Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

Bimabet
Wahahaha
Beneran modar kali yah?
Eh tapi di cerita sebelumnya,sempet dikira modar.
Beneran modar ga ya kali ini?

Hmmm. Kok Ebai bisa jadi Abby?


Blom liat jent vs myth masa udh modar suhu :pandajahat:

Ya kali aj nama abby dplesetin jdi ebai gtu:pandaketawa:
 
Wahahaha
Beneran modar kali yah?
Eh tapi di cerita sebelumnya,sempet dikira modar.
Beneran modar ga ya kali ini?

Hmmm. Kok Ebai bisa jadi Abby?

Blom liat jent vs myth masa udh modar suhu :pandajahat:

Ya kali aj nama abby dplesetin jdi ebai gtu:pandaketawa:

setuju ama suhu multizone, jent vs myth nya ceritain dulu suhu baru di modarin gapapa..
:Peace:
 
EPISODE 11 : Clash

Scene 1

"Gokusenshi" Jirou Nakata



Kiriko Dayoto



"Senshi no Oujo" Kagura Nakagawa



Aku terbangun di suatu tempat. Aku berusaha melihat-lihat tempatku berada. Sebuah kamar yang berukuran kira-kira tiga puluh meter persegi. Di kamar ini tidak ada jendela sama sekali, sehingga aku tidak tahu apakah sekarang ini siang atau malam. Aku ingat, waktu itu di Crowne Plaza, aku dan Kiriko-san hendak bertemu dengan pihak Danho untuk membahas kerjasama antara Dayoto dan Danho. Akan tetapi, tiba-tiba kami diserang oleh pihak yang tidak jelas. Di akhir pertarungan, kami berdua dibius dengan kloroform gas, dan akhirnya kami berdua pun tertidur.

Kedua tangan dan kakiku dalam keadaan terikat sehingga aku tidak bisa bergerak bebas. Tidak lama kemudian, masuklah seseorang berwajah oriental dan dua orang berpakaian jas rapi dan kacamata hitam. Aku menebak, sepertinya seseorang berwajah oriental ini memiliki posisi tinggi, sementara dua orang lainnya adalah bodyguard.

"Watashitachi ha anata no tame ni shigoto wo shite imasu. (Kita punya pekerjaan untukmu.)" Kata orang berwajah oriental itu.

Aku hanya diam saja.

"Dayoto Oki wo koroshimasu. (Bunuh Dayoto Oki.)" Kata orang berwajah oriental itu.

"Dono you ni watashi ha anata wo korosu ni tsuite? (Bagaimana jika aku membunuhmu?)" Tanyaku.

"Konoo... (Kamuu...)" Kata orang berwajah oriental itu.

"Matte. Watashi ha kare ni hanashite mimashou. (Tunggu. Biar aku berbicara kepada orang itu.)" Kata suara seorang wanita dari luar. Suara ini sangat kukenali.

Kemudian, masuklah seorang wanita yang ternyata adalah... Dayoto Kiriko-san. Hmmm? Ada apa ini sebetulnya? Kemudian, ia duduk dihadapanku. Kemudian, ia memberi tanda kepada mereka semua, sehingga mereka semua kini keluar dari ruangan ini.

"Jirou. Watashi ha, kore ha hijou ni konran shite iru shitte imasu. Shikashi, watashi ni mimi wo katamukemasu. (Jirou, aku tahu ini cukup membingungkan bagimu. Tapi, dengarkanlah aku dulu.)" Kata Kiriko-san.

"Watashi ga kiite iru, Kiriko-san. (Aku mendengarkan, Kiriko-san.)" Kataku.

"Sore ha watashi no chichi ni tsuite desu. Watashi ha osorete, kare ha amarini mo kare ga motte iru chikara ni yotte shouhi sarete imasu. Watashi ha hountou ni kare wo tasuketai to omou riyuu desu. (Ini tentang ayahku. Sepertinya, ia terlalu dibutakan oleh kekuasaan yang ia miliki. Karena itu, aku ingin sekali menolongnya.)" Kata Kiriko-san.

Terlalu dibutakan oleh kekuasaan? Sepertinya ada yang aneh. Yang kulihat bukanlah seperti itu.

"Naze Kiriko-san ha sore wo iu nodesu ka? (Mengapa Kiriko-san berkata seperti itu?)" Tanyaku.

"Sore ha hountou ni okoru mono dakara desu. (Karena itulah yang sebetulnya terjadi.)" Kata Kiriko-san.

"Jirou saa. Watashi ha hontou ni chichi wo tasukeru tame ni anata no tasuke ga hitsuyou. (Ayo, Jirou. Aku sangat membutuhkan tenagamu untuk menolong ayahku.)" Kata Kiriko-san.

"Kiriko-san, watashi ha tashika ni jibun jishin wo shitai to omoi. (Kiriko-san, aku ingin memastikannya sendiri terlebih dahulu.)" Kataku.

"Watashitachi ha ouku no jikan wo motte imasen. Chichi ha sugu ni teishi suru hitsuyou ga arimasu. (Kita tidak punya banyak waktu, Jirou. Ayahku harus segera dihentikan.)" Kata Kiriko-san.

"Nani ga machigatte iru baai ha? (Bagaimana jika anda salah?)" Tanyaku.

Kemudian, Kiriko-san berdiri dan kemudian berjalan kearahku. Setelah sampai didepanku, ia mendekatkan bibirnya ke bibirku, dan kemudian mencium bibirku. Aku betul-betul kaget dengan apa yang sedang Kiriko-san lakukan kepadaku. Aku merasakan bibir Kiriko-san yang begitu kenyal, hangat, dan lembut. Bibir Kiriko-san itu sekarang sedang melumat bibirku. Kedua lengan Kiriko-san pun mulai memeluk leherku. Aku betul-betul hampir tidak kuasa menahan perlakuannya kepadaku.

Akan tetapi, tiba-tiba kesadaranku muncul. Aku langsung menjauhkan kepalaku dari kepalanya, sehingga bibir kami sekarang tidak lagi bersatu.

"Naze Kiriko-san ha kore wo yatte iru? (Mengapa anda melakukan hal itu, Kiriko-san?)" Tanyaku.

Kemudian, Kiriko-san membuka seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya. Dalam sekejap saja, tubuhnya sudah tidak terlindungi oleh sehelai benang pun. Aku melihat tubuhnya yang sangat indah. Ia tidak terlalu kurus, akan tetapi tubuhnya boleh dikatakan proporsional. Buah dadanya begitu putih dan bulat, dilengkapi dengan puting susu yang indah dan berwarna merah muda. Perutnya tidak langsing. Aku bisa melihat sedikit lemak menyatu dengan perutnya. Tapi, tetap saja tidak mengurangi keindahan perutnya itu. Selangkangannya ditumbuhi oleh rambut-rambut yang halus dan terawat rapi. Lubang kemaluannya pun menonjol dengan indah. Ah, dalam sekejap, konsentrasiku langsung buyar semua.

Dalam keadaan telanjang, Kiriko-san langsung mendekatiku. Ia mengambil sebuah pisau dari dalam kantong celana panjangnya yang kini sudah berada dilantai. Dengan pisau itu, ia memotong tali yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kakiku. Kemudian, ia kembali melumat bibirku dengan halus. Saking halusnya, aku tidak bisa menahan diri untuk menikmati kenikmatan yang diberikan oleh Kiriko-san. Lidah milik Kiriko-san sudah menelusup kedalam rongga mulutku, dan kini menggelitik seluruh rongga mulutku.

Tangan Kiriko-san menggapai tangan kiriku, kemudian ia mengarahkan tangan kiriku untuk menggenggam buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan buah dada Kiriko-san yang begitu pas di genggamanku. Tubuhnya memang sangat indah. Akibat permainan lidahnya yang semakin menggila, konsentrasiku betul-betul semakin buyar.

Aku berusaha mengumpulkan seluruh kesadaranku, tapi percuma saja karena pikiran dan tubuhku tidak mendengarkan kesadaranku. Tubuhku bergerak sendiri, sementara pikiranku semakin kabur karena digantikan oleh perasaan membara yang terus membakar kesadaranku ini.

Aku merasakan tangan kanan Kiriko-san berusaha masuk menelusup ke dalam celana panjang yang kukenakan ini. Tidak lama waktu yang dibutuhkan oleh tangan kanan Kiriko-san untuk menggapai dan menggenggam barang milikku yang paling pusaka. Tidak hanya menggenggam, tapi tangan kanan Kiriko-san juga mengocok-ngocok barang milikku yang paling pusaka itu. Mengocoknya juga tidak asal-asalan, melainkan sangat telaten.

Perlakuan Kiriko-san sekarang kepadaku makin membuat pikiranku tidak karuan. Bibirku mulai refleks membalas ciumannya, tangan kiriku mulai refleks meremas-remas buah dada kanannya, sementara pikiranku mulai menikmati kocokan tangan kanannya di barang pusaka milikku. Aku juga merasakan napas Kiriko-san semakin terengah-engah. Desahan kecil pun mulai keluar dari mulutnya yang kini menyatu dengan mulutku.

Mendengar desahannya itu, aku tiba-tiba teringat momen-momen masa lalu bersama Kiriko-san. Aku mengenal Kiriko-san saat ia masih kecil. Dan sekarang, ia sudah sebesar ini, bahkan sedang bercumbu denganku. Dari situ, aku teringat akan Dayoto-san. Kebaikannya, kepercayaannya kepadaku, dan juga jasa-jasanya bagiku yang bukan siapa-siapa ini. Semua itu membuat pikiranku kembali sadar. Aku langsung menghentikan cumbuanku dengan lembut, dan aku langsung menarik diriku dari Kiriko-san.

"Iie, Kore ha hontou ni futekisetsu desu, Kiriko-san. (Tidak. Ini sangat tidak pantas, Kiriko-san.)" Kataku.

"Iie. Sore ha, Jirou anata de areba, watashi ha daijoubu desu. (Tidak. Aku tidak apa-apa jika itu kamu, Jirou.)" Kata Kiriko-san.

"Kiriko-san, anata no otousan ha anata ga hountou ni itta koto dearunaraba, watashitachi ha anata no otousan ni itte mimashou, sore ni tsuite hanashimasu. (Kiriko-san, jika ayahmu betul-betul seperti yang kamu katakan tadi, mari kita bersama-sama menemuinya dan membicarakan hal ini.)" Kataku.

"Sore ha fukanouda, to chichi ha kiku koto ha arimasen. (Percuma saja, dia tidak akan mendengarkan.)" Kata Kiriko-san.

Aku mulai membaca sesuatu yang aneh dari situasi tempatku sekarang berada. Menurutku, Dayoto-san bukan orang yang otoriter begitu. Ia selalu mendengarkan pendapat orang lain, tapi memang tidak serta merta diterima begitu saja. Ia selalu menyaring mana yang menurutnya baik, dan mana yang tidak. Aku sudah mengenal dan bekerja pada Dayoto-san selama belasan tahun, jadi aku tahu persis bagaimana karakteristiknya.

"Watashi ha Kiriko-san ga ima, arikara ni kangaete iru to ha omoimasen. (Aku rasa, sekarang ini Kiriko-san tidak berpikir dengan jernih.)" Kataku dengan tegas.

Kemudian, Kiriko-san berdiri, dan kembali mengenakan seluruh pakaiannya. Setelah ia mengenakan seluruh pakaiannya, ia melancarkan pukulan ke wajahku dengan sangat keras. Aku tidak terlambat bereaksi dan sudah sempat mengalirkan tenaga ki milikku ke wajahku sebagai pertahanan, tapi pukulan Kiriko-san cukup kuat sehingga membuatku terjatuh.

"Dono you ni anata ga yatte iru koto no ato to iu aete! (Berani-beraninya kamu berkata demikian setelah apa yang telah kau perbuat!)" Kata Kiriko-san dengan marah.

Tiba-tiba, terdengar suara dua benda yang saling membentur secara sayup-sayup. Suara ini... suara tepukan tangan seseorang. Letaknya cukup dekat... ya, dibalik pintu di belakang Kiriko-san.

"Bravo... bravo... Nakata Jirou-san." Kata seseorang dibalik pintu itu.

Kemudian, pintu itu terbuka. Wajah yang tidak asing. Dia adalah Takeshi Matsumoto, tangan kanan dari pengusaha otomotif raksasa Danho. Apakah ini berarti bahwa Danho-lah yang terlibat atas penyerangan terhadap kami berdua di Crowne Plaza?

"Sore ha anata no sonshitsu de aru you ni miemasu, Kiriko. (Sepertinya ini kekalahanmu, Kiriko.)" Kata Takeshi.

Kemudian, Kiriko-san berjalan kearah orang itu, kemudian menamparnya dengan keras.

"Watashi ga hanashi wo suru anata ni kyoka wo ataeru oboete imasen. (Aku tidak ingat pernah mempersilakan kamu berbicara.)" Kata Kiriko-san.

Takeshi hanya diam saja. Kemudian ia menangkap tangan kanan Kiriko-san dengan cepat. Kiriko-san sepertinya cukup terkejut dengan kecepatan tangan Takeshi.

"Anata no yarikata wo mitte. Ore ga sukinara, ore ha anata wo reipu suru buka no subete wo yobidasu koto ga dekimasu. (Jaga sikapmu. Jika aku mau, aku bisa memanggil seluruh anak buahku untuk memperkosa dirimu.)" Kata Takeshi.

"Watashi ha koko ni imai ma. (Selama aku masih disini, tidak akan bisa.)" Kataku.

"Bravo... Nakata Jirou-san. Soshite, baka da yo! Omae ha kanojo ga yarou to shite iru monodeatte mo ninshiki shite imasu ka? (Bravo... Jirou Nakata-san. Dan juga, bodoh! Apakah kamu tidak tahu apa yang hendak ia lakukan?)" Tanya Takeshi.

Aku hanya diam saja.

"Kanojo ha jibun no tame ni kanojo no chichi kaisha wo toru shiyou to shite imasu. (Dia berusaha mengambil alih kekuasaan ayahnya untuk dirinya sendiri.)" Kata Takeshi.

"Soshite, watashi ha anata wo shinjiru you ni to omoimasu ka? (Dan, apakah aku harus mempercayaimu?)" Tanyaku.

"Anata ha amarini mo ooku no hanashimasu yo, Takeshi. (Kamu terlalu banyak bicara, Takeshi.)" Kata Kiriko-san.

Hmm, jadi apa yang dikatakan Takeshi itu benar ya. Pantas saja aku menduga ada yang aneh dengan Kiriko-san. Tiba-tiba, masuklah seseorang ke ruangan tempat kami berada. Dari perawakan dan penampilannya, aku menduga dia adalah salah satu anak buah Takeshi. Kemudian, ia membisikkan sesuatu kepada Takeshi. Setelah itu, ia menganggukkan kepala kepada anak buahnya itu, lalu anak buahnya segera bergegas keluar dari ruangan ini.

"Yorokonde, keisatsu ha kono basho wo hakken shi, koko ni karena no houhou ni shite imasu. (Berbahagialah, polisi sudah menemukan tempat ini dan sedang dalam perjalanan menuju kemari.)" Kata Takeshi.

Cih, polisi. Jika aku rakyat sipil biasa, mungkin hatiku sudah lega. Tapi, aku adalah broker dunia bawah, musuh para penegak hukum. Kalau hanya polisi biasa, mungkin aku bisa mengatasinya. Tapi jika yang datang adalah Hikari, atau lebih parahnya anggota sansaikou no masayoshi, akan merepotkan.

"Yoku shite, watashi ha watashi no kyuuka wo toranakereba narimasen. (Baiklah, aku akan pergi dari sini.)" Kata Takeshi sambil melangkah menuju pintu.

Aku segera berdiri dan hendak mengejarnya. Akan tetapi, Kiriko-san langsung menangkap pergelangan tanganku, dan membantingku ke lantai.

"Doushite, Kiriko-san? (Mengapa, Kiriko-san?)" Tanyaku.

"Anata ni ha kankei no nai koto desu. (Ini bukan urusanmu.)" Kata Kiriko-san.

"Yoku, watashi ha anata ga keisatsu wo taosu no ni juubun na tsuyoda negatte imasu. (Yah, kuharap kamu cukup kuat untuk melawan polisi.)" Kata Kiriko-san.

"Na... nani suru... (A.. apa yang...)" Kataku.

Kemudian, Kiriko-san keluar dan menutup pintu. Aku segera bangkit berdiri, dan mencari tongkat yang bisa kugunakan untuk lari dari masalah ini. Setelah aku mencari-cari ke seluruh ruangan ini, aku menemukan tongkat milikku di dalam lemari di ruangan ini. Hmmm, mengapa mereka meletakkan tongkatku di tempat yang mudah seperti lemari ini? Tapi aku tidak punya waktu.

"TASUKETE! DAREKA GA WATASHI WO REIPU SHIYOU TO SHITE IMASU! (TOLONG! SESEORANG HENDAK MEMPERKOSAKU!)" Terdengar suara teriakan Kiriko-san.

Aku segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Ka... kare da! Watashi wo tasukete... (Di... dia orangnya! Tolong aku...)" Kata Kiriko-san sambil menunjuk diriku. Aku melihat ada seseorang dibalik tubuh Kiriko-san. Tapi, aku tidak bisa melihat siapa dia karena wajahnya tertutup oleh tubuh Kiriko-san.

"Anata ha ima, anzen desu, shinpaishinai de kudasai. (Kamu aman sekarang, jangan khawatir.)" Kata orang yang berdiri dibalik tubuh Kiriko-san.

Mustahil... suara ini...

Kemudian, Kiriko-san berjalan memutari orang itu, dan keluar dari gedung yang bentuk interiornya seperti hotel kecil ini. Aku sempat melihat Kiriko-san memasuki mobil yang sudah terparkir di depan bangunan ini. Dan sekarang, orang yang tadi berbicara kepada Kiriko-san, sudah berdiri di hadapanku. Aku berusaha mengkonfirmasi siapa orang itu, dan ternyata... orang itu memang tidak salah lagi adalah orang yang sangat kukenal.

"Senshi no oujo, Nakagawa Kagura. (Si petarung wanita, Kagura Nakagawa.)" Kataku.

"Yoku-yoku, sou meika burooka ha hentai yarou ni narimashita. (Wah-wah, rupanya si broker dunia bawah sudah berubah menjadi seorang mesum.)" Kata Kagura.

Ya, Kagura Nakagawa, atau sering dikenal dengan Senshi no oujo, yang artinya adalah wanita petarung. Dia adalah salah satu anggota sansaikou no masayoshi dari Hikari. Kemampuan bertarungnya sudah dikenal di dunia bawah. Jika bertemu langsung dengannya, orang-orang merekomendasikan untuk sebisa mungkin menghindar, karena kemampuan bertarungnya sangat tangguh. Hanya Asuka-san lah yang berani mengatakan bahwa ia selalu ingin bertarung dengannya. Hehehe, tolong biarkan aku mendahuluimu untuk bertarung dengannya.

Kemudian, Kagura berlari kearahku. Kecepatan larinya patut untuk mendapatkan penghargaan. Kemudian, ia menumpukan satu tangannya ke lantai, kemudian memanfaatkan tumpuan tangannya dan melancarkan tendangan berputar kaki kanan kearahku. Aku langsung menggunakan tongkatku untuk menangkis tendangannya. KRAAKK... Kaki kanannya membentur tongkatku dengan keras. Seandainya tongkatku ini tidak dialiri oleh tenaga ki, mungkin tongkatku sudah retak. Sambil tetap menahan tendangannya, aku menumpukan tongkatku ke lantai, agar aku bisa mengudara menggunakan tumpuan tongkatku.

Dalam sekejap, aku sudah melompat ke udara. Di udara, sambil tetap berpegangan pada tongkatku, aku segera memutar tubuhku keatas, dan kemudian melancarkan tendangan tusukan kearah tubuhnya. Ia menangkis tendangan tusukanku dengan tangan kirinya. Kemudian, ia mengenggam pergelangan kaki yang tadi ia tangkis, dan menarik tubuhku kebawah. Aku segera mengenggam tangan kiriku ke tongkatku sehingga kini kedua tanganku berpegangan pada tongkatku. Kemudian, aku mengayunkan tubuhku. Dengan memanfaatkan tenaga ayunan tubuhku, aku berhasil membuatnya terlempar karena ia mengenggam pergelangan kakiku.

Kini, ia terpental dan kepalanya hendak menghantam tembok. Akan tetapi, ia berhasil memutar tubuhnya sehingga kini kakinya berada dibelakang. Dengan posisi itu, ia mendaratkan kakinya di tembok, dan kemudian menendang kakinya ke tembok sehingga ia kini mendapatkan momentum yang sangat tinggi kearahku. Dengan momentum yang sangat tinggi itu, ia hendak melancarkan tinju dengan tangan kirinya. Cepat sekali, sepertinya ini akan sangat sulit untuk dihindari. Aku memanfaatkan tongkatku yang masih tertumpu di lantai, dan memutar tubuhku menggunakan tongkat itu sebagai tumpuan. Kemudian, aku melancarkan tendangan dengan menggunakan kedua kakiku. Akan tetapi, Kagura lebih cepat berkat momentum yang ia dapatkan. Ia berhasil meninju pipi kananku dengan tangan kirinya. Akan tetapi, kedua kakiku juga berhasil mendaratkan tendangannya ke perutnya.

Mendapat serangan dari masing-masing lawan kami, kami terjatuh. Ukh, pukulannya boleh juga. Aku merasakan sakit yang membuat kepalaku benar-benar pusing. Aku berusaha untuk bangun secepat mungkin untuk mengantisipasi serangan yang mungkin datang darinya. Setelah kulihat, ternyata ia pun juga baru bisa bangun dari serangan yang kuberikan. Sepertinya, tendangan berputarku cukup telak mengenainya.

Kini, kami berdua sudah berhasil bangun dan berdiri. Aku merasakan rasa senang yang tinggi. Memang rasanya berbeda jika bertarung dengan lawan yang sepadan dibandingkan bertarung dengan orang yang sama sekali bukan lawanku.

"Watashi ha ureshii. (Aku senang.)" Kata Kagura.

"Watashi mo desu. Anata ha hontou ni tsuyoi tsuyoi desu ne. (Aku juga. Kamu kuat, sangat kuat.)" Kataku sambil tersenyum.

"Watashi ha watashi no kotoba ha, izen no baajon wo torimasu. Hentai yarou ha kono tsuyoi kamo shirenai houhou ha arimasen. Anata ha hountou ni gokusenshi no Nakata Jirou. (Aku tarik kata-kataku tadi. Tidak mungkin seorang mesum sehebat ini. Kamu betul-betul Jirou Nakata, si pendekar tongkat.)" Kata Kagura sambil tersenyum.

Aku tersenyum mendengarnya. Yah, kami memang bermusuhan. Tapi, kami saling menghormati satu sama lain sebagai pendekar.

"Watashitachi ha watashitachi no kokoro no tame ni tatakaumashou. (Mari kita bertarung demi kepuasan hati kita.)" Kataku sambil mencabut tumpuan tongkatku dari lantai.

"Aahh. (Iya.)" Kata Kagura sambil melepas kemeja dan celana panjangnya.

Kini ia memakai baju dan celana terusan ketat berwarna hitam. Sepertinya, kostum itu adalah kostum bertarungnya. Aku merasakan tenaga ki miliknya memancar keluar dengan hebat. Hebat, aku tidak menyangka seorang wanita memiliki tenaga ki sebesar ini. Tenaga ki miliknya hampir sekuat milik Asuka-san. Aku betul-betul merasakan kesenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
 
Scene 2

"Senshi no Oujo" Kagura Nakagawa



"Gokusenshi" Jirou Nakata



Aku telah sampai di hotel kecil yang diberitahu oleh Matsuyama. Hmmm, sepertinya hotel kecil ini tidak berpenghuni, sudah bangkrut kah? Sangat cocok dijadikan tempat untuk menyekap sandra penculikan. Aku segera memarkir mobilku, kemudian turun dan memeriksa keadaan sekitar. Sepi sekali, seolah-olah tidak ada kehidupan. Tanpa pikir panjang, aku mencoba masuk ke hotel kecil itu. Betul saja, sepertinya hotel ini memang bangkrut. Resepsionis hotel ini cukup berdebu dan tidak terawat.

"TASUKETE! DAREKA GA WATASHI WO REIPU SHIYOU TO SHITE IMASU! (TOLONG! SESEORANG HENDAK MEMPERKOSAKU!)" Terdengar suara teriakan seorang wanita.

Aku langsung bergegas menuju arah suara itu. Akan tetapi, belum sempat aku melangkah, terlihat seorang wanita berlari kearah tempatku berdiri. Hmmm, itu kan Kiriko Dayoto, putri satu-satunya Oki Dayoto yang menghilang itu. Rupanya benar dia diculik dan disekap di tempat ini.

"Watashi ha keisatsu desu. Kimi ha Dayoto Kiriko ka? (Aku polisi. Apakah kamu Kiriko Dayoto?)" Kataku.

"Hai, sou desu. Keisatsu ka? Youkatta desu ne. (Iya, betul. Polisi ya? Syukurlah.)" Kata Kiriko-san.

"Kiriko-san ha ima anzen desu. Nani ga okotta? Watashi ha Kiriko-san ga yukue fumei kikimashita. (Sekarang sudah aman, Kiriko-san. Apa yang terjadi? Aku dengar Kiriko-san menghilang.)" Tanyaku.

"Hai, watashi ha dareka ni yotte yuukai sareta, soshite sono hito ha watashi wo reipu shiyou to shite imasu. (Iya. Aku diculik oleh seseorang, dan orang itu berusaha memperkosaku.)" Kata Kiriko-san.

Aku merasakan seseorang muncul di belakang Kiriko-san, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena wajahnya tertutup oleh tubuh Kiriko-san yang sekarang sedang berdiri dihadapanku.

"Ka... kare da! Watashi wo tasukete... (Di... dia orangnya! Tolong aku...)" Kata Kiriko-san sambil menunjuk orang yang ada dibelakangnya.

"Anata ha ima, anzen desu, shinpaishinai de kudasai. (Kamu aman sekarang, jangan khawatir.)" Kataku.

Kemudian, Kiriko-san berjalan memutari tubuhku untuk keluar dari hotel kecil ini. Oh oh, aku tidak percaya siapa yang ada di hadapanku. Hari ini, aku gagal menangkap Houzuki Anegawa, si jarum terbang. Akan tetapi, salah satu temannya yang juga merupakan pelindung utama pimpinan Yami juga ada disini, Jirou Nakata, si pendekar tongkat. Heh, serendah itukah sekarang dia, sampai-sampai menculik dan hendak memperkosa seorang wanita yang lemah?

"Senshi no oujo, Nakagawa Kagura. (Si petarung wanita, Kagura Nakagawa.)" Kata Jirou.

"Yoku-yoku, sou meika burooka ha hentai yarou ni narimashita. (Wah-wah, rupanya si broker dunia bawah sudah berubah menjadi seorang mesum.)" Kataku.

Gokusenshi no Nakata Jirou, yang artinya adalah Jirou Nakata si pendekar tongkat. Aku tidak pernah bertarung langsung dengannya. Tapi setahuku, dia adalah petarung jarak dekat, yang menggunakan tongkat sebagai tumpuan untuk bisa bergerak lebih elastis, menguasai udara, dan menggunakan inersia dengan tongkatnya. Cukup sulit dilawan jika dilakukan dalam jarak dekat. Tapi, aku tidak punya pilihan lain, karena aku pun juga petarung jarak dekat. Satuan bersenjata dari Hikari yang berhadapan langsung dengannya, pasti pulang dengan babak belur dan patah tulang. Sepertinya cukup pantas untuk jadi lawanku.

Aku berlari kearahnya untuk memulai serangan terlebih dahulu. Ya, bukan gaya bertarungku untuk membiarkan orang memulai terlebih dahulu. Aku menumpukan satu tanganku kelantai, kemudian mengayunkan tubuhku untuk melancarkan tendangan berputar dengan kaki kananku. Tendanganku ini ditangkis dengan mudah menggunakan tongkatnya. Cih, kaki kananku yang kualiri tenaga ki ini tidak mampu mematahkan tongkatnya. Sepertinya ia juga mengalirkan tenaga ki miliknya ke tongkatnya ya?

Kemudian, ia menumpukan tongkatnya ke lantai, kemudian melompat ke udara sambil tetap berpegangan pada tongkatnya. Di udara, ia memelantingkan tubuhnya kearah atas, dan memanfaatkan momentum yang ia dapatkan untuk melancarkan tendangan tusukan kearahku. Aku segera menangkisnya dengan tangan kiriku, dan kemudian langsung menangkap pergelangan kakinya sesaat setelah aku menangkisnya. Aku menarik pergelangan kakinya ke bawah untuk memisahkan dia dari tongkatnya yang merepotkan itu. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Ia menggenggam tongkatnya dengan kedua tangannya, lalu mengayunkan tubuhnya. Tenaganya cukup kuat, sehingga aku pun terpental karena tadi aku menggenggam pergelangan kakinya.

Kini, aku terpental menuju tembok. Aku segera memutar tubuhku menggunakan tenaga pinggulku, sehingga kini kakiku yang menghadap tembok. Dengan posisi ini, aku mendaratkan kakiku ditembok, kemudian menendang tembok untuk mendapatkan momentum maju kearahnya. Dengan memanfaatkan tenaga momentum itu, aku melancarkan tinju dengan tangan kiriku. Dengan momentum begini, harusnya kekuatan tinjuku menjadi paling tidak dua kali lipat dari biasanya. Tapi, ia tidak menyerah begitu saja. Menyadari bahwa sepertinya tidak mungkin untuk menghindari tinjuku, ia segera memutar tubuhnya sekali lagi menggunakan tongkatnya yang masih tertumpu di lantai. Dengan kondisi seperti ini, kami sama-sama saling mendaratkan pukulan. Aku meninju pipi kanannya, sedangkan tendangan berputarnya mendarat di perutku.

Tendangannya cukup kuat, sehingga aku langsung terjatuh. Bukan hanya terjatuh saja, tapi perutku terasa sangat sakit akibat tendangannya itu. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan rasa sakit yang kudapat itu, dan bangkit berdiri. Kulihat, ia pun sudah berhasil bangun akibat tinjuku. Dari reaksi wajah dan tubuhnya, aku bisa menduga bahwa sepertinya tinjuku cukup telak menghantam pipi kanannya. Sepertinya ini tidak akan mudah, tapi aku begitu senang karena mendapatkan lawan yang kuat.

"Watashi ha ureshii. (Aku senang.)" Kataku.

"Watashi mo desu. Anata ha hontou ni tsuyoi tsuyoi desu ne. (Aku juga. Kamu kuat, sangat kuat.)" Jawab Jirou.

"Watashi ha watashi no kotoba ha, izen no baajon wo torimasu. Hentai yarou ha kono tsuyoi kamo shirenai houhou ha arimasen. Anata ha hountou ni gokusenshi no Nakata Jirou. (Aku tarik kata-kataku tadi. Tidak mungkin seorang mesum sehebat ini. Kamu betul-betul Jirou Nakata, si pendekar tongkat.)" Kataku.

Aku betul-betul jujur dengan perkataanku ini. Sepertinya, ada kesalahpahaman antara Jirou dan Kiriko-san tadi. Syukurlah, aku akan sedih sekali jika lawan yang kuat ini harus berubah menjadi seorang mesum yang biasanya lemah.

"Watashitachi ha watashitachi no kokoro no tame ni tatakaumashou. (Mari kita bertarung demi kepuasan hati kita.)" Kata Jirou sambil mencabut tumpuan tongkatnya dari lantai.

"Aahh. (Iya.)" Kataku.

Aku cukup kesulitan memakai kostum kerja seperti ini. Aku melepas kemeja dan celana panjangku, dan kini aku memakai kostum bertarungku, yaitu baju dan celana terusan ketat berwarna hitam. Aku hanya melepas kostum kerjaku dan menggunakan kostum ini jika aku sudah serius bertarung. Aku merasakan tenaga ki milik Jirou meluap. Sepertinya ia merasakan perasaan yang sama sepertiku, yaitu perasaan senang karena mendapatkan lawan yang sama kuat dengan diri kita masing-masing.

"Busou keikan ha yaku nijuu bu dekimasu. Karera ga kuru mae ni, watashi ha karera ga watashitachi no tatakai wo chuudan shitakunai no de, watashitachi ha watashitachi no tatakai wo shuuryou desu. (Para polisi yang bersenjata akan datang dalam dua puluh menit. Sebelum mereka datang, mari kita selesaikan pertarungan kita, karena aku tidak mau mereka mengganggu pertarungan kita.)" Kataku.

"Anata ha etsu, soredake no tatakai ga suki? (Kamu sangat suka bertarung ya?)" Tanya Jirou.

Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum. Melihat jawabanku, ia langsung memasang kuda-kudanya seperti seorang petarung tongkat, yaitu memegang tongkatnya dengan kedua tangannya dan mengarahkannya kepadaku.

"Shikashi, watashi wo shite imasu. (Tapi, begitu juga denganku.)" Kata Jirou.

Aku segera memasang kuda-kuda bertarungku, dengan tangan kananku kuletakkan mendatar menutupi dadaku sebagai pertahanan, dan tangan kiriku disebelah perut kiriku dengan tangan mengepal sebagai kuda-kuda serangan. Aku merasakan tenaga ki milik kami saling beradu, berusaha untuk menekan lawan kami. Akan tetapi, tenaga ki kami beradu dengan seimbang.

Aku segera maju berlari kearahnya. Kulihat ia segera bersiap-siap untuk mengantisipasi seranganku. Aku melancarkan serangan sliding dengan kaki kananku. Jirou langsung menghantamkan tongkatnya ke tanah untuk memukul tubuhku. Aku segera membatalkan serangan sliding dengan memutar tubuhku dilantai untuk menghindarinya. Memang serangan sliding sangat tidak diuntungkan jika lawan memiliki jangkauan serangan yang panjang, karena sliding memberikan banyak restriksi pada tubuh kita. Akan tetapi, tujuanku melancarkan serangan macam ini adalah untuk melihat gaya bertarungnya.

Dengan posisi masih terbaring di lantai, aku melancarkan tendangan sapuan dengan tangan kananku kearah perutnya. Dengan lihai, ia memutar arah tongkatnya untuk menangkis tendangan sapuanku. Kemudian, ia kembali memutar salah satu ujung tongkatnya kearah atas. Akibatnya, kakiku yang masih tertahan oleh tongkatnya membuat seluruh tubuhku terpelanting keatas. Saat berada di udara, aku memutar tubuhku untuk mendaratkan kakiku di lantai.

Setelah mendarat di lantai, aku langsung maju melancarkan tinju dengan tangan kananku. Ia kembali menangkisnya dengan tongkatnya yang diletakkan secara vertikal ke lantai. Kemudian, ujung tongkatnya yang berada ditanah langsung ia putar kearahku, sehingga ujung tongkatnya langsung memukul perutku. Cukup sakit rasanya. Tapi, aku bergelar senshi no oujo bukan karena mudah lumpuh oleh rasa sakit seperti ini. Dalam sekejap, aku sudah menemukan kelemahannya. Aku menggenggam tongkat yang sempat memukul perutku ini. Kemudian, sambil tetap menggenggam tongkatnya, aku terus maju. Setelah mendapatkan jarak yang cukup. Aku memutar tubuhku dan melancarkan tendangan tusukan ke dadanya. BRUAAK... Sepertinya tendanganku cukup telak sehingga membuat Jirou terpental beberapa langkah ke belakang.

"Inshou teki. Wazuka suubu no tatakai de ha, anata ha watashi no jakuten wo hakken shimashita. (Hebat. Hanya dalam beberapa menit bertarung, kamu sudah menemukan kelemahanku.)" Kata Jirou.

"Soshite, watashi ha sore wo shinjiru koto ni natte ndesu ka? (Dan apakah aku harus mempercayai ucapanmu?)" Tanyaku.

"Naze na no? (Mengapa begitu?)" Tanya Jirou.

"Watashi ha anata ga kanouna kagiri jinsoku ni watashitachi no tatakai wo shuuryou suru no de, enryo shinai iimasendeshita. (Bukankah sudah kubilang sebelumnya bahwa mari kita selesaikan pertarungan kita secepat mungkin, jadi jangan menahan kekuatanmu!)" Kataku.

"Hai. Watashi ha enryo shimasen. (Baiklah. Aku tidak akan menahan diri.)" Kata Jirou.

Kali ini, aku merasakan luapan tenaga ki yang luar biasa. Yah, aku pun tadi juga menahan diri untuk melihat kemampuannya. Aku pun kali ini juga akan serius. Tanpa memberinya banyak waktu, aku langsung maju kearahnya sambil melompat ke udara. Kali ini, dia menancapkan tongkatnya ke lantai, dan mulai mengangkat tubuhnya dengan bantuan tumpuan tongkatnya. Cih, rupanya dia memancingku ke udara ya? Memang, di udara begini, pastilah dia yang lebih diuntungkan berkat tongkatnya. Dengan tongkatnya, ia tinggal memanfaatkan kekuatan putaran tubuhnya, dengan demikian ia mendapatkan gerakan yang bebas di udara. Kurasa tongkatnya dialiri dengan tenaga ki yang kuat, sehingga sepertinya cukup mustahil untuk mematahkan tumpuan tongkatnya di lantai. Baiklah, kuhadapi saja dengan bertarung di udara.

Aku melancarkan tinju dengan tangan kananku yang kuarahkan ke wajahnya. Akan tetapi, dia langsung menangkap tinjuku dengan tangan kirinya. Kemudian, tangan kirinya itu langsung ia genggamkan ke tinjuku yang masih terkepal, dan ia mulai memutar tubuhnya dan membawaku bersamanya. Sepertinya, ia bermaksud melempar tubuhku ke tembok. Tidak akan kubiarkan itu terjadi. Dengan memanfaatkan kekuatan putaran tubuhnya, aku memutar tubuhnya dengan tenaga yang minim.

Setelah tubuhku menghadap kearah lantai, aku langsung melancarkan tendangan tusukan ke wajahnya. Ia berhasil menghindarinya dengan menggeser kepalanya ke kanan. Heh, ia termakan jebakanku. Aku kembali memutar tubuhku dengan kencang, dan melancarkan tendangan sapuan kearah lehernya. Dalam posisi ini, ia tidak mungkin bisa menghindar karena hampir seluruh sendi tubuhnya sudah terkunci. Tiba-tiba, Jirou melancarkan tendangan tusukan yang sangat cepat kearah wajahku. Aku langsung menghindar dengan cepat. Karena posisi tubuhku berubah, otomatis kekuatan dan kecepatan tendangan sapuan yang sebelumnya kulancarkan menjadi berkurang. Ia tidak menghindar, melainkan menerima tendangan sapuanku dengan lehernya. Cih, tidak heran jika tenaga ki miliknya bisa menahan tendanganku yang kecepatan dan kekuatannya ini sudah jauh berkurang.

Setelah mendaratkan tendangan yang gagal barusan, aku segera mendarat di lantai. Adapun, Jirou masih tetap di udara dengan bertumpu pada tongkatnya. Baiklah, aku menemukan satu cara lagi. Cukup berbahaya, tapi layak untuk dicoba. Aku segera melompat ke udara sambil memutar tubuhku, dan kemudian melancarkan tendangan berputar dengan kaki kiriku. Sesuai dugaanku, ia menangkap pergelangan kaki kiriku. Kemudian, aku mengarahkan serangan gaya memotong dengan menggunakan tangan kananku ke tangannya yang ia gunakan untuk menangkap pergelangan kakiku. Memang, gaya bertarungnya yang unik dengan menggunakan tongkat sebagai tumpuan ini memiliki keuntungan yang unik, yaitu bisa bergerak bebas di udara. Bergerak bebas di udara adalah keuntungan yang tidak bisa didapatkan dari aliran bela diri apapun yang selama ini aku ketahui. Akan tetapi, gaya bertarung model ini punya dua kelemahan. Pertama, si pengguna membutuhkan kekuatan dalam jumlah tertentu untuk menyokong berat badannya di udara, sehingga seluruh serangan yang dilancarkan pada saat ia berada di udara menjadi tidak bisa maksimal. Kedua, salah satu tangan harus digunakan untuk menggenggam tongkat yang tertumpu di tanah, sehingga otomatis sarana pertahanan dan penyerangannya jika ditotal akan berkurang hingga dua puluh persen.

Akan tetapi, poin kedua bukan masalah utama jika si pengguna tahu cara menggunakan tubuhnya dengan maksimal, yang aku yakin ia tergolong dalam kategori itu. Ia menggunakan kakinya untuk menendang tanganku yang akan kugunakan untuk melancarkan serangan gaya memotong ini. Hmmm, kupikir ia akan melepaskan tangannya dari pergelangan kakiku, ternyata ia menggunakan kakinya untuk menggagalkan seranganku. Boleh juga, Jirou. Inilah kesempatanku. Aku segera membiarkan tubuhku terjatuh dengan sendirinya secara berputar dengan memanfaatkan genggaman tangan di pergelangan kakiku. Setelah kepalaku berada dibawah, aku segera menggenggam tongkatnya, memutar tubuhku kesamping, dan melancarkan tendangan tusukan ke arah kepalanya. Ia segera melepaskan pergelangan kakiku, kemudian menumpukan tangannya pada ujung tongkat yang berada di udara, kemudian melompat dan menghindari tendangan tusukanku. Waw, ia berhasil menghindari tendanganku. Betul-betul bukan lawan sembarangan dia ini.

Aku segera menyusulnya ke udara dengan memanjat tongkatnya. Tongkatnya betul-betul menancap di lantai dengan kuat. Aku bisa merasakannya selagi aku memanjat tongkatnya. Selagi aku memanjat tongkatnya, ia melancarkan tendangan tusukan kearahku. Aku segera memutar tubuhku ke sisi tongkat yang lain untuk menghindarinya. Kemudian, aku mendaratkan kaki kananku di tongkat. Dengan memanfaatkan genggaman tanganku di tongkat dan tapakan kaki kananku, aku segera melompat ke udara untuk menyusulnya yang sedang berada di udara. Ah, sial. Rupanya dia sudah siap dengan tinjunya. Aku bisa merasakan adanya tenaga ki yang sangat besar di tinjunya. Peganganku di tongkatnya sudah lepas, sehingga aku tidak bisa mendapatkan gerakan untuk menghindarinya. Tidak ada cara lain, daripada aku menerima pukulannya dengan telak, aku harus melancarkan serangan kearahnya.

Jika aku beradu tenaga ki dengan kepalan tinju, cukup besar kemungkinan aku kalah karena aku tidak yakin tenaga ki milikku mampu menandingi tenaga ki miliknya. Baiklah, aku mengalirkan sebagian tenaga ki milikku ke kepala, dan sebagian lagi kualokasikan di kepalan tinjuku. Setelah jarak kami cukup dekat, kami saling melancarkan tinju ke masing-masing lawan kami. DUAAKK... Tinjuku mengenai dadanya, sementara tinjunya mengenai pipi kananku. Kami berdua sam-sama langsung terjatuh. Uargh, rasa sakit yang bukan main rasanya. Aku menerima pukulan yang begitu dipenuhi dengan tenaga ki, dan juga terjatuh dengan punggung sampingku mendarat duluan di lantai dari ketinggian sekitar satu meter lebih.

Rasa sakit yang kurasakan ini betul-betul bukan main rasanya. Aku sangat sulit berdiri, dan bahkan tidak bisa berdiri. Aku melihat Jirou sudah setengah bangun, dan masih terus berusaha berdiri. Bukan main, betul-betul ketahanan yang luar biasa. Aku tahu bahwa tadi dadanya sama sekali tidak dialiri tenaga ki. Harusnya, pukulanku ini mampu membuat tulang rusuknya retak dan paling tidak menggores jantungnya sedikit. Tapi sepertinya tidak. Entah apakah dia berhasil mengarahkan tenaga ki miliknya disaat terakhir ke dadanya, atau memang tubuhnya yang saking kuatnya sehingga tinjuku tidak memberikan efek yang seharusnya.

Kini, ia sudah bangun sepenuhnya, dan berjalan dengan susah payah kearahku. Dalam beberapa puluh detik, ia sudah sampai di hadapanku. Aku betul-betul tidak bisa berdiri. Inikah akhir hidupku?

"Sore ha anata de areba, watashi ha ki ni shimasen. Yarimasu. (Aku tidak keberatan jika kamu yang melakukannya. Lakukanlah.)" Kataku.

"Shikashi, anata ha tonikaku watashi no yuujin ni yotte hosoku sa remasu. Karera ha wazuka suubu de kimasu. (Tapi, kamu tetap saja akan ditangkap oleh teman-temanku. Mereka akan datang hanya dalam beberapa menit saja.)" Kataku.

Ia kemudian menyiapkan tinjunya untuk melancarkan pukulan kearahku. Aku menutup mataku. Jadi, aku akan segera menyusul kekasihku ya. Tiba-tiba, aku mendengar suara batuk. Aku membuka mataku, dan melihat Jirou terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya. Kemudian, ia terjatuh di sampingku.

"Amarini mo warui watashi ha sore wo okonau ni ha yowa sugimasu. (Sial, aku tidak kuat.)" Kata Jirou.

Kemudian, kami saling bertatap-tatapan, kemudian kami tertawa terbahak-bahak. Aku terjebak dalam situasi yang sangat aneh, tapi aku memang menikmati pertarungan dengannya.

"Konkai, watashi ga makemasu. Shikashi, jikai ha, sore ha kono youna koto ha arimasen. Watashi ha yokuwakaranai ga, ji no jikan ga aru ka hi ka. (Sekarang, aku kalah. Tapi selanjutnya, aku tidak akan kalah. Walaupun aku ragu apakah ada waktu yang selanjutnya atau tidak.)" Kataku.

"Anata ha sono youna kizu kara shinu koto ha arimasen. (Kamu tidak akan mati oleh luka semacam itu.)" Kata Jirou.

"De ha nai watashi ga, anata. Watashi no yuujin ha anata wo shutoku suru, to watashi ha anata ga futatabi kanaibi wo miru koto ga dekiru you ni nara ka dou ka wakarimasen. (Bukan aku, tapi kamu. Teman-temanku akan menangkapmu, setelah itu aku tidak tahu apakah kamu akan bisa melihat matahari lagi atau tidak.)" Kataku.

"Watashi ha kyatchi sa remasen. (Aku tidak akan tertangkap.)" Kata Jirou.

"Dono you ni sono youni kakunin suru koto ga dekimasu ka? (Bagaimana kamu bisa seyakin itu?)" Tanyaku.

"Wakaranai. Watashi ha choudo sono youna kimochi wo motte. (Tidak tahu. Aku hanya mempunyai prasangka seperti itu.)" Kata Jirou.

Jika melihat waktu sekarang, seharusnya sudah saatnya para polisi itu datang. Tepat dugaanku, aku mendengar banyak langkah kaki diluar hotel kecil ini yang sedang menuju kesini. Aku malas melihat karena memilih untuk istirahat saja dikarenakan rasa sakit yang luar biasa ini. Aku bisa merasakan bahwa mereka sekarang sudah ada di hadapan kami.

"Gokusenshi no Nakata Jirou. Fushigi Kagura ha, kono youna joutaide ha arimasen. Kagura ha douyou ni anata ni chimei tekina dageki wo ataeru tame ni kanri no you ni shikashi, sore ha miemasu. (Nakata Jirou, si pendekar tongkat. Pantas saja Kagura sampai kewalahan begini. Tapi sepertinya, Kagura juga berhasil membuatmu kepayahan.)" Suara Ayumi terdengar dari dekatku.

Syukurlah Ayumi, kamu datang tepat waktu. Aku sedikit membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi. Aku melihat Ayumi sedang berdiri di hadapan kami. Di belakangnya juga sudah berdiri sekitar dua pasukan polisi rahasia bersenjata. Seharusnya, tidak mungkin si gokusenshi ini kabur.

"Sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Kata Jirou.

"Sore ha watashi desu. Nakata Jirou, anata ga koko ni watashi no keisatsu no yuujin wo kougeki shi, ankokugai no burokaa dearu koto no tame taihoshichauzo. (Ya, itu aku. Jirou Nakata, kamu ditangkap atas penyerangan yang dilakukan kepada temanku yang polisi ini, dan juga karena menjadi broker dunia bawah.)" Kata Ayumi sambil menunjukkan identitas polisinya.

Hahaha, aku tidak tahu kamu bisa bertindak seperti polisi begitu, Ayumi. Biasanya kamu selalu asik dengan komputer dan peralatan rahasiamu.

"Doudesu ka? Anata ga kyatchi sa renai koto wo mada kakuninshitekudasai? (Bagaimana? Masih yakin bahwa kamu tidak akan tertangkap?)" Tanyaku kepada Jirou.

"Un, tabun. (Iya, mungkin sih.)" Kata Jirou.

"Busou keisatsu ha, watashitachi to issho ni kare wo toru. Eiseihei, sha ni chuui shite Kagura wo toru. (Polisi bersenjata, bawa dia. Tenaga medis, bawa Kagura dengan hati-hati ke mobil.)" Kata Ayumi.

Polisi bersenjata itu langsung datang menghampiri Jirou. Hah, apa ini? Aku merasakan nafsu membunuh yang cukup kuat. Ayumi langsung maju dan menundukkan tubuh dua orang polisi yang hendak membawa Jirou. Kemudian, Ayumi mengeluarkan pulpen besi dari dalam rompinya, dan menangkis sesuatu yang dilemparkan kearah dua polisi tadi.

"Dare ka? (Siapa itu?)" Tanya Ayumi.

"Ore da. Koko ni. (Ini aku. Disini.)" Suara seseorang yang sangat kukenal.

Mustahil, mengapa orang itu datang kesini? Aku melihat Ayumi melihat kearah datangnya suara itu.

"Tobari no Anegawa Houzuki. (Anegawa Houzuki, si jarum terbang.)" Kata Ayumi.

"Yoroshiku. Sore ha hito no watashitachi no saishou no kaigi, sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Senang berjumpa denganmu. Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung, Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Kata Houzuki Anegawa yang sedang berdiri diatas rongga langit-langit lobby hotel kecil ini.

BERSAMBUNG KE EPISODE-12
 
Wow fantastis
Tapi houzuki di selametin sama siapa di markas mafia cina?
banyak mistery :bingung:
Edited Pertamax :banzai:
 
EPISODE 12 : CLASH, part 2

Scene 1

"Tobari" Houzuki Anegawa



"Sekai no Gijutsusha" Ayumi Nakata




Aku terbangun. Tubuhku masih cukup kaku. Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Terakhir, aku pergi ke markas Qing Long untuk mengantarkan pistol ekstraksi narkotik itu. Sesampainya disana, setelah pihak Qing Long mendapatkan pistol itu, mereka sepertinya hendak membunuhku. Seseorang dari mereka sempat melempar granat yang meledakkan suatu gas kloroform. Sepertinya aku sempat menghirupnya sedikit, karena itu sekarang badanku cukup kaku. Di tengah-tengah usahaku untuk lari dari ledakan gas kloroform itu, aku sempat melihat seseorang yang memukul pundakku hingga aku pingsan.

"Sudah sadar ya, Houzuki?" Suara seseorang.

Aku kenal suara ini. Suara orang yang memukul pundakku hingga pingsan di tengah ledakan gas kloroform itu. Aku langsung berdiri, dan berlari menuju orang itu.

"OMAAEEE! (KAMUUU!)" Kataku sambil mendorong orang itu hingga terjatuh.

Setelah orang itu terjatuh, aku langung melompat keatas tubuh orang itu yang sudah terjatuh. Kemudian, aku hendak melayangkan tinju ke mukanya. Akan tetapi, tiba-tiba pergelangan tanganku ditangkap oleh seseorang dibelakangku.

"Tahan, Houzuki." Suara seseorang yang sangat kukenal.

"A... Asuka-san?" Kataku dengan heran sambil menoleh kearahnya.

Apa artinya ini? Mengapa Asuka-san ada disini? Tunggu, mungkinkah Asuka-san tidak sadar bahwa orang yang baru saja kudorong ini adalah seorang pengkhianat?

"Lihat sekelilingmu, Houzuki." Kata Asuka-san.

Aku melihat sekelilingku. Ini adalah... ruanganku di markas besar Yami. Eh? Kenapa aku ada disini?

"Aku yang membawamu kesini." Kata Sasuke sambil bangun setelah kudorong tadi.

"Asuka-san, sono yarou ha... (Asuka-san, si bedebah ini adalah...)" Kataku.

Asuka-san hanya meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya untuk memintaku diam. Aku segera diam, dan berusaha menahan diriku untuk mendengarkan Asuka-san.

"Maaf tidak memberitahumu, Houzuki. Sasuke sendiri yang meminta untuk mengikutimu ke markas Qing Long. Dia khawatir seandainya terjadi apa-apa padamu, dan aku menyetujuinya." Kata Asuka-san.

"Sejak awal, mereka tidak bermaksud untuk bekerjasama dengan kita, malah mereka ingin melemahkan kekuatan tempur kita. Itulah informasi yang kudengar." Kata Sasuke.

"Hooo. Mengapa kamu bisa masuk markas mereka dengan mudah? Dan lagi mengapa kamu menyerangku?" Tanyaku sambil menyiapkan jarum diantara sela-sela jari telunjuk dan jari tengahku.

"Sasuke bekerja sebagai double-agent Yami dan Qing Long. Karena itu, ia bisa mendapatkan informasi-informasi rahasia mengenai Qing Long, dan bahkan masuk ke markas mereka dengan mudah." Kata Asuka-san.

"Lalu, mengapa kamu membuatku pingsan dengan memukul pundakku?" Tanyaku.

"Jika aku tidak melakukannya, kamu sudah mati, Houzuki." Kata Sasuke sambil melempar kamera handycam dan memory card kepadaku.

"Itu adalah rekaman CCTV di markas Qing Long. Tontonlah sampai puas." Kata Sasuke.

Aku memasang memory card itu ke kamera handycam. Adegan di kamera itu dimulai dengan Sasuke memukul pundakku sehingga aku langsung pingsan. Kemudian, Sasuke membawaku kepada Qing Long. Kemudian, ia menembak kepalaku dengan pistol, sehingga darah langsung muncrat dari kepalaku. Aku betul-betul bingung apa yang terjadi.

"Pistol bohongan dan darah bohongan yang bisa diatur meledak dengan remote. Sayama yang memberikannya padaku." Kata Sasuke.

"Hitori shinimashita. Mou ichido. (Satu mati. Satu lagi.)" Kata Sasuke kepada Qing Long dalam adegan di kamera itu.

"Yoku. (Kerja bagus.)" Kata Qing Long dalam adegan di kamera itu.

Kemudian, Sasuke membawa tubuhku keluar dari ruangan Qing Long, kemudian keluar dari markas Qing Long. Setelah itu, tidak terlihat apa-apa lagi di kamera.

"Itulah yang terjadi, Houzuki. Jika Sasuke memang berkhianat pada mereka, tidak ada artinya dia memalsukan kematian. Lagipula, kau yang lebih sering bekerja bersama Sasuke dibandingkan diriku dan Jirou, seharusnya kamu lebih tahu." Kata Asuka-san.

Aku menundukkan kepalaku sambil memejamkan mataku. Betul yang dikatakan Asuka-san, aku seharusnya lebih mengenal Sasuke dibandingkan siapapun. Aku tahu betul kesetiaan Sasuke kepada Asuka-san. Bisa dikatakan bahwa kesetiaan Sasuke melebihi kesetiaan yang kumiliki pada Asuka-san. Betul, tidak mungkin ia mengkhianati Asuka-san. Aku segera membuka mataku. Aku memandang Sasuke.

"Maaf, Sasuke. Aku sudah salah terhadapmu. Aku membiarkan emosiku menguasai diriku." Kataku kepada Sasuke.

"Houzuki, kamu memang salah satu dari anggota kurayami no mikami, tapi jangan besar kepala dulu. Walau bagaimanapun, kamu yang paling junior dibandingkan Jirou dan Sasuke. Tidak perlu disebutkan lagi, usiamu jauh lebih muda dari mereka. Kamu masih harus belajar banyak dalam mengendalikan emosimu dan menganalisa keadaan dan situasi." Kata Asuka-san.

"Asuka-san, aku telah gagal sebagai kurayami no mikami. Mulai sekarang, tolong jangan masukkan aku ke dalam anggota tiga besar dewa kegelapan, aku khawatir akan membahayakan keselamatan kalian." Kataku.

"Houzuki, aku tahu kamu masih muda. Tapi usiamu itu tidak akan kubiarkan menjadi alasan bagi dirimu untuk mencari alasan untuk keluar dari anggota tiga besar dewa kegelapan." Kata Asuka-san.

"A... Asuka-san, bukan begitu..." Kataku.

"Sudah diam! Intinya, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Hanya kesalahpahaman kecil saja begini kok repot?" Kata Asuka-san.

"Jadi... Aku tetap boleh bergabung dalam tiga besar?" Tanyaku.

"Tentu saja." Kata Asuka-san sambil tersenyum.

"Terima kasih, Asuka-san." Kataku sambil berlutut dihadapannya.

"Heh, kamu akan berharap bahwa kamu dikeluarkan dari anggota tiga besar, Houzuki. Karena, beban sebagai anggota tiga besar itu jauh lebih berat dibandingkan dengan anggota reguler atau anggota ekslusif." Kata Asuka-san.

"Asalkan aku bisa berada disamping Asuka-san untuk melindungimu, aku tidak masalah." Kataku.

"Sumimasen, Asuka-san! Hijou ni kinkyuu! (Permisi, Asuka-san! Sangat darurat!)" Kata Sayama yang tiba-tiba masuk ke ruangan ini.

"Hanasu. (Apa?)" Tanya Asuka-san.

"Watashitachi ha Jirou-san no basho wo hakken shimashita. Kare ha Ginza ni aru chiisa na hoteru desu. Dareka ga sono hoteru ni kare wo yuukai no you ni miemasu. (Kita telah menemukan lokasi Jirou-san. Dia ada di hotel kecil di daerah Ginza. Sepertinya seseorang menculiknya kesana.)" Kata Sayama.

Asuka-san dan Sasuke langsung bergidik mendengarnya. Kemudian, Sasuke hendak pergi keluar.

"Sasuke, biar aku saja yang kesana." Kataku.

"Kamu masih belum pulih, istirahat saja. Aku sendiri sudah cukup." Kata Sasuke.

"Begini, Sasuke. Jika Sayama bisa menemukan lokasi Jirou, kemungkinan Hikari dan Kage juga. Jika Hikari tahu, pastilah mereka menurunkan personel dari sansaikou no masayoshi. Dengan kata lain, kita tidak boleh bertindak sembarangan. Biar aku saja yang maju, kamu awasi dari jauh. Jika seandainya keadaan genting, beritahu markas besar agar mereka mengirimkan bantuan. Kamu yang kondisinya sehat, pasti bisa sampai ke markas besar jauh lebih cepat dibandingkan dengan aku yang belum sembuh total." Kataku.

"Heh, mau membayar kesalahanmu ya? Tapi belum cukup hebat, Houzuki." Kata Asuka-san sambil tersenyum dan menepuk pundakku.

Aku tersenyum balik kepada Asuka-san.

"Pergilah, dan hati-hati lah." Kata Asuka-san.

Aku segera mengangguk, kemudian menyiapkan segala peralatanku. Setelah selesai dengan peralatanku, aku segera pergi menuju hotel kecil di Ginza yang telah kutanyakan lokasinya pada Sayama. Aku mengendarai motor dengan kencang untuk menerobos kemacetan di kota Tokyo. Dalam dua puluh menit saja, aku telah sampai di hotel kecil yang dimaksudkan itu. Aku segera naik ke genteng hotel itu, dan masuk dari atap. Aku segera menyembunyikan hawa keberadaanku, dan berjalan melalui rongga atap-atap hotel ini.

Aku merasakan tenaga ki yang sangat besar. Tidak, ada dua tenaga ki. Aku segera pergi menuju arah sumber dua tenaga ki yang sangat besar itu. Ah, ternyata Jirou. Untunglah dia selamat. Dan lawannya adalah... oujo no senshi, Kagura Nakagawa. Mereka berdua sama-sama tergeletak di lantai. Sepertinya mereka habis bertarung satu sama lain, dan dua-duanya sama-sama menerima pukulan yang telak. Mereka saling berbicara satu sama lain, tapi aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya samar-samar saja. Mereka berdua berbicara layaknya seperti seorang teman. Hehe, kalau Jirou aku tahu, pasti dia menemukan sebuah "persahabatan" melalui pertarungan.

Aku merasakan tenaga ki lain yang besar dari arah luar hotel. Tiba-tiba pintu hotel terbuka, dan masuklah seorang wanita muda bersama banyak orang bersenjata dibelakangnya. Wanita muda itu berjalan kearah tempat Jirou dan Kagura terbaring. Wanita itu berbicara dengan suara pelan kearah Jirou, aku hanya bisa mendengarnya secara samar-samar saja.

"Sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Kata Jirou.

Oh, jadi seperti itukah wujud sekai no gijutsusha, Ayumi Nakata dari Hikari? Aku baru pertama kali ini melihatnya. Sayama sering sekali membicarakan tentang dirinya. Menurut Sayama, Ayumi ini lebih hebat dari padanya.

"Sore ha watashi desu. Nakata Jirou, anata ga koko ni watashi no keisatsu no yuujin wo kougeki shi, ankokugai no burokaa dearu koto no tame taihoshichauzo. (Ya, itu aku. Jirou Nakata, kamu ditangkap atas penyerangan yang dilakukan kepada temanku yang polisi ini, dan juga karena menjadi broker dunia bawah.)" Kata Ayumi sambil menunjukkan identitas polisinya.

Aku melihat si oujo no senshi itu berbicara dengan suara pelan kepada Jirou. Jirou hanya mengangguk sambil berbicara pelan menjawab perkataan Kagura. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Busou keisatsu ha, watashitachi to issho ni kare wo toru. Eiseihei, sha ni chuui shite Kagura wo toru. (Polisi bersenjata, bawa dia. Tenaga medis, bawa Kagura dengan hati-hati ke mobil.)" Kata Ayumi.

Aku harus keluar sekarang, atau Jirou dalam bahaya. Aku segera melempar jarum kepada dua polisi yang sedang mendekat kearah Jirou itu. Ayumi langsung maju dan menundukkan tubuh dua orang polisi yang hendak membawa Jirou. Kemudian, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam rompinya, dan menangkis dua jarum yang kulemparkan kearah dua polisi tadi.

"Dare ka? (Siapa itu?)" Tanya Ayumi sambil melihat keatas arah datangnya jarum yang kulempar.

"Ore da. Koko ni. (Ini aku. Disini.)" Kataku.

"Tobari no Anegawa Houzuki. (Anegawa Houzuki, si jarum terbang.)" Kata Ayumi sambil memandang kearahku.

"Yoroshiku. Sore ha hito no watashitachi no saishou no kaigi, sekai no gijutsusha, Nakata Ayumi. (Senang berjumpa denganmu. Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung, Ayumi Nakata, si teknisi dunia.)" Kataku.

"Dono you ni kouun. Isseki nichou. (Beruntung sekali. Dua burung dengan satu batu.)" Kata Ayumi.

"Watashi ha tashika ni tori, washi da. Anata dake no ishi wo motsu washi wo korosu koto ga dekiru ka? (Aku memang burung, burung elang. Bisakah kamu menjatuhkan elang hanya dengan batu?)" Kataku.

"Wareware ga hyouji sa remasu. (Kita akan lihat.)" Kata Ayumi.

Aku langsung melempar tiga jarum kepada Ayumi. Dia menangkisnya dengan mudah dengan menggunakan alat yang tadi ia gunakan untuk menangkis jarumku. Saat ia menangkis, aku memanfaatkannya untuk turun kebawah. Aku sengaja turun kebawah untuk mensejajarkan posisiku dengan Ayumi, sehingga para polisi bersenjata dibelakang Ayumi tidak akan bisa menembakku. Aku kembali melempar dua jarum kearah leher dan dadanya. Ia pun kembali menangkisnya dengan menggunakan alat tadi. Jika kuperhatikan dengan seksama, alat itu hanyalah pulpen besi biasa saja. Kemudian, aku melempar satu jarum kearah mata kanannya, dan kulempar jarum kedua kearah kakinya. Ia langsung melakukan gerakan meroda kesamping kiri, sehingga jarumku hanya mengenai satu orang polisi yang ada dibelakangnya.

"Anata no subete wo nyuushu! Kanojo ha kiken da. Yuiitsu no watashi no ugoki wo seigen suru koko ni anata no sonzai. (Keluar kalian semua! Dia berbahaya. Keberadaan kalian disini hanya membatasi gerakanku saja.)" Kata Ayumi.

Segera setelah perkataannya, semua polisi itu berlari keluar. Kini, lobby hotel kecil ini sudah kosong, memberikan ruang yang cukup bagi kami untuk bergerak dan bertarung.

"Watashi ga oshite yarou. Anata no kougeki ha dore mo watashi ni hitto shimasen. (Akan kuberitahu. Seranganmu tidak akan pernah ada yang mengenaiku.)" Kata Ayumi.

"Sou ka? (Begitukah?)" Kataku sambil melempar jarum ke dadanya.

Ia menangkisnya dengan pulpen besinya, kemudian maju kearahku. Ia melancarkan tinju... tidak, ia berusaha menangkap leherku. Aku menghindar ke kanan sebanyak dua langkah, kemudian melempar jarum kearahnya. Ia kembali menangkisnya, kemudian berlari kearahku. Heh, dia lengah. Jarumku yang tadi itu terhubung dengan benang logam super tipis. Benang logam super tipis buatan Sayama itu tidak mudah terlihat oleh kasat mata. Aku segera menarik ujung benang itu secara tersembunyi, sehingga membuat jarum yang tadi ditangkis oleh Ayumi kembali melesat kearah tulang belakangnya. Yak kena, jarum itu tepat mengarah ke titik yang bisa membuat sistem saraf kaki lumpuh untuk sementara. Sepertinya, Ayumi pun tidak menyadari adanya jarum yang kembali melesat kearahnya. Ini kemenanganku. Akan tetapi, tiba-tiba jarum yang melesat kearah tulang belakangnya itu terpental begitu saja. Eh? Apa yang terjadi?

Ia sudah sangat dekat denganku. Aku sudah berada dalam jangkauan serangannya. Ia kembali melancarkan serangan dengan hendak menangkap leherku. Aku menunduk untuk menghindarinya, kemudian memutar tubuhku untuk menjaga jarak dengannya. Kini, aku melempar belasan jarum, dimana setiap jarum itu mengarah ke titik yang cukup fatal di tubuhnya. Ayumi mengeluarkan suatu bola besi dari balik rompinya, kemudian ia melepaskan bola besi itu didepan tubuhnya. Bola besi itu langsung mengeluarkan sesuatu yang bentuknya seperti kaca berwarna hijau, dan terus mengembang membentuk lingkaran melindungi Ayumi. Jarum-jarumku itu terpental akibat lingkaran kaca hijau itu. Tidak lama kemudian, lingkaran kaca hijau itu hilang, dan bola besi itu pun jatuh ke tanah.

"Foosufirudo. Watashi no hon hatsumei. Genzai demo kanryou shite ima nai yo. (Forcefield. Salah satu penemuanku. Walaupun belum sempurna sih.)" Kata Ayumi.

Sekedar pengetahuan, forcefield adalah suatu medan substansi yang biasanya berguna sebagai pelindung. Kekuatan forcefield ini bisa relatif. Ada yang hanya mampu menahan sebatas pukulan keras saja, sampai ada yang mampu menahan ledakan roket.

Hmmm, dari yang kuanalisa, ia bertarung seperti Sayama. Ia bertarung dengan mengandalkan alat-alat teknologi canggih. Gerakan tubuhnya pun tidak bisa dikatakan payah. Walaupun dalam segi kecepatan dan kekuatan aku diatas dia, tapi selama aku tidak melakukan sesuatu pada alat-alat aneh miliknya, aku pasti kalah. Sepuluh jarum yang mental akibat pelindung yang tadi ia gunakan itu terhubung dengan jarum logam milikku. Haruskah kugunakan sekarang? Atau nanti?

Aku mengambil langkah kebelakang sekitar dua langkah. Ia pun maju untuk mempersempit jarak denganku. Kakinya sudah sangat dekat dengan jarum-jarumku itu. Jika aku menggunakan benang yang terhubung dengan jarum itu, mungkin aku bisa mematikan titik-titik darah yang ada dikakinya dan melumpuhkan kakinya. Sepertinya aku harus menggunakannya sekarang, sekaligus aku juga ingin mengkonfirmasi masalah jarumku tadi yang tiba-tiba terpental saat hendak menusuk tulang belakangnya.

Aku segera mengatur benang yang terhubung dengan sepuluh jarum yang ada di kakinya, dan mengarahkan jarum-jarum itu agar menyerang sepuluh titik darah di kakinya. Akan tetapi, sepuluh jarum itu terpental sebelum sempat menyentuh kakinya. Aku segera menarik sepuluh jarum itu.

"Soudesu ka? Gokuboso ito. Sono taikyuusei kara watashi ha sore kara dayamondo de kotingu sareta hijou ni hosoi ito to omowa remasu. (Begitu ya? Benang yang sangat tipis. Melihat ketahanannya, aku menduga itu benang super tipis yang dilapisi dengan intan.)" Kata Ayumi.

Entahlah, aku hanya menggunakan temuan milik Sayama. Aku sendiri kurang mengerti spesifikasi benang itu.

"Watashi ga shori suru tame no daiyamondo ha hijou ni muzukashi darou. Sore de ha, anata no buki no subete wo mite mimashou. (Aku akan sedikit kesulitan untuk mengatasi intan. Kalau begitu, mari kita ambil semua senjatamu.)" Kata Ayumi sambil mengarahkan telapak tangannya kepadaku.

Tiba-tiba, aku merasakan tarikan yang sangat kuat. Tidak, ini bukan tubuhku yang tertarik kearahnya. Ini jarum-jarumku. Hanya butuh waktu beberapa detik bagi jarum-jarumku untuk menerobos tas kecil tempat penyimpanan jarum di pundakku. Jarum-jarum yang kumiliki semua terbang kearahnya. Mataku tidak kuat menahan pemandangan yang ada di depanku ini. Sekarang, seluruh jarum-jarum milikku itu mengambang di sekitar tubuh Ayumi. Aku berusaha menarik kembali puluhan jarum yang terhubung dengan benang di tanganku. Tapi, tidak bisa. Seolah-olah, ada sesuatu yang menahan jarum-jarumku itu.

"Watashi ha tobari no taitoru wo toru to, anata ni taishite sore wo shiyou shimasu. (Aku mengambil titel si jarum terbang milikmu, dan akan kugunakan terhadap dirimu.)" Kata Ayumi.

Dua dari puluhan jarum yang mengambang dihadapannya mulai melesat dan menyerangku. Aku segera melompat ke kiri untuk menghindarinya. Akan tetapi, dua jarum itu kemudian berbelok dan kembali menyerangku. Cih, ini tidak ada habis-habisnya. Bagaimana jika kucoba untuk menangkap dua jarum itu? Aku segera menangkap kedua jarum itu, dan kedua jarum itu berhenti menyerangku. Untunglah, paling tidak aku sedikit bersenjata sekarang. Kali ini, Ayumi mengarahkan seluruh jarum yang dia ambil dariku untuk menyerangku. Aku menangkis satu demi satu jarum yang datang kearahku dengan satu jarum di tangan kananku dan satu jarum di tangan kiriku.

Aku terus berada dalam kondisi bertahan karena seluruh jarum itu menyerangku dari berbagai arah. Ketika satu jarum kutangkis dan mental, jarum itu terbang kembali lagi dan menyerangku. Seolah-olah, jarum-jarum ini hidup. Cih, trik apa yang ia gunakan terhadapku? Tunggu, jarum terbang... mungkinkah trik yang ia gunakan ini sama dengan trik yang ia gunakan untuk membuat jarumku yang menyerangnya terpental tanpa sebab? Jika memang sama, aku harus mengkonfirmasi sesuatu. Aku segera menangkis seluruh jarum yang berada dihadapanku, dan kemudian aku maju kearahnya. Kini, ia tanpa pertahanan. Walaupun, aku cukup lemah bertarung dalam jarak dekat, tapi mungkin aku bisa menang jika lawanku itu tanpa pertahanan. Saat aku berlari, aku merasakan bahwa jarum-jarumku terbang melintas kearahku dari belakang. Aku segera melompat kesamping, agar jarum-jarum itu terbang kearah Ayumi. Akan tetapi, tepat sebelum menusuk Ayumi, jarum-jarum itu berhenti, dan berputar arah kearahku.

Hal ini tidak menguntungkan bagiku. Jika aku tidak cepat berbuat sesuatu terhadap triknya yang menyebalkan ini, aku pasti kalah karena staminaku lama-lama akan habis. Kali ini, puluhan jarum itu kembali menyerangku. Aku mempertaruhkan harapanku pada dua jarum ditanganku ini. Aku melempar kedua jarumku melewati sela-sela puluhan jarum yang hendak menyerangku ini. Kedua jarumku melewati puluhan jarum yang mengarah kepadaku, dan langsung melesat menuju Ayumi. Ayumi sepertinya menyadari itu, ia langsung melakukan gerakan meroda ke kanan. Saat itu juga, puluhan jarum yang bergerak kearahku langsung kehilangan kecepatan dan terjatuh. Aku melompat untuk menghindari jarum-jarum yang kehilangan kecepatan itu.

Hmmm, kenapa tiba-tiba jarum-jarum itu kehilangan kecepatan? Pastilah ini kunci dari trik anehnya itu. Aku segera mengambil belasan jarum dengan cepat, kemudian aku berlari kearah dalam hotel. Aku sengaja mengambil jalur arah dalam hotel karena jika aku lari keluar, maka para polisi yang berada diluar itu pasti akan menembakku. Aku segera naik ke lantai dua dan mencari tempat persembunyian yang aman. Setelah mendapatkan tempat persembunyian yang aman, aku segera mengeluarkan telpon selulerku, dan menekan tombol-tombol untuk menelpon seseorang. Hanya dalam beberapa detik setelah tersambung, orang itu sudah mengangkat telponku.

"Sayama, ore da. (Sayama, ini aku.)" Kataku.
 
Scene 2

"Kakusareta Kage" Sasuke Sarutobi



"Dokudan" Matsuyama Edo



Bahaya...

Sekai no gijutsusha itu ternyata bukan orang sembarangan...

Jarum-jarum milik Houzuki...

Dijadikan senjata makan tuan...

Aku harus keluar membantu Houzuki...

Tidak...

Tugas utamaku...

Memanggil bantuan...

Apakah sekarang saatnya memanggil bantuan?...

Belum...

Akan kuamati lebih jauh...

Hmmm...

Jika kulihat...

Sepertinya ketika sekai no gijutsusha membuat gerakan rumit...

Kontrolnya terhadap jarum Houzuki hilang...

Jadi harus konsentrasi penuh ya?...

Houzuki lari ke dalam hotel...

Ia juga mengambil beberapa jarum...

Aku mengikutinya dari langit-langit tempat persembunyianku...

Houzuki berhenti setelah mendapat titik aman...

Ia menelpon seseorang...

Rupanya Sayama...

Aku hanya bisa mendengar suara Houzuki...

Tidak bisa mendengar suara Sayama...

Hmmm?...

Aku mendengar kode dari Houzuki...

Kode yang akan ia ucapkan jika membutuhkan bantuan...

Baiklah...

Aku segera menuju keluar hotel ini...

Aku sudah diluar hotel...

Aku berusaha kembali ke markas Yami...

Ini... nafsu membunuh...

Aku segera menghindar...

Tiga peluru mendarat di tanah tempat sebelum aku menghindar...

"Doku iku no? (Mau kemana?)" Kata suara dibelakangku...

Suara ini...

Matsuyama Edo, si dokudan, petinggi di Hikari...

Aku tidak akan bisa kembali...

Tanpa membereskannya terlebih dahulu...

Di sisi lain, aku harus segera memanggil bantuan...

Baiklah...

Akan kucoba lari terlebih dahulu darinya...

Trik ninja nomor 1, semburan api...

Aku mengeluarkan botol minum, meminumnya, dan kusemprotkan ke dokudan...

Saat keluar dari mulutku, sudah berubah menjadi semburan api...

Saat pandangannya tertutup api, saatnya kabur...

Aku berlari dengan cepat...

Tapi, si dokudan sudah berada di depanku...

"Gomen nasai. Kouzan ha sukoshi kindai tekina houhou wo shiyou shite imasu ga, watashi ha anata no torikku wo karimasu. (Maaf. Aku meminjam trikmu. Walaupun punyaku sedikit lebih modern sih.)" Kata si dokudan.

Yang terbakar api itu...

Hanya kawarimi no jutsu...

Sekedar pengetahuan, kawarimi no jutsu adalah cara yang digunakan oleh para ninja pada masa Jepang kuno untuk "berpindah lokasi". Sebetulnya triknya adalah menggunakan sesuatu yang terlihat mirip dengan si ninja itu sendiri untuk diletakkan di suatu tempat, bisa menggunakan boneka dummy atau apapun. Si ninja yang menggunakan benda itu sudah berada di tempat lain. Jadi saat benda itu diserang karena dikira sebagai si ninja itu, si ninja yang sebetulnya sudah ada dibelakangnya atau di tempat lain langsung balik menyerang, sehingga seolah-olah terlihat bahwa si ninja berpindah dengan cepat. Bagi yang mengikuti manga Naruto, aplikasinya yang sangat mirip adalah Kawarimi no Jutsu yang menggunakan batang pohon, dimana si pengguna menggunakan Henge no Jutsu untuk merubah wujud batang pohon itu menjadi si pengguna, atau Mizubunshin no Jutsu.

Kawarimi no jutsu yang tidak sempurna...

Biar kutunjukkan kengerian sebetulnya dari kawarimi no jutsu...

Aku mengeluarkan bom asap...

Kulempar ke tanah didepanku...

Dalam sekejap, asap langsung meledak...

Menutupi pandangannya...

Aku langsung lari secepat mungkin...

Aku juga merasakan tenaga ki milik si dokudan...

Bom asap tidak mempan ya...

Aku mengeluarkan kain hitam...

Kubetuk sedemikian rupa sehingga menyerupai diriku...

Saat berada di tempat yang tertutup matahari...

Aku melempar kain itu ke depan...

Alat yang diciptakan Sayama...

Meniupkan meriam angin kencang...

Kutembakkan ke kain itu...

Dengan memanfaatkan gaya kinetik angin dan mengaturnya...

Sedemikian rupa sehingga kain itu terlihat seperti orang sedang berlari...

Aku lari kearah samping...

Mengikuti kain itu...

Betul saja...

Si dokudan tertipu...

Ia mengejar kain itu...

Ia langsung menembak kain itu...

Kain itu pun kehilangan momentum dan jatuh ke tanah...

Saat itu juga...

Aku langsung keluar...

Menebas pundak si dokudan dengan pisau ninjaku...

Sepertinya cukup telak...

Ia terjatuh...

"Fuchuui deshita. (Aku lengah.)" Kata si dokudan.

Itulah cara menggunakan kawarimi no justu...

"Watashi ha anata ni taishite ninja no torikku wo shiyou suru baai, watashi ha ushinau koto ni narimasu. (Aku pasti kalah jika menggunakan ilmu ninja terhadapmu.)" Kata si dokudan.

"Watashi ha anata no ninja no torikku ni taishite jibun nari ni tatakau hitsuyou ga suisoku shimasu. (Aku sepertinya harus bertarung dengan menggunakan caraku untuk menghadapi ilmu ninja-mu.)" Kata si dokudan.

Aku harus mengakhiri ini secepat mungkin...

Si dokudan itu mengarahkan pistol kearahku...

DOORR...

Peluru menyongsong keluar dari ujung mulut pistol...

Peluru itu...

Peluru pedang...

Peluru yang kuat untuk mematahkan logam setebal tiga puluh sentimeter...

Aku segera bergerak cepat kesamping...

Intonjustu...

Sekedar pengetahuan, intonjutsu adalah salah satu dari delapan belas ilmu ninjutsu yang menjadi dasar pengetahuan ilmu ninja. Intonjutsu melibatkan teknik berjalan dan menghilang. Dalam hal ini, Sasuke menggunakan intonjutsu dengan mengkombinasikan teknik menghilang dan berjalan, sehingga terlihat seolah-olah seperti berpindah dengan cepat untuk menghindari peluru milik Matsuyama.

Si dokudan kembali menembakkan pistolnya kearahku...

Aku bergerak cepat ke kanan...

Dia kembali menembak lagi...

Aku segera "menghilang" dengan intonjutsu...

Sekedar pengetahuan, intonjutsu tidak membuat ninja betul-betul menghilang. Mereka sebetulnya hanya berkamuflase dengan tempat sekitar, layaknya seperti bunglon, sehingga sangat sulit dilihat sampai-sampai seolah menghilang. Saat ninja berada dalam kondisi "menghilang", mereka tidak dapat membuat gerakan yang terlalu banyak, karena lawan mereka akan menyadari posisi mereka jika mereka terlalu banyak bergerak.

Terlihat si dokudan berusaha mencariku...

Meski begitu, ia tidak lengah...

Tenaga ki miliknya terus aktif dan stabil...

Aku segera melompat kearahnya dan melepaskan kamuflaseku...

Ia tidak sempat menyerangku...

Sepertinya ia terpaksa bertahan...

Aku mengeluarkan senjataku dan melancarkan tebasan kearahnya...

Dia menahannya dengan pistolnya...

Hooo...

Dia bisa menahan senjataku yang dialiri tenaga ki...

"Kusarigama ka? Dare mo ga, kyou sore wo shiyou shite imasen. Watashi ha anata ga hontou ni ninja arutoomoimasu. (Kusarigama ya? Tidak ada yang menggunakannya sekarang-sekarang ini. Kurasa, kamu memang ninja tulen ya.)" Kata si dokudan.

Sekedar pengetahuan, kusarigama adalah senjata yang biasa digunakan oleh para ninja. Senjata ini berbetuk clurit, tapi dengan gagang yang sangat pendek. Kemudian gagangnya biasa terhubung dengan tali/rantai yang kuat, sehingga senjata ini bisa digunakan dalam pertarungan jarak dekat (dengan memegang gagangnya dan bertarung layaknya seperti memegang clurit), atau dalam pertarungan jarak jauh (dengan mengayunkan senjata utamanya dengan tali/rantai).

Aku terus menyerangnya...

Membabi-buta...

Si dokudan tetap mampu bertahan dari rentetan seranganku...

Si dokudan tiba-tiba melompat kebelakang...

Aku hendak mengayunkan rantai kusarigamaku...

Dia melempar sesuatu...

Bola besi berukuran kecil...

Tiba-tiba, bola besi itu terbuka dan menembakan jaring besar...

Jaring besar itu menangkap tubuhku...

Kemudian, si dokudan menembaki tubuhku yang tertangkap jaring besar itu...

Tetapi sayang, itu hanya kawarimi saja...

Selagi belum menyadari, aku segera maju dari belakang tubuhnya...

Kulancarkan tebasan ke lehernya...

DOOORRR...

Selongsong peluru menembus kakiku...

Ukh...

Aku terjatuh...

Aku langsung bangun dan melompat kebelakang...

"Onaji torikku ha watashi ni taishite nikai ha dousa shimasen. (Trik yang sama tidak akan mempan terhadapku dua kali.)" Kata si dokudan.

Rupanya ia menembak dari balik jaket hitam yang ia kenakan...

Aku segera bangun...

Tapi, tiba-tiba kakiku terasa sakit sekali...

"Watashi ga motte iru mottomo chimeitekina doku no hitotsu. Ittan saibou ni sesshoku shite, sore ha sugu ni sono seru to kyuusokuna sokudo de sono shuui no saibou wo kansen sa semashita. (Salah satu racun mematikan yang kumiliki. Ketika bersentuhan dengan sel, racun itu langsung menginfeksi sel itu dan sel-sel disekitarnya dengan sangat cepat.)" Kata si dokudan.

Aku melemaskan tubuhku...

Mengatur napasku...

Kemudian menyembuhkan diriku sendiri dengan pikiran...

Aku tidak merasakan rasa sakit lagi dari racun itu...

Rasa sakit yang tersisa hanyalah luka tembak di kakiku...

Aku segera berdiri...

"Doushite konna koto ni? Anata ha idou dekinai you ni suru hitsuyou ga ari. (Bagaimana mungkin? Seharusnya kamu tidak bisa bergerak.)" Kata dokudan.

Aku tidak menjawabnya...

Tidak perlu berbicara jika tidak perlu...

Seishinteki kyouyou...

Itulah yang kugunakan...

Sekedar pengetahuan, sama seperti intonjutsu dan kusarigamajutsu, seishinteki kyouyou juga adalah salah satu dari delapan belas ilmu ninjutsu. Seishinteki kyouyou melibatkan pengetahuan seorang ninja terhadap dirinya sendiri. Kekuatannya, kelemahannya, kekuatan yang terpendam dalam dirinya, peran dirinya dalam suatu kejadian dan dalam hidup, dan sebagainya. Dalam hal ini, aspek yang digunakan oleh Sasuke adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri, yaitu pengetahuan terhadap detail tubuhnya yang komposisinya berubah akibat racun dari Matsuyama. Dengan pengetahuan itu, ia segera menggunakan kemampuan uniknya yang ia dapat dari latihan yang sangat lama, untuk mengalokasikan sejumlah sel darah putih untuk mematikan racun yang menginfeksi dirinya.

"Maa, watashi ha doku ga anata ni dousa shite inai to katei shimasu. (Yah, aku asumsikan bahwa racun tidak mempan terhadap dirimu.)" Kata dokudan.

Walau kemampuan utamanya tidak mempan...

Tapi tenaga ki miliknya tetap stabil...

Ketakutan dan kekhawatiran pun tidak perpancar sama sekali...

Memang pantas dia ini...

Menjabat sebagai anggota sansaikou no masayoshi...

Tapi hanya pujian sebatas itu yang bisa kuberikan...

Aku harus tetap membunuhnya...

Ninja hanya peduli pada tujuan utamanya...

Tidak peduli terhadap pertarungan atau kejujuran...

BERSAMBUNG KE EPISODE-13
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd