Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Part - 7

Keesokan Hari

Nisa memutuskan bertanya kepada Ustadzah Kartika tentang apa yang dilakukan oleh Margaretha. Namun tidak mau mengulangi kejadian yang sudah-sudah. Setelah beres-beres rumah, ia tunggu sampai serangan birahinya datang, dan ia akan menghilangkanya terlebih dahulu. Tentu dengan cara masturbasi. Dan pagi itu dia harus melakukannya sampai dua kali.

Setelah dua kali orgasme, barulah birahinya sirna. Seperti kemarin, Nisa dibantu sebuah timun lagi. Namun kali ini, dirinya lakukan di atas handuk, agar tidak lagi membasahi sprei kasurnya. Walau merasa letih sehabis dua kali orgasme, tetap ia paksakan untuk mengunjungi Ustadzah Kartika.

Dengan bergamis yang elegan dan dan indah, serta jilbab yang modis kekinian, Nisa berangkat ke rumah Ustadzah Kartika. Karena berkunjung ke rumah orang terpandang, harus rapi pikirnya Nisa.

*Tok tok tok tok.

Pintu rumah Ustadzah Kartika terbuka oleh pemiliknya langsung. Untuk kesekian kalinya Nisa dibuat terkagum dengan kecantikan Ustadzah Kartika. Tidak hanya di televisi, melihat langsung pun, wanita itu tetap terlihat sangat cantik. Dan memiliki wajah sensual untuk ukuran seorang ustadzah pikir Nisa. Terutama bibirnya yang tebal dan mengkilap basah. Selain itu karena sedang menyusui, buah dada sang Ustadzah terlihat jelas di balik gamisnya. Seksi sekali pikir Nisa.

"Assalamualaikum…" salam Nisa.

"Walaikumsalam, eh mbak Nisa….” jawab Ustadzah Kartika.

“Ada yang bisa saya bantu mbak? Waduh…Mbak Nisa kelihatan cantik sekali…”.

“Hihihi…Anu Ustadzah, ada yang mau saya tanyakan. Ustadzah ada waktu nggak ya…” tanya Nisa penuh Harap.

"Saya lagi nggak sibuk sih, kalau gitu kita ngobrol-ngobrol di dalam aja yuk mbak…" ajak Ustadzah Kartika penuh ramah tamah.

Keduanya pun masuk ke dalam rumah Ustadazah Kartika. Lantas Ustadzah Kartika mengarahkan Nisa untuk menunggu ruang tamu terlebih dahulu, selagi dirinya membuatkan minuman untuk mereka berdua.

Selagi menunggu pemilik rumah, Nisa menyadari rumah Ustadzah Kartika terasa begitu sepi. Tidak ada suara selain TV yang menyala yang mengisi kesunyian. Dia teringat kalau anak-anak Ustadzah ada acara perpisahan di sekolah, dan sekalian menginap di Villa.

Beberapa saat kemudian Ustadzah Kartika datang, sambil membawa nampan berisikan teh hangat serta beberapa cemilan.

"Kok sepi? Anak-anak Ustadzah Kartika belum pada pulang ya…..”.

“Iya nihhhhh…. Makanya kebetulan ada Mbak Nisa yang bisa nemenin saya dulu, jadinya sayanya nggak kesepian deh”.

“Debaynya gimana Ustadzah? Fiuhhh….” tanya Nisa sambil meniup-niup teh panas.

“Tuh lagi bobok, kenyang habis nete sama saya”.

“Ohhh…sehat nih pasti debaynya….”. Kedua pun tertawa-tawa.

“Jadi apa yang mau mbak Nisa tanyakan sama saya?”.

Sambil menggarukan kepalanya yang terbungkus jilbab, Nisa bergumam “Nggg…gimana ya…..”.

Dirinya malah menjadi ragu untuk bertanya. Takutnya Ustadzah tersinggung dengan apa yang akan ditanyakan olehnya. Karena jelas pertanyaan sangatlah sensitif dan sangat pribadi.

“Mbak Nisa? Kok jadi diem…” panggil sang Ustadzah.

“Anu gini Ustadzah….Sebelumnya saya minta maaf dulu, kalau pertanyaan saya agak lancang…” pelan Nisa.

“Lancang? Hmm…Memangnya mbak Nisa mau nanya apa ke saya?”.

Lantas Nisa bercerita apa yang terjadi kepada dirinya pada saat konsultasi dengan Margaretha tempo hari. Dimana dirinya dijelaskan kalau memiliki kondisi efek samping kala hamil yang menyebabkan selalu berlibido tinggi. Hingga akhirnya di hari yang sama dirinya dibantu ‘lega’ oleh Margaretha. Sejak itu dia merasa gundah dengan apa yang telah terjadi.

“Ohhhh……” respon Ustadzah Kartika.

Nisa menangkap reaksi dari tetangganya kalau tidak ada salah yang dengan apa yang terjadi pada dirinya.

“Terus-teruss….apa benar Ustadzah Kartika punya kondisi sama dengan saya?” tanya lagi Nisa.

“Kondisi kalau lagi hamil bawaannya sange terus?”.

Nisa sedikit terkejut, ketika kata ‘sange’ keluar dari mulut Ustadzah Kartika. Dia rasa ada kata yang lebih pantas digunakan oleh wanita yang memiliki status sebagai Ustadzah.

“I-iyah Ustadzah i-itu…”.

“Iya sama kayak mbak Nisa kok. Saya waktu lagi hamil Azam, persis kayak yang mbak Nisa alami sekarang….”.

“Jadi berarti sekarang mbak Nisa lagi….” tanya Ustadzah Kartika gantung.

Dalam sekejap, wajah Nisa memerah terang. Kepalanya tertunduk dia mengerti maksud dari pertanyaan Ustadzah Kartika. Apakah dia sedang birahi atau tidak. Padahal dia sudah menuntaskannya tadi pagi. Tapi malu bercerita kalau dirinya sudah masturbasi di depan orang lain, terutama kepada seorang ustadzah.

“Nggak usah malu sama saya mbak….”.

“Tadi pagi saya …Ehmmm…sudah itu kok.…” jawab Nisa malu-malu .

Ustadzah Kartika, tersenyum mendengarnya. “Baguslah kalau begitu…nggak baik ditahan-tahan”.

"Ci Margaretha pernah cerita ke saya, kalau Ustazah Kartika pernah dibantu untuk 'itu' juga, seperti saya kemarin. Apa benar Ustadzah?".

Ustadzah Kartika mengangguk, sambil menikmati cemilan kue kering.

Nisa terdiam, setelah mendapatkan jawaban dari orangnya langsung. Ternyata cerita tetangganya yang juga dokternya itu benar.

“Apa waktu itu, Ustadzah Kartika tidak merasa aneh? Bahkan……marah?”.

“Marah? Marah kenapa mbak Nisa? Apa yang dilakukan oleh Margaretha terhadap mbak Nisa dan saya itu maksudnya baik kok”.

Lalu wanita yang lebih tua itu bertanya balik kepada Nisa "Berarti apa kamu sekarang marah sama Ci Margaretha?”.

“Ng-nggak sih Ustadzah, cuma ada perasaan ngeganjel aja. Kemarin saya bertamu ke rumah Mbak Ernie bareng Ci Mar, jadi hubungan kita baik-baik saja kok”.

"Saya ingat sama ucapan Ustadzah kalau harus percaya sama Ci Margaretha".

“Nah itu mbak Nisa masih ingat. Pokoknya kita harus percaya sama Ci Margaretha. Terus kenapa Mbak Nisa masih terlihat seperti sedang kebingungan?”.

“Bu-bukanya itu do-dosa ya Ustadzah?”.

Ustadzah Kartika tersenyum kecil, dan menggeleng pelan. “Seperti Ustadzah bilang tadi, karena demi kebaikan, apa yang mereka lakukan bukanlah sebuah dosa. Toh, semuanya demi kamu dan anak yang berada di perut kamu mbak”.

‘Eh?! Kok mereka?’ Batin Nisa.

‘Oh iya ya, kemarin mbak Ernie cerita, kalau dia juga pernah bantu Ustadzah Kartika juga’ lanjut batinnya.

Maka Nisa bertanya tentang itu. “Terus-terus apa bener kalau mbak Ernie juga pernah bantuin Ustadzah Kartika untuk itu?”.

“Pernah, Mbak Ernie pernah bantu saya juga….bahkan pernah keduanya sekaligus bantu saya biar lega dari syahwat yang tinggi pas hamil…” ujar Ustadzah Kartika enteng.

“Hah?! Dibantu barengan sama Mbak Ernie dan Ci Margaretha?”.

Ustadzah Kartika mengangguk, kemudian menyeruput teh yang sudah dicampur madu. Ia perhatikan wajah Nisa yang penuh keterkejutan. Senyuman misterius tersungging di wajahnya.

Ustadzah menghela nafas panjang. Lalu dengan penuh wibawa, layaknya seorang ibu, wanita yang berprofesi sebagai Ustazah yang tersohor itu menjelaskan dengan panjang lebar mengenai apa yang dilakukannya dan dirasakanya bukanlah sesuatu yang dosa yang perlu ditakuti. Nisa menyimak dengan penuh seksama. Berkali-kali kepala berjilbabnya mengangguk. Tidak lupa Ustadzah Kartika meminta untuk menjaga rahasia ini, termasuk diminta untuk tidak menceritakan kepada suaminya. Karena belum tentu semua orang mengerti. Dan ini hanya rahasia wanita tambahnya.

“Jadi….Mbak Nisa nggak perlu ragu-ragu lagi ya. Biarkan Ci Margaretha, ataupun mbak Ernie membantu Mbak Nisa. Saya jamin tidak dosa kok”.

Nisa mengangguk pelan lagi. Perlahan penjelasan Ustadzah Kartika merasuki otak Nisa. Membius otaknya, kalau apa yang dilakukan tetangga terhadap dirinya adalah hal yang wajar. Ia pikir kalau seorang Ustadzah Kartika saja tidak menggangapnya sebagai dosa, lalu buat apa dirinya mengkhawatirkannya. Tapi masih tidak bisa ia bayangkan, dirinya disentuh secara tidak senonoh oleh wanita lain.

‘Kalau Ci Margareth masih ok lah, kan dia dokter. Tapi kalau Mbak Ernie…..’ batin Nisa.

'Bukankah itu perbuatan tidak senonoh, berarti kan lesbi ya….'.

“Lagian…apa yang dilakukan Ci Margaretha nikmat bukan? Ujar Ustadzah Kartika tiba-tiba, memecahkan lamunan Nisa. Sampai-sampai jantung Nisa berdegup keras. “Nggg….”.

Wanita yang lebih tua tersenyum lebar penuh arti. “Jujur saja sama Ustadzah….nikmat kan? Enak kan?” dorong Ustadzah Kartika.

Nisa terbenggong dengan pertanyaan yang dilontarkan Ustadzah yang tersohor itu. Sebuah pertanyaan yang sangat tabu. Tapi dirinya tak bisa mengelak ataupun berbohong. Memang apa yang dilakukan oleh Margaretha sangatlah nikmat. Mau tidak mau Nisa mengangguk pelan, malu mengakuinya. Ustadzah Kartika pun tertawa.


“Ummiiiii…..akuuuu…. pulanggg…..”.

Dari luar rumah Ustadzah Kartika suara teriakan menggema lantang dari seorang perempuan. Mengejutkan kedua insan berjilbab yang sedang berbincang itu.

Lalu tiba-tiba….*BRUAK.

Pintu terhempas ke dalam dengan begitu hebatnya. Nampak sosok wanita cantik berjilbab serta bergamis panjang krem, masuk ke dalam rumah dengan hebohnya. Wanita itu adalah Azizah, putri Ustadzah Kartika yang kembar

“Assalamualaikummmmm…...Ummiiiii…ehhh… Ummi ada disini toh…ehhhh… ada Kak Nisa juga…haiiiii….kakkkk…..” kata Azizah mendapati ibunya berada di ruang tamu bersama Nisa.

“Waalaikumsalam… Aduhhhh anak Ummi yang satu ini ya! Heboh banget sih. Padahal kamu tuh cewek nak, jadi anggun dikit napa sih Zah?!” dumel Ustadzah Kartika. Nisa tertawa melihat kelakuan anak Ustadzah Kartika yang memang agak sedikit agak tomboy.

“Hihihi…” tawa Azizah.

Lalu perempuan berumur 18 tahun itu menyalami tangan ibunya. Kemudian mendaratkan kecupan kecil di bibir selama sepersekian detik. Tanpa bisa dilihat Nisa karena terhalang oleh tubuh Azizah, Ustadzah Kartika menjilat bibir tebalnya, merasakan bekas kecupan putrinya.

“Hmmm….bibir kamu lengket nak…agak asin juga…pasti kamu….” bisik Ustadzah Kartika sambil tersenyum kepada putrinya.

“Hihihi…tadi aku mampir ke pos dulu…ngasih ‘oleh-oleh’ buat Bang Amos sama Mang Jono”. Azizah tersenyum penuh arti kepada ibundanya. Tentu sang ibu mengerti maksudnya.

Kemudian gadis berhijab putih itu menghampiri Nisa, dan menyalaminya juga. Lalu duduk disebelahnya Nisa. Gadis itu menatap nanar perut hamil Nisa. Nisa yang sudah mengerti, mempersilahkan Azizah untuk menyentuh perutnya.

“Kak Nisa nantinya pengen punya berapa anak?” tanya Zizah polos.

“Duhhhhh…. Dek Zizah, yang ini aja belum brojol, sudah nanya mau berapa ajah…”.

“Hihihhi…Ummi nambah dedek lagi donggggg…” rengek Azizah seraya terus mengelus perut hamil Nisa.

“Duh kamu malah minta adik lagi, capek tahu ngurusnya…..”.

“Kan banyak anak, banyak rezeki Ustazah" timpal Nisa.

“Tuh Mi, banyak anak banyak rezeki…lagipula si Azhar sudahhh…”.

“Hush…gampang lah nanti sayang. Tunggu adek kamu gedean dulu ya”.

“Lho?! Azhar sama Salma mana nak?” tanya Ustadzah Kartika, baru menyadari ketidakhadiran anak-anaknya yang lain.

“Kak Salma lagi ke pos Mi, masih ‘ngobrol-ngobrol seru’ sama Bang Amos dan Mang Jono. Katanya mumpung mereka belum tukar jaga sama Bang Sutar dan Mas Kardi”.

Azizah menekankan kata-kata ‘ngobrol seru’. Tentu Ustadzah Kartika mengerti maksud putrinya. Apalagi kalau bukan mengadu kelamin. Ia sedikit bergidik, kala membayangkan putri sulung berhadapan dengan pria seperti Amos. Ditambah Jono pula.

“Terus kembaranmu mana?” tanya Umminya lagi.

“Kalau dia mah tadi diminta ‘tolong’ dulu sama tante Ernie….”

“Ohhh…gituu… terus kamu kenapa balik duluan ke rumah?”.

“Kangen sama Ummi hehehe…..”.

“Dasar kamu Zah, nggak bisa jauh-jauh dari Ummi. Terus-terus…kamu disana ngapain aja sayang?” tanya Ustadzah Kartika kepada Nisa.

“Ya ke sekolah dulu kan, ngurusin persiapan perpisahan. Baru deh, kita-kita ke villa buat….ya itu…have fun di sana”.

“Kamu main-main di villa doang?”.

"Nggak juga seh Mi. Aku, Kak Salma sama temen-temen aku, dan beberapa guru pergi ke White Menu Club juga sih Mi…nggak cuma di villa" lanjut Azizah menjelaskan kepada ibunya.

Tangan nya masih terus setia mengelusi perut hamil Nisa. Dan Nisa tidak masalah dengan itu, karena ia turut menikmatinya.

“Oh ya, seru nggak nak di Club? Masih enak makanannya dan minumannya disana?" tanya Ustadzah Kartika terselubung.

"Seru dan masih enak lah Mih, pokoknya aku sampe kenyang disana hihihi…..".

Nisa yang menyimak menjadi penasaran dengan tempat yang disebutkan oleh Azizah. 'White Menu Club? Apaan itu ya? Tempat dugem kah? Masa iya anak Ustadzah main-main kesana? Tidak mungkin lah, ada-ada saja kamu Nis’.

‘Mungkin namanya aja Club, tapi sebenarnya tempat makan atau semacam tempat turis gitu kali ya….. Kapan-kapan aku tanya deh, siapa tahu bagus dan nggak mahal. Jadi aku sama mas Alif bisa kesana buat liburan, melepas penat dari kota yang suntuk’ tutur Nisa dalam hatinya.

Terus Nisa hanya menyimak percakapan ibu dan anak itu, sambil membiarkan perutnya terus diraba. Lama kelamaan, Nisa merasakan tidak enak hati. Karena anak-anak Ustadzah Kartika baru pulang, pasti mereka capek pikirnya. Lantas dia ingin kembali ke rumahnya.

“Ustadzah Kartika, saya permisi dulu ya. Kan ini anak-anaknya sudah pada pulang, mungkin butuh waktu istirahat dulu” pamit Nisa sopan.

“Eh iyaa…, yuk mbak Nisa, saya antarkan ke depan”.

Ustadzah Kartika mengantarkan Nisa ke pintu rumah. Sebelum sang wanita hamil beranjak pergi, Ustadzah Kartika menahan Nisa.

“Mbak Nisa, semoga obrolan kita tadi, menjadi pencerahan ya. Pokoknya Mbak Nisa tenang saja. Apa yang dilakukan oleh tetangga-tetangga kita itu bukan dosa. Karena apa? Karena demi kebaikan kita, dan janin kita nantinya. Pokoknya Ustadzah jamin tidak dosa. Cukup perlu mbak lakukan dan…..nikmatin. Mbak Nisa ngerti kan?”.

Nisa termenung mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ustazah. Lalu ia mengangguk pertanda mengerti dengan penjelasan Ustadzah Kartika.

“Dan…..kalau mau mbak Nisa mau….”.
“Saya juga bisa bantu kok….” ucap Ustadzah Kartika dengan hangatnya, seraya meraba lengan Nisa yang tertutup lengan gamis.

Mendengar Ucapan Ustadzah Kartika, Mata Nisa membulat, seperti hendak loncat keluar dari kepalanya. Dia tidak percaya, seorang ustadzah menawarkan bantuan untuk menghilang syahwat.

"Ti-tidak usah Ustadzah, saya bisa sendiri kok. Saya permisi dulu ya….Assalamualaikum…” ucap Nisa buru-buru seraya berjalan meninggalkan pekarangan rumah tetangganya.

“Waalaikumsalam….” balas si Ustadzah.

Masih berdiri di depan pintu, tiba-tiba tubuh Ustadzah Kartika dipeluk dari belakang.

“Aduhhh….”. Buah dadanya diremas kuat.

“Zizah kangen Ummi…” lirih sang anak.

Tanpa segan ia meremas buah dada ibunya dari luar gamis. Ustadzah Kartika yang tidak memakai apa-apa dibalik gamisnya, membuat Azizah bisa rasakan kekenyalan sumber susunya dulu. Eh, sekarang juga masih sih.

“Ughhhh Zizahhhh….Sanaaaa…., kamu mandi dulu…kamu bau peju banget nak…” suruh Ustadzah Kartika sambil mendesah karena remasan anaknya.

“Hihihih…iya-iya deh. Zizah mau mandi dulu ya Mi…. Atau kita mandi bareng Mi?” lirih sang anak ditelinga sang ibunda. Ustadzah Kartika merinding mendengar suara Anaknya. Merinding dalam arti apa? Takut? Atau Birahi?



Maghrib

Keluarga Ustadzah Kartika sedang menunaikan ibadah Sholat Maghrib dengan khusyuknya. Azhar menjadi imam bagi ibunya, kakak serta adiknya. Sebagai pria satu-satunya di kediaman, sudah menjadi kewajiban untuk memimpin para wanita. Selesai sholat, langsung dilanjutkan dengan panjatan doa serta dzikir.

“Amin…..”.

Selesai membaca doa dan berdzikir yang penuh khidmat, Azhar segera berdiri dan berputar arah, menghadap ibu, serta kakak dan adiknya yang masih bermukena. Ia perhatikan satu persatu wanita yang berada di depannya. Membuat Ustadzah Kartika serta anak-anaknya yang lain bingung.

“Kenapa Zar?” tanya Azizah yang bingung dengan tingkah kembaranya.

Tiba-tiba Azhar menarik sarungnya ke atas. Sebuah batang besar setengah ereksi menjuntai di antara kakinya, terpampang bebas di hadapan ketiga wanita yang masih duduk bersila.

“Astagfirullah…. Azhar! Baru juga selesai sholat! Masa kamu sudah ngaceng aja sih!” omel Salma melihat kelakukan adiknya.

Azhar cengengesan melihat kakaknya, Salma marah-marah. Sedangkan Azizah turut tertawa seperti kembarannya. Bukan sekali ini saja, melainkan sudah acapkali, Azhar menyalurkan hasratnya setelah menunaikan kewajibannya.

“Hehehe….Azhar lagi pengen kak”.

“Lagi pengen katamu dek?! Kamu lho…. Dek, dari kemarin sudah ngontolin banyak santri sama Ustadzah-Ustadzah juga kamu embat lho….. Terus dapet santri junior yang masih perawan juga pula! Masih kurang juga dek?!”.

Namun tidak ada protes datang dari sang ibu. Malahan sang ibu menatap nafsu benda yang tertanam di antara kaki anaknya. Benda kesayangannya. Benda yang ia cintai. Benda yang diagungkan olehnya. Yang tidak lain penis besar dan panjang milik putranya.

Dia begitu kangennya dengan benda besar di antara kaki anaknya itu. Setelah ditinggal beberapa hari oleh anaknya yang merupakan pejantan sejatinya, ia ingin meluapkan hasratnya kepada kontol terindah dan ternikmat baginya. Walau bukan yang besar dan panjang, tapi tetap saja di atas rata-rata. Dan yang terpenting benda itu adalah milik putranya yang ia cintai.

“Bedalah kak, mereka semua nggak bisa dibandingkan sama Ummi….Ummi kan orang yang Azhar cintaiiii….” ucap Azhar lantang.

“Dih…Anak Ummi yang satu ini gombal banget sihhh…..” tukas Ustadzah Kartika setelah sadar dari lamunannya karena mendengar ucapan putranya yang receh.

“Iya gombal-gombal gitu, Ummi suka kan? Tuh buktinya jadi anak kan Mi? Hehehehe…”.

Ya, bayi mungil bernama Azam yang sedang tertidur terlelap di kamar, adalah buah cinta hasil hubungan terlarang antara seorang ibu dengan putra kandungnya. Seorang Ustadzah tersohor membiarkan rahim suburnya di semprot benih-benih kental putra kandungnya.

"Ummi….Azhar kangen…" pelan Azhar berucap, sambil menggenggam penisnya. Mengurutnya pelan di hadapan ibu kandungnnya. Menggelitik birahi sang ibu.

Ustadzah Kartika yang masih lengkap bermukena putih merangkak pelan menggoda, menuju putranya. Lalu di depan anak laki-lakinya ia bersimpuh. Diraihnya batang penis putra yang besar walau belum ereksi maksimal. Kemaluan Azhar sontak berkedut-kedut saat tersentuh oleh jari-jari ibunya yang halus. Kontol muda itu berontak minta dipuaskan oleh orang yang telah melahirkannya.

“Ummi juga kangen sama kamu nak….Cuph…” ucap Ustadzah, lalu mengecup mesra ujung penis Azhar.

Ustadzah Kartika mengurut penis Azhar dengan penuh kelembutan, penuh rasa keibuan yang tertumpahkan kepada anaknya, kepada penis anaknya. Tangan halus terus mengurut penuh perasaan. Rasa kasih sayang itu membuat kemaluan Azhar yang perlahan menggeliat mengeras perkasa.

Sampai akhirnya Ustadzah Kartika telah berhadapan dengan tugu keperkasaan anaknya yang siap dinikmati olehnya, siap mengantarkannya ke surga dunia.

“Ummi, sepongin kontol Azhar ya….” pinta Azhar penuh harap.

Dengan senyuman yang manis penuh keibuan, Ustadzah Kartika memasukan ujung penis putranya ke dalam mulutnya yang hangat. "Happ….".

Sang Ustadzah langsung menyedot-nyedot lembut penuh perasaan. *Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…

"Okhhhh…Mu-mulut Ummi memang paling enakhhh….nggak ada yang bisa ngalahinnnn…" erang Azhar, memuji hisapan mulut ibunya.

Azizah sedari tadi masih duduk bersila di atas sajadahnya, dekat ibunya dan kembaranya yang sedang dimabuk birahi itu. Melihat ibunya yang menikmati penis kembarannya yang terlihat lezat menggiurkan, membuat mulut mungilnya berair. Padahal, seperti kakak perempuannya, kemarin mulutnya silih bergantian terisi dengan banyak kemaluan, pria maupun wanita. Padahal tadi sebelum pulang ke rumah, ia sempat mampir ke pos dan memberikan ‘oleh-oleh’. Tapi dia tidak ada bosan-bosan. Perempuan muda itu suka menghisap kontol! Terutama penis kembarannya.

*Slurph….Slurph….Slurph…..Slurp….

Ia terus perhatikan seksama bibir tebal ibunya menjepit ketat batang berurat batang berurat saudara kembarnya. Terpaku kepada ibunya yang penuh khidmat menikmati penis kembarannya, menyulut birahinya tinggi. Vagina mungil terasa juga berkedut-kedut. Dia terangsang!

Sadar diperhatikan, Ustadzah Kartika mengajak putri bergabung. "Daripada kamu bengong, mending ikutan nyepongin Azhar sama Ummi. Sini nak….". Lalu si ibu kembali melumat kepunyaan anaknya.

“Ayo Zah, isep punya aku bareng Ummi….okhhhh…gilahhhh….mulut Ummi enak banget”.

*Slurp…Slurp…Slurp…Slurp…Slurp…Slurp…

Azizah pun merangkak seperti ibunya tadi, mendekati kembarannya yang sedang dilayani oleh orang yang telah mengandung mereka bersama-sama selama sembilan bulan. Ia bersimpuh di samping ibunya yang sedang memaju mundurkan kepalanya, mengocok mulut kembaran dengan mulutnya.

Karena ibunya yang masih asyik dengan batang kembaranya, Azizah memainkan zakar kembarannya yang menggelantung penuh dengan sperma. Azizah takjub saat meremasnya. Padahal baru tadi Azhar keluarkan isi zakarnya ke liang vagina tetangga mereka. Tapi sudah terasa berat dan penuh lagi.

Dengan perasaan sedikit jengkel, Salma merapikan sajadah-sajadah yang barusan mereka pakai untuk sholat maghrib. Tidak mau lendir percintaan haram menodai perangkat ibadah mereka yang suci. Meski sering berdosa, bukan berarti mereka melecehkan agama mereka sendiri.

Lalu Salma pun meninggalkan ibu dan adik-adiknya yang sedang dimabuk birahi. Ia hendak istirahat di kamarnya, setelah ngeseks berhari-hari tanpa henti. Apalagi tadi sebelum pulang kerumah, juga sudah ‘berkunjung’ ke pos penjagaan. Melawan dua orang pria kuat nan jantan, bukanlah perkara mudah. Memang sangat enak dan memuaskan, tapi sangatlah capek pikirnya.

*Sluph…Slurphhh….Hmmmm….Slruphh…

Ustadzah Kartika terus menyedot-nyedot kemaluan anaknya dengan penuh khidmat. Sampai lupa kepada putri yang sudah ngiler dari tadi. Padahal dirinya yang mengajak putrinya untuk bergabung dengannya. Saking asik dia memonopoli batang anaknya sendiri.

“Ummiii…Zizah pengen nyepongin si Azhar jugahhhh….” rengek Azizah tak sabar.

Ustadzah Kartika menoleh ke arah putrinya dengan mulut masih tersumpal penuh. Dia benar-benar lupa dengan putrinya, gara-gara terlalu khusyuk menikmati batang penis putranya.

“Puahhh….maaf sayang, Umminya keenakan nyepongin kontol kakak kamu. Nih sayang, isep kontol kakak kamu…” kata Ustadzah Kartika seraya menyodorkan kontol Azhar yang sudah basah lengket karena campuran ludah dan precum. Tentu hal itu tidak membuat Azizah jijik, malah sebaliknya. Semakin bernafsu!

“Happp….Nhhmmmm…” *Slurph…Slurph…Slurph…Slurph…Slurph…

Tanpa membuang waktu, Azizah segera melahap bulat-bulat penis kakaknya. Yang tentu sudah sering ia lakukan. Terhitung sejak pertama kali ia mengenal seks. Sang ibu sendiri teringat pertama kali mengajarkan putrinya yang kembar ini, menghisap kemaluan laki-laki. Tentu laki-lakinya adalah Azhar.

Selagi Azizah mengulum kepala penis, Ustadzah Kartika mengincar batangnya. Jadilah Azhar disepong bersamaan ibu dan adik kembarnya yang masih bermukena. Dia berada di surga, surga duniawi yang sangat nikmat. Memang dosa, tapi terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini bukan pertama kalinya. Ibu dan anak itu bergantian menghisap kemaluan besar Azhar. Tentu ini juga bukan kontol satu-satunya yang mereka nikmati bersama. Kala Azizah mengerjai batangnya, Ustadzah Kartika mendapat jatah kepalanya. Dan begitu juga sebaliknya. Tidak ada bagian yang luput oleh mereka.

Terus pasangan ibu dan anak itu bergantian menghisap penis yang memiliki hubungan darah dengan mereka. Darah yang terpompa di batang yang mereka hisap juga mengalir di tubuh mereka.

Terus Azizah dan Ustadzah bergantian menghisap Azhar penuh nikmat. Sadar pelir Azhar mengganggur, Ustadzah Kartika menunduk, dan mengulum kantong berisi sperma yang sekira siap membuah sel-sel telurnya lagi jika diminta.

Azhar menarik tubuh ibunya ke atas, langsung menyambar bibirnya. Bibir yang lebih kasarnya melumat buas bibir Ustadzah Kartika yang lembut dan tebal seksi.

“Hmpp…Slurphh….Ahhh…anak Ummi yah…gak sabaran banget sihhhhh…Hmpphh!” ujar Ustadazah Kartika disela ciuman ganas.

"Azhar kangen tahu Mi!". Sekarang sang Putra mendusel leher ibunya yang masih tertutup mukena.

“Emang kamu pikir Ummi nggak kangen sama kamu? Ummi kan bosen main sama security mulu atau sama anak-anaknya Ci Mar… Apalagi si Siti juga lagi pulang kampung, Ummi kan jadi cuma berdua sama Azam di rumah”.

“Hehehehe…Maaf ya Mi. Ngomong-ngomong, Ummi kangennya sama aku apa sama kontolnya aku nih?” tanya Azhar jahil.

“Sama kamu lah nak.…..”

“Juga sama kontol kamu dong pastinya….Hihihi…Hmphh!”. Giliran Ustadzah Kartika yang menyergap ganas bibir putranya.

Di bawah sana, Azizah terus menghisap kemaluan kembarannya dengan penuh semangat dan keliaran nakal. Dia nikmati sendirian batang penis kembarannya layaknya es krim yang tidak pernah meleleh. Sejatinya ada yang meleleh, yaitu precum yang terus mengalir ke dalam mulutnya. Bercampur dengan liurnya.

Kembali pemuda itu menciumi ibunya. Tubuh montok Ustazah Kartika digerayangi tangan kasar anaknya, sampai mukena putihnya acak-acakan kusut.

Tidak tahan, ia singkap ke atas mukena Umminya yang baru saja dipakai sholat. Buah dada dambaan terpampang menggiurkan tanpa ada yang menutupinya lag. Langsung disambar olehnya, ia remas kuat benda besar yang penuh susu itu. Tak ayal Ustadzah Kartika melenguh seksi. “Uhhhh…Azharrrrr….remes tetek Ummi nakkhhhh….okhhhh!”.

Puas meremasnya, Azhar langsung menunduk dan melahap habis susu ibunya. Sambil tanganya meremas yang satunya. Puting dan areola Ustazah ketika hilang dalam mulutnya. Disedot kuat payudaranya oleh putranya, spontan Ustadzah Kartika terdongak karena rasa geli dan nikmat yang ia rasakan.

*Slurph…Slurph…Slurph…Slurph…Slurph…

“Terus sedot susu Ummi nakhhhhh….okhhhh….” erang si Ustadzah sambil mendekap erat kepala putranya.

Bergantian Azhar menghisap rakus susu ibunya. Asupan gizi yang seharus milik anaknya yang juga adiknya malah ia seruput sampai puas. Sedangkan insan yang satu lagi masih menyedot batang keras berharap susu kental masuk ke perutnya.

“Ahhhhh….kenyang…enak susunya Mi….” seru Azhar puas menyusu kepada ibunya.

“Dasar kamu ya, susu buat anak kita malah kamu minumin…” omel Ustadzah Kartika.

“Enak sih hehehehe….Eh Zah, udahan dulu nyepongnya. Aku pengen gituan sama Ummi dulu…” pinta Azhar kepada kembarannya.

*Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…”Puahhh….Cuph…Cuph…Cuph…Muachhhh…ok deh, tapi habis itu aku ya Zar”.

“Pasti dong Zah…Sini cium aku dulu….".

Azizah tersenyum lebar, lalu lekas berdiri dan beradu mulut dengan kembarannya. Kakak-adik kembar itu bercumbu penuh cinta dan nafsu nya. Mereka saling menggerayangi. Sudah sejatinya anak kembar harus saling berbagi, apapun itu. Termasuk berbagi kenikmatan duniawi.

Sang ibu yang melihat anak kembarnya saling mengadu lidah, terasa terharu…dan terangsang. Sesuatu yang dilarang agama dan norma, membuatnya semakin bernafsu.

"Hh…hh…hh…". Nafas pasangan kembar itu tersengal-sengal, setelah adu mulut yang liar.

"Sudah ya Zah….Aku mau ngentot sama Ummi dulu….".

"Iye Zar…buaran sana, memek aku juga sudah kepengen…".

"Iye" singkat Azhar.

"Zar…nambah adek lagi dong..." pinta si kembar cewek.

“Ya itu terserah Ummi sih…” kata Azhar.

“Ummiii….bikin adek lagi” mohon Azizah.

Ustadzah Kartika terkesiap mendengar permintaan Azizah. “Aduh kamu dekkk…nanti dulu dong. Azam kan masih kecil…” tolak sang ibu.

“Yahhh….” Azizah meresa kecewa.

“Kita di kamar aja ya mi….” minta Azhar.

“Jangan dong sayang….kan ada anak kamu…nanti malah kebangun si Azam” tolak Ustadzah.

“Iya sih Mi….”.

“Main di sini ajalah” saran Azizah sambil menunjuk sofa yang sudah menjadi saksi bisu bahkan pertempuran birahi yang terlarang.

Saat Ustadzah Kartika hendak melepaskan mukenanya, Azhar menghentikannya. Dia ingin menyetubuhi saat ibunya masih bermukena. Ustadzah Kartika hanya geleng-geleng mendengarnya, tapi tetap ia menuruti permintaan anaknya. Jadilah sang ibu hanya mengenakan atasan mukena, sedangkan bawahnya tidak memakai apa-apa lagi. Ia bisa rasakan udara menerpa vaginanya yang sudah basah.

Azizah pun juga mengikuti ibunya. Hanya menyisakan mukena bagian atasnya. Mendapatkan giliran setelah ibunya, dirinya duduk di sofa yang lain.

Ustadzah Kartika berinisiatif untuk bersandar di sofa dan membuka lebar kedua kakinya. Mempersembahkan benda sumber kehidupan yang penuh kenikmatan yang telah basah.

Arah mata Azhar langsung terpaku ke arah liang peranakan ibunya, tempat ia serta anaknya pernah tinggal selama sembilan bulan lamanya. Dan akankah hari ini ia akan membuang benih-benih suburnya lagi ke dalam rahim ibunya, menciptakan kehidupan yang baru?

“Azhar, anak Ummi sayang, sini entotin Ummi…” ujar sang ibu, sambil mengelusi belahan vaginanya yang sudah sangat basah.

“Nggak mau Azhar jilatin dulu Mi?” tawar Azhar sambil mendekat. Kejantanannya bergoyang kesana kemari seiring langkahnya. Ibu dan adiknya semakin tergiur dengan benda keras di selangkangannya.

“Isshhhh…nggak usah nak…lihat nih, memek Ummi sudah becek bangetthh….sudah pengen kontol kamu”.

Ustadzah Kartika menunjukan jari-jarinya yang mengkilap basah dan lengket karena lendir vaginanya. Pertanda sudah siap ditembus oleh benda keras nan berurat.

*Puk Puk Puk Puk Puk.

Ustadzah Kartika kini menepuk-nepuk vaginanya sampai tercipta suara basah nyaring menggairahkan. Sudah tentu si pejantan pun terpancing birahinya. Kemaluannya semakin berkedut-kedut kuat, siap bertarung.

Ia segera berlutut di depan ibunya. Masing-masing tangannya langsung mengelus kedua belah paha ibunya yang putih mulus dan gemuk berisi. Matanya tertuju ke celah kecil yang basah. Dari sanalah kakaknya, dirinya dan kembarannya, serta anaknya sendiri keluar ke dunia ini. Dan sekarang ia akan kembali untuk kesekian kalinya dengan kemaluannya yang besar dan panjang.

Melihat putranya terbengong menutupi kemaluannya, ia pun bertanya “Kenapa kamu malah bengong sayang?”.

“Eh, nggak apa-apa Mi. Azhar tadi cuman lagi ngagumin memeknya Ummi ini…” ujar Azhar vulgar.

“Ada-ada aja kamu Zar, memek Ummi kan sudah sering kamu pake, sudah sering kamu masukin kontol kamu. Dan dari sini kamu dan anak kamu keluar….kenapa masih terkagum-terkagum aja sih” tanya Ustazah Kartika Heran.

“Karena bagiku, tidak ada benda yang berharga dan seindah selain memek Ummi….” ucapnya sepenuh hati.

Ustadzah Kartika terharu mendengar kata-kata putranya. Selain hatinya yang berbunga-bunga, memeknya yang terpampang bebas berdenyut-denyut. Minta segera dipuaskan oleh benda keras oleh anaknya.

Namun hal berbeda yang dirasakan oleh anaknya yang satunya. Azizah yang mendengar ucapan kakaknya, menjadi kegelian “Dih…..”. Matanya mendelik malas ke atas.

“Ah elahhhh….kamu Zarrr…, mau ngentot aja ngegombal dulu…buruan ah entotin Ummi! Aku juga sudah nggak sabar nih….” omel Azizah.

“Sabar elah…ngentot tuh harus penuh perasaan dek….nggak asal coblos tahu!” tukas Azhar.

“Lama elah….atau aku ke pos aja nih atau main ke rumahnya Ci Margaretha…atau mungkin… aku ngentot sama kak Erick” ancam Azizah.

“Gih sana…” balas Azhar enteng.

Azizah terperangah mendengar ucapan kembarannya. Sejatinya dirinya sedang enggan untuk mencari pelampiasan ke pos penjagaan atau pun ke rumah tetangganya. Hari ini ia ingin menghabiskan waktu bersama kembaran beserta ibunya yang ia cintai.

“Terserah kamu deh Zar….” pasrah Azizah mengalah.

Ustadzah Kartika geleng-geleng melihat anak kembarnya yang berantem. Seringkali mereka berantem karena hal sepele. Tapi kalau sudah adu kelamin, pasti akur sampai lupa daratan.

“Ihhhh...kalian berantem mulu deh….masa memek Ummi dari tadi dianggurin sih…” omel Ustadzah Kartika dengan cemberut sambil masih mengusap vaginanya yang bersih dari bulu kemaluan.

"Habisnya si Azizah ngomel mulu, padahal lagi romantis juga…." dumel Azhar.

"Sudah-sudah….Tapi Zar…makasih ya, Ummi suka kata-kata kamu. Dan Ummi suka sama kontol kamu yang perkasa dan indah itu sayang”.

“Mari nak…saatnya kamu kembali ke tubuh Ummi….kembalilah…kembalilah ke tubuh ibu dengan kontolmu yang besar dan panjang itu…” lanjut sang ibu sambil membentangkan celah cintanya yang sempit dengan kedua jarinya.

Ucapan ibunya yang puitis namun juga vulgar membuat Azhar menelan ludah dalam-dalam. Diarahkan kejantannya ke liang cinta yang siap menampung cinta dan benihnya. Sebelum penetrasi ia gesekan kepala penisnya di belahan cinta ibunya yang basah itu. Akibatnya dirinya dan ibunya mendesah-desah. Cairan pelumas alami mereka bercampur menjadi satu, siap membantu mereka meraih kenikmatan.

“Azhar anakku sayang….masukin sayang…masukin kontol besar kamuhhh….”.

Azhar lekas mendorong pinggulnya, hingga kepala penisnya menyeruak masuk ke liang peranakan ibu kandungnya sendiri. Yang harusnya haram baginya. *Blesh. Keduanya melenguh panjang kala kelamin mereka bersatu. Sekarang di rumah Ustadzah Kartika, telah terjadi persatuan dosa yang penuh keharaman. Persatuan kelamin antara seorang anak kandung dengan ibu kandungnya.

“Azharrrr…ughhh…kamu masuk lagi sayang! Kamu masuk lagihhhh….ke tubuh Ummihhh…Ummi kangen kontol kamuhhh…memek ibu kangen kontol kamuhhh…”.

“Ummihh….Azhar telahhhh…kembalihhhh….” erang sang putra merasakan jepitan memek ibunya.

Kedua insan sedarah itu, terdiam. Meresapi penyatuan kemaluan mereka yang dosa tapi nikmat. Walau bukan pertama kalinya, tapi setiap penyatuan antara anak dan ibu itu selalu sakral dan tabu. Tentu juga sangatlah nikmat selangit.

Ustadzah Kartika saling pandang dengan putranya. Ia elus pipi anaknya lembut, dan berkata “Entot Ummi sayang…Ummi sudah kangen digituin sama kamu…”.

“Iyah Mi, Azhar mulai genjot ya….”. Ustadzah Kartika mengangguk.

Azhar mulai mengayunkan pinggulnya, kemaluannya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan hinanya ke liang peranakan ibu kandungnya sendiri. Menggesekan liang peranakan ibunya dengan batang penisnya yang berurat. Dari sanalah ia keluar, sekarang ia telah kembali lagi untuk kesekian kalinya dengan kejantanannya yang perkasa.

*Plok Plok Plok Plok Plok

Seiringnya waktu ayunan Azhar semakin lancar dan lebih bertenaga. Ustadzah Kartika merasakan kenikmatan tiada tara. Pintu rahimnya berkali-kali dihantam ujung penis anaknya yang keras bak baja.

Ustadzah Kartika menarik mukenanya ke atas sampai lehernya. Dua bongkah payudara berukuran besar yang berisikan susu tidak lagi terhalangi apa-apa. Berguncang dengan indahnya, karena sodokan kontol Azhar yang hebat.

“Remas susu ibu Zar….remas yang keras” pintanya.

Azhar yang sudah tergiur dari tadi, langsung meremas payudara ibunya yang berisikan susu untuk anaknya yang juga adiknya. Dengan iseng ia memencet puting ibunya yang sudah keras. Tatkala susu asi keluar dari ujungnya.

“Aduhhh…janganhhh…gituhhh…sayang susuuhhhnyahhh….” omel Hajjah Laila, ditengah gempuran anaknya. Ia lihat dari ujung putingnya sendiri, tersembur keluar susu yang sejati untuk bayi mereka, Azam.

“Hehehehe….Azhar kan juga mau Mi”. Sang pemuda langsung menindih ibunya, dan mulutnya menyergap puting ibunya. Ia sedot putingnya, menegak susu yang keluar ke mulutnya.

Desahan Ustazah Kartika semakin nyaring karenanya. Serangan di payudara dan hentakan di liang cintanya sangatlah nikmat. Ditambah yang menyetubuhi dirinya adalah putranya sendiri, darah dagingnya sendiri. Sensasinya tabunya sangatlah gila nikmatnya.

*Cleck Cleck Cleck Cleck

Suara kocokan basah begitu merdu terdengar. Di sofa lain, insan yang satunya sudah mencolok-colok memeknya sendiri dengan beringas. Kecipak basah terdengar merdu. Sembari menunggu giliran ngentot, Azizah memuaskan diri sambil menonton kembarannya menyenggamai ibu kandung mereka. Matanya merem melek bersamaan dua jarinya keluar masuk vagina mungilnya yang sudah merah. Dan tangannya bermain di dadanya yang berukuran sedang. Dan sesekali ia memilin kedua putingnya yang sudah tegak mengacung.

“Okkkkhhh….yeahhh….Azharrr….buruannhhh….entotinnn…akuhhh….” racau Azizah sambil terus menjamah tubuhnya sendiri. Tidak tahan lagi dengan rasa gatal yang ia rasakan di kemaluannya.

Desahan liarnya bersanding dengan milik kakak dan ibunya. Ketiga makhluk tuhan itu berlomba mencari kenikmatan duniawi yang terlarang. Tapi mereka sudah tidak peduli lagi dengan dosa-dosa yang mereka terima. Karena semuanya setimpal dengan rasa nikmat yang mereka dapatkan.

*Plok Plok Plok Plok Plok Plok

"Memek Ummi enam bangetthhh….nggak ada seenak punya Ummihhh….".

"Punya kamu juga enak sayang….tidak ada kontol sehebat miliku kamu sayanghhh….".

Kemaluan Azhar yang besar dan panjang, keluar masuk bagai piston mesin. Bukan menghasilkan tenaga, melainkan menghasilkan kenikmatan tiada tara bagi dirinya dan juga ibunya.

"Terussss…sayang terussss….Ummi mau nyampehhh…cepetinhhh…".

Sebagai anak yang berbakti, Azhar segera meningkatkan kecepatan tumbukan penisnya, demi mengantar Ummi tercinta menggapai kenikmatan yang haqiqi. Selang satu menit, Ustadzah Kartika merasakan desakan gelombang orgasme dari dalam tubuhnya.

“U-Ummiiiii….Ummiiiiii….dapethhhhh….aghhhh….” erang Ustadzah Kartika kala klimas berhasil diraihnya.

“Akhhhh…yaaaa…. Rabbihhhh…enakhhh…..ahhhh!”.

Wanita tersohor sebagai pemuka agama itu meraih orgasme dari anaknya sendiri. Tubuh montoknya menggelepar dengan hebohnya di atas sofa. Apa yang akan dikatakan oleh para jemaatnya, kalau tahu orang yang mereka ikuti melakukan dosa besar seperti ini. Dosa dengan melakukan seks sedarah dengan anak-anaknya.

“Okkhhhh…jepithhh…bangethhhh….” Azhar melenguh kala pusaka nya disiram hangat dan diremas-remas kuat. Dari sela-sela persatuan kelamin ibu dan anak itu, merembes keluar cairan orgasme sang wanita dengan derasnya. Membasahi sofa, hingga mengalir dan menetes ke lantai di bawah sofa.

“Hh…hh…enakhhhh…kontol kamu enak Nak, Ummi nggak bisa lepas dari kontol kamuuhhh…” ucap ibunya sambil nafasnya tersengal-sengal.

“Sama Mi, sama. Azhar juga nggak bisa lepas dari memek Ummi. Jika dikasih pilihan banyak memek, pasti Azhar pilih punya Ummi” jujur Azhar.

Ustadzah Kartika tersenyum bahagia mendengar kalimat yang keluar dari mulut anaknya. Ia kecup bibir Azhar sebagai balasannya. Lalu ia terpejam, mengumpulkan tenaga sesaat.

Setelah orgasme ibunya mereda, Azhar mencabut kontol dari liang cinta Umminya. Kontolnya basah mengkilap dengan cairan kental yang juga berbusa putih.

“Ayo, ayo Zar! Giliran aku sekarang!” minta Azizah kepada Azhar tidak sabar.

Wanita muda itu sudah menungging di atas sofa, tepat di samping ibunya yang kelelahan karena orgasme yang dahsyat. Mukenanya sudah tersingkap ke atas, pantat bulatnya menjadi terekspos bebas.

Azhar langsung berpindah ke belakang adik kembarnya yang siap menerima pentungan kerasnya. Ia arahkan ujung penis ke lereng cinta adiknya yang sudah banjir dengan pelumas alaminya. Azizah terlonjak saat benda keras meyentuh gerbang kenikmatannya.

Dengan berpegangan kepada pinggul kembarannya, Azhar dorong masuk kejantanannya. Ia terus dorong kontol keras nya ke dalam tubuh kembarannya sampai dasar rahim. Pasangan kembar itu melenguh saat kelamin mereka menyatu mantap. Jika dulu mereka menyatu dikandung dalam rahim ibu mereka, sekarang mereka kembali bersatu dengan kelamin mereka. Berbagi kenikmatan.

“Zarrrrr….entotinhhhh….akuhhhh….akhhhh….gilahhhh….” desah Azizah keenakan.

Azhar meraih pinggul Azizah, dan langsung menggenjot liar kembaranya. Seperti tadi dengan ibu kandungnya, kontolnya keluar masuk bagai piston mesin. Menggesek liang adiknya dengan kontol yang berurat.

“Uhhh…ahhh….okhhhh…ahhh….ahhh kontol kamu enakhhhh Zarrrr…keras bangettt! Gedee jugahhhh….akhhh….”.

*Plok Plok Plok Plok. Panggul Azhar menabrak-nabrak pantat mungil adiknya yang bulat. Menghasilkan gemaan suara yang seksi menggairahkan, mengisi seantero rumah mereka.

Ustadzah Kartika membuka matanya, lalu melihat kesamping dimana anak-anaknya yang kembar sedang saling memuaskan secara seksual. Ia lihat ekspresi penuh ekstasi dari putrinya yang tomboy itu. Walau tidak setebal miliknya, bibir Azizah terlihat menggiurkan, ingin rasanya ia melumatnya.

Sadar ibunya memperhatikan dirinya, ia tersenyum lebar dan meracau “Miiii…Ummiii…enak banget di entot Azharrrr….”.

Sang ibunda tersenyum dan memajukan kepalanya mendekat ke putrinya. Tatkala bibir mereka bertemu. Saling mengulum satu sama lain. Melihat adiknya beradu mulut dengan ibunya, membuat Azhar semakin birahi tinggi. Ia tingkatkan tempo permainannya.

*Plok Plok Plok Plok

“Azhar! Azhar! Aduhhh…gilahhhh…enak banget! Akhhh…” racau Azizah setelah melepaskan tautan bibir ibunya.

Desahan di rongga vaginanya semakin terasa nikmat. Pintu rahimnya yang belum pernah dilalui bayi, dipukul-pukul oleh moncong penis kembarannya. Ngilu, tapi nikmat. Suatu saat dia berharap akan mengandung dari benih kembarannya.

“Punya adik binal banget sih! Okhhh….dasar kembaran doyan kontol!” *Plak Plak. Azhar menampar kedua pipi pantat Azizah yang kenyal dan padat sampai merah karena saking gemesnya.

“Aawkhh! Kan-kan kamu Zar, yang bikin aku binalllhhh….jangan berhenti Zarrrr!”.

Ustadzah Kartika bangkit dari sofa, dan berdiri di samping putranya yang masih memborbardir memek putrinya. Ia raih kepala Azhar, dan mencium bibirnya buas. Cumbuan ibunya tidak menghentikan ayunan pinggulnya.

“Azharrrr…nanti kamuuuuhhhh….nghhh…. keluar di dalam yahhhh…..akhhh….” pinta Azizah disela-sela desahannya.

Mendengar permintaan putrinya, Ustadzah Kartika langsung menghentikan cumbuannya.

“Jangan keluar di dalam dong Zah” larang sang ibu.

“Ummii...Azizah pengen hamil….kenapa sih nggak boleh?!”.

“Jangan dong sayang….kamu masih umur 18 tahun, mendingan kamu kuliah dulu. Baru punya anak ya sayang…” saran sang ibu.

“Lagian kamu harus cari pasangan dulu dong sayang. Nanti orang bilang apa kalau kamu hamil tapi belum nikah….”.

“Dan yang paling terpenting adalah pasangan kamu nantinya harus bisa menerima keadaan keluarga kita yang….yahhh….sedikit berbeda”.

“Sedikit berbeda Mi? Yang ada sangat berbeda kali Hihihi….” canda Azizah lalu tertawa sendiri. Kembarannya serta ibunya pun turut tertawa dengan celetukan adiknya.

“Tapi Azizah pengennya hamil sama Azhar, kayak Ummi” tambah Azizah lagi.

“Ya itu gampanglah Zah, yang penting kita-kita ena-ena dulu sekarang” ujar Azhar, yang lalu kembali berciuman panas dengan orang yang telah melahirkannya sambil pinggul terus bergerak maju mundur menghantam vaginanya dengan kontolnya.




Puas mengadu mulut dengan putranya, Ustadzah Kartika kembali duduk disebelah putrinya yang sedang terhentak-hentak karena gempuran anak satunya. Ia singkap mukena Azizah yang menutupi payudara ranumnya. Terlihat menggantung indah. Kemudian Ustadzah memainkan kedua payudara putrinya sambil juga menciumi wajah putrinya yang sayu. Sekali-sekali ia turut mencengup bibir Azizah yang menurutnya itu manis. Permainan ketiganya begitu panas dan gila.

*Plok Plok Plok Plok Plok.

Terus Azhar menggenjot kembaranya penuh tenaga, bagai tidak ada hari esok. Lambat laun, dia bisa merasakan perubahan di rongga adiknya. Semakin becek dan semakin keras mencengkeram penisnya. Dia mengerti adik kembarnya akan segera menuju puncaknya.

“Kamu mau keluar ya dek?” tanya Azhar sambil meremas bongkahan pantat Azizah.

“Iyahhhh …. Azharrrrr…. Aku mauhhh …. keluarrrhh! Yaaa…Allahhhhh….Okhhhh….enakhhh” erang Azizah kuat saat meraih akan puncak kenikmatan terlarang.

“Hehehe…rasakan kontol abang dek! Nikmati kontol kembaranmu ini! Aghhh….”.

*Plok Plok Plok Plok

Dengan buasnya Azhar menghantam lerung vagina adiknya yang masih sempit walau sudah dimasuki berbagai macam bentuk kelamin pria. Besar, sedang, panjang pendek, muda tua, sudah pernah merasakan liang muda Azizah. Yang tidak disunat pun pernah singgah. Bahkan sering.

“Azhaarrr…akuhhhh…dapethhhh….memek ku enakhhhhh….akhhhh….” desah Azizah panjang kala meraih klimaks.

Azhar menarik kasar kontolnya kala Azizah masih didera orgasme yang dahsyat. Vagina mungil Azizah langsung mengeluarkan cairan orgasmenya dengar deras, sampai membasahi sofa dan lantai.

*Cret Cret Cret Cret. “Okhhhh….Azharrrrr…..adekkkk…muncrattthhhhh….” pekik Azizah. Tubuh ranumnya menggigil hebat seiring cairan orgasme terpompa keluar dengan derasnya.

Ustadzah Kartika mengelus-elus wajah anaknya yang sedang diterpa badai kenikmatan. Melihat wajah anaknya yang sedang keenakan, malah membuat bergairah lagi. Memek gemuknya kembali mengeluarkan lendirnya, bersiap untuk dikunjungi lagi oleh kontol anak kandungnya.

Beberapa menit telah berlalu, tubuh Azizah ambruk di atas sofa yang empuk. Matanya terpejam erat. Namun senyum penuh kepuasan terukir di wajah cantiknya. Tidak hanya merasa puas tapi juga bahagia.

“Heboh banget sih mainnya!” ujar seorang perempuan yang sedang berdecak pinggang.

Ustadzah Kartika dan Azhar spontan berbalik badan ke arah asalnya suara. Ternyata sosok wanita itu adalah Salma, putri pertama Ustadzah Kartika. Dia keluar kamar karena terusik

Pandangan Salma langsung terjerat ke arah kemaluan adiknya yang tegak keras gagah perkasa, basah berlendir di sekujur batangnya. Lalu ia lihat adik perempuan yang terkapar dengan vagina yang sangat merah merekah dan masih meneteskan lendirnya. Bergantian ia memandangi kemaluan adik-adiknya. Birahinya seketika terpantik.

“Lho? Salma? Kamu bukannya lagi istirahat?” tanya Ustadzah Kartika heran.

“Gimana mau aku istirahat Ummi, wong main nya pada heboh banget….” dumel Salma.

Kedua Mata Salma tidak bisa lepas dari kejantanan adiknya. Dia sadar kalau sudah merasakan tubuhnya memanas. Semakin ia memandang tugu keperkasaan yang baru saja memberikan kepuasaan kepada ibunya serta adiknya, semakin ia terangsang.

“Kak Salma mau ikutan?” tanya Azhar sambil menggenggam batang kemaluannya yang basah lengket. Ia goyang-goyangkan miliknya, menggoda kakaknya yang tidak bisa menyembunyikan kemupengannya.

"Hmm…Nggak deh…Nngg…kak Salma capek dek" ucap Salma ragu-ragu.

Mulut atasnya bilang tidak, tapi mulut bawahnya bilang iya. Produksi lendir alaminya sudah melimpah, sampai mengalir ke paha jenjangnya.

"Bener nih kak?" goda Azhar seraya mengangguk-nganggukan kejantanannya, menyentil nafsu Salma.

"Kamu tadi siang mampir ke pos kan sayang?".

"Iya Ummi….." jawab Salma,

“Kamu pasti banget capek kan Nak? Apalagi yang jaga si Amos…”.

“Iya sih Mi….Tapi….”. Salma tidak melanjutkan kalimatnya. Ia berjalan mendekati adik laki-lakinya. Tekadnya sudah bulat seperti buah dadanya. Ia ingin disetubuhi oleh Azhar sekarang juga.

"Aku tiba-tiba pengen kontolnya adek…". Tangannya terjulur, ingin menggapai kemaluan adiknya.

*Plak. Namun Azhar menepisnya. “Eitsss! Kak Salma harus pakai mukena dulu kalau mau ini…” sergah sang adik sambil menggenggam kontolnya.

“Ehhhh….kamu dek, nggak usah ya, langsung aja ya…” protes Salma. Tapi tetap saja ia menuruti permintaan adiknya, karena sudah tidak tahan lagi untuk disenggamai. Lantas dia mengambil mukena bekas dipakainya untuk sholat tadi.

Barulah ia berlutut di depan adiknya, Ia raih batang penis besar di depan. Kala ia genggam, bisa dirasakan denyutan kuat olehnya. Mangadu dengan denyutan di liangnya sendiri.

"Hehehe…tadi katanya capek Kak, eh taunya pengen juga…nghhh…" sindir Azhar seraya menikmati sentuhan kakaknya. Jari-jari kakaknya terlihat mungil, saat melingkari batangnya.

"Gimana nggak kepengen sih Zar, suara Ummi ama Azizah lho…kenceng banget…seksiihhh lagi…jadinya kakak jadi pengen kan….apalagi disuguhi….…" lirihnya sambil mengurut pelan batang kejantanan adiknya yang masih mengkilap basah karena cairan orgasme adik perempuannya. Perlahan lendir percintaan itu melumuri tangannya.

Kemudian iaia kecup ujungnya lembut penuh perasaan. "Cuphhh…..Kontol kamu….Happ". Salma menelan kontol adiknya bulat-bulat. Tidak peduli dengan sisa lender percintaan yang menyelimutinya, dengan rakusnya menghisap milik adiknya.

Ustadzah Kartika sangat senang saat batang penis kesayangan hilang timbul di mulut putri sulungnya. Keluarga bahagia pikirnya, penuh cinta dan kenikmatan dunia. Cinta terlarang dan kenikmatan terlarang.

*Slruph…Slruph…Slruph…Slurph…

"Okhhhh…sepongan kak Salma nggak kalahhhh sama Ummihhh…." erang Azhar sambil mengayunkan pinggulnya pelan. Mengimbangi kocokan mulut kakaknya.

Giliran sang ibunda yang masturbasi, seraya mengagumi kehebatan putranya. Padahal sudah memberikan dirinya dan kembarannya orgasme, tapi belum ada tanda-tanda akan ejakulasi.

Semua kehebatannya berbekal pengalaman sering menggumuli sekaligus empat perempuan termasuk Siti. Sehingga stamina dan tenaga Azhar sudah terbukti. Dan dia masih umur 18 tahun! Tak terbang olehnya jika anaknya semakin dewasa nanti.

"Salma…Ummi mau ngentot sama Azhar yahhh..…" pinta Ustadzah Kartika dengan vulgarnya.

Salma menghentikan kulumannya, dan mengeluarkan penis adiknya dari mulutnya. Lalu mengusap dagunya yang belepotan liur dan precum.

"Iya Ummi. Tuh Zar, Ummi minta dikontolin lagi". Karena yang meminta adalah ibunya, Salma dengan berat hati harus merelakan kontol adiknya untuk dinikmati ibunya terlebih dahulu.

Azhar langsung duduk di sofa dengan kemaluannya tegak menantang penuh kebanggaan. Ia kocok dengan buas kontolnya, memancing birahi para wanita yang ada di hadapannya.

*Cleck Cleck Cleck Cleck

"Ummi, ngentot lagi sama Azhar…" panggil Azhar sambil mengocok kontolnya yang terselimuti liur kakaknya.

Bagai domba di gembala, Ustadzah Kartika segera duduk membelakangi di atas pangkuan anaknya. Lalu ia arahkan kepala penis Azhar ke celeh peranakan yang sudah basah lagi. Ketika pas, ia turunkan hingga penis anak kandungnya menembus dirinya lagi. *Sleph.

"Nghhhh…Ahhhhh! Azharrrrhhh…gedehhhh….".

Ustadzah Kartika mengeram saat liangnya terkuak melebar karena kontol anak kandungnya yang menerobos masuk. Dirasakannya dinding kemaluan digesek nikmat oleh urat-urat yang timbul di sekujur di sekujur batang penis Azhar. Tubuh Ustazah Kartika terus turun sampai, memeknya menelan semua kontol anaknya. Dibantu gaya gravitasi kemaluan anak terasa masuk jauh ke dalam sampai mentok di gerbang rahimnya.

“Kamu bikin memek ibu penuh bangetthhh…sesak rasanya….ishhh…”.

“Ummi sukakan?” tanya Azhar.

Pertanyaan yang absurd pikir Ustadzah Kartika. Jelas sukalah pikir si ibu!

“Suka dong sayang, enak rasanya, Ummu ketagihannnn….ohhh…kontol kamu kuat banget denyutannya! Ahhhh…”.

Sesaat sang ibu meresapi denyutan-denyutan kuat dari batang anaknya. Barulah ia mulai naik turun perlahan. Batang penis Azhar hilang timbul dari liangnya. Ia mendesah-mendesis akibat gesekan nikmat yang dirasakan.

*Plok Plok Plok Plok.

Azhar tinggal diam menikmati pompaan ibunya. Dari belakang ia pun menggapai kedua payudara ibunya yang berguncang liar. Ia remas kuat, membuat ujung putingnya menyemburkan susu deras dari sela-sela jarinya. Sampai membasahi tubuh Ustadzah Kartika.

"Akhhhh…" pekiknya. Susu asi yang seharusnya untuk anaknya yang juga adiknya kembali terhambur sia-sia begitu saja.

Tidak mau berdiam diri, Salma mendekat ke arah ibu dan adiknya berada. Dia posisikan dirinya di depan selakangan mereka. Di depannya, sedang terjadi penyatuan sempurna yang terlarang namun penuh kenikmatan. Penyatuan kelamin antara pasangan ibu kandung dan putra kandungnya. Penyatuan mencari kenikmatan duniawi.

*Plok Plok Plok Plok Plok.

Matanya berbinar-binar. Kontol perkasa adiknya keluar masuk, merojok tempat dia tinggal dulu. Melihat apa yang terjadi, semakin membuat blingsatan. Ia majukan kepalanya, ke tengah-tengah himpitan kemaluan yang sedang berbagi kenikmatan. Bibirnya menyentuh klitoris ibunya yang mencuat keras. Ia ciumi klitoris ibunya, layaknya sedang bercumbu dengan bibir.

Kemudian lidahnya terjulur keluar, menjilat-jilat nafsu benda seukuran kacang kecil itu. Mengirimkan sengatan ke seluruh Ustadzah Kartika.

"Okhhh…Salmaaaahh….". Ustadzah Kartika terpekik karena jilatan liar Salma.

Tidak cukup klitoris ibunya, batang adiknya yang masih keluar masuk, turut dijilatnya. Dikecup berkali-kali juga. Bergantian ia menjilat antara kemaluan adik dan ibunya. Menambah kenikmantan yang dirasakan oleh mereka.

Jilatan Salma dan genjotan Azhar, terlalu hebat untuk Ustadzah Kartika. Memang anak-anak yang berbakti, terus memberikan kebahagiaan kenikmatan kepada ibu kandung mereka. Terus sang ibu rasakan kenikmatan sampai akhirnya merasakan sensasi klimaks.

Singkat cerita Ustadzah Kartika merasakan rangsangan klimaks. "Umi mau dapet! Umi mau dapethhh…..".

Lantas Salma langsung mengemut-ngemut kuat klitoris ibunya lagi, bahkan menggigitnya kecil. Azhar juga mulai membalas goyangan ibunya, ia sodok-sodok ke atas kontolnya. Permainan di dada ibunya juga menjadi lebih beringas.

*Plok Plok Plok Plok Plok. Suara kulit paha yang saling bertemu keras dan cepat, semakin menggelegar.

"Ummiii…dapethhhh…lagihhhh….Ughhhh….okhhhhh….Azharrrr….Salmahhhh...." erang Ustadzah Kartika keras, berhasil meraih orgasme untuk kedua kalinya hari itu. Dia merasa di surga ketujuh.

Kemaluan Azhar tiba-tiba terlepas dari jepitan memek ibunya karena saking hebohnya gerakan Ustadzah Kartika saat diterpa orgasme. Langsung disambut semburan air bening dari celah sempit Ustadzah Kartika, mengenai telak wajah Salma yang masih berada di depan selangkangan ibu dan adiknya.

*Cret Cret Cret Cret Cret

Terpaan demi terpaan air bening muncrat ke arah Salma, membasahi wajahnya yang cantik dan ayu itu. Dengan suka cita ia menerimanya. Baginya cairan orgasme ibu kandungnya adalah air suci.

Selesai fase orgasme yang hebat, Ustadzah Kartika ambruk di atas tubuh anaknya. "Hh…hh…hh…gilaahhhhh…tadi enak banget! Ummi sampe capek sayang".

"Baru bentar lho Ummi, masa sudah keluar lagi ajah…" ucap Azhar sembari menggerayangi tubuh ibunya.

"Habisnya kontol kamu enak banget, terus itil Ummi juga di kerjain sama kakak kamu…hh…hh…habislah Ummi…" ujar Ustazah Kartika dengan nafas masih tersengal-sengal.

Kedua kaki nya masih terkangkang lebar di depan putrinya. Salma yang iseng, tiba-tiba mengkokop vagina ibunya masih berkedut-kedut kecil dan meneteskan lendirnya. Ia sedot-sedot kuat lubang lahirannya dulu.

"Aduh! Salma sudahhhh….Memek Ummi masih ngiluhhh…." erang Ustadzah Kartika.

"Hihihi…maaf Ummi. Sekarang giliran aku ya Mi".

Ustadzah Kartika menyingkir dari tubuh putranya, untuk memberikan kesempatan anak tertuanya untuk mengayuh kenikmatan.

"Kakak di atas ya Zar…." pinta Salma.

Azhar sendiri tidak keberatan, dengan begini ia bisa lebih menghemat tenaga. Lagipula dia suka dengan goyangan kakaknya yang enak itu. Karena masih muda, jadi goyangan lebih cepat dan luwes.

Salma langsung naik ke pangkuan adiknya. Dan tanpa membuang waktu, ia masukan kontol adiknya yang masih keras maksimal ke liang cintanya yang sudah becek sedari tadi.

*Sleph. “Ughhhh…gedennyahhhh….”.

Salma mengerang kala kontol adiknya menyeruak masuk. Baru tadi siang ia merasakan milik Amos yang monster, tapi baginya kepunyaan adiknya tetaplah yang paling enak baginya. Selain karena rasa cinta kepada adiknya, sensasi bermain dengan adik sendiri mengalahkan segalanya. Sekarang Salma berdiam diri, menghayati denyutan kontol adiknya di rongga vaginanya.

“Kontol kamu enak dek…kerasa banget. Panjang jugahhhh….” puji Salma dengan tatapan sayu.

“Memek kak Salma juga sempit banget rasanya. Padahal kemarin sudah banyak kontol yang kakak pake kan, tapi masih ngejepit banget inii…” balas Azhar memuji.

Sebelum bergoyang, Salma mencium bibir adiknya. Kakak beradik itu dengan panasnya saling melumat. Mereka luapkan cinta dan nafsu mereka. Sambil bercumbu Azhar pun turut meremas pantat Salma yang sekal dan kencang.

Lalu mereka sudahi pertarungan mulut mereka, yang telah membuat dagu mereka basah dengan liur.

"Puahhh…ayo kak, genjot kontol aku" ajak Azhar.

Salma tersenyum manis kepada adiknya. Ia tegakan badanya. Bukanya langsung menggenjot ia malah menggoyangkan pelan pinggulnya. Dengan lihainya Salma bergoyang ke depan, kebelakang, ke kanan, ke kiri, mengulek kejantan adiknya. Ia bisa merasakan urat-urat yang berdenyut kuat dalam dirinya.

“Akhhh…entot kontol aku kak!” pinta Azhar tidak tahan.

Sembari bergoyang, ia tatap adiknya dengan tatapan sayu penuh birahi. Kemudian dengan bertumpu ke dada bidang adiknya, ia mulai menaik turunkan tubuhnya. Diawali dengan gerakan pelan, lambat laun semakin cepat Desahan seksi pun terlepaskan dari mulut Salma.

*Plok Plok Plok Plok

"Akhhhh….Kamu hebat banget Dek, dari tadihhhh…belum keluar-keluar juga….".” puji Salma.

Azhar tersenyum mendengar pujian Salma. Pemuda itu singkap mukena yang menutupi tubuh bagian atas kakaknya. Lantas kedua puting serta pusar bertindik terekspos bebas di hadapanya. Ia raih kedua puting kakaknya yang bertindik itu. Dan memilinnya. Salma tersentak mendapat serangan di kedua putingnya.

“Azzzhaarrrrr….okhhhh…jangan ditarikkhhhh….akhhhh…aduhhh!” teriak Salma kesakitan. Meskipun begitu ia bisa merasakan rasa enaknya kala kedua putingnya dipermainkan. Rasa begitu menagih walau sakit.

“Hehehe….tapi enak kan kak kalau aku tarik-tarik gini?” tanya Azhar.

“Iyahhh…enak adik ku sayanghhh….tarik puting kakahhhhh…”.

Ustadzah Kartika bangkit dari rebahannya, lalu memeluk putri sulungnya dari belakang. Ia ciumi tengkuk putri yang sedang naik turun di atas tubuh anaknya yang satu lagi.

Sambil menggerayangi tubuh Salma yang proposional, di telinga putrinya itu, ia berbisik pelan “Enak dikontolin Azhar sayang?”.

“Enak Mi! Enak banget! Bangsathhhh! Okhhh….” racau Salma keenakan.

“Kamu ingat dulu Salma? Kalau kamu yang awalnya menentang seks sedarah kita…dan nyatanya sekarang malah kamu naik turun di atas kontol adikmu”.

*Plok Plok Plok Plok

“Iyahhh….Ummiiii, Salma ingat, Nghh….ternyata seks sama sekeluarga seenak inihhhh….akhhh…Salma sukahhh….sukahhh bangethhh….Salma nggak mau berhentihhh….”.

Dengan nada erotis, Ustadzah kembali berbisik erotis “Nikmatin sayang, nikmatin kontol adik kamu yang perkasa…”.

“Iyaahhh….Ummiiii….Akhhhh….”.

Azizah yang sudah kembali bertenaga meminta kembali dipuaskan. Birahinya telah kembali bangkit setelah melihat pergumulan Azhar dan Salma. Kini ia sedang mengusap-usap vaginanya sambil melihat keluarganya mencari kenikmatan duniawi. Melihat mulut kembarannya, tercetus sebuah ide nakal.

"Zar, Daripada mulut mu nganggur, mending sambil jilmekin aku yaahhh…".

Azhar menoleh ke adiknya, lalu tersenyum mesum. “Sini Zah, naik ke muka ku”.

Mendapatkan lampu hijau, Azizah lekas naik ke kepalanya kembaranya yang bersandar di dudukan sofa. Ia singkap mukena untuk melihat posisi mulut Azhar. Sang kakak bisa mencium bau vagina yang khas. Baunya membangkitkan nafsu.

Sekiranya pas, Azizah turunkan tubuh hingga memek tembemnya menempel dengan bibir kasar kembaranya. Dengan begini, Azhar ditindih dua wanita sekaligus. Diselangkanganya dan di kepalanya. Apakah dia protes? Tentu tidak. Dia merasa begitu jantan, mengerjai dua wanita sekaligus.

“Yahhhh…jilat memek ku Zar! Okhhhh….”.

Azizah terpekik saat benda lunak yang panas membelai permukaan vaginanya yang tembem dan basah. Ia rasakan lidah kakak kembarnya bergerak naik turun menelusuri celah vaginanya. Dan akhirnya celah sempitnya juga ditusuk-tusuk oleh lidah kakaknya. Lidah besar Azhar mengebor lubang mungil adiknya tanpa ampun. Sampai cairan kewanitaan Azizah terus mengalir ke mulutnya yang bekerja keras.

“Kamu jago banget sihhhhh! Nggak kuat akuhhhh….”.

Desahan Azizah menyulut semangat Azhar untuk memuaskan Azizah lebih jauh. Tinggal bersama 4 wanita dalam satu rumah, ditambah wanita-wanita lain di town house, pengalaman Azhar dalam urusan jilat menjilat memek tidak perlu diragukan lagi. Sering kali ia membuat wanita menjerit keenakan hanya karena permainan lidah dan mulutnya. Dan sekarang kembarannya akan menjerit-jerit olehnya.

Azizah yang tidak tahan lagi, segera memaju mundurkan selangkangan di wajah Azhar. Jadilah di menggesek-gesekan vaginanya menggunakan wajah kembaranya. Ia bisa rasakan hidung kakaknya menyenggol-nyenggol itilnya. Azizah meremas-remas kedua buah dadanya yang ranum. Tidak lupa kedua putingnya juga ia mainkan. Kenikmatan yang dirasakan sangatlah tinggi selangit.

Sedangkan di bawah sana, Salma masih naik turun dengan liarnya. Dan Ustadzah Kartika menjamah tubuh mulus putrinya sendiri. Kedua puting putrinya yang bertindik ia kerjai. Sesekali ia mengajak Salma untuk bertukar ludah.

Dalam hitungan menit kedua kakak adik yang sedang mengayuh kenikmatan terlarang bersama Azhar meraih puncak kenikmatan.

“Azhaarrr…Aku dapethhhh…maaf Zaarrrr…akuuhhh kencingghhhhh…akhhh….maaafff…Zarrrr…”. Azizah mendapatkan orgasmenya hanya dengan oral seks yang diberikan Azhar. *Cret Cret Cret Cret. Dan dia nge-squirt di wajah kembarannya! Jadilah wajah tampan Azhar terciprat berkali-kali dengan telaknya.

Berselang berdetik-detik kemudian giliran Salma yang meraih klimaksnya. “Dekkkk….. Kak Salma jugahhh…mau ngecrittt…akhhhh….gilahhh…auhhh…bajinganhhhh….akhkkk…enakhhhh” teriak Salma menggelegar. Tubuh mulusnya kejang-kejang hebat di atas tubuh Azhar. Matanya menyisakan putihnya saja. Ia terus bergetar dengan hebat, sampai akhirnya ambruk ke arah kanan. Kontol Azhar yang tertanam terlepas begitu saja.

Azizah menyingkir dari kepala kembaranya, dan beringsut ke sebelahnya. Dan memeluk erat kembarannya. Nafas Salma dan Azizah terasa memburu dan berat. Mereka sangat lelah. Apalagi Salma yang siangnya sudah orgasme berkali-kali di tangan Amos dan Jono. Padahal biasanya main bersama Azhar bisa berkali-kali. Namun kali ini ia terpaksa menyerah, cukup sekali saja pikirnya.

Azhar menatap ibunya yang sedang memperhatikan kontolnya yang sudah bengkak maksimal, pertanda akan segera ejakulasi. Ia urut perlahan kontolnya yang berlumuran cairan orgasma kakaknya. Dan sekarang adalah tugas sang ibu menuntaskan syahwat anaknya.

“Kamu belum mau keluar sayang?” tanya sang ibu.

“Habis ini bu….Azhar pengen keluar di mulut ibu….” lirih Azhar memelas.

Ustadzah Kartika tersenyum mendengar permintaan anaknya. Lantas ia raih kemaluan anaknya, dan mengocoknya kencang.

*Cleck Cleck Cleck Cleck Cleck.

Ustadzah Kartika menjulurkan lidahnya keluar, dan menjilat-jilat batang penis anaknya. Ia bisa rasakan cairan kewanitaan putrinya di batang penis Azhar. Tanpa ada rasa jijik ia telan cairan yang tersapu lidahnya. Lubang kencing putranya juga ia jilat-jilat nakal. Lidah pinknya menari-menari di kepala penis Azhar yang sensitif. Pemuda itu merinding merasakan kedahsyatan mulut ibunya.

“Happ….Hmmmmm….”. Ustadzah Kartika memasukan kontol anaknya dan mulai mengulum binal. Kepalanya maju mundur, mengurut batang penis anaknya dengan bibirnya yang tebal. Bibirnya yang seksi itu menggerus urat-urat yang bertebaran di sekujur batang penis yang diemutnya. Lidahnya tidak tinggal diam, terus membelai penis anaknya. Tangannya juga tidak tinggal diam, memijat bagian yang tidak masuk kedalam mulutnya.

*Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…“Hmmm….Cuph…Cuph….Cuph”.

“Terushhh…terushhh…isep kontol Azhar! Arghhhh…gilahhhh…..”.

*Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…

“Ummiiiii…Azhaarr mau keluarhh…okhhh….Azhar mau mejuin mulut Ummihhhh….mejuinnn..Ummihhhh….akhhh! Terusssshhh….” erang Azhar merasakan pertahanannya segera jebol.

Ustadzah Kartika menjadi tambah beringas menghisap kejantanan anaknya. Dia mendambakan cairan kental anaknya yang subur, setelah berhari-hari tidak merasakannya.

*Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…Slruph…

Mendengarkan erangan Azhar, dengan sisa tenaga, Salma dan Azizah bergabung dengan ibunya yang sedang mengulum kontol Azhar. Masing-masing bersimpuh disamping ibunya. Ketiga wanita bermukena putih berada di selangkangan Azhar. Menghisap nikmat kejantanan pemuda yang akan segera mengeluarkan isinya itu. Bergantian mereka menyedot kepala penis Azhar yang sudah membengkak merah. Batangnya dan zakarnya tidak luput dari mulut mereka. Dan akhirnya Azhar mencapai ujung kenikmatan.

“Ummihhhh…kak Salmahhhh….aadekkkkk….Azhar mau keluarhhhhh….oghhhh…”. Dengan sigap mulut Ustadzah Kartika menjepit ketat kepala penis anaknya, dan bersiap menampung benih kental.

*Crot Crot Crot Crot Crot.

Dari lubang kencing Azhar, bertubi-tubi sperma kental keluar mengisi mulut ibunya. Ustadzah Kartika terdiam menikmati tembakan-tembakan kuat cairan kental yang pernah membuahinya itu. Detik demi detik mulutnya semakin penuh dengan peju anaknya yang kental dan panas. Saking banyaknya, ada yang merembes dari sela-sela bibirnya dan menetes keluar.

Azizah dan Salma bisa melihat pipi ibunya yang menggelembung. Mereka tahu kalau Azhar telah menumpahkan berliter-liter ke mulut ibunya mereka. Mereka ngiler melihatnya.

“Okhhh…Ummihhh….” desah Azhar puas, setelah mengeluarkan hajatnya. Suasana menjadi hening, hanya deru nafas Azhar yang berat setelah ejakulasi dengan hebatnya.

Tidak ada lagi yang keluar, Ustadzah Kartika melepaskan kontol anaknya dari jepitan bibir tebalnya. Lalu dengan perlahan ia membuka mulutnya, memperlihatkan isi mulutnya sekarang.

“Ummi….Azizah mau pejunya Azhar….” pinta Azizah.

“Aku juga Ummi…”.

Dengan masih mulut terbuka dan penuh peju, Ustadzah Kartika bergantian melirik putri-putrinya. Lalu ia tersenyum dengan mulut masih penuh. Dia pun menarik kepala Azizah, menciumnya. Ia berikan sebagian sperma Azhar ke putrinya itu.

Lalu dia berpaling ke putri tertuanya. Sama seperti tadi, ia berikan sperma Azhar dengan berciuman. Jadilah ketiga wanita itu mendapat bagian sama rata benih haram Azhar. Lalu mereka menelanya sampai habis tanpa sisa.

Setelah puas berbagi sperma Azhar yang lezat. Ketiga bekerja sama untuk membersihkan kejantanan Azhar yang telah memberikan mereka kepuasan. Tentu mereka menggunakan mulut mereka. Tapi yang ada malah penis Azhar malah bangkit kembali.

“Yehhh….malah ngaceng lagi!” pekik Salma melihat penis adiknya yang kembali berdiri gagah. Azizah terkekeh melihat ereksi kembarannya. Sejatinya dia masih pengen juga, asalkan harus beristirahat dulu.

“Hehehehe…habisnya enak banget sepongannya sih….lagian mana cukup muncrat sekali sih kak…”.

Ustadzah Kartika melihat arah jam dinding. Ternyata sudah hampir jam sembilan malam. "Nanti kita lanjut lagi. Sekarang kita semua mandi, habis itu makan. Lalu sholat Isya berjamaah. Ayo sekarang!” suruh si Ummi dengan tegas.

Maksiat boleh, tapi kewajiban jangan ditinggal. Itulah selalu yang diajarkan Ustadzah Kartika kepada anak-anaknya. Meski sering bermaksiat mencari kenikmatan duniawi, bukan berarti mereka bisa meninggalkan kewajiban sebagai muslim.



Rumah Nisa

*Tok Tok Tok Tok Tok

“Mahhhh…ada yang ketuk pintu. Tolong bukain, Papa capekkkk…” teriak Alif dari ruang tengah. Ia yang lelah setelah seharian bekerja, enggan untuk membukakan pintu rumah. Malas rasanya.

“Iya-iya, aku bukain Pah”. Nisa pun memakluminya. Hamil pun tidak menjadi penghalang bagi dirinya. Kata-kata Margaretha yang mengharuskan dirinya banyak gerak terus ia terapkan.

Dengan sedikit lari kecil, ia segera menuju ke depan. Tidak lupa ia memakai jilbab instan untuk menutupi auratnya, sebelum menyambut tamu yang berkunjung.

Kemudian ia pun buka pintu rumahnya. *Cleck.

“Lho?!”.

Bersambung….

Pesan Penulis
  1. Sudah Update ya....
  2. Mungkin untuk Part 7 ada perbaikan perihal typo dan kekurangan kalimat.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd