*BASED ON TRUE STORY*
Cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang dialami TS dan WFnya.
Setting dalam cerita ini memposisikan TS dan WF sebagai orang pertama untuk membuat jalan cerita menjadi lebih menarik dan mudah diimajinasikan.
Beberapa nama dan lokasi dibuat berbeda dengan tujuan menjaga kerahasiaan identitas TS dan WF.
Pembaca sangat dianjurkan untuk mempersiapkan pelumas agar prosesi haphap berjalan lebih nyaman.
PART VIII - Brand New (F) Job (Chapter 6)
Chapter sebelumnya:
Akhirnya masa training dilalui Natalie hanya dalam waktu tiga hari. Tibalah saatnya Natalie menjalani profesi barunya sebagai therapist. Namun hingga menjelang jam pulang di hari pertamanya, Natalie belum kunjung mendapatkan pelanggan..
POV WF
"Kayanya hari ini aku ngga dapet tamu deh", ujarku 20 menit menjelang berakhirnya shift-ku.
Sebenarnya aku merasa sedikit kecewa, karena kupikir hari ini aku bisa memberikan cerita seru untuk Rey seperti yang ia harapkan.
"Ladies, siap-siap showing ya", seru Mami Ivonne.
Mami Ivonne adalah mami-nya anak-anak therapist disini. Wanita berusia 35 tahun asal Cimahi ini merupakan pribadi yang ramah, bahkan terhadapku yang baru saja memulai hari pertamaku. Ia membimbingku tentang banyak hal, terutama soal cara berdandan agar penampilanku tampak lebih menarik di hadapan para pelanggan.
"Okay, Miii..", ujar kami serempak.
Pagi itu, aku bekerja satu shift dengan delapan therapist lainnya. Mereka juga cukup ramah padaku, jadi setidaknya aku tidak punya masalah hubungan dengan rekan sekerja disini.
"Wah, emang ngga salah Pak Adam ngajak kita kesini. Tau aja tempat yang bening-bening", kata salah satu di antara tiga pria yang datang sore itu, diikuti tawa rekan-rekannya.
"Anggap saja ini bonus fitur tambahan yang Pak Burhan dapet atas kesepakatan yang berhasil kita buat", jawab seorang lagi menanggapi pembicaraan pria sebelumnya.
"Kalo gitu, kita sering-sering buat kesepakatan aja. Jadi lebih sering juga diajak main kesini. Hahahaha..", ujar pria lainnya disambut gelak tawa teman-temannya.
"Yang itu, saya ambil deh", ujar pria pertama yang dipanggil Pak Burhan tadi, sambil menunjuk Shirley, rekanku sesama therapist.
"Yauda, kamu sama saya aja ya", tunjuk pria yang tak kuketahui namanya itu pada Sasya.
Sasya pun langsung maju menghampiri pria tersebut.
"Hmm.. Kamu, siapa namanya?", tanya pria yang disebut Pak Adam seraya memandangku.
"Saya, Pak?", ujarku balik bertanya.
"Iya, kamu", jawabnya.
"Saya Eliza, Pak", kataku.
Jantungku berdegup cukup kencang, mengingat orang ini akan jadi pelanggan pertamaku. Oya, perlu aku jelaskan dulu, bahwa di tempat ini para therapistnya memang diijinkan untuk memilih namanya masing-masing. Tidak harus menggunakan nama asli, karena mungkin beberapa orang di antara mereka memang berusaha menyembunyikan identitasnya supaya tidak ada yang mengenali mereka saat di luar tempat kerja seperti ini.
"Saya ambil Eliza", ujarnya.
Aku pun menghampirinya, lalu mengajaknya ke room yang telah disiapkan untuk kami.
"Silakan, Pak. Dilepas dulu pakaiannya. Saya akan ambilkan minyak dulu sebentar", kataku sambil kemudian keluar ruangan.
"Santai aja, ngga usah gugup. Pak Adam orangnya baik kok. Kalo dia suka, pasti bakal ngasi tipping gede ke kamu", ungkap Mami Ivonne sambil memberikanku gel untuk memijat.
Aku mengiyakan seraya tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupanku. Aku pun kemudian kembali ke kamar. Kulihat Pak Adam sudah berbaring tertelungkup dengan tubuh yang sudah telanjang sepenuhnya. Aku mulai dengan memijat bagian punggungnya.
"Kamu tinggal dimana, Eliz?", tanya Pak Adam padaku yang duduk mengangkang dengan sebelah pahanya berada di antara selangkanganku.
"Saya tinggal di mess, Pak", jawabku berbohong. Aku dan Rey telah membuat kesepakatan bahwa aku tidak akan memberikan alamat tempat tinggalku kepada pelanggan. Jadi kurasa itu jawaban yang paling aman.
"Asli Bali?", tanya Pak Adam lagi.
"Ngga, Pak. Orangtua saya dari Jawa Timur, cuma dari kecil saya emang tinggal disini", kataku meresponnya.
"Kalo Bapak sendiri?", tanyaku dengan maksud beramah-tamah, sekaligus mencoba menyembunyikan rasa grogi.
"Saya tinggal Jakarta, tapi ada bisnis disini. Dua orang tadi itu rekan bisnis saya", jawabnya.
"Wah, berarti Bapak sering pulang-pergi Jakarta-Denpasar donk?", tanyaku lagi.
"Ya, kadang seminggu atau dua minggu sekali. Kenapa? Mau titip oleh-oleh?", katanya sambil balik bertanya.
"Ah, Bapak ini bisa aja", ucapku sambil tersenyum.
Kami terus mengobrol selagi aku memijat bagian punggung, tangan, dan kakinya. Dari obrolan ringan kami, kuketahui Pak Adam ini berusia 52 tahun dan berbisnis di bidang ekspor impor alat elektronik berat seperti genset. Tubuhnya agak gemuk, dan sedikit botak di bagian belakang kepalanya. Pada saat aku sampai pada bagian pinggulnya, perlahan kulepaskan atasan mini dress dan bra yang kukenakan. Kuturunkan tanganku memijat bongkahan pantatnya, sambil kulepaskan rok dan celana dalamku. Dengan kondisi yang sudah bugil ini, kuoleskan sedikit massage gel di dadaku, lalu dengan teknik body massage aku mulai menggunakan kedua payudaraku untuk memijat punggung Pak Adam.
"Wah, puting susunya pake piercing. Jarang-jarang saya liat yang begini", ujar Pak Adam sambil sedikit menoleh ke arahku.
Tak tinggal diam, ia pun mulai meraba pangkal pahaku dengan tangannya, lalu perlahan mengusap bibir vaginaku dengan jarinya.
"Aahh! Mmhh..", desahku mulai mengiringi gerakan jemari Pak Adam memasuki liang kewanitaanku.
Cewek manapun yang mengalami rangsangan seperti ini pasti akan langsung basah, demikian pula denganku. Cairan vaginaku mulai membanjiri tangan Pak Adam.
"Sebentar ya, Pak", ujarku sambil turun ke antara kedua pahanya.
Kubelai lembut dan kurogoh kemaluan Pak Adam hingga pinggulnya sedikit terangkat.
"Ughhh.. Bapak udah ngga tahan, Eliz..", kata Pak Adam sembari membalikkan tubuhnya.
Saat ia berbalik, kulihat penisnya sudah mengacung. Penisnya termasuk pendek menurutku, tapi diameternya cukup besar. Lebih besar daripada milik Rey. Bentuk batangnya agak melengkung.
"Hmm..Sepertinya bakalan seru", gumamku dalam hati.
Aku belum pernah merasakan sensasi penis yang melengkung seperti milik Pak Adam. Membayangkannya saja cukup membuatku bergairah. Kukocok perlahan batang kemaluan Pak Adam, lalu dengan balutan kondom beraroma strawberry, kumasukkan kontolnya ke mulutku.
"Ahhh.. Sshh.. Eliz, kamu.. Ahh.. Enak banget..", puji Pak Adam atas aksi oralku.
Bagaimana tidak, diameter penisnya yang besar itu memenuhi rongga mulutku sehingga aku berusaha menghirup udara agar aku bisa bernafas. Hal ini membuat lidahku berontak tak karuan, yang justru menyebabkan kepala kontol Pak Adam tersapu di dalam mulut mungilku.
"Mmhh.. Hmmppfff.. Nngghhh.. Mmpphhh.. Hmmhhh..", aku terus mendesah tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Pak Adam memintaku pindah ke sampingnya, dengan tujuan agar ia tetap bisa memainkan lubang vaginaku dengan jarinya. Dan itulah yang terjadi. Ia mengocok vaginaku dengan cepat hingga menimbulkan suara berkecipak. Itu yang membuatku mendesah tak karuan. Celakanya, mulutku tersumpal oleh penis gemuknya itu.
"Aahhss.. Bapak udah ngga tahan, Eliz.. Ayo, kita mulai aja", ujar Pak Adam.
Aku pun kemudian..
TO BE CONTINUED..