I ====================

Aina Farhayani (Aina)

75135945_2769812806362244_8739306145736294400_n.jpg
76720748_2769814079695450_1689028603917893632_n.jpg


TB : 150
BB : Rahasia .. yg pasti curvy
Usia : 22

Khairul Ruchyanto (Kei, saat berambut pendek dan panjang)

75247495_2769816916361833_24635876575281152_n.jpg
74214521_2769818409695017_9064556150682288128_n.jpg


TB : 170 cm
BB : maybe.. 42 kg?
Usia : 21

Aditya Widjaja (Adit)

72762461_2769829783027213_6797446990494957568_n.jpg


Ruben Oktavian (Beno)

75196277_2769832246360300_333090875766734848_n.jpg

Maruli Hasibuan (Arul)
74153046_2769832536360271_8502312354308947968_n.jpg


Hadi Agustian

74878876_2769833109693547_4777617617437327360_n.jpg


Rachma Hardiyanti (Rachma, adiknya Kei)
75241131_2769838019693056_2942985331512705024_n.jpg


Sri Maryati (Sri, ibunya Kei)
73537344_2769838679692990_413297190996279296_n.jpg


Sudarsono (Sudar, ayahnya Kei)
75006107_2769838999692958_7979271494700105728_n.jpg


Satriyawan (Satriya, ayahnya Aina)

74601269_2769842456359279_735184000326303744_n.jpg


Karuniawati (Wati, ibunya Aina)
74209109_2769842906359234_3853245122380562432_n.jpg


Kirana Atmajaya (Kiran, adiknya Aina)
(tidak, jangan harap ia akan ada adegan esek2nya, karena akan melanggar peraturan grup ini.)

76172182_2769845986358926_3735493951101075456_n.jpg


Pak Abe (pemilik kosan Kei, sekaligus anggota DPRD)
76601307_2769847783025413_2957689856425197568_n.jpg


Karina ( Rina, 'istri muda' pak Abe, penjaga kantin kosan )
74692458_2769849563025235_6485234968661327872_n.jpg


Estiningsih (Esti, istri tua Pak Abe)

73458791_2769853383024853_4159498594350530560_n.jpg


Athalia Yukia (Liyu, tetangga belakang rumah Aina)

76184072_2769861199690738_8058519460991991808_n.jpg


Asep Yusuf (Asep, teman diskusi Aina)

73409235_2769864256357099_5893959207706689536_n.jpg

===== D A F T A R ♦ I S I ====


Enjoy! Jangan lupa tinggalkan krisar setelah membaca, supaya TS bersemangat menamatkan ceritanya:asyik::asyik:
 
Terakhir diubah:
==== PROLOGUE ====

"... Benarkah? Aku hanya takut kehilanganmu, jika kau tahu bahwa...
sebenarnya ku menyukaimu ...."
Hanya butuh waktu kurang dari semenit,dan muncul balasan chat,
"Iyakah? Barutau gue .... Terimakasih, tapi maaf, you know me,right?"
"Sort of, yes, I know you... Maka dari itu, aku tidak terlalu berharap banyak padamu. Aku hanya ingin .. suatu saat kau mengetahui perasaanku padamu.. dan inilah saatnya.
Bahkan, sebenarnya aku ingin kau mengetahui bahwa aku menyayangimu dari sini.. meskipun ku hanya sebatas kakak tingkatmu, temanmu main game bersama, serta...serta ... orang yang mungkin hanya numpang hadir di hidupmu.. ku mohon jangan membenciku setelah ini..."
"Terimakasih .. tapi maaf, gue memang tidak terlalu menginginkan soal percintaan.. lu juga udah tau,kan?"
"Tidak apa-apa..aku bisa mengerti kondisimu, dan tak akan memaksamu..."
"Yah, walau gue tahu, sebenarnya semua orang pasti butuh cinta, dan pasangan untuk menyayangi dan disayangi, bahkan tuhan pun ingin dicintai oleh hambanya. Hanya saja,saat ini gue pun belum terlalu yakin dengan soal percintaan, seperti.. gue belum menemukan perempuan yang benar-benar cocok denganku.
Walaupun lu baik, enak diajak ngomong, dan juga bisa menjaga rahasia, tapi maaf.. sebenarnya, apa ya...gue seringkali merasa ilfil dan muak jika ngomongin soal percintaan, tapi di sisi lain juga gue takut dicap munafik, karena setiap orang pasti butuh pasangan,sih.."
"Baiklah, tidak ada yang perlu disalahkan. Aku juga sudah pernah bilang,kalau aku turut mendoakan kebaikanmu di sini.. dan pasti suatu saat kamu akan menemukan wanita yang dapat mengisi dirimu.."
"Terimakasih.. Dan oh iya, kau pun tak perlu khawatir soal ini,aku tak akan membencimu.. aku merasa nyaman jika ngobrol dan bermain game bersamamu selama ini ..."

--
=================================================================================


75349172_2769873953022796_3717020871559217152_n.jpg


"Ditolak pria yang dicintai pasti rasanya sedih, kecewa dan marah.. "
--

Kuhampiri lilin yang kuletakkan di tengah-tengah lantai kamar tidurku. Dengan hati-hati, kunyalakan lilin tersebut, yang beralaskan foto seorang pria yang berhasil membuat hatiku tertambat padanya sejak 2,5 tahun silam.
Kutatap kening pria yang ada di foto tersebut.
"Ya Tuhan, dengan kesungguhan hati, hamba ingin selalu bersama Khairul Ruchyanto. Hamba ingin selalu mencintainya. Menyayanginya sebagaimana ia adalah mahluk ciptaanmu yang terindah. Yang diizinkan hadir di dalam kehidupanku. Perkenankan hamba untuk bersanding dengannya, pria yang telah membuat hatiku tertambat.. Perkenankan hamba untuk menjalin hubungan hingga jenjang pernikahan, hingga berkeluarga, hingga akhir usia.. Perkenankan Khairul untuk menjadi imam bagi saya dan bapak bagi anak-anak saya... Ya Tuhan, tolong jaga dia agar senantiasa baik-baik saja di sana...
Terimakasih Tuhan, telah mengizinkanku bertemu dengan pria yang sanggup membuatku jatuh hati kembali..."

Kupanjatkan do'a tersebut hingga lilin perlahan habis.
Lantas, kuamati foto pria yang kini telah bercampur dengan lelehan lilin tersebut.
Sudah 30 hari semenjak aku menyatakan perasaanku, dan sudah 7 hari sejak kulakukan 'ritual' ini.
Konyol, seakan menggadaikan akalku. Namun, secinta itu aku padamu...
---
.
.
.
.
.

"USAHA TAK AKAN MENGKHIANATI HASIL.
NAMUN HASIL PUN TERGANTUNG DARI USAHA SEPERTI APA YANG DILAKUKAN.
ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR UNTUK HASIL YANG TELAH DIDAPATKAN."
 
Chapter 1 : Aku tak sekurang ajar itu


Aina P.O.V
[Pukul 13:05]


“Aduduhh .. awas,awas!”
Ujarku, sembari terburu-buru menaiki tangga menuju lantai tempat “kelas” baruku. Hari ini adalah hari pertama mata kuliah studio pra-TA (Tugas Akhir) pada semester 7, dan aku mengawalinya dengan bangun kesiangan!
Ah, itupun langkahku sedikit tidak mulus, karena di tangga kebetulan banyak maba jurusan DKV yang berjalan bergerombol di tangga. Aduhhh, padahal kan ada peraturan tidak tertulis jika menaiki tangga-yaitu berbaris lah,jangan membuat gerombolan yang menghalangi orang untuk lewat,apalagi kalau sambil ngobrol- namun, ah, mana peduli orang-orang yang kayak gitu. Jadinya ku harus agak berdesak-desakkan dengan gerombolan maba tersebut.

“Hai Na!”
Duh,sempet-sempetnya ada yang menyapa saat ku sedang terburu-buru begini.
“Yo!” kujawab saja dengan singkat, sembari memperhatikan muka orang yang menyapaku sekilas. Dan kebetulan akhirnya aku tiba pada tujuanku, dan bergegas menuju kelas. Namun, seketika ku terperanjat, langkahku terhenti sejenak. Aku pun mengingat wajah orang yang tadi menyapaku sekilas,dan ingatanku langsung terkuak.

“K-Kei...” gumamku, pelan.
Ingin ku mengejarnya, mengetahui kemana temanku itu tadi akan pergi, dan jika bisa mengobrol pun itu lebih dari cukup..
Akan tetapi, kelasku sudah dimulai hampir 15 menit yang lalu, maka aku memilih untuk bergegas masuk ke kelas studio, namun kini membawa sebuncah semangat dan rasa bahagia.

...


“007231502 – Aina Farhayani” .. ucap seorang dosen, begitu melihat kehadiranku di kelas, dan tangannya pun langsung bergerak mencontreng namaku pada absen.

“Eh, ternyata baru absen,toh...” ujarku dalam hati. Seketika ku teringat, ini adalah jurusanku, jurusan Desain Produk, yang mana jurusan ini memiliki jumlah mahasiswa yang terbilang “sedikit” ,jika dibandingkan dengan jurusan DKV dan Desain Interior maupun jurusan Teknik pada salah satu kampus swasta di Bandung ini.

Lalu,apa hubungannya? Nah, berhubung mahasiswa di jurusan ini terbilang sedikit, biasanya dosen-dosen di sini terbiasa ‘agak’ santai jika datang ke kelas dan melakukan presensi kehadiran mahasiswa. Misal, di jadwal tertulis waktu dimulai mata kuliah adalah pukul 13:00 , toleransi keterlambatan pukul 13:15. Namun, di jurusan ini ,terkadang pukul 13:15 , bahkan pukul 13:20, presensi kehadiran mahasiswa baru mulai dilakukan. Seketika pula,menyadari hal tersebut membuatku merasa seharusnya ku bisa lebih santai sedikit, dan ... meluangkan beberapa waktu untuk menyapa temanku itu dengan baik.

Otomatis, dengan jumlah mahasiswa yang terbilang sedikit pada setiap angkatan, kau dapat lebih mudah dikenali oleh teman-teman sejurusan, serta kakak dan adik tingkat. Terlebih jika kau mengikuti himpunan jurusan juga. Namun, aku yang termasuk non-himpunan pun tetap dikenali, kok. Ya, dikenali sebagai ‘penyendiri’ dan tak terlalu suka berbaur.

Aku tak menyangkalnya, meski aku pun dulu pernah aktif dalam kegiatan himpunan jurusan pada tahun pertama dan kedua ku berkuliah. Namun, aku menyadari bahwa diriku bukan orang yang mau dan mudah menyesuaikan diri dengan ‘kultur’ serta traits orang-orang di jurusan ini. Terlebih aku memiliki tendensi dan ketakutan di masa lalu yang menghambatku untuk bergaul-tak akan aku ceritakan di sini, aku tak mau mengingatnya. Meskipun ,sekarang aku bisa bernafas-agak-lega setelah teman-teman seangkatanku-setidaknya-mengerti ‘permasalahan pribadiku’ dan tak lagi terlalu memaksa aku untuk terus aktif. Dan, yah, dampak dari hal tersebut adalah aku hanya memiliki sedikit teman di jurusan ini (‘teman’ di sini dalam pengertian yang mana aku merasa nyaman berbicara dengannya dan membuatku tak ragu untuk bertukar pendapat dengannya.)

Namun, sebenarnya alasanku tidak mengikuti himpunan jurusan bukan karena itu saja,sih. Aku sudah terlanjur lebih aktif di sebuah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang mengusung Budaya dan Bahasa Jepang, yang biasa disebut Gekibara. Terlebih, aku sedang menjadi salah satu pengurus pada periode kepengurusan di UKM ini.
Nah, aku sendiri menyadari bahwa aku-di-jurusan berbeda dengan aku-di-UKM, yang mana aku terlihat memiliki banyak teman dan dapat akrab dengan mereka yang berbeda jurusan, (itu pula hal positif dariku yang setidaknya dapat dilihat oleh orang-orang di jurusanku).
terlebih ternyata ku lebih mudah nyambung dan sepemikiran dengan mereka.

Contohnya, ya kayak tadi, ada seorang teman (sebenarnya, adik tingkat) dari jurusan DKV yang menyapaku saat ku menaiki tangga.
Khairul Ruchyanto, mahasiswa DKV 2016.
Dia adalah salah seorang yang kutemui di UKM Gekibara ini. Pertama kali aku mengenalnya, dia sedang duduk di pojokan sekre UKM, memainkan salah satu game MMORPG yang sedang booming pada tahun pertama perkuliahannya.
Jujur saja, selain karena dia memainkan game yang kebetulan sedang ku mainkan juga, aku memilih menghampiri Kei karena dia mirip dengan teman bermainku di warnet langganan dulu-bahkan kukira ialah orangnya- namun ternyata bukan, karena teman bermainku itupun ternyata berkuliah di jurusan Elektro, bukan DKV. Namanya pun bukan “Kei”.

Setelah ku berkenalan dengan Kei, kami pun mulai berbincang banyak hal, mulai dari membahas game MMORPG yang sedang dimainkan tersebut, hingga-tak hanya Kei- satu persatu teman-teman Kei mulai menanyakan padaku tentang pengalaman tahun pertama di jurusan Desain. Dari percakapan itu pula, aku berkenalan dengan Adit, Beno, dan Arul, yang juga merupakan teman sejurusan dan seangkatan dengan Kei.

Hingga esok hari pun berganti, namun kali ini yang datang ke sekre UKM hanyalah Adit, Beno, dan Arul. Begitupun hari-hari seterusnya, sehingga jadinya aku lebih akrab dengan mereka bertiga ketimbang Kei. Padahal, semenjak itu pula, pikiranku terharap Kei lebih intens. Seperti, mencari-cari akun sosial medianya, kemudian memandangi beberapa fotonya dalam waktu yang cukup lama. Sesekali aku menanyakan kepada mereka tentang Kei. Dan mereka menjawab ...
“Iya, Kei itu sebenarnya gimana ya..terbilang passive. Dia emang gak terbiasa untuk memulai (percakapan) aja.. “ jawab Adit
Arul pun menambahkan, “kadang dia juga pemalesan sih, haha.. Tapi dia orangnya selalu mau kok kalau diajak kemana-mana! Easy-going pokoknya!”

Tak bisa kupungkiri, diantara mereka berempat, Kei yang paling menawan bagiku. Aku hanya ingin bisa mengenalnya lebih dekat, itu saja dulu. Namun .. yah, Kei sendiri hanya menghadiri acara atau datang ke sekre UKM sesekali. Namun tak dapat kupaksakan juga agar Kei lebih sering datang ke sekre UKM, yang entah memang Kei memiliki kesibukan lain, atapun tidak terlalu tertarik untuk ikut berorganisasi.
Itu pun, jika ku bertemu dengan Kei secara tidak sengaja, sering kulihat ia malah memperhatikanku, melihatku (aku tidak kegeeran,loh!) hingga ia baru melepas pandangannya ketika aku sudah pergi cukup jauh. Aku tidak mengerti, tatapan itu membuatku tak nyaman. Pernah ku dibuatnya hampir ingin melabrak dan membanjur Kei dengan milkshake yang kuminum, kalau tidak dicegah oleh temanku yang mengetahui masalah ini dan memperhatikan gerak-gerikku.

Oh iya,bukan itu saja, sebenarnya, aku masih mengingat bagaimana saat aku mengenakan jaket game Cloosers ke kampus, dan kebetulan berpaspasan dengan Kei yang sedang berjalan dengan temannya, meski jarak kami berjauhan. Namun, mereka berdua melihat ke arahku, ke jaketku. Namun, aku pun bisa mendengar bahwa mereka... mengataiku aneh!
“Dih, apaan sih, aneh banget tuh cewek.”
Dan itu Kei yang ngomong. Hadeh.. biar lah.

Hingga semester pun berganti, dan aku semakin jarang melihat Kei. Di saat itu pula, tentunya kegiatan studio Desain Produk yang kujalani jauh lebih sibuk ketimbang semester lalu, maka dari itu pikiranku tentu saja terbagi, sehingga otomatis aku tak lagi memikirkan Kei sesering dulu. Namun, tetap saja aku menyempatkan diri untuk singgah di sekre UKM Gekibara , dan membuatku semakin akrab saja dengan teman-teman Kei, terlebih dengan Adit, karena dengan Adit pun aku dapat menyesuaikan pemikiranku. Lantas pikiranku terhadap Kei seperti meluap begitu saja, terlupakan.

Kemudian semester pun berganti kembali, atau dapat dikatakan setahun setelah ku mendapatkan teman UKM angkatan 2016. Hingga pada saat aku singgah ke sekre setelah perkuliahan, tak sengaja aku mendengar percakapan antara Arul dan Adit.

“Eh, si Kei kemana, jadinya cuti ya?” tanya Arul
“Iya kayaknya sih, tapi kenapa ya kira-kira?” Adit bertanya balik.
Aku, beserta ingatanku agak terpicu, ingatanku tentang Kei kembali menyeruak. Tak ayal, akupun menanyakan.
“Iya ya, kemana si Kei? Kok cuti?”
“Nah itu,katanya sih telat perwalian dan bayar..” ujar Arul
Sontak,saat itu aku dan Adit hanya tertawa, karena menurut kami itu adalah alasan yang konyol (sebelum ku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Kei)
“Eh tapi ada yang bilang masalah keluarga,sih... gatau dah.” ujar Adit, meredam suasana.
“Hmm,ya sudah,semoga masalahnya cepat kelar dan dapat berkuliah kembali..” ujarku, dan diamini oleh Adit dan Arul.


Kei P.O.V

[Pukul 13:05]


Ini adalah hari ketiga ku berkuliah kembali di semester ini, namun ekspresiku,serta semangatku masih sama seperti hari pertama ku berkuliah di semester ini. Ya, aku kini tak perlu khawatir tidak akan bisa menyelesaikan pendidikan S1 DKV ini. Sejujurnya aku senang, serta bersyukur, karena ada harapan untukku memperbaiki masa depanku dengan kembali berkuliah, dan nantinya lulus dan menyandang gelar S.Ds. Karena, aku selalu berpendapat, bahwa salah satu cara untuk meraih masa depan yang terjamin adalah dengan berkuliah, lulus dengan gelar dan ijazah, sehingga nantinya akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan, walau aku sendiri sebenarnya belum tahu apakah nantinya akan bekerja di perusahaan,ataupun menjadi freelance.

Apakah aku malu dengan teman-teman seangkatanku yang sudah tingkat III sehingga semakin dekat dengan kelulusan, sedangkan aku sendiri di sini masih mengejar mata kuliah DKV tingkat pertama dan kedua? Sejujurnya, sempat. Namun, rasa minder itu kalah dengan semangat dan Keinginan kuatku untuk ‘menebus’ tiga semester, satu setengah tahun masa cutiku yang harusnya ku gunakan untuk berkuliah.
Ya, aku sempat ‘menghilang’ (cuti), karena keadaan yang tak pernah aku inginkan dan kehendaki..
Dan satu setengah tahun, bagiku adalah waktu yang terbilang lama untuk ‘menghilang’. Karena itu pun, aku merasa teman-temanku menghilang satu persatu. Entah mereka lupa padaku, ataupun sibuk dengan tugas-tugas mereka.
Atau karena aku yang terlalu malu karena keadaanku ini...sehingga aku yang justru memutuskan hubungan dengan mereka...?
Ah, inilah pikiran buruk yang hampir setiap hari menggelayutiku selama ini. Namun, tidak, aku tak bisa, dan tak akan menyalahkan siapa-siapa.
Aku selalu percaya, bahwa akan ada ‘kesempatan’ bagiku untuk kembali menimba ilmu di perkuliahan, dan semoga, semester ini dapat kulalui tanpa hambatan.
Tak hanya berkuliah ,mungkin aku juga dapat menggunakan kesempatan di semester ini untuk mengakrabkan diri kembali dengan teman-teman sejurusanku, terlebih dengan teman-teman geng ku dulu.
Mungkin aku dapat mengikuti UKM Kebudayaan dan Bahasa Jepang yang selama ini membuatku penasaran juga..
Mungkin..
Mungkin.. aku dapat mengucapkan terimakasih, ataupun membalas kebaikan seorang gadis-yang saat itu,tiba-tiba ‘datang’ ke hidupku-yang mau menemani dan mendengarkan curhatanku di masa ‘kelam’ku. Gadis itu, dia memperkenalkan diri sebagai mahasiswi Desain Produk 2015, setingkat di atasku. Ia berkata bahwa ia mengenalku dari temen geng-ku yang juga mengikuti UKM Gekibara.
Karena ia pula lah yang membantuku untuk tetap optimis dan tak mudah menyerah dengan keadaan. Saat ini, hanya dia yang membuatku nyaman mengobrol banyak hal, bahkan menceritakan permasalahanku yang tak pernah kuceritakan pada teman-temanku yang lain, bahkan tidak juga dengan kedua orang tuaku.
Ya, ia adalah gadis yang tadi kutemui saat menuruni tangga. Namun, saat kusapa, ia hanya membalas singkat, dan juga kulihat ia tampak terburu-buru.
“Yah,sudahlah biarkan saja dulu.. nanti juga bisa bertemu lagi” pikirku.
Aku pun lanjut berjalan menuruni tangga, saat kulihat Arul, Beno, dan Adit datang bergerombol menaiki tangga. Namun, tak hanya mereka bertiga, ku melihat beberapa wajah mahasiswa lain bersama mereka, tapi tidak kukenal sebelumnya. Akan tetapi, tetap saja aku menyapa mereka.
“Oi, bro!”
“Ehh, Kei! Mau kemana lu???” jawab salah satu dari mereka.
“Gua mau cari makan nih,bro. Mau ikut?”
“Yah, gua udah makan tadi..” jawab Arul
“Lagian kita habis ini mau ke kelas, toh.” Ujar Adit, seperti biasa dengan logat Jawanya.
“Wah iya ya. Oke deh gua duluan kalau gitu!”
Aku pun pamit kepada kawan-kawan gengku itu, meski sempat ku mendengar bisik-bisik beberapa orang di belakang mereka yang menanyakan tentangku, seperti..
“Kak Dit, itu siapa?”
Ah, biarlah menjadi ‘tugas’ Adit dan Arul saja untuk menjelaskan siapa diriku. Saat ini, yang kutahu hanyalah mencari makan siang karena ku sudah lapar sejak mengerjakan tugas nirmana 2D tadi.

[Pukul 13:40]
Setelah makan, ku bergegas untuk kembali ke kosanku. Jarak dari kosan ku saat ini dengan kampus hanya sekitar 100 m, maka dari itu dengan berjalan kaki pun cukup untuk ditempuh.
Namun, pikiranku berubah saat melihat gedung bertingkat berwarna hijau bertuliskan “Eternity Cyber Cafe”. Ah iya, aku pun lupa bahwa jarak kosan dan warnet gaming tersebut hanyalah dipisahkan oleh tiga rumah.
“Wah iya, dulu gua pernah coba sesekali main game War**frame di warnet ini, dan cukup memuaskan. Gak ada salahnya untuk mencoba main lagi di sini.” gumamku dalam hati, sembari kakiku membawaku menginjakkan teras gedung hijau tersebut. Satpam yang sama menyambutku seperti terakhir kali ku bermain di warnet ini.
Setelah membeli billing warnet selama 3 jam, ku mulai menaiki tangga menuju ruangan reguler, yaitu ruangan dengan fasilitas gaming serta tarif yang paling murah.
“Yah,tak perlu mahal-mahal amat lah, yang penting gua bisa main War**frame.
Setelah kunyalakan komputer yang ada di sana,serta memasukkan billing warnet, aku mulai membuka akun Steamku , kemudian mulai memencet logo game War**frame.

War**frame, game yang membuatku mengenal gadis tersebut.. Agak lucu juga sih, kalau diingat bagaimana pertama kali aku mengenal Aina di Steam.
“Hello, u play War**frame?”
“Yes, i play.”
jawabku kala itu, agak bingung.
“Can I add ur in-game nickname? Let’s play together~”
“Synthwave”
jawabku saat itu,singkat, dikarenakan saat itu pun aku tak ingin berbincang dengan orang asing, apalagi dia berbicara dengan Bahasa Inggris.
Namun, setelah ia menambahkan nickname ku dan mengajaknya bermain bersama, baru ia menceritakan sedikit tentang dirinya bahwa ia mengetahuiku dari Adit, juga menceritakan bahwa ia mahasiswi yang satu kampus denganku ,namun ia adalah kakak tingkatku yang berbeda jurusan.
“Ah, lagian sok inggris banget si Aina, gua kira dia orang Thailand dan nge-add Steam gua secara random..” pikirku, dikala menunggu patch launcher War**frame yang masih men-download data.

Oh iya,soal Aina... apa sebaiknya ku mengajak dia untuk bermain di sini?
Ku membuka akun FB ku, dan mengechat FB Aina.
“Na, mau mabar WF kagak? Kalau mau gua di Eternity.”
Yah, coba aja dulu. Sekalian menebus rasa bersalahku waktu itu ...
Satu jam berlalu, dan ku belum melihat balasan dari Aina sama sekali sejak kutinggal bermain War**frame tadi.

[Pukul 15:00]

Lantas ku mengecek FB ku sekali lagi, meng-scroll chat window ku dengan Aina. Terakhir kita chatting adalah... seminggu yang lalu. Itupun adalah chat yang terakhir kukirim, dengan text, “Iya, gpp dah, selow.”

[Flashback Start]

Seminggu lalu .. tiba-tiba chat masuk ke FB ku,dan itu dari Aina. Kubuka isi chat itu, dan ternyata .... See? Foto semi-nudes Aina, hanya dengan menggunakan BH. Saat itu, daripada meng-save dan menjadikannya ‘bahan masturbasi’, aku lantas menyentak Aina lewat chat, saking kagetnya.
“Aina, maksud lu apa ngirim gini??!”
20 menit kemudian, dan chatku cuma di read. Entah apa yang mendorongku untuk mengechat dia seperti ini,
“Heh, cewek apaan lu Na? Gua kira lu cewek baik-baik, ternyata??”
5 menit kemudian, ia baru membalas pesanku.
“Apaan sih, Kei? Apa salahku??”
“Lo ngirim apaan?? Foto telanjang?”

2 menit berlalu, ia belum membalas. Nampaknya saat itu ia sedang berusaha menyadari apa yang terjadi.

“Kei... maaf!! Itu kayaknya kepencet, tadi HP ku lupa belum di lock-screen!”
“Beneran? Gua pikir lu sengaja, Na?” tanyaku
“Sumpahh bukan gua, Kei..bukan..! Ahhh...” jawab Aina, disertai dengan emot ‘menangis’ yang banyak.
“Arrghh maafkan aku yang ceroboh, Kei .. sungguh .. Aku gak bermaksud macam-macam padamu, itu gara-gara kepencet ghost-touch!”

Ya, sudah. Aku tak ingin memperpanjang masalah, toh jika benar ia tak sengaja, ya mau gimana lagi.

“Please Kei, jangan benci aku ...!” chat Aina lagi, sebelum sempat ku membalas.

Sepertinya Aina sangat takut jika ku membencinya. Itulah yang ia utarakan ketika ia menyatakan perasaannya padaku. Tidak, Na.. just chill.
“Iya, gapapa dah, selow.” Balasku.

Meskipun, karena insiden tersebut, aku jadi menyimpulkan bahwa Aina mungkin memiliki hobby yaitu diam-diam sering selfie semi-nudes untuk koleksi pribadi? Ah, kuharap ia tidak sebodoh itu untuk menyebarkannya ke publik.
Aku tak mau dianggap munafik, aku pun sering meng-update koleksi hentai-ku di laptop untuk kutonton. Aku juga normal, bisa birahi, memiliki rasa penasaran akan bersetubuh dengan wanita, bahkan bermasturbasi.

Namun, sejauh ini.. aku masih bisa dibilang ditundukkan oleh tata-krama, yang mana tidak membuatku ingin melakukan hal-hal seduktif- bahkan mengarah ke seksualitas- dengan wanita manapun saat ini, karena menurutku itu adalah hal yang ‘kurang ajar’ dan tidak menghormati wanita.

[Flashback End]

Akan tetapi ... entah mengapa tanganku terus meng-scroll chat seminggu lalu, dan tak ayal aku menemukan foto semi-nudes Aina-yang tak sengaja-ia kirimkan padaku. Ah, memang bukan kebiasaanku juga, sih, untuk menghapus chat history, bahkan chatku dengan Aina ini.
Sembari melirik kiri-kanan dan memastikan tak ada orang di dekatku, aku meng-klik foto Aina. Kuperhatikan dengan seksama foto semi-nude tersebut.
“Wah, ternyata.. walau Aina gemuk, ia memiliki kulit yang putih terawat..”
“Dia tipikal cewek chubby, imut, sih....” gumamku setengah sadar, saat ku melihat foto-fotonya.
“Wah.. cukup gede juga ya, buah dadanya Aina.. pantes saja...” gumamku,saat menemukan foto lainnya yang hanya memfoto bagian buah dada Aina yang dibungkus BH berwarna hitam.
“Oh iya, Aina pernah nanya ke gua soal rasa penasaran gua dengan buah dada wanita. Hmm... buah dada segede gini kalau dipegang pasti kenyel, empuk... Kalau diremes katanya bakal enak?” pikirku, semakin hanyut dalam fantasiku yang mulai “kotor”. Hingga akhirnya aku kembali tersadar, dan mengutuk diriku sendiri.

“Ehh anjing, gua ngapain, sih!” umpatku, dan segera mengeklik tanda “x” untuk menutup browser yang menampangkan foto buah dada Aina.
“Nyebut, Kei. Gitu-gitu juga Aina masih kating lu .. kurang ajar banget lu.” rutukku kembali.
Namun, tak bisa dipungkiri, tentu saja batang kejantananku mulai menegang sejak aku memperhatikan foto nude tersebut. Tanganku perlahan tergerak untuk memijit penisku yang mulai memberontak di balik celana jeans, mengurutnya agar tidak terlalu terasa sakit karena terdesak oleh celana.

“Shit, jangan di sini, lah!” rutukku untuk terakhir kalinya.

[Pukul 16:55]

Hampir 3 jam berlalu, dan belum ada balasan dari Aina.
“Duh, tuh anak masih di kelas, ya.. gua udah mau off,nih.”
Kutatap layar PC yang menandakan bahwa lima menit lagi billingku akan habis. Tak perlu menunggu hingga billing habis, aku segera memencet tombol Log Out, serta bergegas pulang menuju kosanku.
---
*sfx : Zzep!*

“What? Mati lampu ...?” seruku, di kala mengerjakan tugas mata kuliah Literasi Visual. Tugas kali ini adalah menuliskan 50 ide yang berkaitan dengan ... susu!
Sebenarnya, aku mengulang mata kuliah ini, sih. Dikarenakan di penghujung semester 2, aku mulai mengalami kendala soal perkuliahan yang menyebabkanku terpaksa mengambil cuti. Tapi yang mengulang di semester ini sebenarnya gak cuma aku sendiri, sih. Adit, Beno, juga Hadi yang kamar kostnya sebelah dengan kamarku juga mengulang matkul Literasi Visual di semester ini. Memang gak banyak yang bisa lulus di matkul yang seharusnya diambil pada tahun pertama kuliah ini. Kenapa, ya? Teman-temanku bilang sih, susah. Entah sulit dalam menemukan ide, kata-kata... Yah, itu juga sih, yang aku alami saat ini.
Lihat saja, sudah sejak pukul enam sore lalu hingga hampir menjelang pukul setengah delapan malam, namun aku baru menuliskan ... 15 ide! Yah, santai sih, dikumpulkan minggu depan. Tapi kalau bisa ngerjain sekarang, kenapa harus besok?
Tapi kan, sedang mati lampu. Apa kerjain besok lagi, ya?

Namun, ketimbang berdiam diri, aku bergegas mendatangi kamar si pemilik kos yang berada di satu lantai di bawah kamarku (yang di lantai 2) . Apalagi, keputusanku untuk mendatangi kamar si pemilik kos terbilang tepat, karena ternyata saat ku keluar kamar, hanya kamarku yang mati lampu, sedangkan kamar Hadi- dan kamar yang lainnya- masih terlihat lampu menyala.
Tepat? Apa iya?
Setelah ku tiba di pintu si pemilik kosan, aku hampir saja menggerakkan tanganku untuk mengetuk pintu, disaat....
“Aaahnnn.... uughnn...”
“Ssshhh....enak aaa... ohhhhh....”
Sayup-sayup ku mendengar desahan, dan itu nampaknya dari 2 sumber suara yang berbeda. Namun sama-sama wanita.
“Anjir .. yang bener aja..?”


Tidak mungkin aku tidak berpikir yang aneh-aneh saat mendengar desahan tersebut. Dugaanku semakin terbukti, saat sayup-sayup ku mengintip dari balik tirai yang tersibak- entah si pemilik kos memang sedikit ceroboh untuk menutupnya, atau memang disengaja- ternyata, terlihat adegan dimana.... dimana si pemilik kos sedang menyetubuhi dua wanita sekaligus! Si pria pemilik kos terlihat sedang menyetubuhi seorang wanita dengan gaya doggy style, sedangkan wanita satu lagi ... guess what? Ia memasukkan dildo besar berkepala dua-anjir, itu mainan seks dapat darimana pula??!- ke dalam kemaluan wanita yang sedang disetubuhi oleh pemilik kos tersebut, sedang kepala dildo yang satu lagi dimasuki ke dalam liang wanita yang memiliki dildo tersebut, kemudian wanita tersebut berbaring di hadapannya. Jadi, aku sedang melihat adegan threesome dimana salah seorang wanita digenjoti oleh dua batang sekaligus dalam satu lubang kemaluannya.

“WHAT THE F*CK!” Instead of getting aroused, now I feel sick.

Makiku, beranjak pergi dan mengurungkan niat untuk komplain soal lampu kamar. Entah makianku akan terdengar atau tidak.

Aku kembali ke kamarku, dengan tidak lagi berniat mengerjakan tugas. Tidak juga untuk bermain game untuk menghilangkan penat. Apalagi menggambar digital-walau hanya lampu saja yang mati, listrik masih tetap menyala. Perasaan dan pikiranku tidak karuan. Aku merebahkan diri ke kasur tanpa ranjang tersebut, mencoba untuk tidur.

[Pukul 20:45]

Hampir pukul 9 malam, namun aku masih belum memejamkan mata. Aku benar-benar pusing sekarang. Entah karena mata kuliah Literasi Visual, atau karena melihat adegan ‘berkembang biak’ yang tadi. Usiaku sudah kepala dua, namun baru kali ini ku melihat adegan persetubuhan secara langsung... Dan terasa sangat kikuk bagiku, terlebih aku yang selama ini hanya sebatas ‘membayangkan’ wanita tanpa pernah benar-benar berusaha mendekatinya.

Dan pada akhirnya, adegan ‘berkembang biak’ itulah yang kini mendominasi pikiranku, ketimbang tugas Literasi Visual tersebut.

“Ugh, emang enak apa ya, ngentot kayak gitu..?” pikirku.

“Gak sakit apa, itu cewek dimasukkin dua batang gitu sekaligus..?” gidikku, ngilu. Lantas menutup kedua wajahku dengan bantal sebagai usahaku meredam rasa linuku.

“Tapi, kayaknya kalau jadi cowoknya bakal enak-enak aja,deh..sempit...”

Mulai deh, pikiran mesumku bermunculan. Gak mungkin batang kemaluanku nggak menegang sekarang.

“Ugghh...hhmmm...” desahku pelan, saat batang kemaluanku mulai menegang dan merangsek dibalik celana boxer yang kukenakan.

“Aduh, tegang lagi...” gumamku. Seakan bergerak sendiri, tangan kiriku mulai meremas lembut kemaluanku di luar celana. “K-Kenapa aku jadi meremas kontolku, hmm... ughh..”

Aku ingin menghentikannya, namun... ini enak! Lagipula, sebenarnya sudah cukup lama aku tidak bermasturbasi, meski belum lama ini aku menonton hentai. Kenapa, ya? Karena males aja, mungkin.

Kini, ku merasa tak cukup hanya dengan meremasnya saja. Kusibak celana boxerku, sementara tangan kiriku mulai memijit dan mengocok batang kemaluanku perlahan.

“U-ughh...hmm....ohh...”

Terasa aliran darah yang naik, mengaliri batang kemaluanku, menambah rasa nikmat batangku. Tak lupa kugenggam batangku agar terasa lebih nikmat. Dan kini, nampaknya biji pelirku juga menginginkan perhatian lebih. Tangan kananku kini memijit juga kedua buah pelir tersebut bergantian.

“Hmmhhh... oohh... “

Sembari bermasturbasi, aku memikirkan adegan hentai yang biasa kutonton, dimana batang kemaluanku dipuaskan oleh seorang wanita. Namun, saat aku sedang asyik mengocok batang kemaluanku- dan mulai kesal karena aku tak kunjung “keluar”-mungkin ini alasan kenapa aku agak malas bermasturbasi- ponselku bergetar. Masih tetap menjamah penisku, kuraih ponselku ,dan ternyata ada pesan masuk dari Aina melalui Facebook Messenger.

“Waahh, Kei tadi ke Eternity? Yahh sayang bangett aku gak bisa ikut tadi, tadi aku langsung ke Braga, sih...”

“Maaf baru bales, Kei.. padahal aku juga ingin banget mabar sama kamu, Kei ..”
begitu isi pesan yang dikirimkan Aina.



Tidak apa-apa,kok.


Namun, aku tak langsung membalas pesan Aina, karena.. yah, kedua tanganku sedang ‘dipakai’.
Alih-alih membalas, aku malah meng-scroll lagi percakapan kami yang sudah-sudah. Ya, aku tidak bisa menahan diri untuk melihat foto payudara Aina sekali lagi. Dan ketemu.

Bongkahan payudara berukuran cukup besar yang hanya ditutupi oleh bra hitam, namun justru menjadi lebih menantang.

“Ughh... enaknya kalau kontolku dijepit oleh nenen segede itu.. hmm...”

Kutambah tempo kocokanku menjadi lebih cepat. Entah lah, kali ini, hanya dengan melihat foto semi-nudes, namun gairahku semakin membludak. Terlebih salah satu foto tersebut terlihat aerola coklat muda yang mengintip di balik BH hitam tersebut.

“Ohhh... hhmmm... ssshhh.....”

Cairan pre-cum semakin membasahi kepala penisku. Kuoleskan penisku sejenak dengan cairan pre-cum tersebut, dan melanjutkan kocokan penisku. Tak luput fantasiku untuk mengemut kedua belah payudara tersebut, dan meremasnya. Membayangkannya, makin membuatku merasa nikmat dan menjemput orgasme.

“Uffttt... kira-kira Aina senang gak ya kalau begitu.. hhmmm...”

“Ugghh...sshh..shit..why i-i am doing thiss... ogghhh.....” erangku, tak tertahankan, namun pandanganku tak lepas dari foto semi-nudes tersebut. Pikiranku semakin bercampur, antara ingin berhenti namun rasa nikmat pada penisku memaksaku untuk tetap bermasturbasi. Pikiranku akan menjamah payudara Aina dan rasa bersalahku saling timpang tindih. Setiap pikiran akan rasa bersalah itu muncul, ku menghentikan kocokanku, berusaha kuat menekan nafsuku agar tidak bermasturbasi. Bahkan, sempat kutekan kuat-kuat penisku dengan bantal.

“O-oohh...ohhhnnnn... m-must not cum..please don’t imagine her...”

Namun,hanya tahan beberapa detik, tanganku seolah tak mau berhenti mengocok penisku walau hanya sebentar saja. Hal tersebut sebenarnya justru malah menambah desiran gairah pada tubuhku, membuat penisku semakin mengembang dan mengeras, serta mulai berdenyut-denyut. Tak ayal ku kembali membayangkan, kali ini jika penisku dijepit oleh kedua payudara besar milik Aina tersebut. Lalu membayangkan bahwa aku menembakkan spermaku ke belahan dada di foto itu. Sehingga aku pun tak bisa lagi menghentikan aktivitasku. Aku benar-benar tidak tahan, penisku harus merasa puas saat ini juga!

Bahkan,kini ku merasakan penisku berdenyut semakin hebat, dan seolah sesuatu mendesak kepala penisku untuk dikeluarkan. Kocokanku semakin menggila, bahkan kugenggam batang penisku kuat-kuat, hingga dapat kurasakan denyutan penisku di telapak tangan.

“Ouuh.. fucckkk... k-kkhhh....!!”

(sfx : Croootsss... croootss creettss...!!”)
“Aaaahhhhhhh....” desahku panjang, namun segera ku menutup mulutku agar tak terdengar hingga ke kamar lain. Cairan ejakulasi menyembur dari penisku, lumayan banyak, bahkan seakan ‘menembaki’ langit-langit kosanku. Ada juga yang mengenai wajahku, dan yang pasti mengotori celana boxerku.

“Uhhhh... hufftt....” aku menarik nafas panjang, merasa kelegaan. Selama itukah, aku tidak menjamah penisku, sehingga.. aku merasa senikmat ini?

Tak lama kemudian, ku meraih ponselku.. yang ternyata juga layarnya terciprat oleh cairan maniku. Masih menampilkan foto semi-nudes payudara Aina.

...

*sfx : Braaakkk!*

“Fuccckkk , gua ngapain anjirrr....!!” kutukku, lalu membanting ponselku ke dinding kosan.

“Aaahhh.. kenapa .. bisa-bisanya gua ngehayalin Aina .. duhhh...”

Kini rasa sesal mendominasi, bergantian dengan rasa nikmat yang kudapat. Aku masih tak ingin terlihat sebagai orang yang ‘kurang ajar’ untuk Aina. Setidaknya, itu janjiku.



“Eh Na, lu udah online War**frame? Sekarang kan anniversary-nya War**frame!” chatku pada Aina melalui Steam.

“Tau sih kalau sekarang lagi event anniversary, tapi aku belum online, lagi sibuk, nih!”
“Iya, rewardsnya lumayan nih, skin Excalibur dan senjata gitu,deh!” ujarku

“Wah, masa iya?? Kalau itu sih aku gatau!”
“Wkwkwk, cek aja FB nya, ada kok postingannya.”
“Duh, entar yaa aku cek FB deh.. aku lagi males buka FB, huh.”

“Kenapa emang? Wkwk” tanyaku.

“Itu... “
Seperti biasa, Aina mulai curhat lagi padaku.

“Di FB kan ada tetanggaku tuh, dulu dia suka sama aku, aku juga suka sama dia sih, DULU. Sekarang udah enggak. Nah semalem dia nge-chat gue nih, awalnya baik-baikin sih ...”

“Terus?”

“Ehhhh....taunya mintain foto oppai (payudara, bahasa Jepang) gua dong! Jijik! Terus juga dia pakai acara modus mau ngajak gua ke tempat sepi. Dikira gua bego, apa??”

“Etdah, itu sih keterlaluan .. Udah jauhin aja, Na.”

“Iya nih, udah langsung males gua sama dia, Kei! Tuh anak juga ternyata pernah bermasalah sama tetangganya gara-gara kasus pemerkosaan, tuh!”

Ewh. Baku hantam yuk. Gua paling benci sama cowok yang melecehkan wanita.

“Tipikal cowok omes (otak mesum),tuh. Udah, jauhin aja, jangan ditemenin. Blokir aja sosmednya kalau bisa.”

“Iya, ya.. yaudah lah gua block aja contactnya.” Ujar Aina.

“Walaupun gua suka nonton hentai, gua gak akan sampai segitunya ke cewek. Gua masih ngerti tatakrama, jadi gua gak setuju dengan sikap tetanggamu itu...” ujarku.

“Hahaha, iyakah? Baguslah kalau gitu.. pertahankan, Kei!”

Kata-kata Aina sedikit menaikkan moodku.

“Wkwkwk sip sip..” begitu jawabku.

“Btw, makasih juga sudah mau mendengarkan....” ujar Aina, seperti biasa dikala usai curhat.

[Flash back End]
 
Terakhir diubah:
Menarik.....layak ditunggu update selanjutnya

Ijin nongkrong Om and thx atas ceritanya....
 
walahh sampai summon temen2 wkwkw, terimakasih atas antusiasme nya ✨✨

wkwkw tenang, semuanya cerita berkonsen kok, even "forced" but under consent, plg ada adegan biseksual wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd