Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

“Aku kangen, Asuka.” Kata Asuka.

“Enam bulan tanpa kamu di pedalaman Pulau Honshu memang menyengsarakan.” Kataku.

:ngupil:

Belum kelar baca nemu gtuan :pandajahat:
 
Wuiiihh... Masih bingung tp nyambungin dengan ceritanya jent
 
Sorry semuanya


No update untuk minggu ini

Ane dapet request dari temen ane untuk memposting cerita kisah hidupnya di forum ini.
Next update dilanjut di minggu depan.

Maaf semuanya dan mohon pengertiannya
 
EPISODE 2 : Kekka

Scene 1

Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo




Hari ini adalah hari pertama aku masuk kantor setelah enam bulan mendapat “tugas”. Di kantor tadi, sepertinya Ayumi sudah menunjukkan kebolehannya selama enam bulan, dengan mengeluarkan komputer miliknya yang betul-betul baru bentuk dan fungsinya. Aku? Yah, aku ini adalah seorang wanita petarung, atau senshi no ojou mereka menyebutku. Aku sangat suka bertarung, entah itu kalah atau menang, yang penting gelora semangat yang kudapatkan ketika bertarung. Selama enam bulan, aku menghabiskan waktuku di Gunung Fuji. Apa yang kulakukan disana? Simpel saja, bermeditasi, berlatih, dan beristirahat. Aku hanya mengenakan pakaian tipis disana, untuk melatih energi ki milikku agar bisa berfungsi lebih baik lagi dalam menghadapi udara yang dingin disana.

Kegiatanku setiap hari disana selalu sama. Pada saat bangun pagi, mencari makan disana. Jangan salah sangka, aku tidak membawa makanan enak dari Tokyo, akan tetapi aku harus mencari makananku sendiri. Setelah sarapan, aku merilekskan tubuhku sampai betul-betul rileks dan energi ki milikku betul-betul stabil. Kemudian, aku bermeditasi sebentar sekitar setengah jam. Setelah selesai, aku langsung melancarkan tinju dan tendangan ke depan dengan fokus masing-masing sebanyak dua puluh ribu kali. Biasanya, aku melakukan semua itu membutuhkan waktu hampir empat belas jam. Kemudian, aku mencari makan dan makan malam kurang lebih selama dua jam, kemudian beristirahat selama delapan jam. Keesokan harinya, sama seperti itu, dan terus-terusan seperti itu.

Mencari makan di alam bebas bertujuan agar tubuhku sedikit lebih bersih dari racun-racun yang berada di kota, contohnya adalah MSG, zat karsinogen dan zat-zat lainnya dalam beberapa minuman kemasan, dan juga banyak racun lainnya. Hal itu berguna untuk membuat tubuh menjadi sedikit lebih bersih. Meditasi adalah untuk latihan mental, berguna untuk memaksimalkan penggunaan energi ki dalam tubuh. Sedangkan latihan tinju dan tendangan adalah latihan dasar penyerangan untuk tubuh. Aku tidak berlatih teknik-teknik baru atau bertarung menggunakan simulasi. Sejak pertarunganku dengan si gokusenshi, aku menyadari bahwa dasar ilmu bertarungku harus lebih diasah lagi. Karena itu, aku hanya berlatih dasar-dasar ilmuku saja, yaitu melatih tangan dan kaki.

Hari sudah sore, aku pun sudah sampai di rumah kontrakanku di Tokyo. Aku sedang berlatih meditasi. Sekarang ini, aku lebih mengutamakan meditasi, dibandingkan latihan tubuh. Pekerjaanku di Hikari membuat tubuhku lelah, jadi tidak ada gunanya melatih tubuh karena berlatih dengan tubuh yang lelah hanya akan membuatnya tidak maksimal. Aku terus mengosongkan pikiranku, membayangkan daun yang bertiup di pegunungan, air yang mengalir di sungai, sampai akhirnya aku bisa merasakan pergerakan energi ki dalam tubuhku secara detail. Saking khusyuk nya aku bermeditasi, aku sampai pada tahap bisa berbicara dengan energi ki milikku.

“Ayo, jalan. Ke kiri... ke kanan... ke atas...” Kataku.

“Tidak ada halangan sama sekali. Kami bisa berjalan dengan leluasa.” Kata energi ki dalam tubuhku.

Setelah itu, aku menyelesaikan meditasiku. Aku membuka seluruh pakaianku, dan menuju kamar mandi untuk mandi. Di kamar mandiku, ada sebuah kaca yang lumayan besar. Jika berkaca disitu, aku bisa melihat seluruh tubuhku dari ujung ubun-ubun sampai ujung kaki. Aku memandangi seluruh tubuhku. Kulit putih bersih, buah dada bulat dengan puting susu yang indah berwarna merah muda, perut yang rata, paha yang bisa dikatakan cukup indah, kaki yang ramping, serta lubang kemaluanku yang tampak menonjol dan indah disertai dengan rambut-rambut kemaluanku. Ah, jika aku seorang laki-laki, pastilah aku sudah terangsang melihat tubuh ini. Aku terus memuji tubuhku sendiri.

Utsukushii karada yo. Sore ha watashi wo odoroka seru no wo yameru koto ha arimasen. (Tubuh yang cantik. Aku tidak pernah bosan melihatnya.)” Suara Matsuyama dibelakangku.

Darekaga nokku mo sezu watashi no ie wo nyuuryoku shita baai ha, watashi ga kare wo koroshita darou shitte. (Kamu tahu, siapapun yang memasuki rumahku tanpa mengetuk pintu, aku pasti akan membunuhnya.)” Kataku.

Shikashi, sore ha sore ha nai, watashi ni ha tekiyou sa remasen ka? (Tapi, itu tidak berlaku untukku kan?)” Kata Matsuyama.

Ia melangkah persis kebelakangku, dan memajukan kepalanya untuk mencium bibirku. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku. Aku bisa merasakan ada benda keras yang mengganjal di pantatku. Benda ini, aku tahu persis. Rupanya, Matsuyama pun sudah sangat terangsang. Ia pun sudah telanjang, aku bisa merasakan kehangatan sentuhan kulitnya pada kulitku. Seluruh rangsangan yang mendarat ditubuhku membuat nafsu birahiku semakin naik. Aku langsung balas mencium bibirnya dengan sangat lembut, tapi bernafsu.

Kami saling mencium dan menghisap bibir masing-masing dari kami. Aku merasakan gesekan bibir Matsuyama yang sudah basah oleh air liurnya dan air liurku. Begitu lembut, begitu pasti, dan begitu hangat. Dari ciuman bibir, kami mulai beralih menjadi permainan lidah. Lidahku mulai duluan untuk menelusup masuk kedalam rongga mulut Matsuyama untuk menggelitik dan merangsangnya. Lidah Matsuyama pun tidak tinggal diam menerima rangsangan yang kuberikan. Lidahnya mulai mendorong melawan lidahku yang sedang bermain-main di mulutnya. Sesekali, lidah kami saling beradu. Tabrakan lidah kami dicampur dengan nafas memburu dari kami membuatku semakin bergairah.

Aku merasakan ada benda kasar yang menggenggam buah dada kiriku. Tidak hanya menggenggam, tapi benda itu juga meremas-remas dan memelintir puting susuku. Ough, kenikmatan birahi ini semakin melandaku. Biasanya, siapa saja yang melecehkanku secara seksual, tidak akan bernasib baik. Hanya dua orang sejauh ini yang kubiarkan menyentuh tubuhku, yaitu almarhum pacarku dulu dan Matsuyama.

“Ssshhh... Aaahhhh...” Desahku sambil memainkan lidahku semakin liar ke dalam mulut Matsuyama.

“Kagura-chaan... benda inii... masih tetap indaah seperti dulu...” Kata Matsuyama yang suaranya mulai terputus-putus.

Mendapat pujian seperti itu, aku semakin terangsang saja. Adu lidah kami semakin liar, sementara tangan kananku mulai memeluk lehernya. Kemudian tanpa kuduga, tangan kanan Matsuyama mulai bermain-main di lubang vaginaku. Jari-jemarinya menggesek lubang vaginaku, dan juga memasuki lubang vaginaku. Seluruh tubuhku dilanda oleh rangsangan yang hebat, seolah-olah aliran listrik kecil terus mengaliri tubuhku tanpa henti. Apalagi gesekan jari Matsuyama di klitorisku, membuatnya seolah-olah menjadi sumber aliran listriknya. Enam bulan aku tidak merasakan kenikmatan dari Matsuyama, sekarang ini rasanya begitu hebat.

Kagura-chaan... anata no ban yo. (Kagura-chaan... giliranmu.)” Kata Matsuyama.

Kemudian, aku berjongkok di hadapan Matsuyama, sehingga kini kepalaku sejajar dengan batang penis Matsuyama yang sudah keras. Aku segera menggenggamnya, serta mengulumnya. Rasa batang kemaluannya memang sudah lama tidak kurasakan. Harus kuakui bahwa aku betul-betul merindukannya. Sementara mengulum batang penis Matsuyama, aku semakin terangsang ketika membayangkan bahwa batang penis ini akan memasuki lubang vaginaku nantinya. Matsuyama pun mulai mengusap-usap rambutku karena nafsunya sudah semakin naik lagi.

“Ooohhh... Kagura-chaann...” Desah Matsuyama.

Kemudian, Matsuyama melepaskan kepalaku. Ia menggandeng tanganku menuju ruang shower, dan mulai menyalakan shower, sehingga air yang deras dari shower membasahi tubuh kami berdua. Sementara itu, kami berdua saling berpelukan, dan mencium bibir kami masing-masing. Lalu, kami menyabuni tubuh masing-masing, dan membilasnya dengan air. Setelah itu, kami mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan handuk.

Setelah tubuh kami berdua betul-betul kering, Matsuyama langsung mengangkat tubuhku. Sambil membawa tubuhku, ia langsung menuju kamar tidur, dan membaringkan tubuhku di kasur. Ia berbaring disebelahku dengan posisi terbalik dariku, kemudian menggulingkan tubuhku ke tubuhnya, sehingga aku menghadap kearah penisnya yang sudah menegang, sementara dia menghadap kearah lubang vaginaku. Ia mulai menjulurkan lidah dan bibirnya untuk menjilat dan melumat habis vaginaku dengan lembut. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, jauh lebih nikmat daripada saat dia menggunakan jarinya untuk memainkan lubang vaginaku. Rangsangan yang luar biasa ini membuat pikiranku refleks untuk balik mengulum batang penis Matsuyama.

Posisi 69 ini betul-betul nikmat luar biasa. Disaat aku mendapat rangsangan yang begitu hebat dari lubang vaginaku akibat jilatan dan kuluman lidah dan bibir Matsuyama, rangsangan hebat itu juga membuatku semakin liar dalam mengulum batang penis Matsuyama. Bermenit-menit, kami terus ada dalam posisi ini. Keringat mulai mengaliri wajah dan leherku.

Kemudian, Matsuyama melepaskan tubuhku. Ia mengatur posisi tubuhku sedemikian rupa, sehingga kini aku berada pada posisi merangkak. Kemudian, Matsuyama berdiri dibelakangku dan memegangi pantatku. Tidak lama kemudian, aku merasakan ada benda keras dan hangat yang memasuki lubang vaginaku. Ooohh... Sensasi ini... Tidak salah lagi... Sensasi yang tidak akan pernah kulupakan. Batang penis Matsuyama yang hangat telah memasuki lubang vaginaku. Matsuyama terus mendorong dan menarik pantatnya, sehingga batang penis yang keras itu juga menggesek-gesek rongga dalam vaginaku. Batang penis Matsuyama memang pas untuk lubang vaginaku.

“Ooohhh... Terruusss Matsuyaammaaa... Aku gaakk kuaaattt...” Erangku.

Mendengar desahanku, Matsuyama makin semangat mendorong-dorong pantatnya. Aku juga balas mendorong dan menarik pantatku untuk menyelaraskan irama dorongan Matsuyama. Saat ia mendorong pantatnya, aku pun juga mendorong pantatku. Saat ia menarik pantatnya, aku melepaskannya. Clook... clookk.. clook... clookk... Itulah suara yang dihasilkan oleh selangkangan Matsuyama yang membentur pantatku.

Aku semakin lama semakin tidak kuat menahan rangsangan yang terus menggelora. Akan tetapi, tiba-tiba Matsuyama mencabut penisnya dari lubang vaginaku.

“Eeehh... Matsuyaamaa...” Desahku.

“Ayoo tukar posisi...” Kata Matsuyama.

Kali ini Matsuyama berbaring telentang. Rupanya, ia mengharapkan posisi woman on top. Baiklah, aku ladeni, Matsuyama. Aku segera memposisikan diriku untuk duduk diatas selangkangan Matsuyama. Kemudian, aku mengarahkan batang kemaluan Matsuyama ke lubang vaginaku. Saat sudah mendapatkan posisi yang pas, aku segera mendorong pantatku turun, sehingga lubang vaginaku sudah melahap batang penis Matsuyama sepenuhnya. Oohhh... Rasanya sekitarku dipenuhi oleh bintang-bintang. Aku betul-betul dibuat pusing nikmat oleh perasaan ini.

Dengan posisi terduduk diatas batang penis Matsuyama, aku terus menggoyang-goyang pantatku. Berputar ke kanan... maju... mundur... naik turun... berputar ke kiri... berputar ke kanan... Gesekan batang penis Matsuyama membuat rangsangan yang membanjiri tubuhku semakin deras. Matsuyama pun hanya bisa merem-melek mendapatkan kenikmatan yang kuberikan. Ia pun mulai membangunkan tubuhnya, sehingga ia kini terduduk dan kepalanya menghadap buah dadaku. Kemudian, bibirnya mengulum buah dada kananku, sementara tangan kanannya meremas-remas buah dada kiriku.

“Kaguraa-chaannn... tubuhmuuu... indaah dan seksii sekaliii...” Erang Matsuyama.

Semakin dipuji, aku semakin beringas saja. Putaran dan goyangan pantatku semakin tidak terkendali. Aku membenamkan kepala Matsuyama ke sela-sela kedua buah dadaku sedalam-dalamnya. Ya, aku merasakan bahwa diriku akan mencapai kenikmatan puncak sebentar lagi. Keringat sudah membanjiri tubuh kami masing-masing. Aku menghujam-hujamkan pantatku semakin liar.

“Matsuyamaa... Aku mauu keluaarrr... Ayooh kita keluaarr bareenggg...” Erangku.

“Kagura-chaann... Ayoohh kamu duluaannn... Aku nyusuulll...” Erang Matsuyama.

Akibatnya, tidak lama kemudian, aku mencapai puncak kenikmatanku. Aku bisa merasakan lubang vaginaku berdenyut-denyut dengan sangat kuat. Disaat itu juga, aku menyemprotkan cairan kenikmatanku dengan kencang. Aku membuka mataku untuk melihat keadaan Matsuyama. Mulutnya termegap-megap karena menahan kedutan lubang vaginaku akibat orgasmeku.

“Uuuooohhhhhh....” Erangku bersamaan disaat aku sedang mengalami orgasmeku.

Tidak lama kemudian, aku merasakan penis milik Matsuyama menyemprotkan spermanya dengan begitu deras. Saking derasnya, cairan spermanya mencapai ujung lubang vaginaku.

Kaguraa-chaaannn... kimochii daaaa (Kaguraa-chaaannnn... nikmat sekaliiii...)” Erang Matsuyama bersamaan dengan orgasmenya.

Kemi betul-betul menikmati orgasme kami masing-masing. Erangan-erangan yang dikeluarkan oleh masing-masing dari kami membuat kami orgasme kami masing-masing menjadi lebih nikmat. Aku merasakan bahwa lubang vaginaku sudah penuh oleh cairan sperma milik Matsuyama yang sangat hangat.

Untuk sementara waktu, kami masih memeluk tubuh lawan main kami dengan erat. Setelah mengatur napas kami masing-masing, tubuh kami berdua pun menjadi lemas. Penantian selama enam bulan ini, betul-betul berujung pada kenikmatan yang luar biasa, jauh lebih nikmat dari permainan sebelumnya. Entah karena memang betul lebih nikmat, atau karena sudah lama kami tidak merasakan hal ini. Aku sendiri juga tidak tahu.

Setelah tubuh kami berdua menjadi lemas, Matsuyama menarik tubuhku dan berbaring, sehingga kini ia berbaring telentang diatas tempat tidur, sementara aku terbaring diatas tubuhnya. Kami melepaskan ciuman ke bibir masing-masing sebelum akhirnya kami tertidur. Kami tertidur tanpa mengenakan pakaian sehelaipun, dengan penis Matsuyama masih menancap di lubang vaginaku.
 
Terakhir diubah:
Scene 2

Jirou Nakata



Oki Dayoto



BRAAKK!!

Si perampok itu kutendang hingga terpental dan membentur tembok. Bukan pertama kalinya rumah Dayoto-san ini kedatangan perampok. Perampok yang datang pun bukan perampok sembarangan, tapi bersenjata lengkap. Mungkin lebih tepatnya jika kukatakan bahwa mereka ini pembunuh bayaran. Dari sudut pandangku, mereka adalah pembunuh bayaran berkedok perampok. Sepertinya memang ada yang mengincar nyawa Dayoto-san. Apakah dari rivalnya Danho?

Daijoubu desuka, Jirou? (Apakah kamu baik-baik saja, Jirou?)” Tanya Dayoto-san.

Watashi ha daijoubu desu, Dayoto-san. (Aku baik-baik saja, Dayoto-san.)” Kataku.

Kiriko no shoushitsu irai, ooku no goutou ha kore wo jikkou shiyou to shimashita. (Sejak menghilangnya Kiriko, banyak sekali yang mencoba melakukan hal ini.)” Kata Dayoto-san.

Ya, betul sekali. Selama enam bulan ini, hampir dua-sampai tiga hari sekali, setidaknya ada segerombolan perampok yang berusaha merampok Dayoto-san. Mereka tidak pernah menyerang rumah ketika Dayoto-san tidak ada di rumah. Bahkan, ketika kami sedang di jalan, terkadang ada mobil yang berusaha menembak kaca mobil kami. Untungnya, kaca mobil Dayoto-san dilengkapi dengan anti peluru.

Memang, diantara semua orang yang ada, hanya ada satu pihak yang paling mencurigakan, yaitu Danho. Setelah kejadian itu enam bulan lalu, tidak terdengar kabar berita jelasnya dari Danho mengenai kelanjutan kerjasama itu. Akan tetapi, mengenai hal itu, aku pun mengerti bahwa pastilah Dayoto-san memiliki prasangka yang tidak enak terhadap Danho, apalagi sampai membuat putrinya hilang. Sampai saat ini, keberadaan Kiriko-san tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan, Sasuke yang cukup ahli dalam menemukan informasi, tidak bisa menemukannya. Kemana sebetulnya ia pergi?

Selama enam bulan ini, aku terus bekerja pada Dayoto-san. Apalagi dengan adanya para pembunuh bayaran itu, aku harus selalu siaga. Dihitung-hitung boleh juga dihitung sebagai latihanku. Aku juga memperdalam ilmu tongkatku hingga dua level diatas enam bulan lalu. Akan tetapi, untuk menghadapi para pembunuh bayaran ini, cukup dengan kemampuan yang biasa-biasa saja. Aku jadi penasaran apakah selama enam bulan ini, kemampuan senshi no ojou itu juga bertambah. Jika memang iya, aku sangat ingin bertarung dengannya sekali lagi.

Hari ini, aku sedang libur dari Yami, karena itu aku bisa menjalankan tugasku sebagai kepala bodyguard Dayoto-san. Sekarang, Dayoto-san telah mengangkatku menjadi kepala bodyguard personal miliknya. Dengan jabatan ini, akulah yang mengatur strategi penjagaan keamanan Dayoto-san. Kalau level pembunuh bayaran yang datang hanya selevel sekarang, aku yakin para anak buahku bisa mengusir mereka. Tapi jika level pembunuh bayaran yang datang itu kira-kira tiga sampai empat tingkat diatasnya, aku sendiri juga tidak yakin.

Jirou, dou omoimasuka? (Bagaimana pendapatmu, Jirou?)” Tanya Dayoto-san.

Dou iu imidesuka? (Maksud anda?)” Tanyaku.

Maa, watashi ha karera no mokuteki ha watashi no okanede ha nai to omoimasu. Sore ha, karera ha ato ni shite iru watashi no jinsei desu. (Kurasa, yang mereka incar bukan hartaku, tetapi nyawaku.)” Kata Dayoto-san.

Rupanya Dayoto-san juga menyadari akan hal ini. Tidak ada gunanya berbohong pada Dayoto-san. Hal ini berguna agar Dayoto-san juga berhati-hati dimanapun ia berada. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa nyawa Dayoto-san sedang diincar. Memang, tugasku sebagai bodyguard untuk menjaga nyawanya. Akan tetapi, dalam kondisi seperti ini, si penyewa dan yang disewa harus bekerjasama.

Sore ha sou hyouji sa remasu. (Sepertinya memang begitu.)” Kataku.

Anata ha, kono haigo ni ha dare da to omoimasuka? (Menurutmu, siapa dalang dibalik semua ini?)” Tanya Dayoto-san.

Pertanyaan yang cukup sulit menurutku. Kecurigaan terbesar ada pada Danho, saingan perusahaan raksasa Dayoto. Enam bulan lalu, kita pernah hampir terlibat kerjasama dengan mereka demi menghadapi perusahaan raksasa UNIVERSAL yang kini sudah resmi beroperasi di Jepang sejak dua bulan lalu. Akan tetapi, karena insiden itu, kerjasama dianggap batal. Tunggu, waktu itu, Dayoto-san sendiri tidak menghadiri acara kerjasama itu. Mereka tetap menyerang kita, walaupun Dayoto-san tidak menghadiri acara kerjasama itu. Apakah mereka bermaksud menyandera Kiriko-san dan memeras Dayoto-san? Tidak, tidak mungkin. Yang juga membingungkan adalah, kenapa tiba-tiba Kiriko-san juga jadi gila kekuasaan hingga ingin menjatuhkan kekuasaan ayahnya? Rasa-rasanya tidak mungkin kalau pelakunya adalah Danho. Tapi, kalau bukan mereka, siapa pelakunya?

Danho desu. (Danho.)” Kataku.

Aku sengaja melayangkan nama itu karena ingin mendengar reaksi dari Dayoto-san.

Karera ha, mottomo utagawashii no desu. Shikashi, watashi ha sore ha karera de ha nai, to omoimasu. (Mereka memang paling mencurigakan. Tapi, kurasa pelakunya bukan mereka.)” Kata Dayoto-san.

Nani ga anata wo sou omowa seta no desuka? (Apa yang membuat anda berpikir demikian?)” Tanyaku.

Karera ha, kono haigo ni aru baai ha, tashika ni karera ha sudeni ima de ha Kiriko ni tsuite genkyuu shimashita. (Jika mereka pelakunya, mereka pasti sudah membawa-bawa nama Kiriko pada waktu sekarang ini.)” Kata Dayoto-san.

Anata ga imi suru, karera ha Kiriko-san zehi wo tsukau no darouka? (Maksud anda, mereka akan menggunakan Kiriko-san?)” Tanyaku.

Akiraka ni. Kiriko ha watashi wo taosu koto wo mokuteki to shita igai ha, karera no tame ni kachi ga nani mo arimasen. (Tentu saja. Kiriko sama sekali tidak berharga bagi mereka, selain untuk menjatuhkanku.)” Kata Dayoto-san.

Perkataan Dayoto-san sangat masuk akal. Hanya saja, hanya aku yang mengetahui bahwa Kiriko-san hendak menjatuhkan ayahnya. Ia tidak menghilang, melainkan berpindah sekutu ke pihak musuh. Polisi mengatakan bahwa Kiriko-san berusaha kabur dari si penculik yang hendak memperkosanya, setelah itu ia hilang. Enam bulan lalu, memang Kiriko-san sempat bertemu pandang dan memfitnahku pada senshi no ojou, bahwa ia hendak diperkosa olehku. Itulah yang digunakan sebagai basis berita oleh pihak kepolisian Jepang. Untungnya, karena keberadaan Yami dan Hikari dikatakan sebagai tokoh dunia bawah, maka kedua organisasi itu tidak boleh sampai diketahui oleh masyarakat umum. Namaku pun bebas dari tuduhan apapun. Kalau sampai namaku muncul, habislah aku.

Anata ha hotondo no hito ga utagawa reru no desuka? (Jadi, siapa yang paling anda curigai?)” Tanyaku.

Dayoto-san tidak menjawab pertanyaanku. Ia menyeruput kopinya hingga habis, kemudian berdiri, lalu pergi keluar dan naik mobil untuk pergi ke suatu tempat. Aku ikut masuk ke mobil, dan duduk disampingnya.

Akhirnya, malam pun tiba. Aku dan Dayoto-san sampai di rumah kediaman Dayoto-san pada pukul 20 tepat. Karena hari ini waktu tugasku dengan Dayoto-san sudah selesai, aku segera berpamitan. Aku juga meminta para bodyguard yang berjaga untuk melaksanakan strategi penjagaan yang sudah kusiapkan. Kemudian, aku berpamitan kepada Dayoto-san, lalu pulang.

***

Malam itu, jam menunjukkan waktu 01.00 pagi. Dayoto-san sudah tertidur dengan nyenyak di kamarnya. Para bodyguard sudah standby. Ada angin yang bertiup dengan cukup kencang di ruang utama rumah kediaman Dayoto-san. Setelah angin itu selesai bertiup, para bodyguard sudah lumpuh semua akibat luka tebas di leher mereka. Dayoto-san masih beristirahat dengan nyenyak di kasurnya. Tiba-tiba saja, sesosok tubuh yang mengenakan kain hitam yang menutupi seluruh tubuhnya sudah berada dihadapan Dayoto-san yang sedang tertidur nyenyak. Kemudian, ia menyiapkan suatu pisau yang dilumuri oleh suatu cairan, kemudian langsung menusukkannya ke leher Dayoto-san. Tusukan pisaunya mengena secara telak. Setelah itu, sosok tubuh itu memeriksa keadaan Dayoto-san.

Setelah memastikan bahwa tubuh dihadapannya itu sudah tidak bernyawaa lagi, ia hendak meninggalkan ruangan ini tanpa suara. DUUKKK. Sesuatu menghantam pelipis kirinya dengan keras, sehingga ia langsung terjatuh.

Dakara, yori takai reberu wo motsu hito ha, kono jikan wo okutte iru no desuka? (Jadi, kali ini seseorang dengan level yang lebih tinggi dikirim untuk membunuh ya?)” Kataku.

Ya, tongkatku mengenai pelipis kiri orang itu dengan sangat telak. Sesosok tubuh itu langsung melihat kearah tubuh Dayoto-san dengan terburu-buru.

Kore ha, tokutei no ankoku-gai no soshiki ni yotte seisei sareta bakari datchiwaifu de arimasu. (Yang kau bunuh itu hanya boneka seks yang diproduksi oleh suatu organisasi dunia bawah.)” Kataku.

Dari fluktuasi tenaga ki yang kurasakan darinya, sepertinya tenaga ki miliknya tetap stabil. Artinya, dia tidak kaget sama sekali mendengar tentang dunia bawah. Berarti, dia salah satu bagian dari dunia bawah. Dunia bawah adalah suatu jaringan organisasi yang aktivitasnya tersembunyi dari masyarakat umum. Aku menduga, ia tergabung dalam salah satu jaringan organisasi pembunuh bayaran dalam dunia bawah.

Aku merasakan aura membunuhnya meningkat. Ia mengeluarkan dua buah pisau yang mata pedangnya bengkok seperti sabit. Sepertinya, pertarungan tidak akan bisa dielakan. Ia segera maju, kemudian menyabetkan pisau di tangan kanannya kearahku. Aku segera menahannya dengan tongkatku. Kemudian, ia memutar tubuhnya, untuk melancarkan sabetan ke kakiku dengan pisau di tangan kirinya. Aku cukup memutar arah tongkatku untuk menahan serangannya. Setelah menahan serangannya, aku segera menancapkan tongkatku di tanah, kemudian menumpukan tangan kananku pada tongkatku, lalu melompat dan melancarkan tendangan ke kepalanya.

Tendanganku mampu membuatnya terpental beberapa langkah kebelakang, sementara aku masih bertumpu pada tongkatku di udara. Sepertinya ia bukan orang sembarangan, karena orang biasa pasti pingsan terkena tendangan tadi. Ia segera bangun, kemudian melempar dua pisau di kedua tangannya kearahku. Ketika dilempar, pisau itu melayang dengan berputar. Oh, pasti karena bentuk pisaunya seperti bumerang itu, sehingga bisa berputar. Sambil tetap bertumpu pada tongkatku, aku menggerakan tubuhku dengan lentur untuk menghindari lemparan kedua pisau itu.

Melempar pisau? Sepertinya keputusan yang cukup buruk. Dari posisi bertumpu pada tongkatku, aku segera melompat sambil membawa tongkatku, dan menghantamkan ke kepalanya. Akan tetapi, ia berhasil menahan dengan kedua tangannya. Ia pun melancarkan tendangan kearah perutku. Aku mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. JLEEBB... Ada dua buah benda tajam yang menusuk kedua lengan belakangku. Ah, aku segera menyadarinya. Aku lengah, seharusnya aku lebih menyadarinya. Bentuk pisau yang bengkok seperti bumerang itu, jika dilempar dengan kemampuan yang mencukupi, akan memungkinkan jika pisau itu kembali berbalik layaknya bumerang.

Aku segera mencabut kedua pisau itu dari kedua lengan belakangku. Luka yang ditimbulkan tidak seberapa. Akan tetapi, aku merasakan ada benda aneh yang sedang mengalir dari kedua lukaku menuju bagian tubuhku yang lain. Rupanya pisau itu dilumuri oleh racun ya? Selama pelatihan enam bulan ini, instingku mengenai apa yang sedang terjadi dalam tubuhku menjadi lebih tajam. Terbukti dengan aku bisa segera mengidentifikasi bahwa ada racun yang sedang mengalir dalam tubuhku. Aku segera mengambil dua kain yang ada di ruangan ini, menggulungnya hingga tipis, kemudian mengikatkannya dengan erat di kedua lenganku di bagian atas. Hal ini kulakukan untuk mencegah peredaran racun dari lukaku ke seluruh tubuhku.

Sekarang, ia tidak bersenjata sama sekali. Akan tetapi, pancaran tenaga ki miliknya tidak melemah sedikitpun. Sepertinya pembunuh bayaran yang lumayan profesional dibandingkan para pembunuh bayaran kemarin-kemarin itu. Aku melihat ia menyiapkan suatu kuda-kuda bertarung dengan tangan kosong. Aku hanya diam, dan menunggu serangannya.

Tanpa membuang waktu, ia maju dengan cepat kearahku dan melancarkan tinju dengan tangan kirinya. Aku segera menancapkan tongkatku ke lantai dan kuposisikan tepat sejajar dengan tinjunya untuk menahan tinjunya. Tinjunya berhasil kutahan dengan sempurna. Aku langsung melompat ke udara dengan menumpukan tanganku ke tongkatku. Saat sudah berada di udara, aku segera melancarkan tendangan tusukan dengan kaki kananku. Orang itu berhasil menghindarinya dengan sempurna dengan mengelak ke kanan.

Kemudian, orang itu melakukan sesuatu yang tidak kuduga. Ia memegang tongkatku, kemudian ia ikut melompat ke udara dengan bertumpu pada tongkatku. Hooo, dalam sekejap, ia berhasil menemukan kelemahan dalam gaya bertarungku. Boleh juga. Ya, gaya bertarungku ini memang memiliki keuntungan yang sangat mutlak, yaitu kita bisa menguasai udara dengan bertumpu pada tongkat. Cukup hanya dengan kekuatan tangan yang kuat saja, kita hanya perlu memegang tongkat untuk menahan seluruh bobot berat tubuh kita di tangan. Sebagai gantinya, kita menguasai akses penuh terhadap udara. Akan tetapi, kelemahan besarnya adalah, karena tongkat yang digunakan untuk bertumpu ini tertancap di tanah, besar kemungkinan bahwa lawan akan memanfaatkannya untuk menyerang balik, dengan cara menumpukan tubuh mereka juga menggunakan tongkat milik kita. Jika itu terjadi, lawan jelas memiliki keuntungan. Mengapa? Karena, kita harus menggunakan tenaga kita untuk dua hal penting, yaitu menahan tongkat agar tetap tertancap di tanah dan juga menahan seluruh bobot berat tubuh kita di tangan. Sedangkan lawan yang memanfaatkan tongkatku ini, hanya perlu menahan bobot berat tubuhnya di tangannya, karena urusan menahan tongkat agar tetap tertancap di tanah sudah dilakukan oleh si pemegang tongkat. Hal inilah yang dilakukan oleh senshi no ojou untuk menghantamkan pukulan yang telak ke tubuhku.

Maaf, kawan. Aku sudah bukan petarung yang sama seperti enam bulan lalu. Jika kasusnya kita berhadapan enam bulan lalu, mungkin saat ini kita sudah beradu pukulan di udara. Akan tetapi, selama enam bulan ini, aku sudah memodifikasi tongkatku. Tongkatku ini sekarang bukan tongkat biasa lagi, tapi ada suatu mekanisme yang terpasang. Mekanisme ini adalah tongkat ini sebetulnya merupakan triple stick panjang yang bisa ditempelkan dan dipisahkan kapanpun aku mau. Saat sedang dipisahkan, maka tongkat ini akan menjadi tiga tongkat kecil sama panjang yang dihubungkan dengan rantai kecil yang kuat. Mekanisme ini memberikanku lebih banyak akses untuk melancarkan serangan-serangan mendadak dan tidak terduga.

Aku langsung memisahkan tongkatku menjadi triple stick. Karena tongkat yang tadinya menancap di lantai dengan kuat tiba-tiba menjadi triple stick, maka otomatis tongkat ini menjadi tidak stabil menancap di tanah. Aku bisa melihat si pembunuh bayaran yang sudah bertumpu pada tongkatku itu langsung kehilangan keseimbangan karenanya. Aku segera memanfaatkan momen ini dengan memutar tubuhku, sehingga tongkat yang saat ini kupegang ikut berubah arah. Karena tongkat ini sudah terpisah menjadi triple stick, aku langsung ikut turun kebawah. Bersamaan dengan momentum yang kudapatkan ketika turun kebawah, aku langsung melancarkan serangan keras dengan tanganku ke punggungnya. KRAAAKK... Sepertinya seranganku berhasil meretakkan beberapa tulang punggungnya.

Kini, ia sudah tengkurap tidak bergerak dihadapanku. Sepertinya, pukulanku sangat telak mengenainya. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, ia langsung bangun dan segera melompat kebelakang. Ia terlihat sangat kesakitan akibat retakan tulang punggungnya.

Soudesuka. Kisama ha gokusenshi no Nakata Jirou. Ore ha fuchuuideshita. (Begitu ya? Rupanya kamu adalah Jirou Nakata, si gokusenshi. Aku lengah.)” Kata orang itu dengan suara yang terengah-engah.

Hai. Anata ha no de, anata no fuchuui de shibou shimasu. (Betul. Dan kelengahanmu akan menyebabkan kematian.)” Kataku.

Aku segera menyatukan tongkatku kembali menjadi tongkat solid, dan kutusukkan dengan keras ke perutnya. Tusukan tongkatku membuatnya terlempar keluar jendela dari kamar yang letaknya di lantai dua ini. Aku segera melihat keluar dari jendela yang sudah pecah untuk melihat kondisinya. Ia sudah terbujur kaku di tanah, dan sudah bersimbah darah. Aku segera melompat dari kamar ini keluar untuk memeriksa tubuhnya.

Denyut nadi, jantung, dan napasnya sudah berhenti. Aku pun tidak merasakan pancaran tenaga ki dari tubuhnya. Itu berarti ia betul-betul sudah mati. Aku membuka penutup wajahnya. Hmmm, tampak wajah seorang pria dengan rambut keriting, kepala lonjong, dan kulit coklat. Aku tidak mengenalinya. Aku segera membuka kain yang menutupi seluruh tubuhnya. Rupanya, ia mengenakan pakaian kain berwarna putih tanpa lengan. Aku mendapati suatu tanda berwarna hitam di pundaknya. Akan tetapi, tanda itu tidak terlihat jelas karena tanda itu mencapai pundak bagian belakangnya. Aku segera mengangkat tubuhnya untuk melihat tanda itu.

Aku tidak percaya apa yang kulihat. Tanda yang terlihat adalah bintang yang sisi kanan atasnya hilang, dan bulan sabit di dekat sisi bintang yang hilang itu. Siapapun yang terlibat dalam dunia bawah, tidak mungkin tidak mengenali tanda itu. Ya, tanda yang dimiliki oleh organisasi itu. Aku tidak menyangka bahwa mereka terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Dayoto-san. Aku harus mengakui bahwa mereka bukan organisasi sembarangan. Bahkan, organisasi besar seperti Yami pun, sebisa mungkin menghindari konflik langsung dengan mereka. Aku harus segera melaporkan ini pada Asuka-san.

BERSAMBUNG KE EPISODE-3
 
Terakhir diubah:
Jadi memang masih ada hubungannya dngn musuh pak jent dulu y suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd