PEMBALASAN DJIE
Sebut saja namaku Sam, ada juga yang memanggilku Djie. Usiaku tak ku ketahui, karena aku memang tak pernah diberitahu. Aku memiliki saudara sembilan orang, tinggal ditempat yang kecil dan berdesakan.
Kehidupanku sungguh sangat memilukan....
Setelah mengalami perjalanan yang jauh dari sebuah gedung bising yang dipenuhi oleh banyak orang berpakaian seragam, aku dikirim ke suatu tempat. Aku sering berpindah-pindah tempat, berganti penjaga dan rumah. Kadang aku mesti tinggal digerobak kecil yang dijaga oleh seorang pria tua, kadang di sebuah warung yang dijaga wanita sexi yang pandai merayu, kadang pula aku mesti tinggal ditempat yang ramai. Perlakuan yang aku terimapun bermacam-macam. Ada yang mendandaniku hingga terlihat sangat cantik, dipamer didepan warungnya dengan label yang paling mahal dibanding teman-temanku yang lain, namun banyak kali pula aku menerima perlakuan yang kurang baik, dizalimi, dicampakkan dan diperlakukan sangat tidak adil.
Jika teringat tempatku berasal, kadang aku merasa ingin kembali lalu bersembunyi dari mereka yang hendak mengambilku dan memindahkanku ke tempat lain.
Aku mesti pasrah dengan keadaan. Tak banyak kini yang bisa aku lakukan, aku kini lemah tak berdaya menerima segala perlakuan dari orang-orang yang menginginkanku dengan berbagai cara untuk mendapatkanku.
Penderitaanku dimulai ketika suatu hari seseorang dengan wajah seram dengan mulut berbau alkohol datang sempoyongan menemui Ibu yang menjagaku. Dengan suara berat dan serak dia mengatakan sesuatu pada Ibu penjagaku. Ku dengar kalimatnya tak beraturan. Matanya merah dengan rambut gondrong tak disisir. Tangan kekarnya yang dipenuhi tatto memaksaku untuk ikut bersamanya.
"Tidak! Aku tak mau!" Jeritku. "Ibu, tolong aku, Bu.."
Jeritanku tak dihiraukan sama sekali. Ibu dengan senang hati menyerahkan aku kepada sosok berwajah menyeramkan itu. Kulihat si seram menyelipkan beberapa lembar uang ke tangan Ibu. Oh... aku telah dijual. Tega benar Ibu menjualku pada seseorang yang sangat menakutkan.
Dalam ketidak berdayaanku, aku membiarkan tubuhku direnggutnya dari tempat Ibu. Rumah kecilku diobrak-abriknya hingga terbuka penutupnya, lalu dengan paksa dia menarik keluar saudaraku yang sedang asyik berdempetan dengan saudaraku yang lainnya. Tanpa berdaya aku memandang nasib malang yang dialami saudaraku. Dia diperlakukan dengan sangat kejam. Kepalanya dibakar dengan api, kakinya digigit, lalu dengan nyaman dan penuh kepuasan si wajah seram menarik nafas dan menghembuskannya dengan kuat...
Aku hanya bisa memandang dengan sedih. Betapa malangnya nasib saudaraku. Setelah sarinya dihisap dari tubuhnya yang semakin lama semakin kecil karena hangus terbakar api, potongan tubuhnya dilempar dan diinjak-injak tanpa belas kasih.
Si Seram membawa aku pergi. Aku pasrah saja ketika tangan kekarnya mencengkeramku dengan kuat. Dibawanya aku dengan senyum kemenangan, menuju ke sebuah tempat. Aku melihat sebuah bangunan besar dengan penerangannya yang suram. Tak berapa lama kudengar dari kejauhan suara cekikikan wanita-wanita. Semakin dekat dengan tempat itu, aku melihat ada 4 orang laki-laki ditemani wanita-wanitanya sambil minum-minum.... Ahhh minuman keras lagi..?
Orang yang membawaku masuk dalam kumpulan orang-orang itu ternyata sering datang ke tempat itu. Pria-pria yang ditemani oleh wanita-wanita cantik berpakaian minim itu adalah temannya.
Dalam keremangan dan suara musik yag melantun pelan kulihat gelas-gelas berjejer diatas meja bersama botol-botol yang berisi minuman berwarna bening dan berbau tak sedap. Sambil memandangi diriku dengan penuh nafsu dan kelihatannya aku mau dimakan hidup-hidup, tiba-tiba tangan-tangan mereka berebutan menyentuh diriku, merabaku sehingga tak ada lagi bagian-bagian dari tubuhku yang tidak dijamahnya.
Aku tak bisa berkata apa-apa.... aku memang lemah dan tak punya kekuatan tuk menolak tingkah laku orang ini.
"Bagi donk, bagi donk..!" Teriak mereka memperebutkanku.
Si Seram yang berambut gondrongpun membuka penutupku hingga terkuak dengan lebar. Aku merasa nasib buruk akan menimpa aku dan saudara-saudaraku yang ikut bersamaku. Salah satu saudaraku yang saat itu bersamaku ditariknya dengan paksa lalu disodorkan kepada temannya. Kembali aku menyaksikan perlakuan menyedihkan dialami saudaraku. Secara bergiliran mereka pun menjamahnya dari ujung ke ujung dengan penuh kepuasan dan. Bukan hanya itu saja yang mereka lakukan. Satu demi satu kulihat tubuh saudara-saudaraku hangus terbakar, lalu dengan kejam dicampakkan dan dijedotkan keatas wadah kaca hingga hancur. Tapi tetap saja aku tidak berontak karena aku lemah dan tak punya kekuatan untuk menolong saudaraku. Aku tetap tak bisa berbuat apa-apa saat kembali saudaraku yang lain mengalami nasib tragis seperti yang telah dialami oleh saudaraku sebelumnya. Pemandangan kejam dari mereka pada saudaraku terulang. Dibakar, digigit, lalu dicampakkan setelah tubuhnya tersisa potongan kecil yang telah terbakar.
Sungguh kami begitu lemah,, sehingga perlakuan keji mendatangi kami berkali-kali hanya demi sebuah kepuasaan sesaat, dan semua tak pernah bisa kami lawan.
~~*****~~
'Aku mesti bertindak, aku mesti melakukan sesuatu agar tak mati sia-sia. Hanya kematian yang layak diterima mereka sebagai pembalasan dariku'
Aku marah. Aku ingin membalas mereka yang telah memperlakukan aku dan saudara-saudaraku dengan kejam.
Dan misi itupun aku mulai...
~~*****~~
Aku kini ada disebuah ruang bersih. Dindingnya dicat putih dengan penerangan yang cukup dan udara yang sejuk keluar masuk dan mengitari ruangan. Di atas dinding kulihat sebuah tulisan peringatan agar tidak menjamah kami. Berbahaya.
Keberadaan kami ternyata mulai menjadi momok menakutkan bagi mereka. Sempat kulihat ada papan besar bergambar tengkorak dengan kalimat-kalimat menakutkan, isinya sebuah peringatan dari pemerintah tentang bahayanya menjamah kami.
Setelah berjam-jam aku berada ditempat persembunyianku, kulihat seorang pria memasuki ruangan yang sedang ditempati oleh pria berpakaian putih bersih.
Setelah dipersilahkan duduk, si pria pucat mengadukan penderitaanya pada si pria berbaju putih. Dengan senyum penuh kepuasan aku memandangi wajah pucat pria yang sedang duduk berhadapan dengan pria berpakaian putih itu. Kulihat pria pucat itu sedang serius mendengarkan nasehat pria berpakaian putih diselingi batuk kering yang terus terdengar dari mulutnya.
"Sejak kapan anda merokok?" Tanya pria berpakaian putih.
"Sejak usia sepuluh tahun, Dok" Jawab si Pria pucat.
Si Pria berbaju putih terdiam sejenak. Wajahnya terlihat serius. Tangannya mencoret-coret kertas yang terletak diatas mejanya.
"Paru-paru anda bocor. Kemungkinan besar anda terkena penyakit kronis yang mematikan." Ucap si Pria berbaju putih. "Sebaiknya anda mengentikan kebiasaan buruk anda, berperilaku hidup sehat, dan terus konsumsi obat-obatan yang saya berikan..."
Yup!. Kebiasaan buruk!.
"Dia, mereka..., sangat kejam!. Mereka berkelakuan buruk dan tak punya belas kasih sama sekali. Mereka membakar saudara-saudaraku lalu mencampakkannya hanya demi sebuah kepuasan sesaat. Mereka kejam!" Teriakku geram.
Sayang sekali mereka tak mau mendengarkan suaraku. Ingin rasanya aku keluar dari persembunyianku lalu mencocol mulut mereka dengan tubuh-tubuh hangus saudaraku hingga tak ada lagi jalan masuk udara ke dalam paru-paru mereka.
Dengan nama yang sangat tenar, aku kini berhasil menjalankan misiku. Aku telah berhasil menaruh virus mematikan kedalam paru-paru mereka. Aku yakin, hidup mereka akan terus menderita.
Ini akan terus kulakukan selama mereka memperlakukanku dengan kejam juga. Aku tak peduli berapa banyak korban yang meninggal akibat pembalasanku. Toh mereka tak pernah peduli dengan peringatan-peringatan yang telah dicantumkan dimana-mana. Mereka tak pernah mau peduli dengan kesehatan mereka, mereka tak takut dengan ancaman kematian yang diakibatkan telah memasukan asap yang keluar dari tubuhku ke dalam paru-paru mereka, meskipun disana sini tertulis dengan abjad merah dan besar, DILARANG MEROKOK, MEROKOK MEMBUNUH ANDA...
Bersiaplah, Aku dengan nama tenar DJI SAM SOE, bersama saudara-saudaraku yang lain akan terus menebar kematian...
Terakhir diubah: