Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

Untuk next update nya
Ane ga yakin di minggu ini bisa update ato kaga,krn ane dpt penugasan selama seminggu lebih ke negeri tempat Takeru dan Asuka berada

Tapi,update minggu ini itu hutang ane,jadi kl minggu ini ane ga bisa update,jadi minggu depan updatenya 2 episode

Mohon maaf n thanks atas pengertiannya

Semoga minggu ini ane bisa update
 
Untuk next update nya
Ane ga yakin di minggu ini bisa update ato kaga,krn ane dpt penugasan selama seminggu lebih ke negeri tempat Takeru dan Asuka berada

Tapi,update minggu ini itu hutang ane,jadi kl minggu ini ane ga bisa update,jadi minggu depan updatenya 2 episode

Mohon maaf n thanks atas pengertiannya

Semoga minggu ini ane bisa update

enaknya ditugasin kesana... kl modal sendiri 15jt g bakalan cukup... ahhhh pengen ke akihabara... liat markas

thx suhu megu... rilex bikin nya biar g kalah dengan cerita yg lama
 
EPISODE 4 : Chousa

Scene 1

Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo



Ayumi Nakata



Takeru Yamamoto



Pagi itu, aku sudah berada di kantor. Kantor yang kumaksud adalah markas rahasia Hikari yang letaknya dibawah tanah BTMU. Aku mendapat mandat dari Takeru-san untuk menginvestigasi benda yang dicuri oleh Kage dari Yami. Aku heran, kenapa pistol itu begitu menarik sampai Kage mau repot-repot mencurinya di daerah yang sebetulnya masih dalam area kekuasaan Yami. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung, melakukannya di daerah ramai seperti Shinjuku, sehingga akhirnya menjadi pusat perhatian orang-orang. Pemerintah Jepang telah menyatakan kejadian ini sebagai perampokan dari pihak penjahat biasa. Tidak mengherankan sih, karena keberadaan dunia bawah Jepang memang harus dirahasiakan.

Oh iya, untuk yang masih bingung, dunia bawah atau underground business ini bukan berarti bahwa ada suatu tempat yang letaknya dibawah tanah, melainkan bisnis-bisnis yang dilakukan secara ilegal. Hal yang diperjualbelikan pun jauh melebihi apa yang bisa dibayangkan oleh orang-orang pada umumnya. Tidak hanya hal buruk sih, hal baik juga ada. Hal baiknya itu mencakup suatu peralatan teknologi baru, misalkan untuk menghasilkan suatu bahan tenaga hanya dengan menggunakan oksigen. Ada juga obat penyembuh kanker seperti kemoterapi, hanya saja obat ini "lebih pintar" karena mampu membedakan sel kanker dan sel non-kanker.

Hal buruknya sih, sangat parah. Budak seks yang eksis betul-betul hanya untuk melayani kebutuhan seks seseorang. Obat-obatan yang dosis dan efeknya jauh melebihi narkoba jenis biasa. Bahkan sampai senjata keren yang teknologi nya canggih dan tidak bisa dibayangkan. Transaksi nya tetap saja melewati jalur biasa. Yami biasanya mengkamuflasekan karir dengan keramaian, makanya mereka suka sekali mengambil jalur-jalur ramai seperti Ginza dan Shinjuku. Kage tidak bisa diprediksi, mereka bisa muncul kapan dan dimana saja. Untuk mengatasi transaksi-transaksi underground seperti itulah, kami para polisi rahasia penanganan dunia bawah A.K.A. Hikari dibentuk. Hikari ini adalah organisasi kepolisian yang sangat rahasia, bahkan cukup misteri di kalangan kepolisian sekaligus. Hanya beberapa petinggi dari Kepolisian Jepang yang mengetahuinya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa aktivitas kami ini adalah aktivitas dunia bawah. Jadi, dunia bawah itu sebetulnya tidak sepenuhnya buruk.

Yak, kembali ke permasalahan utama. Kucoba menyusun fakta-fakta yang ada. Benda yang dicuri adalah pistol. Tapi kemungkinan itu bukan pistol biasa, karena biasanya benda berbubuk mesiu pasti dijauhkan dari bahan yang mudah terbakar seperti daun *****. Yami melakukan pengiriman benda itu dengan jalur yang cukup umum bagi mereka. Kage mencegat mereka dan bahkan melakukannya di tempat keramaian. Kupikir, Kage ini pasti adalah kuncinya. Mereka adalah organisasi yang tidak jelas gerak-geriknya. Permasalahan utamanya adalah, Kage memegang banyak informasi, sedangkan informasi yang kami miliki mengenai Kage sangatlah minim.

Aduuh, tidak selesai-selesai ini sih. Aku menutup mataku dan menyandarkan tubuhku ke kursi. Saat aku memejamkan mataku, tiba-tiba aku merasa ada yang memeluk tubuhku. Dari caranya memeluk, sepertinya aku tahu siapa.

"Matsuyama?" Tanyaku.

"Iya, sayang." Terdengar suara Matsuyama dibelakangku.

"Jangan memanggilku dengan "sayang". Ingat, kita hanya saling memenuhi kebutuhkan seks satu sama lain. Cinta tidak bermain didalam hubungan kita." Kataku.

"Tapi, bukan tidak mungkin kan jika tiba-tiba cinta bersemi diantara kita?" Goda Matsuyama.

"Yamete yo, Matsuyama. (Hentikan, Matsuyama.)" Kataku.

Aku merasakan ada benda kenyal yang melumat bibirku. Saat itu juga, aku membuka mataku. Wajahku dan wajah Matsuyama begitu dekat. Aku pun membalas ciumannya tanpa malu-malu. Kini, bibir dan lidah kami saling berpagutan untuk memompa birahi kami masing-masing. Disaat kerjaan buntu begini, memang paling enak jika berhubungan seks. Aku pun mulai memeluk tubuh Matsuyama. Dia berusaha untuk duduk di kursi yang sama denganku, sehingga kini tubuh kami betul-betul menempel dengan ketat. Aku beranjak dari tempat dudukku, dan mendudukkan tubuhku di pangkuan kaki Matsuyama.

Kini, aku sudah terduduk di pangkuan Matsuyama. Kedua tangan Matsuyama merangkul pinggangku dengan erat, sementara bibir dan lidah kami masih saling berpagutan. Lambat laun, kesadaranku ini mulai dibakar oleh birahi. Matsuyama pun mulai menciumi sekujur wajahku dari pipi, kening, telinga, sampai menjalar ke leherku. Aku pun mulai mendesis-desis dan menjambak rambut Matsuyama karena rasa geli dan nikmat yang semakin tidak tertahankan.

Kemudian, tangan Matsuyama mulai bergerilya membuka kancing kemejaku, hingga kemejaku terlucuti sepenuhnya. Jilatannya mulai turun dari leher ke dadaku. Tangannya mulai meremas-remas buah dadaku yang masih terlindungi oleh BH rendaku, sementara tangannya yang satu mulai masuk melewati BH-ku untuk meraba-raba buah dadaku yang satunya lagi. Oohh, sangat terasa sekali bagaimana tangan Matsuyama bergesekan dengan kulit di buah dadaku. Aku pun mulai mendesah-desah menahan kenikmatan yang semakin menderaku ini.

"Kenapa, sayang? Nikmat kan?" Goda Matsuyama.

"Iyaahh... Teruuss, Yama-chan..." Desahku.

Aku pun merasa bahwa dadaku semakin pengap saja. Maka, dengan sukarela aku membukakan BH renda yang kukenakan ini untuk Matsuyama. Kini, terpampanglah buah dadaku yang bulat dan indah ini di hadapan Matsuyama. Ia pun langsung melongo melihat kedua buah dadaku.

"Dou shita no? Anata ha sou hinpan ni watashi no mune wo mitekimashita. (Ada apa? Bukankah kamu sudah sering melihatnya?)" Tanyaku.

"Betul. Tapi dadamu tidak pernah membuatku bosan. Aku selalu terkesima setiap kali aku melihatnya." Kata Matsuyama dengan senyum yang menggoda.

Ouuhh, kata-kata Matsuyama semakin membuatku pikiranku melayang-layang.

"Kalau begitu, sini menyusu sama mama." Godaku sambil membenamkan wajah Matsuyama di buah dada kananku.

Matsuyama yang kini sudah terbenam di buah dada kananku langsung mengulum puting susuku, sementara tangannya meremas-remas sambil memuntir puting susu dadaku yang satunya lagi. Aku hanya bisa menggeliat-geliat mendapat rangsangan dari Matsuyama. Aku menjambak rambutnya semakin keras karena kegelian. Matsuyama pun makin liar mengulum puting susuku. Rasa nikmat yang kurasakan pun semakin bertambah dari detik ke detik.

Setelah puas dengan buah dadaku, kini Matsuyama menarik celana panjang dan celana dalamku dengan paksa. Kini, aku sudah telanjang sepenuhnya. Aku juga masih terduduk dipangkuan Matsuyama. Matsuyama pun mulai mengerahkan telunjuk jarinya untuk mengocok-ngocok klitorisku. Aku hanya dapat merem melek dan semakin mendesah-desah akibat kenikmatan yang kurasakan ini. Aku pun mulai mengerahkan tanganku untuk menelusup masuk ke dalam celana Matsuyama. Didalam celananya, aku berhasil menggenggam batang penisnya yang sudah mengacung dengan keras. Oohh, membayangkan penis ini nantinya akan memasuki lubang vaginaku, aku semakin terangsang luar biasa.

Aku mulai mengocok-ngocok penis milik Matsuyama dengan telaten. Matsuyama pun masih memainkan jari telunjuknya di dalam klitorisku. Kami saling memompa birahi masing-masing. Desahan demi desahan pun mulai keluar dari mulut kami berdua. Mulut dan lidah kami pun kembali mulai beradu. Aku pun mulai melucuti seluruh pakaian Matsuyama, sehingga kini ia telanjang sama seperti aku. Kami yang sudah betul-betul telanjang saling berpelukan satu sama lain dengan erat. Lidah kami masih saling beradu dengan panasnya. Peluh kami pun mulai mengalir dengan deras walaupun ruangan ini ber-AC. Sungguh sangat nikmat birahi yang kudapatkan ini.

Aku mengerahkan tanganku untuk menggenggam penis milik Matsuyama yang sepertinya sudah sangat keras. Aku kemudian mengarahkan vaginaku kearah penisnya.

"Siaap?" Tanyaku.

"Kapanpun, sayaang.." Jawabnya.

Aku langsung mendorong pantatku sehingga kini lubang vaginaku telah sepenuhnya melahap penis milik Matsuyama. Melalui proses ini, aku betul-betul merasa bahwa aku dan Matsuyama sudah terhubung satu sama lain, layaknya seperti USB yang sudah tertancap di USB port. Kesadaranku betul-betul sudah terbakar sepenuhnya oleh birahi. Tubuhku sudah basah oleh keringat. Aku mulai menghujam-hujamkan vaginaku ke penisnya yang masih mengacung dengan sempurna didalam lubang vaginaku. Kami bersetubuh dalam posisi duduk, aku diatas dan Matsuyama dibawah. Setiap kali aku menghujamkan lubang vaginaku untuk melahap penis milik Matsuyama, aku merasakan aliran kenikmatan yang seolah-olah mengalir dari selangkanganku menuju seluruh tubuhku. Aku lihat Matsuyama hanya bisa merem melek akibat rangsangan hebat yang kuberikan pada penisnya. Sementara sepertinya ia pun makin tidak tahan melihat buah dadaku yang naik turun akibat gerakan naik turunku ini.

Lama-kelamaan, ada reaksi dari Matsuyama. Ia mulai mengulum puting susu buah dada kananku, sementara tangannya mulai meraba-raba seluruh bagian tubuhku. Napasku dan napasnya semakin memburu dan tidak menentu. Irama genjotanku pun semakin tidak teratur. Aku menutup mata sambil mendesah-desah tidak karuan.

"Uuggghhh uaaahhh... Kagura-chan" Desah Matsuyama.

Desahan Matsuyama membuatku semakin gila. Aku ingin mendapatkan kenikmatan yang lebih, sementara aku juga ingin memberikan kenikmatan kepadanya. Aku semakin kuat menghujam-hujamkan vaginaku untuk melahap penisnya.

"Ayo kita keluar bareng, Yama-chaann..." Erangku tidak kuat menahan nikmat.

"Ayooohhh... Akuu gaaakk tahaaann, Kaguraa-chaann..." Erang Matsuyama.

Saat itu juga, aku merasakan semprotan sperma yang deras dari penis milik Matsuyama. Kontraksi penisnya memberikan rangsangan yang luar biasa ke rongga vaginaku, sehingga tidak lama kemudian aku pun ikut menikmati kenikmatan puncakku.

"Ouugghhh... Aaahhhhhh..." Erangku menikmati kenikmatan puncak yang kurasakan ini.

Aku merasakan denyut demi denyut vaginaku yang sedang mengalami orgasme. Bibir kami saling berpagutan. Aku merasakan bahwa penis milik Matsuyama sudah selesai menyemprotkan spermanya. Kini lubang vaginaku terasa sangat hangat dan basah kuyup akibat sperma yang mengucur dari penis Matsuyama. Orgasmeku pun juga sudah selesai. Tubuhku langsung melemas di pelukannya. Untuk beberapa saat, aku masih terduduk di pangkuannya. Kami berdua pun masih berpelukan.

Saat kesadaranku sudah pulih kembali akibat gelora birahi yang sudah mereda, aku mencabut lubang vaginaku, dan beranjak berdiri untuk kembali berpakaian. Matsuyama pun melakukan hal yang sama. Setelah selesai berpakaian, aku kembali kepada dokumen dan komputerku. Matsuyama mencium bibirku, kemudian ia keluar dari ruanganku ini. Memang berhubungan seks itu membuat pikiran menjadi cerah. Aku merasa segar sekali, dan entah kenapa aku merasa pikiranku siap untuk menghadapi kasus serumit apapun. Terima kasih, Matsuyama.

Aku berpikir, kenapa Kage menginginkan pistol yang dibawa oleh Yami itu. Aku menjadi semakin yakin bahwa pistol itu pastilah bukan pistol biasa. Pertama, karena analisis bahwa benda-benda yang mengandung bubuk mesiu tidak mungkin didekatkan pada bahan yang mudah terbakar seperti *****. Kedua, karena Kage yang merampasnya. Walaupun informasi yang kami miliki mengenai Kage itu sangat minim, tapi kami semua tahu bahwa Kage itu bukan organisasi kacangan yang sembarangan merampok atau mencuri. Setiap aksi mereka itu pasti didasari oleh suatu dasar, walaupun dasar itu penuh dengan misteri.

Eh tunggu, biasanya dalam medan perang, ada tiga kemungkinan dari suatu tindakan. Pertama, bagian dari strategi. Kedua, aksi yang blunder, atau kesalahan dalam menjalankan strategi. Ketiga, kamuflase. Kamuflase... Apakah Yami sengaja melakukan tindakan kamuflase untuk menutupi sesuatu? Berbeda dengan Kage, pola tindakan Yami lebih bisa ditebak. Jika memang mereka melakukan kamuflase, ada dua poin penting disini. Pertama, penjagaan yang terlalu sedikit. Kedua, pengambilan jalur yang sangat terbuka untuk suatu barang yang penting. Pengambilan jalur terbuka itu adalah untuk memancing, sehingga saat semuanya terpancing, mereka akan melakukan tujuan dari kamuflase mereka itu di tempat lain.

Akan tetapi, disini permasalahannya adalah informasi. Hanya Kage yang bisa mengetahui jalur transportasi barang itu. Biasanya kalau memang kamuflase, mereka harus memastikan bahwa informasi mengenai transportasi barang itu bocor. Tapi nyatanya, intelijen kami tidak berhasil mendapatkan informasi itu. Mereka baru berhasil mendapatkan informasi itu saat Kage sudah lebih dulu menyerang kurir yang membawa barang milik Yami. Hmmm, berarti bukan kamuflase ya?

Kalau bukan kamuflase, berarti memang benar bahwa Yami melakukan transportasi barang untuk satu tujuan yaitu pengiriman barang dengan selamat sampai di tempat tujuan. Berarti memang barang itu yang perlu dijadikan bahan penyelidikan. Kurasa aku harus lebih dulu menganalisa mengapa benda seperti pistol yang mengandung bubuk mesiu didekatkan pada bahan yang mudah terbakar seperti daun *****. Eh tunggu? Daun *****... daun *****... daun *****... OOOHHH! Aku langsung menelpon Takeru-san ke extension-nya.

"Takeru-san, sepertinya aku mempunya analisis baru tentang pistol yang dicuri oleh Kage." Kataku.

"Begitukah? Oke, mari kita dengarkan analisismu. Sepuluh menit lagi di ruang meeting. Aku akan panggil Matsuyama dan juga Ayumi." Kata Takeru-san.

"Wakarimashita. (Siap.)" Kataku.

Sepuluh menit kemudian, kami berempat sudah berkumpul di ruang meeting yang letaknya ada di tengah-tengah ruangan utama.

"Doushita? (Bagaimana?)" Tanya Takeru-san.

"Sebelum kumulai, aku ingin mendengar berita terbaru tentang Yami. Bolehkah?" Tanyaku.

"Siap ibu bos! Sepertinya mereka merasa cukup panik atas kehilangan barang yang mereka bawa itu. Saat aku menyamar dan makan di rumah makan yang terletak di daerah kekuasaan mereka, aku dapat merasakan keresahan dari aura-aura dan raut wajah yang mereka pancarkan. Sepertinya pistol itu memang penting bagi mereka." Kata Matsuyama.

"Dari data-data yang kukumpulkan dari divisi dua monitor Shinjuku, dimana Shinjuku merupakan daerah kekuasaan Yami, aktivitas Yami di tempat itu cenderung rendah. Dari data-data yang kukumpulkan berkat sistem intelegensi buatan yang kubuat, aku mendapatkan data bahwa aktivitas mereka di daerah lain seperti Ginza dan Tokyo cenderung tinggi. Transaksi ilegal yang dilakukan oleh mereka cenderung tinggi di kedua tempat itu." Kata Ayumi.

Aha. Aku sangat lega mengetahui bahwa analisisku benar.

"Jadi. Sepertinya ada titik cerah, Kagura." Kata Takeru-san kepadaku sambil tersenyum.

"Iya. Pistol yang mereka miliki adalah pistol untuk melakukan ekstraksi terhadap zat narkotika yang ada pada daun *****. Aku mungkin berpikir bahwa zat narkotika yang sudah diekstraksi dalam pistol itu bisa ditembakkan layaknya seperti peluru." Kataku.

"Apa basismu mengatakan itu?" Tanya Takeru-san.

"Disini kuncinya adalah daun *****. Mengapa mereka harus repot mengirimkan daun ***** yang jumlahnya relatif sedikit? Jadi aku mengasumsikan bahwa ***** itu adalah untuk demo." Kataku.

"Berapa persen kamu yakin dengan analisismu?" Tanya Takeru-san.

"Rokujuu paacento. (Enam puluh persen)" Kataku.

"Bagus, Kagura. Sebetulnya aku sudah sampai pada analisis itu tadi pagi." Kata Takeru-san.

"Heee? Kenapa tidak dibahas denganku?" Tanyaku dengan heran.

"Oh, bukan begitu. Tadinya aku mau masuk ke ruanganmu begitu datang ke kantor dan membahas hal ini. Tapi aku diberitahu seseorang bahwa kamu sedang sibuk, sangat sibuk malah." Kata Takeru-san sambil tersenyum dengan penuh maksud.

Sangat sibuk? Bukankah aku tadi hanya berpikir mengenai tindakan Kage dan Yami? Eh tunggu... mungkinkah sangat sibuk yang Takeru-san maksud itu... Saat aku berhubungan seks dengan Matsuyama??!

"Si.. sibuk apa ya?" Tanyaku dengan gelagapan.

Takeru-san hanya tersenyum-senyum sendiri sambil melihatku, kemudian ia juga melihat Matsuyama. Matsuyama pun hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Takeru-san. Hmm, mana mungkin Takeru-san tahu. Bagaimana dia bisa tahu? Tunggu, mungkinkah pelakunya adalah...

"Apakah kamu... memasang..." Aku mencoba bertanya kepada orang disebelahku.

"Iie iie... Ore ha nani wo oku koto ha arimasen. (Tidak tidak... Aku tidak pernah memasang apapun.)" Kata Ayumi.

"Jadi?" Tanyaku.

"Entahlah." Kata Ayumi sambil mengangkat tangannya dan tersenyum-senyum sendiri.

"Tidak apa-apa, Kagura. Selama pekerjaan kalian berdua tetap beres, dan selama hanya kita berempat yang tahu. Karena aku tidak ingin ada pembicaraan yang tidak enak mengenai sansaikou no masayoshi dari divisi bawah." Kata Takeru-san.

"Wakarimashita, Takeru-san. Watashitachi ha sono koto ni tsuite saizen wo tsukushimasu. (Kami mengerti, Takeru-san. Kami akan melakukan sebaik-baiknya mengenai hal itu.)" Kata Matsuyama sambil berdiri dan tersenyum.

"Matsuyama, kamu membuat kita berdua malu tahu." Kataku.

"Tidak usah malu-malu. Kita semua sudah dewasa. Kalian berdua tahu bagaimana diriku. Ayumi juga sepertinya lebih peduli kepada komputernya." Kata Takeru-san.

Ayumi hanya tersenyum. Senyum penuh kemenangan. Ayumi sialan. Aku tidak akan pernah melupakan penghinaan ini. Tapi, bagaimana ya cara dia mengetahui apa yang sedang kulakukan bersama Matsuyama?
 
Scene 2

Ayumi Nakata



Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo



Takeru Yamamoto



Huaah, aku tidak habis pikir. Kupikir aku akan mendapatkan ide segar pagi ini. Begitu sampai di kantor, aku tadinya ingin membahas sesuatu dengan Kagura. Eh sial, begitu aku masuk ke ruangan Kagura, rupanya ia sedang ngeseks dengan Matsuyama. Yang lebih mengherankan, aku sudah berdiri dan menonton mereka selama dua puluh detik, tapi mereka tidak juga menyadari kehadiranku. Malah semakin lama, mereka semakin asik. Si penjahat kelamin dan si cerdas itu, rupanya mereka bisa cocok juga ya.

Aku bisa muntah kalau terus-terusan melihat ini. Maka, aku keluar saja dari ruangan Kagura. Eh saat aku keluar, Takeru-san sudah berdiri dibelakangku. Sepertinya ia baru datang, dan mau membahas sesuatu dengan Kagura. Aku menaikkan alis mataku sambil menunjuk ke ruangan Kagura. Takeru-san menjawabnya dengan mengangguk. Aku langsung membuat tanda silang dengan kedua tanganku tanda bahwa sebaiknya ia tidak masuk. Takeru-san langsung menunjukkan wajah bingung. Aku langsung memberi kode dengan tanganku yang mengisyaratkan bahwa si Kagura sedang ngeseks dengan Matsuyama. Takeru-san langsung mengerti. Ia tersenyum sambil mengangguk, kemudian pergi ke ruangannya. Haah, jika Kagura itu sedang ngeseks dengan Matsuyama, aku berharap andai aku bisa ngeseks juga dengan Takeru-san. Uaahh, badanku tidak bisa berhenti bergetar membayangkan itu.

Tetapi apa daya, aku hanya bisa kembali ke ruanganku untuk mulai bekerja. Saat sampai diruanganku, aku membuka laptop kesayangan milikku. Aku jadi penasaran mengenai apa yang dikatakan Matsuyama mengenai pistol yang dicuri oleh Kage. Organisasi sehebat Kage mengapa mau mencuri barang tidak penting macam pistol ya? Aku mengatakan Kage itu hebat bukan karena aku berpikir bahwa Hikari itu payah ya. Aku ini orangnya memang fair, kalau sesuatu itu hebat, maka pasti kubilang hebat, meskipun sesuatu itu adalah sesuatu yang sangat kubenci. Begitu juga meskipun aku menyukai suatu hal sampai sangat tinggi, aku tetap akan mengatakan sesuatu itu payah, jika sesuatu itu memang payah.

Saat ini, aku sedang membuat sebuah intelegensi buatan. Intelegensi buatan itu berfungsi untuk mengambil hipotesa berdasarkan fakta-fakta yang ada. Susah sekali sebetulnya, karena aku harus mengkombinasikan formula-formula matematika, dan bahkan menciptakan rumus sendiri yang merupakan rumus simplifikasi dari beberapa rumus matematika. Tapi aku sangat menikmatinya, karena IT dan matematika memang hobiku.

Kita punya fakta bahwa daun ***** dalam jumlah sedikit itu tidak penting, dekat daun ***** ada pistol, pihak Kage mencuri ***** dan pistol itu. Jika kita punya fakta lain bahwa Kage itu selalu mencari informasi penting, berarti daun ***** dan pistol itu adalah informasi penting. Kita punya fakta lain bahwa pistol adalah bahan berbubuk mesiu, ***** adalah daun yang bisa terbakar, bubuk mesiu bisa menghasilkan api. Berarti daun ***** tidak boleh didekatkan dengan pistol. Karena Yami melakukan itu, maka bisa disimpulkan bahwa pistol itu tidak berbubuk mesiu. Karena pistol dan ***** berdekatan, maka bisa diasumsikan bahwa pistol dan daun ***** itu saling melengkapi. Dalam ***** terdapat zat narkotika, sedangkan pistol digunakan untuk menembak. Aha, berarti tujuan akhir dari pistol itu adalah menembakkan zat narkotika yang ada di dalam *****. Berarti, dalam pistol itu terdapat juga komponen untuk mengekstrak zat narkotika dari daun *****. Hmm, kira-kira begitulah cara kerja intelegensi buatan yang sedang kukerjakan. Eh, rupanya aku sudah mendapatkan analisis mengenai barang apa yang ditransportasikan oleh Yami.

Pada saat itu juga, telpon ruanganku berbunyi. Aku pun mengangkat telpon, ternyata Takeru-san yang menelpon.

"Ayo kita bersenang-senang di ruang meeting." Kata Takeru-san.

Heee? Bersenang-senang di ruang meeting? Mungkinkah Takeru-san mengajakku untuk... berhubungan seks???! Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Aku dengan segera langsung menuju ruang meeting. Aku sampai di ruang meeting paling pertama. Tidak lama kemudian, Takeru-san sampai di rumah meeting. Dadaku betul-betul berdebar-debar menanti apa yang akan terjadi. Takeru-san, jika kamu memang sedang bosan dengan Asuka-san, aku sampai kapanpun rela menjadi tempat pelampiasanmu. Aaahh, Takeru-san.

Tidak lama kemudian, Matsuyama masuk ke ruang meeting ini. Ohh tidaaakkk, apakah aku akan di-threesome?? Tidak-tidak, Takeru-san sih tentu saja boleh, tapi Matsuyama tidak boleh!

"Ada apa?" Tanya Takeru-san sambil menepuk pundakku.

Aku berusaha mempertahankan ketenanganku. Aku tidak boleh terlihat panik, karena jika aku panik, maka Matsuyama akan lebih mudah memanfaatkanku.

"Siapa yang mengundangmu, Matsuyama?" Tanyaku.

Kami bertiga sangat menghormati Takeru-san, sehingga berbicara dalam Bahasa Indonesia menjadi suatu kebanggaan bagi kami karena rasa hormat kami yang begitu tinggi pada Takeru-san. Matsuyama terlihat sangat bingung dengan pertanyaanku. Ia melihat kearah Takeru-san. Takeru-san pun bingung melihatku.

"Kita akan meeting disini. Kita hanya tinggal menunggu Kagura-kun." Kata Takeru-san dengan heran.

Oh, maksudnya bersenang-senang itu rupanya meeting ya? Aaahhh kurang ajar, Takeru-san baru saja memberiku harapan palsu. PHP! Aku langsung bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa, dan langsung menjaga ketenanganku. Sepertinya, Takeru-san dan Matsuyama masih kebingungan atas tindakanku tadi.

Tidak lama kemudian, Kagura pun masuk dan kini kami semua sudah lengkap.

"Doushita? (Bagaimana?)" Tanya Takeru-san.

"Sebelum kumulai, aku ingin mendengar berita terbaru tentang Yami. Bolehkah?" Tanya Kagura.

"Siap ibu bos! Sepertinya mereka merasa cukup panik atas kehilangan barang yang mereka bawa itu. Saat aku menyamar dan makan di rumah makan yang terletak di daerah kekuasaan mereka, aku dapat merasakan keresahan dari aura-aura dan raut wajah yang mereka pancarkan. Sepertinya pistol itu memang penting bagi mereka." Kata Matsuyama.

Yap, kamu benar Matsuyama. Pistol itu memang sangat penting bagi mereka. Bahkan, aku pun juga tertarik dengan pistol yang Yami kirimkan itu. Benda seperti itu cukup langka bahkan di dunia bawah sekalipun.

"Dari data-data yang kukumpulkan dari divisi dua monitor Shinjuku, dimana Shinjuku merupakan daerah kekuasaan Yami, aktivitas Yami di tempat itu cenderung rendah. Dari data-data yang kukumpulkan berkat sistem intelegensi buatan yang kubuat, aku mendapatkan data bahwa aktivitas mereka di daerah lain seperti Ginza dan Tokyo cenderung tinggi. Transaksi ilegal yang dilakukan oleh mereka cenderung tinggi di kedua tempat itu." Kataku.

Aku merasakan bahwa aura Kagura langsung terpancar hebat. Sepertinya ia puas dengan jawaban kami.

"Jadi. Sepertinya ada titik cerah, Kagura." Kata Takeru-san sambil tersenyum.

"Iya. Pistol yang mereka miliki adalah pistol untuk melakukan ekstraksi terhadap zat narkotika yang ada pada daun *****. Aku mungkin berpikir bahwa zat narkotika yang sudah diekstraksi dalam pistol itu bisa ditembakkan layaknya seperti peluru." Kataku.

Wuih, Kagura memang hebat. Ia sudah sampai pada analisis itu. Yah memang sudah keahliannya sebagai anggota sansaikou no masayoshi yang bertugas turun langsung ke lapangan untuk membuat analisa sekaligus mengambil tindakan.

"Apa basismu mengatakan itu?" Tanya Takeru-san.

"Disini kuncinya adalah daun *****. Mengapa mereka harus repot mengirimkan daun ***** yang jumlahnya relatif sedikit? Jadi aku mengasumsikan bahwa ***** itu adalah untuk demo." Kata Kagura.

Pemikiran yang bagus, Kagura.

"Berapa persen kamu yakin dengan analisismu?" Tanya Takeru-san.

"Rokujuu paacento. (Enam puluh persen)" Kata Kagura.

"Bagus, Kagura. Sebetulnya aku sudah sampai pada analisis itu tadi pagi." Kata Takeru-san.

"Heee? Kenapa tidak dibahas denganku?" Tanya Kagura.

"Oh, bukan begitu. Tadinya aku mau masuk ke ruanganmu begitu datang ke kantor dan membahas hal ini. Tapi aku diberitahu seseorang bahwa kamu sedang sibuk, sangat sibuk malah." Kata Takeru-san sambil tersenyum dengan penuh maksud.

Hihahahahaha, rasakan kamu Kagura!

"Si.. sibuk apa ya?" Tanyaku dengan gelagapan.

Takeru-san hanya tersenyum-senyum sendiri sambil melihat Kagura, kemudian Takeru-san juga melihat Matsuyama. Matsuyama pun hanya tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Takeru-san. Tapi, kalau begini sih, bisa-bisa aku yang dicurigai. Pasti dia akan mencurigai bahwa aku memasang suatu kamera di ruangannya. Padahal jelas-jelas tadi pagi dia saking asiknya sampai tidak sadar bahwa aku masuk ke ruangannya.

"Apakah kamu... memasang..." Ucap Kagura. Kan, betul saja dia berpikiran seperti itu.

"Iie iie... Ore ha nani wo oku koto ha arimasen. (Tidak tidak... Aku tidak pernah memasang apapun.)" Kataku dengan cepat menjawabnya sebelum Kagura selesai berbicara.

"Jadi?" Tanya Kagura.

"Entahlah." Kataku sambil mengangkat tanganku dan tersenyum.

Ayolah Kagura, masa harus kukatakan bahwa aku tadi sudah masuk ke ruangannya, melihat adegan live mereka secara langsung, dan mereka saking asyiknya sampai tidak menyadari kehadiranku.

"Tidak apa-apa, Kagura. Selama pekerjaan kalian berdua tetap beres, dan selama hanya kita berempat yang tahu. Karena aku tidak ingin ada pembicaraan yang tidak enak mengenai sansaikou no masayoshi dari divisi bawah." Kata Takeru-san.

"Wakarimashita, Takeru-san. Watashitachi ha sono koto ni tsuite saizen wo tsukushimasu. (Kami mengerti, Takeru-san. Kami akan melakukan sebaik-baiknya mengenai hal itu.)" Kata Matsuyama sambil berdiri dan tersenyum.

"Matsuyama, kamu membuat kita berdua malu tahu." Kata Kagura.

"Tidak usah malu-malu. Kita semua sudah dewasa. Kalian berdua tahu bagaimana diriku. Ayumi juga sepertinya lebih peduli kepada komputernya." Kata Takeru-san.

Hmmm, yah kalau dibilang bahwa aku lebih peduli kepada komputerku, memang benar sih. Untuk apa aku repot-repot lebih peduli kepada hubungan asmara orang lain? Buang-buang waktu saja. Tapi, begitu-begitu juga aku sangat senang bisa membuat Kagura malu seperti ini. Rasanya asyik aja bisa membuat sahabatku ini terdiam seribu bahasa. Ups, tapi Kagura sepertinya merencanakan sesuatu yang jahat kepadaku. Waduh, aku harus hati-hati nih hahaha.

Begitu selesai meeting, aku langsung kembali ke ruanganku. Tidak lama kemudian, Kagura langsung masuk ke ruanganku. Aku sudah tahu apa yang mau ia bicarakan.

"Tadi pagi aku ke ruangan kamu. Tapi kamu sedang asyik berdua dengan Matsuyama. Saking asyiknya, kamu bahkan tidak sadar bahwa aku sudah ada di ruanganmu, bahkan ada didepanmu. Kan tidak mungkin kan kuganggu kalian berdua disaat sedang asyik begitu?" Kataku sambil tersenyum. Aku angkat bicara duluan.

Kagura sepertinya sangat terkejut mendengar pernyataanku itu.

"Aa.. anata ha... sono tokoro ni imashita ka? (Ka... kamu ada disitu waktu itu?)" Tanya Kagura.

Aku hanya mengangguk saja sambil tersenyum penuh arti.

"Iya aku ada disitu selama beberapa puluh detik. Akhirnya, aku memutuskan untuk keluar. Diluar aku bertemu dengan Takeru-san yang hendak masuk keruanganmu. Berterimakasihlah padaku karena kucegah dia masuk dengan memberitahukan apa yang sedang kalian berdua lakukan." Kataku.

"Jaa.. jadi memang kamu yang memberitahu Takeru-san??" Tanya Kagura dengan wajah yang sangat merah.

"Yoku, anata ha kare ga kite, kawarini goran ni naritai ka? (Jadi, kamu lebih suka dia masuk dan menonton?)" Tanyaku.

Wajah Kagura langsung makin memerah lagi. Tetapi, lama-kelamaan dia berpikir, dan akhirnya ia mengerti juga. Ia menghembuskan napasnya dan kemudian tersenyum.

"Tadashi yo. (Betul juga sih ya.)" Kata Kagura.

"Jangan khawatir, aku lebih peduli kepada komputerku kok daripada hubungan seks kalian berdua. Hubungan kalian berdua aku cukup tahu saja, aku juga tidak akan ikut campur dengan itu." Kataku sambil tersenyum.

Kagura langsung memelukku. Hee? Ada apa ini?

"Arigatou, Ayumi. Ore ha kisama wo shinrai shi, kisama ha shitte imasu ka? (Terima kasih, Ayumi. Tahukah kamu bahwa aku sangat percaya padamu.)" Tanya Kagura.

"Aah. Mochiron. (Yaa. Tentu saja.)" Kataku.

Kagura kemudian melepaskan pelukannya kepadaku. Sejenak ia sempat berpikir dengan serius.

"Ngomong-ngomong, Ayumi. Apa pendapatmu mengenai pistol yang ditransportasikan oleh Yami itu?" Tanya Kagura.

"Hmmm, sejauh ini sih hanya dua. Pertama, kenapa Kage bisa mengetahui informasi sejauh itu disaat intelijen kita tidak bisa mengetahuinya. Kedua, dan sebetulnya ini yang lebih menjadi bahan pikiranku, kepada siapa Yami mengirim pistol itu." Kataku.

"Nah, itu dia Ayumi. Jika Kage sampai repot-repot untuk mencurinya, pastilah pistol itu sangat penting. Kenapa Yami mau melepaskan benda sepenting itu. Memang mereka itu broker barang ilegal dunia bawah, tapi aku tetap tidak habis memikirkan itu saja." Kata Kagura.

"Yah, semuanya masih berada dalam kabut hitam. Omong-omong, sudah waktunya makan siang. Ayo, bareng?" Ajakku.

"Aaahh. Ikimashou. (Yaaa. Ayo bareng.)" Kata Kagura.

Kemudian kami keluar dari ruanganku untuk makan siang. Diruanganku, komputerku yang terus mengumpulkan data-data seluruh aktivitas di Jepang terus berjalan. Andai saja aku terlambat makan siang lima menit, dan aku melihat sesuatu yang aneh di komputerku, mungkin aku bisa menyingkap kabut hitam itu sedikit.

BERSAMBUNG KE EPISODE-5
 
aaarrrggghhh... tanggung bener pemanasan nya suhu :(

*ss dilewatkan,
 
Inikan settingan stlh true love..

Apa jgn2 Kage ini merupakan bagian dari Jent :pusing:

Ending True Love kan Jent dkk kan udh menetap di jepang, apalgi ad si Abby maniak IT mkax jaringanx sush ditembus dan gmpg nembus jaringan org lain :pandaketawa: :pandajahat:
 
Inikan settingan stlh true love..

Apa jgn2 Kage ini merupakan bagian dari Jent :pusing:

Ending True Love kan Jent dkk kan udh menetap di jepang, apalgi ad si Abby maniak IT mkax jaringanx sush ditembus dan gmpg nembus jaringan org lain :pandaketawa: :pandajahat:

Maksud ane,lanjutan untuk cerita ini,cerita ini lom ane tulis sampe tamat

Hmmm,Kage itu bagian dari Jent... analisis yang menarik sih
Abby itu emang maniak IT dan teknik yang jago nembus jaringan orang lain. Tapi ane ga bilang lho ya kl security buatan dia itu sulit ditembus
Yaah,ikutin aja dulu ceritanya. Pada poin awal2 gini masih susah kasih spoiler hahaha
 
next update :

Selasa, 28 Juni 2016

Kalau tidak ada halangan ya, karena ane harus monitor kerjaan non-stop
 
EPISODE 5 : Ikari

Scene 1

Asuka Kirishima



Jirou NAkata



Houzuki Anegawa



GROAAARRRGGGHHHH! Moodku sekarang betul-betul jelek sekali. Aku sudah sengaja membuat skenario agar pengiriman prototipe pistol ekstraksi zat narkotika itu berhasil. Aku meminta bantuan kepada seluruh anak buahku untuk mengacau di Ginza dan Tokyo. Aku meminta mereka untuk menghancurkan tempat prostitusi dan night-club yang sebetulnya milik yakuza level rendah di daerah sana. Hal itu sengaja kulakukan untuk menarik perhatian Hikari dan Kage. Biasanya, aku hanya membuat kerusuhan ketika salah satu dari anak buahku dilukai oleh suatu kelompok tertentu, atau untuk membalas dendam atas perlakuan suatu kelompok kepada kelompokku, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Yami. Selain membuat kerusuhan di Ginza dan Tokyo, aku sengaja mengirimkan banyak kurir untuk mengkamuflasekan pengiriman pistol ekstraksi zat narkotika itu kepada gembong narkoba ternama dari Cina.

Tempat pertemuan kurir yang mengirim pistol itu adalah suatu rumah makan yang berada dalam teritori Yami. Permainan psikologinya adalah, dengan mengirimkan barang melalui rute-rute yang sama selama satu minggu. Rute-rute yang kumanfaatkan untuk mengirim barang adalah tiga rute di Shinjuku, satu rute Hakone, satu rute Honshu, dan dua rute Tokyo. Menurut hasil penelitian tim survei yang kubentuk pada Yami, tempat teraman untuk mengirim barang adalah rute dua Shinjuku. Tapi, untuk mengirimkan pistol ini, aku sengaja menggunakan rute tiga Shinjuku. Untuk mengirimkan barang penting, tidak boleh terlalu mencolok, sehingga menggunakan rute paling tidak aman atau rute paling aman bukanlah pilihan yang bagus.

Pada saat hari pengiriman, seharusnya semua sudah berjalan lancar karena si anjing betina rahasia pemerintah yang bernama Kagura Nakagawa itu sibuk mengamankan Tokyo dan Ginza dari perlawanan Yakuza. Tetapi, yang tidak kuduga adalah ternyata malah Kage berhasil merampas benda yang kami kirimkan itu. Jika mereka yang bergerak, aku yakin bukan karena kebetulan. Aksi-aksi mereka itu selalu tepat sasaran. Jaringan informasi mereka sungguh kuat, kuat sekali. Eh, tunggu dulu. Bahkan kurir yang mengirim benda itu tidak tahu kok kalau benda itu penting. Pada dasarnya, kurir yang mengirim benda penting itu selalu mengirimkan senjata api seperti pistol melalui rute yang sama. Masalah pengiriman pistol penting itu, hanya aku dan seluruh anggota kurayami no mikami yang mengetahui. Tunggu, mungkinkah salah satu dari Jirou, Houzuki, atau Sasuke membocorkan informasi keluar? Tidak, tidak mungkin. Walaupun aku tidak punya bukti pasti, tapi pengamatanku terhadap seseorang tidak pernah salah. Mereka bertiga itu setia kepadaku, aku yakin. Tapi berarti, darimana Kage mengetahui informasi mengenai pistol pengekstrak itu??

Tenang Asuka, tenang. Houzuki sudah melakukan tindak pencegahan dengan melakukan pengetesan pengiriman berupa prototipe saja. Desain prototipe akhir dari pistol itu masih ada ditanganku dengan selamat. Pistol ini sangat penting. Rencananya, pabrik narkoba dunia bawah milik Cina rencananya akan mengubah struktur mesin produksi mereka dari alat tumbuk, menjadi alat tembak. Aku diberitahu gambaran besarnya bahwa mereka menggunakan mesin penumbuk raksasa untuk menumbuk daun *****, dan mengambil ekstraksi dari zat narkotika dari hasil tumbukkan itu. Proses pengambilan ekstraksi itu masih dilakukan manual oleh tenaga manusia, sehingga sangat memakan waktu dan tidak efisien. Memang, pistol ini sangat berharga pastinya bagi mereka. Dengan pistol ini, alat tumbuk itu sudah tidak diperlukan, sekaligus juga menghilangkan permasalahan mengenai ketidakefisienan proses ekstraksi itu.

Sial, kalau pembuatan pistol ini didahului oleh Kage, dan mereka sampai merebut target pasarku, tidak akan kuampuni mereka. Jika itu memang betul-betul terjadi, akan kutemukan mereka dan kupotong-potong masing-masing dari mereka. Jika tidak bisa menemukan tempat mereka, akan kubakar seluruh Jepang ini sampai rata dengan tanah!

GRRGGHHH! Jika sedang emosi begini, biasanya hanya dua hal yang bisa membuatku sedikit tenang. Pertama, bercinta dengan suamiku tercinta Takeru. Tapi karena aku sedang berada di markas pusat Yami, tidak mungkin aku bisa melakukan hal itu. Kedua, yaitu sparring tanding dengan ketiga anggota kurayami no mikami. Sepertinya hanya itu yang tersedia. YOSSSHH!

Aku segera keluar dari ruanganku untuk menuju ruang utama markas ini. Dalam beberapa detik, aku telah sampai di ruang utama. Para anak buahku semua sepertinya sedang sibuk, ada yang sedang memantau kegiatan para polisi di Jepang, ada yang sedang menyusun strategi untuk mengalahkan sekelompok yakuza Jepang, dan ada juga yang sedang berlatih tanding. Aku menarik napas kuat-kuat untuk bersiap melakukan teriakan yang sangat khas.

"JIROOUUU! HOUZUKIIIII! SASUKEEEEE!" Teriakku dengan keras.

Mereka semua langsung berhenti melakukan aktivitas mereka. Pandangan mereka tertuju kepadaku. Tetapi, mereka bertiga yang kupanggil tidak juga terlihat. Dimana mereka?

"DIMANAA MEREKAA BERTIGAAAA???!" Tanyaku dengan menggelegar.

Salah satu anggotaku mengangkat tangannya dan mulai menunjuk kearahku.

"NANDAAA YOOOOO! (APAAAA!)" Bentakku.

"Ddd... dii... diii belaakanggmuu, no.. nona besaar..." Jawab wanita itu sambil gemetaran.

Apa? Dibelakangku? Aku melihat kebelakang, dan ternyata Jirou dan Houzuki sudah berdiri dibelakangku.

"KEMANA SAJAA KALIAAANNN??!" Bentakku.

"Anu, kamu daritadi ada diruangan nona bersama dengan nona. Saat nona keluar, kami mengikuti nona." Kata Houzuki.

Ah? Benarkah? Oh iya aku baru ingat bahwa setelah aku datang ke markas ini dari rumah, mereka sempat kuajak ke ruanganku untuk berdiskusi masalah pistol pengekstrak zat narkotika yang dicuri dari kita itu. Sial, untuk apa daritadi aku berteriak-teriak seperti itu?

"Sasuke ha? (Sasuke dimana?)" Tanyaku.

"Setelah kita membahas masalah pistol itu, dia menghilang dengan tiba-tiba. Sepertinya ia menyadari sesuatu dan langsung pergi ke lapangan untuk menyelidiki sesuatu." Kata Jirou.

Ya, itulah yang selama ini selalu dilakukan oleh Sasuke. Ia tidak banyak bicara dan selalu menghilang dengan tiba-tiba. Tetapi sekalinya ia kembali, terkadang ia membawakan informasi yang sangat penting. Yah walaupun terkadang ia kembali dan tidak mengatakan apa-apa. Ia tidak akan berbicara apapun jika tidak perlu. Betul-betul berkebalikan denganku. Aku jarang membicarakan hal-hal yang penting, dan selalu berkoar-koar dengan keras tentang hal yang tidak penting. Yah untunglah ada orang seperti Sasuke, sehingga kami saling melengkapi hahaha.

"Desukara, nani ga ojou-sama ha koko no tame ni watashitachi wo yonde imasu ka? (Jadi, ada keperluan apa nona besar memanggil kami kemari?)" Tanya Houzuki.

"[/I]SUPARRINGGU BATTORUUU![/I] (Sparring Battle!)" Kataku.

Seluruh anggotaku langsung antusias. Jadi, pertarungan sparring ini biasa kulakukan bersama anggota kurayami no mikami. Peraturannya adalah, kita tidak boleh mengincar titik vital. Yang kudefinisikan sebagai titik vital adalah daerah sekitar alat kelamin, jantung, paru-paru, dan leher keatas. Siapapun yang melanggar peraturan itu, harus dihukum mati.

Kami segera menuju suatu ruangan besar yang biasa kami gunakan untuk sparring tanding. Ruangan ini biasanya kugunakan untuk melatih bela diri untuk anak buahku. Terkadang, kami juga mengadakan turnamen bela diri di ruangan ini. Di tengah-tengah ruangan ini, terdapat arena pertarungan yang besarnya kira-kira setengah lapangan bola. Dalam sekejap, aku sudah melepas alas kakiku dan berada diatas arena pertandingan. Houzuki dan Jirou pun menyusulku tidak lama kemudian. Jirou, si gokusenshi, sudah siap dengan tongkat besi panjangnya. Houzuki tidak terlihat memegang senjata apapun. Tentu saja, keahliannya adalah melempar jarum besar berdiameter lima milimeter. Seluruh jarumnya selalu disembunyikan karena dari awal dia tidak pernah beresolusi dalam pertarungan jarak dekat.

Senjata kesukaanku adalah naginata. Sekedar pengetahuan bagi yang tidak tahu, naginata milikku ini adalah dua pedang berukuran kecil, dimana kedua ujung gagangnya bisa disatukan sehingga membentuk dua pedang yang saling bertolak-belakang dengan gagang di tengah-tengahnya. Untuk sparring battle ini, biasanya aku hanya menggunakan satu pedang kecil saja.

"Hajime! (Mulai!)" Kataku.

Saat itu juga, Houzuki langsung melempar tiga jarum berturut-turut dengan arah yang berbeda. Hal itu bertujuan untuk membuat sibuk tubuhku untuk menghindari atau menangkis jarum yang dilemparnya. Menghindari jarum itu adalah jalan yang baik, tapi Jirou juga sudah maju untuk menyerangku. Tidak menguntungkan bagiku jika aku menghindari jarum itu karena penglihatanku bisa teralihkan.

Aku menyabetkan pedang kecilku untuk menangkal ketiga jarum yang dilempar oleh Houzuki. Jirou sudah berada dekat denganku. Jirou adalah petarung campuran jarak jauh dan dekat. Mengapa demikian? Ia sangat ahli dalam pertarungan jarak dekat menggunakan tongkat besi panjangnya. Kendati demikian, ia juga ahli melempar tongkatnya itu. Kedua ujung tongkatnya dibuat dari bahan substansi semacam karet, sehingga ketika membentur tanah setelah dilempar, akan membuat gerakan-gerakan yang tidak terprediksi. Tapi anehnya, Jirou seolah-olah bisa memanfaatkan gerakan-gerakan yang tidak terprediksi itu untuk keuntungannya. Heh, julukan gokusenshi itu bukan hanya julukan semata memang.

Jirou melancarkan tusukan tongkat ke daerah perutku. Aku segera memutar badanku kesamping untuk menghindarinya. Sembari memanfaatkan putaran tubuhku, aku menyabetkan pedang kecilku kearah perutnya. Jirou pun memutar tongkatnya untuk menahan pedangku. Ups, karena ia memutar tongkatnya, kini salah satu ujung tongkatnya sudah menempel dengan tanah. Jika tongkatnya sudah menempel dengan tanah, kemampuan Jirou seolah-olah bertambah dua kali lipat. Inilah pertarungan sebenarnya dengan Jirou.

Tongkatnya yang kini sudah menancap di tanah, ia gunakan sebagai tumpuan untuk mengangkat tubuhnya sembari memutari tongkat, kemudian melancarkan tendangan berputar kepadaku. Wah, ini pilihan yang sulit. Saat ini, pedangku sedang menahan tongkat besinya. Jika aku menggunakan pedangku untuk menangkis tendangannya, maka tongkat besinya akan kembali bebas dan menghantam tubuhku. Tetapi, jika aku menahan atau menghindari tendangan berputarnya, saat itu jarum Houzuki akan menancap di tubuhku. Salah satu kesulitan terbesar dalam melawan dua orang adalah kita harus menahan serangan dari satu orang, dan juga sambil mengantisipasi serangan dari orang lainnya. Itu bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Houzuki saat ini sudah siap dengan jarumnya. Sementara dalam waktu tidak sampai tiga detik, tendangan berputar Jirou akan sampai di tubuhku. Heh, tapi kalian pikir aku tidak mampu mengatasi kesulitan macam ini? Aku menangkap telapak kaki Jirou. Saat itu juga, Houzuki langsung melempar dua jarum kearahku. Houzuki memang hebat, timingnya melempar jarum pas sekali, yaitu pada saat aku sedang menangkap tendangan Jirou. Aku langsung melompat salto untuk menghindari jarum itu, sekaligus melancarkan tendangan tusukan kearah Jirou. Akan tetapi, Jirou langsung melepaskan tangannya yang satu dan menumpukannya ke ujung tongkat yang tidak berada di tanah. Dengan demikian, ia mendapatkan tumpuan untuk memutar badannya keatas dan menghindari tendangan tusukanku.

Tahukah kalian apa yang membuat pendekar bertongkat itu susah dilawan? Ya, jika mereka mampu menguasai tongkat tersebut, mereka bisa bergerak bebas di udara. Yang perlu mereka lakukan hanyalah mengubah sudut tongkat dan tumpuan tangan mereka, dengan demikian mereka mendapatkan akses untuk bebas bergerak di udara, layaknya seperti capung yang bisa mengerem dan mengubah arah laju mereka di udara. Sementara petarung langsung model diriku ini sudah bisa dipastikan tidak mendapat akses bebas di udara.

Hmmm, posisiku sekarang sedang di udara dengan posisi yang tidak menguntungkan karena baru saja melancarkan tendangan tusukan. Tangan kananku sedang menggenggam pedang kecil yang sedang menahan tongkat milik Jirou. Tangan kiriku sudah bebas karena kaki Jirou sudah lepas dari tanganku akibat momentum yang ia dapat ketika naik ke udara menggunakan tongkatnya. Nah Jirou, maaf aku gunakan tongkatmu. Aku menggenggam tongkat milik Jirou, dan mengayunkan tubuhku untuk melancarkan serangan tendangan berputar kearah Jirou. Akh sial, dia berhasil menangkisnya dengan tangan kanannya.

Aku merasakan aura membunuh yang besar dari arah belakangku, yang berarti dari Houzuki. Cih, aku tidak punya jalan lain selain melepaskan pedangku dari tongkat besi milik Jirou. Aku melepaskan pertahananku terhadap tongkat besi milik Jirou guna menangkis jarum yang datang kearahku. Kali ini, nafsu membunuh yang begitu besar datang dari arah Jirou. Tapi sebelum ia sempat melakukan sesuatu, aku langsung menusuk perutnya dengan pedang kecilku itu. Akibat tusukan pedangku itu, Jirou langsung terjatuh.

Heh, Jirou out. Kalau dalam pertarungan nyata, Jirou pasti masih bisa berdiri dan melanjutkan pertarungan. Akan tetapi, dalam sparring battle ini aku mengharuskan siapapun yang sudah terkena luka tusuk ataupun patah tulang, harus segera menyerah untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan. Beberapa tim medis langsung naik ke arena dan mengangkat tubuh Jirou dan membawanya keluar arena.

Sekarang tinggal Houzuki yang berdiri dihadapanku. Ia menjaga jarak denganku. Memang jika kamu adalah petarung jarak jauh tipe pelempar, maka menjaga jarak adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Haah, tapi aku bukan tipe yang sabar menunggu musuhku. Aku segera lari dengan berang untuk menyerang Houzuki. Houzuki langsung melempar tiga buah jarum yang ditujukan ke perut dan dadaku. Aku langsung menangkisnya dengan pedang kecilku. Aku memutar tubuhku untuk menyembunyikan arah seranganku. Aku melancarkan sabetan pedang seiring dengan perputaran tubuhku. Tetapi, serangan itu berhasil ditangkis dengan menggunakan jarumnya. Hooo, rupanya sekarang ia sudah memiliki tenaga ki yang cukup untuk menangkis seranganku.

Sekarang, aku berhasil menahannya, atau mungkin sebenarnya aku yang ditahan olehnya. Petarung jarak jauh akan sangat dirugikan jika lawan berhasil menyeretnya kedalam pertarungan jarak dekat. Tetapi, Houzuki berbeda. Ia cukup terbiasa dengan pertarungan jarak dekat. Karena jarum memiliki ketebalan yang relatif tipis, maka sangat mudah untuk disembunyikan. Sangat mudah disembunyikan berarti bahwa serangan mendadak akan sangat mudah dilakukan. Dan kini, tangan kanannya sudah melempar jarum dengan sangat cepat yang ditujukan ke perutku. Dalam posisi tertahan begini, aku hanya bisa menghindar dengan menggoyangkan tubuhku. Setelah menghindar dari jarumnya, aku segera menarik pedang kecilku dan langsung memutar tubuhku untuk melancarkan serangan sabetan ke perut kirinya. Menghadapi seranganku, Houzuki melompat salto kebelakang dengan indahnya. Tidak lupa saat ia berada di udara, ia melempar dua jarum ke tangan kananku. Aku memutar pedangku untuk menangkis dua jarum yang dilemparkan itu.

Hmmm, seharusnya sudah lebih dari sepuluh jarum yang dilemparkan oleh Houzuki. Jadi harusnya, sebentar lagi persediaan jarumnya habis. Saat itu, tamatlah riwayatmu, Houzuki. HAHAHAHAHAHA. Aku tertawa dalam hatiku seperti nenek sihir. Tetapi, aku tidak berniat menunggu jarumnya habis. Aku langsung maju kearahnya, dan melancarkan serangan sabetan yang membabi-buta dengan cepat. Kini, Houzuki hanya bisa mengubah arah tangannya dengan cepat untuk menangkis serangan yang datang kepadanya. Serangan membabi-buta milikku ini sangat terkenal, karena selain bukan sembarang tebas, juga mengincar titik-titik yang sangat sulit dijaga. Aku sangat ahli dalam kecepatan tebasan, sehingga mengincar titik-titik yang sangat sulit dijaga dari satu titik ke titik lain bukanlah masalah yang besar bagiku. Sejauh ini, Houzuki mampu menangkis seluruh serangan yang kulancarkan.

Sepertinya sudah saatnya mengakhiri pertarungan ini. Aku mengumpulkan tenaga ki yang cukup besar dan mengalirkannya ke pedang kecilku, kemudian aku membelah kedua jarum yang sedang digunakan oleh Houzuki. Houzuki yang kini kehilangan senjatanya, berusaha untuk melompat kebelakang agar ia mempunyai cukup waktu untuk mengambil jarum baru dari kantong belakangnya. Eits, tapi aku tidak membiarkan itu terjadi. Saat ia baru melompat setengah jalan, aku langsung ikutan melompat dan melancarkan tendangan tusukan dengan telak ke perutnya. Houzuki pun langsung terlempar keluar arena pertarungan. Kalau sudah begini, tentu saja pemenangnya adalah aku.

"Houzuki, gokurou yo! (Houzuki, bagus!)" Kataku.

"Jirou, hari ini gerakanmu lebih lambat dari biasanya. Seranganmu juga tidak setajam biasanya. Ada masalah?" Tanyaku.

"Iya, nona besar. Maafkan saya, ada sedikit masalah yang mengganjal diluar sana." Kata Jirou yang sedang diobati oleh tenaga medis karena mendapat luka yang serius akibat tusukan pedang kecilku di perutnya.

"Oke, gak apa-apa. Semoga masalahmu cepat kelar." Kataku.

Jirou hanya mengangguk saja. Hmmm, masalah apakah yang dihadapinya sampai membuatnya menjadi payah begini? Sepertinya masalah yang cukup rumit. Yah selama dia tidak mau cerita, aku juga tidak akan memaksanya sih.

Pertarungan sparring ini membuat pikiranku menjadi sedikit lebih jernih. Memang bertarung adalah hobiku. Baiklah, sekarang tinggal memikirkan masalah pistol pengektrak zat narkotika itu. Padahal jika transportasi dan demonya berhasil, itu bisa jadi uang banyak. Kage kurang ajaarr! Akan kubakar dan kumakan hidup-hidup kalian!
 
Scene 2

Houzuki Anegawa




Minoru Yashima



Gila, Asuka-san memang hebat. Sudah berapa kali aku bertanding sparring dengannya. Jangankan menang, jarumku tidak pernah telak mengenainya. Padahal, aku dan Jirou adalah anggota kurayami no mikami, yang notabenenya adalah pelindung pribadi Asuka-san. Tapi, sejauh itukah kemampuan kami dan Asuka-san. Jika dilihat dari tanding sparring barusan, aku merasa bahwa Asuka-san hanya mengeluarkan setengah dari kemampuannya. Biasanya, Asuka-san memakai dua pedang kecil, yang bisa disatukan menjadi tongkat yang kedua ujungnya pedang, atau biasa disebut naginata oleh Asuka-san. Tapi, dalam tanding sparring Asuka-san selalu hanya memakai satu pedang kecil saja. Begitu saja, melawan kami berdua terlihat seperti melawan anak kecil. Huaah, kapan ya paling tidak jarumku bisa telak mengenai Asuka-san?

Tendangan Asuka-san tadi sangat telak mengenaiku. Perutku sakit sekali rasanya. Padahal aku sudah memusatkan tenaga ki untuk menahan tendangannya. Tapi, percuma saja karena tenaga ki miliknya berkali-kali lipat lebih besar dariku. Tubuhnya itu seperti tempat penampungan tenaga ki raksasa hahaha.

Tenaga medis sudah selesai memeriksaku. Menurut mereka, tidak ditemukan patah tulang atau luka dalam, sehingga tidak perlu perawatan khusus untukku.

Untuk hari ini, peranku disini sudah selesai sehingga aku boleh pulang ke rumah. Aku mengontrak rumah di pinggiran Tokyo, sehingga aku harus naik bus dan berjalan cukup jauh dari markas. Aku sangat suka naik bus, karena aku suka merenung. Entah kenapa, aku berpikir bahwa bus adalah tempat yang bagus untuk merenung hahaha.

Dalam satu jam lebih, aku telah sampai di kontrakanku. Aku segera membuka pintunya, dan langsung duduk di ruang tengah. Memang rasanya setelah bekerja, paling enak jika duduk bersantai gitu.

"Okaerinasai, Houzuki-san. (Selamat datang di rumah, Houzuki-san)" Sapa suara seorang laki-laki yang aku kenal betul.

"Hai. Tadaimasu, Minoru-kun. (Iya. Aku pulang, Minoru-kun.)" Jawabku.

Minoru Yashima-kun. Dia adalah pacarku yang pertama sejak aku pindah ke kota. Yah, dari dulu aku tidak pernah punya pacar sih, jadinya sebetulnya dia itu pacar pertamaku dalam hidupku. Aku mengenalnya di restoran saat sedang makan. Waktu itu, tiba-tiba saja ia mengajakku berkenalan. Kami berbicara panjang lebar mengenai kehidupan satu sama lain. Pada hari yang sama itu, hujan sangat lebat di kota. Ia pun bersusah-payah mengantarku pulang. Ketika sampai dirumahku, aku menawarkan kepadanya untuk berteduh. Tapi ia tidak mau karena menurut dia, tidak sopan baginya untuk menginjakkan kaki ke dalam rumah lawan jenis yang bukan pacarnya. Hmm, hebat juga resolusinya.

Makin lama, kami pun mengenal satu sama lain semakin dekat saja. Bahkan, sampai masa laluku pun kuceritakan padanya. Hanya saja, masalah keterkaitanku dengan Yami tidak kuceritakan. Setiap anggota Yami sudah bersumpah untuk tidak menceritakan keterkaitan mereka dengan Yami kepada siapapun. Organisasi dunia bawah adalah organisasi yang sangat berbahaya, dan juga organisasi yang sangat disukai oleh bahaya. Selain membahayakan orang-orang di dekat mereka, hal itu juga bisa membuat Yami sendiri dalam bahaya.

Akhirnya, pada suatu ketika, Minoru-kun menyatakan perasaannya padaku. Meskipun ia tahu masa laluku, ia tetap mau menerimaku apa adanya. Aku sangat menghargai sikapnya itu. Akhirnya, aku menerima pengakuan cintanya, dan jadilah kami sekarang berpacaran. Untuk pengalaman pacaran pertama kali, Minoru-kun memberikan kesan yang sangat baik. Sikapnya tidak banyak berubah. Ia tetap baik seperti dulu.

Minoru-kun berasal dari keluarga yang cukup kesulitan, mirip-mirip seperti keluargaku. Karena itulah aku sedikit banyak mengerti tentang kesulitan yang dialami olehnya. Gaji atas pekerjaanku di Yami sangat melimpah. Karena pekerjaanku menuntut kemampuan yang tinggi dan resiko yang tinggi, maka apa yang kudapatkan sangat sepadan. Terkadang, aku membantu Minoru-kun dalam mengatasi masalah keluarganya. Keluarganya pun sangat baik kepadaku.

Sekarang, aku dan Minoru-kun sudah hidup seperti suami-istri saja. Sementara aku kerja, dia di rumah menjaga rumah dan merapikannya. Ia pun juga menyiapkan makanan untuk kumakan sepulangnya aku ke rumah dari tempat kerja. Yang Minoru-kun tahu adalah bahwa aku bekerja sebagai koki di suatu rumah makan, sehingga aku tidak pernah kelihatan diluar. Jadinya, jika dia atau siapapun main ke restoran itu, mereka tidak akan pernah melihatku di restoran. Padahal, dibalik restoran itu, aku bekerja sebagai pelindung utama dari Asuka-san.

"Itadakimasu, Minoru-kun. (Selamat makan, Minoru-kun.)" Kataku.

"Itadakimasu, Houzuki-san. (Selamat makan, Houzuki-san.)" Kata Minoru-kun.

Aku menikmati makanan yang dibuat oleh Minoru-kun. Aku tidak bisa mengatakan ini enak, karena memang sebetulnya dia tidak ahli memasak. Tapi yang aku hargai adalah perjuangannya untuk tetap melakukan apa yang tidak dia suka untuk menutupi kekuranganku. Aku sendiri pun tidak bisa memasak, jadi sebetulnya aku tidak punya hak untuk protes. Makanan yang dibuat oleh Minoru-kun adalah nasi kuah dan misou. Karena bekerja untuk Yami menuntut ketegangan yang cukup tinggi, maka aku merasakan lapar lebih cepat dari orang pada umumnya. Dalam sekejap, makanan yang menjadi porsiku sudah habis.

Setelah selesai makan, Minoru-kun membantuku membereskan meja makan. Belum sempat aku mau mencuci piring, Minoru-kun sudah memelukku dari belakang, kemudian memutar tubuhku sehingga kini aku menghadap kearahnya. Minoru langsung mencium bibirku dengan lembut sambil memeluk tubuhku dengan erat.

"Watashi ha anata ga suki desu, Houzuki-san. (Aku menyayangimu, Houzuki-san.)" Kata Minoru-kun.

"Un. Arigatou, Minoru-kun. (Iya. Terima kasih, Minoru-kun.)" Kataku sambil tetap mencium bibirnya.

Makin lama, napasku semakin memburu akibat ciuman yang lembut ini. Lidahku pun mulai kujulurkan ke dalam mulut Minoru-kun. Dari udara napas yang Minoru-kun keluarkan lewat mulutnya, aku bisa merasakan bahwa napasnya pun lama kelamaan mulai memburu. Kini, lidah kami berdua sudah bermain-main didalam mulut satu sama lain. Lidah kami yang tadinya beradu, mulai berkelana mondar-mandir didalam mulut kami masing-masing.

Kedua tanganku mulai memeluk tubuh Minoru-kun dengan erat. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu tengah meraba seluruh tubuhku, dan akhirnya bermain-main di buah dada kiriku. Aku membuka mata untuk melihat. Ternyata, kini tangan kiri Minoru-kun sibuk meraba-raba dan meremas buah dadaku. Tangannya yang satunya lagi masih sibuk memeluk leherku. Lama kelamaan, tangan kirinya yang sibuk meremas-remas buah dadaku, mulai menelusup masuk kedalam baju dan BH-ku, kemudian sibuk meremas-remas buah dadaku dan memuntir puting susuku.

"Ouuu... Minoru-kun." Kataku dengan terengah-engah akibat kegelian yang diberikan oleh Minoru-kun.

Lidahnya pun mulai menjilati leherku. Lama-lama, kenikmatan kecil ini menjadi semakin tidak tertahankan. Tubuhku yang masih dalam posisi berdiri sudah menggeliat akibat menahan kenikmatan dan kegelian yang kini melanda tubuhku. Pelukannya dileherku mulai dilepas, dan kini kedua tangannya sudah sibuk membuka kaos putih yang kukenakan ini. Aku yang sudah dikuasai oleh kenikmatan ini hanya bisa mengangkat tanganku agar ia semakin mudah membuka kaosku. Setelah selesai dengan bajuku, ia juga membuka BH yang kukenakan sehingga kini aku sudah bertelanjang dada dihadapannya.

Tanpa membuang-buang waktu, bibirnya langsung melahap puting susu buah dadaku sebelah kanan. Sementara tangan kanannya sibuk bermain di buah dadaku yang sebelah kiri. Seluruh tubuhku merasakan kenikmatan yang luar biasa akibat rangsangan yang Minoru-kun berikan.

"Itsumo no you ni, Houzuki-san no mune ha hijou ni odorokubeki koto desu. (Seperti biasanya, dada milikmu sangat mengagumkan, Houzuki-san.)" Kata Minoru-kun dengan napas yang mulai terengah-engah.

Kini, Minoru-kun mulai menciumi sekujur tubuhku, sementara kedua tangannya masih sibuk meremas-remas kedua buah dadaku.

"Houzuki-san no karada ha hijou ni utsukushi desu. (Tubuhmu sangat indah, Houzuki-san.)" Kata Minoru-kun.

Pujiannya terhadap tubuhku betul-betul membuat pikiranku melambung tinggi. Kenikmatan yang melanda tubuhku semakin kuat saja. Aku semakin tergelitik hebat ketika lidahnya sudah sampai di perutku yang ramping ini. Tanganku mulai menjambak rambutnya dengan pelan. Napasnya yang kini menghembus di perutku semakin terengah-engah.

Pelan-pelan, ia mulai menarik celana dan celana dalamku kebawah sehingga aku sekarang betul-betul telanjang bulat. Aku bisa merasakan bagaimana udara yang dingin berhembus ke tubuhku secara langsung. Kemudian, Minoru-kun mulai mengulum lubang vaginaku, sementara kedua tangannya mengelus-elus pahaku dengan lembut. Aku hanya bisa merem melek mendapatkan rangsangan yang begitu hebat ini. Tanganku menjambak rambutnya semakin kencang. Sementara erangan-erangan kecil mulai keluar dari mulutku.

Setelah itu, Minoru-kun berdiri dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kini, ia telanjang bulat sepertiku. Tubuhnya cukup kecil, tetapi menurutku cukup proporsional dengan tingginya. Aku bisa melihat burung kemaluannya yang berwarna coklat muda sudah tegak mengacung. Panjangnya kurang lebih sekitar dua belas sentimeter. Aku sungguh sangat terangsang melihat pemandangan ini dihadapanku. Lubang vaginaku terasa sangat gatal. Seolah-olah, aku tidak sabar untuk menanti burung kemaluannya masuk kedalam lubang vaginaku.

Lalu, Minoru-kun menangkat tubuhku dan membaringkannya di meja dapur. Kakiku ia posisikan kebawah, sehingga lubang vaginaku kini berada tepat dihadapannya. Setelah memposisikan tubuhku sedemikian rupa, ia membuka kedua kakiku dan mengarahkan burung kemaluannya kedalam vaginaku. Ough, inilah saat-saat yang sangat kutunggu-tunggu. Jantungku berdebar-debar luar biasa hebatnya ketika burung kemaluan Minoru-kun sudah menyentuh bibir lubang vaginaku. Rasanya seolah-olah seperti ada listrik yang mengalir ke seluruh tubuhku dari ujung bibir kemaluan vaginaku yang disentuh oleh burung kemaluan milik Minoru-kun.

Minoru-kun mulai menggesek-gesekkan burung kemaluannya di bibir lubang vaginaku. Awalnya memang terasa sedikit perih. Tapi, lama-kelamaan seluruh rasa perih itu menjadi kenikmatan yang sungguh luar biasa. Aku hanya bisa merem melek sambil mendesah-desah kenikmatan.

"Iikeee yo, Minoruu-kuuunnn.... (Ayoo teruuusss, Minoruu-kuuunn)" Erangku.

Napas Minoru-kun pun semakin memburu dengan hebatnya. Aku bisa melihat ekspresi kenikmatan di seluruh wajahnya.

"Haitte mo idesuka? (Bolehkah aku masuk?)" Desah Minoru-kun sambil terus menggesek-gesekkan burung kemaluannya di bibir lubang vaginaku.

"Haai.. Ohairi yooo... (Yaaa... Masuukk)" Erangku.

Bless... Aku pun merasakan burung kemaluan Minoru-kun yang sangat keras itu masuk dengan paksa. Seluruh lubang vaginaku kini penuh sesak dipenuhi oleh burung kemaluan Minoru-kun.

"Sore ga kega wo shite? (Sakit?)" Tanya Minoru-kun sambil tersenyum.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku sambil tersenyum. Kemudian, Minoru-kun mulai memompa selangkanganku dengan burung kemaluannya. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya burung kemaluan milik Minoru-kun menggesek-gesek rongga lubang vaginaku. Aku hanya bisa terengah-engah menghadapi kenikmatan yang semakin kuat menderaku ini.

"Ikeee yooo, Minoruu-kuuunnn... (Teruuss, Minoruuu-kuuunn...)" Erangku.

Keringat mulai mengalir di tubuhku dan di tubuh Minoru-kun. Beberapa tetes keringat dari tubuh Minoru-kun mulai menetes ke tubuhku. Tetesan keringatnya saja sudah mampu untuk menambah gairah kenikmatan yang sekarang sedang melanda tubuhku.

Semakin lama, genjotan Minoru-kun di selangkanganku semakin hebat. Tubuhku semakin tersentak-sentak akibat genjotannya. Aku pun mulai menggoyang-goyang pantatku untuk membalas kenikmatan yang diberikan oleh Minoru-kun. Minoru-kun tampak menyukai goyangan pantatku ini. Sangat terasa sekali nikmatnya ketika rambut yang berada diujung burung kemaluan Minoru-kun menyentuh rambut yang berada di daerah lubang vaginaku.

Aku merasakan kenikmatan mulai mengalir dari selangkanganku yang terus dipompa oleh Minoru-kun. Napasku semakin memburu dengan hebatnya. Aku mulai menggigit jariku untuk menahan kenikmatan yang tiada tara ini. Semakin lama, aku merasakan bahwa kenikmatan yang kini menyebar keseluruh tubuhku akan mencapai puncaknya. Goyangan pantatku pun semakin hebat saja.

"Minoruu-kuuunn... ken suru tsumoriiii... (Minoruu-kuuunn... Aku mauu keluaarrr...)" Erangku.

Melihat aku yang hampir orgasme, Minoru-kun memompa selangkanganku dengan semakin cepat. Aku dibuat semakin tersentak-sentak karenanya.

"Seiekii, Houzuki-saaannn... (Ayo keluaar, Houzuki-saaannn...)" Erang Minoru sambil terus menggenjot vaginaku dengan kencangnya.

Mendapat rangsangan yang tidak berhenti-henti seperti ini, aku semakin tidak kuasa menahan orgasmeku.

"Watashii gaa seiekiiii yoooo, Minorruu-kuuunnn... (Aku keluaarrrr, Minorruu-kuuuunn...)" Erangku.

Aku betul-betul mencapai kenikmatan klimaksku. Lubang vaginaku berdenyut-denyut dengan sangat kencang memijit-mijit burung kemaluan milik Minoru-kun. Seluruh tubuhku bergetar dengan hebat. Akan tetapi, Minoru-kun masih terus menggenjot burung kemaluannya dengan sangat kencang. Napasnya semakin memburu, sementara seluruh tubuhnya bergetar dengan hebat.

"Watashii noo baaann, Houzuki-saann... (Gilirankuuu, Houzuki-saann...)" Erang Minoru-kun.

Aku yang belum selesai menikmati kenikmatan puncakku, langsung menggoyang-goyang pantatku dengan makin kencang. Aku sudah siap untuk menyambut semprotan kenikmatan puncak milik Minoru-kun. Seerrr... Seerrr... Srroottt... Aku merasakan semprotan cairan kenikmatan milik Minoru-kun yang sangat deras.

"Ouuhhhh... Uaaahhh... Subarashiiii, Houzuki-saaannn... (Ouuhhhh... Uaaahhh... Houzuki-saaannn...)" Erang Minoru-kun sambil menikmati ejakulasinya.

Aku merasakan kehangatan yang luar biasa di lubang vaginaku. Sekarang, lubang vaginaku betul-betul serasa penuh dengan cairan kenikmatan milik Minoru-kun. Burung kemaluan Minoru-kun masih menancap sedalam-dalamnya didalam lubang vaginaku. Kami berdua masih terengah-engah dan mencoba mengatur napas masing-masing. Setelah napas kami lebih teratur dari sebelumnya, Minoru-kun mencabut burung kemaluannya dari lubang vaginaku. Kemudian, ia membantuku berdiri dan menggandengku ke kamar. Sampai di kamar, kami berdua langsung tidur berpelukan dalam selimut. Sebelum kami berdua betul-betul tertidur, kami mencium bibir satu sama lain.

"Anata ga suki desu. (Aku menyayangimu.)" Kata Minoru-kun.

"Watashi mo. (Aku juga.)" Jawabku.

Setelah itu, kami tertidur dalam pelukan tubuh masing-masing.

BERSAMBUNG KE EPISODE-6
 
hoaaahhh mantab
ane curiga sama pacarnya itu
halah semua orang punya rahasia disini -_-
 
komen dulu ah, baru baca, sambil nunggu buka :baca:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd