Scene 2
Jirou Nakata
Oki Dayoto
BRAAKK!!
Si perampok itu kutendang hingga terpental dan membentur tembok. Bukan pertama kalinya rumah Dayoto-san ini kedatangan perampok. Perampok yang datang pun bukan perampok sembarangan, tapi bersenjata lengkap. Mungkin lebih tepatnya jika kukatakan bahwa mereka ini pembunuh bayaran. Dari sudut pandangku, mereka adalah pembunuh bayaran berkedok perampok. Sepertinya memang ada yang mengincar nyawa Dayoto-san. Apakah dari rivalnya Danho?
“
Daijoubu desuka, Jirou? (Apakah kamu baik-baik saja, Jirou?)” Tanya Dayoto-san.
“
Watashi ha daijoubu desu, Dayoto-san. (Aku baik-baik saja, Dayoto-san.)” Kataku.
“
Kiriko no shoushitsu irai, ooku no goutou ha kore wo jikkou shiyou to shimashita. (Sejak menghilangnya Kiriko, banyak sekali yang mencoba melakukan hal ini.)” Kata Dayoto-san.
Ya, betul sekali. Selama enam bulan ini, hampir dua-sampai tiga hari sekali, setidaknya ada segerombolan perampok yang berusaha merampok Dayoto-san. Mereka tidak pernah menyerang rumah ketika Dayoto-san tidak ada di rumah. Bahkan, ketika kami sedang di jalan, terkadang ada mobil yang berusaha menembak kaca mobil kami. Untungnya, kaca mobil Dayoto-san dilengkapi dengan anti peluru.
Memang, diantara semua orang yang ada, hanya ada satu pihak yang paling mencurigakan, yaitu Danho. Setelah kejadian itu enam bulan lalu, tidak terdengar kabar berita jelasnya dari Danho mengenai kelanjutan kerjasama itu. Akan tetapi, mengenai hal itu, aku pun mengerti bahwa pastilah Dayoto-san memiliki prasangka yang tidak enak terhadap Danho, apalagi sampai membuat putrinya hilang. Sampai saat ini, keberadaan Kiriko-san tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan, Sasuke yang cukup ahli dalam menemukan informasi, tidak bisa menemukannya. Kemana sebetulnya ia pergi?
Selama enam bulan ini, aku terus bekerja pada Dayoto-san. Apalagi dengan adanya para pembunuh bayaran itu, aku harus selalu siaga. Dihitung-hitung boleh juga dihitung sebagai latihanku. Aku juga memperdalam ilmu tongkatku hingga dua level diatas enam bulan lalu. Akan tetapi, untuk menghadapi para pembunuh bayaran ini, cukup dengan kemampuan yang biasa-biasa saja. Aku jadi penasaran apakah selama enam bulan ini, kemampuan senshi no ojou itu juga bertambah. Jika memang iya, aku sangat ingin bertarung dengannya sekali lagi.
Hari ini, aku sedang libur dari Yami, karena itu aku bisa menjalankan tugasku sebagai kepala bodyguard Dayoto-san. Sekarang, Dayoto-san telah mengangkatku menjadi kepala bodyguard personal miliknya. Dengan jabatan ini, akulah yang mengatur strategi penjagaan keamanan Dayoto-san. Kalau level pembunuh bayaran yang datang hanya selevel sekarang, aku yakin para anak buahku bisa mengusir mereka. Tapi jika level pembunuh bayaran yang datang itu kira-kira tiga sampai empat tingkat diatasnya, aku sendiri juga tidak yakin.
“
Jirou, dou omoimasuka? (Bagaimana pendapatmu, Jirou?)” Tanya Dayoto-san.
“
Dou iu imidesuka? (Maksud anda?)” Tanyaku.
“
Maa, watashi ha karera no mokuteki ha watashi no okanede ha nai to omoimasu. Sore ha, karera ha ato ni shite iru watashi no jinsei desu. (Kurasa, yang mereka incar bukan hartaku, tetapi nyawaku.)” Kata Dayoto-san.
Rupanya Dayoto-san juga menyadari akan hal ini. Tidak ada gunanya berbohong pada Dayoto-san. Hal ini berguna agar Dayoto-san juga berhati-hati dimanapun ia berada. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa nyawa Dayoto-san sedang diincar. Memang, tugasku sebagai bodyguard untuk menjaga nyawanya. Akan tetapi, dalam kondisi seperti ini, si penyewa dan yang disewa harus bekerjasama.
“
Sore ha sou hyouji sa remasu. (Sepertinya memang begitu.)” Kataku.
“
Anata ha, kono haigo ni ha dare da to omoimasuka? (Menurutmu, siapa dalang dibalik semua ini?)” Tanya Dayoto-san.
Pertanyaan yang cukup sulit menurutku. Kecurigaan terbesar ada pada Danho, saingan perusahaan raksasa Dayoto. Enam bulan lalu, kita pernah hampir terlibat kerjasama dengan mereka demi menghadapi perusahaan raksasa UNIVERSAL yang kini sudah resmi beroperasi di Jepang sejak dua bulan lalu. Akan tetapi, karena insiden itu, kerjasama dianggap batal. Tunggu, waktu itu, Dayoto-san sendiri tidak menghadiri acara kerjasama itu. Mereka tetap menyerang kita, walaupun Dayoto-san tidak menghadiri acara kerjasama itu. Apakah mereka bermaksud menyandera Kiriko-san dan memeras Dayoto-san? Tidak, tidak mungkin. Yang juga membingungkan adalah, kenapa tiba-tiba Kiriko-san juga jadi gila kekuasaan hingga ingin menjatuhkan kekuasaan ayahnya? Rasa-rasanya tidak mungkin kalau pelakunya adalah Danho. Tapi, kalau bukan mereka, siapa pelakunya?
“
Danho desu. (Danho.)” Kataku.
Aku sengaja melayangkan nama itu karena ingin mendengar reaksi dari Dayoto-san.
“
Karera ha, mottomo utagawashii no desu. Shikashi, watashi ha sore ha karera de ha nai, to omoimasu. (Mereka memang paling mencurigakan. Tapi, kurasa pelakunya bukan mereka.)” Kata Dayoto-san.
“
Nani ga anata wo sou omowa seta no desuka? (Apa yang membuat anda berpikir demikian?)” Tanyaku.
“
Karera ha, kono haigo ni aru baai ha, tashika ni karera ha sudeni ima de ha Kiriko ni tsuite genkyuu shimashita. (Jika mereka pelakunya, mereka pasti sudah membawa-bawa nama Kiriko pada waktu sekarang ini.)” Kata Dayoto-san.
“
Anata ga imi suru, karera ha Kiriko-san zehi wo tsukau no darouka? (Maksud anda, mereka akan menggunakan Kiriko-san?)” Tanyaku.
“
Akiraka ni. Kiriko ha watashi wo taosu koto wo mokuteki to shita igai ha, karera no tame ni kachi ga nani mo arimasen. (Tentu saja. Kiriko sama sekali tidak berharga bagi mereka, selain untuk menjatuhkanku.)” Kata Dayoto-san.
Perkataan Dayoto-san sangat masuk akal. Hanya saja, hanya aku yang mengetahui bahwa Kiriko-san hendak menjatuhkan ayahnya. Ia tidak menghilang, melainkan berpindah sekutu ke pihak musuh. Polisi mengatakan bahwa Kiriko-san berusaha kabur dari si penculik yang hendak memperkosanya, setelah itu ia hilang. Enam bulan lalu, memang Kiriko-san sempat bertemu pandang dan memfitnahku pada senshi no ojou, bahwa ia hendak diperkosa olehku. Itulah yang digunakan sebagai basis berita oleh pihak kepolisian Jepang. Untungnya, karena keberadaan Yami dan Hikari dikatakan sebagai tokoh dunia bawah, maka kedua organisasi itu tidak boleh sampai diketahui oleh masyarakat umum. Namaku pun bebas dari tuduhan apapun. Kalau sampai namaku muncul, habislah aku.
“
Anata ha hotondo no hito ga utagawa reru no desuka? (Jadi, siapa yang paling anda curigai?)” Tanyaku.
Dayoto-san tidak menjawab pertanyaanku. Ia menyeruput kopinya hingga habis, kemudian berdiri, lalu pergi keluar dan naik mobil untuk pergi ke suatu tempat. Aku ikut masuk ke mobil, dan duduk disampingnya.
Akhirnya, malam pun tiba. Aku dan Dayoto-san sampai di rumah kediaman Dayoto-san pada pukul 20 tepat. Karena hari ini waktu tugasku dengan Dayoto-san sudah selesai, aku segera berpamitan. Aku juga meminta para bodyguard yang berjaga untuk melaksanakan strategi penjagaan yang sudah kusiapkan. Kemudian, aku berpamitan kepada Dayoto-san, lalu pulang.
***
Malam itu, jam menunjukkan waktu 01.00 pagi. Dayoto-san sudah tertidur dengan nyenyak di kamarnya. Para bodyguard sudah standby. Ada angin yang bertiup dengan cukup kencang di ruang utama rumah kediaman Dayoto-san. Setelah angin itu selesai bertiup, para bodyguard sudah lumpuh semua akibat luka tebas di leher mereka. Dayoto-san masih beristirahat dengan nyenyak di kasurnya. Tiba-tiba saja, sesosok tubuh yang mengenakan kain hitam yang menutupi seluruh tubuhnya sudah berada dihadapan Dayoto-san yang sedang tertidur nyenyak. Kemudian, ia menyiapkan suatu pisau yang dilumuri oleh suatu cairan, kemudian langsung menusukkannya ke leher Dayoto-san. Tusukan pisaunya mengena secara telak. Setelah itu, sosok tubuh itu memeriksa keadaan Dayoto-san.
Setelah memastikan bahwa tubuh dihadapannya itu sudah tidak bernyawaa lagi, ia hendak meninggalkan ruangan ini tanpa suara. DUUKKK. Sesuatu menghantam pelipis kirinya dengan keras, sehingga ia langsung terjatuh.
“
Dakara, yori takai reberu wo motsu hito ha, kono jikan wo okutte iru no desuka? (Jadi, kali ini seseorang dengan level yang lebih tinggi dikirim untuk membunuh ya?)” Kataku.
Ya, tongkatku mengenai pelipis kiri orang itu dengan sangat telak. Sesosok tubuh itu langsung melihat kearah tubuh Dayoto-san dengan terburu-buru.
“
Kore ha, tokutei no ankoku-gai no soshiki ni yotte seisei sareta bakari datchiwaifu de arimasu. (Yang kau bunuh itu hanya boneka seks yang diproduksi oleh suatu organisasi dunia bawah.)” Kataku.
Dari fluktuasi tenaga ki yang kurasakan darinya, sepertinya tenaga ki miliknya tetap stabil. Artinya, dia tidak kaget sama sekali mendengar tentang dunia bawah. Berarti, dia salah satu bagian dari dunia bawah. Dunia bawah adalah suatu jaringan organisasi yang aktivitasnya tersembunyi dari masyarakat umum. Aku menduga, ia tergabung dalam salah satu jaringan organisasi pembunuh bayaran dalam dunia bawah.
Aku merasakan aura membunuhnya meningkat. Ia mengeluarkan dua buah pisau yang mata pedangnya bengkok seperti sabit. Sepertinya, pertarungan tidak akan bisa dielakan. Ia segera maju, kemudian menyabetkan pisau di tangan kanannya kearahku. Aku segera menahannya dengan tongkatku. Kemudian, ia memutar tubuhnya, untuk melancarkan sabetan ke kakiku dengan pisau di tangan kirinya. Aku cukup memutar arah tongkatku untuk menahan serangannya. Setelah menahan serangannya, aku segera menancapkan tongkatku di tanah, kemudian menumpukan tangan kananku pada tongkatku, lalu melompat dan melancarkan tendangan ke kepalanya.
Tendanganku mampu membuatnya terpental beberapa langkah kebelakang, sementara aku masih bertumpu pada tongkatku di udara. Sepertinya ia bukan orang sembarangan, karena orang biasa pasti pingsan terkena tendangan tadi. Ia segera bangun, kemudian melempar dua pisau di kedua tangannya kearahku. Ketika dilempar, pisau itu melayang dengan berputar. Oh, pasti karena bentuk pisaunya seperti bumerang itu, sehingga bisa berputar. Sambil tetap bertumpu pada tongkatku, aku menggerakan tubuhku dengan lentur untuk menghindari lemparan kedua pisau itu.
Melempar pisau? Sepertinya keputusan yang cukup buruk. Dari posisi bertumpu pada tongkatku, aku segera melompat sambil membawa tongkatku, dan menghantamkan ke kepalanya. Akan tetapi, ia berhasil menahan dengan kedua tangannya. Ia pun melancarkan tendangan kearah perutku. Aku mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. JLEEBB... Ada dua buah benda tajam yang menusuk kedua lengan belakangku. Ah, aku segera menyadarinya. Aku lengah, seharusnya aku lebih menyadarinya. Bentuk pisau yang bengkok seperti bumerang itu, jika dilempar dengan kemampuan yang mencukupi, akan memungkinkan jika pisau itu kembali berbalik layaknya bumerang.
Aku segera mencabut kedua pisau itu dari kedua lengan belakangku. Luka yang ditimbulkan tidak seberapa. Akan tetapi, aku merasakan ada benda aneh yang sedang mengalir dari kedua lukaku menuju bagian tubuhku yang lain. Rupanya pisau itu dilumuri oleh racun ya? Selama pelatihan enam bulan ini, instingku mengenai apa yang sedang terjadi dalam tubuhku menjadi lebih tajam. Terbukti dengan aku bisa segera mengidentifikasi bahwa ada racun yang sedang mengalir dalam tubuhku. Aku segera mengambil dua kain yang ada di ruangan ini, menggulungnya hingga tipis, kemudian mengikatkannya dengan erat di kedua lenganku di bagian atas. Hal ini kulakukan untuk mencegah peredaran racun dari lukaku ke seluruh tubuhku.
Sekarang, ia tidak bersenjata sama sekali. Akan tetapi, pancaran tenaga ki miliknya tidak melemah sedikitpun. Sepertinya pembunuh bayaran yang lumayan profesional dibandingkan para pembunuh bayaran kemarin-kemarin itu. Aku melihat ia menyiapkan suatu kuda-kuda bertarung dengan tangan kosong. Aku hanya diam, dan menunggu serangannya.
Tanpa membuang waktu, ia maju dengan cepat kearahku dan melancarkan tinju dengan tangan kirinya. Aku segera menancapkan tongkatku ke lantai dan kuposisikan tepat sejajar dengan tinjunya untuk menahan tinjunya. Tinjunya berhasil kutahan dengan sempurna. Aku langsung melompat ke udara dengan menumpukan tanganku ke tongkatku. Saat sudah berada di udara, aku segera melancarkan tendangan tusukan dengan kaki kananku. Orang itu berhasil menghindarinya dengan sempurna dengan mengelak ke kanan.
Kemudian, orang itu melakukan sesuatu yang tidak kuduga. Ia memegang tongkatku, kemudian ia ikut melompat ke udara dengan bertumpu pada tongkatku. Hooo, dalam sekejap, ia berhasil menemukan kelemahan dalam gaya bertarungku. Boleh juga. Ya, gaya bertarungku ini memang memiliki keuntungan yang sangat mutlak, yaitu kita bisa menguasai udara dengan bertumpu pada tongkat. Cukup hanya dengan kekuatan tangan yang kuat saja, kita hanya perlu memegang tongkat untuk menahan seluruh bobot berat tubuh kita di tangan. Sebagai gantinya, kita menguasai akses penuh terhadap udara. Akan tetapi, kelemahan besarnya adalah, karena tongkat yang digunakan untuk bertumpu ini tertancap di tanah, besar kemungkinan bahwa lawan akan memanfaatkannya untuk menyerang balik, dengan cara menumpukan tubuh mereka juga menggunakan tongkat milik kita. Jika itu terjadi, lawan jelas memiliki keuntungan. Mengapa? Karena, kita harus menggunakan tenaga kita untuk dua hal penting, yaitu menahan tongkat agar tetap tertancap di tanah dan juga menahan seluruh bobot berat tubuh kita di tangan. Sedangkan lawan yang memanfaatkan tongkatku ini, hanya perlu menahan bobot berat tubuhnya di tangannya, karena urusan menahan tongkat agar tetap tertancap di tanah sudah dilakukan oleh si pemegang tongkat. Hal inilah yang dilakukan oleh senshi no ojou untuk menghantamkan pukulan yang telak ke tubuhku.
Maaf, kawan. Aku sudah bukan petarung yang sama seperti enam bulan lalu. Jika kasusnya kita berhadapan enam bulan lalu, mungkin saat ini kita sudah beradu pukulan di udara. Akan tetapi, selama enam bulan ini, aku sudah memodifikasi tongkatku. Tongkatku ini sekarang bukan tongkat biasa lagi, tapi ada suatu mekanisme yang terpasang. Mekanisme ini adalah tongkat ini sebetulnya merupakan triple stick panjang yang bisa ditempelkan dan dipisahkan kapanpun aku mau. Saat sedang dipisahkan, maka tongkat ini akan menjadi tiga tongkat kecil sama panjang yang dihubungkan dengan rantai kecil yang kuat. Mekanisme ini memberikanku lebih banyak akses untuk melancarkan serangan-serangan mendadak dan tidak terduga.
Aku langsung memisahkan tongkatku menjadi triple stick. Karena tongkat yang tadinya menancap di lantai dengan kuat tiba-tiba menjadi triple stick, maka otomatis tongkat ini menjadi tidak stabil menancap di tanah. Aku bisa melihat si pembunuh bayaran yang sudah bertumpu pada tongkatku itu langsung kehilangan keseimbangan karenanya. Aku segera memanfaatkan momen ini dengan memutar tubuhku, sehingga tongkat yang saat ini kupegang ikut berubah arah. Karena tongkat ini sudah terpisah menjadi triple stick, aku langsung ikut turun kebawah. Bersamaan dengan momentum yang kudapatkan ketika turun kebawah, aku langsung melancarkan serangan keras dengan tanganku ke punggungnya. KRAAAKK... Sepertinya seranganku berhasil meretakkan beberapa tulang punggungnya.
Kini, ia sudah tengkurap tidak bergerak dihadapanku. Sepertinya, pukulanku sangat telak mengenainya. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, ia langsung bangun dan segera melompat kebelakang. Ia terlihat sangat kesakitan akibat retakan tulang punggungnya.
“
Soudesuka. Kisama ha gokusenshi no Nakata Jirou. Ore ha fuchuuideshita. (Begitu ya? Rupanya kamu adalah Jirou Nakata, si gokusenshi. Aku lengah.)” Kata orang itu dengan suara yang terengah-engah.
“
Hai. Anata ha no de, anata no fuchuui de shibou shimasu. (Betul. Dan kelengahanmu akan menyebabkan kematian.)” Kataku.
Aku segera menyatukan tongkatku kembali menjadi tongkat solid, dan kutusukkan dengan keras ke perutnya. Tusukan tongkatku membuatnya terlempar keluar jendela dari kamar yang letaknya di lantai dua ini. Aku segera melihat keluar dari jendela yang sudah pecah untuk melihat kondisinya. Ia sudah terbujur kaku di tanah, dan sudah bersimbah darah. Aku segera melompat dari kamar ini keluar untuk memeriksa tubuhnya.
Denyut nadi, jantung, dan napasnya sudah berhenti. Aku pun tidak merasakan pancaran tenaga ki dari tubuhnya. Itu berarti ia betul-betul sudah mati. Aku membuka penutup wajahnya. Hmmm, tampak wajah seorang pria dengan rambut keriting, kepala lonjong, dan kulit coklat. Aku tidak mengenalinya. Aku segera membuka kain yang menutupi seluruh tubuhnya. Rupanya, ia mengenakan pakaian kain berwarna putih tanpa lengan. Aku mendapati suatu tanda berwarna hitam di pundaknya. Akan tetapi, tanda itu tidak terlihat jelas karena tanda itu mencapai pundak bagian belakangnya. Aku segera mengangkat tubuhnya untuk melihat tanda itu.
Aku tidak percaya apa yang kulihat. Tanda yang terlihat adalah bintang yang sisi kanan atasnya hilang, dan bulan sabit di dekat sisi bintang yang hilang itu. Siapapun yang terlibat dalam dunia bawah, tidak mungkin tidak mengenali tanda itu. Ya, tanda yang dimiliki oleh organisasi itu. Aku tidak menyangka bahwa mereka terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Dayoto-san. Aku harus mengakui bahwa mereka bukan organisasi sembarangan. Bahkan, organisasi besar seperti Yami pun, sebisa mungkin menghindari konflik langsung dengan mereka. Aku harus segera melaporkan ini pada Asuka-san.
BERSAMBUNG KE EPISODE-3