Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Diary Seorang Istri Season 2
Bagian 4

by Pujangga2000 (wa0ne53)


Sekelebat cahaya lampu mobil terhampar di gordyn Maya, terdengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah, Maya mengintip dari balik gordyn, sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan rumahnya, terlihat seorang pria menggendong seorang anak turun dari mobil, pria lain yang menjadi supir mubil juga turun membuka pintu belakang, beberapa koper terlihat diturunkan, ada sekitar 3 atau 4 koper besar turun dari mobil, Maya melihat jam dinding rumahnya, jam 23.00!! Tak lama dari pintu tengah keluar seorang wanita paruh baya, pria yang menggendong anak kecil itu ikut membantu wanita itu turun, Maya menutup gordynnya kembali, rumah didepannya sudah lama kosong, kabarnya rumah itu juga dikontrakan, dulu saat pertama kali Maya mencari kontrakan, agennya pernah menawarkan rumah itu, namun karena menghadap barat dan terasa panas kalau siang hari, Maya akhirnya memilih rumah di depan rumah yang ditawarkan.

Maya meletakkan hpnya di meja sebelah tempat tidurnya, tak lupa juga dia memasang charger untuk mengisi hpnya, Maya tersenyum membayangkan sebentar lagi bayi yang dikandung Anissa akan segera lahir, tak sabar rasanya Maya ingin melihat bayinya, Sambil merebahkan tubuh di kasur, Maya kembali membayangkan bayi yang akan lahir itu, “Mirip siapa ya nanti, apa mirip aku atau mas Adam, ahhh aku benar-benar ga sabar ingin segera menimang anakku itu…” Maya memejamkan mata sambil tersenyum, hatinya benar-benar diliputi kebahagiaan.

Sinar mentari pagi menembus gordyn kamar Maya, sang pemilik kamar telah bangun sejak subuh tadi, Maya kini tengah menyapu teras rumah, tak lupa dia juga menyiram tanaman di pot yang tergantung, suara burung murai terdengar bersahutan indah dari sebelah rumah, Maya melihat seorang wanita paruh baya keluar dari rumah didepannya, Maya mengangguk memberi salam, perempuan paruh baya itu tersenyum membalas senyumnya, tak lama seorang pria tinggi bertubuh atletis keluar dari rumah, pria itu tersenyum mengangguk pada Maya sebagai ungkapan salam, Maya membalas mengangguk, pria itu rupanya hendak jogging, terlihat dia mencium tangan perempuan setengah baya yang kini duduk santai di teras rumah, tak terdengar ucapan mereka, tak lama pria itu meninggalkan rumah, saat melewati Maya, dia kembali tersenyum mengangguk.

Perempuan setengah baya bangkit dari duduknya, didekatinya Maya yang tengah menyapu teras, “Selamat pagi Mbak, saya penghuni baru, tadi malam baru datang.” Ujar perempuan itu, Maya meletakkan sapunya, “Mari bu, silahkan masuk..” Ujar Maya, perempuan itu tersenyum, “Gak usah mbak, disini saja, segar ya udara pagi disini.” Ucap perempuan itu.

Dari logat bicaranya, Maya menduga kalau perempuan ini bukan penduduk lokal, logatnya mirip seperti dirinya, logat jakarta. “Ibu pasti bukan orang sini ya, dari logat bicaranya.” Tanya Maya.

“Ya mbak, ibu dari Jakarta, ini nemani anak kesini, kamu juga dari Jakarta ya.” Tanya ibu itu balik, Maya mengangguk, entah kenapa rasanya begitu senang bertemu orang dari kota asal kita saat di negeri orang, “Masuk bu, kita ngobrol-ngobrol heheh, saya senang banget ketemu orang dari Jakarta, rasanya kaya bertemu saudara heheh.” Ujar Maya.


***​


Maya meletakkan secangkir teh hangat di depan perempuan setengah baya itu, perempuan itu tersenyum-senyum sambil memperhatikan Maya begitu rupa, hingga membuat Maya merasa sedikit jengah.

“Terima kasih nak, kelihatan sekali kamu itu orang yang baik, kamu sudah lama disini?” Tanya perempuan setengah baya sambil meminum tehnya.

“Hampir setahun bu..” Jawab Maya.

“Ohh, kamu kelihatannya tinggal sendirian, suaminya di mana.” Tanya ibu itu lagi.

“Suami saya di Surabaya bu,” Jawab Maya singkat, andai Maya memperhatikan, ada sedikit perubahan di raut wajah ibu itu saat Maya mengatakan dimana suaminya, Ibu itu tersenyum, namun senyumnya terlihat berbeda dengan sebelumnya, ada garis kekecewaan di balik senyum itu saat mendengar perempuan muda didepannya ini telah memiliki suami.

“Saya disini nemani anak dek Maya, itu yang tadi pergi jogging putra tunggal saya, dia pindah tugas ke kalimantan, sebenarnya pindah tugasnya sudah dua bulan lalu, nah itu cucu saya,” Ujar perempuan setengah baya itu menunjuk ke suatu arah, Maya melihat arah yang ditunjuk, terlihat seorang anak perempuan sebaya Josie berdiri didepan pintu sambil menggendong boneka, anak itu terlihat menggemaskan, Maya tersenyum dan entah kenapa Maya terlihat senang dengan anak itu.

“Amira..ini nenek disini..” ujar perempuan setengah baya itu, saat hendak bangun, Maya menahannya, “Biar saya yang jemput bu.” Maya kemudian berjalan mendekati anak perempuan itu, Maya berjongkok di depan anak itu, Bu Rahmah, nenek Amira melihat Maya tengah berbincang dengan cucunya, tak terdengar apa yang mereka bicarakan, namun tak lama dia melihat Maya mengenggam tangan cucunya dan berjalan kearahnya, melihat itu bu rahmah cukup surprise, biasanya cucunya tak gampang akrab dengan orang asing, namun dengan Maya dia langsung akrab dan terlihat nyaman.

“Amiira pasti lapar ya, nanti tante bikin omlet mau kan?” Ujar Maya pada anak itu yang kini memeluk neneknya, Anak itu hanya diam menatap Maya, “gak usah nak Maya, malah merepotkan.” Ucap Nenek Amira merasa sungkan.

“Gak apa nek, kan nenek sama amira baru saja pindah, repot pasti kalau masak, biar saya siapin sarapan. Sebentar ya..gimana kalau masuk saja nek, yuk Mira..” Maya menjulurkan tangan ke arah Amira, anak perempuan itu memandang ke neneknya, saat neneknya mengangguk, Mira menyambut tangan Maya dan berjalan ke dalam rumah, Bu Rahmah memandang keakraban cucunya itu dengan perempuan muda tetangganya, entah apa yang ada dalam benak perempuan paruh baya iitu, hanya helaan napas yang terdengar, perempuan setengah baya itu bangun dan mengikuti Maya ke dalam.


***​


Maya memandang Amira dengan senyum saat melihat anak perempuan itu melahap habis omlet buatannya, “Enak ya bikinan tante.” Tanya neneknya, Amira mengangguk dan tersenyum lebar lalu kembali menyantap makanannya.

Nenek Amira kemudian bercerita kalau ibunda Amira telah wafat setahun yang lalu karena kecelakaan lalu lintas, Ayah Amira adalah perwira polisi berpangkat Komisaris Polisi, Maya sedikit perih mendengar cerita nenek Amira, anak sekecil itu harus kehilangan kasih sayang ibunya, nasib Amira sama persis dengannya, namun Amira lebih beruntung karena masih mempunyai Ayah.

“Sejak kepergian ibunya, Amira berubah menjadi murung, dia begitu akrab dengan ibunya, kehilangan ibunya membuat Mira berubah dari anak yang bawel dan cerewet menjadi anak pendiam, dan saya sebenarnya terkejut juga melihat Amira langsung akrab dengan nak Maya, biasanya dia sulit menerima orang yang baru dikenalnya, apa karena…” Ujar Nenek menggantung ucapannya.

“Karena apa nek..” Tanya Maya penasaran.

“Sosok nak Maya mungkin mengingatkan dia pada ibunya, kalau dari postur, Ibunya Amira memang hampir mirip dengan nak Maya, apa mungkin karena itu?” Jawab sang nenek.

Tiba-tiba terdengar orang mengucapkan salam dari luar, “Nah itu papah sudah balik.” Ucap Nenek, Amira yang telah selesai makan, langsung menghambur keluar menuju suara ayahnya, “Eh Mira pelan-pelan sayang..” Ujar Maya yang sedikit kaget. “Begitulah dia nak, kalau dengar suara papahnya langsung saja menghambur, walau sedang makan.” Ucap Nenek, Maya membantu Nenek Rahmah turun dari kursi.

“Loh ibu, pagi-pagi sudah merepotkan tetangga..” Ujar pria gagah yang sedang menggendong Mira.

“Ini loh Guh, Nak Maya maksa ibu untuk sarapan, heheh..nak Maya makasih banyak atas jamuannya ya.” Ujar nenek sambil mengenngam tangan Maya.

“Ini aku sudah beli bubur bu.” Ujar Teguh sambil menunjukkan bungkusan di tangannya.

“Nak Maya mau bubur? Kalau ibu sudah kenyang makan omlet, masakannya enak banget loh Guh heheh..” Ujar nenek.

Maya tersipu, “Ah Cuma omlet kok bu..”

“Bagaimana kalau gantian nak Maya yang mampir, sambil makan bubur, gimana..” tanya Nenek.

“Terima kasih banyak bu, saya ada acara sebentar lagi, lain kali ya..” Jawab Maya, memang jam 8 nanti Maya ada kelas Yoga.

“Ohh ya sudah, janji loh lain kali gantian kamu makan di rumah..sekali lagi terima kasih ya nak Maya..ayo Mira bilang apa ama tante.” Ujar sang nenek sambil berjalan mendekati cucunya.

“Ayo sayang, bilang terima kasih ama tante..” pinta Kompol Teguh pada putrinya yang sedang berada di gendongannya, namun Amira tak bergeming.

“Terima kasih ya mbak..maafin Amira ya sudah merepotkan.” Ujar Bram.

“Gak merepotkan kok pak..” jawab Maya. Teguh dan nenek berjalan menuju rumahnya, sesampainya dirumah, nenek kembali melihat kearah Maya dan tersenyum sambil melambaikan tangan, Teguh ikut mengangguk, Maya melambaikan tangan sambil tersenyum pada tetangga barunya itu.

Suara dering Hpnya membuat Maya masuk kerumah, bergegas diambilnya hp yang sedang di charge, senyum Maya mengembang melihat nama pemanggilnya, “Halo yank…” ucap Maya sambil merebahkan kembali tubuhnya di kasur.

“Kirain masih tidur yank..kok lama banget angkatnya.” Tanya Adam.

“Enak aja, aku udah subuh bangun dong, kamu udah maem yank?” Tanya Maya.

“Ehmm udah dong, eh ya yank, aku nanti mau beliin tiket buat kamu, kapan kamu ambil cuti ngajar.”

“Hmmm..nanti aku kabarin ya, Anissa mana yank.”

“Nisa di Jakarta yank, aku sekarang di surabaya, nanti sore balik Jakarta.”

“Oh kamu kok masih ambil job ke luar kota sih yank, kenapa gak nyuruh asisten atau staf yang lain, kan Anissa bentar lagi melahirkan..”

“Ihh kok ngomel-ngomel sih, Anissa ada ibu dan bapaknya yang nemani, makanya aku gak khawatir, soalnya ini ada pertemuan penting yank, duhh perempuan cantik berdua udah mulai bersekutu nih…”

“Rasain…hehehe, soal cuti nanti aku kabari yank, aku ada kelas yoga jam 8 nanti yank, aku izin ya ikut kelas.”

“Ya…yank kamu udah sehat kan..gimana kondisi kamu.”

“Udah sehat donk..masa kalau gak sehat ikut Yoga, kamu itu ya aneh..”

“Alhamdulillah kalau sudah sehat, jadi aku kan gak nganggur nanti hehehe..”

“Heh! Maksudnya nganggur gimana sih, gak ngerti..”

“Ada deh hehehehe..”

“Dasar kamu ya….hehehe..” Tawa Maya begitu lepas saat menyadari arah pembicaraan suaminya itu, diletakkan kembali hpnya di meja, hati Maya diliputi rasa bahagia, dia telah ikhlas menjalani takdir hidupnya, sebentar lagi hidupnya akan terasa lengkap dengan kehadiran anaknya, senyum Maya mengembang sambil bersiul, Maya melompat dari ranjang dan mengambil handuk untuk segera bersiap mengikuti kelas Yoga.


***

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Diary Seorang Istri Season 2
Part 5

by Pujangga2000 (wa0ne53)

Maya mengambil handuk yang dipinjamkan oleh gym tempatnya Latihan Yoga, walaupun Yoga terlihat olahraga yang santai, namun bagi yang menjalaninya seperti Maya, Yoga memerlukan energi yang cukup besar juga, tubuh Maya terasa lengket karena peluh, Setelah mengambil handuk dari resepsionis, Maya mengalungkan handuknya di leher, beberapa rekannya yang ikut Latihan melambaikan tangan saat berpapasan di pintu keluar, Maya membalas lambaian tangan mereka, sambil menaiki tangga menuju tempat ganti pakaian sekaligus juga kamar mandi, di ruangan ganti, Maya duduk di bangku Panjang membuka sepatu dan kaos kakinya, diletakkannya sepatu dan kaos kakinya di ujung kursi Panjang, dengan bertelanjang kaki, Maya menuju loker tempat pakaian ganti di simpannya, dibukanya loker tersebut, lalu Maya membuka kaos sport berikut celana training Panjang yang dikenakannya, dibalutkan handuk gym menutupi tubuh mulusnya, Maya kemudian mengambil pakaian dalam yang disimpan dalam tas, sepasang Bra dan celan dalam berwarna senada dibawanya menuju kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Maya mematutkan dirinya di cermin sambal memperbaiki hijab yang dikenakannya, pakaian casual berupa hoddie lengan panjang berwarna hijau muda dengan celana jeans berwarna biru tampil serasi mempercantik penampilannya, ditambah hijab polos berwarna pink pucat semakin membuat penampilan Maya cerah berwarna. Setelah dirasakan penampilannya sudah sempurn, Maya mengambil tas sportnya dan turun, di meja resepsionis, Maya menyerahkan handuk untuk ditukar dengan kartu anggota gymnya.

“Ini mbak kartunya, oh ya, jadwal kelas sabtu yang kemaren di cancel, akan diganti sabtu berikutnya jadi dua sesi mbak.” Ujar petugas resepsionis.

“Ohh gitu, ya udah thanks ya buat infonya.” Sahut Maya sambal menyimpan kartu anggota gymnya di dompet. “Saya pulang dulu ya mbak, nanti di reminder aja di whatsapp.” Ujar Maya, sang petugas resepsionis mengangguk, Maya melangkah santai meninggalkan arena gym, di sebelah arena guym adalah lokasi Food court, jam masih pukul 10 pagi, belum banyak penjual makanan di food court ini yang buka, mereka terlihat sedang sibuk mempersiapkan jualan mereka.

Maya menuruni tangga ekskalator, dilihatnya beberapa toko sudah mulai buka, beberapa lainnya sedang bersiap-siap buka, Maya melangkah masuk ke sebuah tennant pakaian bayi, Maya tersenyum-senyum sendiri saat melihat pakaian mungil yang terlihat menggemaskan, seorang pelayan Wanita menghampiri Maya.

“Untuk dede cowok apa cewek kak?” Sapa pelayan tersebut.

“Lihat-lihat dulu aja mbak,” Jawab Maya, sungguh Maya belum tahu apa jenis kelamin anaknya kelak, mereka bertiga telah sepakat untuk tak ingin tahu jenis kelamin Bayi hingga nanti dilahirkan, pakaian dan perlengkapan bayi yang telah disiapkan Adam dan Anissa semuanya berwarna netral, mereka juga belum terlalu banyak membeli pakaian untuk bayi yang akan hadir nanti, rencananya jika sudah lahir baru mereka akan melengkapi peralatan bayi yang belum ada.

Maya Kembali tersenyum-senyum, pakaian yang dipegangnya cukup imut dan menggemaskan, warnanya pink, dan tentu saja diperuntukkan untuk bayi cewek, entah kenapa Maya punya feeling yang kuat kalau anaknya yang akan lahir adalah berjenis kelamin perempuan. Pakaian bayi itu rupanya adalah pakaian tidur, ada beberapa motif dan warna yang lucu, Maya mengambil motif macan berwarna oranye dengan dasar warna putih, motif garis-garis berwarna pink dan hijau muda, “Saya ambil ini ya mbak..” Maya menyerahkan pakaian yang dipilihnya kepada pelayan.

“Yang lainnya apa lagi kak? Oh ya kak ini ada tas untuk perlengkapan dedek bayi, lucu banget dan best seller loh, baru aja datang, sebentar saya ambilkan.” Sang pelayan terlihat bersemangat menawarkan produk lain, tak lama dia Kembali membawa tas yang memang bagus dan menggemaskan, terlihat Maya juga menyukai tas yang di tawarkan oleh pelayan tersebut. “Ini udah beberapa kali repeat order kak, barangnya memang terbatas, pokoknya must buy banget ini.” Ujar Sang pelayan yang terlihat pandai dalam melakukan persuasi terhadap customernya.

“Duh ya mbak imut banget, ya udah aku ambil deh..” Ujar Maya yang memang terlihat jatuh cinta dengan tas tersebut, Maya menyerahkan kartu kreditnya pada sang pelayan, perempuan manis itu membawa barang-barang yang telah dipilih Maya sekaligus kartu kredit tadi ke kasir.

“Kalau nanti kakak butuh yang lain, seperti stroller, atau apapun kebutuhan bayi, jangan sungkan untuk Kembali ya, kami akan berikan produk dan harga terbaik untuk kakak.” Ujar sang pelayan sambal menyerahkan kembali kartu kredit Maya dan bungkusan barang-barang yang dibeli Maya.

Maya mengucapkan terima kasih, dan melangkah keluar toko, hatinya berbunga-bunga dan sangat Bahagia, langkahnya terasa ringan sambil melirik kearah bungkusan yang baru saja dibelinya, “Mmm…mamah gak sabar ketemu kamu sayang, ini mamah udah beliin sedikit buat kamu, mamah janji nanti mamah beliin lagi yang banyak..” Maya terkekeh didalam hati saat mendengar suara hatinya sendiri, panggilan mamah terasa aneh sekaligus menggelitik hatinya. “Duh aku kok tiba-tiba lapar ya, ya udah makan dulu aja deh.” Maya Kembali menuju area food court di lantai atas.


***​


“Emangnya mal udah buka jam segini bang?” Tanya Anto saat menunggu angkot yang menuju ke Mal Balikpapan.

“Ya udahlah, gua makanya pengen pagi-pagi berangkat karena biar puas To, suntuk dirumah terus nih, sekalian gua mau beliin sesuatu buat anak gua, kan kalau kita datang pagi ke mal, kita bisa lama maennya heheh.” Ujar Muklis sambil menyalakan rokoknya dan menawarkan pada Anto.

“Dah Kaya anak Abg aja lu bang, apa jangan-jangan lu lagi puber keduaa ya heheh..” Ujar Anto sambal mengambil rokok yang ditawarkan oleh Muklis.

“Ahh apaan lu puber kedua, lu tau kan To, udah berapa lama nih kita disini, selama itu juga kita gak ngerasain gituan, suntuk banget..apa lu gak suntuk?” Tanya Muklis sambal tersenyum masam.

Anto hanya mengangkat bahu, memang bagi lelaki normal macam mereka berdua, seks adalah kebutuhan dasar, mengingat itu pikiran Anto Kembali melayang pada kenangannya Bersama Maya, Anto merasakan Maya adalah Wanita yang begitu spesial baginya, setiap terkenang dengan Maya anehnya panasnya hubungan seks mereka bukanlah menjadi hal yang terlintas di pikiran Anto, dia malah mengingat kelembutan Maya, manjanya, serta rapuhnya Wanita itu, betapa Anto sangat menyesali perbuatannya terakhir di apartemen yang mendorong Maya hingga terjatuh, dia merasakan perlahan sosok Maya mulai mnguasai hati dan sanubarinya, hanya Maya yang mampu membuat Anto meneteskan air mata saat kerinduannya terasa begitu hebat. Anto perlahan mulai menyerah mengharapkan Maya, seolah Wanita itu telah hilang ditelan bumi, whatsappnya tak pernah aktif sejak terakhir mereka bertemu di apartemen, namun semakin Anto mencoba menyerah, kerinduannya malah semakin menggebu terhadap perempuan itu.

“Hoi..bengong aja lu…tuh angkotnya dah datang.” Tepukan muklis di bahunya menyadarkan lamunan Anto, disekanya ujung matanya yang terasa basah, “Lu nangis To? Ngomongin ngewe malah nangis, apa udah kebelet lu..” Gurau Muklis sambal tertawa.

“Apaan sih lo bang, mata gua ngantuk gara-gara lo nih..” Anto bersungut-sungut sambil masuk kedalam Angkot, Muklis hanya mesem-mesem melihat sikap temannya itu.


***​


“Ihh lucu banget mbak bajunya…” Ujar Anissa saat melakukan facetime dengan Maya.

“Mbak gak beli banyak Nis, Cuma 3 stel aja, nanti kalau udah ketauan dedek bayinya girl atau boy, baru rencananya mbak beli banyakan.” Ucap Anissa sambal terus memutar-mutar kamera hpnya di sekeliling pakaian mungil yang di beber di meja.

“Ya mbak…eh, kata mas Adam apa mbak, kapan mbak akan kesini.” Tanya Anissa.

“Tadi pagi mas Adam nelpon mbak, dia nunggu kabar dari mbak, tadi mbak sempet marah ke mas Adam loh.” Ujar Maya.

“Emang kenapa mbak?” Tanya Anissa.

“Ya..kamu kan sebentar lagi lahiran, kok dia masih sibuk rapat sono-sini..” Jawab Maya sambal mengunyah makanannya.

“Ya sebenernya sih mas Adam udah mau nugasin stafnya, Cuma karena ini rapat penting, aku yang nyuruh mas Adam datang langsung, bukan salah mas Adam sih.” Terlihat sekali Anissa berusaha membela suaminya.

Maya memperhatikan raut wajah Anissa yang terlihat tak senang, dia hanya tersenyum, perempuan cantik itu sangat mencintai suaminya, entah kenapa Maya malah merasa senang dengan sikap Anissa itu, “Hmmm, kamu mau lihat lagi gak apa yang mbak beli?” Ujar Maya mengambil bungkusan lain. “Taraaa…” Maya mengarahkan kamera hpnya kearah tas yang dibelinya.

“Ya ampun imut banget mbak, duhhhh asli loh aku juga cari model seperti itu kemaren tapi kehabisan, kok Mbak Maya bisa dapat sih?” Tanya Anissa.

“Hmm mungkin beruntung kali ya Nis..” Jawab Maya sambil tersenyum. Percakapan mereka terus berlanjut, mereka saling bercerita seolah tak kehabisan topik untuk mereka bicarakan, tak terlihat mereka adalah dua orang perempuan yang merupakan madu satu sama lain, mereka malah terlihat begitu akrab dan saling mensupport.

Setelah makan, Maya Kembali berjalan-jalan menyusuri Mal, waktu sengangnya banyak dihabiskan di Mal, terkadang membeli pakaian untuk kerja, terkadang nonton sepanjang hari di bioskop jika ada film baru yang sedang hits, dan kali ini Maya memang ingin menonton Film Drama Hollywood yang baru saja memenangkan Oscar, Maya melihat jam tangannya, pertunjukan pertama akan berlangsung jam 12 siang nanti, masih ada waktu sekitar 1 jam lagi, Maya memutuskan untuk melihat-lihat pakaian, rasanya untuk ke perjalanan ke Jakarta nanti, Maya perlu pakaian baru.

Maya sungguh tak sabar menantikan bertemu dengan Anissa Kembali di Jakarta, apalagi sebentar lagi anaknya yang dititipkan di kandungan Anissa akan segera lahir, selain itu Maya juga sangat rindu dengan Milla, sahabat lamanya di Jakarta, sudah lama Maya tak pernah lagi berinteraksi dengan Milla, sungguh Maya merasa malu untuk bertemu Milla sejak kejadian dulu. Namun kali ini Maya bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan Milla, Maya merasa dia punya hutang Maaf yang besar karena melibatkan Milla dengan perselingkuhannya dulu, mengingat Milla, akhirnya ingatan Maya Kembali ke Anto, Hati Maya begitu sakit dengan sikap Anto saat terakhir kali pertemuan mereka, apalagi sejak dia mengetahui siapa jati diri Anto sebenarnya, hancur sudah hati Maya, namun di balik semua itu Maya sangat tahu apa yang hatinya rasakan, dia memang jatuh cinta pada pria bajingan itu, namun sejak dia mengetahui siapa Anto, hatinya mulai mengeras, rasa cintanya berubah menjadi rasa benci yang teramat sakit, namun Maya tahu, benci yang begitu besar pada pria yang telah memporak-porandakan hidupnya, membuatnya menjadi kuat saat ini, Maya berusaha keras melupakan semua tentang Anto, sungguh sulit bagi Maya menghapus semua kenangan yang terjadi, Antolah yang membuat Maya mengerti akan kenikmatan dunia, Antolah yang membuat Maya merasa menjadi Wanita sesungguhnya, dan sungguh Maya tak akan bisa melupakan momen intim mereka di masa lalu, setiap sentuhan pria itu masih terasa dalam ingatannya, walau sekuat tenaga dia berupaya melupakan, namun semua akan kembali mengisi relung memorinya saat Maya merasa kesepian.

Maya menghela napas dan duduk di sebuah bangku yang ada dekat toilet, dia sungguh tak ingin mengingat Kembali lelaki bajingan itu, namun setiap dia teringat dengan kenangan masa lalunya di Jakarta, bayangan Pria bajingan itu mengikuti dan ikut mengisi memori kenangannya, itulah salah satu alasan Maya untuk tak ingin Kembali ke Jakarta, kota itu begitu sesak dengan kenangan pahit dalam hidupnya, Maya saat ini hanya ingin menjadi istri yang baik untuk Adam Suaminya, Maya merasa sangat berdosa dan bersalah pada Adam, dan Maya bertekad tak ingin Kembali mengingat masa lalunya yang sangat menyakitkan, dia akan move on dan memulai Kembali merajut hubungannya dengan Adam seperti dulu. Mungkinkah itu…..Maya tak menyadari kalau dirinya sedang bingung dengan perasaannya saat ini, apakah dia benar-benar masih memiliki perasaan yang sama pada Adam, atau mungkin karena Maya mencoba ingkar dengan sosok lain yang telah merebut posisi Adam di hatinya, Maya Kembali menghela napas, dia kemudian bangkit dan berjalan masuk ke toilet..


***


“Wah gede juga malnya ya To, gak kalah mewah sama di Jakarta.” Ujar Muklis sambil matanya berputar menatap kemewahan interior Mal.

“Ya mal mah sama aja kali bang, lagian disini kan daerah cukup kaya jadi gak aneh kalau malnya mewah seperti Jakarta, bentar bang gua mau ke toilet dulu, pengen boker..” Ujar Anto tiba-tiba.

“Bujug! Nih bocah, liat tempat bagus malah mau boker, ya udah buruan sana..” Seru muklis, Anto menyeringai sambal bergegas menuju Toilet.

Takdir hamper saja mempertemukan Maya dan Anto, tepat saat Anto masuk ke dalam toilet pria, Maya baru saja keluar dari toilet Wanita, Maya berjalan sambil mengetik di layar hpnya, saking asiknya membalas chat sambil berjalan, Maya menabrak sosok besar di depannya, Hp Maya terjatuh, Muklis yang tak sengaja ditabrak Maya, mengambil hp yang terjatuh, “kalau jalan jangan sambil main hp Mbak.” Ujar Muklis menyerahkan hp Maya pada pemiliknya.

Sesaat Muklis tertegun, dia merasa mengenal perempuan didepannya ini, namun Muklis tak ingat dimana, “Maaf ya mas…” Ujar Maya meminta maaf, Muklis mengangguk sambil memperhatikan Maya yang berlalu di hadapannya.

“Kayaknya cewek itu gak asing deh..tapi dimana ya gua pernah ketemu, apa jangan-jangan dia artis? Tapi bukan kayaknya, ahhh dimana ya..” ujar Muklis sambil menggaruk kepalanya. Muklis benar-benar kesal dengan ingatannya, perempuan cantik yang baru saja menabraknya sepertinya sudah diujung lidahnya, namun Muklis tak bisa mengingatnya, “Duh nih bocah lama amat bokernya..” Muklis bersungut-sungut tak sabar menunggu Anto.

Anto yang merasa lega karena isi sampah di perutnya telah dikeluarkan, berjalan keluar dari toilet, dilihatnya Muklis tengah duduk bengong sambil menggaruk kepala, “Hoi bang…ngapain loh, garuk-garuk kepala kaya orang utan.” Ujar Anto terkekeh.

“Ahh sialan itu gua baru ingat!” Tiba-tiba Muklis berteriak.

“Lah kesambet jin kayaknya nih aki-aki.” Ujar Anto menyeringai.

“Pas gua liat lo, baru ingatan gua balik cuy..” ucap Muklis.

“Ngomong apaan sih lo bang.” Ujar Anto merasa aneh dengan sikap temannya ini.

“Tadi ada cewek cakep banget to nabrak gua..bening banget pake hijab, ampunnn cakepnya bukan main..” Ucap Muklis bersemangat, Anto hanya memicingkan matanya merasa temannya ini semakin aneh.

“Dan gua ngerasa kok kayaknya tuh cewek gak asing, dari tadi gua ppenasaran to, soalnya udah ada dalam otak gua, cumin gak bisa keluar, eh pas lu datang, baru gua ingat semua siapa cewek itu.” Lanjut Muklis.

“Maksud lo..?” Anto penasaran.

“Gua ingat, itu cewek sering datang ke Bank tempat kita jaga parkiran dulu, dan kenapa gua ingat benar, karena dia pernah nanya soal lu ke gua, ya ampunnn, lu pasti tau deh cewek itu…ingat kan cewek yang dulu sering lu ajak becanda dan orangnya juga ramah, yang cakep banget itu…ingat kan lu..” Ucap Muklis.

Cerita Muklis membuat hati Anto berdegup kencang, apa yang dikatakan muklis membuat ingatannya menuju ke Maya, sosok yang dirindukannya selama ini, tapi Anto masih setengah tak percaya, ini bukan Jakarta, ini Balikpapan, ngapain Maya di Balikpapan, Anto merasa muklis salah lihat atau mungkin perempuan itu mirip dengan Maya.

“Salah lihat kali lu bang, ini kan bukan Jakarta bang, ini Kalimantan, ngapain cewek itu di Kalimantan, ada-ada aja lu..” Sahut Anto.

“Ya lu bener juga sih, masa kebetulan banget kaya gitu, ngapain dia di Kalimantan, tapi gua rasa ingatan gua gak salah To, gak banyak cewek cakep yang pernah ketemu dan ngomong ama gua to, dan gua yakin banget kalau dia itu orang yang sama yang dulu pernah nanyain lu…” Ucap Muklis dengan raut wajah yakin.

Anto memandang wajah temannya ini, rasanya Muklis memang sunguh-sunguh dengan ucapannya, hati Anto semakin berdegup, entah kenapa Anto juga merasa Maya berada dekat dengannya, namun Anto juga ragu karena masalah tempat mereka berada, Yang dia tahu kalau Maya pindah ikut suaminya ke Surabaya, lalu ngapain Maya di Balikpapan? Anto mencoba menafikan cerita Muklis, namun hati Anto tak henti berdegup kencang, desirannya semakin kuat mengusap kerinduannya…



***

Bersambung
 
klo sampe balik lagi sama anto gpp hu

cuma putus hubungan ga ntr sama nisa n adam, mengingat anto yg bikin maya takluk??
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd