Diary Seorang Istri Season 2
Part 5
by Pujangga2000 (wa0ne53)
Maya mengambil handuk yang dipinjamkan oleh gym tempatnya Latihan Yoga, walaupun Yoga terlihat olahraga yang santai, namun bagi yang menjalaninya seperti Maya, Yoga memerlukan energi yang cukup besar juga, tubuh Maya terasa lengket karena peluh, Setelah mengambil handuk dari resepsionis, Maya mengalungkan handuknya di leher, beberapa rekannya yang ikut Latihan melambaikan tangan saat berpapasan di pintu keluar, Maya membalas lambaian tangan mereka, sambil menaiki tangga menuju tempat ganti pakaian sekaligus juga kamar mandi, di ruangan ganti, Maya duduk di bangku Panjang membuka sepatu dan kaos kakinya, diletakkannya sepatu dan kaos kakinya di ujung kursi Panjang, dengan bertelanjang kaki, Maya menuju loker tempat pakaian ganti di simpannya, dibukanya loker tersebut, lalu Maya membuka kaos sport berikut celana training Panjang yang dikenakannya, dibalutkan handuk gym menutupi tubuh mulusnya, Maya kemudian mengambil pakaian dalam yang disimpan dalam tas, sepasang Bra dan celan dalam berwarna senada dibawanya menuju kamar mandi.
Setengah jam kemudian, Maya mematutkan dirinya di cermin sambal memperbaiki hijab yang dikenakannya, pakaian casual berupa hoddie lengan panjang berwarna hijau muda dengan celana jeans berwarna biru tampil serasi mempercantik penampilannya, ditambah hijab polos berwarna pink pucat semakin membuat penampilan Maya cerah berwarna. Setelah dirasakan penampilannya sudah sempurn, Maya mengambil tas sportnya dan turun, di meja resepsionis, Maya menyerahkan handuk untuk ditukar dengan kartu anggota gymnya.
“Ini mbak kartunya, oh ya, jadwal kelas sabtu yang kemaren di cancel, akan diganti sabtu berikutnya jadi dua sesi mbak.” Ujar petugas resepsionis.
“Ohh gitu, ya udah thanks ya buat infonya.” Sahut Maya sambal menyimpan kartu anggota gymnya di dompet. “Saya pulang dulu ya mbak, nanti di reminder aja di whatsapp.” Ujar Maya, sang petugas resepsionis mengangguk, Maya melangkah santai meninggalkan arena gym, di sebelah arena guym adalah lokasi Food court, jam masih pukul 10 pagi, belum banyak penjual makanan di food court ini yang buka, mereka terlihat sedang sibuk mempersiapkan jualan mereka.
Maya menuruni tangga ekskalator, dilihatnya beberapa toko sudah mulai buka, beberapa lainnya sedang bersiap-siap buka, Maya melangkah masuk ke sebuah tennant pakaian bayi, Maya tersenyum-senyum sendiri saat melihat pakaian mungil yang terlihat menggemaskan, seorang pelayan Wanita menghampiri Maya.
“Untuk dede cowok apa cewek kak?” Sapa pelayan tersebut.
“Lihat-lihat dulu aja mbak,” Jawab Maya, sungguh Maya belum tahu apa jenis kelamin anaknya kelak, mereka bertiga telah sepakat untuk tak ingin tahu jenis kelamin Bayi hingga nanti dilahirkan, pakaian dan perlengkapan bayi yang telah disiapkan Adam dan Anissa semuanya berwarna netral, mereka juga belum terlalu banyak membeli pakaian untuk bayi yang akan hadir nanti, rencananya jika sudah lahir baru mereka akan melengkapi peralatan bayi yang belum ada.
Maya Kembali tersenyum-senyum, pakaian yang dipegangnya cukup imut dan menggemaskan, warnanya pink, dan tentu saja diperuntukkan untuk bayi cewek, entah kenapa Maya punya feeling yang kuat kalau anaknya yang akan lahir adalah berjenis kelamin perempuan. Pakaian bayi itu rupanya adalah pakaian tidur, ada beberapa motif dan warna yang lucu, Maya mengambil motif macan berwarna oranye dengan dasar warna putih, motif garis-garis berwarna pink dan hijau muda, “Saya ambil ini ya mbak..” Maya menyerahkan pakaian yang dipilihnya kepada pelayan.
“Yang lainnya apa lagi kak? Oh ya kak ini ada tas untuk perlengkapan dedek bayi, lucu banget dan best seller loh, baru aja datang, sebentar saya ambilkan.” Sang pelayan terlihat bersemangat menawarkan produk lain, tak lama dia Kembali membawa tas yang memang bagus dan menggemaskan, terlihat Maya juga menyukai tas yang di tawarkan oleh pelayan tersebut. “Ini udah beberapa kali repeat order kak, barangnya memang terbatas, pokoknya must buy banget ini.” Ujar Sang pelayan yang terlihat pandai dalam melakukan persuasi terhadap customernya.
“Duh ya mbak imut banget, ya udah aku ambil deh..” Ujar Maya yang memang terlihat jatuh cinta dengan tas tersebut, Maya menyerahkan kartu kreditnya pada sang pelayan, perempuan manis itu membawa barang-barang yang telah dipilih Maya sekaligus kartu kredit tadi ke kasir.
“Kalau nanti kakak butuh yang lain, seperti stroller, atau apapun kebutuhan bayi, jangan sungkan untuk Kembali ya, kami akan berikan produk dan harga terbaik untuk kakak.” Ujar sang pelayan sambal menyerahkan kembali kartu kredit Maya dan bungkusan barang-barang yang dibeli Maya.
Maya mengucapkan terima kasih, dan melangkah keluar toko, hatinya berbunga-bunga dan sangat Bahagia, langkahnya terasa ringan sambil melirik kearah bungkusan yang baru saja dibelinya, “Mmm…mamah gak sabar ketemu kamu sayang, ini mamah udah beliin sedikit buat kamu, mamah janji nanti mamah beliin lagi yang banyak..” Maya terkekeh didalam hati saat mendengar suara hatinya sendiri, panggilan mamah terasa aneh sekaligus menggelitik hatinya. “Duh aku kok tiba-tiba lapar ya, ya udah makan dulu aja deh.” Maya Kembali menuju area food court di lantai atas.
***
“Emangnya mal udah buka jam segini bang?” Tanya Anto saat menunggu angkot yang menuju ke Mal Balikpapan.
“Ya udahlah, gua makanya pengen pagi-pagi berangkat karena biar puas To, suntuk dirumah terus nih, sekalian gua mau beliin sesuatu buat anak gua, kan kalau kita datang pagi ke mal, kita bisa lama maennya heheh.” Ujar Muklis sambil menyalakan rokoknya dan menawarkan pada Anto.
“Dah Kaya anak Abg aja lu bang, apa jangan-jangan lu lagi puber keduaa ya heheh..” Ujar Anto sambal mengambil rokok yang ditawarkan oleh Muklis.
“Ahh apaan lu puber kedua, lu tau kan To, udah berapa lama nih kita disini, selama itu juga kita gak ngerasain gituan, suntuk banget..apa lu gak suntuk?” Tanya Muklis sambal tersenyum masam.
Anto hanya mengangkat bahu, memang bagi lelaki normal macam mereka berdua, seks adalah kebutuhan dasar, mengingat itu pikiran Anto Kembali melayang pada kenangannya Bersama Maya, Anto merasakan Maya adalah Wanita yang begitu spesial baginya, setiap terkenang dengan Maya anehnya panasnya hubungan seks mereka bukanlah menjadi hal yang terlintas di pikiran Anto, dia malah mengingat kelembutan Maya, manjanya, serta rapuhnya Wanita itu, betapa Anto sangat menyesali perbuatannya terakhir di apartemen yang mendorong Maya hingga terjatuh, dia merasakan perlahan sosok Maya mulai mnguasai hati dan sanubarinya, hanya Maya yang mampu membuat Anto meneteskan air mata saat kerinduannya terasa begitu hebat. Anto perlahan mulai menyerah mengharapkan Maya, seolah Wanita itu telah hilang ditelan bumi, whatsappnya tak pernah aktif sejak terakhir mereka bertemu di apartemen, namun semakin Anto mencoba menyerah, kerinduannya malah semakin menggebu terhadap perempuan itu.
“Hoi..bengong aja lu…tuh angkotnya dah datang.” Tepukan muklis di bahunya menyadarkan lamunan Anto, disekanya ujung matanya yang terasa basah, “Lu nangis To? Ngomongin ngewe malah nangis, apa udah kebelet lu..” Gurau Muklis sambal tertawa.
“Apaan sih lo bang, mata gua ngantuk gara-gara lo nih..” Anto bersungut-sungut sambil masuk kedalam Angkot, Muklis hanya mesem-mesem melihat sikap temannya itu.
***
“Ihh lucu banget mbak bajunya…” Ujar Anissa saat melakukan facetime dengan Maya.
“Mbak gak beli banyak Nis, Cuma 3 stel aja, nanti kalau udah ketauan dedek bayinya girl atau boy, baru rencananya mbak beli banyakan.” Ucap Anissa sambal terus memutar-mutar kamera hpnya di sekeliling pakaian mungil yang di beber di meja.
“Ya mbak…eh, kata mas Adam apa mbak, kapan mbak akan kesini.” Tanya Anissa.
“Tadi pagi mas Adam nelpon mbak, dia nunggu kabar dari mbak, tadi mbak sempet marah ke mas Adam loh.” Ujar Maya.
“Emang kenapa mbak?” Tanya Anissa.
“Ya..kamu kan sebentar lagi lahiran, kok dia masih sibuk rapat sono-sini..” Jawab Maya sambal mengunyah makanannya.
“Ya sebenernya sih mas Adam udah mau nugasin stafnya, Cuma karena ini rapat penting, aku yang nyuruh mas Adam datang langsung, bukan salah mas Adam sih.” Terlihat sekali Anissa berusaha membela suaminya.
Maya memperhatikan raut wajah Anissa yang terlihat tak senang, dia hanya tersenyum, perempuan cantik itu sangat mencintai suaminya, entah kenapa Maya malah merasa senang dengan sikap Anissa itu, “Hmmm, kamu mau lihat lagi gak apa yang mbak beli?” Ujar Maya mengambil bungkusan lain. “Taraaa…” Maya mengarahkan kamera hpnya kearah tas yang dibelinya.
“Ya ampun imut banget mbak, duhhhh asli loh aku juga cari model seperti itu kemaren tapi kehabisan, kok Mbak Maya bisa dapat sih?” Tanya Anissa.
“Hmm mungkin beruntung kali ya Nis..” Jawab Maya sambil tersenyum. Percakapan mereka terus berlanjut, mereka saling bercerita seolah tak kehabisan topik untuk mereka bicarakan, tak terlihat mereka adalah dua orang perempuan yang merupakan madu satu sama lain, mereka malah terlihat begitu akrab dan saling mensupport.
Setelah makan, Maya Kembali berjalan-jalan menyusuri Mal, waktu sengangnya banyak dihabiskan di Mal, terkadang membeli pakaian untuk kerja, terkadang nonton sepanjang hari di bioskop jika ada film baru yang sedang hits, dan kali ini Maya memang ingin menonton Film Drama Hollywood yang baru saja memenangkan Oscar, Maya melihat jam tangannya, pertunjukan pertama akan berlangsung jam 12 siang nanti, masih ada waktu sekitar 1 jam lagi, Maya memutuskan untuk melihat-lihat pakaian, rasanya untuk ke perjalanan ke Jakarta nanti, Maya perlu pakaian baru.
Maya sungguh tak sabar menantikan bertemu dengan Anissa Kembali di Jakarta, apalagi sebentar lagi anaknya yang dititipkan di kandungan Anissa akan segera lahir, selain itu Maya juga sangat rindu dengan Milla, sahabat lamanya di Jakarta, sudah lama Maya tak pernah lagi berinteraksi dengan Milla, sungguh Maya merasa malu untuk bertemu Milla sejak kejadian dulu. Namun kali ini Maya bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan Milla, Maya merasa dia punya hutang Maaf yang besar karena melibatkan Milla dengan perselingkuhannya dulu, mengingat Milla, akhirnya ingatan Maya Kembali ke Anto, Hati Maya begitu sakit dengan sikap Anto saat terakhir kali pertemuan mereka, apalagi sejak dia mengetahui siapa jati diri Anto sebenarnya, hancur sudah hati Maya, namun di balik semua itu Maya sangat tahu apa yang hatinya rasakan, dia memang jatuh cinta pada pria bajingan itu, namun sejak dia mengetahui siapa Anto, hatinya mulai mengeras, rasa cintanya berubah menjadi rasa benci yang teramat sakit, namun Maya tahu, benci yang begitu besar pada pria yang telah memporak-porandakan hidupnya, membuatnya menjadi kuat saat ini, Maya berusaha keras melupakan semua tentang Anto, sungguh sulit bagi Maya menghapus semua kenangan yang terjadi, Antolah yang membuat Maya mengerti akan kenikmatan dunia, Antolah yang membuat Maya merasa menjadi Wanita sesungguhnya, dan sungguh Maya tak akan bisa melupakan momen intim mereka di masa lalu, setiap sentuhan pria itu masih terasa dalam ingatannya, walau sekuat tenaga dia berupaya melupakan, namun semua akan kembali mengisi relung memorinya saat Maya merasa kesepian.
Maya menghela napas dan duduk di sebuah bangku yang ada dekat toilet, dia sungguh tak ingin mengingat Kembali lelaki bajingan itu, namun setiap dia teringat dengan kenangan masa lalunya di Jakarta, bayangan Pria bajingan itu mengikuti dan ikut mengisi memori kenangannya, itulah salah satu alasan Maya untuk tak ingin Kembali ke Jakarta, kota itu begitu sesak dengan kenangan pahit dalam hidupnya, Maya saat ini hanya ingin menjadi istri yang baik untuk Adam Suaminya, Maya merasa sangat berdosa dan bersalah pada Adam, dan Maya bertekad tak ingin Kembali mengingat masa lalunya yang sangat menyakitkan, dia akan move on dan memulai Kembali merajut hubungannya dengan Adam seperti dulu. Mungkinkah itu…..Maya tak menyadari kalau dirinya sedang bingung dengan perasaannya saat ini, apakah dia benar-benar masih memiliki perasaan yang sama pada Adam, atau mungkin karena Maya mencoba ingkar dengan sosok lain yang telah merebut posisi Adam di hatinya, Maya Kembali menghela napas, dia kemudian bangkit dan berjalan masuk ke toilet..
***
“Wah gede juga malnya ya To, gak kalah mewah sama di Jakarta.” Ujar Muklis sambil matanya berputar menatap kemewahan interior Mal.
“Ya mal mah sama aja kali bang, lagian disini kan daerah cukup kaya jadi gak aneh kalau malnya mewah seperti Jakarta, bentar bang gua mau ke toilet dulu, pengen boker..” Ujar Anto tiba-tiba.
“Bujug! Nih bocah, liat tempat bagus malah mau boker, ya udah buruan sana..” Seru muklis, Anto menyeringai sambal bergegas menuju Toilet.
Takdir hamper saja mempertemukan Maya dan Anto, tepat saat Anto masuk ke dalam toilet pria, Maya baru saja keluar dari toilet Wanita, Maya berjalan sambil mengetik di layar hpnya, saking asiknya membalas chat sambil berjalan, Maya menabrak sosok besar di depannya, Hp Maya terjatuh, Muklis yang tak sengaja ditabrak Maya, mengambil hp yang terjatuh, “kalau jalan jangan sambil main hp Mbak.” Ujar Muklis menyerahkan hp Maya pada pemiliknya.
Sesaat Muklis tertegun, dia merasa mengenal perempuan didepannya ini, namun Muklis tak ingat dimana, “Maaf ya mas…” Ujar Maya meminta maaf, Muklis mengangguk sambil memperhatikan Maya yang berlalu di hadapannya.
“Kayaknya cewek itu gak asing deh..tapi dimana ya gua pernah ketemu, apa jangan-jangan dia artis? Tapi bukan kayaknya, ahhh dimana ya..” ujar Muklis sambil menggaruk kepalanya. Muklis benar-benar kesal dengan ingatannya, perempuan cantik yang baru saja menabraknya sepertinya sudah diujung lidahnya, namun Muklis tak bisa mengingatnya, “Duh nih bocah lama amat bokernya..” Muklis bersungut-sungut tak sabar menunggu Anto.
Anto yang merasa lega karena isi sampah di perutnya telah dikeluarkan, berjalan keluar dari toilet, dilihatnya Muklis tengah duduk bengong sambil menggaruk kepala, “Hoi bang…ngapain loh, garuk-garuk kepala kaya orang utan.” Ujar Anto terkekeh.
“Ahh sialan itu gua baru ingat!” Tiba-tiba Muklis berteriak.
“Lah kesambet jin kayaknya nih aki-aki.” Ujar Anto menyeringai.
“Pas gua liat lo, baru ingatan gua balik cuy..” ucap Muklis.
“Ngomong apaan sih lo bang.” Ujar Anto merasa aneh dengan sikap temannya ini.
“Tadi ada cewek cakep banget to nabrak gua..bening banget pake hijab, ampunnn cakepnya bukan main..” Ucap Muklis bersemangat, Anto hanya memicingkan matanya merasa temannya ini semakin aneh.
“Dan gua ngerasa kok kayaknya tuh cewek gak asing, dari tadi gua ppenasaran to, soalnya udah ada dalam otak gua, cumin gak bisa keluar, eh pas lu datang, baru gua ingat semua siapa cewek itu.” Lanjut Muklis.
“Maksud lo..?” Anto penasaran.
“Gua ingat, itu cewek sering datang ke Bank tempat kita jaga parkiran dulu, dan kenapa gua ingat benar, karena dia pernah nanya soal lu ke gua, ya ampunnn, lu pasti tau deh cewek itu…ingat kan cewek yang dulu sering lu ajak becanda dan orangnya juga ramah, yang cakep banget itu…ingat kan lu..” Ucap Muklis.
Cerita Muklis membuat hati Anto berdegup kencang, apa yang dikatakan muklis membuat ingatannya menuju ke Maya, sosok yang dirindukannya selama ini, tapi Anto masih setengah tak percaya, ini bukan Jakarta, ini Balikpapan, ngapain Maya di Balikpapan, Anto merasa muklis salah lihat atau mungkin perempuan itu mirip dengan Maya.
“Salah lihat kali lu bang, ini kan bukan Jakarta bang, ini Kalimantan, ngapain cewek itu di Kalimantan, ada-ada aja lu..” Sahut Anto.
“Ya lu bener juga sih, masa kebetulan banget kaya gitu, ngapain dia di Kalimantan, tapi gua rasa ingatan gua gak salah To, gak banyak cewek cakep yang pernah ketemu dan ngomong ama gua to, dan gua yakin banget kalau dia itu orang yang sama yang dulu pernah nanyain lu…” Ucap Muklis dengan raut wajah yakin.
Anto memandang wajah temannya ini, rasanya Muklis memang sunguh-sunguh dengan ucapannya, hati Anto semakin berdegup, entah kenapa Anto juga merasa Maya berada dekat dengannya, namun Anto juga ragu karena masalah tempat mereka berada, Yang dia tahu kalau Maya pindah ikut suaminya ke Surabaya, lalu ngapain Maya di Balikpapan? Anto mencoba menafikan cerita Muklis, namun hati Anto tak henti berdegup kencang, desirannya semakin kuat mengusap kerinduannya…
***
Bersambung