Kita lupakan sejenak tentang rangga, sekarang kita beralih ke dunia luar. Suasana di luar sana, jauh dari Jurang Lembah Bangkai. Dunia persilatan tengah goncang. Gerombolan yang di pimpin oleh Iblis Lembah Tengkorak semakin merajalela. Banyak tokoh sakti golongan putih yang mencoba mengakhiri sepak terjang gerombolan itu, namun nasibnya sama. Yaitu tewas di ujung tongkat berkepala tengkorak milik laki-laki berwajah kasar itu. Bahkan banyak pula tokoh sakti aliran hitam, yang bergabung dengan Iblis Lembah Tengkorak. Tentu saja hal iti membuat cemas tokoh-tokoh aliran putih. Karena tak mustahil kekuatan Iblis Lembah Tengkorak akan segera dapat menguasai dunia persilatan. Lembah Tengkorak merupakan tempat Iblis Lembah Tengkorak yang sebenarnya bernama Geti Ireng. Di sanalah markas Geti Ireng dengan gerombolannya yang bernama Panji Tengkorak. Hari itu, tak seperti biasanya Lembah Tengkorak tampak ramai, rupanya atas undangan Geti Ireng, banyak tokoh sakti aliran hitam yang hadir di kediamannya hari ini. Mereka hadir untuk ikut turut menyaksikan takluknya seorang tokoh sakti aliran hitam bernama Kala Srenggi. Atau lebih di kenal dengan julukan Si Samber Nyawa. Kala Srenggi adalah tokoh yang memiliki ilmu yang tinggi, namun jika dibandingkan dengan Geti Ireng. Dirinya tidak berarti apa-apa. Kulitnya putih dengan tubuh yang tegap berisi. Orang itu memang masih muda, wajahnya juga masih terlihat begitu muda, namun menyimpan garis-garis kekejaman. Senjata andalannya adalah pedang kembar yang bertengger menyilang di belakang punggungnya, sementara Ajian andalannya adalah Ajian yang bernama ‘Tapak Beracun’, sebuah jurus dapat membuat siapa pun yang terkena pukulannya akan berdampak fatal. Bahkan hanya bisa bertahan hidup selama sepuluh hari. Bersama dengan murid-muridnya, Kala Srenggi menyatakan takluk karena seminggu yang lalu Geti Ireng berhasil mengalahkannya. Dengan demikian Lembah Tengkorak pun makin ramai dengan bergabungnya Kala Srenggi bersama murid-muridnya yang berjumlah separuh dari jumlah anggota Panji Tengkorak.
“Hamba datang memenuhi janji hamba, paduka yang mulia.” kata Kala Srenggi setelah berhadapan dengan Geti Ireng di ruang pertemuan di markas itu.
Ruangan tersebut adalah sebuah pendopo, yang terletak di tengah-tengah lembah. Pendopo itu biasa digunakan Geti Ireng untuk menerima tamu yang satu aliran dengannya. Tak jauh dari Geti Ireng, tampak terlihat pula seorang gadis cantik berusia sekitar tujuh belas tahun. Gadis tersebut duduk sambil menatap sinis pada Kala Srenggi. Dia adalah putri semata wayangnya Geti Ireng yang bernama Saka Lintang. Saat bola mata Kala Srenggi beradu pandang dengannya, hati lelaki muda itu langsung bergetar hebat. Geti Ireng pun segera paham, jika Kala Srenggi terpesona dengan kecantikan putri semata wayangnya itu. Namun untuk tidak merusak suasana, pemimpin besar Panji Tengkorak itu, tidak menegur tamunya. Apa lagi saat di liriknya pula, anak gadisnya tersebut tampak mengacuhkan pandangan Kala Srenggi.
“Kiranya yang mulia Geti Ireng sudi menerima seluruh murid-murid hamba, bernaung di bawah Panji Tengkorak.” lanjut Kala Srenggi lagi penuh hormat.
“Bagus, bagus.” pemimpin Panji Tengkorak itu pun tersenyum senang, memamerkan bibirnya yang agak dower.
“Hamba juga siap mengabdi pada yang mulia, paduka Geti Ireng.” Kata lelaki bernama Kala Srenggi itu lagi, seraya sebelah matanya melirik diam-diam ke arah Saka Lintang.
“Apakah pengabdianmu ini tidak ada maksud lain?” pancing Geti Ireng tiba-tiba.
Lelaki yang berusia masih muda itu pun mendongakan wajahnya, mendengar perkataan dari Geti Ireng yang tajam. Pimpinan Panji Tengkorak itu memang sengaja bermaksud menyindir. Kala Srenggi pun bisa menangkap, maksud perkataan lelaki berwajah kasar tersebut. Perlahan di tundukannya kepalanya dengan hati yang sedikit dongkol. Kecantikan Saka Lintang rupanya telah membuat dia seperti menjadi orang yang dungu. Lelaki muda itu lupa kalau yang tengah di hadapinya sekarang itu adalah Geti Ireng. Seorang tokoh beraliran hitam, dan berwatak kejam. Serta mempunyai kepandaian yang sangat tinggi.
“Ayahanda?, kasih orang itu sedikit ujian untuk membuktikan pengabdiannya.” terdengar suara Saka Lintang lembut dan halus, namun nadanya menyimpan kebengisan dan keangkuhan.
“Kau dengar itu Kala Srenggi? Putriku yang cantik ini mempunyai permintaan padamu.” kata Geti Ireng seraya menatap tajam pada lelaki muda yang berlutut penuh hormat, tidak jauh dari tempatnya duduk.
Kala Srenggi pun kembali mengangkat kepalanya, lagi hati lelaki muda itu pun bergetar kembali, tatkala ke dua bola matanya menatap lurus kea rah wajah Saka Lintang. Haatinya memang tidak bisa di bohongi, kalau saat itu dia langsung jatuh hati kepada putri pemimpin Panji Tengkorak itu.
“Apa yang menjadi keinginanmu adinda yang cantik?" sahut Kala Srenggi membalas, sementara sepasang bola matanya tetap tak berkedip mengakui kecantikan Saka Lintang yang manis.
“Huh…, sudah kepalang basah, kalau aku bisa memikatmu. Kau pun akan ku taklukan di ranjang, Dinda.” dengus lelaki muda itu lagi, namun kali ini dia hanya berkata dalam hati.
“Kau harus bisa mengalahkanku, jika memang ingin bergabung dengan kelompok Ayahandaku.” Balas gadis cantik itu.
“Apa?...,” sahut Kala Srenggi kaget.
“Ha ha ha...,” sementara Geti Ireng langsung tertawa keras, terbahak-bahak.
Laki-laki yang masih muda itu semakin tajam menatap wajah Saka Lintang, seolah dia ingin memastikan jika tadi dirinya tidak salah dengar. Karena walau bagaimana pun, hatinya merasa agak sungkan untuk menerima tantangan gadis itu. Walau bagaimana pu juga, dia tidak sampai hati rasanya jika harus melepaskan pukulan pada gadis yang kini telah menghanyutkan hatinya itu.
“Maaf beribu maaf Adinda, bukannya aku menolak, tapi jujur saja. Aku ini tidak pernah melepaskan pukulan pada kaum wanita," kata Kala Srenggi, dengan nada sopan.
“Kau meremehkan putriku, Bangsaaattt…,” sentak Geti Ireng, dengan kasar.
Hatinya merasa tersinggung sekali dengan penolakan lelaki muda itu, meski pun kata-kata yang tadi di ucapkan Oleh Kala Srenggi terdengar halus dan sopan.
“Bukan begitu maksud hamba, paduka yang mulia. Hamba sama sekali tidak bermaksud merendahkan putri paduka, hamba hanya merasa tidak pantas rasanya jika hamba berlaku kasar terhadap seorang wanita.” Balas laki-laki muda itu, masih dengan nada halus.
“Kalau itu jawabanmu, berarti kau tak pantas bernaung di bawah Panji Tengkorak.” kata Saka Lintang tiba-tiba.
Kala Srenggi pun terkejut setengah mati, sungguh tidak di sangkanya jika gadis berwajah manis yang diam-diam di kaguminya itu, dapat mengeluarkan kata-kata sekasar itu. Hati laki-laki muda itu semakin kaget saat di lihatnya Geti Ireng menganggukkan kepalanya tanda setuju. Geti Ireng bukannya tidak tahu kemampuan Kala Srenggi, dia tahu benar kemampuan lelaki muda di hadapannya itu, karena dia sendiri pernah bertarung dengannya. Bahkan mampu mengalahkan Kala Srenggi, pemimpin Panji Tengkorak itu juga sadar. Meski pun kemampuan putrinya berada jauh di bawah Kala Srenggi, namun dia yakin, tidak mudah bagi Kala Srenggi untuk bisa menjatuhkan putrinya. Walau dalam tiga puluh jurus sekali pun, bukan tidak mungkin justru Kala Srenggi lah yang akan tewas. Apa lagi jika putrinya tersebut telah mengeluarkan jurus andalannya, sebuah jurus yang bernama. ‘Ular Berbisa Menyebar Racun’, atau mungkin juga dengan jurus. ‘Tarian Bidadari’. Jika ke dua jurus tersebut di gabungkan, maka seorang tokoh sakti sekali pun tidak akan mampu menandinginya dalam waktu lama.
“Bagaimana Kala Srenggi?, hanya ada dua pilihan buatmu. Memenuhi permintaan putriku, atau kau tidak akan bisa melihat matahari lagi besok.” kata Geti Ireng cepat, datar dan dingin suaranya.
Lelaki itu masih terlihat diam membisu, memang sulit baginya untuk menerima pilihan itu. Dia bukannya merasa gentar, tapi sungkan menandingi gadis remaja yang memang belum di ketahui di mana kehebatannya itu.
“Bagaimana, Kala Srenggi?" desak pemimpin Panji Tengkorak tiba-tiba, kali ini nada suaranya terdengar seperti membentak.
Sementara di sebelah lelaki berwajah kasar itu, terlihat juga Saka Lintang yang tengah mencibir, seolah hendak mengejeknya.
“Baiklah, aku terima tantangannya.” sahut lelaki muda itu tanpa pikir panjang lagi.
Wuuusss…,
Tap…,
Saka Lintang pun dengan cepat segera menggenjot tubuhnya, dan meluruk cepat ke pelataran. Gerakan gadis itu begitu gesit dan ringan. Ilmu ringan tubuhnya jelas sangat sempurna. Dua kali tubuhnya berputar di udara, lalu dia pun menjejakan ke dua kakinya ke tanah, tidak jauh dari tempat Kala Srenggi berlutut tadi. Dan baru saja gadis itu selesai mendarat, tiba-tiba Kala Srenggi juga telah berdiri di hadapannya. Jarak di antara mereka berdua hanya sekitar satu tombak. Ke duanya kini berhadapan dengan sorot mata yang tajam, seolah saling menilai kemampuan masing-masing. Terlihat Saka Lintang menggeser sebelah kakinya memasang kuda-kuda. Lalu yang sebelahnya lagi maju satu langkah ke depan.
“Bersiaplah Kala Srenggi.” bentak gadis itu keras.
“Hiyaaattt…,”
“Haiiittt…,”
Hanya sekejab saja tubuh gadis itu telah melesat menyerang Kala Srenggi, dengan pukulan yang di aliri tenaga dalam. Begitu dahsyatnya pukulan tersebut, sehingga deru angin yang dihasilkannya sudah terasa sebelum pukulan itu sampai ke lawan. Kala Srenggi yang telah siap sejak tadi pun tidak tinggal diam, dengan cepat lelaki tu pun berkelit sedikit menghindari pukulan yang di lancarkan Saka Lintang. Sejenak hatinya agak tertegun juga, ketika merasakan sambaran angin yang lewat di samping kepalanya. Hawa pukulan yang di lancarkan gadis itu terasa panas sekali. Dengan cepatnya Kala Srenggi pun melompat ke arah samping kirinya, tepat ketika tangan kiri gadis itu bergerak ke arah dadanya. Pukulan yang pertama itu memang hanya sebuah tipuan.
“Bagus, kau berhasil menghindar dari pukulan mautku.” dengus Saka Lintang seraya bersiap kembali memasang kuda-kuda, untuk melancarkan serangan berikutnya.
“Jurus tangan kosongmu tadi sangat hebat, dinda.” Balas laki-laki muda itu memuji dengan tulus.
“Jangan senang dulu, tahan seranganku ini.” Sahut Saka Lintang cepat.
“Hiaaattt…,”
Kali ini terlihat gadis itu meliuk liukkan tubuhnya dengan indah dan gemulai, layaknya seperti sedang menari. Kala Srenggi pun sampai di buat terpesona di buatnya, Lelaki muda itu seperti lupa, jika sesungguhnya Saka Lintang tengah mengeluarkan jurus pamungkasnya yang begitu mematikan. Yaitu jurus, ‘Tarian Bidadari’. Bahkan kini ke dua bola mata lelaki muda itu di buat melotot manakala di lihatnya pinggul Saka Lintang yang bulat indah, bergerak melenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan. Pinggul tersebut seolah menggoda, dan mempermaikan birahinya yang tiba-tiba saja bergejolak memanas. Dan belum juga lelaki muda itu menikmati ke indahan pinggul Saka Lintang, tanpa di duganya sama sekali. Gerakan gadis itu berubah cepat, hanya dalam sekejap saja, kini sebelah tangannya telah mengarah ke arah leher Kala Srenggi.
Wuuuttt…,
Desss…,
“Akh…,”
Kala Srenggi yang tidak sempat menghindar, terpaksa menyambutnya dengan mengangkat tangan kanannya untuk melindungi lehernya yang Terancam. Tak ayal benturan keras pun tidak dapat di elakkan lagi. Terlihat tubuh lelaki muda itu agak terhuyung-huyung, di iringi langkahnya yang mundur dua tindak. Dia merasakan pergelangan tangan kanannya seperti terbakar. Hawa panas dan nyeri pun langsung menghinggapi tangannya seketika. Bibirnya terlihat meringis seraya memegangi pergelangan tangan kanannya yang menghitam, seperti terbakar hangus. Belum juga lelaki muda itu menyadari apa yang baru saja terjadi, terlihat Saka Lintang kembali bergerak mengeluarkan jurus pamungkasnya yang lain. Yaitu jurus, ‘Ular Berbisa Menyebar Racun’, sebuah jurus yang sangat berbahaya, dan sulit di hindari oleh lawan. Terlebih lagi pada saat lawannya sudah terkena hantaman jurus, ‘Tarian Bidadari’. Keadaan Kala Srenggi saat itu memang tidak menguntungkan.
“Hentikaaan…, Cukup…,”
Sebuah suara bentakan keras yang di sertai tenaga dalam yang begitu tinggi, membuat Saka Lintang mengurungkan niatnya mengeluarkan jurus pamungkasnya. Belum lama gadis itu menghentikan gerakannya, terlihat Geti Ireng telah berdiri di tengah-tengah arena. Saka Lintang tahu jika suara barusan tadi memang di keluarkan oleh ayahandanya.
“Cukup Lintang, kau tidak perlu menurunkan tangan kejam padanya.” kata Geti Ireng pelan, seraya melangkah mendekati Kala Srenggi.
“Tapi Ayahanda…,”
“Cukup ku bilang, apa kau tidak lihat? Dia sudah kalah.” potong pemimpin Panji Tengkorak itu cepat, memotong ucapan putri semata wayangnya.
“Huh.” gadis itu hanya terlihat mendengus kesal, dia memang tidak bisa menentang kehendak ayahandanya.
“Bagaimana keadaan tanganmu?” tanya Geti Ireng pelan, setelah dekat dengan Kala Srenggi.
“Tidak apa-apa paduka yang mulia, hanya sedikit agak ngilu.” sahut Kala Srenggi dengan bibir terlihat meringis, menahan sakit.
“Pukulan Tarian Bidadari sangat berbahaya, kau tidak akan bertahan lebih dari sepuluh hari.” balas Geti Ireng datar.
Lelaki yang masih muda itu pun langsung terperanjat mendengarnya, sungguh dia tak menyangka sama sekali jika tadi Saka Lintang telah mengeluarkan jurus ‘Tarian Bidadari’. Dirinya memang pernah mendengar nama jurus itu, namun baru kali ini dia melihat dan merasakannya sendiri. Gerakannya yang begitu cepat dan tidak terduga sama sekali, meski pun racun dari jurus ‘Tarian Bidadari’ bekerja lambat. Tapi cukup mematikan juga, karena langsung menusuk masuk jalan darah, betapa sangat berbahayanya. Sehingga membuat siapa pun yang terkena pukulannya, maka orang itu tidak akan sanggup bertahan lebih dari sepuluh hari.
“Lintang, berikan obat penawar racunmu padanya. Cepat.” Teriak pemimpin Panji Tengkorak, seraya menoleh kea rah putrinya.
“Dia harus mengakui dulu kekalahannya padaku, Ayahanda.” jawab Saka Lintang dengan bibir memberengut kesal.
“Apa kau dengar itu, Kala Srenggi?” ucap Geti Ireng menatap lelaki muda yang masih terlihat meringis memegangi pergelangan tangan kanannya.
Terlihat warna hitam yang tadinya kecil, kini semakin meluas hingga hampir ke arah sikut. Tak ada pilihan lain bagi Kala Srenggi saat itu, kecuali hanya mengangguk pasrah menahan malu. Dalam dunia hitam, martabat dan nama besar tidak menjadi halangan untuk bisa menyelamatkan nyawanya sendiri. Maka tanpa malu-malu lagi, lelaki muda itu pun segera mengakui kekalahannya.
“Aku mengaku kalah Adinda Lintang, aku juga berjanji akan mengabdi sepenuhnya pada Panji Tengkorak.” ucap Kala Srenggi penuh hormat, terlihat Saka Lintang pun tersenyum senang.
“Dia sudah mengakui kekalahannya, sekarang berikan penawar racunmu.” kata Geti Ireng sekali lagi, seolah mengingatkan putrinya.
Gadis cantik itu segera merogoh saku bajunya, lalu menyentil sebutir pil berwarna merah ke arah Kala Srenggi. Dengan gerakan cepat Geti Ireng pun langsung menangkapnya, dan menyodorkan pil tersebut pada laki-laki muda di hadapannya itu. Tanpa sungkan lagi, Kala Srenggi pun segera menelan pil merah yang di berikan pemimpin Panji Tengkorak itu. Lelaki muda itu langsung merasakan tubuhnya terasa terbakar, dengan di iringi cucuran keringat deras, yang langsung mengucur membasahi sekujur tubuhnya. Wajahnya yang bengis itu pun kini terlihat berubah memerah tegang, refleks laki-laki itu pun segera merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada.
“Jangan bodoh, mengeluarkan hawa murni hanya akan mempercepat kematianmu.” bentak Saka Lintang tiba-tiba.
“Oh…,”
Kala Srenggi pun langsung tersentak mendengar perkataan gadis itu, dengan cepat di lepaskannya kedua telapak tangannya. Untuk membiarkan hawa panas itu menjalari tubuhnya. Sungguh tak tertahankan memang, ingin rasanya mengerahkan tenaga dalamnya, tapi peringatan gadis tadi mengurungkan niatnya.
“Hoek…, Phuaaah…,”
Tiba-tiba saja cairan hitam meluncur keluar dari mulutnya, Kala Srenggi pun langsung terkulai lemas. Hawa panas yang tadi mendera tubuhnya, kini berangsur-angsur hilang. Di sertai warna hitam legam di tangan kanannya sedikit demi sedikit mulai memudar.
“Pulihkan kekuatanmu dengan bersemedi selama tiga hari, setelah itu kau pasti akan sembuh total.” kata Saka Lintang lagi, cepat.
Setelah berkata demikian, gadis itu langsung melompat meninggalkan arena pertarungan. Dalam sekejap mata saja, tubuhnya sudah hilang, masuk ke dalam rumah yang besar, tidak jauh dari tempat mereka bertarung tadi. Sungguh di luar dugaan, jika Samber Nyawa atau
Kala Srenggi dapat di kalahkan hanya dalam tiga jurus saja. Terlebih bagi Geti Ireng. Semula dia menduga Kala Srenggi akan melayani anak gadisnya dengan alot. Namun ternyata hanya sekejap saja, benar-benar kemajuan yang luar biasa bagi Saka Lintang. Tak percuma Geti Ireng mendidik dan menurunkan ilmunya kepada anak gadisnya itu. Saka Lintang tidak saja menguasai jurus-jurus maut tersebut, bahkan gadis itu juga telah menyempurnakannya. Kini Bukan tak mungkin bagi Saka Lintang bisa melebihi kepandaian ayahandanya sendiri, hal tersebut juga membuat Geti Ireng bangga dan gembira. Karena di rasanya Putri Semata wayangnya itu sudah dapat mewakilinya di dunia persilatan.
Bersambung