Permulaan
Kriiinggg!!! Kriiingg!!! Kriiiiingg!!!
suara alarm memecah keheningan yang menguasai living room rumah devina. I can't hardly hide my surprised yet impressed face. Gue emang tadi udah liat dia telanjang, tapi sekarang, dengan yoga pants dan jaket yang ngga diresletingin...ugh, yang teasing-teasing gini nih bikin lebih seru!
"eh Dev, ada yang ngebel tuh" ucap gue cepet.
"kayaknya DHL deh Kak" ujarnya sambil meresletingkan jaketnya dan jalan ke arah pintu utama.
Gila, dia bakalan bukain pintu cuma pake gitu doang, rejeki amat ini orang DHL...
"Dev, gapapa kamu gitu doang mau bukain pintu?"
"gapapa kali kak..." jawabnya sambil udah bukain pintu.
. . . . .
Devina lari-lari keil terus duduk disebeah gue, sambil memangku paketnya penuh excitement dia buru-buru membuka kardusnya.
"pasti kamu belanja sesuatu online deh?" tebak gue sambil masih fokus nonton qualifikasi F1.
"iya dong..." jawabnya dimanja-manjain.
"beli apaan deh?"
"ada deeehh" teriaknya sambil lari ke kamar membawa sesuatu dipelukannya. Jir, bikin gue penasaran beli apaan sih dia. Karena penasaran dan F1 udah beres, gue lari ngejar dia ke kamarnya.
"apaan siih, bikin aku penasaran deh!" gue teriak sambil lari masuk kamarnya yang nggak ditutup.
"eh mas jayaaa!!!", teriak devina sambil tangannya refleks nutupin baan dan menjatuhkan barang yang dari tadi dia pegang.
"ih kamu mah main masuk aja deh" sungut devina manja.
"lah kan pintunya ngga ditutup" jawab gue tanpa bergeming sedikitpun.
"eh iyasih, yaudah situ aja kak. aku mau kasih liat sesuatu" jawab devina tanpa ada nada marah sedikitpun.
Biasanya dia keluar rumah selau kerudungan, kadang kalo jalan sama gue, gue sering gemes sendiri ngingetin da kalo ada rambutnya keliatan keluar kerudung. Ini berbanding amat sangat terbalik dengan keseharian dia. Ah elu Jay, kebanyakan mikir, udah sih dinikmatin aja...pikir gue mengingatkan ke diri sendiri.
"eh, okay. Ga papa nih kamu begini?" tanya gue dengan agak sedikit ragu.
Devina ngga jawab, cuma senyum dan jalan ke arah gue. "it's okay Kak", sambil dia cium gue.
Ini sejujurnya makin berasa kayak mimpi buat gue. She kiss me, I mean, dia cium gue duluan.
Well, biar kalian ngga mikir gue pasiv or what. Ini adalah cara yang biasa gue lakuin, kalo gue ada intention tertentu sama cewek, gua nggak akan agresif. Gue cenderung aka agak sedikit cuek tapi selalu treat mereka dengan amat sangat baik. I mean, baiknya banget. Terserah perginya sama cewek manapun, gue selalu anter mereka pulang, atau at least gue akan tanyain mereka udah sampe rumah atau belom - my parents told me to do so, jadi kalo cuma anter pulang menurut gue masih standard banget. Kalo kata devina, yah kamumah kak, siapa yang nggak baper digituin. Lol, looks like sekarang dia yang baper, dia yang kena trik gue.
Balik ke kondisi aktual, gue masih lanjutin trik...
"hmph..Dev, are you sure about this?" tanya gue sambil lepasin ciuman dia, tangan gue tapi masih melingkar di pinggangnya yang god damn langsing banget.
Lagi-lagi gue ngga dijawab. Dia lepasin pelukan gue dan tarik gue keluar dari kamar. Wuaduh, back fire nih kayaknya.
"Kak, sebetulnya...I like you...tapi.." devina ngomong sambil keliatan mikir banget.
"Dev, I'm not in the mood for relationship. Kewajiban gue lagi banyak banget." jawab gue tegas.
"Tahu aku kak, aku juga ga mau jadi pacar kamu. Kamu udah complicated, semua orang dibaperin...ntar aku cemburuan terus jadinya..hahah" jawabnya dengan enteng. No, dia nggak lagi berpura-pura, dia nggak keliatan kecewa dengan jawaban gue yang kayak nolak dia.
"Lah terus?" gue yang jadi bingung cuy. Mau apaan ini cewek?!
"Jangan ketawain aku ya Kak?" pintanya manja
"apaan sih? buru ih" gue mulai ga sabar..*** sabar pengen nyosor dan pengen tahu intention dia.
"kamu tahu film Friends with benefits?" tanya dia malu-malu.
"yang mila kunis sama justin itu kan?"
"iya"
"aku tapi nggak tahu ceritanya..." jawab gue jujur. At that point gue bener-bener nggak tahu itu film apaan. Kalo nggak sengaja nemu pas ganti-ganti chanel TV, nggak bakalan deh gue nonton romantic comedy gitu.
. . . . .
"AHAHAHAHAHA" gue gabisa nahan ketawa mendengar penjelasan devina dan melihat ekspresi mukanya yang memerah tersipu-sipu.
"IH KAN AKU DIKETAWAIN!" teriak dia pura-pura marah sambil mukul-mukul manja bahu gue.
"sst...udah yuk" sambil gue cium bibirnya, gue tangkep tangannya. sabil masih duduk di sofa, gue posisikan tangan dia dibelakang badannya, biar dia ngga berontak pukul-pukul gue lagi. Nggak perlu tunggu lama, mulut kita udah saling terbuka. Lidah gue udah mulai menjelajah mulut devina. Daym bro, bibirnya lembut banget. Tipis dan lembut banget. Gue bisa lihat dari ekspresi matanya, devina menikmati sesi kissing kita. Matanya merem-melek, kadang kelihatan ekspresi senyum di matanya (if you know what I mean).
Gue pindahkan serangan cium gue pelan-pean kearah pipi, lalu ke lehernya yang putih dan jenjang. Sesekali gue gigit manja telinganya.
"aw..mas jaya, geli ih kamu ngapain sih" protesnya manja. Tanpa gue jawab, gue terusin serangan kearah leher. Terasa jelas dalam pelukan gue, kalo badan devina bergetar. Gue lepasin pelukan gue.
"kenapa kamu? merinding?"
"iya tapi enak, lanjutin dong" pintanya manja.
Nggak perlu diminta dua kali. Gue lanjutin serangan. Kali ini tangan gue mulai meraba kearah pantatnya yang dari tadi udah bikin penasaran minta diremas. Sambil masih meremas dua bongkahan pantatnya yang sekel, gue arahkan Devina buat berdiri.
Nice, sekarang kita sama-sama berdiri. Perbedaan tinggi memaksa gue untuk sedikit menunduk biar bisa lanjut kissing. Devina juga nggak pasif, dia inisiatif jinjit. Ini membuat pantatnya jadi semakin terasa kenceng dan membuat gue jadi makin gemes.
"Dev, berdiri deh di sofa" gue kasih instruksi sambil berusaha angkat badannya.
"eh kamu ngapain mas jaaa...ya" devina cuma terpekik.
"ada deeehhh...." jawab gu iseng sambil menyibakkan rambut devina yang menutupi dua buah dadanya. Sekarang gue dihadapkan pada dua pilihan sulit, mau lahap puting yang mana dulu? hahaha.
Dalam sepersekian detik gue harus memilih, dan gue utuskan untuk melahap dada sebelah kanan. Both of dem nipples are pink kecoklatan, mengacung menantang, keras dan kelihatannya belum pernah dilumat oleh siapapun.
Sambil lidah gue muter-muter di areola dada kanan Devina, tangan kanan gue sibuk meremas dada kirinya. Kombinasi ini membuat devina mendesah-desah dan nafasnya menjadi tidak karuan.
"ah..mas...hhmmmph..." desahnya sambil mengacak-ngacak rambut gue.
"hmmpph...esshh..aahh...enak banget mmashh..." desah devina, kakinya mulai susah berdiri tegak diatas sofa. Serangan-serangan gue tampaknya memberikan rangsangan hebat ke badannya, sampe dia susah mengontrol badannya sendiri.
[bersambung]