Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Part - 8a


“Lho?!”.

“Malam Mbak Nisa….” suara wanita menyambut Nisa.

“Eh, malam Ci! Aku kira siapa malam-malam begini…” sapa Nisa.

Yang bertamu ke rumah Nisa malam hari itu adalah tetangganya yang berprofesi dokter, Margaretha. Dan kali ini tidak bertamu sendirian. Ia bersama sosok pria yang gagah, dengan rambut cepak. Serta kumis yang tidak terlalu tipis dan tidak juga lebat. Sosok itu adalah suaminya, Felix.

“Maaf ganggu mbak, aku cuma mau ngasih obat herbal ini” kata wanita chinese itu, seraya menyodorkan botol coklat bening tanpa label.

“Oh iya, makasih Ci” kata Nisa, sambil menerima botol dari tetangganya. Matanya curi-curi pandang ke pria yang disebelahnya.

Margaretha sadar kalau tetangganya yang sedang hamil itu melirik ke suaminya. "Oh ya, ini suami aku, kenalin dulu mbak".

"Felix" sapa pria itu dengan ramah. Suami Margaretha itu juga menjulurkan tangannya ke Nisa.

“Nisa koh” sapa Nisa balik seraya menerima jabatan tangan Felix.

Seharusnya ia tidak menyalami pria yang bukan muhrimnya itu. Namun karena terpana dengan ketampanan Felix yang seperti artis, membuat ia tidak sadar dengan apa yang ia lakukan. Umur pria itu hampir dua kalinya umur Nisa, tapi awet muda karena sering olahraga. Tentu olahraga ranjang dan juga olahraga dalam arti sebenarnya. Sehingga masih tampak gagah layaknya masih 30-an.

Karena Felix memakai kaos yang ketat, otot-ototnya yang terbentuk dapat dilihat Nisa. Wanita hamil itu baru ngeh, kalau pria-pria yang berada di townhouse nya sangatlah gagah-gagah dan juga keren. Mau yang muda, ataupun yang sudah tua. Bahkan sampai para penjaganya pun memiliki badan yang bagus. Sangat berbeda jauh dengan suaminya yang gemuk dan pendek.

“Maaf ya mbak Nisa, ganggu malam-malam” kata Felix sopan.

“Tidak apa-apa Koh, saya lagi nggak ngapain-ngapain juga”.

“Akhirnya kita ketemu juga ya mbak”.

“Koh Felix sibuk terus sih, jadi nggak pernah kelihatan” ujar Nisa. Selama ini Nisa memang belum pernah bertemu dengan suami Felix. Hanya sering mendengar cerita dari Margaretha.



“Mbak, tahu nggak sih, tadinya aku cuma mau nganter obat herbal ini buat kamu. Ehhhh…suami saya malah mau ikutan kesini. Katanya mau kenalan sama mbak Nisa” timpal Margaretha.

“Hehehe…habisnya saya penasaran sih. Dan bener kata kamu Mih, mbak Nisa cantik ya. Malah seksi banget juga, padahal lagi hamil” puji Felix.

Digoda oleh pria yang bukan muhrimnya, ditambah baru sekali bertemu, harusnya Nisa marah dan menegurnya. Tapi sungkan terhadap Margaretha, seraya tersipu malu mendengarnya. Ditambah pembawaan dan suara Felix yang berat penuh wibawa, membuatnya tidak bisa marah.

Lantas ia hanya bisa menanggapinya dengan candaan. ”Ah! Koh Felix, bisa aja deh”.

“Papi bandel ya…masa godain cewek depan mami sih” omel Margaretha. Ia cubit lengan suaminya.

“Aduh-duh sakit Mih!” erang Felix kesakitan.

Nisa terkekeh melihat kelakuan suami istri yang terlihat harmonis. Sudah lama ia tidak seperti dengan Alif seperti itu, dikarenakan kesibukan suaminya. Jadinya mereka jarang berinteraksi.

"By the way malam ini, mbak Nisa seksi banget sihhh…" komentar Margaretha.

“Hah?! Seksi?”. Perlahan Nisa melihat ke bawah, memeriksa apa yang dikenakan olehnya. Ia terkejut bukan main.

“Astagfirullah! Ya Allah!” seru Nisa.

Nisa malam itu lupa kalau dirinya memakai daster berbahan tipis dan agak kekecilan untuk tubuhnya, karena payudara besarnya dan perutnya yang membusung dengan indahnya. Tapi bubur sudah menjadi nasi, ia tidak mungkin lagi menutup pintu terhadap tetangganya yang baik hati. Pantas saja tadi Felix menyebutnya seksi pikirnya. Dirinya benar-benar khilaf.

“Hehehe….Iya nih Ci, mau sekalian tidur” tawa Nisa kecil. Ia berusaha bersikap biasa saja. Aslinya menahan malu. Terlebih lagi ada Felix, pria yang bukan muhrimnya. Sedari tadi, tubuh hamilnya yang seksi sudah menjadi santapan suami Margaretha.

Lalu kenapa ia berpakain seperti itu? Karena ia berpikir kalau sudah malam, dan tidak akan-akan kemana-kemana selain di rumah saja. Tapi disangkanya, akan ada yang bertamu.

“Santai aja mbak, toh kita sudah saling kenal ini” ujar Margaretha menenangkan.

“I-iya sih Ci”.

“Oh ya mbak, sebelum pulang. Aku mau bilang kalau ini ramuan herbalnya langsung diminum aja ya sampai habis malam ini juga. Biar khasiatnya manjur”.

“Ok deh Ci. Makasih ya Ci, Koh”.

Nisa tidak bertanya lebih lanjut mengenai ramuan ini. Ia sudah begitu percaya dengan tetangganya yang juga sekaligus dokter kandungannya itu.

Kedua pasangan suami istri chinese itu pun pamit pergi meninggalkan rumah mya. Ia pun kembali ke ruang keluarga. Dilihatnya sang suami masih anteng di depan TV. Menonton acara nasional yang tidak bermutu dan tidak mendidik masyarakat. Sesekali pria itu tertawa karena lawakan yang tidak lucut menurut Nisa.

‘Selera humor suamiku rendahan amat sih’ batinya.

“Siapa Ma?” tanya Alif tanpa menoleh. Matanya masih tertuju ke layar kaca didepannya.

“Ci Margaretha sama suaminya”.

“Ohhhh…”. Lagi-lagi Alif tidak menoleh ke Nisa.

Nisa meletakan pantatnya di sofa seberang sofa Alif duduk. Lalu ia membuka botol obat herbal pemberian tetangganya itu. Hidung Nisa langsung mencium bau wangi yang tercampur dengan bau khas obat-obatan tradisional yang agak anyir. Dilihat dari luar botol, warnanya putih pekat dan bertekstur kental. ‘Mungkin ada campuran susu dan madu kali ya’ batin Nisa.

Tanpa ada keraguan dengan pemberian Margaretha, ia letakkan ujung botol itu di bibirnya. Ia dongakan kepalanya, lalu air kental dari botol itu mengalir ke mulut Nisa. Perlahan tenggorokan Nisa dilalui cairan kental itu. Seperti perintah Margaretha, langsung ia habiskan tanpa sisa.

“Kamu minum apa itu sayang?” tanya Alif, melihat istrinya sedang menenggak sesuatu dari botol bening coklat.

“Glek…Glek…Glek…Ahhhh…tadi dikasih Ci Mar" Jawab Nisa setelah menengak habis minuman di botolnya.

Berkali kali ia mengecapi lidahnya. Indera perasanya bekerja untuk menerka rasa minuman sehat tersebut. ‘Hmmm….asin, gurih dan manis. Hmm! Sumpah! Enak juga rasanya' pikir Nisa dalam hatinya.

“Bukan enak lagi, tapi enak banget!’ batin nisa yang suka dengan minuman obat herbal itu.

"Apa sih itu Mah?" tanya lagi Alif kepada istrinya yang tidak kunjung menjawab.

"Obat herbal dari Ci Mar” jawab Nisa seraya menyeka bibirnya.

“Apa khasiatnya?”.

“Nggak tahu sih Pah. Palingan juga untuk kesehatan aku dan bayi kita” jawab Nisa seraya mengusap perut hamilnya.

“Gratis?”.

“He-eh pah, tahu-tahu Ci Mar langsung ngasih gitu aja tadi. Terus langsung pulang…”.

Alif hanya mengangguk-ngangguk mengerti. Senang dirinya memiliki tetangga yang murah hati kepada mereka. Padahal baru kenal beberapa minggu saja. Dengan begini janin dalam perut istrinya bakal sehat, tanpa perlu mengeluarkan biaya banyak untuk kesehatan istri dan janinnya. Ia pun kembali menonton televisi. Sedangkan Nisa fokus menelusuri online shop, mencari baju-baju hamil untuknya.

Beberapa saat setelah menenggak habis obat herbal, tubuh hamil Nisa memanas. Keringat mulai bercucuran dari pori-pori kulitnya, sampai menembus pakaiannya. Kemaluannya turut berkedut-kedut kuat.

Karena sudah biasa, wanita yang sedang hamil itu sadar apa yang terjadi. Ia sedang terangsang hebat. Ia sudah tidak begitu heran dengan serangan birahinya yang mendadak. Margaretha sudah memberitahukan kalau itu hal yang wajar, makanya ia tenang-tenang saja. Ia gesekan kedua pahanya untuk mengurangi rasa gatal di vaginannya. Tapi malah semakin menjadi-jadi. Semakin ditahan, rasanya semakin mengganas di kemaluannya. Ketimbang kemarin-kemarin, ia rasa malam ini lebih kuat syahwatnya,

Lalu teringat dengan janji suaminya untuk memuaskannya. Dirinya pun bertekad untuk meminta jatahnya lahiriahnya malam ini juga. Lantas ia pindah ke samping suaminya. Tangannya langsung mengelus paha suaminya.

“Papahhhh….” lirih Nisa.

Alif bergidik saat pahanya yang terekspos disentuh lembut, lalu menoleh ke Nisa. Ia terperangah kala mendapat menatap dirinya dengan tatapan sayu.

“A–a-ada apa mah?” tanyanya.

“Mama lagi pengennnnhhh….” ujar Nisa dengan nada yang memancing.

“Kan Papa kemarin sudah janji mau ngelonin mama sampai puashhh…” lanjutnya menagih janji suaminya. Ia mengecup-ngecup leher suaminya, sesekali juga di pipi.

"Cuph…Cuph…ayo puasin mama sekarang" lirih Nisa memaksa.

Sebagai pria normal, Alif pun terpancing nafsunya. Dalam hatinya ia merasa senang, sekaligus heran. Senang karena akan berhubungan seks dengan istri tercintanya. Heran karena istrinya yang sering bergairah belakangan ini. Terutama sejak pindah ke townhouse ini. Ia memang ingat dengan apa yang disampaikan Nisa kepadanya, kalau istrinya itu gampang birahi karena bawaan hamil. Tapi tidak menyangka separah ini.

Alif beranjak dari sofa, kemudian mengulur tangannya ke istrinya. “Yuk, Papa sudah nggak tahan juga nih…hehehe…”.

Nisa merasa senang dengan ajakan suaminya. Dan pasangan suami istri itu berjalan bergandengan menuju kamar pengantin mereka. Setelah berada di dalam, keduanya langsung berciuman dengan panas.

Selagi mengadu mulut dan lidah, tangan Nisa menelusup masuk ke dalam celana pendek suaminya, mencari tugu keperkasaan. Ketika ia menyentuh benda keras milik suaminya, jari-jarinya langsung melingkar di kemaluan yang telah berhasil menanam janin dalam perutnya itu.

"Hmmph!". Alif pun mendengus disela-sela cumbuan. Jari-jari istrinya yang lembut mengurut kemaluannya yang perlahan menjadi tegak dengan perkasanya. Dibalasnya dengan meremas payudara istrinya.

"Hmphh! Ahhhh! Langsung aja ya pah, Mama sudah nggak tahan banget" pinta Nisa tak tahan lagi.

Nisa melepaskan gamis dan jilbab instantnya, serta seluruh pakaian dalamnya. Dengan tubuh polos ia naik ke ranjang kawin mereka. Kedua kakinya terbentang lebar, vaginanya yang sudah basah terpampang di hadapan suaminya.

"Pah, istri mu yang sedang hamil ini butuh dipuaskan…" goda Nisa sambil meremas buah dadanya.

Alif menelan ludah. Ia langsung membuka celana pendek serta bajunya, dan langsung menyusul istrinya ke atas kasur. Dengan tergesa-gesa ia arahkan batang penis yang kecil itu ke lembah kenikmatan istrinya.

Nisa melihat sekilas kemaluan suaminya yang sudah banjir dengan pelumas di ujungnya. “Hihihi…titit papa sudah ngaceng gituhh…” ledek Nisa.

“Kamu nafsuin banget sih Mah” ujar Alif. Karena sudah kepalang nafsu, di arahkan rudalnya ke lembah sempit yang sudah basah.

*Blesh. “Ahhh!”. Pasutri muda itu mendesah bersama ketika kelamin bersatu kembali setelah sekian lamanya.

Sudah lama Nisa tidak rasakan milik suaminya di liang cintanya. Terakhir kali berakhir mengecewakan. Tentu ia tidak mau itu terjadi lagi. Haknya sebagai seorang istri harus dipenuhi, yaitu dipuaskan hasrat biologisnya. Dan malam ini ia harus dipuaskan oleh suami tercintanya.

“Genjot Nisa pah!” perintah Nisa tak sabar.

Alif menurut dan mulai menyetubuhi istrinya. Namun ia lakukan dengan hati-hati, agar tidak menekan perut hamil istrinya. Tapi tidak menyurutkan semangat untuk menikmati istrinya.
“Ahhh! Ahhhh! Iyahhh! Papahhh” desah Nisa.

Alif dan Nisa sama-sama mendesah di setiap gesekan kemaluan mereka. Nisa begitu rindu dengan sensasi disetubuhi oleh suaminya. Dan Alif turut nikmati rongga vagina istrinya yang lembut dan hangat, menjepit penis yang berukuran SNI.

Sialnya bagi Nisa, stamina sang suami terlalu lemah untuk memuaskan dirinya. Baru sebentar menyodok-nyodok liang istrinya, Alif sudah merasakan desakan untuk orgasme.

“Arghhh! Papa nggak kuat sayangnghhh! Nghhhh!” erang Alif.

Nisa terbelalak. “Lho-lho?! Papa aku belum apa-apa ini! Baru juga masuk!”.

“Aku sudah nggak kuatthhh…”.

“ Jangan pah! Jangan muncrat dulu!” sergah Nisa panik, masih belum puas. Panas saja belum, apalagi puas.

Sayangnya, sekuat apapun ditahan oleh pria gempal itu, ia tidak bisa menahan laju spermanya yang sudah mengisi batang penisnya. Ia buru-buru mencabut penisnya dari jepitan vagina istrinya. Dan mengocok batangnya dengan cepat, dan menembakan spermanya ke perut istrinya.
“Orkhhhh! Maafin papa! Okhhhh!” erang Alif ketika ejakulasi.

*Crot Crot Crot Crot

Nisa hanya bisa menatap kesal ke suaminya yang masih mengeluarkan spermanya, membanjiri perut buncit yang berisikan buah hati mereka dengan cairan bening yang encer. Lebih tepatnya mengotori dirinya pikir Nisa.

"Ihhh…Papa! Masa sudah muncrat duluan sih!" omel Nisa, sambil pasrah memperhatikan tembakan-tembakan yang lemah yang mendarat di perutnya.

“Hh…hh…hh…Ma-maaf Mah…” lesu Alif berbicara usai menumpahkan sperma encernya ke tubuh istrinya. Dan terhempas ke samping dan hanya bisa menunduk, tidak berani menatap istrinya yang jauh dari kata puas.

“Erghhh! Payah kamu Pah!" geram Nisa penuh kesal.

Ia raih bantal yang biasa dipakai tidur suaminya, dan menggunakannya untuk mengelap perutnya yang basah dan lengket. Setelah bersih ia lempar bantal ke sembarang arah. Daster kembali menutup tubuh hamilnya. Kakinya melangkah marah ke pintu kamar.

*Klek.

Alif hanya bisa memandangi istrinya yang akan meninggalkan kamar. Dirinya gugup untuk berkomentar apa-apa. Tiba-tiba Nisa terhenti saat sudah berada di tengah-tengah daun pintu. Istrinya menoleh kepadanya dengan sorot mata yang tajam.

“Kamu tahu nggak sih Pah, kalau Ci Margaretha sama suaminya masih rutin nge-seks” jelas Nisa.

Alif menaikan satu alisnya, karena tidak mengerti mengapa istrinya mengungkit masalah kehidupan pribadi tetangga mereka. Apalagi mengenai urusan ranjang. Sangatlah sensitif pikirnya. "Terus apa hubungannya sama kita mah?".

"Erghhh! Masa gitu doang tidak mengerti sih Pah. Bayangin aja, suaminya ci Mar, Koh Felix, sudah berumur tapi masih ngasih istrinya nafkah lahiriah, sampai puas berkali-kali lagi katanya".

"Lah kamu malah nggak bisa ngasih aku apa-apa" lanjutnya.

Alif pun tertekan karena ucapan istrinya. "Aku kan kerja dari pagi sampai malam Mah. Wajar dong kalau aku capek" sergahnya, membela diri.

"Ah! Banyak alasan aja. Kamunya aja yang lemah" ujar Nisa dengan nada merendahkan.

Alif geram mendengar ucapan Nisa. "Kamu apaan sih Ma?!" bentak Alif. Baru kali ini ia memarahi istrinya sepertinya itu. Juga melototinya. Tak pernah ia semarah itu kepada Nisa.

“Masa kamu tidak pengertian sama aku yang banting tulang buat kamu dan anak kita!” ujar Alif masih dengan nada tinggi.

"Huh!" dengus Nisa yang tidak menghiraukan amarah Alif.

Wanita hamil itu keluar dari kamar, meninggalkan Alif yang emosi tinggi. Sedangkan Alif memutuskan untuk tidur. Ia kembali memakai celananya, lalu menyelimuti dirinya. Sebelum kedua matanya tertutup, ia menjadi termenung, memikirkan apa yang terjadi. Ia memang salah, tapi tidak menyangka akan bertengkar karena masalah seks. Sepele sekali pikirnya.

Bermenit-menit lamanya ia termenung lama, masih heran mengapa istrinya yang baik dan lembut itu, bisa berkata begitu menyakitkannya. Melukai perasaan suaminya. Tidak menghargai suaminya. Mengingat besok harus bangun pagi dan berangkat kerja, Alif memaksakan tidur dengan hati yang gelisah. Walau susah, matanya pun terpejam dengan dipaksakan.

Di sebuah kamar di lantai dua, yang diperuntukan untuk tamu atau kelak untuk anak Nisa dan Alif kelak. Di dalam sana suara kecipak becek bersanding dengan desahan-desahan seksi seorang wanita hamil. Yang tidak lain, adalah milik Nisa.

"Ahhhh! Ahhhh! Enaknyaaahhh!".

*Cleckh…Cleckh…Cleckh…Cleckh.

Kedua kaki jenjang tanpa cela miliknya sudah terbuka lebar, dan tangannya berada di selangkangannya. Dua jari sudah tertanam dalam-dalam di vaginanya yang basah merekah. Bersandarkan tumpukan bantal di kepala kasur, Nisa berusaha keras menghilangkan rasa gatal di organ intimnya.

"Shhhh…Akhhhhh! Nghhhh! Ahhhhh!" desah Nisa.

Jempolnya menekan-menekan klitoris yang sudah menonjol jelas. Tak lupa, ia juga bergantian memainkan kedua payudaranya yang sebentar lagi akan menghasilkan susu. Bergantian ia pilik kedua puting susunya. Cairan kewanitaan terus meleleh dari kemaluannya.

"Okhhhhh! Ahhhhh! Sampehhhhh…." pekik Nisa orgasme.

Vagina gemuknya mengeluarkan cairannya, membasahi kasur. Lalu ia cabut jari-jarinya, dan vagina tampak berkedut-kedut manja.

"Main sendiri malah lebih puas daripada sama suami sendiri" gumam Nisa.

Tangannya membelai pelan bibir kemaluannya yang basah. Ada sedikit rasa gatal disana. Masih ada api birahi yang belum padam di selangkangannya. Jari-jarinya tidak cukup untuk memuaskannya. Ia ingin benda lonjong yang panjang dan besar mengaduk-mengaduk, liang vaginanya. Tapi apalah daya, suaminya tidak cukup jantan.

"Pah-pah, kamu telah ngecewain aku banget. Nghhhh!" lirihnya sembari menyelipkan kembali jarinya ke vaginanya.

Nisa terpaksa memuaskan dirinya sendiri demi menuntaskan hasratnya. Namun kali ini tidak hanya dibantu dengan tangan-tangannya, ia juga memakai benda-benda sekitarnya untuk menghilangkan rasa gatal di vaginanya. Pertama-tama ia gunakan timun yang ia ambil dari dapur sebelum naik ke kamar tamu di lantai dua.

“Oohhhh…iyahhhh! Akhhhh!” desahnya saat ujung timun yang tumpul menyeruak masuk ke vaginanya yang sempit. Benda hijau itu lebih besar dan panjang daripada milik suaminya.

*Cleck Cleck Cleck Cleck Cleck

Karena kesal dengan Alif, ia mulai bayangkan pria-pria lain. Terutama pria yang baru saja ia kenal. Felix, suami tetangganya yang ganteng dan gagah. Bukan kali ini saja ia membayangkan pria selain suaminya.

Sejak bertemu Amos dan tanpa sengaja melihat gundukan besar di celananya, Nisa suka membayangkan pria itu kala masturbasi. Dalam sekelebat akal sehatnya, ia tahu itu sangatlah dosa. Bisa dibilang berzinah hati. Yang terpenting hanya sebatas imajinasi pikirnya. Mungkin orang akan menganggap gila, karena seorang muslimah membayangi pria lain yang bukan pasangan sahnya. Apalagi yang dibayangkan berbeda keyakinan dengannya. Tidak bisa dipungkiri membayangkan pria lain, membuatnya lebih bergairah.

Ditambah Alif yang membuatnya lagi-lagi kecewa. Ia beranggapan dengan membayangkan pria lain sambil masturbasi adalah hukuman untuk suaminya. Lantas ia melanjutkan memfantasikan suami tetangganya.

"Okkhhh…semuanya gara-gara kamu Pahhh….Akhhhh!".

Muslimah yang sedang hamil itu membayang penis pria chinese itu menggasak liang cintanya. Nisa sadar kalau pria itu berbeda keyakinan dengannya. Itu malah membuatnya semakin bernafsu. Karena terpikirkan penis yang tidak disunat. Haram untuknya, tapi ia tidak bisa berhenti membayangkannya.
“Ughhhhh! Koh Felixxxxxhhhhh! Akhhh!” erang Nisa. Tanpa bisa ditahan olehnya, nama suami Margaretha keluar dari mulutnya.

*Cleckh Cleckh Cleckh Cleckh.

Dalam pikirannya yang diracuni dengan birahi berapi-api, terbayang Felix yang tampan sedang menyenggamai dirinya dengan penuh kegagahan. Tubuhnya yang gagah bidang, menindih tubuh mungilnya yang sedang hamil.

“Akhhhh! Enak bangethhhh! Yahhhhhh….”. Lagi dan lagi, ia orgasme dengan usahanya sendiri. Sebatang timun telah berhasil memuaskannya.

"Hh…hh…hh…gilahhhh…" nafasnya berderu parau.

Ia harusnya beristighfar berkali-kali, karena menyadari kalau telah berkali-kali berdosa kepada suami dan agamanya. Tapi ia tidak lakukan. Nafsu telah membutakan segalanya. Ia terbawa suasana dan nafsu. Menurutnya lebih dosa suaminya, karena tidak menjalankan kewajibannya untuk memenuhi hak istrinya.

‘Seandainya kamu bisa menjalankan tugas sebagai seorang suami dengan baik, aku tidak bakal merana begini pah’.
‘Ketidakmampuan kamu membuat aku sampai bayangin pria lain’.

‘Dan asal kamu tahu pah, gituan pake timun masih lebih enak daripada sama kamu pah’.

*Ploph. "Nghhhh!". Ia cabut benda hijau yang barusan ia gunakan untuk mengaduk-ngaduk vaginanya. Sambil mengusap bibir vagina yang masih gatal, dipandinganya timun yang basah karena lendir cintanya. Cairan bening dan lengket menyelimuti benda hijau itu.

"Masih gatel aja sihhh…okhhhh…" ujarnya seraya mencolok-colok kecil vaginanya dengan telunjuknya. *Cleckh Cleckh Cleckh. Tentu hanya dengan jari masih sangat kurang baginya. Masih lebih enak sama timun yang lebih besar dari milik suaminya.

‘Hmm…benar kata Ci Margaretha, kalau makin gede makin enak ya….’ ujar Nisa berpikir.

“Berarti….”. Sambil berbicara sendiri, perlahan matanya melirik ke arah benda-benda yang diletakan di nakas samping kasur olehnya.

"Masih ada yang lebih enak…". Di Antara benda-benda itu, ada yang menarik perhatiannya. Dari segi warnanya, dan juga ukurannya.

Dibuangnya timun yang sudah basah dengan cairan vaginanya ke lantai di samping kasur. Kemudian diraih benda lain, yang lebih besar dan dan panjang. Berbeda warna dengan timun tadi, sekarang berwarna ungu.

Kali ini yang akan memuaskan wanita hamil itu adalah sebuah terong yang besar dan panjang. Bukannya dibuat makan, tapi malah untuk mengaduk-ngaduk vaginanya yang menagih untuk disidok. Mata Nisa menatap nanar terong itu. Kagum akan benda lonjong keunguan itu. Dirinya penasaran dengan rasa akan dijejali dengan itu.

Lalu diarahkan terong itu ke mulut vaginanya. "Ishhh…”

Nisa mendesis-desis saat permukaan terong itu digesekan di bibir vaginanya. Berbekal sering masturbasi karena libido yang sering memuncak tanpa mengenal waktu. Ia tahu titik rangsang pada tubuhnya. Membuat nya lebih puas ketimbang melakukan seks bersama suaminya. Berkali-kali ia merangsang dirinya terong. Alhasil cairan vaginanya meleleh deras, membasahi terong yang akan memuaskannya.

Tak tahan lagi, ia arahakn ukung terong itu ke mulut vaginanya. Lalu ia dorogn masuk. *Sleph. “Ughhh…besarrrrhh….ahhhh! Uhhhh….” desahny seksi .

Sayur yang lebih besar dari timun itu, menyeruak masuk. Melebarkan dinding vaginanya selebar mungkin untuk pertama kalinya.

"Aghhhh! Gedehhh! Okhhhh!".

“Kenapa enak bangethhhh? Akhhhh!” lanjutnya meracau.

Karena terong yang mengocok vaginanya lebih besar dari timun tadi, lantas kali ini ia bayangkan Amos. Kenapa? Karena otaknya berpikir kalau milik Amos lebih besar dari suaminya Margaretha. Tentu lebih besar dari kepunyaan suaminya sendiri.

“Nghhh! Pasti punya bang Amos hitam! Akhhhh!”.

Disela-sela memuaskan dirinya sendiri, teringat dengan film porno yang ia tonton bersama Alif. Otaknya mengingat betul adegan sex antara seorang pria kulit hitam dengan wanita bule berambut pirang yang bertubuh mungil. Kurang lebih berpostur seperti dirinya. Bedanya ia sedang berbadan dua.

Yang paling mencengangkan adalah kemaluan aktor hitam itu. Hampir sebesar lengannya. Mungkin saja lebih besar. Tak percaya lawan mainnya bisa menerima benda sebesar itu. Ia mengira akan kesakitan, tapi malah kebalikannya. Wanita itu meraung-raung keenakan. Ia terperanjat kala itu. Menonton habis bersama Alif tanpa kedip.

'Apa punya bang Amos seperti itu ya?'’.

Ia menerka-nerka kejantanan Amos sambil mengocok-ngocok memeknya dengan terong tebal. Dosa seakan tidak ada disaat rasa penasaran dan birahi menguasai tubuh hamilnya.

Lalu teringat lagi adegan wanita pirang itu sampai memuncratkan cairan dengan derasnya saat orgasme. Dan film itu diakhiri mulut wanita itu penuh dengan sperma putih kental dan dalam jumlah banyak. Yang langsung ditelan habis tanpa sisa. Lalu tersenyum ke arah kamera, menunjukan kepuasan yang tiada tara telah didapatkan.

'Yang gede memang lebih enak!' batinnya.

‘Yang besar dan panjang pasti lebih memuaskan….’. Lambat laun pemahaman seperti itu terpatri dalam hatinya. Sehingga secara tidak sadar tertanam dalam hatinya kalau punya suaminya yang kecil tidak bisa memuaskannya.

*Clechk Clechk Clechk Clechk Clechk.

"Okhhhh! Yeahhhhh! Ah! Ah!" desahnya membahana berhubungan dengan tumbukan di vaginanya.

Sudah tidak peduli dosa akan berimajinasi berzinah dan berselingkuh, Nisa semakin mempercepat kocokan terongnya. Mengejar kenikmatan yang akan ia raih sebentar lagi. Terbayangkan olehnya tubuh Amos menindih tubuhnya. Dan juga batang penis yang besar tertancap jauh di dalam liang vaginanya.

“Uhhhhh! Iyahhhh! Aku dapethhh lagihhhhh! Lagihhh” erangnya orgasme lagi.

Tubuh hamilnya menegang lagi kala diterpa badai kenikmatan, disusul getaran-getaran pada tubuhnya seiring vaginanya berkontraksi lagi. Terong yang masih tertancap penuh di dalam tubuhnya ia biarkan saja. Rongga vaginanya memijit halus benda mati yang telah membantu memuaskannya itu.

'Lagi, aku mau lagi! Aku belum puas!'.

Nisa masih belum tuntas dengan syahwatnya. Lantas terong ungu kembali keluar masuk dengan lancar jaya di vaginanya yang sudah basah.

"Ah! Ah! Ah! Ahhhhh!"

“Aduhhh! Gustihhhh! Nikmathhhh…”.

Desah-desahan merdu nan panas kembali berlanjut, memenuhi kamar itu. Cincin perkawinannya serta kalung kembar pemberian suaminya menjadi saksi bisu keliaran Nisa. Kasur yang sudah basah akan menjadi lebih basah tidak karu-karuan. Selagi sang suami mendengkur di kamar utama, sang istri mendesah-desah jalang keenakan. Tiada henti ia terus memainkan terong di liang cintanya sampai berkali-kali orgasme. Tapi akankah padam nafsu birahinya malam ini?




Beberapa Saat Yang Lalu

"Si Nisa pasti kelojotan malam ini nih, hihihi…” ujar Margaretha seraya melangkah menjauhi rumah Nisa setelah memberikan obat herbal racikan khususnya.

“Mih, kira-kira kapan ya? Aku sudah nggak sabar ngentot sama cewek hamil yang berjilbab itu” tanya sang suami sambil meremas selangkangannya.

“Mungkin beberapa hari kedepan bisa. Hihihi…. Jadi sabar aja ya Pih”.

“Pokoknya Papi jangan sampai lupa untuk mengurus si Alif ya…” lanjut Margaretha.

“Tenang aja Mih. Papi sudah pastiin suami si Nisa itu bakal pergi lama….”.

“Bagus-bagus. Mami juga sudah nggak sabar pengen jilat memek gemuk Nisa sampai puas”.

Margaretha menjilat bibirnya membayangkannya. Dibayangkan dirinya berada di tengah-tengah kaki Nisa yang terbuka lebar. Dan kepalanya berada selangkangan Nisa, dengan mulutnya menciumi memek wanita muda itu.

“Shhhh….” desis Margaretha, menekan selangkangannya dari luar dasternya.

“Wah Mami sange ya?” tebak Felix.

“Hhihihi….kamu sih Pihhh…Memek mami jadi cenat cenut tahu”.

“Papi juga sange nih! Nggg…Papi mampir ke rumah Ustadzah Kartika dulu ya Mih… lagi pengen sama yang jilbaban nih. Gara-gara lihat si Nisa tadi sih” izin Felix sambil cengengesan.

Sang istri geleng-geleng mendengar permintaan suaminya. Lalu Margaretha berpikir, kalau suaminya malam ini akan bersenang-senang, kenapa ia tidak juga? Senyuman nakal megembang di wajah cantiknya.

“Kalau gitu Mami mau ke pos aja deh".

"Ke pos?".

"Iya ke pos. Besok si Amos sama Jono, tukar jaga. Nah, Mami mau ngasih mereka bonus dulu, hihi…." ujar Margaretha centil sambil meremas dadanya yang membusung.

"Dasar Mami…". Felix pun geleng-geleng.

"Hihihi….emang kamu aja yang boleh senang-senang".

"Oh ya Pih, ajak anak-anak kita gih. Kasian si Amel sama Desi ngelonin mereka mulu. Nanti yang ada mereka malah nggak kerja besok karena kecapean dikontolin semalam suntuk”.

“Nggak ah, Papi lagi pengen sendirian aja. Si Amel sama Desi biasanya juga kuat lawan tuh tiga anak” ujar Felix.

“Bener juga sih. Sana, have fun ya dear…”.

“You too, honey…”.

Lalu pasangan suami istri berpisah jalan. Sang suami menuju rumah yang berseberangan dengan rumahnya. Sementara si istri menjauh dari rumahnya, menuju pos penjagaan, untuk menghadapi dua pria yang jauh dari kata ganteng dan bersih tapi sangat jantan nan perkasa. Keduanya akan mereguk kenikmatan di malam yang dingin.

Bersambung di bawah....
 
Terakhir diubah:
Part - 8b


*Dok Dok Dok

Dengan perasaan tidak sabar karena menahan nafsu, Felix mengetuk keras pintu rumah Ustadzah Kartika. Sembari menunggu pintu dibuka, pria chinese itu mengusap-ngusap kemaluannya dari luar celananya. Tak sabar menyenggamai wanita-wanita muslimah dengan penis tidak disunatnya.

Tak lama pintu rumah itu akhirnya pun terbuka lebar untuk Felix. Sesosok wanita muda bermukena putih menyambut dirinya. Wanita muda itu adalah Azizah.

“Lho Koh Felix?”. Azizah terkejut melihat yang siapa bertamu malam-malam.

Tanpa berbicara sepatah katapun, Felix langsung menubruk tubuh ranum Azizah yang masih tertutup mukena.

“Koh! Kena…-Hmph!”.

Azizah terpekik. Belum bisa mengutarakan apa-apa, mulutnya langsung dibungkam dengan mulut Felix. Pria Chinese itu menekan mulutnya ke mulut lembut anak perempuan tetangganya.

Azizah yang sempat kaget, langsung mengimbangi permainan Felix. Anak Ustadzah yang kembar itu langsung membalas lumatan Felix tidak kalah panasnya. Laki-laki dan perempuan yang terpaut jauh umurnya bercumbu dengan dahsyatnya. Lidah mungil Azizah saling menggesek liar dengan lidah kasar Felix. Alhasil ludah mereka keluar, membasahi sekitar mulut mereka.

Tangan pria itu pun tidak tinggal diam. Ia gerayangi tubuh anak tetangganya. Tanganya meremas payudara Azizah yang besar untuk seukuran umurnya. Begitu empuk dan kenyal. Satu tangannya lagi merayap ke belakang. Mengincar bongkahan pantat semok Azizah.

Felix menyadari kalau Azizah tidak memakai apa-apa di balik mukena saat menjamahnya. Bukan hal yang aneh untuknya. Kian membuatnya bersemangat untuk menikmati gadis muda dalam dekapannya. Jari-jarinya bergerak ke ujung payudara Azizah. Terasa benda kecil yang perlahan mengeras. Lalu ditariknya dari luar mukena. Membuat pemiliknya terpekik di tengah cumbuan.

Perempuan berumur 18 tahun itu tidak tinggal diam, dibalasnya dengan meremas tonjolan keras di celana Felix. Dengan senangnya ia mengusap tepat kepala penis Felix yang tercetak jelas dan sudah berlumuran cairan alami yang merembes keluar.

Dirasa nafas mereka menipis, Felix menarik mulutnya. Tapi tetap setia memainkan tubuh perempuan belia. Azizah juga tetap meraba-raba kemaluan Felix.

“Hh…hh…Koh Felixxxx! Main nyosor aja deh! Zizah kaget tahu?!” rengek Azizah ngos-ngosan. Namun tangannya tiada henti-hentinya mengusap penis keras Felix yang masih berada di balik celana. Wajahnya sudah merah, karena terangsang akibat cumbuan dan sentuhan Felix yang memabukan.

“Hehehe…Maaf sayang, Koh Felix lagi sange banget nih” ucap Felix. Ia meletakkan tangannya di atas tangan Azizah yang sedang meremas benjolan di celananya. Ia menekan tangannya agar Azizah semakin kuat meremas penisnya.

“Kamu mau Koh Felix kontolin kan sayang?” tanya Felix mesra sambil menekan selangkangan Azizah.

“Ughhh! Maulah Koh! Malahan Koh Felix harus tanggung jawab sudah bikin Zizah sange!”.

Sambil meremas payudara Azizah, Felix menyadari sesuatu. Rumah Ustadzah Kartika tampak sepi. “Ngomong-ngomong kok sepi ya Zah? Pada kemana?” tanyanya.

“Lagi pada ngaji di mushola Koh…Nghhh!” erang Azizah karena remasan kuat di buah dadanya yang besar untuk seumurannya.

Ustadzah Kartika menjadikan kamar di bawah sebagai tempat ibadah. Hanya tempat itu yang paling suci dirumahnya. Selain disana, semuanya sudah kotor dengan cairan haram.

“Waduh! Koh Felix nggak ganggu ibadah kalian kan?” tanyanya khawatir. Walau begitu tanganya tidak berhenti memainkan benda kenyal di dada Azizah.

“Tidakkkk…Kohhh…ayo kontolin memek Zizah Sekarang! Pokoknya harus tanggung jawab!” pinta Azizah tak sabar.

Padahal pria chinese itu ingin menggarap Ustadzah Kartika dan anak-anaknya bersamaan. Tapi apalah daya, kalau mereka memang lagi pada mengaji. Yang penting ada lubang untuk memuaskan kontol berkulupnya dan hasratnya.

Azizah yang bermukena melepaskan pelukan Felix, lalu menutup pintu rumahnya. Sedari tadi sejak mereka becumbu, pintu rumah Ustadzah Kartika masih terbuka lebar. Siapa pun bisa saja melihat tindakan asusila mereka. Tentu di townhouse ini, bukan suatu masalah. Malahan bisa saja mengundang penghuni lain untuk bergabung, memuaskan nafsu lahiriah secara liar dan bersama-sama.

Azizah yang sedang terangsang hebat, segera duduk di sofa ruang tamunya yang sudah sering menjadi saksi bisu kemaksiatan para penghuninya. Ia menekukan kedua kaki kakinya di atas sofa, lalu menaikan mukenanya sampai perutnya yang sedikit berlemak tapi menggiurkan.

“Nih! Memek Zizah sudah becek nih!”.

Azizah mengusap permukaan vaginanya yang mengkilap basah karena lendirnya yang mengalir keluar. Lalu ia menepuk-menepuk nakal vaginanya, menggoda pria yang berumur tiga kali lipat darinya.

*Puk Puk Puk. Bunyi tepukannya begitu menggemaskan.

"Kohhhh.. jilmekin Zizah…ayohhh…" pinta Azizah bak sakau.

“Memek kamu sudah merah banget sayang".

"Tapi….agak bengkak juga. Habis ngentot ya?” ujar Felix menyadari keadaan memek Azizah kala mendekati.

Azizah mengangguk.

“Tadi siang sampe malem sudah nge-seks, bareng Ummi dan yang lain. Si Azhar juga tadi ngentotin aku brutal banget. Ishhh!” jelas Azizah diakhiri desahan karena sambil terus membelai vaginanya.

Sesekali telapak tangan mengelus klistorisnya yang sudah mencuat, mengirimkan sengatan nikmat ke tubuh montoknya.

“Terus-terus…apalagi aku kan habis pulang dari Puncak Koh… jadi gini deh memek aku…” lanjutnya seraya jarinya menulusuri belahan vaginanya yang merekah basah.

“Wah-wah! Iya-iya koh Felix inget, kamu pernah bilang di grup chat. Berarti kamu ke White Menu Club ya Zah?” tanya Felix seraya bersimpuh di depan Azizah.

“Ya iyalah om! Nggak afdol kalau nggak kesana…hihihi…”.

“Tapi kamu mau Koh entotin kan?” tanya Felix penuh harap.

“Aku kan sudah bilang Koh. Memekku loh udah becek dan gatel! Nih lihat!”. Azizah tunjukan jari-jari yang lengket dengan lendir kewanitaan.

“Ng…Azizah baru sadar, kenapa Koh Felix nggak ngabarin di grup chat kalau mau kesini” ujar Azizah.

“Koh Felix tadi habis dari rumah si Nisa. Nah pas lihat dia yang berjilbab plus lagi hamil, kelihatan seksi banget. Jadi nafsu deh. Makanya Koh Felix kesini” ungkap Felix. Tangannya terjulur menuju lembah becek di depanya.

"Ohhh….Pantes lagi pengen yang ukhti-ukhti ternyata hihihi….. Sok atuh, memek Zizah sudah siap buat Koh Felix pake. Nghhhh! Akhhhh!" ucap Azizah sambil mendesah di tengah-tengah usapan Felix permukaan vaginanya.

Suami dari Margaretha itu memposisikan dirinya tepat di depan anak tetangganya yang sudah mempersembahkan liang cintanya untuk dinikmatinya.

Ia gemas dengan dua pasang yang montok. Perlahan tangannya yang maskulin berpindah ke paha yang begitu mulus nan berisi. Ia rasakan kelembutannya dengan meremasnya. Azizah pun merasakan gelitik di liang cintanya, seiring sentuhan manja di pahanya.

“Kohhh…gelihhh…mainin memek Zizah plissss…” mohonnya.

Jari-jari Felix berangsur-angsur kembali ke celah yang sudah memancarkan hawa kehangatan yang nikmat. Jarinya yang besar mulai membelai celah sempit. Kemudian ia tusuk jauh kedalam. Basah dan rapet rasanya. Sontak Azizah melenguh manja. “Ahhhh!”.

Felix yang sudah tidak sabar mencicipi untuk vagina muda di depannya, langsung mengkokop penuh milik Azizah. Ia mecumbu liar mulut bawa milik perempuan belia yang merupakan anak dari seorang ustad dan ustadzah tersohor itu. Lidahnya bergerilya di celah kecilnya. Sekali-sekali ia menyedot lubang itu.

“Ohhhhh…Koh Felixxhhh! Gilahhhh! Akhhhh!" pekik Azizah.

Bagai tiada puasnya, vagina tembam Azizah terus mengucurkan lendirnya. Membasahi lidah Felix yang menerabas masuk. Pria itu dengan senang hati menelan sari gadis muda itu, bagaikan madu yang lezat. Ia menahan kedua paha berisi Azizah agar ia lebih leluasa memanjakan memeknya.

"Ahhhhh! Ya Allahhh! Nikmatnyaaaaa!" erang Nisa saat kumis tetangganya yang lumayan lebat menggelitik klitorisnya yang sudah bengkak.

"Koh Felix jago banget! Akhhhh! Iyahhh…terushhhhh! Akhhhh!".

“Pengalaman berbicara sayang….slruphhh….slickh…slurph..” ujar Felix di sela-sela hisapannya, lalu kembali melumat rakus vagina muda Azizah. Dirinya tambah semangat karena dipuji.

Harus diakui oleh gadis muda itu, kalau dari semua yang pernah mengoralnya, Felix lah yang paling lihai. Buktinya dalam waktu singkat saja, gelombang orgasme sudah menyisir tubuhnya. Ia pikir kembarannya harus berguru ke Felix.

"Koh Felix! Koh Felix! Zi-zi-zah mau Muncrathhhh!" aba-aba Azizah.

"Nghhhh! Okhhhh!" desah Azizah meraih orgasme.

Lubang kecilnya berkedut-kedut, mengeluarkan lendirnya yang terus dilahap habis oleh Felix.

"Su-sudahhh…Kohhh…Ampunhhhh!”.

Felix terus saja menjilati vagina Azizah ya. Tapi si perempuan terlalu lemas untuk mengusir pria dari bagian intimnya. Pasrah hanya yang bisa ia lakukan. Lenguhan lemah manja terkadang terlepas dari mulut mungilnya.

“Ditungguin dari tadi, tahu malah ngecrit-crit di ruang tamu”. Tiba-tiba suara perempuan yang lantang mengagetkan Felix dan Azizah.

Keduanya pun langsung menoleh ke arah suara tersebut. Tampak seorang perempuan bermukena krem sedang berdecak pinggang memandangi mereka dengan tatapan tajam. Tidak tahu sejak kapan ia itu berada disana. Namun yang pasti wajah wanita itu sedikit memerah, terpengaruh adegan oral sex adiknya.

“Eh, ada Salma…” sapa Felix enteng. Ia pun menyingkir dari antara selakangan adik dari perempuan yang memergoki mereka.

Yang memergoki mereka ada Salma, anak tertua dari Ustadzah Kartika dan Ustadz Karim.

“Hehe…maaf kak…” ucap Azizah tersipu malu.

“Ada apa Salma?”. Terdengar suara perempuan yang lebih tua. Dan itu adalah Ustadzah Kartika, yang belum tahu apa yang terjadi di ruang tamu.

“Ini Ummi, si Zizah kita tungguin dari tadi buat lanjutin ngaji bareng, tahunya lagi keenakan sampe ngecrit di ruang tamu” ujar Salma kepada bundanya.

“Keenakan? Emang adik kamu ngapain? Lho ada Koh Felix…”. Ustadzah Kartika akhirnya melihat apa yang terjadi di ruang tamunya.

Tetangganya berlutut tepat di depan putri keduanya yang masih mengangkang lebar, dengan vagina yang merah serta basah mengkilap. Ia pun mengerti apa yang terjadi. Bahwa putrinya baru saja menuntaskan syahwatnya dengan tetangganya.

“Astagfirullah Zizah?! Kamu belum puas juga?!” omel Ustadzah Kartika.

“Ehhh bukan-bukan! ini Koh Felix Ummihhh…Masuk-masuk, maen asal tubruk aja” sergah Azizah.
“Zizah kan jadi sange dong, di grepe-grepe enak sama Koh Felix” rengek wanita paling muda di antara mereka.

“Saya yang mulai duluan Ustadzah. Lagi kepalang nafsu gara-gara si Nisa. Saya jadi pengen ngentot sama yang jilbaban” ungkap Felix seraya berdiri. Tonjolan keras di celana Felix langsung tampak, dan seketika menyita perhatian ketiga wanita itu.

Tanpa permisi kepada pemilik rumah, ia menurunkan celana pendek serta celana dalamnya. Penis berkulupnya yang masih setengah ereksi terpampang di hadapan tiga muslimah bermukena. “Ustadzah mau bantu saya kan?” tanyanya seraya mengedut-ngedutkan penisnya. Batang penis dengan ujung kulit lebih mengangguk-ngangguk di depan tiga wanita bermukena.

Ustadzah Kartika dan anak-anaknya yang disuguhkan batang penis tidak sunat, seketika nafsu ketiganya membuncah tinggi langit. Padahal seharian ini mereka sudah bersetubuh dengan liarnya. Tapi sekarang vagina mereka malah melembab lagi dan berkedut kala dihidangkan kejantanan yang tidak terhitung lagi telah memuaskan nafsu mereka.

Azizah yang paling dekat, meraih penis berkulup pria itu. Felix sontak mengeluh kala jari-jari lentik melingkari batang penisnya. Azizah penuh lembut mengurut batang penis milik pria yang bukan muhrimnya. Hangat dan keras ia rasakan. Kepala penisnya yang masih tertutup kulit, di usap lembut oleh putri ustadzah itu.

“Aku isep ya Koh..” ijin Azizah seraya mengurut batang penis.

Felix menjawab dengan meletakan tanganya di belakang kepala Azizah. Lalu menariknya agar mendekat ke selangkangannya. Azizah otomatis membuka mulut mungilnya, membiarkan moncong berkulup masuk ke dalam.

“Nghhhh…hmmmm….”. Ia melenguh saat batang berurat melewati bibir tipisnya. Mulutnya terasa begitu penuh dan hangat. Lidahnya menelusup masuk ke kulup penis Felix. Membelai kepala baja Felix. Precum pun tumpah ruah membasahi lidah pinknya.

“Ohhhhh! Zizahhhhh…” erang Felix merasakan belaian lidah Azizah di penisnya.

Azizah yang masih bermukena putih dengan penuh hayat mengulum kejantanan tetangga yang sudah tegang maksimal karena hisapannya. “Slurph…Slurph…Cuph…Cuph….Hmmm….Slurph…”.

Kedua wanita yang lain hanya menonton perempuan muda itu menikmati penis yang dimiliki pria berbeda keyakinan dengan mereka. Melihat sekaligus mendengarnya membuat mereka terhipnotis dalam-dalam. Nafsu kedua semakin memuncak. Gatal dan kedutan terasa di organ cinta mereka.

"Puahhh…Cuhhh…Cuhhh…”. Azizah berkali-kali meludahi batang penis Felix, lalu mengocoknya. Meratakan liurnya di sekujur batang berurat Felix.

“Kontol om Felix enak banget sih! Happ!” ujar Azizah sebelum kembali menghisap.

Setelah punya kembarannya sendiri, kepunyaan Felix adalah favorit yang kedua baginya. Karena selain besar dan panjang, tapi juga bersih dan terawat. Tidak seperti milik para penjaga dan tukang-tukang langganan di townhouse. Dan yang paling dia suka karena tidak disunat. Dirinya serta ibu dan kakaknya suka kulit lebih di ujungnya. Enak buat diemut dan buat ngentot. Apalagi mengingat status mereka yang seorang muslimah, menikmati kejantanan pria yang berbeda keyakinan membawa sensasi tabu yang sangat lebih liar.

Dari sudut matanya, Azizah selagi menghisap mendapati ibu dan kakaknya yang masih terdiamnya mematung. “Ummi, Kak Salma, kok bengong aja sih. Sini gabung dong sama Azizah” ajaknya seraya mengurut-ngurut batang berurat di tangannya.

“Sini Ustadzah, ikutan sama anaknya” ujar seraya membelai kepala Azizah.

Ustadzah Kartika yang sudah terpancing birahinya, menyusul putri bungsunya yang kembar. Salma yang tidak mau kalah dengan adiknya juga mendekat untuk menikmati batang berkulup tetangganya.

Sang ibu duduk di samping kiri, dan dan sang kakak di samping kanan Azizah. Ketiga wanita muslimah itu menikmati bersama batang berurat Felix. Ustadzah Kartika menjilat dan menciumi batang penis yang tidak masuk mulut anaknya. Begitu pula dengan Salma.

“Slurph…Slurph…Puahhh….nih Ummi”. Azizah menyodorkan penis Felix, yang langsung disambar sang ibu. Bibir Ustadzah Kartika yang tebal dan empuk memijat kepala penis Felix dengan nikmat. Dan Azizah mengincar zakar Felix yang penuh dengan sperma. Ia ciumi bertubi-tubi.

"Bibir tebalmu mantap Ustadzah! Nghhh! Mantap!" erang Felix membahana.

“Ummii…Salma juga mau ngisep kepalanya” pinta Salma.

Sebelum menyerahkan kepada anak sulungnya, Ustadzah Kartika menyedot kuat-kuat ujung penis Felix. Felix meringis geli karenanya. Bergantian penis Felix masuk ke mulut yang berbeda. Dari bibir tebal milik ustadzah Kartika sampai bibir tipis milik Azizah.

"Cielahhhh…Azhar tungguin dikamar tahunya lagi pada nyepongin Koh Felix disiniiii…". Giliran Azhar yang menampakan batang hidungnya. Kepalanya geleng-geleng kala melihat kelakukan ketiga wanita yang paling ia cintai.

Kehadiran putranya membuat Ustadzah Kartika menarik diri selangkangan tetangganya. Membiarkan anak-anaknya yang melayani penis berkulup Felix.

"Maaf ya Azhar, Ummi sama kakak dan adik mu ini lagi bantuin koh Felix puas dulu" ucap sang ibu seraya meremas-remas lembut kantung sperma Felix.

"Atau kamu mau ikutan?" tawarnya ke putranya.

"Jangan! Saya lagi pengen sendiri menikmati kalian" tolak Felix.

Azhar terperanjat mendengarnya.

"Koh Felix pinjam dulu wanita-wanitamu yang cantik dan semok ini ya Zhar" pinta pria chinese itu yang tengah menyodok pelan mulut mungil Azizah. Dan sisi kanan batang penisnya sedang di jilati lembut oleh Salma.

"Santai aja Koh" ucap Azhar sembari berusaha menyembunyikan rasa kecewa.

Sebagai laki-laki normal, pasti ia pun ikutan nafsu melihat apa yang terjadi di depannya. Terlebih lagi dia lebih punya hak atas ketiga wanita yang sedang melayani Felix. Tapi ia terlalu sungkan dengan tetangganya yang berbeda keyakinan dengan dirinya. Karena tanpa bantuan pria itu, tidak mungkin ia bisa merasakan tubuh ibunya, kakak dan adiknya. Sehingga ia hanya bisa mengalah.

"Ah! Koh tahu! Biar impas, kamu ke pos aja Zar. Istri Koh lagi ada disana”.

“Ngapain Ci Margaretha ada di pos Koh?”.

“Biasa lah Zar…lagi ngasih ‘bonus’ ke si Amos dan Jono, hehehe…." jelas Felix memberi secercah harapan kenikmatan pada malam itu kepada Azhar.

Azhar terkesiap semangat mendengar kalimat Felix. “Beneran nih Koh?”

"Iye, sudah sana puasin istri Koh Felix. Nggak bakal nolak kontol dia. Kan kamu tau kalau semakin banyak kontol makin seneng dia" suruhnya.

Mata Azhar pun berbinar-binar. Bahkan berapi-api penuh birahi. Hanya memakai dengan sarung serta baju koko dan peci hitam dikepalanya, Azhar berancang-ancang menuju pos untuk melepaskan hasrat dengan menyetubuhi tetangganya yang seumur ibunya. Ia biarkan ibu serta kakak dan adiknya bermasyuk ria dengan pria chinese itu.

"Jangan sampai malam-malam ya Zhar. Takut kamu telat bangun buat subuhan lagi" pesan Ustadzah Kartika kepada anaknya yang hendak pergi.

“Iya Ummi. Assalamualaikum” salam Azhar.

“Waalaikumsalam…” balas Ustadzah Kartika.

Sedangkan kakak dan adiknya tidak membalas salam Azhar. Mulut mereka terlalu sibuk dengan benda keras berurat. Atau terlalu menikmati? Sampai lupa kewajiban seorang muslim untuk menjawab salam. Ibu mereka yang Ustadzah pun tidak memikirkannya, dan kembali melanjutkan blowjobnya bersama kedua putrinya.

“Slurph…Cuph…Slurph….Slurph….” suara basah menghisap yang nikmat nyaring terdengar di ruang tamu Ustadzah Kartika.

Kejantanan Alex diestafet dari satu mulut ke mulut yang lain. Ketika seorang mendapatkan jatah untuk mengulum, yang lainnya akan menjilat-jilat batang yang berurat. Tidak lupa kantung biji Felix dimanja dengan lidah dan mulut ketiganya sampai basah dan lengket.

“Sudah-sudah, aku pengen ngentotin kalian sekarang” ujar Felix menarik kontolnya dari jepitan bibir Salma. Lalu memukul-mukulkan kontolnya ke kepala-kepala yang masih terbungkus mukena. Perangkat alat sholat itu pun kotor dengan cairan hina yang merupakan campuran ludah ketiganya dan precum Felix.

Ustadzah Kartika dan putri-putrinya menatap lekat-lekat batang penis besar tidak disunat dihadapan mereka. Benda besar dan keras yang sebentar lagi mengantar mereka ke langit tujuh.

“Siapa mau duluan?” tanya Felix sambil mengocok kontolnya yang sudah basah dengan liur ketiga muslimah binal di depannya.

“Aku koh!” seru Salma.

“Ihhhh..kak Salmaaaa….ngalah sama Ummi dong kak” sergah Azizah

"Aku duluan ya Ummi, pleasee…." pinta Salma iba. Liang cintanya sudah begitu gatal, minta digaruk dan disodok enak.

"Iya kamu duluan aja, biar Ummi main sama Zizah dulu aja" ucapnya lembut, mengalah kepada putrinya sambil merangkul putri bungsunya.

Felix pun menarik Salma untuk berdiri. Ia cumbu dengan ganas wanita bermukena krem itu. Tidak peduli wanita itu habis melayani batangnya dengan mulut. Tak ada perasaan jijik. Nafsu mengalahkan segalanya.

Tangannya masuk ke dalam mukena Salma. Seperti Azizi, tidak ada penutup apa-apa dibalik mukena yang dipakai Salma. Puting susu tindik milik wanita umur 20 tahun itu pun di incar oleh Felix. Ketika ketemu olehnya, langsung ia tarik dengan gemasnya. Salma pun terpekik di tengah pergumulan bibir mereka yang dahsyat.

"Hmppph! Koh Felix nakal! Main tarik-tarik pentil" sebal Salma setelah melepaskan pagutannya.

“Hehehe…habisnya gemesin sih pentil tindik kamu” ucap Felix sebelum mencium sekilas bibir Salma.

Melihat putri tertua sudah asyik dengan pria paruh baya, Ustadzah Kartika melirik ke putri bungsunya yang dirangkulnya dari belakang. Azizah masih fokus menonton kakaknya. Sang ibunda dekatkan bibirnya ke telinga sang anak. Pelan ia berbisik lirih “Anak Ummi yang cantik….saatnya kamu berbakti ke Ummi ya”.

Bulu kuduk Zizah sontak naik ketika mendengarnya. Ia menoleh ke wajah ibunya. Sudah merah dan tatapan sayu yang ia lihat. Azizah menelan ludah dalam-dalam, lalu mengangguk pelan ke ibunya.

Sang ibu pun mendorong putrinya itu untuk telentang di atas karpet. Lalu ia naik ke atas tubuh anaknya, dan letakan kedua kakinya di antara kepala anaknya.

"Surga itu di memek ibu, bukan ditelapak kaki Zah" ujar Ustadzah Kartika seraya menurunkan tubuhnya.

Azizah bisa melihat lembah darimana ia dulu berasal. Yang sudah basah membanjir lengket, siap untuk dinikmati. Lendir vagina ibunya menetes ke wajah cantiknya. Kembali ia menelan ludah. Lambat laun kemaluan ibu semakin turun, mendekat dengan kepalanya yang berada di bawah. Hingga akhirnya bibirnya bertemu dengan bibir vagina basah ibunya.

"Ughh! Sayangghhh". Desah Ustadzah Kartika saat Azizah mencumbu mulut bawahnya.

Sambil menahan tubuh ibunya, lidah mungilnya bergerilya di lubang ia dan saudara kembarnya keluar. Lubang kecil itu terus mengucurkan lendirnya.

"Kamu pintar sayang! Kamu memang anak berbaktiihhh..akhhhh!" erang Ustadzah Kartika berkelanjutan. Desahan yang tidak sepatut dikeluarkan oleh seroang ustadzah, membahana nyaring memenuhi seantero rumah.

Disisi lain desahan keenakan beringan dengan suara tumbukan kulit ketemu kulit terdengar nyaring. Salma sudah naik turun diatas pangkuan Felix. Batang penis keluar masuk dengan lancarnya di liang kawinnya.

“Ughhhh! Kontol kamu keras banget kohhhh! Salma sukahhhh!”

Felix mendekap pinggul seksi Salma, membantu wanita itu naik turun diatas kontolnya. Membantunya mengejar kenikmatan dari batangnya keras perkasa. Mulutnya menyusu ke puting susu yang bertindik. Lidahnya memainkan pentil bertindik anak ustadzah.

"Sedot susuku Kohhhh! Argghhh! Bangsat! Ahhhh….".

Salma pun semakin blingsatan diatas pangkuan tetangganya. Ia dekap kuat kepala pria itu. Tapi pinggulnya tidak berhenti goyang sedikit pun. Penis keras Felix mengaduk-ngaduk mantap vaginanya.

"Terus-terus Zahhhh…". Balik lagi ke ibu dan putrinya.

Ustadzah Kartika menggilas wajah anaknya dengan vaginanya. Pinggulnya bergerak liar kesana kemari. Ia sangat menikmati lidah dan mulut anaknya di kemaluannya. Memang putri yang berbakti pikirnya.

Wajah Azizi pun menjadi basah dan lengket oleh lendir cinta. Tapi tak menghentikan gadis belia itu melayani pintu surga ibunya.

"Ummi-Ummi! Mau dapet Zizah! Makan memek Ummihhh….Ahhhh!" desah Ustadzah Kartika.

Ustadzah Kartika mengejang, meraih orgasmenya. Kemaluan indahnya berkedut-kedut menyemburkan cairannya bening ke wajah anaknya dengan telat. Tak ingin terbuang sia-sia, Azizah membuka mulutnya untuk menampung squirt ibunya.

*Cret Cret Cret Cret. "Ohhhhh" desah si Ummi keenakan.

Lalu Ustadzah Kartika menyingkir dari atas anaknya. Tubuh montoknya sesekali bergelinjang karena sisa-sisa orgasme.

"Ummi jahat ah! Masa anak sendiri dikencingi sih" ujar Azizah.

"Maafin Nak, habis mulut kamu enak banget sih" puji sang Ibunda. Ia elus wajah anaknya yang basah karena ulahnya.

"Hihihi… Azizah mana mungkin marah sih. Malah suka disembur sama memek Ummi…kan surganya buat Azizah…Cuph". Kecup Azizah ke tangan ibunya yang sedang membelai wajahnya.

Keduanya sekarang memperhatikan Salma yang sebentar lagi akan meraih klimaks. Azizah mengelus-ngelus vagina mungilnya. Ustadzah Kartika pun juga sama. Orgasme barusan, belum menyurutkan api birahinya.

"Akhhhh! Kohhhhh!". Salma melolong panjang saat vagina mudanya menyemburkan cairan nikmatnya.

"Memek kamu memang legit Salma!". Felix resapi rasa hangat mengguyur pentungan beruratnya.
Lelah, kepala Salma bersandar ke pundak Felix. Tubuh seksinya sesekali menggigil. Felix biarkan lawan mainya meresapi orgasmenya. Batangnya diremas-remas enak oleh lerung peranakan Salma.

Satu menit berlalu, Felix pun menepuk pinggul Salma, kode untuk menyingkir. Dengan masih agak lemas, Salma pun melepaskan jepitan vaginanya. Dan terduduk di samping Felix.

"Giliran siapa sekarang?" tanya Felix yang mengurut tugu baja miliknya yang basah dan lengket karena cairan cinta Salma.

Ustadzah Kartika dan Azizah meneguk ludah melihat kejantanan Felix, lalu saling berpandangan satu sama. Keduanya menginginkan hal yang sama. Benda keras untuk mengaduk-ngaduk vagina mereka.

"Ummi duluan aja deh" usul Azizah.

"Bener nih nak?" tanya sang Ummi.

Meski sudah bernafsu, Ustadzah Kartika tetaplah seorang ibu. Seorang ibu pasti akan selalu mengalah kepada anaknya. Seorang ibu akan menyisihkan makanan untuk anaknya agar tidak kelaparan. Seorang ibu pasti akan berkorban untuk anaknya, seperti saat ini Ustadzah Kartika menawarkan anaknya untuk disetubuhi duluan.

"Zizah kan habis dari puncak, jadi dah banyak icip-icip kontol" ujar Azizah memberi alasan.

“Lagian Ummi dirumah kemarin lagi jarang ngentot kan? Karena jagain Akzar”.

Ustadzah Kartika terharu mendengar penuturan anaknya. "Makasih ya sayang, kamu memang anak yang pengertian…Cuph”. Ustadzah Kartika mengecup singkat bibir putrinya sebelum beranjak menuntaskan nafsu bersama dengan suami tetangganya.

Lalu ibu anak empat itu berdiri, dan mengangkat mukenanya, menyangkutkannya ke belakang. Sehingga tubuh montoknya dapat dilihat oleh pejantan yang akan menyetubuhinya. Sembari berjalan ia meremas kedua payudaranya penuh dengan susu. Juga memencet kedua putingnya, tak ayal susu asi pun muncrat dari lubang kecilnya.

Kontol Felix pun berdenyut-denyut melihat Ustadzah Kartika yang bertingkah binal. Memang kalau sudah lihat kontol, muslimah tersohor panutan banyak orang ini langsung berubah jadi binal.

"Body Ustadzah memang mantap! Ustad Karim memang bodoh sekali!" ujar Felix sambil terus mengurut kemaluannya.

"Betul sekali Koh!" setuju Ustadzah Kartika. Matanya tertuju tajam ke kejantanan Felix.

"Laki-laki tidak tahu diuntung itu lebih memilih gadis yang masih bau kencing, dari pada saya ini".

Ustadzah Kartika bersimpuh di depan Felix. Ia rebut penis dihadapannya dari pemiliknya, lalu mengurutnya lembut penuh perasaan. Kepala penis Felix hilang timbul karena kulit lebihnya yang terurut Ustadzah Kartika.

Ia kecup, lalu mengulum lembut kontol Felix. Indra pengecapnya bisa merasakan cairan anaknya sendiri. Malah membuatnya semakin bersemangat.

"Cuph…Cuph…Slurph…Slurphhh…".

“Ustadzah satu ini memang jago nyepong” puji Felix. Sembari menikmati mulut Ustadzah Kartika tangannya mengelus-ngelus kepalanya yang masih tertutup mukena.

Namun sebentar saja ia menghisap. Vagina gemuknya butuh dipuaskan, sudah gatal sekali meski sudah muncrat. Ia pun berdiri, lalu membelakangi Felix yang masih terduduk nyaman di sofanya. Perlahan ia menurunkan tubuhnya. Ia gapai kontol Felix, dan arahkan benda pemuas wanita itu ke liang peranakannya.

*Slebh. "Ohhhh! Dalam banget Kohhhh!" erangnya. Kemaluan gemuknya perlahan menelan batang keras Felix.

"Memek Ustadzah yang sempit!" ujar Felix sambil memegangi pinggul Ustadzah Kartika.

"Ughhhh! Mentokhhhh…" erang si Ustadzah saat penis Felix mencapai dasar rahimnya.

Felix bisa merasakan cengkeraman dinding vagina yang nikmat di penisnya. Dirinya heran betapa sempit kemaluan perempuan berumur ini. Tidak kalah dengan istrinya. "Si Karim tidak bisa mentok kan Ustadzah?”.

“Punya dia kecil koh. Beda sama punya lah kamu koh, yang besar dan panjang. Keras pula!”.

"Bagaikan bumi dan langit kan Ummi?" timpal Azizah.

"Bener banget nak…" setuju Ustadzah Kartika.

“Hahaha…untungnya putranya Ustadzah nggak seperti suami kamu itu ya”.

“Alhamdulillah banget Koh, punya Azhar perkasa kayak kamu koh. Aku jadi bisa di puasin sama anakku sendiri”

“Anak mu nggak ada juga, kan ada yang lain kan? Hehehe…" ujar Felix.

Ustadzah Kartika mengangguk, mengerti maksudnya. Terbayang berapa banyak kemaluan pria yang sudah ia dan putri-putrinya nikmati. Membayangkannya membuat dia semakin gairah.

"Koh memek Ustadzah ini pengen dikontolin…" ucap lirih.

"Kalau gitu genjot kontol aku sekarang!” perintah pria tampan berkumis tipis itu.

“I-iya Koh. Nghhhh! Ahhhh!”. Ustadzah Kartika mendesah saat mengangkat tubuhnya. Lalu ia hempaskan tubuhnya turun dengan kencang. *PLOK. Pantat besarnya berbenturan dengan panggul Felix. Kemudian ia angkat lagi tubuh, lalu menurunkannya lagi dengan hentakan.

“Okhhh! Gustihhh….”. erang Ustadzah Kartika.

"Karim memang bodoh! Memek selegit ia sia-siakan!".

"Baguslah disia-siakan Koh. Kalau nggak, kan nanti jadi nggak kayak sekarang" timpal Azizah.

Melihat Ibu yang terlonjak-lonjak di atas pangkuan pria yang bukan sahnya, membuat ia iri. Kini ia hanya bisa menggigit bibir, sambil jari-jari lentiknya membelai memek imutnya yang sudah meler lagi.

Sambil menggelengkan kepalanya kesana kemari, Ustadzah Kartika terus menaik turunkan tubuhnya dengan liar. Rongga vaginanya terasa penuh padat dengan batang keras bukan milik suaminya. Guratan urat di seluruh batang Felix menggesek dinding vaginanya dengan nikmat. Ia ketagihan dengan rasanya.

*Plok Plok Plok Plok.

Felix menggapai kedua bongkahan kenyal Ustadzah Kartika dari belakang. Ia remas dengan kuat, sampai susu asi Ustadzah Kartika muncrat ke sembarang arah. “Pelan Koh! Susuku jadi mubazir! Ahhh!”.

“Koh daripada mulutnya nganggur, mendingan jilatin memek aku lagi ya” pinta Azizah sembari menaiki kepala Felix yang bersandar di sofa.

Felix tidak akan menolak saat sebuah memek mungil nan indah milik gadis muda mendekati mulutnya. Ia langsung melahap kala bibir nya bertemu dengan bibir tipis memek Azizah. Lidahnya merogoh lubang mudah itu.

Azizah pun mendesah nyaring. “Ohhhh! Iyahhhh! Koh Felixxxx! Aduhh!”.

Sambil kedua tangannya bersandar pada dinding di belakang sofa, pinggulnya bergoyang kesana-kemari. Karena rasa geli dari lidah Felix di memek mungilnya

Salma yang sudah pulih, segera bergabung dengan mereka. Ia berlutut di sela-sela kaki ibunya yang terbuka lebar. Ia melihat kemaluan tempat ia keluar dulu disumpal keta oleh batang lelaki yang tidak disunat. Batang keras itu terus keluar masuk di lubang cinta ibunya.

Timbul niat iseng, ia memajukan kepalanya mendekati penyatuan terlarang sepasang kemaluan. Saking dekatnya, hembusan nafasnya menerpa kemaluan mereka. Sehingga Ustadzah Kartika melek dan tersadar dengan keberadaan Salma.

“Ka-kamu mau ngapain Salma? Nghhh! Ahhhh!” tanya Ustadzah Kartika.

Salma hanya tersenyum nakal kepada ibunya. Lalu bibir ranumnya menciumi klitoris ibunya. Dan melumatnya gemas. Ustadzah Kartika semakin blingsatan. Hingga gelombang orgasme pun segera menghampirinya.

“Ahhh! Ahhh! Koh saya mau dapet!” aba-aba Ustadzah.

Namun Felix menahan pinggulnya agar tidak bergerak lagi. Ia pun kebingungan karena merasa tanggung. “Koh? Mau dapet nih…” rengeknya, menoleh kebelakang. Ia lihat kepala pria itu sedang ditindih anaknya. Mulut pria itu melumat rakus kemaluan anaknya. Lantas ia berusaha kembali untuk menggenjot kontol Felix. Tapi tetap tidak bisa.

Tiba-tiba Felix menghentakan pinggulnya ke atas. Menumbuk kejantanan sedalam mungkin, sampai Ustadzah Kartika terpekik merasakan nyeri namun juga nikmat. “Akhhh!”.

Lalu Felix pindahkan kedua tanganya ke pantat sekal Azizah. Sambil berpegangan pada bongkahan kenyal itu, pinggulnya naik turun dengan cepat, bertubi-tubi menghantam peranakan Ustadzah Kartika. Ustadzah pun terserang orgasme.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh! Ya Allahhhh! Ampunhhhh…Ummihhh dapethhhh! Ahhhh” desah panjang wanita yang paling tua itu.

Selesai kelojotan enak Ustadzah Kartika beranjak dari pangkuan Felix, sehingga tautan kemaluan mereka terlepas. Ia terbaring di lantai, memejamkan matanya. Diserahkannya putri-putrinya kepada Felix.

Kontol Felix yang nganggur langsung digaet oleh bibir Salma. “Slurph…Cuhh…puahhh…Koh Felix belum mau keluar ini?” tanya Salma ditengah hisapannya.

Namun pria itu tidak menjawab pertanyaan. Mulutnya masih setia di memek adiknya yang sebentar lagi akan menyusul ibunya untuk muncrat juga lagi.

Dan benar saja, sekian menit kemudian Azizah pun orgasme di atas kepala Felix. Memeknya menyemburkan cairan cintanya ke mulut Felix. Yang langsung di telah oleh Felix. Segar dan gurih pikir pria itu.

Malam ini Azizah sudah dua kali keluar dengan oral seks. Namun masih merasa kurang sekali. Ia ingin benda keras di bersemayam di liangnya, dan memberinya kenikmatan.

“Gilaaaa…memek Zizah sudah ngilu, ngecrit mulu. Tapi belum dientot koh Felix lhooo…” rengek.

“Ya sudah, giliran kamu sekarang Zah. Nungging sini” suruh Felix seraya beranjak dari sofa.

Salma pun harus merelakan Kontol Felix yang berada di mulutnya pergi untuk mengaduk-ngaduk kemaluan adiknya.

Azizah pun sudah menungging dengan bertumpu dengan dudukan Sofa. Pantat seksinya tersajikan untuk Felix. Pria itu pun gemas dengan bongkahan kenyal itu. Ia remas dengan gemas sebelum menggauli perempuan seumuran anaknya itu. Tamparan kecil pun mendarat di sana. Azizah turut menikmati perbuatan Felix di bokongnya. Membuat semakin terangsang. Bisa-bisa nanti dia cepat keluar saat digenjot pikirnya.

Puas memainkan pantat, barulah Felix tancapkan pusaka berkulupnya ke liang senggama Azizah yang sudah merekah merah basah karena bertubi-tubi orgasme seharian penuh. Pasangan senggama yang terpaut jauh umur itu melenguh kala kelamin mereka bersatu untuk mengeruk kenikmatan.

“Okhhh! Akhirnya dientot Koh Felixxxxhhh jugahhhh! Ahhhh!” kata Azizah.

Liangnya terasa penuh dengan benda keras dan berurat. Sudah ia dambakan sejak dibuat sange oleh Felix.

“Suka dikontolin sama Koh Felix?”. Sambil berpegangan kepada pinggul lawan mainnya, pria yang lebih tua itu langsung membombardir tanpa ampun. Panggul berkali-kali menabrak pantat Azizah.

*Plok Plok Plok Plok.

“Ahhhh! Ah! Sukahhhhhh….” jawab Azizah dengan erangan panjang.

“Sedap sekali memek kamu Azizah, sempit dan legit” ujar Felix seraya .

“Kontol Koh Felix enak jugahhh…Nghhhh! Gilahhh! Ini enak bangethhh!” teriak Azizah.

Selagi di garap Felix, tahu-tahu Salma mengangkang di depan adiknya. Ia buka bibir vagina dengan jari-jarinya. “Dek sambil jilatin punya kakak ya….".

Azizah tanpa bicara langsung tenggelamkan kepalanya di selangkangan kakaknya. Mulut mengkokop penuh kepunyaan kakaknya. Sudah sering melahap benda legit itu, ia sudah titik rangsangnya. Alhasil pinggul kakaknya bergerak mengikuti lidah sang adik.

"Adekkkhhh…Akhhhh! Mulut kamu enak banget! Akhhh!".

Ustadzah Kartika yang sudah kembali pulih, terduduk tepat di samping mereka. Ia cium Salma dengan buas, selagi memainkan kedua puting susu bertindik anaknya. Satu tanganya berpindah ke selangkangan anaknya. Jari-jari nakalnya menggantikan mulut Azizah yang tidak bisa lagi melayani Salma. Ustadzah Kartika memainkan biji kenikmatan Salma yang sudah bengkak.

Salma melepaskan kuncian mulut ibunya di mulutnya, lalu mengerang panjang “Ummiihhhh…”.

*Cret Cret Cret Cret. Berkali-kali vaginanya menyemprotkan cairan bening ke wajah adiknya.

“Koh! Koh! Zizahhhhh…Oghhh!”. Azizah tidak bisa meneruskan ucapanya saat mendapatkan orgasmenya yang hebat. Azizah orgasme karena sodokan nikmat kontol Felix di memeknya. Dinding vaginanya mencengkeram nikmat penis Felix.

Persetubuhan nikmat ditambah kebinalan ustadzah Kartika dan putri-putrinya membuat Felix meraih batas maksimal. Seluruh cairan pembuat bayinya sudah mengisi batang penisnya, dan siap disemburkan ke sel telur yang subur. Lantas ia cabut penisnya dari vagina Azizah, mengocoknya cepat.

"Fuck! Sini-sini kalian semua!" seru Felix memberi perintah.

Ustadzah Kartika, dan putri-putri langsung bersimpuh di hadapan Felix. Sang ibu berada di tengah. Dan mereka semua menengadahkan kepalanya di depan Felix. Bersiap menerima lahar kental pria Chinese itu.

"Terima pejuku, lonte-lonte muslimah! Okhhhhh!” erang Felix ejakulasi.

*Crot Crot Crot Crot.

Dari ujungnya penis, keluar lahar putih yang banyak. Mendarat pertama di wajah cantik Ustadzah Kartika. Pemuka agama menikmati sperma panas yang meleleh di wajahnya. Felix kemudian arahkan penisnya ke Salma, lalu bergantian ke Azizah. Tembakan demi tembakan sperma panas melukis wajah ketiganya. Semuanya tersenyum bahagia menerimanya.

“Hh…hh…hh…mantap!”. Felix tersenyum melihat hasil ejakulasinya.

Ustadzah Kartika dan putri-putrinya yang masih bermukena saling pandang satu sama lain. Melihat cairan putih haram yang menghinakan wajah muslimah mereka. Ketiganya saling mendekat wajah mereka. Dan lidah mereka terjulur keluar, dan menjilati wajah satu sama lain. Membersihkan dan menelan sperma kental. Benar-benar pemandangan di luar akal.

Felix tersenyum melihat muslimah-muslimah di depan nya saling menjilat wajah mereka untuk mengais sari penisnya. Semakin dilihat semakin ia kembali terangsang.

“Saya nginep aja ya Ustadzah…” izin Felix.

“Hah?!” serentak ketiganya kaget, acara saling jilat pun terhenti.

“Masih belum puas juga Koh?!” tanya Salma.

“Puas? Koh Felix tidak bakal puas lah. Nih, lihat Salma…”. Felix perlihatkan kemaluannya yang masih setengah ereksi kepada ketiga wanita itu. Urat-uratnya masih timbul berdenyut-denyut pertanda masih siap bertempur syahwat lagi.

Ketiga wanita yang masih terbalut mukena yang sudah kotor dengan cairan hina termenung memandangi kejantanan Felix. Pertempuran birahi belum selesai untuk ketiganya.

“Tadikan sudah ngentotin memek kalian…nah sekarang pantat kalian yang mau Koh Felix pake…hehehe…”.

“Waduh!” seru Azizah seraya mengelus pantatnya. Gadis itu bayangkan rasanya ditumbuk anus dengan benda keras di hadapannya.

"Jebol deh nih pantat" tukas Salma.

“Astagfirullah…” giliran Ustadzah yang beristighfar seraya geleng-geleng.

‘Sepertinya ini bakal menjadi malam yang panjang…. mudah-mudahan besok bisa bangun buat subuhan deh’ pikir sang ibunda.

Bersambung….

Pesan Penulis :

  1. Akhirnya setelah sekian lama, update juga ya...​
  2. Rencananya part 8c dan 8d, update dalam satu minggu ini. Mudahan bisa ya.​
  3. Semoga menikmati​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd