Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Cerita berseries (sudah update)

Trims utk updatenya hu
Kalo boleh buat yang cewe blasteran gitu hu
:pandaketawa:
 
Mahasiswi KKN

Desa itu desa terpencil, yang berada di tepi sebuah hutan yang besar dan gelap. Karena keterpencilannya, maka jarang sekali ada orang yang masuk ke desa itu. Setelah lama tidak pernah ada pendatang, pada suatu hari datanglah seorang mahasiswi sekaligus selebgram. Mahasiswi itu bernama Sakina, mengajar salah satu sekolah dasar.

Kecantikannya dan tubuhnya yang aduhai, membuat dirinya populer di kalangan pemuda dan bapak-bapak. Kelembutannya dalam berbicara, kesabarannya dalam menghadapi anak-anak membuatnya menjadi idola di desa itu. Wajahnya yang putih dan luar biasa cantik sungguh mengundang birahi banyak pria.

Banyak pria yang merasa terangsang saat melihat Sakina melintas. Apalagi lekuk tubuhnya terlihat jelas membuat lelaki beronani.

Namun ternyata ada saja orang yang memang benar-benar menginginkannya. Mereka adalah Arman dan rekan-rekannya, para pemburu yang suka keluar masuk hutan. Tabiat mereka yang kasar dan berangasan membuat mereka tidak peduli. Mereka sungguh ingin merasakan tubuh Sakina.

Malam tiba, Saqina pulang menyusuri jalanan desa yang sangat gelap, melintasi pinggiran hutan dengan motor beat miliknya. Tiba-tiba ia disergap dan dipukul pada bagian tengkuk, yang membuat gadis cantik itu pingsan. Ternyata sang penyerang adalah Arman. Saqina dibawa ke tengah hutan. Diperjalanan, ia mulai tersadar, dan meronta-ronta. Segera Arman menjatuhkannya dan langsung mengancamnya.

"Diam kamu!! Mau kubunuh, hah?!!" katanya sambil mengacungkan senjata pembunuh babi ke arah Sakina. Wanita itu kaget bukan kepalang. Matanya mulai berkaca-kaca karena ketakutan. Akhirnya, di bawah todongan senjata, dengan pasrah gadis itu digiring masuk lebih jauh ke dalam hutan. Dia sengaja diajak berjalan berputar-putar supaya bingung kalau mencoba melarikan diri.


Rasanya sudah berjam-jam mereka masuk ke dalam hutan. Rasa takut, ditambah haus dan lapar membuat Saqina makin tersiksa, apalagi di sepanjang perjalanan berkali-kali tangan usil para pemburu itu juga sibuk memegang payudaranya. Pantat Sakina yang mulus dan sekal menjadi bagian yang paling favorit bagi tangan para pemburu itu. Diperlakukan demikian, Sakina hanya bisa menahan tangis dan rasa ngerinya.

Mereka kemudian sampai di sebuah pondok kayu kecil tapi kokoh karena terbuat dari kayu-kayu gelondongan. Anehnya mereka tidak mambawa Sakina masuk ke dalam pondok kayu itu, tapi hanya di luarnya. Gadis itu berusaha meronta tapi menghadapi tiga pria yang jauh lebih kuat darinya, perlawanannya hanyalah usaha yang sia-sia.

"Sakina, sekarang waktunya kamu harus menerima hukuman dari kami karena sudah membuat penunggu hutan ini resah." ujar Arman sambil matanya menyapu ke sekujur tubuh Sakina.

Sakina bingung. "A-apa salah saya, pak?" tanyanya.

"Diam!! Tubuhmu yang montok itu sudah bikin gaceng!!" bentak Arman lagi.

Sakina semakin panik. Ia sadar, ia akan diperkosa. Ia terus berusaha berontak, namun dua orang rekan Arman yang semuanya bertubuh tinggi besar tidak bisa ia kalahkan. Segera ia menyerah kalah, sambil menangis tersedu-sedu.

"Hmm, hukumannya apa ya?" Arman bergumam tidak jelas seolah bertanya pada dirinya sendiri. "Ah iya, mbak Sakina, hukuman buat Mbak yang pertama adalah menari buat kami. Tapi dengan catatan, sambil menari, Mbak harus buka kutang sama celana dalam Mbak." lanjut laki-laki itu datar, nyaris tanpa emosi. Ia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, saat memperkosa seorang gadis sedang KKN di desa sebelah.

Sakina yang mendengarnya tersentak kaget, seketika tubuh wanita bahenol itu gemetar. Dia terkesiap, tidak mengira akan dipaksa melakukan tarian telanjang. Tubuhnya gemetar karena shock, Sakina hanya menggelengkan kepalanya sambil menahan tangis yang semakin kencang.

"Jangan!" pintanya dengan pasrah. "Kalian minta apa saja, silahkan. Tapi jangan seperti itu…"

"Hehehehe... " Arman menyeringai. "Kalau mau lari juga tidak apa-apa, paling-paling Mbak hanya akan bertemu macan di sekitar sini. Lagi pula tidak ada yang tahu tempat ini selain kami."

Sakina gemetar ketakutan, air matanya semakin deras mengaliri pipinya yang mulus. Wanita itu tahu dia tidak punya pilihan lain, dia memang tidak tahu jalan pulang, ditambah kemungkinan benar ucapan Arman tentang harimau yang masih berkeliaran. Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat mencoba pasrah.

"Bagaimana, Non?" Arman bertanya datar.

Sakina diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Tawa ketiga pemburu itu langsung meledak penuh kemenangan.

"Horee... Asiik.! Hari ini kita bakal dapat tontonan bagus. Jarang lho ada gadis secantik Mbak mau menari bugil buat kita," kata Pak Man yang dari tadi diam saja dengan nada dibuat-buat.

Sakina menunduk sambil menggigit bibirnya untuk menahan malu dan takutnya yang makin memuncak.

"Tunggu dulu, pakai musik dong." kata Arman, dia lalu masuk ke pondokan dan keluar lagi membawa sebuah tape recorder kecil bertenaga batere. Ketika disetel, alunan musik dangdut mulai bergema di sekitar tempat itu.

"Nah, ayo dong, Non. Mulai goyangnya." seru laki-laki itu di sela-sela suara musik yang lumayan keras.

Sakina mencoba pasrah. Dia lantas mulai menggoyangkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan erotis yang coba ia tiru dari joged para penyanyi dangdut di TV. Tangannya diangkat ke atas lalu pinggulnya digoyang-goyangkan, membuat seluruh tubuhnya berguncang. Seketika ketiga pemburu itu bersuit-suit melihat goyangan pinggul dan pantatnya. Apalagi saat gadis itu mulai membuka kancingnya satu persatu satu, mereka makin bersorak.

Saat ia merasa sangat malu dan sejenak berhenti, senjata berburu Arman langsung teracung padanya, membuatnya takut dan segera melanjutkan goyangannya. Ketiga pemburu itu terdiam saat kaos hitam Sakina meluncur turun ke tanah, memperlihatkan tubuh yang sangat montok, putih dan mulus tanpa cacat. Birahi mereka langsung memuncak.

"Buka kutangnya! Buka! Kami mau lihat pentilnya," teriak mereka sambil terus memelototi tubuh Sakina yang bergoyang erotis. Gadis yang bahenol itu lalu perlahan mulai melepas Bra yang menutupi payudaranya lalu melemparkannya ke tanah. Payudara Sakina yang masih kencang sekarang tergantung telanjang, begitu putih dan mulus. Payudara itu berguncang seirama gerakannya.

Sakina


Melihat bulatan daging yang begitu mulus itu, ketiga pemburu itu makin liar berteriak, meminta Sakina untuk membuka celana. "Celana! Sekarang celanamu... buka! Buka!"

Sakina dengan sesenggukan mulai memelorotkan celana dalamnya dan melemparkannya ke tanah. Sekarang gadis itu sudah telanjang bulat di hadapan ketiga pemburu yang memelototinya dengan penuh nafsu. Dia meneruskan tariannya dengan berbagai gaya yang diingatnya. Ketiga pemburu itu tampak paling suka saat Sakina melakukan goyang ngebor ala Inul dan goyang patah-patah milik Anisa Bahar. Pantatnya yang montok dan mulus bergoyang-goyang secara erotis.

Selama hampir satu jam Sakina menghibur ketiga pemburu itu dengan tarian bugilnya. Tubuhnya sampai basah karena keringat, membuat kulitnya yang putih mulus terlihat berkilat-kilat. Acara itu baru selesai setelah Arman menyuruhnya berhenti.

"Hehehehe… Ternyata Mbak pintar juga narinya. Kami jadi terangsang lho." kata laki-laki itu sambil tersenyum keji.

"Sudah cukup, Pak, saya sudah menuruti permintaan Bapak. Sekarang lepaskan saya." pinta gadis bahenol itu dengan memelas sambil setengah mati berusaha menutupi payudara dan memeknya yang terbuka.

"Cukup?" Arman tertawa. "Hukumanmu belum lagi dimulai."

Sakina merasa mual mendengar ucapan itu. Kalau yang tadi belum apa-apa, ia ngeri membayangkan apa yang akan mereka minta berikutnya.





"Nah, sekarang... boleh nggak kami meraba tubuh Mbak?" tanya Arman.

Sakina tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu. Wanita alim itu mengangguk sambil menangis.

"Sekarang kita mulai ya," kata Arman.

Sakina hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan laki-laki itu mulai bergerilya di wajah putih mulusnya.

"Uhh, wajahmu mulus sekali, Non." Arman mencium pipi Sakina.

Antara geli dan jijik, Sakina memejamkan mata saat Arman mulai menelusuri bibirnya yang merah dan melumatnya dengan gerakan lembut. Laki-laki itu terus berusaha mendesakkan bibirnya untuk mengulum bibir Sakina, lidahnya mencoba menerobos masuk ke mulut wanita cantik itu, sementara tangannya bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Sakina yang putih mulus. Sakina menggelinjang menerima perlakuan itu.

Sambil bibirnya terus mengulum bibir wanita alim itu, tangan Arman kini memilin-milin puting payudara Sakina dengan gerakan kasar. Sakina meringis kesakitan, tapi perlahan perlakuan laki-laki itu justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuhnya menegang saat sensasi itu melandanya. Tanpa sadar gadis itu mulai mendesah.

"Ayo, kalian juga boleh ikut." Arman memanggil kawan-kawannya.

Sakina semakin menderita mendengar ucapan itu. Tiga orang langsung mengerubutinya. Mereka meraba-raba ke sekujur tubuh montoknya. Pak Man yang berangasan meremas-remas payudara kirinya dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Sakina yang sekal.
l

"Uohh, pentilnya dahsyat. Pantatnya juga nih. Kayaknya enak kalo ditidurin," kata Pak Man.

Sementara di sebelahnya, Johan tampak asyik berkutat dengan payudara Hanifah yang sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara putih bersih gadis itu dengan lidahnya.

"Ohh, baru tahu ya?" Arman tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Sakina. Gadis cantik itu hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Arman mulai menggerayangi memeknya.

"Ohh, tempiknya bagus banget nih, Pak Man." kata laki-laki itu sambil menggesek-gesekkan jarinya di bibir memek Hanifah.

Pak Man tidak menanggapinya karena kini dia sibuk menciumi dan menjilati payudara Sakina bersama Johan. Tangan laki-laki tua itu juga membelai-belai perut Sakina yang licin. Gadis itu semakin menggelinjang dan terus mendesah tertahan.

"Ohh..." Sakina menjerit kecil saat Arman mencoba memasukkan jari-jarinya ke dalam memeknya. "Jangan, Pak..." dia merintih, tapi rintihan pasrah gadis itu ibarat musik perangsang bagi Arman dan kawan-kawannya. Laki-laki itu makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Hanifah, bahkan dia juga meremas-remas gundukan memek gadis cantik itu. Sakina makin merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.

"Hei, Ar, kayaknya Mbak ini sudah mulai terangsang nih. Tuh lihat, dia mulai merintih, keenakan kali ye?" ujar Johan diiringi tawa. Sakina makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan mereka.

"Jangan! Oohh…" gadis itu mulai meracau tidak karuan saat Arman mulai menjilati memeknya. Dia menjerit saat lidah laki-laki itu bermain di klitorisnya. Lidah Arman mencoba mendesak ke bagian dalam memek gadis itu sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok memek itu. Sungguh Sakina tidak mau diperlakukan seperti itu, bahkan pacarnya sendiri tidak pernah memperlakukannya seperti itu.

"Ahkkhh.. Oohh.. jangan!!" rintih Sakina sambil menggeliat. Semantara Pak Man dan Johan kali ini berdiri di belakangnya sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Sakina dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara gadis itu dipilin-pilin dengan ujung jari seperti orang sedang mencari gelombang radio. Sakina mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat semakin bernafsu.

"OOHHHKKHHHH… AGGGHHHH…" gadis itu mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Wajahnya merah padam penuh aura birahi, Dan seketika itu pula "Crt… crt… crt…" cairan memeknya muncrat keluar. Tanpa sadar Hanifah mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu terpuruk, Pak Man dan Johan menahan tubuh Sakina supaya tidak jatuh.

Arman tertawa senang melihat bagaimana Sakina mengalami orgasme dengan begitu dahsyat.
"Hehehehe…" dia tertawa seperti orang sinting.
"Enak ya, mbak? Galak juga kalau lagi orgasme. Gak ngira kalo cewek kayak mbak bisa orgasme liar kayak gitu." sindirnya.

Sakina hanya diam saja. Tubuhnya masih lemas setelah mengalami orgasme yang begitu hebat. Sekujur syaraf seksualnya seolah digetarkan dengan begitu kuat seperti dihimpit oleh truk raksasa, membuat dorongan seksualnya entah bagaimana menggelegak hebat hingga wanita alim itu serasa ingin dientot. Namun ia berusaha mengusir pikiran itu.


"Nah, sekarang hukuman ketiganya." Arman memberi isyarat pada Pak Johan. Johan segera bergegas masuk ke dalam pondok dan keluar dengan mengusung sebuah kasur busa usang yang berbau lembab lalu menghamparkannya di tanah begitu saja.

"Nah, Mbak sekarang tiduran di situ ya." Arman menunjuk ke arah kasur bau itu.

Sakina hanya bisa mengangguk. Didorong oleh gejolak seksualnya yang menggelora. Sakina refleks membuka kakinya lebar-lebar, sehingga posisinya sekarang telentang di atas kasur dengan kaki mengangkang lebar. Ketiga pemburu itu terkagum-kagum melihat gadis yang sangat cantik, sudah terlentang pasrah, siap untuk disetubuhi.


Arman segera membuka seluruh bajunya dan langsung menindih tubuh Sakina sambil mengarahkan penisnya yang besar ke memeknya.

"Sudah siap kan, Mbak?" tanyanya lirih sambil mendorongkan penisnya ke dalam memek Sakina.

"Aagghh…" gadis itu merintih keras ketika penis besar Arman mulai memasuki memeknya yang sudah basah. Arman dengan kasar mendorongnya sampai mentok. Karena besarnya diameter penis laki-laki itu, memek Sakina sampai terlihat tertarik penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis Arman. Meskipun Hanifah sudah tidak perawan lagi, tapi baru kali ini memeknya dimasuki penis sebesar milik Arman. Gadis itu meringis menahan sakit sambil mengigit bibirnya.

Arman mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk memek Sakina. Sakina yang belum pernah dipompa oleh penis sebesar milik Arman hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka. Wajahnya memperlihatkan kesakitan sekaligus birahi. Sungguh kini ia sudah tak mampu berpikir jernih, dan terhanyut oleh perkosaan yang ia alami.

"AAAHHH… UUUUHHHH… OOOHHHH...!!" teriaknya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangannya meremas-remas kasur yang cukup tebal itu.

Arman semakin cepat memompa memek Sakina dengan penisnya. Sakina yang keenakan, mengangkat kakinya ke atas, memberikan kesempatan kepada laki-laki itu untuk terus memompa memeknya dengan lebih cepat lagi dan lebih dalam lagi.

"Aaahh… enak… terus, paaakk… oohhhh… maafkan Hani, mas Romi… Oooohhh… ini enaaakkk sekaliiii… Aku tidak bisa menahannya!!!" Sakina mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas kasur.

Setelah dua puluh menit disetubuhi Arman, tiba-tiba badan montok Sakina sudah basah bersimbah peluh itu mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang Arman, tangannya memeluk erat leher laki-laki itu.

"AAAARRGGHHH…" erang Sakina saat mencapai orgasme yang kedua. Tubuhnya menggelinjang hebat tak terkendali. Sementara Arman yang mengetahuinya, segera mendekap tubuh gadis itu seerat-eratnya. Pinggulnya terus mendorong-dorong kemaluannya seakan ingin mendekam dan bersarang di dalam memek Sakina. Lalu diciuminya seluruh wajah Sakina. dikulumnya dalam-dalam bibir gadis itu. Sakina yang sudah kecapaian tak kuasa menolaknya. Dia membiarkan bibirnya dilumat oleh Arman dengan kasar.


Setelah bergetar-getar beberapa saat, badan Sakina kemudian melemah, pelukan tangannya lepas dari leher Arman, kakinya yang tadinya memeluk pinggang Arman, jatuh ke kasur. Memek wanita alim itu yang tersumpal rapat oleh penis Arman terlihat mengeluarkan cairan sampai membasahi kasur.


Arman yang juga keenakan, menyusul tak lama kemudian. Si pemburu kasar itu menyemprotkan spermanya dengan sodokan yang keras ke dalam kemaluan Sakina. Spermanya keluar sangat banyak hingga tak tertampung oleh memeknya. Rembesannya juga keluar membasahi kasur.

Setalah menuntaskan segala kepuasannya, Arman berdiri meninggalkan tubuh Sakina yang lemas telanjang di atas kasur. Tubuh putih itu sekarang berkilau basah oleh keringat, pada memeknya terlihat mengalir cairan sperma kental berwarna putih susu.

"Ohhhh..." Arman mendesah penuh kepuasan. Baru kali ini dia merasakan nikmatnya menyetubuhi seorang gadis sangat cantik. Berbeda sekali dengan pelacur-pelacur yang pernah dipakainya selama ini.

Gadis itu hanya bisa menangis meratapi nasibnya diperkosa oleh pemburu ugal-ugalan, tapi dalam hatinya dia tidak memungkiri kalau sebetulnya dia menikmati saat dirinya disetubuhi oleh Arman. Ketika Pak Man mendekatinya, wanita alim itu hanya diam saja, menunggu persetubuhannya yang kedua.


"Nah, sekarang giliranku." kata Pak Man tenang sambil melepas pakaiannya satu-persatu, dia menyeringai kegirangan mirip anak kecil yang diberi permen. "Kita ganti gaya ya, mbak…" katanya kalem.


Mungkin karena saking terangsangnya, Sakina menurut saja apa yang diminta oleh laki-laki itu. Pak Man membalikkan tubuhnya dengan pantat agak ditunggingkan, tangan dan lutut Sakina bertumpu di kasur dengan gaya nungging. Pak Man membelai pantatnya yang mulus telanjang sambil sesekali menamparnya ringan dan mencubitinya.

"Busyeet... pantatnya gede banget, putih mulus lagi." kata Pak Man kegirangan. Penisnya mulai memasuki memek Sakina dari belakang.

"Oohh... gila!" laki-laki itu mengejang ketika penisnya amblas sepenuhnya di dalam memek Sakina. "Tempiknya Mbak masih seret aja, nggak pernah dipake sama pacarnya?" Pak Man berujar.

Sakina hanya diam saja sambil memejamkan mata karena kesakitan sekaligus merasakan nikmat pada dinding memeknya. Sekarang Pak Man mulai memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada pantat gadis itu. Sakina serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Pak Man lalu mencengkeram kepalanya dan ditariknya hingga wajah Sakina terangkat memperlihatkan ekspresi kesakitan tapi penuh kenikmatan setiap kali laki-laki itu menggenjotkan penisnya.


"Ahhh… Aahhhh… Ooohhhhh… Ooohhhh…" Sakina mengerang setiap kali Pak Man menyodokkan penisnya.


"Aghhh.. Aahhhh...fuck! Auwhhhh...!" Sakina yang sudah dikuasai nafsu birahi mengerang-erang kuat setiap kali sentakan penis Pak Man menyodok bagian dalam memeknya.

Menit demi menit berlalu, Pak Man masih bersemangat menggenjot tubuh gadis cantik itu. Sementara Sakina sendiri sudah mulai kehilangan kendali, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah Pak Man.


Saat laki-laki itu minta untuk ganti gaya lagi, Hanifah dengan senang hati mengabulkannya. Kali ini dia telentang lagi. Pak Man mengangkat kedua paha sekal dan disampirkan ke pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan gadis cantik itu dan menariknya kuat-kuat. Kemudian dia kembali mendesakkan penisnya ke memek Sakina dan menggenjotnya kuat-kuat. Gadis itu kembali menggeliat antara sakit bercampur nikmat.

Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Pak Man melepaskan pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Sakina memeluk laki-laki itu dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai gadis itu mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan Pak Man. Cairan kentalkembali menyembur dari dalam memeknya.

Tapi Pak Man yang belum terpuaskan, setelah jeda beberapa menit, kembali menggerakkan penisnya maju mundur di dalam memek Sakina.

"Uugghh… Ooohh !" desah Sakina sambil mencengkeram kasur dengan kuat saat penis Pak Man kembali melesak ke dalam memeknya, cairan yang sudah membanjir di memeknya menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis laki-laki itu menghujam. Suara desahan pasrah gadis itu membuat Pak Man semakin bernafsu. Dia meraih payudara Sakina dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan benda kenyal itu.

Lima belas menit lamanya Pak Man menyetubuhi Sakina sampai akhirnya laki-laki itu menggeram saat merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya.

"Crott… crot… crot…" spermanya menyembur berhamburan mengisi rahim dengan sangat deras. Pak Man merasakan sekujur syaraf seksualnya meledak saat itu, bagai seekor binatang ganas yang keluar mengoyak tubuhnya dari dalam. Tubuh tuanya menegang selama beberapa detik merasakan kenikmatan yang diperolehnya sebelum akhirnya melemas kembali dan tergolek mendekap tubuh mulus Sakina. Setelah puas, baru dia bangkit. Dibiarkannya wanita alim yang bahenol itu terkapar di ranjang, wajah Sakina tampak sedih dan basah oleh keringat, cairan sperma yang sangat banyak mengalir keluar dari memeknya yang sempit.

Johan yang mendapat giliran terakhir maju sambil bersungut-sungut. Dia yang sedari tadi sudah telanjang hanya bisa mengocok penisnya sendiri sambil memelototi adegan persetubuhan kedua temannya.

"Jangan tiduran saja di situ, Mbak cantik." Johan menarik tangan Sakina dengan kasar hingga membuatnya tersentak ke depan. Diangkatnya wajah Sakina yang tertunduk, ditatapnya sejenak dan disekanya air mata yang mengalir sebelum dengan tiba-tiba melumat bibir mungil wanita itu dengan ganas.


Mata Sakinamembelalak menerima serangan kilat itu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendorong dada Johan, namun sia-sia karena Johan memeluknya begitu kuat dengan tangan satunya memegangi kepalanya. Ciuman Johan juga semakin turun ke leher jenjangnya, laki-laki itu membungkukkan badannya agar bisa menciumi payudara Sakina yang mulus dan sekal. Johan menjilatinya dengan liar hingga permukaan payudara Sakina basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti puting susu gadis itu, memberikan sensasi tersendiri bagi Sakina. Sementara tangan satunya turun anus Sakina dan memainkan jarinya.


"Pak… Pak… Ooohh… Aaaah.... jangan disitu!" desah Sakina antara menolak dan menerima.

Johan kembali melumat bibirnya, sambil pelan-pelan merebahkan tubuh mulus Sakina kembali ke atas kasur dan kemudian menekan penisnya dalam anusnya.

"Sshhh… sakit! Aawhhh…!!" rintih Sakina ketika penis Johan yang besar menerobos ke dalam anusnya. Sementara Johan terus berusaha memasukkan penisnya sambil melenguh-lenguh.

"Ough… aduh! Aduduhhhh…! Pak, pelan-pelan, pak!!! Aahhh… Auggghhhh…!" jerit Sakina sambil mendorong tubuh Johan sedikit menjauh. Namun Johan tetap tidak peduli. Ia pun terus mendorong penisnya masuk perlahan. Gesekan yang ditimbulkan batang penis dan dinding anus Sakina membuatnya merasakan sakit. Apalagi ia harus menahan bobot tubuh Johan yang terbilang agak berat itu.
Mengetahui kondisi dan tidak ingin terlalu membuat gadis itu tersiksa lebih lama, Johan pun mendorong penisnya dengan kekuatan penuh hingga akhirnya amblas semuanya. Kedua tangannya memegang pinggul Sakina agar batangnya tidak terlepas dari liang itu.

Johan mulai menarik penisnya yang masih tertancap di dalam anusnya yang sempit itu. Gerakan maju mundurnya membuat Sakina menggigit bibir bawahnya. Rasa perihnya mulai hilang, diganti rasa nikmat karena gesekan kulit daerah organ vital mereka berdua. Goyangan maju mundur Johan terus menerus seolah ingin menancapkan penisnya sedalam mungkin. Cukup lama ia melakukan gerakan menekan dan memutar liang itu. Beberapa menit berlalu hingga sebuah erangan panjang keluar dari mulut manis Sakina.

"Ooooughhhhhhh… Ooughhhh… Oooooohhhhhhhhh… Paaak…!!!" ujarnya menikmati dalam posisi WOT.

Melihat kejadian itu, Johan pun mempercepat gerakannya, ia meningkatkan tempo goyangannya. Kedua payudara Sakina yang membusung tegak ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya.

Johan segera meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah gadis itu mulai bangkit lagi, Sakina merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya. Tanpa disadarinya, ia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Johan. Tapi Belum lagi sempat Sakina menarik napas, Johan dengan kasar mengangkat dan membalikan tubuh sintalnya. Johan membuat Sakina sekarang dalam posisi menungging. Pantat gadis cantik itu terangkat tinggi, sedangkan kepalanya tertunduk ke kasur dan badannya bertumpu pada kedua lutut dan tangannya. Johan dengan kasar dan dalam tempo yang cepat memompa memek becek Sakina dari belakang.

"Aaaaghh… Eegghhhh… Sakiiit…!!" teriak Sakina menerima perlakuan kasar dari Johan.


Mendengar itu, Johan malah semakin bersemangat dan semakin keras menghajar memek Sakina dengan penisnya yang besar. Tangannya memegangi pinggang Sakina sambil terus menarik maju mundur badan mulus gadiscantik itu, sehingga pompaan penisnya dalam memek Sakina semakin keras dan cepat.


Mendapat perlakuan demikian, gadis itu hanya bisa mengerang-erang keras, tangannya kembali meremas-remas kasur. Badan Sakina bergerak maju mundur mengikuti pompaan keras penis Johan. Setiap kali laki-laki itu memasukkan penisnya sampai mentok ke memeknya, ia berteriak. "AAHGHH… AAGHHHH… AGHHH…!!" serunya berulang-ulang. Semakin cepat Johan memompa penisnya, semakin keras pula erangan Sakina.

Kemudian Johan merubah posisinya yang tadinya berlutut menjadi berjongkok di belakang Sakina. Posisi itu membuat Johan dapat makin cepat lagi memompa memek Sakina dari belakang dan membuat penisnya dapat makin keras menekan memek Sakina, meskipun sebenarnya penis yang besar itu sudah mentok. Johan makin mempercepat pompaan penisnya sambil menjambak rambut Sakina.

"Aaaaahh… Ouuuuhh… Aaaaaahhhh… Eeeeeehhhgggh…!!" teriakan Sakina menggema di tengah hutan itu. Penis Johan yang besar terlihat makin cepat keluar masuk di dalam memeknya.


Sakina dalam posisi demikian tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti irama permainan laki-laki itu, mengikuti apa maunya Johan, beberapa menit bermain cepat, kemudian melambat dan menjadi cepat lagi.


Wajah Sakina yang terdongak menunjukkan betapa dia sebenarnya menikmati perlakuan kasar laki-laki itu. Matanya merem melek dan mulutnya terbuka lebar menikmati serbuan penis Johan dari belakang. Tangannya makin keras meremas-remas kasur, payudaranya yang padat bergantung dan bergoyang keras ke depan dan ke belakang, memeknya sudah sangat basah, cairan memeknya yang bercampur sperma bukan saja meleleh banyak di kedua paha bagian dalamnya tapi sedikit-sedikit mulai menetes ke kasur yang dijadikan alas. Ternyata gadis itu sudah sangat menikmati perlakuan kasar dari para pemerkosanya, dan orgasme berkali-kali.

Setengah jam lamanya Johan menyetubuhi dirinya. Cairan kewanitaan semakin deras membasahi kedua paha dalamnya, kaki Sakina sudah mulai bergetar karena terlalu letih akibat orgasme yang berulang-ulang. Sementara Johan masih saja terus menggenjotkan penisnya seolah tidak akan berhenti, sampai akhirnya ketika Sakina orgasme lagi, laki-laki itu mengejang kuat-kuat sambil menyentakkan penisnya dalam-dalam ke liang memek Sakina yang sempit. Johan melenguh keras. "AAAAHHHHKKKHHHH…!" dia merasakan kenikmatan yang luar biasa menghantam sekujur tubuhnya, dan seketika itu pula spermanya menyembur dengan sangat deras ke dalam rahim Sakina. Seketika didorongnya tubuh gadis itu hingga tertelungkup di kasur, sementara dia sendiri terkapar terengah-engah merasakan kenikmatan gadis cantik dan montok.


Dan selama sehari semalam, ketiga orang pemburu itu memperlakukan Sakina tidak lebih dari budak nafsu. Pesta seksual itu baru selesai sekitar jam empat pagi setelah Sakina benar-benar tidak kuasa lagi bergerak. Mereka berempat kemudian tertidur di lantai beralas karpet usang tanpa busana. Johan tidur sambil menggenggam payudara Sakina, Arman dan Pak Man tidur di sebelahnya.
 
Terakhir diubah:
Jadinya sakina apa hanifah nih hu, hehehee
Kurang rapi copasnya tapi mantablah
Lanjutkeun hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd