EPISODE 4 : Chousa
Scene 1
Kagura Nakagawa
Matsuyama Edo
Ayumi Nakata
Takeru Yamamoto
Pagi itu, aku sudah berada di kantor. Kantor yang kumaksud adalah markas rahasia Hikari yang letaknya dibawah tanah BTMU. Aku mendapat mandat dari Takeru-san untuk menginvestigasi benda yang dicuri oleh Kage dari Yami. Aku heran, kenapa pistol itu begitu menarik sampai Kage mau repot-repot mencurinya di daerah yang sebetulnya masih dalam area kekuasaan Yami. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung, melakukannya di daerah ramai seperti Shinjuku, sehingga akhirnya menjadi pusat perhatian orang-orang. Pemerintah Jepang telah menyatakan kejadian ini sebagai perampokan dari pihak penjahat biasa. Tidak mengherankan sih, karena keberadaan dunia bawah Jepang memang harus dirahasiakan.
Oh iya, untuk yang masih bingung, dunia bawah atau underground business ini bukan berarti bahwa ada suatu tempat yang letaknya dibawah tanah, melainkan bisnis-bisnis yang dilakukan secara ilegal. Hal yang diperjualbelikan pun jauh melebihi apa yang bisa dibayangkan oleh orang-orang pada umumnya. Tidak hanya hal buruk sih, hal baik juga ada. Hal baiknya itu mencakup suatu peralatan teknologi baru, misalkan untuk menghasilkan suatu bahan tenaga hanya dengan menggunakan oksigen. Ada juga obat penyembuh kanker seperti kemoterapi, hanya saja obat ini "lebih pintar" karena mampu membedakan sel kanker dan sel non-kanker.
Hal buruknya sih, sangat parah. Budak seks yang eksis betul-betul hanya untuk melayani kebutuhan seks seseorang. Obat-obatan yang dosis dan efeknya jauh melebihi narkoba jenis biasa. Bahkan sampai senjata keren yang teknologi nya canggih dan tidak bisa dibayangkan. Transaksi nya tetap saja melewati jalur biasa. Yami biasanya mengkamuflasekan karir dengan keramaian, makanya mereka suka sekali mengambil jalur-jalur ramai seperti Ginza dan Shinjuku. Kage tidak bisa diprediksi, mereka bisa muncul kapan dan dimana saja. Untuk mengatasi transaksi-transaksi underground seperti itulah, kami para polisi rahasia penanganan dunia bawah A.K.A. Hikari dibentuk. Hikari ini adalah organisasi kepolisian yang sangat rahasia, bahkan cukup misteri di kalangan kepolisian sekaligus. Hanya beberapa petinggi dari Kepolisian Jepang yang mengetahuinya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa aktivitas kami ini adalah aktivitas dunia bawah. Jadi, dunia bawah itu sebetulnya tidak sepenuhnya buruk.
Yak, kembali ke permasalahan utama. Kucoba menyusun fakta-fakta yang ada. Benda yang dicuri adalah pistol. Tapi kemungkinan itu bukan pistol biasa, karena biasanya benda berbubuk mesiu pasti dijauhkan dari bahan yang mudah terbakar seperti daun *****. Yami melakukan pengiriman benda itu dengan jalur yang cukup umum bagi mereka. Kage mencegat mereka dan bahkan melakukannya di tempat keramaian. Kupikir, Kage ini pasti adalah kuncinya. Mereka adalah organisasi yang tidak jelas gerak-geriknya. Permasalahan utamanya adalah, Kage memegang banyak informasi, sedangkan informasi yang kami miliki mengenai Kage sangatlah minim.
Aduuh, tidak selesai-selesai ini sih. Aku menutup mataku dan menyandarkan tubuhku ke kursi. Saat aku memejamkan mataku, tiba-tiba aku merasa ada yang memeluk tubuhku. Dari caranya memeluk, sepertinya aku tahu siapa.
"Matsuyama?" Tanyaku.
"Iya, sayang." Terdengar suara Matsuyama dibelakangku.
"Jangan memanggilku dengan "sayang". Ingat, kita hanya saling memenuhi kebutuhkan seks satu sama lain. Cinta tidak bermain didalam hubungan kita." Kataku.
"Tapi, bukan tidak mungkin kan jika tiba-tiba cinta bersemi diantara kita?" Goda Matsuyama.
"
Yamete yo, Matsuyama. (Hentikan, Matsuyama.)" Kataku.
Aku merasakan ada benda kenyal yang melumat bibirku. Saat itu juga, aku membuka mataku. Wajahku dan wajah Matsuyama begitu dekat. Aku pun membalas ciumannya tanpa malu-malu. Kini, bibir dan lidah kami saling berpagutan untuk memompa birahi kami masing-masing. Disaat kerjaan buntu begini, memang paling enak jika berhubungan seks. Aku pun mulai memeluk tubuh Matsuyama. Dia berusaha untuk duduk di kursi yang sama denganku, sehingga kini tubuh kami betul-betul menempel dengan ketat. Aku beranjak dari tempat dudukku, dan mendudukkan tubuhku di pangkuan kaki Matsuyama.
Kini, aku sudah terduduk di pangkuan Matsuyama. Kedua tangan Matsuyama merangkul pinggangku dengan erat, sementara bibir dan lidah kami masih saling berpagutan. Lambat laun, kesadaranku ini mulai dibakar oleh birahi. Matsuyama pun mulai menciumi sekujur wajahku dari pipi, kening, telinga, sampai menjalar ke leherku. Aku pun mulai mendesis-desis dan menjambak rambut Matsuyama karena rasa geli dan nikmat yang semakin tidak tertahankan.
Kemudian, tangan Matsuyama mulai bergerilya membuka kancing kemejaku, hingga kemejaku terlucuti sepenuhnya. Jilatannya mulai turun dari leher ke dadaku. Tangannya mulai meremas-remas buah dadaku yang masih terlindungi oleh BH rendaku, sementara tangannya yang satu mulai masuk melewati BH-ku untuk meraba-raba buah dadaku yang satunya lagi. Oohh, sangat terasa sekali bagaimana tangan Matsuyama bergesekan dengan kulit di buah dadaku. Aku pun mulai mendesah-desah menahan kenikmatan yang semakin menderaku ini.
"Kenapa, sayang? Nikmat kan?" Goda Matsuyama.
"Iyaahh... Teruuss, Yama-chan..." Desahku.
Aku pun merasa bahwa dadaku semakin pengap saja. Maka, dengan sukarela aku membukakan BH renda yang kukenakan ini untuk Matsuyama. Kini, terpampanglah buah dadaku yang bulat dan indah ini di hadapan Matsuyama. Ia pun langsung melongo melihat kedua buah dadaku.
"
Dou shita no? Anata ha sou hinpan ni watashi no mune wo mitekimashita. (Ada apa? Bukankah kamu sudah sering melihatnya?)" Tanyaku.
"Betul. Tapi dadamu tidak pernah membuatku bosan. Aku selalu terkesima setiap kali aku melihatnya." Kata Matsuyama dengan senyum yang menggoda.
Ouuhh, kata-kata Matsuyama semakin membuatku pikiranku melayang-layang.
"Kalau begitu, sini menyusu sama mama." Godaku sambil membenamkan wajah Matsuyama di buah dada kananku.
Matsuyama yang kini sudah terbenam di buah dada kananku langsung mengulum puting susuku, sementara tangannya meremas-remas sambil memuntir puting susu dadaku yang satunya lagi. Aku hanya bisa menggeliat-geliat mendapat rangsangan dari Matsuyama. Aku menjambak rambutnya semakin keras karena kegelian. Matsuyama pun makin liar mengulum puting susuku. Rasa nikmat yang kurasakan pun semakin bertambah dari detik ke detik.
Setelah puas dengan buah dadaku, kini Matsuyama menarik celana panjang dan celana dalamku dengan paksa. Kini, aku sudah telanjang sepenuhnya. Aku juga masih terduduk dipangkuan Matsuyama. Matsuyama pun mulai mengerahkan telunjuk jarinya untuk mengocok-ngocok klitorisku. Aku hanya dapat merem melek dan semakin mendesah-desah akibat kenikmatan yang kurasakan ini. Aku pun mulai mengerahkan tanganku untuk menelusup masuk ke dalam celana Matsuyama. Didalam celananya, aku berhasil menggenggam batang penisnya yang sudah mengacung dengan keras. Oohh, membayangkan penis ini nantinya akan memasuki lubang vaginaku, aku semakin terangsang luar biasa.
Aku mulai mengocok-ngocok penis milik Matsuyama dengan telaten. Matsuyama pun masih memainkan jari telunjuknya di dalam klitorisku. Kami saling memompa birahi masing-masing. Desahan demi desahan pun mulai keluar dari mulut kami berdua. Mulut dan lidah kami pun kembali mulai beradu. Aku pun mulai melucuti seluruh pakaian Matsuyama, sehingga kini ia telanjang sama seperti aku. Kami yang sudah betul-betul telanjang saling berpelukan satu sama lain dengan erat. Lidah kami masih saling beradu dengan panasnya. Peluh kami pun mulai mengalir dengan deras walaupun ruangan ini ber-AC. Sungguh sangat nikmat birahi yang kudapatkan ini.
Aku mengerahkan tanganku untuk menggenggam penis milik Matsuyama yang sepertinya sudah sangat keras. Aku kemudian mengarahkan vaginaku kearah penisnya.
"Siaap?" Tanyaku.
"Kapanpun, sayaang.." Jawabnya.
Aku langsung mendorong pantatku sehingga kini lubang vaginaku telah sepenuhnya melahap penis milik Matsuyama. Melalui proses ini, aku betul-betul merasa bahwa aku dan Matsuyama sudah terhubung satu sama lain, layaknya seperti USB yang sudah tertancap di USB port. Kesadaranku betul-betul sudah terbakar sepenuhnya oleh birahi. Tubuhku sudah basah oleh keringat. Aku mulai menghujam-hujamkan vaginaku ke penisnya yang masih mengacung dengan sempurna didalam lubang vaginaku. Kami bersetubuh dalam posisi duduk, aku diatas dan Matsuyama dibawah. Setiap kali aku menghujamkan lubang vaginaku untuk melahap penis milik Matsuyama, aku merasakan aliran kenikmatan yang seolah-olah mengalir dari selangkanganku menuju seluruh tubuhku. Aku lihat Matsuyama hanya bisa merem melek akibat rangsangan hebat yang kuberikan pada penisnya. Sementara sepertinya ia pun makin tidak tahan melihat buah dadaku yang naik turun akibat gerakan naik turunku ini.
Lama-kelamaan, ada reaksi dari Matsuyama. Ia mulai mengulum puting susu buah dada kananku, sementara tangannya mulai meraba-raba seluruh bagian tubuhku. Napasku dan napasnya semakin memburu dan tidak menentu. Irama genjotanku pun semakin tidak teratur. Aku menutup mata sambil mendesah-desah tidak karuan.
"Uuggghhh uaaahhh... Kagura-chan" Desah Matsuyama.
Desahan Matsuyama membuatku semakin gila. Aku ingin mendapatkan kenikmatan yang lebih, sementara aku juga ingin memberikan kenikmatan kepadanya. Aku semakin kuat menghujam-hujamkan vaginaku untuk melahap penisnya.
"Ayo kita keluar bareng, Yama-chaann..." Erangku tidak kuat menahan nikmat.
"Ayooohhh... Akuu gaaakk tahaaann, Kaguraa-chaann..." Erang Matsuyama.
Saat itu juga, aku merasakan semprotan sperma yang deras dari penis milik Matsuyama. Kontraksi penisnya memberikan rangsangan yang luar biasa ke rongga vaginaku, sehingga tidak lama kemudian aku pun ikut menikmati kenikmatan puncakku.
"Ouugghhh... Aaahhhhhh..." Erangku menikmati kenikmatan puncak yang kurasakan ini.
Aku merasakan denyut demi denyut vaginaku yang sedang mengalami orgasme. Bibir kami saling berpagutan. Aku merasakan bahwa penis milik Matsuyama sudah selesai menyemprotkan spermanya. Kini lubang vaginaku terasa sangat hangat dan basah kuyup akibat sperma yang mengucur dari penis Matsuyama. Orgasmeku pun juga sudah selesai. Tubuhku langsung melemas di pelukannya. Untuk beberapa saat, aku masih terduduk di pangkuannya. Kami berdua pun masih berpelukan.
Saat kesadaranku sudah pulih kembali akibat gelora birahi yang sudah mereda, aku mencabut lubang vaginaku, dan beranjak berdiri untuk kembali berpakaian. Matsuyama pun melakukan hal yang sama. Setelah selesai berpakaian, aku kembali kepada dokumen dan komputerku. Matsuyama mencium bibirku, kemudian ia keluar dari ruanganku ini. Memang berhubungan seks itu membuat pikiran menjadi cerah. Aku merasa segar sekali, dan entah kenapa aku merasa pikiranku siap untuk menghadapi kasus serumit apapun. Terima kasih, Matsuyama.
Aku berpikir, kenapa Kage menginginkan pistol yang dibawa oleh Yami itu. Aku menjadi semakin yakin bahwa pistol itu pastilah bukan pistol biasa. Pertama, karena analisis bahwa benda-benda yang mengandung bubuk mesiu tidak mungkin didekatkan pada bahan yang mudah terbakar seperti *****. Kedua, karena Kage yang merampasnya. Walaupun informasi yang kami miliki mengenai Kage itu sangat minim, tapi kami semua tahu bahwa Kage itu bukan organisasi kacangan yang sembarangan merampok atau mencuri. Setiap aksi mereka itu pasti didasari oleh suatu dasar, walaupun dasar itu penuh dengan misteri.
Eh tunggu, biasanya dalam medan perang, ada tiga kemungkinan dari suatu tindakan. Pertama, bagian dari strategi. Kedua, aksi yang blunder, atau kesalahan dalam menjalankan strategi. Ketiga, kamuflase. Kamuflase... Apakah Yami sengaja melakukan tindakan kamuflase untuk menutupi sesuatu? Berbeda dengan Kage, pola tindakan Yami lebih bisa ditebak. Jika memang mereka melakukan kamuflase, ada dua poin penting disini. Pertama, penjagaan yang terlalu sedikit. Kedua, pengambilan jalur yang sangat terbuka untuk suatu barang yang penting. Pengambilan jalur terbuka itu adalah untuk memancing, sehingga saat semuanya terpancing, mereka akan melakukan tujuan dari kamuflase mereka itu di tempat lain.
Akan tetapi, disini permasalahannya adalah informasi. Hanya Kage yang bisa mengetahui jalur transportasi barang itu. Biasanya kalau memang kamuflase, mereka harus memastikan bahwa informasi mengenai transportasi barang itu bocor. Tapi nyatanya, intelijen kami tidak berhasil mendapatkan informasi itu. Mereka baru berhasil mendapatkan informasi itu saat Kage sudah lebih dulu menyerang kurir yang membawa barang milik Yami. Hmmm, berarti bukan kamuflase ya?
Kalau bukan kamuflase, berarti memang benar bahwa Yami melakukan transportasi barang untuk satu tujuan yaitu pengiriman barang dengan selamat sampai di tempat tujuan. Berarti memang barang itu yang perlu dijadikan bahan penyelidikan. Kurasa aku harus lebih dulu menganalisa mengapa benda seperti pistol yang mengandung bubuk mesiu didekatkan pada bahan yang mudah terbakar seperti daun *****. Eh tunggu? Daun *****... daun *****... daun *****... OOOHHH! Aku langsung menelpon Takeru-san ke extension-nya.
"Takeru-san, sepertinya aku mempunya analisis baru tentang pistol yang dicuri oleh Kage." Kataku.
"Begitukah? Oke, mari kita dengarkan analisismu. Sepuluh menit lagi di ruang meeting. Aku akan panggil Matsuyama dan juga Ayumi." Kata Takeru-san.
"
Wakarimashita. (Siap.)" Kataku.
Sepuluh menit kemudian, kami berempat sudah berkumpul di ruang meeting yang letaknya ada di tengah-tengah ruangan utama.
"
Doushita? (Bagaimana?)" Tanya Takeru-san.
"Sebelum kumulai, aku ingin mendengar berita terbaru tentang Yami. Bolehkah?" Tanyaku.
"Siap ibu bos! Sepertinya mereka merasa cukup panik atas kehilangan barang yang mereka bawa itu. Saat aku menyamar dan makan di rumah makan yang terletak di daerah kekuasaan mereka, aku dapat merasakan keresahan dari aura-aura dan raut wajah yang mereka pancarkan. Sepertinya pistol itu memang penting bagi mereka." Kata Matsuyama.
"Dari data-data yang kukumpulkan dari divisi dua monitor Shinjuku, dimana Shinjuku merupakan daerah kekuasaan Yami, aktivitas Yami di tempat itu cenderung rendah. Dari data-data yang kukumpulkan berkat sistem intelegensi buatan yang kubuat, aku mendapatkan data bahwa aktivitas mereka di daerah lain seperti Ginza dan Tokyo cenderung tinggi. Transaksi ilegal yang dilakukan oleh mereka cenderung tinggi di kedua tempat itu." Kata Ayumi.
Aha. Aku sangat lega mengetahui bahwa analisisku benar.
"Jadi. Sepertinya ada titik cerah, Kagura." Kata Takeru-san kepadaku sambil tersenyum.
"Iya. Pistol yang mereka miliki adalah pistol untuk melakukan ekstraksi terhadap zat narkotika yang ada pada daun *****. Aku mungkin berpikir bahwa zat narkotika yang sudah diekstraksi dalam pistol itu bisa ditembakkan layaknya seperti peluru." Kataku.
"Apa basismu mengatakan itu?" Tanya Takeru-san.
"Disini kuncinya adalah daun *****. Mengapa mereka harus repot mengirimkan daun ***** yang jumlahnya relatif sedikit? Jadi aku mengasumsikan bahwa ***** itu adalah untuk demo." Kataku.
"Berapa persen kamu yakin dengan analisismu?" Tanya Takeru-san.
"
Rokujuu paacento. (Enam puluh persen)" Kataku.
"Bagus, Kagura. Sebetulnya aku sudah sampai pada analisis itu tadi pagi." Kata Takeru-san.
"Heee? Kenapa tidak dibahas denganku?" Tanyaku dengan heran.
"Oh, bukan begitu. Tadinya aku mau masuk ke ruanganmu begitu datang ke kantor dan membahas hal ini. Tapi aku diberitahu seseorang bahwa kamu sedang sibuk, sangat sibuk malah." Kata Takeru-san sambil tersenyum dengan penuh maksud.
Sangat sibuk? Bukankah aku tadi hanya berpikir mengenai tindakan Kage dan Yami? Eh tunggu... mungkinkah sangat sibuk yang Takeru-san maksud itu... Saat aku berhubungan seks dengan Matsuyama??!
"Si.. sibuk apa ya?" Tanyaku dengan gelagapan.
Takeru-san hanya tersenyum-senyum sendiri sambil melihatku, kemudian ia juga melihat Matsuyama. Matsuyama pun hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Takeru-san. Hmm, mana mungkin Takeru-san tahu. Bagaimana dia bisa tahu? Tunggu, mungkinkah pelakunya adalah...
"Apakah kamu... memasang..." Aku mencoba bertanya kepada orang disebelahku.
"
Iie iie... Ore ha nani wo oku koto ha arimasen. (Tidak tidak... Aku tidak pernah memasang apapun.)" Kata Ayumi.
"Jadi?" Tanyaku.
"Entahlah." Kata Ayumi sambil mengangkat tangannya dan tersenyum-senyum sendiri.
"Tidak apa-apa, Kagura. Selama pekerjaan kalian berdua tetap beres, dan selama hanya kita berempat yang tahu. Karena aku tidak ingin ada pembicaraan yang tidak enak mengenai
sansaikou no masayoshi dari divisi bawah." Kata Takeru-san.
"
Wakarimashita, Takeru-san. Watashitachi ha sono koto ni tsuite saizen wo tsukushimasu. (Kami mengerti, Takeru-san. Kami akan melakukan sebaik-baiknya mengenai hal itu.)" Kata Matsuyama sambil berdiri dan tersenyum.
"Matsuyama, kamu membuat kita berdua malu tahu." Kataku.
"Tidak usah malu-malu. Kita semua sudah dewasa. Kalian berdua tahu bagaimana diriku. Ayumi juga sepertinya lebih peduli kepada komputernya." Kata Takeru-san.
Ayumi hanya tersenyum. Senyum penuh kemenangan. Ayumi sialan. Aku tidak akan pernah melupakan penghinaan ini. Tapi, bagaimana ya cara dia mengetahui apa yang sedang kulakukan bersama Matsuyama?