Scene 2
Matsuyama Edo
Kagura Nakagawa
Takeru Yamamoto
Ayumi Nakata
Namaku Matsuyama Edo. Dalam dunia bawah, aku memiliki julukan, yaitu si peluru beracun. Secara lengkap dalam bahasa Jepang, sebutanku adalah
dokudan no Edo Matsuyama, yang artinya Matsuyama Edo si peluru beracun. Aku tidak tertarik dengan judi, aku kurang tertarik dengan alkohol, tetapi aku sangat tertarik pada wanita.
Saat ini, wanita yang paling menarik perhatianku adalah Kagura-chan, atau yang dikenal dengan
senshi no ojou no Nakagawa Kagura, yang artinya Kagura Nakagawa si petarung wanita. Saat ini, aku sudah berada dikamar mandirnya, tinggal menunggu ia masuk. Ya, kamar mandi rumah tempat ia mengontrak. Aku sangat ahli dalam penyusupan dan pekerjaan mata-mata. Kurasa, Kagura-chan tidak tahu bahwa saat ini aku sudah berada di kamar mandinya. Aku tidak mengenakan pakaian apapun. Telanjang bulat. Membayangkan tubuh telanjang Kagura-chan saja sudah cukup untuk membuat penisku meronta-ronta ingin bangun.
Setelah beberapa saat, Kagura-chan masuk ke kamar mandi. Ia pun sudah bertelanjang tanpa sehelai benang pun ditubuhnya. Melihat bagian belakang tubuhnya saja sudah membuatku bernafsu. Walau yang kelihatan hanya punggung dan pantatnya yang bulat. Dari kaca, aku bisa memandang tubuh Kagura-chan bagian depannya. Kulit putih bersih, buah dada bulat dengan puting susu yang indah berwarna merah muda, perut yang rata, paha yang sangat menggoda, kaki yang ramping, serta lubang kemaluannya yang tampak menonjol dan indah disertai dengan rambut-rambut kemaluan. Kali ini, aku tidak sanggup menahan penisku untuk bangun sepenuhnya.
“
Utsukushii karada yo. Sore ha watashi wo odoroka seru no wo yameru koto ha arimasen. (Tubuh yang cantik. Aku tidak pernah bosan melihatnya.)” Kataku.
Kagura-chan tampak kaget menyadari kehadiranku disini. Akan tetapi, dengan cepat ia langsung kembali pada ketenangannya. Tenaga ki miliknya pun terpoles dengan sempurna.
“
Darekaga nokku mo sezu watashi no ie wo nyuuryoku shita baai ha, watashi ga kare wo koroshita darou shitte. (Kamu tahu, siapapun yang memasuki rumahku tanpa mengetuk pintu, aku pasti akan membunuhnya.)” Kata Kagura-chan.
“
Shikashi, sore ha sore ha nai, watashi ni ha tekiyou sa remasen ka? (Tapi, itu tidak berlaku untukku kan?)” Kataku sambil mulai melangkah tepat kebelakang tubuhnya.
Aku yang sudah berada persis dibelakang tubuhnya, memajukan kepalaku untuk mencium bibirnya. Tidak kuat melihat buah dada yang bulat dan putih sempurna itu menganggur, aku segera mengulurkan tanganku untuk menggapainya. Ah, begitu pas ditanganku. Penisku semakin mengacung ketika tanganku mulai meremas-remas buah dada Kagura-chan yang begitu indah itu.
Kagura-chan juga ikut membalas melumat bibirku. Bibirnya begitu menggoda, gerakan bibirnya pun membuatku semakin terangsang. Lidah kami pun mulai saling beradu dan merangsang satu sama lain. Lidahnya begitu lembut, sehalus tubuh indah dan mulusnya. Tanganku pun mulai tidak tahan untuk menggenggam buah dada Kagura-chan satunya lagi. Kini, kedua tanganku sudah meremas-remas dan memelintir puting susunya. Aku betul-betul ingin merasakan ini selamanya. Tidak pernah kulihat dan kuremas buah dada yang begitu putih, bulat sempurna, dan begitu pas di tanganku ini.
“Ssshhh... Aaahhhh...” Desahan Kagura-chan mulai terdengar dari mulutnya.
“Kagura-chaan... benda inii... masih tetap indaah seperti dulu...” Kataku yang sudah mulai terbakar oleh nafsu birahi.
Sepertinya pujianku itu mengena tepat sasaran. Lidah Kagura-chan menjadi semakin buas saja, sementara tangannya mulai memeluk leherku. Aku segera memintahkan tangan kiriku dari buah dada kirinya kearah lubang vaginanya. Kugesekkan jari-jemariku ke klitorisnya. Aku merasakan napas Kagura-chan semakin memburu. Kali ini, aku ingin merasakan rangsangan dari Kagura-chan. Maka aku melepaskan Kagura-chan.
“
Kagura-chaan... anata no ban yo. (Kagura-chaan... giliranmu.)” Kataku.
Kemudian, Kagura-chan berjongkok dihadapanku, sehingga kini kepalanya sejajar dengan batang kontolku keras. Aku melihat kedua buah dada Kagura-chan dari atas. Hmmm, tampak menggoda sekali. Kagura-chan langsung menggenggam batang kontolku, serta mengulumnya. Hanya dalam sekejap saja, nafsu birahi langsung membanjiri pikiranku. Kuluman Kagura-chan memang sudah lama tidak kurasakan. Aku pun mulai mendesah-desah tidak karuan.
Aku ingin sekali langsung masuk ke babak puncak. Akan tetapi, aku ingin melakukannya di tempat tidur, karena tubuh Kagura-chan sangat nikmat di tempat tidur. Maka, aku segera mengajaknya mandi secara buru-buru. Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing, aku langsung mengangkat tubuhnya. Sambil membawa tubuhnya, aku langsung menuju kamar tidur, dan membaringkan tubuhnya di kasur. Aku berbaring disebelahnya dengan posisi terbalik, kemudian menggulingkan tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku menghadap kearah lubang vaginanya, sementara dia menghadap kearah batang penisku. Aku mulai menjulurkan lidah dan bibirku untuk melumat habis vaginanya. Kagura-chan pun mengulum batang kontolku. Ya, posisi 69. Salah satu posisi yang sangat kunikmati, apalagi jika melakukannya dengan Kagura-chan.
Akan tetapi, posisi ini tidak membuatku bertahan lama. Rangsangannya terlalu hebat. Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk langsung masuk ke babak utama. Aku melepaskan tubuhnya, kemudian mengatur posisi tubuhnya sedemikian rupa, sehingga kini Kagura-chan berada pada posisi merangkak. Kemudian, aku yang sudah siap langsung menghajar lubang vaginanya dari belakang dengan mendorong pantatku, sehingga kini batang kontolku sudah masuk tertelan oleh lubang vaginanya. Osshh, betul-betul hangat dan peret sekali lubang vagina milik Kagura-chan. Aku terus memaju-mundurkan pantatku sehingga kini tubuh Kagura-chan tersentak-sentak. Pantatnya yang bergerak maju mundur menambah kenikmatan yang kurasakan.
“Ooohhh... Terruusss Matsuyaammaaa... Aku gaakk kuaaattt...” Erang Kagura-chan.
Mendengar desahannya, aku makin semangat memaju-mundurkan pantatku. Kagura-chan juga ikut membalasnya dengan gerakan maju mundur yang seirama dengan gerakan maju mundurku. Clook... ceplookk.. clook... clookk... ceplookk... Itulah suara yang terdengar ditelingaku saat ini. Aku merasakan bahwa tidak lama lagi, pertahananku akan jebol. Akan tetapi, aku belum merasakan bagian terbaik saat bercinta bersama Kagura-chan, yaitu posisi woman on top. Maka, aku mencabut penisku dari lubang vagina Kagura-chan.
“Eeehh... Matsuyaamaa...” Desah Kagura-chan.
“Ayoo tukar posisi...” Kataku.
Kali ini, aku berbaring telentang. Kagura-chan segera memposisikan dirinya untuk duduk diatas batang kontolku. Tanpa membuang waktu, Kagura-chan langsung menelan batang kontolku dengan lubang vaginanya. Aku merasakan batang kontolku dipelintir secara kuat oleh goyangan pantat Kagura-chan. Kanan... kiri... naik... turun... Betul-betul membuatku pusing dan hanya bisa merem melek saja. Aku yang semakin tidak tahan, membangunkan tubuhku sehingga kini kepalaku berada persis didepan Kagura-chan. Aku segera mengulum buah dada kanan Kagura-chan, sementara tanganku meremas-remas buah dada Kagura-chan satunya lagi. Pantat Kagura-chan masih bergoyang-goyang seperti penari yang sedang memperlihatkan lekukan dan goyangan tubuhnya. Akibatnya, batang kontolku benar-benar serasa dipelintir dan dikocok-kocok oleh lubang vagina Kagura-chan.
“Kaguraa-chaannn... tubuhmuuu... indaah dan seksii sekaliii...” Erangku.
Aku merasakan Kagura-chan semakin liar. Ekspresi wajahnya semakin tidak terkendali layaknya seperti sedang kesurupan. Irama putaran pantatnya sudah kacau balau, dan kini lubang vaginanya terus memakan dan memuntahkan batang penisku.
“Matsuyamaa... Aku mauu keluaarrr... Ayooh kita keluaarr bareenggg...” Erang Kagura-chan.
Ahh, ini yang kutunggu-tunggu. Aku merasa ini akan menjadi orgasme yang sangat membara.
“Kagura-chaann... Ayoohh kamu duluaannn... Aku nyusuulll...” Erangku.
Aku merasakan denyutan yang luar biasa hebatnya dari lubang vagina Kagura-chan. Semua itu terjadi ketika lubang vagina Kagura-chan masih bergerak naik turun untuk melahap batang penisku. Aku juga merasakan semprotan cairan kewanitaan Kagura chan yang menyemprot tepat diujung kepala penisku. Mulutku hanya termegap-megap bagai ikan mas koki yang kehabisan napas. Kenikmatan puncak sudah diujung tanduk. Aku melihat tubuh Kagura-chan yang begitu indah sedang naik turun dengan liarnya. Kedua buah dadanya menjuntai naik turun dengan indahnya, sementara seluruh tubuhnya sudah basah oleh keringat. Semua pemandangan itu ditambah dengan rangsangan luar biasa yang kudapat di batang kontolku, membuat pertahananku betul-betul jebol.
“Uooohhhhh.... Guaaaahhhhh....” Erangku karena tidak kuat menahan kenikmatan puncak yang menderaku.
Aku merasakan batang penisku menyemprotkan sperma. Croott.. croott.. croottt.... aku bisa merasakan spermaku mengalir keluar menyemprot ke rahim Kagura-chan. Aku terus menembakkan spermaku hingga habis.
“Kaguraa-chaaannn... kimochii daaaa (Kaguraa-chaaannnn... nikmat sekaliiii...)” Erangku.
Fiuuhh... Betul-betul permainan yang luar biasa. Sudah enam bulan aku tidak merasakan ini, dan rasanya betul-betul nikmat sekali. Kami berdua sama-sama mengatur napas untuk mengembalikan kesadaran kami. Setelah napas kami betul-betul stabil, aku kembali melentangkan tubuhku di tempat tidur. Kagura-chan menyusulku dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Tidak lama kemudian, ia tertidur dengan lubang vaginanya yang masih melahap batang kontolku. Betul-betul permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan.
Sial, sebetulnya aku sangat ingin sekali tidur bersama Kagura-chan sekarang. Akan tetapi, ada urusan yang harus kuselesaikan. Aku segera mencabut batang kontolku dari lubang vagina Kagura-chan, kemudian membaringkan tubuh Kagura-chan kesampingku. Aku segera berpakaian, dan pergi keluar kamar.
“
Anatatachi ha hountouni yoi jikan wo sugoshite iru hito wo jama suru koto ha hijou ni shitsurei de aru koto wo shitte imasuka? (Apakah kalian tahu bahwa sangat tidak sopan jika mengganggu orang yang sedang menikmati waktu senggang mereka?)” Tanyaku.
Tidak ada jawaban dari tiga orang berpakaian serba hitam yang ada didepanku. Satu hal yang kumengerti adalah, mereka bukan datang untuk bersilaturahmi, terbukti dengan aura membunuh mereka yang sangat membara. Aku segera mengeluarkan pistolku dan mengarahkan ke kaki mereka.
“
Koko de watashi kara no aisatsu desu. (Ini salam dariku.)” Kataku.
Aku segera menembakkan tiga peluru ke kaki mereka masing-masing. Akan tetapi, peluruku hanya menyerempet kaki mereka. Mereka sama sekali tidak bergeming walaupun ada peluru yang menyerempet kaki mereka. Aura membunuh mereka pun tetap stabil. Hmmm, sepertinya pembunuh yang cukup pro. Masing-masing dari mereka mengeluarkan senjata, yaitu sebuah pedang, yang terdapat lekukan ditengah mata pedangnya. Senjata apa itu?
“
Watashi ha jissai no anata ga kanou de aru ka wo kakunin shitai no desu ga. Shikashi, kore ha anata no owari yo. (Aku sangat ingin melihat kemampuan kalian. Tapi, ini adalah akhir dari kalian.)” Kataku.
Saat itu juga, mereka bertiga terjatuh. Mereka memegangi leher mereka sambil berusaha bernapas.
“
Po... Poison? (I... ini.... racun?)” Kata salah seorang dari mereka.
“
Hai. Sore ha anata no karada ni anata no sanso no subete wo ubakkoto ni yotte dousa shimasu. (Ya. Racun itu bekerja dengan cara merampas seluruh oksigen dari seluruh tubuhmu.)” Kataku.
“
Ho... How low! (S... Sangaat... Rendah!)” Kata yang lain dari mereka.
“
Sensou ha, anata no hahaoya no tainai ni iru toki hajimaru sudeni arimasu. Anata ha puraido no hanashi wo shitai desuka? Tsugi ni, anata no hokori wo motte shinu. (Peperangan di dunia ini sudah dimulai ketika kau masih berada dalam rahim ibumu. Kamu ingin berbicara masalah harga diri? Kalau begitu, matilah bersama harga dirimu.)” Kataku.
Setelah itu, mereka bertiga rubuh dan tidak bernyawa lagi karena kehabisan oksigen. Aku berjalan melangkah menuju mereka. Saat berada dihadapan mereka, aku merasakan satu aura membunuh lagi yang sangat besar, disusul satu aura membunuh lagi. Cih, rupanya mereka menungguku lengah ya? Langit-langit diatasku langsung terbuka, dan satu orang turun berusaha untuk menebaskan pedang ke jantungku. BRAAAKKK... Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dengan keras. Seseorang yang tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun langsung menangkap leher orang yang baru muncul diatasku, membenturkan kepalanya ke tanah, dan langsung mematahkan leher orang itu.
“
Osoroshii. (Menakutkan sekali.)” Kataku.
“
Dochira? Kono... (Yang mana? Ini...)” Kata Kagura-chan sambil menunjuk orang yang baru saja bernasib buruk itu.
“
Mata ha, kono? (Atau ini?)” Kata Kagura-chan sambil menunjukkan tubuh bagian depannya.
Aish, melihat tubuh bagian depannya, nafsuku langsung bangkit. Aku ingin sekali merasakan kenikmatan seperti tadi yang tidak ada duanya itu. Akan tetapi, untuk saat ini, harus kutunda dulu. Aku segera memeriksa tubuh ketiga orang yang mati akibat racunku tadi.
“
Oi, Yama-chan. Anata ha ima made mae ni kono maaku wo mita koto ga arimasu ka? (Oi, Yama-chan. Kamu pernah melihat tanda ini sebelumnya?)” Tanya Kagura-chan, sambil memperlihatkan suatu tato berwarna hitam di bahu kiri belakang orang yang baru saja dipatahkan lehernya itu.
“
Hai. Choudo ima. (Iya. Ini baru saja.)” Kataku sambil menunjukkan tato berwarna hitam yang ada di pundak kiri belakang salah seorang, dada kanan salah seorang, dan telapak tangan salah seorang lagi.
“Maksudku, sebelum ini.” Kata Kagura-chan.
“Tentu aku pernah melihatnya. Mereka kelompok pembunuh elit dunia bawah yang sangat handal. Aku beberapa kali menjumpai anggota mereka dalam misi mata-mataku. Bisa kukatakan bahwa mereka itu sangat merepotkan.” Kataku.
“Begitu juga denganku. Mereka hebat-hebat. Kemungkinan mereka berempat ini hanya kroco saja, makanya lemah begini.” Kata Kagura-chan.
“Kita tanyakan Ayumi saja besok.” Kataku.
Kemudian, kami segera membereskan empat mayat ini, mengumpulkan beberapa barang bukti, dan kembali tidur. Sebelum tidur, tentu saja aku dan Kagura-chan sempat bercinta sekali lagi selama dua ronde. Betul-betul malam yang sangat nikmat malam ini.
Keesokan harinya, aku berangkat bersama Kagura-chan. Setelah kami sampai di kantor, kami segera melaporkan kejadian itu dalam meeting bersama Takeru-san. Aku menunjukkan gambar tato yang ada di tubuh mereka, yaitu gambar bintang empat sisi dengan bulan sabit di sisi yang hilang.
“Cih, bukannya ini kelompok pembunuh elit dunia bawah yang merepotkan itu?” Tanya Takeru-san.
“Iya. Beberapa kali aku menjumpai mereka dalam misi. Ayumi, apakah kamu tahu detail tentang mereka?” Tanya Kagura-chan.
Ayumi-chan hanya menggelengkan kepalanya saja, tanda bahwa ia tidak tahu.
“Daripada itu, aku lebih tertarik untuk mengetahui mengapa mereka menyerangmu dan Kagura.” Kata Takeru-san.
“Kelompok pembunuh bayaran elit dunia bawah macam mereka tidak pernah bergerak atas kemauan sendiri. Biasanya mereka disewa menjadi pembunuh bayaran. Dengan kata lain, seseorang menyewa mereka untuk membunuh kami?” Tanya Kagura-chan.
“Sepertinya memang begitu. Baiklah, Kagura, Matsuyama. Kalian berhati-hatilah. Selalu siaga kapanpun dan dimanapun kalian berada. Aku akan menyelidiki hal ini lebih jauh lagi.” Kata Takeru-san.
“Tenang saja, Takeru-san. Aku bisa melindungi diriku sendiri. Kagura-chan pun aman dalam pelukanku.” Kataku.
Mendengar itu, Kagura-chan langsung menabok tangan kananku. Aku hanya senyum-senyum sendiri.
“Kamu terlihat pucat, Ayumi. Ada apa?” Tanya Takeru-san tiba-tiba.
Hmmm? Aku segera melihat Ayumi-chan. Mukanya tidak pucat kok, biasa-biasa saja. Ayumi-chan tampak bingung mendengar pertanyaan Takeru-san.
“Apa mukaku pucat?” Tanya Ayumi-chan dengan bingung.
“Bukan mukamu. Tapi tenaga ki milikmu. Saat Matsuyama memperlihatkan gambar tadi, sesaat tenaga ki milikmu sempat bergidik, tapi langsung kamu stabilkan. Ada yang kamu sembunyikan?” Tanya Takeru-san.
Ayumi-chan hanya diam saja. Kali ini, wajahnya mulai memucat.
“Tidak ada.” Kata Ayumi-chan sambil berdiri dan keluar dari ruangan.
Sekarang, tinggal kami bertiga di ruangan ini.
“Mengapa dia harus berbohong mengenai simbol tato itu? Aku yakin ia tahu mengenai simbol tato itu.” Tanya Takeru-san.
Hmmm, aku tidak pernah melihat Ayumi-chan seperti itu. Mungkinkah dia...
BERSAMBUNG KE EPISODE-4