Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Dissuruh beli ga mampu,dikasih gratis banyak bacot,makanya banyak suhu yg males nulis disini lagi.
 
Part - 8c


Sang suami meninggalkannya di depan rumah mereka sendiri. Felix melangkah ke rumah tetangga mereka yang muslimah. Margaretha pun beranjak menuju pos untuk bersenang-senang juga. Membayangkan apa yang akan dilakukan dengan para penjaga townhouse, memek mulus tanpa bulunya berkedut-kedut membasah. Area selangkangannya jadi lembab.

Dari kejauhan, Margaretha menyadari sesuatu yang janggal.

"Kok sepi nggak ada orang?!". Ia heran, tidak ada yang jaga di depan pos sama sekali. Meski begitu, tampak lampu terang benderang menyinari. Begitu juga dengan TV yang menyala, menyiarkan acara kompetisi dangdut di chanel naga terbang. Tapi keadaan pos benar-benar sepi seperti kuburan.

'Kemana mereka?' batinnya.

Lantas ia terus mendekati, sampai akhirnya berada di dalam pos penjagaan. Telinganya langsung menangkap suara desahan seorang pria. Namun kemudian terdengar kalau bukan hanya cuma satu pria saja, melainkan ada dua pria. Desahan mereka saling bersahutan-sahutan yang asalnya dari kamar tidur di pos ini. Ia pun mengerti apa yang terjadi.

'Itu suara si Amos ama si Jono'.

'Pantes nggak kelihatan lagi jaga, ternyata mereka lagi main toh…'.

'Sialan aku keduluan….'.

'Sama siapa mereka ya?'.

"Ng? Itu…" gumamnya saat mendapati sesuatu yang seharusnya tidak berada di dalam pos.

Ia meraih barang tersebut, lalu menimangnya. Sebuah baju dan celana piyama berwarna pink dengan motif-motif hell0 k1tty yang terlihat lucu dan menggemaskan. Senyuman berkembang di bibirnya, karena ia tahu ini milik siapa.

‘Dasar abege binal’ pikirnya.

Lantas ia lempar piyama tersebut ke tempat asal dia menemukannya. Kemudian mengendap perlahan-perlahan mendekati kamar tidur para penjaga townhouse. Ia buka sedikit pintunya, sampai ada celah untuk mengintip ke dalam. Kini erangan-erangan kasar dan suara menghisap basah nan becek yang seksi, dapat ia dengar dengan jelas. Saking asiknya, orang-orang tidak sadar dengan keberadaan Margaretha yang mengintip.

‘Benarkan….' batin Margaretha menduga benar.

'Er, Er… anakmu memang haus kontol ya!’.

Dan benar seperti dugaannya, putri Ernie yang bernama Ella yang sedang bersenang-senang bersama kedua penjaga townhouse.

Gadis berumur 18 tahun yang tengah berambut dikuncir dua itu sedang bersimpuh di antara Jono dan Amos. Tubuhnya yang kecil serat putih bersih terlihat jomplang dibandingkan mereka yang berbadan besar dan hitam dekil.

“Slurph…Slurph…Puah…Cuph…Sluph…”

“Aihhh..mantap kali Nona satu ini!” ujar pria asal Indonesia timur itu.

“Oghhhh! Neng Ella sepong saya juga dong! Masa Bang Amos terus!” gusar Jono merasa dicuekin. Sedari tadi ia merasa hanya mendapatkan jatah kocokan tangan.

“Si Nona imut ini, lebih suka kontol aku daripada punya kau yang kerdil No…” ledek Amos.

“Bajingan kau bang!” hardik Jono.

Keduanya malah berantem selagi diblowjob. Membuat Ella tidak bisa menikmati acara menghisapnya. Lantas ia menghentikannya, dan mengerucutkan bibir cemberut. Ia sorot tajam kedua pemilik batang besar itu. Namun tingkahnya malah terlihat lucu menggemaskan. Layaknya anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

“Sudah jangan berantem ah!” omelnya.

“Atau udahan aja nih?!”. Lanjutnya mengancam.

“Ehhh! Jangan dong Nona, Abang cuma bercanda aja. Ya kan No?”.

"Iya Neng, Bang Amos guyonan aja kok. Dilanjutin lagi ya neng…" mohon Jono.

“Ok-ok, Ella sepong lagi. Bang Amos dan Mang Jono tinggal nikmatin service Ella aja ya".

Amos dan Jono, menganggukan kepalanya mengerti.

"Pokoknya Ella suka sama kontol Bang Amos ama Mang Jono!" ujar Ella tersenyum manis, sambil tangannya naik-turun perlahan di kedua batang berurat.

Ia kecup satu persatu kepala penis mereka. "Cuph, Cuph…".

“Tuh ya, sudah Ella cium sayang kontol bang Amos sama mang Jono". Keduanya pun nyegir melihat perlakuan Ella.

"Aaaa..Happ…slurphh…”. Kepala penis Jono hilang tenggelam di dalam mulut yang sempit dan hangat. Ella langsung mengulum penis si cungkring.

"Ohhhh! Mantap! Sepong kontolnya!” erang Jono keenakan.

Kedua pria yang bertugas untuk menjaga townhouse menikmati apa yang diperbuat oleh gadis yang bersimpuh di depan mereka. Kemaluan mereka yang besar dan panjang dihisap dan dijilat penuh nikmat gadis dari anak salah satu penghuni townhouse sini.

Kepala Ella maju mundur berirama di depan selangkangan mereka, dan bergantian menghisap kejantanan mereka yang sudah tegang maksimal karena ulah sejak tadi. Dan mulut mungilnya harus terbuka lebar untuk menampung kepala kemaluan mereka yang besar dan merah. Bahkan batang penis mereka tidak bisa masuk sepenuhnya. Namun tetap enak rasanya dihisap oleh abege cantik dan imut macam Ella.

Sedangkan diluar kamar, Margaretha kepanasan melihat apa yang terjadi di dalam. Tangannya sudah berada di balik roknya, membelai kemaluannya dari luar celana dalamnya yang sudah lembab dan bernoda basah. Jari-jarinya menekan klitorisnya sendiri.

Lidahnya terjulur menjilat bibirnya. 'Hmm…Malam ini bakal seru…’.

Sudah cukup melihat saja, Margaretha ingin segera bergabung dan menuntaskan hasrat yang menggebu-gebu bersama mereka. Tangannya mendorong pintu kamar pos. Sadar dengan pintu yang terdorong, ketiganya sempat kaget. Lalu kembali bersikap biasa saja, saat sadar siapa yang datang.

“Haiiii…Ciiii…” sapa Ella penuh riang sebelum melanjutkan hisapannya lagi.

“Ma-malam Ci...” sapa kedua pria itu, berusaha sopan di tengah rasa keenakan di kelamin mereka.

“Duh, malam-malam dingin gini lagi pada ena-ena nih, saya ikutan dong….” ujar Margaretha.

“Marilah Ci, kita tidak bakal nolak kok…Hak hak hak…” cengenges Amos.

“Kontolnya ada dua nih Ci, pas kan? Hehehe…” kata Jono.

Margaretha tidak menggubris ucapan mereka. “Mama kamu mana La? Kok nggak ikutan kesini juga?” tanyanya sambil melangkah mendekati ketiga insan tanpa busana itu.

“Puahhh…lagi jalan sama Erick, Ci” jawab Ella lalu kembali menghisap. Erick adalah anak pertama dan putra satu-satunya Ernie. Sudah bekerja di salah satu perusahaan milik rekanan Felix.

“Mereka jalan kemana La?”. Margaretha penasaran.

“Ke rumah temannya Ci…Nggg… yang namanya tante Uli itu lohhh…”.

“Ohhhh….” gumam Margaretha.

Tidak pernah bertemu, tapi ia ingat dengan wanita yang bernama Uli itu dari cerita Ernie. Yang merupakan janda dengan dua anak cowok. Dari Ernie ia tahu kalau wanita itu menikmati batang penis anaknya yang bungsu. Tapi tidak dengan putra sulungnya. Aneh sekali menurutnya, mengapa wanita itu tidak mengajak anak sulungnya juga. Padahal bisa saja ia bergabung ke sirkel gila mereka. Tapi Ernie bilang kalau wanita itu memang tidak mau gabung.

'Kalau memang tidak mau gabung, mengapa sekarang mengajak si Erick ya?'. Ini baru pertama kalinya dia bawa pria ke rumah temannya itu' batinnya heran.

‘Padahal temannya itu kan bukan circle FSL’ hatinya bertanya-tanya tentang niat Ernie.

‘Apa jangan-jangan si Uli itu berubah pikiran, akan bakal bergabung dengan FSL?’ duganya.

Dia pun bertanya kepada putri Ernie. Yang ternyata Ella sendiri tidak tahu alasanya. Ibunya tidak berkata apa-apa kepadanya. Tahu-tahu kakak kandung di ajak pergi begitu saja, ke rumah wanita yang bernama Uli itu.

"Lalu kamu kenapa nggak ikut sama mama kamu?" tanyanya heran.

"Nggak dibolehinnnnn sama mamaaa….sebel banget dehhh…". Ella cemberut. Lagi-lagi membuatnya terlihat imut sekali di mata semua orang. Amos dan Jono melihatnya gregetan ingin segera menggarap gadis periang secepat mungkin.

"Hihihi…kasihannya kamu La…".

"Kenapa kamu nggak main ke rumah Ci Mar aja El? Kan ada anak-anak Enci" lanjutnya.

"Gak ah Ci. Lagi pengen sama yang sangar-sangar item gini Ci, hihihihi…" ujar Ella sambil menunjukan genggamannya di kontol Amos dan Jono yang hitam dan berotot. Kejantanan mereka memang terlihat menyeramkan namun perkasa, sekaligus menggairahkan. Tentu juga memuaskan. Margaretha pun setuju.

“Nona Ella lagi pengen sama kontol gede saya Ci, Hehehehe…” sahut Amos.

“Yang item-item lebih enak…” tambah Jono.

"Ci Margaretha sendiri kenapa kesini?" tanya Ella di sela-sela emutan manja di kepala penis Jono.

"Mau ngasih Amos dan Jono bonus sebelum mereka tukar shift sama Sutar dan Kardi" ungkap Margaretha seraya melepaskan kaos dan rok pendeknya.

Menyisakan celana dalam dan beha beranda di tubuh putih langsatnya yang seksi. Hanya dengan itu, tubuh wanita itu terlihat seksi. Kedua pria itu pun berdecak kagum melihat kemolekan body wanita paruh baya itu. Yang walau sudah berkepala lima tapi masih kencang.

"Wuih bonus Mos! Ci Mar ini memang bos paling baik dan pengertian ya, Hehehe…" ujar Jono senang.

"Benar kau Jono! Duh! Saya nggak pernah bosen lihat body Ci Mar lah!" seru Amos seraya menatap mesum Margaretha bak singa mengintai seekor rusa.

Margaretha tersanjung mendengar ucapan dari dua penjaga townhouse, yang juga pemuas para wanita di townhouse. Wanita yang merupakan dokter itu pun akhirnya ikutan bersimpuh di samping Ella.

Jono langsung menarik kemaluannya dari penguasaan Ella. Dan menyodorkan nya ke wanita yang lebih tua itu. Dan langsung disambut dengan tangan kocokan lembut Margaretha.

Margaretha nikmati usapan tangannya di kontol Jono. Urat-urat berotot di batangnya sudah menonjol, berdenyut kuat di telapak tangannya. "Hmmm…sudah keras banget kontol kamu Jon…".

"Sepongin dong Ci…Hehehe…" pinta Jono dengan senyuman mesum.

Margaretha tersenyum sesaat ke pria itu, lalu memasukan benda tumpul itu ke mulutnya, lalu menghisap perlahan dengan penuh nafsu. Lidahnya bisa merasakan liur Ella dan cairan kontol Jono yang sudah bercampur satu. Tidak jijik, malah ditelannya cairan itu.

“Hmmm…Slurph….Slurph…Hmmm…”.

Sekarang kedua wanita yang berbeda umur itu bersamaan menghisap kontol milik para pria yang memiliki status sosial yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka. Kepala mereka maju mundur berirama, mengocok kontol mereka dengan mulut. Para pria itu pun kelojotan keenakan. Desahan dan erangan keluar dari mulut bau mereka.

“Ahhh! Mantap! Ciiii...sepongan Ci Mar memang tidak ada duanya!" puji Jono.

"Nona cantik satu ini juga nggak kalah enak Jon!" timpal Amos memuji kemampuan Ella.

Mendengar pujian datang dari kedua penjaga townhouse, Ella dan Margaretha tersenyum meski mulut mulut mereka penuh dengan daging keras. Lantas di layanilah keduanya dengan penuh penghayatan maksimal. Dan para pria beruntung itu pun sangat menikmati mulut wanita yang high-class itu.

Sekian menit Ella menghisap batang hitam, kemaluan muda sudah gatal ingin garuk benda keras berurat. Sedari tadi celah mungilnya, cairan bening menetes ke lantai. Vaginanya ingin sodokan penis yang kuat dan keras sekarang juga.

"Ahhhh! Saatnya kita ngentot bang Amos!" seru Ella setelah melepaskan kulumannya.

Gadis manis periang dengan gigi kelinci itu berdiri dan menatap Amos dalam-dalam. Ia memandang dengan tatapan penuh birahi. Sambil kedua tangannya mengurut lembut ke atas benda keras milik Amos. Jari-jarinya yang mungil tidak bisa melingkari kontol Amos.

"Bang Amos yang ganteng…entotin memek Ella ya…sudah gatel nih, pengen digarukin pake kontol" pintanya dengan nada manja menggemaskan.

“Siap Neng cantik! Abang bakal bikin memek Ella jebol” sesumbar Amos.

Seperti biasa, Ella sedikit bergidik ngeri mendengarnya, tapi pada saat bersamaan ia menantikannya. Karena ia tahu kenikmatan yang akan datang dari penis besar dalam genggamannya.

Kemudian Amos yang lebih tinggi, mengangkat gadis mungil itu dan menggendongnya. Ella langsung merangkul leher pria bertubuh tegap itu. Dan kedua kakinya juga spontan melingkar erat pinggang lebar Amos. Tubuh keduanya begitu bertolak belakang, layaknya yin-yang. Putih dan hitam.

Amos bekap bibir gadis itu dengan bibirnya yang hitam dan kasarnya. Ella bisa rasakan bau rokok murahan di mulut penjaga itu. Tapi tak peduli, ia teruskan menciumi bibir Amos. Lidah pinknya menelusup ke mulut lawan mainnya, lalu saling berbelit dengan lidah Amos yang besar. Sambil keduanya bercumbu panas, Amos berjalan menuju ke salah satu kasur yang biasa untuk para penjaga itu tidur.

“Hmmm..Cuph…Cuph..Sluprh…Hmmm…”.

Kecipak bunyi mulut mereka, berduet dengan suara hisapan basah Margaretha terhadap kejantanan keras Jono. Suara-suara yang tercipta dari mereka begitu nyaring dengan indahnya, penuh dengan gairah yang panas.

Ella diturunkan di kasur yang akan menjadi arena pertempuran birahi mereka. Pria itu dengan mudahnya memposisikan lawan mainnya menungging dengan kepalanya menempel pada kasur. Hingga pantat nungging ke atas dengan seksinya. Dua lubang siap digunakan Amos. Pria itu memilih lubang pink yang sudah basah berlendir.

“Pokoknya memek neng Ella bakal jebol ama kontol Abang” ujar Amos seraya mengelus bibir vagina Ella.

“Shhh…Jebolin Bang! Jebolin! Buruanhhhh! Ella sudah nggak tahan!”. Ella sudah tidak tahan untuk disenggamai dengan kontol Amos yang besar.

“Hehehe…sudah nafsu sekali Nona satu ini ya” goda Amos sambil terus meraba lubang nikmat Ellat.

“Bang Amoshhhh! Ayohhhh!”. Ella mengerang tidak karuan-karuan karena sentuhan-sentuhan geli Amos di organ intimnya. Tubuhnya semakin terbakar api birahi. Ia butuhkan sodokan keras di liang mungilnya.

Amos terbahak-bahak melihat Ella yang blingsatan tak sabar untuk disetubuhi. “Siap ya Neng!".

Amos arahkan kepala penisnya yang merah ke mulut memek Ella yang masih pink menggemaskan. Selain warna kulit tubuh mereka, warna kemaluan kentara berbeda. Terlihat seksi menggairahkan seperti film porno bergenre interracial. Pria bertato dan bopengan itu mendorong moncong penisnya, membelah bibir vagina Ella. Lalu dengan sedikit tenaga, kepala penis berhasil mendobrak dan tenggelam dalam tubuh Ella.

"Oghhhh! Gedeehhhh! Pelan bang!" geram Ella. Tekanan di memek terasa memilukan sakit. Dinding vaginanya yang rapat sepet dipaksa melebar .

"Pukimu sempit kali Neng! Nghhh! Padahal sudah sering dikontolin. Sama Abang pun sering. Bangsat! Puki mantap!". Amos kesusahan untuk menjebol memek Ella.

“Bang Amossshhh! Oghhhh! Pelanhhh….”. Mata Ella terbelalak lebar, saat pentungan berurat Amos memasuki dirinya. Rasanya seperti tubuhnya dibelah menjadi dua.

Tapi Amos tidak peduli dan terus saja mendorong masuk, sampai kepala penisnya yang merah menabrak dasar liang vagina Ella. Amos diamkan dulu batang beruratnya. Batangnya yang panjang masih tersisa di luar. Rongga vagina Ella yang sempit meremas nikmat miliknya.

"Gini terus kalau sama bang Amos….Ahhhh!" desah Ella merasakan penuh sesak di rongga vaginanya, sampai tidak ada celah tersisa. Denyutan penis dan kehangatan begitu terasa di sekujur dinding vaginanya. Walau agak sakit, tapi setimpal dengan nikmatnya.

"Puki cilik mu kekecilan Neng. Abang genjot ya…".

"Entot Ella bang Amoshhh….entothhh…" lirihnya.

Tanpa diminta lagi, Amos langsung memompa kontolnya. Diawali dengan gerakan pelan, dan lambat laun semakin cepat. Pantat mungil Ella dihantam panggul hitam Amos. Suara tumbukan kulit dan kulit tidak terhindarkan.

*Plok Plok Plok Plok Plok.

"Ughhhh! Ughhhh! Gilahhhh! Anjritthhh! Akhhhh! Banghhhh….". Ella terus mengaduh kesakitan di setiap hentakan penis di liang peranakannya. Ngilu perih dan nikmat bercampur menjadi satu.

"Terus Jon! Terus isep memek sayaahh! Gilahhhhh..." erang Margaretha.

Pasangan seks yang satunya lagi juga sudah berubah posisi. Dan keadaannya sudah berbalik. Giliran Jono yang mengoral majikannya yang beretnis chinese itu. Margaretha dalam posisi berdiri sambil meraba-raba buah dadanya yang sudah keluar dari cupnya, sambil Jono yang berlutut di antara kakinya yang tengah melahap memeknya dengan rakus seperti orang yang sudah tidak makan berhari-hari. Kedua pahanya pun menjadi sasaran rabaan telapak tangan kasar Jono.

Pinggulnya meliuk-liuk kesana kemarin, tak tahan dengan lidah Jono yang ugal-ugalan di kemaluannya. Bibir sekuriti yang kasar itu menggesek bibir vaginanya. Memberikan sensasi yang berbeda dari suaminya.

"Kamu pintar bangethhh… Jonohhh! Arghhh! Terussss!" lanjutnya memuji.

"Slurphhh…Hmmm…gurih banget dah nih memek amoy, favorit saya dah!" komentar Jono sela-sela jilatannya. Wajahnya belepotan dan lengket dengan lendir cinta Margaretha yang terus mengalir deras.

Mulut kasarnya kampungnya bergerilya penuh semangat kemerdekaan, di memek bersih dan terawat Margaretha. Berbeda dengan mulutnya yang kotor dan bopengan. Lidahnya meliuk-liuk di celah mungil basah. Menggaruk-garuk sampai membuat Margaretha bak cacing kepanasan.

Berulang kali Margaretha meremas kepala Jono, melampiaskan apa yang ia rasakan. Menurutnya skill oral Jono tidak kalah jauh dengan suaminya. Pernah sewaktu-waktu ia memanggil Jono ke rumahnya, hanya untuk satu-dua kali orgasme dengan mulut. Tidak hanya dia, penghuni yang lain pun juga pernah melakukannya.

Saat sensasi orgasme menghampirinya, ia tekankan selangkangannya ke wajah Jono. Joni pun mengerti, kedua tangannya langsung mendekap pantat Margaretha. Kepalanya semakin tertekan ke lembah surga Margaretha. Mulutnya kian beringas, ingin mengantarkan bos kesayangannya ke puncak kenikmatan. Margaretha turut meremas kuat buah dadanya.

*Cret Cret Cret Cret.

"Jonoohhhh…Arghhhh! Saya dapethhhh!". Vagina Margaretha mengalirkan deras cairan bening. Langsung ditenggak Jono tanpa hambatan.

"Jonohhhh…" desah Margaretha sambil terus mengucurkan cairan nikmatnya.

Jono terus menyeruput lendir kewanitaan yang melebur keluar dengan derasnya, layaknya banjir bandang. Mulutnya turut menyedot-nyedot manja lubang kecil Margaretha, sampai wanita itu bergelinjang geli dan agak ngilu karena sensitif.

"Jonohhhh! Stophhh…Nghhh! Stop!!".

Setelah didesak tangan Margaretha, akhirnya Jono melepaskan bekapan mulutnya. "Hehehe…lendir memek Enci gurih euy!" ujarnya sambil menyeka mulutnya yang belepotan.

"Kamu memang hebat Jono, hh…hh…enak banget! Sini kamu!".

Margaretha tarik Jono berdiri, dan mengajaknya berciuman panas sebagai ucapan terima kasih. Mulut mereka beradu, lidah mereka saling bersilat Liur saling bertukar. Hingga Margaretha bisa rasakan cairannya sendiri.

"Nci, Bang Amos sama Neng Ella sudah kuda-kudaan tuh" ujar Jono setelah sudahi cumbuannya.

Margaretha pun menoleh ke arah suara desahan tertahan berasal. Tampak anak tetangganya yang bertubuh mungil itu dihimpit dari atas oleh Amos yang berbadan besar. Kemaluan besar dan berurat serta berwarna hitam keluar masuk di tubuh mungil wanita belia itu. Namun karena panjang, hanya bisa masuk setengahnya.

Margaretha pun perhatikan wajah Ella. Kelopak matanya tertutup rapat dan mulut mungilnya terbuka kecil. Rintihan terdengar dari sana. Meski terlihat kesakitan namun kenikmatan tiada tara tergambarkan di wajah imutnya.

Wanita itu pun ingin disenggamai juga, meski baru saja orgasme yang cukup nikmat. Ditambah benda keras, panas dan berdenyut yang bersandar pahanya, membangkitkan nafsunya. Ia raih kontol Jono yang masih tegak mengacung perkasa itu. Dan berucap vulgar “Sekarang kamu puasin saya pakai kontol kamu ini”.

“Siap Ci!” seru Jono seraya gerak hormat.

Margaretha berjalan sambil menarik kontolnya, sehingga Jono mau tidak mau mengikutinya langkah nyonyanya, layaknya kuda ditarik tali kekangnya. Ia digiring ke kasur yang kosong.

“Jono, duduk sini kamu!” suruh Margaretha tegas.

Jono menurut saja, dengan duduk manis di pinggiran kasur. Penisnya tegak mengacung, menggugah birahi Margaretha yang sudah tinggi sekali. Margaretha bersimpuh diantara dua kaki penjaga townhouse dan menangkap benda keras Jono dengan mulutnya. Ia hisap dengan rakus untuk beberapa detik. Barulah kemudian ia naik ke pangkuan Jono.

*Blesh. “Nghhh!” lenguh Margaretha. Kontol Jono menancap sepenuhnya dalam dirinya.

“Gila euy! Sudah sering dipake nih memek, tapi masih rapet aja! Beda ama cewek Chatmi”.

"Ya iya lah! Dirawat pake sabun mahal! Jangan samakan saya sama cewek-cewek murahan di luar sana!" sewot Margaretha.

"Hehehe…maaf Nci… Canda aja Nci". Jono cengengesan.

"Sudah kamu diem aja, dan nikmatin goyangan saya".

Kedua tangannya merangkul mesra leher pria itu. Dan pinggulnya mulai bergoyang pelan, sambil bercumbu dengan Jono. Pinggulnya meliuk-liuk dengan indahnya. Tangan Jono merayap ke arah dadanya. Payudaranya yang masih ditahan cup beha pun diremas kasar oleh penjaga town house itu.

“Hmphhh! Nghhh…” Margaretha mendesah tertahan karena remasan kuat Jono di dadanya.

“Pelan napa kalau remes” omelnya.

“Saya gemes ama teteknya Enci sih, hehehe…” cengir Jono, memperlihatkan gigi kuningnya.

Puas bergoyang pelan, kini Margaretha naik turun diatas pangkuan penjaga town housenya yang bertubuh kurus namun jantan. Sesuatu yang sudah sering ia lakukan.

*Plok Plok Plok Plok.

Pantatnya seksi yang beradu kuat dengan paha Jono yang hitam. Menciptakan suara yang megah dan seksi. Mulut Jono turut beraksi. Ia endus leher putih di depannya. Lidah terjulur keluar menjilati kulit halus Margaretha. Margaretha kelojotan dibuatnya.

“Bang Amoshhhh! Ella dapethhhhh…Ahhh!” erang gadis berkuncir dua itu. Dari sela-sela kemaluan mereka, cairan rembes keluar membasahi kasur tidur penjaga.

“Hak hak hak…Memek neng Ella muncrat lageh!” ledek Amos melihat cairan bening menetes deras.

Meski Ella sudah orgasme, bukan berarti Amos akan menghentikan genjotannya. Ia pun melanjutkan sodokan penis jumbonya di liang cinta Ella yang mungil.

"Bang! Ampun Bang! Ahhhh…" rengek Ella lalu mendesah.

Namun rengekan Ella tidak diindahkan oleh Amos, yang terus menghujamkan perkakas keras berurat yang perkasa miliknya ke memek muda Ella yang sempit dan mungil. "Tiada ampun untuk kau Nona!" geramnya.

“Ughhh! Ampunhhh Banghhhh…nggak ku-Ahhh! Ahhh! Ahhh!”. Kalimat Ella terputus begitu saja seiring sodokan Amis yang beranjak lancar.

Perlahan rasa nikmat persetubuhan kembali terasa lagi. Ella yang kesakitan sekaligus keenakan meremas kuat sprei kasur milik Amos. Hujaman pria bertato sangat dalam sampai mentok, menyentuh mulut rahim yang belum pernah dilewati bayi. Tapi sudah ribuan kali dilalui sperma kental nan panas dari banyak pria. Muda tua, kaya miskin, pria dari kalangan mana pun sudah menyetor benih ke rahim belia miliknya. Seandainya tidak ada obat anti-hamil dari Margaretha yang mujarab, gadis itu mungkin sudah hamil kesekian kalinya. Begitu juga dengan wanita-wanita yang ada di townhouse.

“Mau-mauhhh……Akhhhh! Bang Amoshh! Arghhh!".

Tubuh mungil Ella kembali bergetar hebat untuk kedua kalinya. Ia meraih orgasme kedua tidak lama setelah yang pertama. Mulutnya menganga dan matanya mendelik ke atas, menyisakan putih saja. Cairan bening mengalir deras dari kemaluannya yang masih tersumpal penuh. Bagian kasur tepat di bawah penyatuan kelamin mereka, sudah sangatlah becek dan lengket.

Tidak hanya Ella meraih klimaks, Margaretha juga melolong panjang karena diserbu orgasme. "Jonoohhhh! Ahhhhh!". Ia memeluk erat Jono yang cungkring. Tubuhnya bergetar seiring orgasmenya yang menghantam tubuh sintalnya. Cairannya vaginanya tumpah ruah, membasahi selangkangan Jono, pinggiran kasur, hingga menetes sedikit ke lantai kamar.

"Hehehe…Enci sudah muncrat-muncrat enak aja nih. Saya belum muncrat nih…". Jono terkekeh, berhasil mempecundangi majikannya.

"Kontol mu enak sih! Nggak salah saya hire kamu" puji Margaretha. Seperti ungkapan terima kasih tadi, ia kembali mencium bibir hitam Jono dengan mesra. (*Mempekerjakan)

"Wuih?! Sudah rame aja disini. Aku nimbrung dong!" seru sosok pemuda dengan lantang.

Sontak empat insan yang sedang mabuk birahi itu menoleh ke asal suara. Dilihatnya oleh mereka, Azhar, pemuda yang berpakain koko dan sarung, serta peci hitam di kepalanya, berada di depan pintu kamar pos.

"Azhar? Kenapa kamu kesini? Kan suami Enci lagi main ke rumah kamu" tanya Margaretha bertubi-tubi seraya menarik diri dari pangkuan Jono.

Kemaluan legitnya melepaskan batang penis yang lengket namun masih keras bak batu. Jono pun mendengus kesal karena sesi persetubuhan mereka terganggu. Padahal ia masih menikmati wanita chinese itu.

"Iya nih Ci, lagi gituan sama Ummi, kakak, dan adik ku. Tapi aku nya nggak boleh ikutan sama Koh Felix-nya" lesu Azhar menjelaskan.

"Eh?! Kok gituuuu…". Margaretha tidak menyangka suaminya akan bersikap seperti itu.

"Katanya lagi pengen nikmatin sendiri aja. Terus aku disuruh kesini deh. Katanya Ci Mar ada disini" jelasnya.

Mendengar penuturan Azhar, Margaretha paham dengan maksud suaminya. "Hihihi…berarti kamu tukar guling sama Koh Felix ya?”.

Azhar mengangguk, membenarkan ucapan Margaretha yang mengerti niat Felix.

“Maafin suami Enci ya sayang. Sini kamu puas-puasin aja sama Enci ya…". Margaretha letakkan tangan pemuda itu di dadanya empuk walau sudah berumur.

Tentu Azhar langsung memijat lembut gundukan kenyal itu. Dirasakan kelembutannya. Walau tidak sebesar milik Umminya, yang juga sedang ada susunya. Toket tetaplah toket pikirnya. Lalu satu tangannya merayap ke belakang tubuh Margaretha, dan meremas pantatnya. Dengan tubuhnya kini menempel erat dengan wanita yang lebih tua, digerayangi lah Margaretha.

"Yahhhh…Ci, terus saya gimana? Belum apa-apa nih…" protes Jono.

"Kamu sama Ella dulu gih…" suruh Margaretha tanpa menoleh.

Jono mendengus kesal tertahan, tapi mau tidak mau nurut kepada bos nya. Padahal ia masih ingin tubuh wanita chinese itu. Lebih baik daripada tidak sama sekali pikirnya.

Margaretha membalas dengan meraba-raba selangkangan Azhar dari luar sarung. Ujung jarinya menyentuh sesuatu yang keras. Dan langsung merabanya. Terasa denyutan kuat dari benda keras itu dibalik sarung Azhar.

"Hmmm…sudah ada yang ngaceng nihhh…" godanya dengan senyuman binal.

"Ci Mar hot banget sihhhh…Azhar kan jadi nafsuuhhhh…" jujur Azhar.

"Nih lihat aja Ci".

Azhar menarik ke atas sarungnya. Penis mudanya yang sudah ereksi penuh terpampang bebas. Margaretha pun menyambarnya dan mengurutnya keatas perlahan dengan gerakan sensual. Sentuhan di batangnya membuat Azhar terperanjat. Ia mendesis tertahan karena rasa gelian yang bercampur dengan rasa enak.

Lalu Margaretha dengan perlahan gerakan pelan menggoda, merendahkan tubuhnya. Matanya tidak pernah lepas dari mata Azhar. Pemuda itu pun bergidik, bersamaan menelan ludah dalam-dalam. Kini kepala Margaretha sejajar dengan penis Azhar yang disunat. Urat-urat kelakian sudah bertonjolan menunjukan tajinya. Siap menggaruk lubang kenikmatan. Ia menggigit bibirnya sendiri, tak tahan untuk menelannya penis indah Azhar bulat-bulat.

"Hmmmm…kontol yang bagus….".

"Kamu dari Puncak kan?" tanyanya sambil membelainya lembut kejantanan anak ustazah.

"I-iyahh Ciii…Ohhhh…Ahhhh!". Azhar terbata-bata karena rasa enak di kemaluannya.

"Kontol kamu ini sudah ngentotin berapa cewek kemarin?".

"Lu-lupaa Cihhh….banyak banget pokoknya dehhh…Akhhhh! Kocokannya enak banget!".

Margaretha menggoda Azhar dengan memainkan kepala penisnya dengan jempol. Cairan bening di ujung ia oleskan ke seluruh kepalanya. Azhar sampai menggigil geli. “Cuphhh…”. Margaretha kecup mesra kepala penis Azhar yang sudah lengket karena cairan alaminya yang melimpah keluar.

"Nghhh! Cihhh…Aku pengen entotin Ci Mar!" seru Azhar tidak tahan.

Margaretha terkekeh kecil dengan kemauan remaja 18 tahun ini. Dia pun menginginkan hal yang sama. Tapi ia ingin nikmati batang mudanya dengan mulutnya terlebih dahulu. Sambil terus menatap Azhar, lidahnya terjulur keluar. Ujung lidahnya ia letakkan di lubang kecil penis Azhar. Perlahan lidahnya naik turun, mengusap cairan bening. Lubang kencing itu terus memuntahkan cairan bening, membasahi lidah Margaretha yang menari disana. Lidahnya mengais cairan itu, lalu dibawa ke mulutnya. Lalu menelannya.

“Cihhhh….”. Geli dan enak bercampur jadi satu, dirasakan diseluruh saraf Azhar.

“Hmm…enak Zar…Enci jadi pengen peju muda kamu” katanya vulgar.

Margaretha membuka mulutnya lebar-lebar. Lalu melahap habis kepala penis Azhar, yang kemudian ia emut nikmat.

“Hmmm…Slurphh…Slurphh…Cuph…Slurphh…”.

Sepasang mata Azhar membulat saat melihat moncong penisnya yang cukup besar hilang di dalam mulut tetangganya. Hangat dan basah dirasakan oleh kulit penisnya. "Okhhhh! Gilahhhh! Cihhhh…" racau pemuda bersarung itu.

Dengan bertumpukan kepada kaki Azhar, Margaretha lancar menyelomoti batang penis putra Ustadzah Kartika. Milik Azhar memang besar untuk anak seumurnya. Tapi masih lebih besar milik Thomas, anak bungsunya yang seumuran dengannya. Selain itu Margaretha sudah terbiasa dengan milik Amos. Serta milik suaminya sendiri yang sedikit lebih kecil dibandingkan Amos. Jadi bagi Margaretha, menghisap milik Azhar bukan hal yang sulit. Malahan membuatnya bisa menikmati sepenuhnya tanpa mengalami kesusahan.

"Ah! Ah! Ah! Mang Jono! Enakhhhh! Ah! Ah!" desah Ella terputus-putus karena genjotan Jono.

Kembali ke si gadis muda yang, sudah terlonjak-lonjak liar di atas tubuh Jono. Tadi saat Margaretha menyuruhnya untuk menyetubuhi Ella, Jono tanpa buang waktu lagi, langsung menarik gadis yang habis orgasme karena genjotan Amos, untuk menungganginya.

Ella hanya bisa pasrah, dan secara sukarela, mengarahkan kontol Jono yang berlumuran lendir cinta Margaretha ke lubang cintanya yang masih sensitif sehabis orgasme dahsyat dari sodokan kejantanan Amos.

Sambil digenjot dari bawah, tangan mungilnya menggenggam erat kontol Amos yang ada di samping kepalanya. Sayangnya bagi Amos, Ella tidak bisa menghisapnya karena gempuran brutal kontol Jono dari bawah. Jadilah Amos hanya bisa menikmati kocokan tangan yang lembut tapi tidak teratur. Setidaknya ia bisa mainkan payudara mungil tapi tetap kenyal. Ditariknya juga puting susu Ella yang sudah keras.

"Nghhh! Manghhhh!". Ia lepaskan pegangannya di kontol Amos, dan bertumpu ke dada bidang Jono yang hitam. Pantat mungilnya naik turun cepat di atas selangkangan. Mengejar kenikmatan nya sendiri. Jono tinggal berdiam diri, menikmatinya.

*Plok Plok Plok Plok.

"Goyang terus neng!" kekeh Jono melihat Ella yang mengejar kenikmatan dengan kontolnya. Mimpi apa dia bisa melihat gadis secantik Ella yang juga kaya bisa ia setubuhi sepuas mungkin.

Azhar yang melihat bersetubuh di sebelahnya juga menjadi kepingin untuk segera menyetubuhi Margaretha. “Ci sudahhh…Aku pengen ngentot sekarang” pintanya.

Margaretha yang juga pengen lantas menyudahi blowjobnya. Seperti pemuda itu, nafsunya juga sudah di ubun-ubun. Ia pandangi sesaat penis Azhar yang terselimuti liurnya. Sudah keras maksimal, siap untuk memuaskan dirinya.

"Enci juga sudah pengen sayang, yuk". Azhar pun merespon dengan girangan semangat. Ia ingin membalas Felix yang sedang menggarap keluarganya di rumahnya sendiri.

Margaretha naik kembali ke kasur yang barusan dipakainya bersama Jono tadi. Di atasnya bentangkan lebar kaki-kaki jenjangnya yang indah. Sehingga mahkota kewanitaannya di antara kakinya terpampang. Kemaluannya putih dengan bibir pink agak gelap menggoda nafsu sang pemuda berkontol besar dan keras itu. Lagi-lagi Azhar pun menenggak ludahnya.

"Sini Zar, entotin memek Enci" panggil Margaretha sensual.

Azhar hampiri wanita Chinese itu tanpa melepaskan sarungnya. Hanya ia lipatkan di pinggangnya. Peci hitam pun masih setia di kepalanya. Kostum yang biasa digunakan ibadah malah dipakainya untuk melakukan zinah dengan wanita yang tidak seiman dengannya. Dengan nafsu yang sudah tinggi, ia posisikan dirinya di tengah-tengah kaki tetangganya. Sebentar ia kagumi kemaluan yang akan ia coblos dengan paku kerasnya.

"Memek Enci cantik! Indah sekali…" pujinya romantis sambil membelai lembut bibir vagina Margaretha.

"Duhhh…makasih sayang, kontol kamu juga ganteng" balas Margaretha senang.

Senang rasanya kala sesosok pria yang terpaut jauh umur dengannya, memuji kemaluannya. Ia terus perhatikan wajah putra Ustadzah Kartika yang masih terhipnotis kemaluannya. Terlintas sebuah ide nakal dalam benaknya untuk menggoda Azhar. Ia ingin si ABG lebih garang untuk menyenggamainya.

"Nghhh…ohhh…Pasti kamu tahu kalau…" ucapnya Margaretha ditengah belaian Azhar. Ia sengaja tidak meneruskan kalimatnya.

"Kalau apa Ci?" tanya Azhar penasaran sambil terus menusuk-nusuk kecil kemaluan Margaretha dengan ujung jarinya.

"Kalau sekarang...suami Enci pasti lagi ngentotin Ummi kamu. Sampe Ummi kamu desah-desah keenakan karena dientotin kontol berkulup…" godanya memanas-manasi hati si pemuda.

Azhar tanpa bisa melawan malah membayangkan ucapan pancingan Margaretha. Terbayang tempat ia lahir dulu di genjot penis tidak disunat Felix. Membuatnya dirinya menggeram kesal sendiri. "Ughhh! Ummihhh….". Wajahnya memerah, penuh amarah tinggi.

Margaretha menahan tawanya, dan kembali mencoba membuat putra Ustadzah Kartika ini cemburu. “Terus kakak dan kembaranmu yang cantik juga dipuasin sama kontol gede nggak disunat punya suami Enci yang perkasa itu…”.

Meski sudah sering melihat pria-pria lain merasakan tubuh ibu serta kakak dan adiknya, tetap saja membuat ia panas. Panas di hati dan panas di selangkangan. Terlebih lagi saat ini yang menyetubuhi mereka adalah seorang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Bara api dalam dari semakin tersulut.

“Ciiiii! Sudahhhh…” raung Azhar cemburu.

Margaretha senang melihat pemuda bersarung itu termakan kata-kata panasnya. Terlihat raut amarah dan nafsu dari wajah Azhar.

"Balas suami Enci Zar! Entot Ci Mar sepuas kamu! Entot Enci sekarang!”.

Putra Ustadzah Kartika yang sudah terpantik nafsu cemburu yang hebat, segera mengarahkan kepala penisnya ke celah sempit yang sudah basah. Didorongnya penis masuk ke celah penuh kenikmatan itu. Margaretha dan Azhar pun spontan melenguh bersamaan saat kemaluan mereka bertemu menjadi satu. Pusaka putra Ustadzah Kartika itu mentok menyentuh mulut rahim.

“Ughhh! Dalam banget Zarrrhhh…” erang Margaretha.

"Memek Enci enak banget!" erangnya memuji. Hangat dan basah menyelimuti penis mudanya. Rasanya nyaman dan nikmat. Terlebih lagi rasa empotan yang memijat batangnya nikmat.

"Genjot Enci Zar! Lampiaskan semuanya! Urghh! Ahhhh!".

“Arhhhh! Rasakan kontol ku Cihhhh….” erang Azhar membabi buta menghantam liang peranakanan Margaretha dengan benda tumpulnya. Terluapakan semua rasa amarah dan cemburunya ke istri yang suaminya sedang menggauli Ummi nya serta kakak dan adiknya di rumahnya sendiri. Tanpa hentinya bayangan penis berkulup memuaskan ketiga wanita yang paling ia cintai tercetak jelas di benaknya. Bayangan tersebut bagai bensin untuk bahan bakar kejantanannya. Membuat pinggulnya mengayun cepat dan penuh tenaga.

*Plok Plok Plok Plok Plok.

Margaretha rasakan ganasnya genjotan Azhar. Penuh tenaga dan penuh amarah. Memberikan wanita paruh baya itu kenikmatan duniawi yang dahsyat. "Okhhh! Terus Azharrr! Ahhh! Genjotan kamu hebat! Ahhh!”.

“Pastihhh…ohhhh….suami Enci lagi nyusu sama Ummihhh kamu Zar…” ujar Margaretha di tengah desahannya.

Ia melepaskan beha nya, dan membuangnya ke sembarang arah. Mata Azhar langsung tertuju ke bongkahan kenyal yang porak-poranda di dada Margaretha karena pompaan penis nya kuat dan cepat.

“Isep toket Enci Zar!" pinta Margaretha.

Tanpa diminta lagi, pemuda itu menindih tubuh sekel Margaretha. Mulutnya melahap bulat-bulat ujung payudara Margaretha. Ia sedot dengan hisapan kuat, membuat Margaretha meringis agak sakit, juga keenakan. Lidah Azhar terus menyentil-nyentil nakal puting susu tetangganya. Sayang tidak mengeluarkan susu seperti Umminya pikirnya.

“Punya Enci legit banget!” ujar Azhar kala menyudahi hisapanya di payudara lembut Margaretha. Tanpa ada jeda, liang peranakan Margaretha yang sudah 3 kali menghasilkan bayi yang sehat, dihantam kenikmatan oleh batang penis muda milk Azhar.
"Terus Zar! Entotan kamu enakhhh…Cicihh mau sampehhhh…" lolong panjang Margaretha.

Kalimat yang meluncur dari mulut wanita cantik itu membuat Azhar bertambah semangat. Sebuah kebanggaan baginya berhasil menaklukan wanita seperti Margaretha. Wanita yang anggun dan seksi.

Beberapa saat kemudian Margaretha mendapatkan orgasme yang dahsyat. Tubuhnya menggelegar hebat diterpa badai kenikmatan. Harus diakuinya pemuda yang belum mengenal seks sejak lama seperti anak-anaknya sendiri ini mampu mengantarkannya ke puncak seksual. Pemuda yang berbakat sebagai pemuas wanita pikirnya.

“Huffff…kamu tambah jago sayang” pujinya sambil mengelus wajah ganteng Azhar.

“Hehehe…kan Enci juga yang ngajarin….”.

“Tapi aku belum keluar Enci…”.

“Ci Mar juga belum puas sama kontol kamu sayang…hihihi…” balas Margaretha.

Azhar sumringah mendengarnya. Seorang wanita dewasa yang cantik dan anggun ketagihan dengan batang mudanya. Semakin jumawa dibuatnya. “Sekarang dari belakang ya Ci, pengen sambil megang pantat…hehehe…” pintanya setelah mencabut penisnya.

Margaretha tersenyum manis lalu merubah posisinya menjadi merangkak di atas kasur. Pantat kenyalnya langsung disambar oleh Azhar. Dimainkan sesaat olehnya. Baru akhirnya ia mengantarkan benda tumpulnya kembali ke salah satu tempat favoritnya. Vagina Margaretha.

*Sleb. “Ohhhhh….”.

Keduanya lagi-lagi melenguh saat kelamin mereka bersatu lagi. Sambil berpegangan kepada pinggul Margaretha, Azhar memompa penisnya dengan irama yang mantap. Lagi-lagi pintu rahim Margaretha dihantam dengan benda tumpul milik Azhar.

“Ahhh! Ngentot! Ngentot memang enakkkh!” racau Azhar yang menyukai berzinah. Karena kenikmatan yang ia rasakan, larangan agamanya pun tidak lagi diindahkan olehnya. Kenikmatan duniawi di atas segalanya.

“Ini salah satu memek yang paling enak aku rasain! Ahhh!” ocehnya.

Gempuran penis Azhar di gua kenikmatannya begitu nikmat sekali bagi Margaretha. Ia pun membalas memaju mundurkan tubuhnya, menjemput sodokan si pemuda berpeci hitam.
Di samping mereka, pasangan seks bertiga juga tidak kalah hebohnya. Posisi bersenggama si gadis kuncir dua sudah berubah lagi. Ia disetubuhi dari arah depan dan belakang.

“Hmphhh! Nghhh….”. Ia tidak mendesah sesuka hati karena mulutnya penuh dengan kepala penis Jono. Sedangkan di belakangnya, Amos memompa dirinya dengan buas. Sampai membuatnya terlonjak-lonjak.

Ella begitu kepayahan menghadapi genjotan kedua pria itu. Orgasme pun kembali menyerang dalam waktu singkat. Sudah tidak terhitung berapa kali vagina mungilnya muncrat enak. Penis Jono terlepas dari jepitan bibir Ella. “Nggah kuuathhhh…keluar-keluarhhh…. lagihhhh…ohhhh…lagihhhh….” desah Ella panjang.

Amos mencabut penis besarnya yang masih perkasa. Ella pun ambruk lemas di atas kasur. Tubuhnya tersentak-sentak karena sisa-sisa gelitikan kenikmatan yang menyengat. Tubuhnya sudah banjir dengan keringat yang terus mengucur tanpa hentinya.

“Yahhh..Nona payah sekali! Abang belum muncrat Nih!” ujar Amos seraya memainkan penisnya yang basah dan lengket setelah berkali-kali disiram cairan kenikmatan Ella.

“Capek ya Neng?” tanya Jono penuh perhatian.

“Hemm…” gumam Ella tidak bisa berkata-kata lagi.

“Tapi Mang Jono ama Bang Amos belum puas nih…”.

“Aku sudah nggak kuat Mang….” ibanya.

Meski merasa kasihan, rasa nafsu mengalahkan segalanya. Jono mendudukan Ella dengan paksa, dan memeluknya dari belakang. Ella bersandar di tubuh hitam Jono yang tidak terawat. Tubuhnya pun digerayangi oleh sepasang telapak tangan yang dekil. Mencoba untuk merangsangnya lagi. Satu tangan Jono menyelinap ke selangkangan Ella, dibelainya celah basah yang sudah ia nikmati tadi. Sekarang ia ingin lagi.

Amos pun tidak ketinggalan temannya. Berhadapan-hadapan dengan Ella, ia menyasar sepasang payudara kecil tapi tetap menonjol. Dimainkan benda kenyal itu serta memainkan puting-putingnya. Sudah kelelahan dihantam orgasme berkali-kali, ia hanya bisa pasrah dengan perlakuan para penjaga townhouse kepadanya. Bau keringat yang menyengat para penjaga menusuk hidungnya, tapi tidak masalah untuknya.

“Hmmm….Ahhhh! Su-sudahhh…Nghhh!”. Lambat laun Ella menjadi terangsang lagi. Lenguhan-lenguhan kecil pun terlepas tanpa bisa ditahan lagi olehnya.

Kembali ke pasangan yang berbeda iman. Azhar sudah hampir diambang batasnya. Genjotan penisnya mulai tidak beratur. Margaretha pun sadar akan hal itu. Dirinya sendiri akan segera orgasme lagi di tangan putra Ustadzah Kartika.

“Azharrrrhhh….Encihhh…mau dapet lagi! Kencengin Zar” erang Margaretha.

“Sama Cihhhhh…nghhh!”. Azhar membombardir tanpa pantang berhenti.

“Terus sayang! Keluarin di memek Enci yahhh…pengen rasain peju kamuhhh…di memekhhh….ahhhh!” pintanya.

“Okhhhh! Aku muncratthhh…Terima pejuku Cihhhh….”.

Dari lubang kecil di ujung penis Azhar, keluarlah cairan kental nan panas dengan derasnya. Margaretha pun mendapatkan orgasmenya. “Ahhhhh…Azharrr!”.

Sebanyak enam kali semprotan sperma muda Azhar keluar dari ujung penisnya. Sampai memenuhi liang peranakan Margaretha. Puas rasanya telah membalas Felix dengan menumpahkan benih-benih di vagina istrinya.

Rahimnya terisi cairan hangat, membuat Margaretha merasakan penuh dan nyaman. “Memek Encih penuh sama peju kamu! Enak banget rasanya….”.

Setelah tidak ada lagi yang keluar dari lubang kencingnya, Azhar mencabut penisnya. Penis coklat mudanya berlumuran sperma dan lendir cinta Margaretha. Margaretha membalikan badannya, meraih penis Azhar dan mengulumnya rakus. Membersihkannya tanpa jijik. Menelan semua cairan cinta mereka yang tersemat di batang penis Azhar.

Sambil terus mengulum, jari-jarinya mengorek-ngorek liang cintanya yang habis disemprot sperma muda. Kemudian ia hisap jarinya yang terbalur cairan putih. ‘Hmmm…tambah bikin awet muda’ batinnya.

Selagi penisnya dibersihkan, Azhar memandangi Ella yang dimesumin Jono dan Amos. Melihat tubuh putih mulus Ella yang kontras dengan tubuh hitam mereka, membuat Azhar kembali bergairah. Penis mudanya bereaksi, menunjukan kehidupan baru. Margaretha yang sedang mengulum, menyadari penis Azhar yang kembali tegang di dalam mulutnya. Aliran darah telah kembali memenuhi batang penis Azhar.

"Hmmm? Puahhh….Kok kamu keras lagi, kan baru aja pejuin memek Enci?" tanya Margaretha heran setelah mengeluarkan penis Azhar dari mulutnya dan mengurutnya lembut.

“Sange liat Ella Ci…” jujur Azhar.

Margaretha pun menengok ke arah Ella, dan mendapati Jono yang sedang membelai permukaan vagina yang basah dan merah. Dan Amos yang sedang menghisap puting susu Ella. Anak Ernie itu merintih ditengah belaian tangan kasar Jono. Wajahnya sudah merah sekali pikirnya.

“Kamu mau sama Ella ya?” tanya Margaretha sambil terus mengelus batang berurat Azhar.

Azhar mengangguk, pertanda iya. Setelah bermain sama Margaretha yang jauh lebih berumur ketimbang dirinya, kini ia ingin ngentot sama yang seumurannya.

“Padahal abis muncrat, tapi langsung pengen lagi. Dasar anak muda, sana entot anaknya tante Ernie…”. Margaretha lepaskan penis muda Azhar yang sudah tegang.

Menyadari penis para penjaga townhouse masih ereksi, wanita chinese itu pun menginginkannya di kedua lubangnya. "Amos, Jono kalian belum keluar kan?”.

Keduanya pun menjawab dengan mengangguk bersamaan. Mereka berharap majikan mereka mau menuntaskan birahi mereka yang tanggung karena lawan main mereka sudah tidak sanggup melawan keperkasaan mereka.

“Sini saya mau kontol kalian sekarang!" suruh Margaretha.

Amos dan Jono riang gembira dipanggil oleh Margaretha. Amos hentikan memainkan susu mungil Ella, dan segera menghampiri Margaretha yang masih terbaring di kasur. Jono turut segera menyusul setelah menyingkirkan Ella dari tubuhnya. Gadis itu rebahan di atas kasur.

“Kita tukeran yang Bang, Mang” izin Azhar saat berpapasan dengan para penjaga townhouse

“Siap mas” balas mereka. Azhar bertukar kasur dengan Jono dan Amos.

Margaretha dudukan dirinya di pinggiran kasur, lalu meraih kontol Amos dan Jono yang disodorkan kepadanya. Kemudian mengulumnya bergantian dengan ganas, sampai keduanya kelojotan.

Azhar yang berdiri di sisi kasur, amati teman sebayanya yang telentang dengan lemahnya. Berbeda dengan tubuh kembarannya yang lebih tinggi dan montok berisi, serta payudara yang besar. Tubuh Ella terbilang mungil serta payudara yang juga mungil, tapi tidak rata. Ditambah lagi organ intim bersih tanpa bulu. Dengan tubuh seperti itu, terkadang membuat Ella dianggap masih anak SMP oleh banyak orang. Tapi tetap saja membuat nafsu banyak orang.

"Ellaaa…." panggil Azhar ke temannya yang akan menjadi sasaran baru penisnya.

Dipanggil namanya, Ella membuka matanya. Tahu-tahu sebuah penis warna coklat muda yang berlendir setengah tegang sudah berada di depan wajah imutnya. Ia mengerti maksudnya dari Azhar. "Gw sudah capek banget Zhar" tolaknya.

“Yahhh…Gw pengen ngentotin elu La….” mohon Azhar.

"Please Zarrrr….Gw dari tadi sudah digarap Bang Amos dan Mang Jono…capekhhh…".

“Kan elu tahu sendiri gimana mereka kalau main….” ujarnya lagi memberi alasan.

Azher sejatinya tahu kalau para penjaga townhouse, selain memiliki perkakas yang luar biasa tapi juga sangat berstamina dan perkasa. Hanya sedikit wanita yang bisa menghadapi keduanya sekaligus. Tapi ia sudah tidak peduli dengan penolakan Ella. Ia ingin melampiaskan hasratnya sekarang juga. Lantas ia naik ke kasur, dan langsung menindih tubuh Ella. Mulutnya langsung bersemayam di lehernya. Telapak tangan nya langsung membelai kulit Ella yang sudah lengket karena peluh.

“Ishhhh! Akhhh!” desah Ella kegelian karena serangan Azhar yang bertubi-tubi.

Terus saja Azhar memainkan nafsu Ella. Berselang kemudian barulah ia hentikan perbuatannya di leher Ella, dan menatap mata sayunya dalam-dalam. Ella sempat kikuk dipandangi Azhar.

“Paan sih lu Zar?!”.

"Elu itu cantik La…" puji Azhar sembari mengusap lembut pipi lawan mainnya.

"Ihhhh…Elu tuh ya Zar, Gombal banget sih jadi orang!" gedek Ella yang aslinya tersipu malu.

“Dasar cowok jelek!” ledeknya untuk menutupi rasa malunya.

"Hihihi…Azhar memang anaknya romantis sihhhh…" timpal Margaretha di tengah-tengah hisapanya.

“Nanti kalau kembaran elu denger, gw yang dilabrak tahu!” omel Ella.

“Lu tahu sendiri kan…”.

Azizah memang memiliki perasaan terhadap kembarannya. Melebihi perasaan sekedar saudara. Dan Azhar juga memiliki perasaan yang sama. Namun walau mereka sudah tenggelam dalam dunia hitam penuh kenikmatan terlarang, Azizah paling tidak suka kalau kembaranya menggoda wanita seumuran mereka. Baginya kembarannya ada segalanya, cintanya dan pejantannya. Ia rela berbagi kontol kembarannya, tapi tidak cintanya.

“Tenang aja, dia nggak bakal denger La…Tapi sumpah demi Allah, lu memang cantik La…”.

“Imut-imut cantik gitu La” tambahnya.

“Hahhh…”. Ella pura-pura mendengus pasrah. Aslinya hati kecilnya berbunga-bunga. Menurutnya Azhar adalah pria yang tampan. Terlebih lagi saat ini dia tidak punya pacar. Agak susah untuk mencari pasangan yang bisa ikutan dalam dunianya yang penuh seks dan kenikmatan yang tidak ada batas. Ditambah tidak mungkin untuk memiliki hubungan khusus dengan Azhar. “Au dah, serah elu aja deh Zar…”.

“Heheheh…kalau terserah gw, kita ngentot ya La…”.

“Iye-iye, tapi elu yang gerak ya…”.

“Iya La, tenang aja. Elu tinggal nikmatin sodokan kontol gw” ujar Azhar sambil membuka kedua kaki Ella lebar-lebar.

Namun saat ia hendak mengarahkan penisnya ke pangkal selangkangan, Ella menghentikannya. Ella tampak menggelengkan kepalanya. Azhar pun menjadi tertegun bingung. Padahal gadis muda itu sudah memberikan sinyal untuk melakukan seks dengannya.

“Kenapa La?” tanya Azhar heran.

“Katanya mau gituan ama gw….”.

“Mau Zar. Tapi gw lagi pengen dientot sambil dipeluk dari belakang…” pinta Ella pelan.

“Ohhhh…”.

Azhar pun mengerti berpindah menjadi disamping Ella. Ia lalu memiringkan tubuh Ella dan memeluknya dari belakang. Tubuhnya yang lebih kecil membuat seperti Azhar sedang memeluk anak kecil. Diangkatnya satu kaki Ella, dan ia menyelipkan penisnya masuk ke vagina Ella yang sudah bengkak dan memerah karena ulah para sekuriti.

“Aduh! Okhhh! Pelan aja Zar…memek gw masih ngiluhhh…” erang Ella saat batang penis yang keras mengisi liang cintanya lagi. Walau tidak sebesar milik Amos dan Jono, milik Azhar tetap saja besar untuk vaginanya yang mungil.

Azhar mengerti keadaan Ella yang sudah kelimpungan sejak tadi. Lantas ia hanya mengayun pelan pinggulnya. Batang penis yang berurat menggesek lembut dinding vagina Ella. Mulutnya dan tangannya tidak tinggal diam. Ia kecupi tengkuk Ella serta memainkan payudara mungil. Puting susu Ella kembali dimanjakan hingga mengeras kembali. Membuatnya keenakan lagi, siap untuk disetubuhi lagi.

“Nghhh! Ko-kontol elu masih keras banget sihhhh…kan sudah muncrat tadi?”. Ella heran.

"Elu nafsuin sih! Eh, enak mana sama punya abang lu?" tanya Azhar sembari terus bergerak pelan.

"Sama-sama enak pokoknya! Cepet genjot kontol elu ah!" hardik Ella tak sabar.

Senyuman Azhar mengembang mendengarnya. Ternyata Ella sudah panas kembali. Ia pun mulai menyetubuhi Ella sambil memeluknya mesra dari belakang. Sambil tidak henti-hentinya, menciumi dan menjilati nya leher Ella.

*Plok Plok Plok Plok. “Okhhh! Zar! Zar! Gilahhhhh….”.

“Zarrrr…terus entot gw….kontol elu enak bingithhhh…” racau Ella.

“Baring kamu Jon” suruh Margaretha setelah puas menghisap penis Amos dan Jono.

Jono pun menurut, dan segera membaringkan badannya di atas kasur. Penisnya pun menjulang tinggi ke atas, seperti monumen yang gagah penuh keperkasaan.

“Yah saya lah Ci…Jono mulu dari tadi, saya belum ngentotin Encih nih…” protes Amos meminta giliran.

Namun Margaretha tidak bergeming dengan keluhan Amos. Yang ada malah kembali menyelomoti batang Jono untuk sesaat. Barulah ia naik ke atas tubuh sekuriti yang cungkring itu, dan memasukan penis Jono ke vaginanya sampai amblas mentok. Lalu ia rebahkan tubuhnya ke tubuh Jono, sampai payudaranya menggencet dada bidang Jono. Kemudian ia arahkan kedua tangannya ke belakang untuk membuka kedua pipi pantatnya. Hingga lubang keriput yang kembang kempis terpampang di depan Amos.

Amos terpana melihatnya. Ternyata majikannya menginginkan double penetration. Laksana mendapatkan durian runtuh, ia mendapatkan lubang anus Margaretha. “Wahhhh…mau dobel nih Ci?”.

“Iyahhh….Mos. Buruan, masukin pentungan jumbo kamu ke pantat saya!” suruh Margaretha tak sabar.

“Ok bos! Ini baru namanya mantap!” seru Amos.

Amos genggam penis besar beruratnya, dan meludahinya banyak-banyak. Kemudian mengusapnya ke seluruh kulit penisnya. Tidak lupa diludahinya lubang anus Margaretha. Butuh ekstra bantuan untuk meng-anal perempuan dengan penisnya yang berukuran besar. Dirasanya cukup, ia tempelkan ujung penisnya ke anus Margaretha. Lalu ia mendorongnya masuk dengan paksa.

“Sempit kali Cihhh!” erang Amos kesusahan.

“Ughhhh!”. Margaretha menggeram saat anusnya menerima desakan benda tumpul.

Amos kesusahan saat mencoba masuk ke anus Margaretha. Tapi tetap terus mendorong penisnya. Dengan sedikit tenaga, kepala penis berhasil menembus cincin anus. Margaretha melolong panjang.

“Kontol kamu gede Moshhh….”. Dan Amos dorong sisa penis masuk ke lubang pembuangan Margaretha.

“Oghhhh! Ya tuhannn…Nghhhh!”.

Margaretha mengernyit menahan sakit. Tetap saja susah meski sudah sering di anal oleh banyak pria. Apalagi yang masuk adalah penis Amos yang jumbonya. Punya suaminya tidak sesulit seperti ini. Penis Amos yang terus membuka liang pembuangan selebar mungkin.

*Plok. Bunyi saat panggul hitam Amos menabrak pantat putih Margaretha. Ia berhasil tanamkan penis jumbonya sepenuhnya.

Margaretha pun merasa penuh di liang vaginanya dan liang pantatnya. Dirasakan denyutan-denyutan kuat di kedua lubangnya yang berasa dari batang penis kedua sekuriti. Amos dan Jono pun turut merasakan penis mereka dicengkram kuat oleh lubang-lubang kenikmatan bos mereka. Jono mencium sekujur tubuh Margaretha untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan wanita itu. Tangannya terus meremas tubuh Margaretha.

“Diem! Kalian diem dulu!” perintah Margaretha untuk membiasakan diri.

“Ketat kali pantat mu Ci bos! Kontol saya kayak dicekik!” kata Amos.

“Memeknya juga jadi sempit kali bang” timpal Jono

Selang kemudian saat ia sudah terbiasa dengan ada dua batang penis di dalam dirinya, barulah Margaretha perintahkan keduanya untuk mulai menggerakan penis mereka di kedua lubangnya. Ia pun langsung mengerang membahana saat dua batang penis bergerak bersamaan di kedua lubang cintanya. “Ohhhh!”.

*Plok Plok Plok Plok Plok.

“Bangsat! Pantat Enci sempit kali!” hardik Amos. *Plak. Margaretha melenguh. Ditamparnya pantat putihnya sampai merah oleh Amos.

“Oghhhh! Puasin Saya! Fuck Meeee! Ahhhhh!”. Ekspresi di wajah Margaretha silih berganti.

“Iya Ciii!” seru Jono.

Kedua penjaga townhouse itu berkerja sama memuaskan majikan mereka yang beretnis chinese itu. Penis mereka bergerak bak piston mesin.

“Zarrr…gw mau dapet! Ahhhh! Cepetinhhhh…Akkhhh!”.

Azhar pun menjawab Ella dengan sodokan lebih cepat. Tangannya juga menyelinap ke selangkangan Ella. Dan mengusap permukaan vagina Ella yang mulus tanpa bulu. Dengan jari-jarinya, ia jepit biji kecil keras yang mencuat. Pemiliknya pun terpekik. Ella semakin tidak karuan-karuan saat klitorisnya dimainkan oleh Azhar.

“Aghhhh! Gila lu Zar! Klit gwwhhh….Oghhhhh! Ngentot lu! Ngentothhh…”.

Dalam dekapan Azhar, Ella mendapatkan klimaksnya. Untuk sekali lagi, vagina mungil menyemprotkan cairan bening. Penis yang bersemayam di liang vaginanya pun diguyur cairan hangat.

Penuh pengertian, untuk sesaat Azhar hentikan ayunan pinggulnya. Membiarkan Ella si mungil menikmati puncak seksualnya. Dalam pelukannya, ia menahan tubuh Ella yang menggigil karena setruman kenikmatan di seluruh sarafnya.

Kala fase orgasme sudah mereda, si gadis menoleh ke belakang. Tatapannya sudah hampir kosong karena kelelahan yang brutal. “Zar gw sudah nggak kuat. Udahan ya….” lirih Ella.

Azhar menjadi tidak tega juga. Untungnya ia hampir di ujung batas juga. “Gw sebentar lagi La. Sepong gw aja sampe muncrat ya La…” tawarnya.

Ella yang masih menoleh ke Azhar, mengangguk dengan pelan, memberikan jawaban. Ia sudah lelah sekali, tapi ia tetap harus menuntaskan hasrat pria yang telah memuaskannya. Azhar pun mencabutnya penis. Dan segera berdiri di samping kasur, lalu mengurut kemaluannya yang sudah membengkak hebat. Seperti sudah mau meledak.

Dengan sisa tenaga yang ada, Ella bersimpuh dan langsung mencaplok batang penis tetangganya. Ia menghisap dengan buas. Lidahnya menjilati setiap jengkal kulit penis Azhar. Telapak tangannya yang halus turut mengurut batang penis yang tidak masuk ke mulutnya.

“Hmmm! Ahhhh!”. Azhar mendesah-desah keenakan. Pinggulnya mengayun pelan, menghujam mulut mungil Ella. Lambat laun spermanya kembali terkumpul di batang penisnya.

“Ellahhhhh…Ahhhh! Ngentot! telan peju gw Laaa..” racau Azhar memberi aba-aba kepada Ella.

Merasakan kedutan di penis Azhar, Bibir ranum Ella langsung menjepit kepalanya dengan ketatnya agar tidak lepas dari mulutnya.

“Gw nge-crotthhh! Okhhhh….“. Akhirnya Azhar ejakulasi dalam mulut Ella. Kemaluan anak ustadzah Kartika itu berkedut-kedut kuat, menembakan spermanya dari ujung penisnya.

"Nghhh…Hmmmm….". Ella kerap melengah kala langit mulutnya tersemprot cairan kental yang panas. Detik demi detik, mulut mungilnya terisi sperma Azhar yang tumpah ruah.

“Ohhhhh! Ellahhhh….”. Azhar merintih kala Ella menyedot kepala penisnya sampai pipinya mengempot. Ingin mengeluarkan semua sperma yang berada di kantong kemihnya. Setelah tidak ada sperma yang keluar lagi, Azhar mencabut penisnya. Penis yang masih setengah tegang itu bersandar di bibir ranum Ella. Dari lubang kecilnya masih keluar secuil sperma yang mengalir ke bibir Ella.

Kemudian Ella membuka mulutnya, menunjukan isinya. Azhar bisa melihat sperma kentalnya menggenangi mulut temannya. Sampai sperma juga mengotori deretan giginya yang putih. Penampakan gadis imut dengan mulut penuh sperma tampak sangatlah seksi dan panas.

“Telan dong La…” pinta si pembuang sperma.

Tanpa diminta pun, gadis itu sudah pasti akan menelannya. *Glek. “Ahhhh…Enak Zar. Peju elu gurih-gurih manis…” ujar Ella setelah menelan habis sperma Azhar. Tak lupa ia membersihkan sisa-sisa lendir di sekujur batang penis Azhar, yang ditelannya juga habis.

"Iya dong enak, gw kan sering makan buah…hehehe…". Azhar sumringah.

"Bagus deh…Ahhhh…gw capek banget….". Ella merebahkan dirinya di kasur. Begitu juga dengan Azhar, yang berbaring disebelah orang yang telah memuaskannya. Kini keduanya menonton adegan panas di hadapan mereka.

“Ci Margaretha hebat ya Zar, bisa lawan Bang Amos dan Mang Jono sekaligus…” pelan Ella berkata.

‘He-eh. Ummi gw aja nggak pernah mau kalau diminta sama mereka…”.

“Kayaknya cuma nyokap elu sama Ci Margaretha yang bisa di double penetration sama sekuriti townhouse kita deh” jelas Azhar. Seingatnya hanya Ernie dan Margaretha yang mampu digenjot di dua lubang sekaligus dengan penis sebesar kepunyaan Amos.

“Kan pernah tuh, di acara tahunan kita yang terakhir. Nyokap elu di genjot bareng bang Amos dan Bang Sutar” ujar Azhar coba mengingatkan.

“Ah bener, lupa gw sama Bang Sutar. Nggak kebayang deh, dikontolin pake kontol dia juga. Sudah gede dan panjangnya hampir sama kayak bang Amos. Ditambah bentol-bentol gitu lagi…hiiii….”. Ella bergidik membayangkannya.

Keduanya yang sudah tuntas hasratnya pun hanya bisa menonton pasangan satu lagi masih berusaha mengejar kenikmatan masing-masing. Dilihatnya oleh mereka, Margaretha sedang ditumbuk di dua lubangnya. Dua batang penis bekerja sama, keluar masuk di lubang-lubang Margaretha.

Pada akhirnya Azhar dan Ella melihat Margaretha yang melengking panjang. Mendapatkan orgasme hebat. Wanita itu pun merasakan kenikmatan tiada tara. Memang sedikit sakit, tapi semuanya setimpal pikir wanita itu.

“Tuker-tuker!”. Bukannya berhenti setelah klimaks, Margaretha malah ingin Amos dan Jono bertukar posisi. Sekarang ia ingin penis raksasa berkulup Amos yang menghantam peranakannya.

Amos pun mencabut penisnya dari lubang sempit Margaretha. Setelahnya Margaretha melepaskan diri dari Jono, lalu berpindah ke samping. Sudah ada Amos yang terbaring dengan penisnya yang besar dan panjang menunjuk ke atas langit-langit. Tidak perlu waktu lama benda keras itu tenggelam dalam liang sempit Margaretha.

“Ni puki masih sempet aja!” ujar Amos.

Jono pun beranjak dan membidik lubang keriput yang sudah menganga lebar karena penis rekannya. Meski begitu tetaplah sempit. “Ughhhh! Bajingan! Seret banget!” hardiknya tak tertahankan dengan betapa sempitnya lubang pantat Margaretha.

“Ahhhhh! Ya tuhannn….kontol kalian luar biasahhhh! *These are some of the best cocks ever! Ahhh!” desah Margaretha kala vagina dan anus kembali dipompa dengan kontol yang berbeda. (Ini adalah beberapa penis terbaik)

Beberapa menit kemudian Margaretha meraih puncaknya lagi di tengah himpitan para penjaganya. “Ampunhhh…Saya keluar lagihhhh!”.

Setelah beberapa menit menggarap anus Margaretha, Jono akhirnya mencapai batas limitnya. “Ciiihhh….saya mau muncrathhhh….”.

Begitu juga dengan Amos. "Saya juga bos!". Kedua penjaga itu ingin memuntahkan lahar mereka yang kental.

"Keluar di mulut saya!" perintahnya.

Lantas Jono mencabut penisnya dari lubang pembuangan bosnya. Margaretha pun jadi bisa menyingkir. Dan segera berlutut setelah penis Amos tercabut. Amos dan Jono langsung arahkan moncong penis mereka ke mulut Margaretha yang terbuka lebar. Setelah puas dengan orgasme-orgasme yang diberikan, saatnya Margaretha menikmati sari kelaki-lakian mereka.

Jono kocok penisnya yang sudah bengkak maksimal. Kepalanya begitu mereh. "Ciiiii…terima peju sayahhh…".

“Punya saya juga Cihhh!”. Amos pun turut mengerang panjang saat berejakulasi dengan hebat.

*Cret Cret Cret Cret. Dari celah mungil di ujung penis mereka, keluar cairan kental dengan kuat. Sampai mendarat di wajah putih Margaretha. Sperma putih yang panas dan kental itu melukis wajah putih cantik wanita chinese itu.

Tembakan-tembakan berikutnya mendarat tepat di mulut Margaretha. Menggenanginya sampai penuh muluber. Margaretha bisa merasakan lidahnya tenggelam dalam cairan panas. Saking banyaknya, sampai tumpah membasahi dagu. Lalu mengalir turun, menetes ke buah dadanya.

Selesai berejakulasi Amos dan Jono peperkan penis mereka ke wajah Margaretha. Meratakan sperma mereka ke seluruh wajah wanita chinese itu.

Melihat sperma para penjaga tumpah ruah di mulut Margaretha, sampai membasahi sekitar mulut. Membuat Ella tergiur lapar. Sesaat tenaga terisi lagi, Ella melesat menghampiri Margaretha yang baru saja disemprot sperma dengan derasnya.

"Ciii…Bagi pejunya dong…".

Margaretha yang masih mendongak dan mulut terbuka, melirik ke sampingnya. Terlihat di ujung matanya Ella, anak dari tetangganya mengiba untuk disisihkan cairan kental para penjaga townhouse. Kemudian dengan secepat kilat Margaretha mencaplok bibir lembut Ella.

"Hmphhh….". Ella melenguh saat lendir panas mengalir ke mulut mungilnya. Cairan kental membashi lidahnya, lalu melewati tenggorokan dan berakhir di perutnya. Sisa yang tidak ditelan, ia kembalikan ke mulut Margaretha. Yang langsung dikembalikan oleh Margaretha ke mulut Ella. Singkatnya mereka saling bertukar peju yang sudah bercampur ludah mereka.

“Hmphhh…Slrpuhhh…ahhh…slurpphhh…” suara mereka mengadu mulut. Saling menyedot. Di hadapan tiga pria yang terpana, Keduanya bercumbu panas, saling berbagi sari kejantanan dari para sekuriti. Hingga sekitar mulut mereka kotor dengan liur dan sperma. Ella juga menjilati wajah Margaretha yang penuh sperma.

“Cewek-cewek disini memang pada maniak peju semua ya” komentar Jono, melihat Margaretha dan Ella saling berbagi lahar panas mereka.

“Sebentar lagi tuh si Nisa juga bakal doyan peju kita-kita No…” tambah Amos.

"Pastilah bang!" ujar Jono.

“Sudah pasti itu…” timpal Margaretha, setelah sperma para penjaganya habis ditelannya. Ia menyeka mulutnya yang belepotan.

“Bahkan peju kalian nantinya jadi asupan protein untuk anaknya yang masih di dalam perutnya…hihihihi…" lanjutnya terkekeh.

"Sehat-sehat dah tuh bayinya Mbak Nisa" timpal Ella seraya menyeka bibirnya.

"Hak Hak Hak….kasihan suaminya nanti. Lagi kerja capek-capek, eh istrinya dirumah malah nelen peju terus".

"Bener banget bang…" setuju Azhar.

"Bersihin dong Ci…". Jono tempelkan penis kotornya ke Margaretha.

Dan Amos juga menyodorkan miliknya ke Ella. "Sekalian nona cantik".

Lantas Margaretha dan Lala, membersihkan penis yang telah memuaskan mereka. Segala kotoran dan lendir mereka sapu dengan lidah. Dan menelannya.

Selesai sudah pergumulan panas mereka di pos penjagaan townhouse. Keempatnya pun berbenah. Meski sangat lelah, wajah mereka terpancar jelas penuh kepuasan dan kebahagian. Terutama Ella yang harus orgasme berkali-kali oleh Amos dan Jono. Untungnya Azhar bermain cukup lembut. Jadi ia bisa menikmati orgasme terakhir ditengah dirinya yang sudah kepayahan.

"La, gw numpang tidur ama elu ya. Males pulang gw…." izin Azhar sembari memakai sarungnya kembali.

Ia enggan untuk pulang ke rumahnya sendiri, karena akan melihat Ibu serta para saudarinya digauli Felix. Mengingat kemampuan pria chinese itu, Azhar tahu semalam saja tidak cukup. Pasti sampai esok pagi pikirnya.

Sesaat Ella menimang permintaan Azhar. Dipikirnya tidak ada masalah. Karena dirumah hanya ada pembantunya saja. “Yauda la, nyokap ama kakak gw juga lagi keluyuran entah kemana…” setujunya.

“Tapi gendong gw ye…sudah remuk badan gw” lanjutnya.

Azhar pun mengangguk setuju. "Iye, sini".

Azhar pun berjongkok, menawarkan punggungnya untuk dinaiki. Lantas Ella pun naik ke punggung Azhar. Dan pasangan muda-mudi itu pun meninggalkan pos jaga setelah berpamitan. Menyisakan Margaretha dan para penjaga yang masih merapikan diri.

"Kapan nih kita-kita bisa icip mbak Nisa?" tanya Jono penuh harap.

"Iya nih Ci, sudah tak sabar saya". Giliran Amos yang menyuarakan ketidaksabaran.

Keduanya sudah gregetan untuk mencicipi bumil si penghuni baru. Lebih tepatnya semua para pria di town house sudah tidak sabar untuk menikmati ibu hamil itu. Dan mengajak Nisa ikut dalam dunia mereka yang gila, penuh kenikmatan.

"Kalian berdua sabar ya. Mungkin, sebentar lagi. Saya juga sudah nggak sabar, hihihi….'' singkat Margaretha, diakhiri dengan senyuman penuh misteri.

Ia pun keluar dari pos penjagaan, berjalan menembus malam yang dingin. Tapi tidak berpengaruh kepada tubuh dan jiwa raganya yang hangat setelah melalui persetubuhan panas.

*Cleck. Saat masuk ke dalam rumahnya, Margaretha langsung disambut dengan desahan dan lenguhan yang bergaung ke seluruh rumahnya.

'Ya tuhan! Anak-anakku belum selesai juga ngentotnya?!'. Margaretha segera bergegas ke arah suara berasal. Saat sampai, ia seketika berdecak kecewa.

Tampak Amel sedang menindih Thomas. Dan Albert, menindih Amel dari atas. Pembantunya itu sedang disandwich oleh kedua anaknya. Kedua lubang Amel tersumpal penis anak majikannya yang berukuran besar dan panjang. Kedua anaknya memompa Amel bersama-sama dengan irama yang stabil.

Sedangkan Desi sedang di genjot dari belakang oleh James. Kedua pembantunya tampak kewalahan menghadapi putra-putranya yang tangguh. Puas tapi kewalahan. Gimana tidak kewalahan, kalau main nya dari siang. Dan ini sudah hampir tengah malam, tapi anak-anaknya belum menunjukan akan segera selesai dalam waktu dekat.

"Albert, James, Thomas!" panggilnya dengan nada tinggi, menyita perhatian kelima insan yang sedang orgy. Mereka pun langsung menghentikan kegiatan panas untuk. Dan menatap Margaretha yang berdecak pinggang.

"Eh Mamiii….Dari mana aja? Kok lama banget…" tanya salah satu anaknya.

"Mami dari Pos" jawab Margaretha.

Dari jawaban singkat sang ibu, ketiga anak sudah mengerti apa yang terjadi. Ditambah keadaan Margaretha yang acak-acakan. Ketiganya tahu ibu habis bersenggama dengan para penjaga townhouse. Tapi yang membuat heran adalah ketidakhadiran ayah mereka. Mereka ingat kalau orangtua mereka pergi bersama.

"Terus Papi mana Mih?".
l
"Papi kalian lagi dirumah Ustadzah. Kalian belum puas juga?" balik tanya Margaretha.

"Nghhh! Belum Mihhh…" sahut Albert seraya kembali menyodok lubang pantat Amel.

"Nggak cukup sekali muncrat Mih, Hehehe…kayak nggak tahu aja sih Mami mah" kata Thomas.

"Sudahan dong, anak mami sayang! Kasihan mereka. Nanti besok sakit, terus pada nggak bisa kerja lagi…" wanti-wanti Margaretha.

"Ah nanggung Mihhhh…." tolak Thomas si bungsu.

"Iya Mih, aku belum puas juga" tambah James si anak tengah.

"Ampun Nyah, kita sudah nggak kuathhhh…." lirih Amel ngos-ngosan.

"Nyerah Nyah, nyerahh sayahhh….Puas sih puas, tapi gempor juga kalau dari siang" tambah Desi.

Jawaban para putranya, ditambah rengekan para pembantunya membuat ia bingung harus mengambil tindakan apa. Sebagai seorang ibu, tentu tidak ingin melihat anak-anaknya merena karena hasrat seksual mereka belum tersalurkan. Disisi lain, ia tidak tega melihat kedua ART yang sudah tidak berdaya lagi. Bisa-bisa mereka sakit kalau terus dipaksakan. Terus ia berpikir, mencari solusinya. Dan akhirnya ia mendapatkan pencerahan.

"Sudah-sudah! Kalian bertiga menyingkir dari sana! Sekarang juga!" perintahnya tegas.

Dengan lesunya, ketiganya harus menurut kepada ibunya kalau sudah bersuara. Mereka mencabut penis dari lubang-lubang kenikmatan ART mereka. Sesudah berterima kasih, dan pamit undur diri, Amel dan Desi langsung menyingkir dari ruang keluarga. Menyisakan Margaretha dan ketiga putranya yang masih ereksi berat.

"Kita belum puas Mih…" rengek si bontot.

"Kontol ku masih ngaceng banget Mih…." tambah si tengah.

"Terus ini gimana Mih?" tanya si sulung sambil mengurut pelan penisnya.

Ketiga putranya merengek sambil mengurut penis mereka di depan ibu kandung mereka sendiri. Ketiga penis besar dan panjang milik anak-anaknya jadi pusat perhatian Margaretha. Sang ibu perhatikan satu persatu kemaluan anaknya. Dari yang dulu mungil, menjadi gagah perkasa. Mampu memuaskan wanita manapun. Termasuk dirinya.

Margaretha menghela nafas panjang. "Haaaaahhhh….Dasar anak mami…".

“Nggak pernah ada puasnya…”.

Jari-jarinya raih kaos bagian bawahnya, lalu menariknya ke atas hingga terlepas dari tubuhnya. Tidak lupa ia juga melepaskan bawahannya.

"Mihhhh…." lirih ketiga saat melihat ketelanjangan Margaretha.

Sudah beribu-ribu kali mereka melihatnya. Bahkan menikmatinya sejak mereka kecil, namun selalu terpana melihat tubuh seksi ibu kandung mereka.

"Sini, Mami yang akan memuaskan kalian sampai puas".

Ketiga pemuda sumringah, lalu tersenyum ke satu sama lain. Kemudian berlari menyerbu ke arah orang yang telah melahirkan mereka. Kejantanan mereka terlontar kesana kemari, semakin membangkitkan gairah Margaretha. Dihadapi kejantanan yang besar dan panjang, sebagai wanita yang menggilai seks, membuatnya terangsang kembali.

Dengan kedua tangan terbuka lebar, ia bersiap menerima gempuran nikmat kontol anak-anaknya….

Bersambung….

Pesan Penulis

Wes, next part ada Nisa. Ngewe atau belum? Yah nggak tahu...hehehe...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd