PART IV
Kami saling tatap...
Jennis diam ngeliatin gue, tatapannya sedikit sayu. Gue gatau kenapa tapi gue malah ngerasa tenang ngeliat tatapannya ke gue. Kami sempat terdiam cukup lama sampai Jennis tersadar duluan lalu memalingkan wajah...
"Aku ngantuk..." Jennis sayu.
"Ya... Duluan aja, gue-gue masih mau beres-beres!" Gue nyengir.
"Kan udah kita beresin..." Jelas Jennis.
Oiya ya...
"Eee, aku mau nyapu jalanan..."
Jennis berubah bingung menatapku, tertawa ringan. Jujur ketika dia ketawa gitu, gue tau gue keliatan bodoh...
"Iya deh, semangat nyapu jalanannya, Harial..."
Dia bergegas turun dari truk dan berjalan masuk tenda, dan gue, ya cuman bisa tepok jidat.
SIAPA JUGA YANG MAU NYAPU JALANAN?!
***
Jam satu pagi, udara mendadak jadi dingin. Nggak biasanya jadi dingin kayak gini. Di dalam truk rasanya mendadak jadi beku. Gue setengah sadar keluar dari truk bermaksud berpindah ke tenda...
Apa-apaan...
Jennis tertidur dalam posisi berantakan dan pandanganku tertuju pada pahanya yang mulus. Dia tertidur mengenakan celana pendek dan kaos oblong yang longgar. Ya gue tau dia lagi tidur nggak sadar, tapi kan ya nggak gini juga...
Gue ngedeketin dia, berniat membenarkan posisi selimut untuk menutupi-
Damn, dia bergerak lagi...!
Jennis bergerak terlentang mengangkat tangannya keatas meregangkan badannya sesaat lalu kembali tenang. Dia sedikit mendengkur, dan gue terdiam di posisi berlutut dan tediam menyentuh selimut. Gue jadi ngeliatin wajahnya...
Sebenernya dia cakep...
Tiba-tiba otak gue memutar rekaman semua ekspresinya selama ini, ekspresi ketika dia pertama kali ketemu gue, ekspresi ketika dia kesal soalnya gue marahin dia, ekspresi ketika dia bingung ngeliat gue dan Ami...
Dan...
Ekspresi dia tadi waktu nyabarin gue...
Gue ngeliatin dia yang masih tertidur, mendekat, dan mencium bibirnya...
Cukup lama sampe gue sadar ada sentuhan di tengkuk gue, gue buru-buru lepas dan ya, Jennis jadi terbangun.
Bodoh! Lo ngapain?!
"So-sorry, gue nggak bermaksud-
Gue buru-buru bergerak keluar tapi keburu tangan Jennis megang tangan gue, dan menarik gue berbalik kembali sehingga menciumnya lagi...
Ciuman terlepas, Jennis sayu...
"Maaf..."
Diam...
"Nggak, lo nggak salah..."
Lagi-lagi kami kembali berciuman, Jennis memasukkan lidahnya kedalam mulut gue. Gue sempet kaget tapi berusaha mengimbangi Jennis. Kami saling membelit lidah sekarang...
"Mmmhh..."
Desahan Jennis terdengar ketika gue perlahan mulai turun ke lehernya. Dia memberikan ruang untuk gue mengeksplor lehernya yang jenjang ini. Gue terus menciumi setiap inci dari leher Jennis sampai...
"Eh..."
Gue merasakan sentuhan tepat di selangkangan gue. Otomatis berhenti dan menatapnya, Jennis ngeliatin gue sayu...
"Nakal ya..." Bisik gue.
"Aku baru nyium-nyium..." Lanjut gue.
"Berisik..." Bisik Jennis perlahan mendorong gue terlentang...
Kami kembali saling membelit lidah, gue memberanikan diri untuk menyentuh bagian dadanya dari luar kaos dan Jennis yang menyadari itu juga kembali menyentuh bagian selangkangan gue...
Kami sudah mulai saling sentuh sekarang, jujur ini membuat nafsu gue jadi naik. Dengan cepat gue tarik kaos Jennis keatas!
"Eh?! Harial...?! Mmmhhh...!"
Gue nggak perduli lagi, terbuka sedikit bra putih miliknya dan terpampang jelas payudara Jennis yang cukup padat dengan puting coklat tua serasi dengan areola coklat mudanya...
"Jangan...! Harial...!"
Jennis berusaha menolak, tapi tenaganya kalah dari gue. Dengan sekali gerak, gue mulai menghisap payudaranya bergantian...
"Nggak gini, Rial!" Teriak Jennis.
"Berisik!" Bentakku.
PLAKKK...!
Jennis reflek menampar gue. Gue tersadar terus diam....
"Aku nggak suka kalo cara kamu kasar begini!"
"Kalo sama-sama mau nggak gitu caranya! Jangan berusaha jadi dominan!"
"Sekarang kamu keluar deh!"
"KELUAR!!"
Gue mau marah, tapi kok nggak bisa? Ya, akhirnya gue keluar dan kembali ke truk. Gue malah ngerasa nyesel...
Bodoh...
***
Gue kebangun di dalam truk dalam keadaan berselimut. Siapa yang nyelimutin gue? Masih setengah sadar gue buka pintu truk, semua sudah dalam keadaan rapih. Gue ngeliat jam tangan,
Jam delapan pagi? Jennis?
"Heh! Bos apaan tuh jam segini baru bangun..."
Gue menoleh, Jennis berdiri di depan gue dengan handuk yang masih membelit kepalanya menutupi rambutnya dan sikat gigi yang masih di dalam mulutnya...
"Sikat gigi gue!" Gue sedikit kesal.
Jennis datar melepas sikat giginya dan memberikannya ke gue, dia juga melepas handuknya dan melemparnya ke muka gue...
"Kamu berisik amat sih? Sana mandi... Dasar kasar!"
DEG...
"Eh?!"
"Udah sana mandi ah...!" Jennis mendorong gue menjauh.
Dan ya, gue menuruti Jennis dan menuju pemandian umum. Begitu selesai kami membuka food truck. Hari ini lumayan ramai, sepertinya ada peningkatan. Beberapa kali gue ngeliatin Jennis, dia semangat sekali hari ini, tapi ada yang aneh...
Apa dia ngelupain kejadian bodoh semalam?
"Kenapa sih? Ngeliatin aku gitu amat..."
Jennis memecah lamunan gue.
"Ha? Ah nggak... Tumben kamu semangat banget hari ini. Gaada naik gaji ya..."
"Yeee, siapa juga yang minta naik gaji?!" Dia sewot.
"Sewot amat..." Gue cengegesan.
"Biarin...!" Jennis membuang muka.
"Tuh... Ada yang manggil..." Gue menyuruhnya kembali bekerja.
Dia melet sebentar lalu mendekati meja yang gue tunjuk.
Ngeselin banget ini anak!
***
Hari sudah mulai sore, gue menghitung pendapatan sampai saat ini. Jennis berdiri di dekat truck sambil membenarkan ikatan rambutnya. Gue mencuri pandang melihat ke bagian dadanya yang membusung...
Apaan sih? Fokus, Rial!
"Apa? Mesum!"
DEG...
"Nggak!"
"Emang aku gatau? Barusan kamu ngeliatin dada aku kan?!"
"Eh? Kalo ngomong jangan sembarangan ya!"
Gue jadi panik, sementara Jennis berubah ketus. Dia mengambil buku menu dan mengacungkannya kearah gue...
"Awas ya!" Desisnya.
"Liat dikit doang..." Bisik gue.
"Berisik! Dikit-dikit!" Dia melotot.
"Terus maunya apa? Banyak-banyak?" Tanya gue sedikit gemetar.
Dia berubah diam, meninggalkan gue masuk ke tenda. Detik itu juga gue langsung berpikir kayaknya gue salah ngomong. Gue beraniin diri nyusul dia ke tenda...
"Jennis? Kamu marah? Maaf deh, ini masih sore. Aku nanti kewalahan..." Gue melemah.
"Nggak! Aku mau ganti baju, sekalian mandi..." Jennis tenang.
"Oh, kirain marah..." Gue masih melemah.
Jennis nggak ngomong apa-apa langsung bergegas. Setelah itu semua berjalan seperti biasa, tapi Jennis jadi pelit berbicara, wajahnya selalu tegas kalo ngeliat gue tapi ramah dan tersenyum kalo ngeliat pelanggan. Gue kesel tapi mungkin karena kesalahan gue sendiri tadi...
Ya mau gimana lagi?
Bahkan sampai saat jam tutup food truck Jennis masih pelit berbicara. Gue cuman bisa diam daripada salah ngomong...
"Aku tidur ya..."
Hanya kata-kata itu yang dia keluarkan malam ini...
"Kalo kamu kedinginan di truck, masuk ke tenda aja..." Lanjutnya tanpa berhenti berjalan menuju tenda. Gue cuman bisa diam denger perkataan barusan...
Gue terdiam diatas truck seperti biasa, hari ini pengunjung pantai lagi sepi. Hanya beberapa pasangan duduk-duduk santai di tepi pantai, masih bisa di hitung jari. Tiba-tiba pikiranku terlempar pada masa...
"Ini apaan sih? Nggak usah aneh-aneh deh...!" Gue kesal.
"Itu pembalut..." Bisiknya pelan.
"Apa? Ngomong yang jelas!" Gue membentaknya.
Dia berubah kesal, "ITU PEMBALUT PUNYA AKU!"
Dan...
Menendang selangkangan gue!
Gue ketawa menggeleng, "Kenapa sebodoh itu sih? Ya wajar aja dia marah..."
"Kalo di pikir-pikir gue suka bikin dia marah-marah... Ya maaf deh..."
Gue menghela nafas panjang dan menatap tenda, terlihat bayang-bayang Jennis seperti sedang tertidur...
"Selamat tidur, Jennis..."
Gue turun dari atas truck dan berpindah ke kursi supiran...
***
Tepat tengah malam gue kebangun, malam ini terasa sangat dingin. Lebih dingin dari kemaren, gue sadar,
jangan-jangan Jennis di tenda kedinginan? Buru-buru turun dari truck dan masuk ke tenda...
Yaelah...
Selimut besar membungkus dirinya hanya menyisakan wajahnya yang bundar itu, gue reflek ketawa sejadi-jadinya. Mungkin karena tawa gue yang cukup keras Jennis jadi kaget bergerak...
"Berisik!"
Dia masih merem mengubah posisi tidurnya. Gue berusaha tenang tidur di sampingnya...
"Ish, ngapain sih?"
"Eh, gue kedinginan di luar. Disini enak kan berdua jadi hangat..."
"Sempit, Rial...!"
"Di luar dingin Jennis..."
Jennis gusar dan terduduk sementara gue juga ikutan duduk. Kami saling bertatapan...
"Disini sempit, Harial...!" Jennis gusar.
"Semalem doang sih, lagian juga ini tenda siapa?!" Gue nggak mau kalah.
"Ngalah kek sama cewek!" Dia melotot.
"Emang kamu cewek? Cewek tuh lemah lembut. Nggak kayak kamu!" Cerocos gue.
"Bodoh! Baru kemaren kita hampir bersetubuh! Sekarang kamu bilang aku bukan cewek?!"
DEG...
"Eh..."
Jennis kaget, Gue sendiri juga kaget...
Jennis bergerak cepat memunggungi gue. Seketika suasana jadi canggung, gue bingung gue musti ngapain sekarang...
"Maksudnya-
"Berisik. Udah gausah di bahas, dasar kasar..."
Hening...
"Eee..."
"Emang, kalo aku, nggak kasar...
...Kamu mau?"
Percaya atau nggak gue panik sekarang udah ngomong gitu. Gambling yang sangat nekat!
Terdiam sebentar, Jennis berubah posisi berbalik menghadap gue, dan berbisik...
"Mau..."
BERSAMBUNG...
Segini dulu ya HAHA semoga suka! Fyi part selanjutnya awas keringatan (?) HAHAHAHA
Next :
https://www.semprot.com/threads/food-n-making-love-part-iv-updated.1312597/post-1903291700