Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

Bimabet
Wah bisa gawat nih kalo ternyata matsuyama trus malah meres dan ngancem minta yang aneh2 sama asuka, buat imbalan supaya matsuyama tidak membocorkan identitas asuka sebenarnya pada takeru.

Semangat ts...
 
Wah bisa gawat nih kalo ternyata matsuyama trus malah meres dan ngancem minta yang aneh2 sama asuka, buat imbalan supaya matsuyama tidak membocorkan identitas asuka sebenarnya pada takeru.

Semangat ts...

Hmmm,iya itu memang gawat
Tapi,seandainya itu yang terjadi,sepertinya menarik utk melihat apakah yg akan menang itu adalah mental attack nya Matsuyama atau pedang Asuka yang tajam
 
Dear all

Sorry untuk ketidaknyamanannya
Minggu ini ga ada update untuk next episode dikarenakan ane mao preparation utk launching cerita lain di minggu ini juga

Mohon maklum,terima kasih dan sorry
 
EPISODE 8 : Universal

Scene 1

Jirou Nakata



Oki Dayoto



Kiriko Dayoto



Aku tidak menyangka dalam tanding sparring kemarin aku akan dikalahkan begitu mudahnya oleh Asuka-san. Memang perbedaan kekuatanku dengannya cukup jauh, tapi kemarin itu betul-betul memalukan sekali. Asuka-san langsung menebak bahwa aku sedang ada masalah dalam kehidupan. Nyatanya memang betul sih. Aku sekarang betul-betul sedang banyak pikiran sekali. Itu semua karena industri otomotif di Jepang sekarang sedang tidak begitu baik. Industri otomotif dari luar negeri mulai masuk ke Jepang dan merambah. Industri otomotif yang dikepalai oleh bosku di dunia atas mulai terombang-ambing. Penjualan mobil yang biasanya menghasilkan untung yang cukup besar, lambat-laun mulai defisit.

Bosku di dunia atas bernama Oki Dayoto. Ia sangat pekerja keras dan baik kepada semua anak buahnya. Bahkan terhadapku yang hanya sebagai bodyguard-nya pun ia sangat baik dan menghargaiku. Sebagai bodyguard-nya, aku diberikan gaji yang menurutku cukup tinggi untuk ukuran seorang bodyguard. Aku bekerja paruh waktu sebagai bodyguard-nya. Ia sering memintaku untuk bekerja penuh kepadanya. Akan tetapi, kesetiaanku pada Asuka-san melebihi segalanya. Bekerja penuh kepadanya akan mengurangi ketersediaanku untuk mengabdi pada Asuka-san. Asuka-san sendiri selalu memberikan pilihan kepadaku untuk bekerja penuh kepada Dayoto-san. Akan tetapi, aku memilih untuk bekerja paruh waktu saja kepadanya, sementara sisa waktu yang kumiliki kugunakan untuk mengabdi pada Asuka-san. Asuka-san pun mengerti akan pilihanku dan tetap memperbolehkanku untuk mengabdi padanya.

Dayoto-san memiliki seorang putri yang cantik dan anggun dan bernama Kiriko Dayoto. Kiriko-san inilah yang tadinya mau dijodohkan denganku. Kiriko-san berumur tiga puluh tahun, belum pernah berpacaran sama sekali. Kalau boleh jujur, aku sebetulnya memendam perasaan sayang kepadanya. Akan tetapi, aku merasa diriku tidak pantas untuknya. Aku ini hanya seorang bodyguard, sedangkan dia adalah orang terpelajar dan anak semata wayang dari majikanku. Ia pantas untuk mendapatkan seseorang yang kastanya lebih tinggi dariku.

Hari ini, aku bekerja pada majikanku di dunia atas. Aku datang pagi-pagi buta, dan menunggu di depan pintu pagar rumah Dayoto-san. Rumahnya sangat besar sekali dan bergaya seperti rumah di Eropa. Aku melihat kamar Kiriko-san yang menghadap kearah luar sudah terang, artinya dia sudah bangun. Kemudian, aku melihatnya muncul dari balik jendela. Ia hanya mengenakan handuk saja. Kemudian ia membuka handuknya dan... tampaklah pemandangan yang sangat indah. Kulitnya putih bersih, rambut panjangnya pun masih basah, buah dadanya begitu bulat dan indah. Ukh gawat, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah yang lain. Sebetulnya aku ingin terus memandanginya, tetapi aku merasa diriku tidak pantas melakukan hal itu. Tidak kusangka ia melepaskan handuknya tanpa menutup gorden-nya. Apakah ia terlalu naif bahwa tidak akan ada yang melihatnya pagi-pagi begini? Langit memang masih gelap. Saat ini jam masih menunjukkan pukul 05.16. Matahari belum terbit.

Sekitar sepuluh menit kemudian, salah satu pembantu keluarga Dayoto keluar membukakan aku pintu.

"Anata ha kane wo narasa rete iru hitsuyou ga arimashita, Jirou-san. (Kamu seharusnya membunyikan bel saja, Jirou-san.)" Kata pembantu itu yang bernama Kanou.

"Ah daijoubu desu, Kanou-san. Sore ha hijou ni mada hayainode, watashi ha kono ka wo jama shitaku arimasen. (Ah tidak apa-apa, Kanou-san. Aku tidak ingin menganggu seisi rumah ini karena ini masih sangat pagi.)" Kataku.

"Anata ha nani ni tsuite hanashite imasu ka? Watashitachi ha 1-jikan mae kara megasamete kimashita. Kono ka no ruuru desu. (Ah, mengganggu apanya? Kita sudah bangun dari satu jam yang lalu. Peraturan di rumah ini mewajibkan kami bangun jam empat pagi.)" Kata Kanou-san.

"Tonikaku, kita koi, Jirou-san. (Baiklah, silakan masuk, Jirou-san.)" Kata Kanou-san.

"Arigatou gozaimasu, Kanou-san. (Terima kasih banyak, Kanou-san.)" Kataku sambil melangkah masuk melewati pintu pagar.

Aku segera masuk ke dalam ruang utama dan menunggu sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Aaahh, Jirou. Ohayou gozaimasu. (Aaahh, Jirou. Selamat pagi.)" Kata Dayoto-san yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Ohayou gozaimasu, Dayoto-san. (Selamat pagi, Dayoto-san.)" Kataku sambil berdiri dan membungkukkan badan.

"Genki desuka? (Apa kabar?)" Kata Dayoto-san sambil bersalaman tangan denganku.

"Anata no okage de, watashi ha genki desu. (Berkat anda, saya baik-baik saja hari ini.)" Kataku sambil berjabat tangan dengan Dayoto-san.

"Anata ha tsuneni kenkyodesu, Jirou. (Kamu selalu saja rendah hati, Jirou.)" Kata Dayoto-san.

"Tokorode, anata ha kyou watashi ni doukou shimasen. (Ngomong-ngomong, hari ini kamu tidak akan mengawalku.)" Kata Dayoto-san.

"Soredeha, watashi ga okonau koto ni natte imasu. (Jadi, apa yang harus kulakukan?)" Tanyaku.

"Tokutei no kuraianto wo mitasu tame ni watashi no musume wo doukou. (Temani putriku untuk bertemu dengan seorang klien.)" Kata Dayoto-san.

"Wakarimashita, Dayoto-san. (Baiklah, Dayoto-san.)" Kataku.

"Aa, watashitachi ha dare wo mitasu nodarou ka? (Ah, siapa yang akan kita temui?)" Tanyaku.

"Danho desu. (Danho.)" Kata Dayoto-san.

"Danho? ... Wakarimashita, Dayoto-san. (Danho?... Baiklah, Dayoto-san.)" Kataku.

"Dono you ni teinei anata no, Jirou. Watashi ha kanzen ni anata wo shinrai shite irunode, watashi ha anata wo oshiete kuremasu. (Kamu sungguh sangat sopan, Jirou. Karena aku sepenuhnya mempercayaimu, aku akan memberitahu kamu.)" Kata Dayoto-san.

"Watashi ha Danho to issho ni hataraku koto ni shimashita. Kyoudou kaihatsu desu. (Aku telah memutuskan untuk bekerjasama dengan Danho. Joint Development.)" Kata Dayoto-san.

"[I[Watashi ga shitteiru kanousei ga aru baai, sono riyuu ha nanidatta nodeshou ka?[/I] (Jika aku boleh tahu, apa alasannya?)" Tanyaku dengan heran.

Jelas saja aku heran. Perusahaan raksasa Dayoto yang bernama Tayoto itu selalu bersaing dengan keras dengan perusahaan raksasa otomotif Danho. Keputusan Dayoto-san untuk bekerja sama dengan perusahaan Danho itu sangat sulit dipahami.

"UNIVERSAL desu. (UNIVERSAL.)" Kata Dayoto-san.

Ah, aku langsung mengerti. UNIVERSAL, suatu perusahaan raksasa yang bergerak dalam berbagai macam bidang industri. Walaupun bidang mereka sangat luas, tetapi kualitas hasil dari produk mereka itu sangat tinggi. Cabang dari perusahaan mereka pun ada di berbagai negara. Dari isu yang kudengar, mereka sedang melakukan negosiasi dengan pemerintah Jepang untuk membangun cabang perusahaan di Jepang. Otomotif juga merupakan salah satu bidang industri yang mereka produksi. Jika UNIVERSAL sampai menginjakkan kaki di Jepang, perusahaan-perusahaan raksasa sekalipun di Jepang bisa terancam.

"Watashi no musume ga kyoudou kaihatsu ni tsuite giron suru Danho no shachou wo mitasudearou riyuudesu. (Karena itulah aku mengutus putriku untuk membahas kerjasama produksi dengan Danho.)" Kata Dayoto-san.

"Soshite, naze anata ha kanojo ni doukou suru tame ni watashi wo okutte imasu ka? (Mengapa anda sampai mengutus diriku untuk menemaninya?)" Tanyaku.

"Itsumo no you ni, anata ha hijou ni chikaku, Jirou. (Seperti biasanya, kamu sangat cermat, Jirou.)" Kata Dayoto-san.

"Choudo watashi no musume ga anzendearu koto wo kakuninshitekudasai, Jirou. Karera ha watashi no raibaru ni naru tame ni shiyou sa remasu. (Pastikan saja bahwa putriku selamat, Jirou. Semula, mereka adalah rivalku.)" Kata Dayoto-san.

"Wakarimashita, Dayoto-san. Watashi ha subete no kosuto de kanojo wo hogo shimasu. (Baiklah, Dayoto-san. Akan kulindungi dia sekuat tenaga.)" Kataku.

"Arigatou gozaimasu, Jirou. (Terima kasih banyak, Jirou.)" Kata Dayoto-san.

Tidak lama kemudian, Kiriko-san turun dari lantai dua, ia langsung berjalan menuju ketempat kami. Ia tersenyum kepadaku, dan aku pun membalas senyumannya dengan hormat. Hari ini ia memakai kemeja putih dan rok tiga perempat berwarna hitam. Penampilannya betul-betul seperti wanita karir yang sangat berwibawa.

"Watashi ha junbi ga dekite, chichi. (Aku sudah siap, ayah.)" Kata Kiriko-san.

"Hai. Jirou ha anata wo doukou shimasu. (Iya. Jirou akan mengawalmu.)" Kata Dayoto-san.

"Watashi ha jibun de daijoubu, chichi. (Aku bisa melakukannya sendiri, ayah.)" Kata Kiriko-san.

"Aa, sonna koto shitteru. Shikashi, sore ha watashitachi no shiyou ni naru hito, anata ga chokumen surudearou koto wo raibaru. Watashitachi ha chuui wo toru hitsuyou ga arimasu. (Ya, aku tahu itu. Tapi, pihak yang akan kamu temui hari ini adalah rival kita dulu. Kita harus berhati-hati.)" Kata Dayoto-san.

"Sono toori desu, chichi. Wakarimashita. (Itu benar, ayah. Baiklah, aku mengerti.)" Kata Kiriko-san.

"Sonogo, wareware ha ima ikudarou, Dayoto-san. (Kalau begitu, kita akan pergi sekarang, Dayoto-san.)" Kataku.

"Hai. Kiyotsukete. (Baiklah. Hati-hati.)" Kata Dayoto-san.

Setelah berpamitan dengan Dayoto-san, aku dan Kiriko-san langsung berjalan menuju mobil yang telah disiapkan. Supir pun sudah siap menunggu dan juga membukakan kami pintu. Setelah kami semua naik ke mobil, kami semua langsung melaju menuju tempat pertemuan di Hotel Crowne Plaza Tokyo, yang merupakan tempat kami bertemu dengan Danho.

Pukul tujuh tepat, kami telah sampai di hotel Crowne Plaza Tokyo. Kami memberitahu resepsionis bahwa kami adalah pihak dari perusahaan Dayoto yang hendak bertemu dengan Danho di ruang pertemuan di hotel ini. Resepsionis pun segera mempersilakan kami untuk menunggu di ruang pertemuan. Disini, hanya ada kami berdua.

Pertemuan kami dengan Danho dijadwalkan jam delapan pagi. Masih ada sekitar 45 menit sebelum jam delapan. Kami memanfaatkan waktu ini untuk mengobrol satu sama lain. Pada awal mulanya, kami membicarakan tentang apa yang akan kami hadapi nanti jam delapan. Pembicaraan mengenai hal itu cenderung serius. Lama-kelamaan, mungkin karena kami juga bosan berbicara terlalu serius, pembicaraan mulai mengarah ke hal-hal yang santai dan bersifat pribadi. Kiriko-san bercerita bahwa ia adalah orang yang mengejar karir terlebih dahulu. Ia tidak memikirkan masalah cinta, walaupun sebetulnya ia sudah memiliki orang yang ia sukai, tetapi ia tidak memberitahukan identitasnya. Ia ingin mengejar karir terlebih dahulu karena menurutnya karir adalah suatu pengembangan diri. Sebelum menjadi istri seseorang, ia berpikir bahwa ia harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Ia melakukannya dengan cara mencari pengalaman dalam berkarir. Ia bekerja pada ayahnya sebagai Sales Manager.

Karena keasyikan ngobrol, kami baru sadar bahwa sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Pihak Danho belum datang juga. Kupikir ini sangat aneh. Terlambat lima belas menit tanpa kabar adalah sesuatu yang tidak lazim di negara ini. Apakah terjadi sesuatu pada mereka?

"Anata ha nanika ga karera ni okotta koto to omoimasu ka? (Menurutmu, apakah sesuatu telah terjadi dengan mereka?)" Tanya Kiriko-san.

"Choudo karera no tame ni taiki shite mimashou. (Kita tunggu saja mereka.)" Kataku.

Setelah aku berbicara demikian, aku menyadari aura membunuh yang cukup besar. Cih, kita sudah terjebak di ruangan ini. Aku segera berdiri dan menarik lengan Kiriko-san.

"Sore ha wanada. Jikkou! (Ini jebakan. Kita harus kabur!)" Kataku.

Untungnya Kiriko-san menyadari apa yang sedang terjadi. Ia pun langsung berlari bersamaku. Saat mencoba membuka pintu ruangan ini, ternyata pintunya sudah terkunci dari luar. Tiba-tiba, langit-langit hotel ini terbuka, dan orang-orang yang mengenakan topeng dan jubah hitam langsung turun, dan berlari kearah kami. Mereka berlari kearah kami dipenuhi dengan nafsu membunuh. Sepertinya bukan kawan ya?

Aku langsung mengeluarkan tongkat lipatku. Ya, tongkatku ini bisa dilipat-lipat, sehingga cukup mudah untuk dimasukkan ke kantong. Aku langsung meluruskan tongkatku dalam sekejap, dan langsung menusuk telak salah satu orang yang berlari kearahku. Walaupun salah satu temannya tertusuk telak oleh tongkatku, tapi teman-teman yang lainnya tidak bergidik sedikitpun. Mereka tetap berlari kerah kami untuk menyerang kami. Sepertinya cukup profesional dan kuat mereka ini. Tapi sayang sekali, kemampuan kalian semua belum cukup untuk mengalahkan kurayami no mikami, gokusenshi no Nakata Jirou ini.

Aku tetap berdiam di tempat dan mengambil metode bertahan sambil menyerang. Aku tidak boleh melepaskan penjagaanku kepada Kiriko-san. Kalau aku maju menyerang kearah mereka, Kiriko-san tidak akan terlindungi.

"Ikimasu yo, Jirou. Watashi ha daijoubu. (Majulah, Jirou. Aku tidak apa-apa.)" Kata Kiriko-san.

Aku memperhatikan formasi mereka menyerang. Mereka terbagi menjadi dua barisan, dimana setiap barisannya terdiri dari tiga dan empat orang. Kalau aku maju, jangkauan seranganku masih dapat menutupi jarak antara kedua barisan itu. Sepertinya aman, baiklah, sesuai saran dari Kiriko-san, aku maju. Aku langsung menancapkan tongkatku di lantai, kemudian aku melompat dengan bertumpu pada tongkatku itu. Saat aku sudah berada di udara, aku langsung melancarkan tendangan split dan menjatuhkan orang paling depan dari tiap barisan. Tendanganku cukup kencang dan mengena telak, cukup untuk membuat orang pingsan harusnya. Tinggal lima orang lagi.

Salah satu dari mereka melompat untuk menjangkau tubuhku. Heh, melompat adalah kesalahan terbesarmu, nak. Aku yang masih bertumpu pada tongkatku melancarkan tendangan kearahnya. Ia berhasil menangkap tendanganku. Eits, jangan senang dulu, karena tendanganku bukan ditujukan untuk menyerang. Aku sengaja melancarkan tendangan yang lambat, yang bahkan bisa ditangkap oleh orang amatir sekalipun. Saat kau sudah menangkap tendanganku, gerakanmu akan terkunci. Saat itulah, aku memutar pergelangan tanganku yang masih menggenggam tongkat, sehingga aku mendapatkan manuver di udara untuk melancarkan serangan berikutnya. Tendangan tusukan telak ke kepala, dan berhasil membuat orang itu pingsan.

Aku melihat ke depan dan tinggal dua orang yang tersisa. Hah? Dua orang? Bukankah harusnya ada empat orang? Saat aku melihat kebelakang, ternyata dua orang itu sudah berlari menuju Kiriko-san dan sudah sangat dekat. Cih, rupanya aku yang terjebak. Orang tadi yang melompat hanya bertugas untuk mengalihkan perhatianku serta menganalisa kemampuanku. Aku segera memutar tubuhku sambil melepaskan tumpuan tongkatku ditanah. Aku yang mendapatkan manuver perputaran di udara, langsung melempar tongkatku kearah salah satu orang yang berlari kearah Kiriko-san. Lemparan tongkatku mengenai punggung orang itu dengan telak. Karena ujung tongkatku itu adalah material sintetis yang elastis, maka tongkat itu langsung memantul kembali kebelakang, yakni kearahku. Aku langsung menangkap tongkat itu dengan cepat, dan melemparkannya kembali ke orang yang satunya lagi.

Kini, Kiriko-san sudah aman. Betul-betul tinggal dua orang musuh yang tersisa. Aku melihat mereka sepertinya memberi sandi satu sama lain. Kemudian, salah satu dari dua orang itu maju untuk menerjangku. Aku menghindarinya, dan langsung memukulkan tongkatku kearahnya. Kulihat satu orang lagi berusaha melemparkan sesuatu keatas langit-langit yang bolong. Ia melemparkan tali, dan kini tali itu sudah terkait dengan langit-langit yang bolong. Hendak kabur ya? Aku langsung mengejarnya sekuat tenaga, tapi ia memanjat tali itu dengan cepat.

Tiba-tiba, sebuah benda yang sangat cepat melaju melewatiku, dan memutuskan tali yang orang itu gunakan untuk memanjat. Kemudian, sosok seseorang berlari melewatiku, dan langsung melancarkan tendangan cangkul ke orang yang berusaha kabur itu. Gerakan tubuhnya luwes sekali, sepertinya bukan orang sembarangan. Saat kulihat baik-baik, ternyata yang menghabisi orang itu adalah Kiriko-san.

"Anata ha tanin wo hogo suru ue de hijou ni sugurete imasu. Nigeru no dareka wo fusegu no ni shikashi, hijou ni warui. (Kamu sangat hebat dalam melindungi seseorang. Tapi, sangat payah dalam mencegah orang kabur.)" Kata Kiriko-san sambil membalikkan badannya dan tersenyum kearahku.

Wow, rupanya dia sendiri adalah seseorang yang kuat. Kalau begini sih, sebetulnya ia sama sekali tidak membutuhkan perlindunganku. Aku balik tersenyum kepadanya.

"Maa, watashi ha kono hito wo koroshimasen deshita. Kono hito ni shitsumon shite mimashou. (Yah, aku tidak membunuhnya. Mari kita interogasi dia.)" Kata Kiriko-san.

Aku mengangguk dan berjalan kearahnya untuk membawanya. Akan tetapi, tiba-tiba asap menyembur dari atas langit-langit yang bolong tempat mereka masuk tadi. Cih, rupanya masih ada teman mereka yang berjaga diatas. Bau dari asap ini, kloroform. Gawat, aku sudah terlanjur menghirupnya. Badanku menjadi sangat lemas. Aku lihat, Kiriko-san pun sudah terjatuh. Sial, ini semua karena aku terlalu lengah. Untuk apakah Danho berusaha untuk membunuh kami? Sepertinya hidup kami tidak cukup lama untuk dapat mengetahui alasannya.
 
Scene 2

Takeru Yamamoto



Asuka Kirishima



Matsuyama Edo



Ayumi Nakata



"Mmmhhh.. mmphhh..."

Begitulah suara bibir dan lidahku yang sedang beradu dengan bibir dan lidah Asuka dipagi hari sehari setelah aku pergi ke Osaka. Kini, kami berdua sudah telanjang dan saling berpelukan dengan tubuh Asuka sudah berada diatas tubuhku. Keringat kami sudah cukup deras mengalir dan berbaur di tubuh kami masing-masing. Tanganku mulai mengelus-elus rambut Asuka dan juga meraba seluruh tubuhnya. Saat tanganku sampai di buah dadanya, aku semakin terangsang. Buah dadanya begitu bulat, indah, dan sempurna. Sangat pas sekali di genggaman tanganku. Puting susunya pun begitu serasi dengan bentuk buah dadanya yang sedemikian sempurna. Saat tanganku bermain-main di puting susunya, aku bisa merasakan nafsu Asuka yang semakin naik lagi. Permainan lidahnya semakin liar, dan nafasnya pun semakin memburu.

Kamudian, aku merasakan ada yang menggenggam batang penisku. Rupanya tangan kanan Asuka sudah menggenggamnya dan mengarahkannya untuk masuk ke dalam lubang vaginanya. Aahh, aku sangat menanti-nantikan saat ini. Bless... Aku merasakan lubang vaginanya telah berhasil sepenuhnya melahap batang penisku. Dan kini, aku merasakan bahwa lubang vagina Asuka sudah naik turun, sementara pantatnya juga mengiringi dengan berputar-putar secara teratur untuk mengocok batang penisku. Lidahnya pun sangat telaten dalam menjilat dan mengelitik leherku. Aku hanya bisa merem-melek mendapatkan kenikmatan yang benar-benar sungguh sangat nikmat.

"Ka.. kamuu hebaat sekaliii, istrikuuu..." Desahku sambil membalas menjilati seluruh wajah istriku ini.

Asuka terus menghujam-hujamkan lubang vaginanya tanpa ampun ke penisku. Kedua tangannya memeluk tubuhku dengan sangat erat. Keringat kami semakin deras mengalir dan bercampur ditubuhku dan tubuhnya. Aku sangat menikmati posisi ini, posisi dimana Asuka berada diatas tubuhku dan bebas mengatur jalannya permainan.

Setelah merasa cukup dengan posisi ini, aku melepaskan tubuh Asuka, dan berlutut di tempat tidur. Asuka langsung memahami maksudku. Ia langsung mengambil posisi merangkak. Pantatnya yang bulat itu betul-betul membuat batang penisku semakin menegang. Aku langsung memasang posisi penisku, dan menusuk lubang vaginanya dari belakang. Kini, kami melakukan doggy style. Aku terus menghujam-hujamkan batang penisku ke lubang vagina Asuka, sementara Asuka dengan telatennya membalasnya dengan goyangan pantatnya. Saat aku menghujamkan, ia juga ikut menghujamkan balik, dan begitu juga sebaliknya. Ceplook.. Ceplook... Ceplook... Ceplook... Begitulah suara yang terdengar ketika batang penisku menghujam kemaluannya, sementara pantatnya beradu dengan selangkanganku.

Hanya dalam selang beberapa menit saja, Asuka semakin mendesah-desah tidak karuan. Irama goyangan pantatnya pun semakin tidak teratur. Sementara, tubuhnya bergetar.

"Saaayaanngg... Akuu udaahh mauu orgaassmee... Suamikuuuu!" Erang Asuka.

Tahu Asuka hampir orgasme, aku langsung melepaskan tubuhnya, dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku yang kini menindih tubuh Asuka, langsung kembali menghujam-hujamkan batang penisku ke lubang vaginanya. Lama-kelamaan, aku mulai merasakan denyutan-denyutan hebat di lubang vaginanya.

"Sayaangg... Lepasskaaann... Jangan ditahan-tahaann..." Erangku sambil terus menghujam-hujamkan batang penisku dengan semakin kencang.

Kedua tangan Asuka semakin erat memeluk tubuhku. Bibirnya juga semakin liar mencium bibirku. Akhirnya, ia mengangkat pantatnya setinggi-tingginya. Aku merasakan denyutan yang hebat disertai dengan semburan cairan kenikmatan milik Asuka dari dalam lubang vaginanya.

"Ooohhh... Akuu orgaassmeee sayaaanggg...." Erang Asuka.

Erangan orgasme Asuka malah membuatku semakin bernafsu lagi. Aku terus memompa lubang vagina Asuka dengan sangat bernafsu. Kedua tanganku memeluk tubuh Asuka erat-erat. Rasa yang kudapat ketika memompa lubang vagina Asuka ditambah dengan denyutan orgasme nya yang hebat membuat pertahananku betul-betul hancur. Aku merasakan bahwa tidak lama lagi aku pun juga akan keluar.

"Istrikuuu... Aku mau keluaarr sayaangggg...." Erangku sambil terus memompa lubang vagina milik Asuka.

Tahu aku hampir keluar, Asuka semakin erat memeluk tubuhku, sementara kini pantatnya ia putar-putar semakin cepat. Uaaahhhh, aku betul-betul tidak tahan lagi. Aku semburkan sekuat-kuatnya sperma milikku ke dalam lubang vagina Asuka. Croott.. Croott.. Croott.. Croottt... Aku merasakan penisku menyemburkan sperma yang deras ke dalam lubang vagina Asuka. Aku betul-betul mendapatkan ejakulasi yang sungguh luar biasa.

"Ooohhhh... Asukaa sayaanggg... Aku cinta kamuu..." Desahku ketika batang penisku sudah selesai menyemburkan seluruh sperma yang bisa kusemburkan.

"Sayaaanggg.. Aku juga cintaa kamuuu..." Desah Asuka sambil mencium bibirku.

Setelah kami berdua mengalami orgasme kami yang begitu luar biasa, aku masih menindih tubuh Asuka untuk beberapa saat. Kami masih berusaha mengatur napas kami masing-masing. Keringat kami berdua pun masih terus mengucur dengan deras. Tubuh kami berdua masih berpelukan dengan erat.

Setelah beberapa menit, akhirnya napas kami berdua kembali teratur. Aku langsung mencabut penisku dan segera berguling kesamping. Aku juga menarik tubuh Asuka kedalam pelukanku. Aku membelai-belai rambutnya, dan mencium pipi dan keningnya.

"Sampai kapanpun, aku akan selalu mencintai kamu, sayang." Kataku.

"Aku juga sayang. Cintaku ini tidak akan pernah hilang apalagi berpindah." Kata Asuka sambil balas mencium pipiku.

Setelah bermesra-mesraan untuk beberapa menit, aku bangun dari tempat tidurku. Asuka pun melakukan hal yang sama denganku. Kami berdua menuju kamar mandi dalam keadaan masih telanjang. Di dalam kamar mandi, kami menyalakan shower, dan mulai membasahi tubuh kami dengan air yang mengucur dari shower. Aku melihat Asuka berdiri dibawah shower dan membiarkan air yang mengucur dari shower itu membasahi tubuhnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Dia begitu anggun dalam posisi itu. Walaupun aku hanya melihat tubuhnya dari belakang, aku bisa menikmati keindahan pemandangan ini. Aku langsung memeluknya dari belakang, dan mencium bibirnya. Asuka pun juga ikut membalas mencium bibirku.

Kami saling menyabuni tubuh pasangan kami masing-masing. Aku menyabuni tubuhnya. Begitu halus dan indah sekali. Aku menyabuninya mulai dari lehernya, turun ke dadanya, kemudian ke perutnya, sampai ke paha hingga kakinya. Terakhir, aku juga menyabuni lubang kemaluannya yang masih lengket akibat perpaduan cairan kenikmatan miliknya dan sperma milikku. Sungguh pemandangan yang sangat indah sekali. Batang penisku dibuatnya menegang sekali lagi.

Kini gantian, sekarang ia menyabuni tubuhku. Ia menyabuni tubuhku dengan sangat telaten. Leher, dada dan punggung, perut dan pantat, paha hingga kaki, dan terakhir batang penisku. Ia menyabuni batang penisku yang sudah menegang ini dengan lembut. Setiap sentuhan tangannya di batang penisku betul-betul membuatku semakin terangsang.

Setelah selesai menyabuni tubuhku, ia kembali berdiri dibawah air yang mengucur dari shower itu. Air dari shower itu menyapu sabun yang menempel di tubuhnya dengan perlahan-lahan. Aku pun juga melakukan hal yang sama sambil memeluk tubuhnya dari belakang.

Akhirnya, tubuh kami berdua telah bersih sepenuhnya dari sabun. Kini, aku melihat tubuh Asuka yang betul-betul mulus dan mengkilat. Untuk kedua kalinya, aku kembali terangsang. Aku mencium bibir Asuka dengan liar. Asuka pun juga membalas mencium bibirku. Aku juga merasakan tangan Asuka telah menjangkau batang penisku, dan mengocoknya dengan telaten. Ukh, kenikmatan yang kudapatkan ini betul-betul membuatku pusing kepayang.

Lama-kelamaan, kocokan tangannya di penisku semakin kencang. Aku juga mencium bibirnya dan meremas-remas kedua buah dadanya dengan liar. Setelah itu, Asuka mulai berlutut sehingga kini batang penisku yang sudah sangat tegang itu mengacung kearah wajahnya. Ia mulai menjilati ujung kepala penisku, sementara tangannya masih tetap mengocok batang penisku dengan telaten. Aku betul-betul hanya bisa merem melek mendapatkan kenikmatan ini.

Kemudian, ia mulai mengulum dan melahap seluruh batang penisku ke dalam mulutnya. Betul-betul nikmat sekali rasanya. Aku betul-betul pusing mendapatkan kenikmatan yang diberikan oleh Asuka kepadaku. Tapi, bukan pusing yang menyebalkan, melainkan pusing karena terlalu banyak kenikmatan yang mengalir dari batang penisku ke kepalaku. Penisku menegang dan semakin menegang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Asuka pun makin lama makin kencang melahap batang penisku dengan mulutnya. Akhirnya, aku betul-betul tidak tahan dan... croot... croott.. croottt... Untuk yang kedua kalinya, aku kembali menyemburkan sperma dari batang penisku. Hanya saja, kali ini aku menyemburkannya di dalam mulut istriku. Aku senang ketika Asuka langsung menelan sperma milikku itu.

"Aku betul-betul cinta sama kamu, sayang." Kataku sambil tersenyum karena merasakan kenikmatan yang mulai melayang-layang keluar dari tubuhku.

"Uhum, aku juga. Sayang, akan kuberikan kenikmatan seperti ini kapan pun kamu mau. Karena aku mencintai kamu." Kata Asuka sambil berdiri.

"Terima kasih, sayang." Kataku sambil mencium bibirnya.

Setelah itu, kami mengeringkan tubuh kami masing-masing dan keluar dari kamar mandi.

Setelah selesai melakukan semua kegiatan kami di pagi hari, aku segera berangkat ke kantor. Jam 7.45, aku sudah sampai di kantor. Aku segera memanggil Matsuyama keruanganku untuk melapor masalah kemarin di Osaka. Dalam sepuluh menit, ia sudah ada di ruanganku.

"Bagaimana hasilnya?" Tanyaku.

"Negatif, Pak. Darah yang ditemukan di tempat kejadian bukan darah milik istrimu." Kata Matsuyama.

"Hmmm? Darimana kamu tahu itu bukan darah istriku? Memang kamu punya sampel darahnya?" Tanyaku memancing Matsuyama.

"Eits, tidak cukup untuk menjebakku, pak. Asuka-chan bergolongan darah O bukan? Sampel darah yang ditemukan itu bergolongan darah B." Kata Matsuyama sambil tersenyum licik.

"Heh. Beruntung kamu. Tapi memang bukan. Tidak ada bekas luka lecet sedikitpun di lengannya. Luka sebesar itu tidak sembuh dalam sehari bukan?" Kataku.

"Yah, secara logis memang tidak. Secara logis lho ya." Kata Matsuyama.

"Memang sih. Yami itu berurusan dengan barang-barang pasar gelap. Mungkin saja mereka memiliki obat yang super mujarab. Memang belum terbukti sepenuhnya bahwa istriku tidak terlibat dengan Yami, tapi paling tidak kemungkinannya sudah menurun. Mungkin orang yang kemarin itu kebetulan saja mirip dengan istriku." Kataku.

"Hmmm, iya. Kebetulan itu memang bisa saja terjadi, pak." Kata Matsuyama.

"Lagipula, istriku tidak sama dengan wanita yang kemarin itu. Wanita kemarin itu begitu galak dan sepertinya terlihat gila. Ia dengan entengnya berteriak-teriak di depan umum, dan bahkan menerobos keluar jendela untuk melompat ke jalanan dari ketinggian sekitar lima belas meter. Sampai di jalanan, ia masih mampu berteriak-teriak seperti orang gila. Sepertinya itu iblis gila yang mengambil rupa istriku." Kataku.

"Buhahahahahahah! Bapak ini bisa saja ngomongnya. Bagaimana jika ternyata dia istrimu betulan?" Tanya Matsuyama sambil tertawa.

"Hmmm, berarti ada sisi lain yang aku tidak tahu dari istriku." Kataku.

Mendengar jawabanku, Matsuyama tertawa semakin keras. Aku pun juga ikut tertawa. Setelah puas tertawa, kami kembali kepada suasana semula.

"Tapi paling tidak, istriku untuk sementara ini belum terbukti keterlibatannya. Entah aku harus senang atau sedih." Kataku.

"Kenapa senang atau sedih?" Tanya Matsuyama dengan bingung.

"Senang, karena berarti istriku bukan musuh. Sedih, karena kita kehilangan kesempatan untuk membongkar informasi lebih jauh mengenai Yami." Kataku.

"Hah? Bapak sedang bercanda kan?" Tanya Matsuyama.

"Tentu saja, Matsuyama." Kataku.

Matsuyama tampak masih heran dengan perkataanku.

"Baiklah, kamu boleh keluar. Terima kasih atas laporannya, Matsuyama." Kataku.

Matsuyama kemudian berdiri, membungkukkan badannya, dan ia keluar dari ruanganku. Kemudian, aku mengumpulkan seluruh anggota sansaikou no masayoshi di ruang meeting utama untuk meeting mingguan. Tidak ada seorang pun yang terlambat menjawab panggilanku.

"Jadi, ada yang perlu dilaporkan? Selain bahwa wanita yang kemarin itu bukan istriku." Kataku.

Mereka bertiga senyum-senyum sendiri mendengar perkataanku.

"Baiklah, aku mulai duluan. Belakangan ini, aktivitas dunia bawah meningkat. Terutama dalam hal perdagangan pasar gelap, dan juga pembunuhan." Kata Kagura.

"Perdagangan pasar gelap dan pembunuhan. Sepertinya mengarah ke persaingan bisnis ya?" Tanyaku.

"Analisis dan silogisme yang tajam." Kata Matsuyama sambil bersiul.

"Aku tidak akan berterima kasih untuk pujianmu." Kataku sambil tersenyum ke Matsuyama.

"Memang kebanyakan klien dari aktivitas dunia bawah ini adalah para pebisnis, baik pebisnis tingkat bisnis kecil, maupun pebisnis tingkat bisnis raksasa." Kata Kagura.

"Hmmm... Bisnis ya? Aku menduga karena adanya kepanikan akibat negosiasi pemerintah Jepang dengan bisnis raksasa dunia itu ya?" Tanyaku.

"Kita belum mendapatkan bukti yang pasti, pak. Tapi fakta dan data yang berhasil kami kumpulkan mengarah pada kesimpulan itu, pak." Kata Kagura.

"UNIVERSAL ya kalau tidak salah namanya?" Tanyaku.

"Betul sekali, Takeru-san. UNIVERSAL, perusahaan besar yang hampir mendominasi seluruh bidang industri. Yang lebih hebatnya lagi, seluruh sektor yang mereka kuasai adalah murni merupakan hasil ide dan kreativitas mereka. Pendirinya adalah orang Amerika yang bernama Sam Symmington Ford. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1960, dan terus berkembang sampai sekarang dengan kurva peningkatan terus meningkat tiap tahunnya." Kata Ayumi.

"Hmmm, memang jika perusahaan semacam itu sampai masuk ke Jepang, akan terjadi kekacauan di segala sektor usaha lokal milik Jepang." Kataku.

"Dan yang lebih buruk lagi adalah, aku berpikir bahwa salah satu dari tiga kekuatan besar dalam dunia bawah Jepang, organisasi rahasia yang merupakan pusat informasi itu, merupakan bagian dari UNIVERSAL." Kata Matsuyama.

Aku, Kagura, dan Ayumi langsung tersentak mendengar perkataan Matsuyama itu.

"Bagaimana kamu bisa beranggapan seperti itu?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu detailnya, Ayumi lebih tahu detailnya. Algoritma Widoyo." Kata Matsuyama.

".... Hmmm, masuk akal." Kata Ayumi.

"Aku mohon penjelasanmu, Ayumi." Kataku.

"Ingatkah tentang hal yang pernah kukatakan, bahwa algoritma yang kuterapkan untuk menembus pertahanan Kage adalah Algoritma Widoyo yang sudah kulakukan modifikasi dengan algoritma temuanku sendiri?" Tanya Ayumi.

"Iya, kurang lebihnya aku ingat." Kataku.

"Aku heran dari dulu, mengapa algoritma itu tidak bisa menembus pertahanan mereka. Algoritma Widoyo saat ini merupakan algoritma pedang bermata dua terbaik dalam dunia bawah. Algoritma yang bisa digunakan sebagai enkripsi yang terbaik sehingga menyulitkan para hacker, tetapi juga bisa digunakan sebagai algoritma untuk melakukan hacking, jika kita bisa mengerti konsep dasar dari algoritma itu. Pemahaman untuk konsep dasarnya sendiri sangat sulit. Aku membutuhkan waktu lebih dari satu tahun hanya untuk memahami konsep dasarnya saja, itupun aku belum yakin sepenuhnya bahwa aku sudah betul-betul memahaminya." Kata Ayumi.

"Lalu, hubungannya dengan Kage dan UNIVERSAL itu apa?" Tanyaku.

"Kalaupun ada yang bisa menembus pertahanan Algoritma Widoyo, aku yakin hanyalah UNIVERSAL yang bisa. Dan bagaimana cara Kage bertahan dari serangan cyber yang kulancarkan dengan menggunakan algoritma Widoyo? Kemungkinan mereka mendapatkan bantuan dari UNIVERSAL." Kata Ayumi.

"Hmmm, memang hipotesa yang masuk akal. Sepertinya boleh jika kita meluangkan waktu untuk melakukan riset terhadap hal itu." Kataku.

"Baiklah, Matsuyama, atur untuk penyelidikannya. Ayumi, tolong lanjutkan usahamu untuk membobol pertahanan Kage. Kita mau tidak mau memang harus melakukannya." Kataku.

"Wakaru, Takeru-san. (Oke, Takeru-san.)" Kata Ayumi.

"Baik, Takeru-san." Kata Matsuyama.

"Oh, Matsuyama, satu hal lagi. Pernahkah kamu mendengar tentang mafia besar di Cina yang bernama Qing Long? Perdana mentri beranggapan bahwa pistol pengekstrak zat narkotika itu diperuntukkan bagi Qing Long." Kataku.

"Hmmm..." Kata Matsuyama sambil berpikir.

"Segerombolan mafia besar di Cina yang menguasai dunia bawah Cina. Spesialisasi mereka adalah perdagangan obat-obatan terlarang, dan juga perdagangan manusia. Organisasi yang sangat berbahaya. Mereka tidak hanya menculik warga Cina, tapi juga menculik warga negara lain. Bahkan mereka pun mulai mencoba melebarkan sayap sampai ke negara lain." Kata Kagura.

"Iya. Perdana Menteri menduga bahwa pistol pengekstrak zat narkotika itu hendak dikirimkan kepada Qing Long." Kataku.

"Qing Long dan Yami. Jika mereka bersatu, akan cukup merepotkan." Kata Kagura.

"Menurut informasi yang kudapatkan, Qing Long adalah bagian dari UNIVERSAL." Kataku.

Tepat saat aku selesai bicara begitu, aku menyadari sesuatu, sesuatu yang sangat gawat. Dan sepertinya, ketiga tangan kananku ini juga menyadari sesuatu yang sangat gawat itu.

"Gawat, sepertinya aku harus pergi menemui Yukimura-san dan Perdana Mentri untuk membahas masalah ini." Kataku.

Ya, jika Qing Long merupakan bagian dari UNIVERSAL, itu artinya selain sektor bisnis masyarakat, UNIVERSAL itu juga menguasai sektor dunia bawah. Akan cukup merepotkan jika perusahaan seperti itu juga mengambil andil dalam dunia bawah. UNIVERSAL, sepertinya ada satu masalah merepotkan lagi selain Yami dan Kage. Aku harap UNIVERSAL ini tidak lebih merepotkan dibandingkan Yami dan Kage.

BERSAMBUNG KE EPISODE-9
 
wah, ada apdet nih, di :up: dulu biar naik ke permukaan
ijin baca dulu :baca:
 
biasanya kalo anak manggil ayah/ibu dr orang kelas atas ada tambahan ue nya suhu, jd chichi-ue, haha-ue, atau otou-sama okaa-sama
sekedar input :ampun: suhu
 
Waw belum selesai masalah yami dan kemisteriusan kage sekarang nambah lagi univesal
Makin serunih kaya y
Di tunggu update y suhu
 
Bimabet
EPISODE 9 : Transport

Scene 1

"HOUZZZUUKIIII!"

Seperti biasa pada pagi hari, teriakan Asuka-san terdengar membahana di rumah tempat aku sedang bersembunyi ini. Teriakan itu menandakan bahwa situasi rumah sudah aman. Tapi Asuka-san berani sekali rupanya. Aku sudah dengar ceritanya kemarin dari Sasuke, bahwa ternyata Takeru-san juga berada di tempat kejadian. Untunglah Sasuke menyadarinya, sehingga ia langsung memberitahu Asuka-san dengan cepat. Aku dengar, si dokudan no Matsuyama dari Hikari juga berada disitu. Tindakan Asuka-san begini menurutku cukup nekat, karena setelah apa yang terjadi kemarin, pasti setidaknya Matsuyama memiliki suatu kecurigaan terhadap Asuka-san. Walaupun Sasuke sudah meninggalkan darah palsu milik orang lain di tempat kejadian, mungkinkah mereka langsung menghilangkan kecurigaan mereka terhadap Asuka-san dalam sekejap? Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh orang-orang dari Hikari itu.

Aku segera keluar dari tempat persembunyianku dan langsung menghadap Asuka-san.

"Hai, Asuka-san. (Iya, Asuka-san.)" Kataku.

"HAAII JA NAIII YOOO! OKONAU KOTO NI NATTE IRU MONO WO OKONAIII! (BUKAN IYA! LAKUKAN APA YANG HARUS KAMU LAKUKAN!)" Teriak Asuka-san sambil berusaha mencekik leherku.

Uuww, gawat. Sepertinya mood Asuka-san sangat-sangat buruk hari ini. Kalau aku tidak melaksanakan pekerjaanku dengan cukup cepat, Asuka-san akan berteriak lebih keras lagi. Aku segera mengepel lantai dengan cepat dari ujung rumah Asuka-san sampai ke ujung satunya lagi. Setelah mengepel lantai, aku segera ke kamar mandi untuk menyikatnya. Aku lihat Asuka-san sedang duduk-duduk serta menggerakan seluruh tubuhnya. Tanda bahwa ia sedang tidak sabar. Entah apa yang dipikirkannya. Tiba-tiba Asuka-san melihat kearahku.

"NANISHITERUNO! NANIKA WO MOTTE INAGARA, ORE NO KOKORO WO YOMU JIKAN WO MOTTE IRUUU NOOO! (APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN! APAKAH KAMU PUNYA WAKTU UNTUK MEMBACA ISI PIKIRANKU KETIKA KAMU PUNYA KERJAAAANN!)" Teriak Asuka-san.

Wew, gila. Sepertinya mood-nya betul-betul sedang rusak parah. Apa ini karena Takeru-san ada di tempat kejadian pada saat kemarin itu? Aku terus menyikat kamar mandi dengan cepat. Kemudian, aku keluar dan segera mencuci piring. Setelah mencuci piring, aku telah menyelesaikan seluruh pekerjaanku. Eh, aku baru menyadari bahwa Jirou tidak ada. Kemana dia?

"Asuka-san, kemana Jirou?" Tanyaku.

"Haah, itulah alasanku mengapa aku begitu marah pada pagi hari ini. Padahal tadi subuh betul-betul terasa seperti hari paling menyenangkan. Beberapa lama setelah suamiku pergi, aku mendapat kabar dari Sasuke bahwa Jirou hilang. Dia tidak ada di rumahnya atau di tempat bos mobil majikannya itu." Kata Asuka-san.

"Hmmm, mungkinkah dia..." Kataku.

"Ya, tidak salah lagi. Dia pasti tertangkap oleh musuh. Entah Hikari, atau Kage." Kata Asuka-san.

"Hmmm, apakah sudah pasti antara mereka berdua?" Tanyaku.

"Iya, kurasa begitu. Tidak ada yang bisa menandingi Jirou dalam pertarungan jarak dekat. Kalau ada orang yang bisa melumpuhkan Jirou, pastilah orang itu menyerangnya dari belakang. Tapi, Jirou juga bukan orang yang bertenaga kuat tapi berotak bodoh. Selain tenaganya yang kuat, otaknya dalam menganalisa pertarungan tidaklah payah. Ia juga menguasai tenaga ki, harusnya tidak mudah jatuh ke dalam perangkap musuh begitu saja. Kalau-kalau ada yang bisa melakukannya, paling-paling adalah si dokudan no Matsuyama dari Hikari." Kata Asuka-san.

"Hmmm, bagaimana jika musuhnya mengeroyok Jirou dan membiusnya?" Tanyaku.

"Seperti yang kukatakan, Jirou itu tidak bodoh, walaupun terkadang bodoh juga sih. Yah bisa saja ia terkena perangkap musuh disaat ia sedang bodoh. Waktu tanding sparring dua hari yang lalu itu, Jirou sedang bodoh. Sepertinya ia sedang menghadapi suatu masalah." Kata Asuka-san.

"Eh..." Kata Asuka-san.

"Hmmm, ada apa, Asuka-san?" Tanyaku dengan heran.

Kemudian, Asuka-san berpikir keras sambil memejamkan matanya. Kemudian, ia tiba-tiba berdiri sambil mengacungkan tangannya dan membuka matanya. Ini adalah kebiasaan yang dilakukannya ketika ia sedang menemukan sesuatu didalam pikirannya, dan sudah menemukan penyelesaiannya.

"Houzuki, kita segera berangkat ke markas! Aku tahu kemana Jirou! Ayo cepat!" Kata Asuka-san sambil melangkah menuju pintu keluar.

"Wakarimashita, Asuka-san. (Baik, Asuka-san.)" Kataku.

"Omong-omong, Houzuki. Hati-hati, sepertinya hantu yang ada disampingmu itu cukup menyukaimu. Ia terus memelukmu daritadi." Kata Asuka-san.

"Sudahlah, Asuka-san. Aku tidak takut pada hantu." Kataku sambil tersenyum.

Asuka-san ini memang dibekali dengan kekuatan mata batin sejak lahir. Ia bisa melihat makhluk halus, sehingga ia sering menakut-nakuti kami.

Sekarang, kami sudah sampai di markas besar Yami. Begitu masuk, Asuka-san tidak langsung pergi ke ruangan kerjanya, melainkan datang ke meja Sayama.

"Douda ka? (Bagaimana?)" Tanya Asuka-san sambil mengulurkan tangannya seperti sedang meminta sesuatu.

"Owari da. (Sudah selesai.)" Kata Saitama sambil menyerahkan suatu bungkusan yang sepertinya berisi dokumen.

"Terima kasih, Sayama." Kata Asuka-san sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut Sayama.

"Terima kasih kembali." Kata Sayama dengan logat yang sangat aneh sambil mengacungkan jempolnya.

"Heeii, lumayan juga." Kata Asuka-san.

Meskipun seluruh anggota utama Yami diwajibkan bisa berbahasa Indonesia oleh Asuka-san, hanya Sayama yang mendapat pengecualian khusus. Ia terlalu berkecinampung dengan ilmu teknonologi dan pengetahuan, sehingga menyulitkan dia untuk mendapatkan pelajaran bahasa secara intensif. Akan tetapi, kemampuan berbahasa Indonesia Sayama cukup lumayan. Paling tidak, ia bisa mendengar dan mengartikan percakapan Bahasa Indonesia dengan sempurna. Giliran disuruh berbicara dalam Bahasa Indonesia, dia tidak bisa diharapkan.

Setelah itu, Asuka-san memberikan suatu tanda bagiku agar aku mengikutinya ke ruangan kerjanya. Sesampainya di ruang kerjanya, sebelum Asuka-san duduk di kursinya, ia melempar suatu koran kepadaku. Aku menangkap koran itu, dan membaca berita yang terpampang pertama kali kulihat koran itu : DAYOTO NO MUSUME GA KETSURAKU SHITE IMASU. (PUTRI DAYOTO MENGHILANG.).

"Kono Dayoto ha... (Dayoto ini kan...)" Kataku.

"Sou yo, Houzuki. Dayoto ha Jirou no joushi. (Betul, Houzuki. Dayoto adalah bos dari Jirou.)" Kata Asuka-san.

"Kare no musume ha shudan ga fusoku shite... (Jadi, hilangnya putrinya berarti...)" Kataku.

"YA! Jirou mungkin terlibat." Kata Asuka-san.

"Tapi, mengapa anaknya tiba-tiba menghilang?" Tanyaku dengan heran.

"Setahuku, kemarin Dayoto itu merencanakan pertemuan dengan saingan perusahaan otomotifnya, Danho." Kata Asuka-san.

"Apakah itu berarti bahwa Danho terlibat dalam hilangnya putri dari Dayoto?" Tanyaku.

"Hmmm, aku masih belum bisa menyimpulkan itu. Jika memang Danho bermaksud jahat, jika mereka melakukan tindakan ini, menurutku terlalu gegabah." Kata Asuka-san.

"Jadi, bukan Danho pelakunya?" Tanyaku.

"Aku belum bisa mengatakan bahwa Danho tidak sepenuhnya bersalah." Kata Asuka-san.

TRIT... TRIT... Tiba-tiba terdengar suara seperti itu. Aku berusaha mencari asal sumber bunyi itu. Asuka-san mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Rupanya telpon selular miliknya. Ia melihat sesuatu di layar telpon selular miliknya, kemudian dia mengangguk-angguk seolah-olah dia menyadari sesuatu.

"Baiklah, urusan Jirou, serahkan padaku Houzuki. Untukmu, aku punya tugas yang lebih penting." Kata Asuka-san sambil membanting telpon selular miliknya ke meja.

Asuka-san segera mengeluarkan isi bungkusan yang diterimanya dari Sayama. Hmmm, ternyata isinya bukan dokumen, melainkan suatu perangkat yang ukurannya kecil-kecil dan bentuknya berbeda-beda.

"Pinjam salah satu jarum milikmu, Houzuki." Kata Asuka-san.

Aku mengeluarkan salah satu jarum milikku, dan menyerahkannya kepada Asuka-san. Asuka-san segera mengambil jarum milikku, dan kemudian ia memintaku menunggu diluar sebentar. Hmm, sepertinya apa yang hendak dilakukan olehnya cukup rahasia. Aku menurutinya dan keluar dari ruangan kerjanya.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, Asuka-san sudah memanggilku kembali ke dalam ruangannya. Aku melihat benda-benda yang tadinya merupakan komponen kecil-kecil itu sudah berubah menjadi pistol. Jarumku ada disebelah pistol itu.

"Tolong antarkan ini ke tempat Qing Long." Kata Asuka-san sambil meletakkan pistol itu ke tangan kiriku.

"Gunakan ini, hanya sebagai jalan terakhir saja jika kamu betul-betul sudah kepepet. Selain itu, lindungi benda ini dengan tubuhmu." Kata Asuka-san sambil menyerahkan jarum yang tadi kuberikan ke tangan kananku.

Hmmm, apakah Asuka-san hendak mengirimkan pistol pengekstrak zat narkotika ini secara mendadak, sehingga meningkatkan tingkat keberhasilannya? Lalu, jarum yang tadi kuberikan ini hanya digunakan untuk jalan terakhir saja? Apa maksudnya ya?

"Terima kasih Houzuki karena kamu tidak bertanya, karena aku tidak bisa memberikan jawaban apapun. Kamu akan mengirimkannya sendirian untuk mengurangi kecurigaan Hikari, Kage, ataupun pihak lain." Kata Asuka-san sambil memegang pundakku.

Aku menganggukkan kepalaku. Jangan khawatir, Asuka-san. Akan kulakukan sebaik mungkin.

"Tempat itu berbahaya. Pastikan kamu selalu berhati-hati. Pesan dan doaku, tolong pulanglah dengan selamat." Kata Asuka-san.

"Baik, Asuka-san. Tenang saja, akan kulakukan perintahmu dan memastikan keberhasilan dari perintahmu ini dengan nyawaku." Kataku dengan yakin.

"Terima kasih, Houzuki. Sekarang, pergilah." Kata Asuka-san.

Aku segera berbalik badan untuk keluar dari ruangan ini.

"Satu lagi, Houzuki. Rahasiakan ini dari siapapun, termasuk dari Sasuke atau Jirou seandainya kamu bertemu dengannya di tengah jalan." Kata Asuka-san.

Aku mengerti, dan tidak memberikan jawaban apapun kepada Asuka-san. Aku segera menyembunyikan pistol dan jarum itu ke dalam tubuhku, kemudian keluar dari ruangan Asuka-san. Aku langsung melangkah keluar markas tanpa menoleh sedikitpun kearah teman-temanku.

Setelah sampai diluar, aku segera menempuh jarak yang sama seperti jarak yang ditempuh oleh kurir yang membawa pistol prototipe itu, karena memang jalur itu yang harus ditempuh untuk sampai ke tempat pertemuan dengan Qing Long. Ya, melewati jalur Ginza yang sangat ramai itu. Aku telah sampai pada lokasi dimana kurir kami diserang oleh Kage. Tapi, di tempat ini aku tidak merasakan aura membunuh sedikitpun. Apakah artinya aku sedang tidak diikuti oleh siapapun? Tapi, aku tetap harus berhati-hati. Pihak Hikari memiliki mata-mata yang tangguh seperti dokudan no Matsuyama. Akan tetapi, aku memang tidak merasakan aura miliknya disini.

Aku terus berjalan, hingga tinggal seratus meter lagi menuju tempat Qing Long. Mafia-mafia milik Qing Long yang menyamar sebagai warga sipil biasa sudah berjaga di tempat itu. Mereka pasti menyadari aura ki milikku yang teratur ini, tidak seperti orang-orang biasa pada umumnya. Mereka langsung mendatangiku, dan berbicara dalam Bahasa Mandarin sambil menodongkan pistol secara sembunyi-sembunyi ke perutku. Aku hanya menghela napasku, kemudian menyingkirkan pistol itu dari perutku. Kemudian, aku mengeluarkan pistol pengekstrak narkotik yang aku sembunyikan dalam pakaianku. Penjaga yang melihat pistol yang kutunjukkan itu, langsung mengeluarkan telpon selularnya, dan menekan sesuatu di telpon selularnya.

Tidak lama kemudian, teman-temannya pun berdatangan. Si penjaga tadi berbicara kepada teman-temannya dalam Bahasa Mandarin. Kemudian, salah satu temannya memberi isyarat padaku untuk mengikutinya. Kami berjalan menuju kediaman pimpinan utama dari Qing Long.

Kediaman Qing Long ini sangatlah mewah. Tipikal mafia kaya yang suka bermewah-mewah. Aku mengikuti anak buahnya, sampai akhirnya aku disuruh duduk di sofa panjang yang ada di suatu ruangan. Setelah menunggu kira-kira lima menit, seseorang yang sepertinya cukup mereka segani datang dan duduk di sofa pendek dihadapanku. Pria itu berwajah garang sekali dan menghisap cerutu. Dari aura yang dipancarkan olehnya, sepertinya jika aku bertarung melawannya, belum tentu aku bisa menang. Pria itu mengulurkan tangannya untuk meminta pistol itu dariku. Aku langsung menyerahkan pistol itu kepadanya.

Setelah mendapatkan pistol itu, ia melihat-lihat seluruh sisi pistol itu. Pada akhirnya, ia mempreteli pistol itu dan sepertinya sedang mencari-cari sesuatu dalam pistol itu. Setelah terus mempretelinya, sepertinya ia menemukan sesuatu yang ia cari. Ia mengambil sesuatu dari dalam pistol yang sudah ia preteli itu. Sebuah komponen berbentuk seperti tabung yang memiliki banyak cabang. Kemudian, ia mengambil sesuatu dari kantongnya, yang ternyata adalah daun *****. Kemudian, ia memasukkan daun ***** itu melalui ujung komponen yang memiliki lubang cukup besar. Kemudian, ia meletakkan telapak tangannya di depan ujung tabung satunya lagi yang memiliki lubang jauh lebih kecil dari lubang tempat ia memasukkan daun *****. Tidak lama kemudian, keluarlah bubuk yang tidak berwarna dari ujung tabung satunya lagi itu. Ia memberikan bubuk itu kepada anak buahnya, yang langsung dicek secara seketika. Setelah itu, anak buahnya itu mengangguk kepadanya.

Kemudian, pria itu segera berdiri dan berjalan menjauhi kami. Saat sudah berada cukup jauh dari kami, ia memberikan suatu kode tangan yang langsung direspon oleh para anak buahnya yang masih berada didekatku. Dalam sekejap, aura membunuh para anak buahnya langsung menanjak. Heh, seperti yang sudah diingatkan oleh Asuka-san, tempat ini memang sangat berbahaya ya.

Tanpa menunggu mereka beraksi, aku langsung melempar dua jarumku ke dua dari antara mereka. Jarumku telak mengenai titik fatal di leher kedua orang itu. Mereka semua langsung tertegun. Aku pun merasakan aura mereka menjadi kacau sekali. Sepertinya, mereka yang tadinya yakin bahwa mereka akan menang, tetapi sangat kaget begitu didahului olehku dalam masalah penyerangan. Qing Long... Bisa-bisanya kamu hanya mengirimkan orang-orang amatiran ini untuk menghabisiku. Aku memanfaatkan kekagetan mereka untuk menghabisi lebih banyak lagi. Aku mengeluarkan jarumku, kali ini lima jarum. Aku langsung melompat salto ke udara, dan melempar kelima-lima jarumnya kearah lima orang lagi dan mengenai telak. Heh, tinggal tiga orang lagi.

Aku melihat salah satu dari mereka hendak mengeluarkan pistol dari kantong jas miliknya. Hmmm, baru-baru ini Sayama mengeluarkan teknologi baru, yaitu benang logam yang tidak mudah putus. Aku juga membawa jarum yang kuintegrasikan dengan benang logam itu. Aku baru pertama kali mencobanya, jadi sebetulnya cukup bahaya juga. Tapi, untuk lawan amatir seperti mereka, sepertinya tidak ada salahnya kucoba. Aku melempar jarum yang ujungnya sudah terikat dengan benang logam ke tangannya. Begitu jarum itu sudah menancap, aku segera menarik ujung benang yang kugenggam itu. Tarikan benangku sangat bertepatan dengan saat dimana ia akan menembak, sehingga haluan tangannya berubah, dan ia menembak temannya sendiri. Heh, rupanya berhasil percobaanku. Lain kali akan lebih kusempurnakan lagi.

Aku langsung maju sambil melompat dan melancarkan tendangan sabetan ke leher orang yang baru saja jadi korban jarum dan benangku. Tendanganku cukup telak dan berhasil mematahkan lehernya. Selebihnya, aku tinggal melempar jarum ke orang yang tersisa. Dan kini, selesai sudah. Aku tinggal mengejar orang yang tadi mengambil komponen dalam pistol tadi. Belum sempat aku menoleh kearah tempat ia pergi, aku mendengar suara tepuk tangan. Aku melihat kearah suara itu, dan tampaklah seorang pria berpostur tubuh sedang, berkulit putih, dan bermata sipit. Ia mengenakan pakaian congsam berwarna biru bergambar naga dan celana panjang hitam. Dari aura yang dipancarkan olehnya, aku tahu bahwa orang ini bukan orang biasa.

"(Chong ching chong chung chong chang...)" Kata orang itu dengan nada senang.

Uh, maaf, tapi aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.

"Aa, moushiwakearimasen watashi ha shitagatte anata ga chuugokugo wo hanasu koto ga dekinai, anata ga nihonjin dearu koto wo wasure. (Ah, maaf aku lupa bahwa kamu orang Jepang, karenanya kamu tidak bisa berbicara Bahasa Mandarin.)" Kata orang itu.

"Watashi ha Qing Long desu. (Aku Qing Long.)" Kata orang itu yang ternyata adalah Qing Long sendiri.

Oohh, jadi dia yang bernama Qing Long, yang merupakan pimpinan organisasi mafia Qing Long ini. Aku segera berjaga untuk mengeluarkan jarumku.

"Tobari no Anegawa Houzuki. Watashi ha anata ni tsuite kikimashita. Anata ha meikai de hijou ni yumei desu. (Houzuki Anegawa, si jarum terbang. Aku pernah mendengar tentang dirimu. Kamu sangat terkenal di dunia bawah.)" Kata Qing Long.

"Tokorode, hitsuyou ga totemo shubi ga nai you ni. Kekka ni taishite onaji ni narimasu. Anata no shi. (Oh iya, tidak perlu terlalu berjaga diri begitu. Karena hasilnya akan tetap sama saja, yaitu kematianmu.)" Kata Qing Long sambil tersenyum dan pergi dari ruangan besar ini.

Tiba-tiba, beberapa segmen langit-langit ruangan ini terbuka, dan banyak orang berbaju hitam turun dari langit-langit. Jumlah mereka sekitar tiga puluh orang lebih. Mereka bersenjata. Ukh, aku kalah jumlah. Untungnya aku tipe petarung jarak jauh, paling tidak mempunyai keuntungan yang lebih dibandingkan dengan petarung jarak dekat.

Mereka semua maju secara serentak kearahku. Aku bisa merasakan bahwa mereka lebih kuat dari para mafia yang baru saja kulumpuhkan tadi. Tapi sayangnya, mereka hanya sedikit lebih kuat, belum cukup kuat untuk menghindari jarumku. Aku tidak punya cara lain selain menggunakan taktik berjibaku melempar jarum tanpa henti. Aku melempar jarum secepat mungkin dan sebanyak mungkin. Sejauh ini, tidak satupun jarumku yang meleset. Semuanya telak mengenai titik fatal di leher dan kepala mereka. Aku melempar... melempar... mengambil jarum dari kantong persediaan jarumku... dan kembali melempar... dan terus melempar.

Setiap kali melempar jarum, aku selalu menghitung. Sejauh ini, sudah dua puluh orang yang kulumpuhkan. Berarti harusnya tinggal belasan orang lagi. Jarumku juga masih berjumlah sekitar dua puluh. Akhirnya, setelah terus melempar, semuanya pun tumbang. Huff, untunglah. Jarumku juga tinggal sedikit. Tapi, dari langit-langit tadi tempat mereka semua muncul, turunlah gelombang kedua yang kira-kira jumlahnya sama seperti tadi. Cih, melempar jarum sepertinya bukan pilihan. Tidak ada cara lain selain kuhadapi dengan menggunakan jarum sebagai alat pertarungan jarak dekat. Aku melengkapi tanganku dengan jarum. Pas ada enam. Aku mengapit keenam jarumku dengan sekat diantara jari-jari tanganku, masing-masing sekat mengapit satu jarum.

Kini aku bertarung jarak dekat dengan menggunakan enam jarum ditanganku layaknya seperti cakar. Salah satu dari mereka menusukkan tongkat kepadaku. Aku langsung menghindarinya dengan membelokkan tubuhku, yang kumanfaatkan juga untuk maju dan menusukkan "cakar"ku ke jantung orang itu. Satu tumbang. Satu orang lain menyerangku dengan pisau, sementara ada orang lain juga yang menyerangku menggunakan celurit dari arah yang berlawanan. Aku menjongkokkan kakiku untuk menghindari serangan pisau. Kemudian, dari posisiku yang berjongkok, aku langsung melompat sambil menyabetkan "cakar" tangan kananku, dan mencabik daging si orang berpisau dari perut kiri bawah, sampai ke pundak. Dalam posisi masih mengudara karena melompat, aku menahan serangan clurit dengan "cakar" tangan kiriku, dan memanfaatkan clurit itu sebagai tumpuan untuk kemudian menusukkan "cakar" tangan kananku ke leher si orang berclurit itu. Total, sudah tiga tumbang.

Aku melihat kiri kananku untuk melihat sekelilingku. Ruangan ini berbentuk persegi panjang yang sangat luas. Aku segera melompat kebelakang hingga aku mencapai salah satu sudut dari ruangan ini. Ketika aku hanya sendirian, aku harus menjaga titik belakangku. Dengan berada di sudut ruangan, paling tidak titik-titik serangan yang harus kuantisipasi bisa kujangkau dengan kedua mataku. Untungnya ruangan ini beratap rendah, sehingga tanpa perlu melihat keatas pun aku sudah bisa melihat langit-langit.

Mereka semua maju dari arah kiri dan kanan. Aku menghindari serangan salah satu orang yang paling dekat denganku dengan menjongkokkan kakiku. Dari posisi jongkok, aku langsung melompat sambil menyabetkan "cakar" tangan kananku melewati perut orang itu. Tidak berhenti sampai disitu, aku terus berlari sambil menyabetkan "cakar" tangan kananku ini melewati perut siapa saja yang bisa kuraih. Ketika sampai di barisan orang paling terakhir, aku melompat salto kedepan sambil menggoreskan "cakar" tangan kananku ke orang yang ada di barisan paling terakhir itu. Kalau tidak salah menghitung, sepanjang aku berlari seperti Wolverine tadi, aku sudah melumpuhkan sekitar lima orang. Berarti, total delapan sudah tumbang.

Kini, aku telah berada di sudut ruangan yang berseberangan dengan sudut tempat aku berdiri tadi. Kini, mereka lebih mengambil jarak dariku. Sepertinya, kini mereka lebih berhati-hati. Kletek... kletek... Begitulah suara yang kudengar dari bawah kakiku. Saat kulihat sumber suara itu, ternyata granat! Gawat! Tapi belum sempat aku menghindar, granat itu sudah meledak. Tapi bukan ledakan api yang timbul, melainkan ledakan gas. Untunglah aku bereaksi cepat dengan menahan napas. Aku tidak punya waktu, aku harus segera lari dari tempat ini. Jarak pintu keluar dengan tempatku berdiri adalah sekitar dua puluh meter. Aku segera berlari sambil melompat-lompat kearah pintu keluar. Tapi tiba-tiba, ada seseorang yang menangkapku dan kemudian memukul pundakku dengan keras. Gawat, telak sekali pukulannya kearah titik yang mampu membuat orang pingsan. Aku sempat melihat kebelakang untuk melihat pelakunya. Ah... Mustahil... Dia... Apakah dia bekerja untuk Qing Long?? Lama-lama, kesadaranku semakin hilang, hingga akhirnya aku betul-betul pingsan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd