Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Act 14: Let The Right One In


“Aku pulang duluan ya. Kalian hati-hati, hihihi”

“Makasih Fen, pengalaman baru buat aku”

“Aku yang makasih Kak. Aku sebenernya pengen lagi, tapi anggep aja semalem sekali seumur hidup ya soalnya Kakak pagernya panjang dan tinggi-tinggi”

“Hah, maksudnya?”

Feni menengok ke belakangku dari samping pundakku. Ia hanya tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

“Dadah Kakak”

Malam ini tim J - JKT48 akan ada penampilan teater di FX Sudirman. Feni dan Lala akan tampil untuk memenuhin tuntutan pekerjaan mereka. Gaby juga berencana untuk tampil karena pagi ini ia dijadwalkan kembali dari luar kota. Feni berniat untuk pulang ke apartemennya sebelum berangkat bekerja.

Saat ini Lala sedang bersih-bersih sebelum mengantarnya ke kost-nya sebelum menuju tempat yang sama. Aku tidak mengantarkannya sampai FX karena niatku menjemput Gaby ke rumahnya. Seharusnya penerbangannya akan sampai di bandar Halim Perdanakusuma dalam 20 menit lagi. Masih kutunggu pesan darinya bila pesawatnya sudah mendarat.

Selepas bercinta dengan Lala dan Feni, aku masih merasakan nyeri pada penisku sampai sekarang. Mungkin karena pertama kali bercinta dengan durasi seperti semalam. Ada lima orgasme dari tiga orang berbeda dalam satu jam yang kami habiskan untuk menuntaskan nafsu birahi. Meskipun menggunakan obat kuat, ternyata kami bisa mendapatkan kepuasan yang maksimal. Lala masih saja mengejekku kalau ia tidak mau aku menggunakan obat kuat lagi bila kami bermain bersama kembali.

Feni banyak bercerita tentang kehidupannya kepadaku. Ia merupakan center dari tim J. Posisi paling depan dan paling tengah dari pertunjukan setlist yang dibawakan oleh JKT48. Posisi yang cukup penting tentunya dari penggambarannya. Aku dapat mengerti mengapa ia dipilih mengemban posisi itu, karena kharismanya yang kurasakan ketika berinteraksi dengannya. Karena center dan kapten merupakan dua posisi penting dalam tim, maka wajar bila ia dan Gaby sangat dekat.

Aktivitas seksualnya pun berbeda dengan Lala. Ia sering berhubungan intim dengan artis, selebgram, ataupun orang lain yang punya nama di Indonesia. Kontak dengan mereka ia dapatkan dari temannya di JKT48 yang punya koneksi dengan dunia hiburan. Hubungan seksual yang ia lakukan pun tidak dengan tujuan menjajakan diri untuk mendapatkan materi. Namun, lebih karena kepuasan batin yang ia cari dalam aktivitas seksualnya. Menurut Lala, Feni sangat ahli dalam menyembunyikan aktivitasnya karena ia tergolong member yang tidak memiliki skandal sama sekali dan dianggap mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk JKT48.

Hanya beberapa orang terdekatnya yang tahu tentang aktivitas tersembunyinya. Salah satu yang tahu tentu saja teman-temannya yang memiliki hobi yang sama dengannya. Sepertinya, bertukar atau berbagi partner seks merupakan hal yang lazim untuk mereka lakukan. Menilik hubunganku dengan Lala, mungkin malam ini hanya salah satu dari perkenalanku dengan member JKT48. Aku merasa dijadikan objek seksual oleh mereka bila mendengar cerita Feni. Namun, karena sampai saat ini hal ini tidak menggangguku, aku memilih untuk menikmatinya saja.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Makasih ya Kak Lala hadiahnya”

“Iyah. Aku tunggu kado ulang tahun aku bulan depan ya”

“Oh iya, ulang tahun kita cuman beda sebulan ya”

“Kamu lupa yaaa…Iiih padahal udah dikasih lebih semalem”

289249120675278f5c7de607d72ee58d5db97302.jpg


“Hahaha. Untung diingetin. Siap Kak Lala ditunggu ya kadonya bulan depan”

“Tanggal berapa emang?”

“Inget dongg. Dadaaaah”

Kupacu mobilku meninggalkan Lala yang sudah menutup pintu. Kami hanya berbicara dari kaca mobil. Aku selamat karena memang aku lupa hari ulang tahunnya. Nanti saja kutanyakan pada Brielle. Sekarang saatnya menjemput Gaby ke rumahnya. Pesan darinya sudah masuk setelah pesawatnya selesai mendarat. Seharusnya ia pun sudah dalam perjalanan ke rumahnya.

Kurang lebih 45 menit perjalanan hingga sampai di depan rumah Gaby. Jalanan lumayan ramai sehingga aku tidak bisa memacu mobilku secepat biasanya. Karena enggan bertemu dengan keluarganya, aku sengaja membawa mobilku memutari kompleks perumahannya menunggu kabar darinya.

Drrt! Drrt!

Ponselku berdering. Yang telah ditunggu pun muncul di layar ponselku.

“Oit. Udah siap, Beb?” tanyaku berharap ia menjawab iya.

“Nama aku Gaby, Beby nama temen aku”

“Hah, siapa tuh?”

“Kamu ga lucu aaaah, ga ngerti jokes aku”

“Iya iya, aku baru inget temen kamu ada yang namanya Beby. Jadi gimana? Udah ready belom?”

“Udah nih. Kamu dimana?”

“Dah deket. Kamu tunggu di depan rumah aja dari sekarang. Bye”

Saatnya menjemput pacarku. Semoga tidak ada drama. Beberapa kali aku menjemputnya di rumah, sesuatu yang harusnya bisa berjalan dengan cepat sering menjadi molor karena seseorang yang memberikan pertanyaan-pertanyaan aneh untukku. Aku sedang membicarakan ayahnya. Aku tidak punya masalah dengan anggota keluarganya yang lain. Tidak heran menurut Lala dan Brielle, ayah Gaby dianggap meresahkan di fandom JKT48. Karena ia tergolong vokal dalam menyuarakan pendapatnya dan kadang seperti tidak dapat memilah informasi yang perlu dibawa ke permukaan.

Dari jauh, dapat kulihat Gaby sedang membuka gerbang rumahnya. Kuinjak pedal gas supaya laju mobilku lebih cepat. Ketika mobil sudah berhenti, kulepaskan seat belt dan langsung kubuka pintu penumpang untuknya. Masih ada aroma parfum Lala di mobilku, namun mudah kujelaskan karena kemarin aku pergi bersamanya dan Brielle dengan izin Gaby.

“Atas nama Kak Eby. Kita langsung jalan ya Kak supaya Kakaknya ga telat ke FX” aku sedikit berteriak sehingga mungkin terdengar kepanikan di suaraku.

Gaby tetap santai menutup dan mengunci pagar rumahnya. Ia seperti menggodaku karena tahu kalau aku ingin buru-buru meninggalkan rumahnya. Jalannya pun pelan menuju mobilku.

“Ada masanya kamu harus akur sama Papa aku ya”

“Siap Kak Eby. Tapi masanya ga sekarang ya. Karena Kakaknya sudah ditunggu fans di FX”

“Iya Bapak. Ayok cepet jalan. Bapak lebih takut dipanggil Papa saya daripada saya ga sampe FX tepat waktu kan?”

Kami pun berkendara menuju FX Sudirman. Syukur kuucap dalam doa karena hari ini aku selamat.

“Enak cuti ulang tahunnya?” tanya Gaby.

Tentu saja enak. Ini cuti paling produktif yang kulakukan dengan bercinta empat (lima jika menghitung threesome) kali bersama Lala dan Feni. Namun, bodoh bila aku berbicara sejujur itu.

“Enak. Sempet bosen tapi, soalnya abis Lala Brielle pergi aku sendirian”

“Terus deh, bikin aku ngerasa bersalah”

“Lah, kan aku jawab kamu”

“Jawabannya yang lebih manis bisa kali”

“Iya-iya. Ulang coba ditanya lagi”

“Males ah. Udah ga seru”

“Kan aku yang ulang tahun yak. Kenapa aku yang diambekin”

“Becanda ih. Emang ya kalo udah tua gampang baperan”

“Enak aja kita cuman beda lima tahun juga. Bikin anak juga belom masuk SD”

“Mau bikin anak?”

Kenapa arah pembicaraannya jadi ke sini?

Memang kami belum bercinta lagi semenjak malam di Anyer. Tapi lebih baik aku berhati-hati dengan responku.

“Mau lah. Kalau udah mampu ngidupin istri anak”

“Kalo belum mampu gamau?”

“Itu sama aja ga ngerawat pemberian Tuhan”

“Emang ya kalo semakin tua jadi semakin bijak. Puji Tuhan”

Pembicaraan tidak penting kami menemani perjalananan ke FX. Sesampainya di tujuan, aku menurunkannya di parkiran P4.

“Kamu nunggu di sini apa engga?” tanya Gaby sebelum meninggalkanku.

“Aku mau naik bentar beli J!@# Toast. Abis itu nunggu kamu di luar FX. Kita mau ke mana selesai kamu perform?”

“Tenang aja. Yang jelas aku yang traktir. Sabar ya sayang tunggu aku”

“Semangat perform-nya”

Gaby pergi meninggalkanku menuju ke lift barang. Lift yang menurut Gaby dan Lala lebih sering digunakan oleh member JKT48. Setelah kulihat pintu lift barang tertutup membawa Gaby ke atas, kupacu mobilku naik ke parkiran yang lebih layak di lantai atas. Setelah berputar-putar, kuparkirkan mobilku di parkiran P1.

Aku sudah menginginkan makanan ini semenjak awal bulan. Hingga akhirnya baru bisa kubeli saat ini. Sekarang tinggal menunggu pesananku selesai sebelum meninggalkan mall ini. Aku berharap bisa bertemu Lala dan menghindari Frieska saat menunggu. Sungguh sebuah dilema. Ketika aku berbalik badan ke arah lift, kulihat gadis ber-hoody pink melambaikan tangannya kepadaku.

“Kakak mau nonton?”

“Engga, aku cuman nge-drop aja, Fang” kataku sembari mengedipkan sebelah mataku. Kodeku kalau ada yang tidak bisa kubicarakan langsung dengannya. Karena ia tidak sendirian menghampiriku.

“Ooh gitu, kirain. Hehehe” Brielle mengeluarkan senyum yang tampak dipaksakan.

“Aku belom minat”

“Bisa gratis kok Kak, ada caranya”

“Ya nanti-nanti ya”

Gadis di samping Brielle menatapku dengan tajam. Karena merasa terganggu, aku balas menatap gadis tersebut. Ternyata ia tidak menatapku. Karena rona matanya kosong seperti menatap kejauhan. Aku pun menengok Brielle kembali dan menggerakkan satu telunjukku kepada gadis yang melamun tersebut.

“Christy! Jangan ngelamun sambil berdiri ih. Malu”

“Engga! Aku ga ngelamun” jawab gadis itu dengan nada tinggi.

Panggilan Brielle telah menyadarkannya.

“Yaudah Kak. Aku duluan ya. Jangan nakal-nakal”

“Hah…Ga kebalik aku yang ngomong”

Brielle pun berlalu sambil menggandeng lengan gadis pelamun yang menemaninya. Kulihat ia berbisik kepada Brielle dengan sedikit menengok. Entah apa yang mereka bicarakan.

Setelah menerima roti panggang pesananku, kutinggalkan FX untuk menunggu pacarku selesai bekerja. Senyum tersungging di wajahku, karena kubayangkan sekarang aku sudah selayaknya pria dewasa yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Sedikit lucu memang.

Aku hanya pindah tempat ke belakang FX Sudirman, di restoran cepat saji yang biasa menyajikan ayam dan burger. Hanya untuk menghabiskan waktu niatku. Setengah jam berlalu dan ponselku bergetar menandakan pesan masuk. Pengirimnya ternyata bukan seperti yang kukira. Lala mengirimku pesan. Tidak biasanya ia secepat ini menghubungiku semenjak pertemuan terakhir kami.

“Kamu lagi ngapain?” begitu isi pesannya.

Sebuah pertanyaan muncul di kepalaku. Mungkinkah ia sudah membawa perasaan dalam hubungannya denganku? Kurasa ini penting untuk kutanyakan kepadanya. Tapi aku takut nantinya justru menimbulkan kecanggungan. Padahal hubungan kami sudah sangat baik sampai saat ini. Ada rasa takut kalau nantinya hubungan kami akan menggangguku dengan Gaby, bila aku dan Lala terjerumus terlalu dalam. Apalagi saat ini mereka berdua sedang bersama-sama. Kurasa lebih baik bila kubalas Lala setelah mereka selesai perform, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kulanjutkan aktivitasku dengan laptop untuk menghabiskan waktu. Setengah jam kemudian, ponselku kembali bergetar dengan pesan baru yang masuk. Kulihat nama yang muncul dan ternyata dari Gaby.

“Kamu akhirnya nunggu di mana?”

“Di M#d samping STC Gab, biar deket”

Tak sampai 1 menit, balasan darinya langsung masuk.

“Makan mulu ih, padahal tadi udah beli toast”

Aku hanya tersenyum membaca pesannya. Kubalas pesan tersebut. Padahal ia mungkin hanya sedang break sebentar dari show-nya, tapi ia menyempatkan diri untuk menanyakan keadaanku. Indahnya punya pacar.

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Tanpa menunggu kabar dari Gaby, aku segera membereskan mejaku untuk kembali ke FX dan menjemput pacarku. Tak lupa kubalas Lala karena kurasa sudah aman bila nantinya ia membuka pesan balasanku. Dan juga memberi kabar pada Gaby kalau aku berangkat kembali ke FX.

Tidak lama waktu yang kubutuhkan untuk sampai di FX kembali. Setelah memarkirkan mobil di tempat perjanjianku dengan Gaby. Kuambil ponselku kembali untuk memberitahunya. Ternyata telah ada satu pesan masuk darinya.

“Aku udah selesai, mau otw ke bawah parkiran ya”

Tidak lama, ia sudah berada di samping mobilku dan mengetuk kacanya.

“Ga lama kan?” tanya Gaby sambil menutup pintu mobil.

“Ngga, aku tadi sengaja jalannya lambat, biar pas sampe sini”

“Kalo aku selesai dan jalannya cepet, aku yang nungguin dong”

“Bakal tetep pas, kan nanti aku jalannya bakal lebih cepet. Soalnya ngepasin sama kamu”

“Tau dari mana nanti?”

“Feeling pacarnya Gaby”

“Belajar gombal dari siapa sih?”

“Tiktok jelek yang muncul di twit**ter”

“Tontontan kamu sekarang aneh-aneh deh”

“Jadi mau kemana kita? Kamu mau makan dulu kan?”

“Ke apartemen aku aja, nanti kita order take-out”

“Tumben, biasanya suka makan langsung di luar”

“Capek, masih jetlag. Besok juga aku ada kegiatan, jadi emang mau ga pulang malam ini.”

“Gaya banget, padahal cuman pindah pulau yang beda sejam doang”

Kami pun lanjut mengendarai mobil melewati padatnya jalanan Jakarta di malam minggu. Gaby menceritakan pengalamannya perform hari ini. Mulai dari kejadian di atas panggung, di belakang panggung, hingga tingkah laku fans yang menarik perhatiannya untuk diceritakan kepadaku. Bila ceritanya menyangkut salah satu temannya yang kukenal, aku dapat menanyakannya lebih lanjut. Frieska, Brielle, dan Lala tentunya. Tentu dengan menjaga antusiasmeku supaya tidak membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

Setelah melewati waktu tempuh yang lebih lama dari biasanya, kami pun sampai di tujuan.

“Kita mau pesen apa?” tanyaku yang mulai lapar kembali.

“Udah aku pesen tadi”

“Loh, kok ga nanya aku dulu”

“Ini traktiran ulang tahun. Udah terima aja. Pasti suka kok”

“Yang udah biasa kita makan ya? Ga seru dong”

“Pernah, tapi bukan yang selalu kamu pilih”

“Yaudah, kalo aku ga suka nanti aku masak sendiri aja”

“Kamu mah gitu, ga kooperatif”

Sudah lama aku tidak ke apartemen Gaby semenjak pertama kali kami makan malam di sini. Pengalaman pertama yang sejujurnya menyisakan memori buruk bagi kami. Namun, enggan kubawa topik ini bersamanya supaya tidak merusak momen. Lagipula, aku belum terpikir tentang itu setelah pacaran beberapa lama.

Delivery-nya udah sampe nih, kamu yang ambil ya?” kata Gaby dari arah dapur.

“Jadi ga surprise dong buat birthday boy?”

“Aku mau ribet siap-siap dulu. Dah gih, jangan rewel tinggal ambil aja. Mau kasih tip ga?”

“Ngapain siap-siap deh? Kan kita pesen take out. Tenang, aku ada kok”

“Udah, turun aja. Kasian abangnya nungguin kelamaan”

Aku pun turun ke lobi apartemen untuk mengambil pesanan kami. Terlihat seorang pria dengan jaket hijau sudah menanti di sana. Kuhampiri ia yang terlihat memperhatikan dengan seksama orang-orang yang turun dari atas.

“Pesanan atas nama Eby, Pak?” tanyaku ketika sudah di sampingnya.

“Iya, Mas. Saya kira cewek orangnya”

“Yang pesen pacar saya, Pak”

“Oh pacarnya. Selamat menikmati pacarnya, Mas”

“Hah?”

“Maksud saya selamat menikmati makanan sama pacarnya, Mas”

Pria itu pun pamit meninggalkanku. Sedikit menyesal memberinya tip lumayan banyak karena kata-kata terakhirnya.

Sekembalinya ke kamar apartemen, aku tidak melihat Gaby di ruang tengah ataupun di dapur seperti sebelumnya. Meja makan pun tidak terlihat ada perubahan meski tadi ia berkata akan siap-siap.

“Surprisenya kamu, makanan yang selalu aku tolak kan kalau kamu kekenyangan?” teriakku untuk mencari tahu di mana ia saat ini.

Tak ada suara dari dalam apartemen. Seharusnya suaraku pun tetap terdengar mesti ia berada di kamar mandi.

Terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat di belakangku. Saat suaranya sudah tepat berada di belakangku dan membuatku berbalik ke belakang, sosok itu mendekapku dari belakang.

Tentu saja aku mengenali siapa dia.

“Ngapain sih?” tanyaku tanpa melepas dekapannya. Karena aku nyaman di dalamnya.

“Hadiah aku ga cuman trakiran makan aja, Sayang” suaranya lembut dalam nada malu.

289249098895d4f2cec0f411063b278b9c8fccf3.jpg


“Tumben banget panggil say..”

Perkataanku terputus ketika bibirnya mengecup bibirku. Aku pun membalikkan badanku untuk lebih mudah melanjutkan ciuman kami. Tentu tidak lupa sambil menutup pintu apartemen supaya tidak ada orang lain yang melihat.

Aku dorong tubuhnya dengan perlahan ke dinding di samping pintu. Tepat di samping kami ada gantungan payung yang kugunakan untuk menggantungkan plastik makanan yang baru saja diambil. Sekarang aku bisa lebih nyaman menikmati ciuman dengan kekasihku.

Diawali dengan kecupan-kecupan ringan di bibir dan pipiku. Gaby lalu memindahkan ciumannya ke leherku. Karena aku lebih tinggi, tentu lebih mudah baginya untuk menjangkau leherku. Sesekali ia memberikan jilatan dan hisapan sebagai variasi.

“Mmmmmhh…***b…Kok kamu jadi gini sekarang?”

“Cuuuppphhh..mmhhhh…shhss…aku belajar buat kamu nih”

Segala hal yang dilakukannya memang membuatku terkejut. Ia yang dulu tidak dapat disentuh sama sekali, sekarang justru lebih luwes dalam bercumbu membuatku serasa seperti pemula.

“Tangannya jangan diem aja…mmmhhh…siniin”. Bahkan ia masih sempat bersuara dikala memanjakan leherku.

Ia menarik tangan kananku ke payudara kirinya. Tanganku bergetar saat pertama kali menyentuh gumpalan payudaranya yang terlihat berbobot dengan baju putih ketatnya. Aku pun mengikuti permainannya dengan meremas dadanya.

“Mmmhh…ssshhh….lebih lembut dong sayang….uuuhhh…*** akan ke mana-mana kok….uuuhhh”

Tidak kuturuti permintaanya. Justru aku lebih berani. Tangan kiriku yang belum bekerja kuarahkan untuk mengangkat baju putihnya dari rok birunya. Setelah terangkat, kumasukkan tangan kiriku ke dalam bajunya untuk mencari buah dada kanannya. Masih terbalut bra tentunya. Namun, itu tidak menghentikan remasanku di kedua payudaranya. Meski dengan sensasi yang berbeda di setiap telapak tangan, tanganku tidak berhenti meremas karena candu.

Aktivitas kedua tanganku di dadanya menghentikan ciumannya di leherku. Kembali kuraih bibirnya yang sudah terlepas.

“Mmmmmhhhh..cupppsh…..mmmmmmhhh..”

Ciuman kami sekarang lebih basah karena lidah kami sudah tidak tinggal diam. Cairan saliva kami pun sudah bercampur dalam pergumulan ini.

Remasanku di dadanya membuat napasnya lebih pendek dari sebelumnya. Kelelahan berciuman, ia menempelkan wajah sampingnya di leherku sembari mengerang dalam tiap tarikan napasnya. Kuhisap daun telinganya dan sesekali kujilat belakang telinganya seakan tidak memberinya istirahat dalam setiap rangsangan yang kuberikan.

“Uuuuh…kamu jago banget iiih….aaaahhh….bikin aku cepet naik gini….sssshhhh” desahnya.

“Kamu nikmatin aja….sayangg….bawahnya udah basah belum?”

“Udah kayaknya…..mmmmhhhh…udah agak geli-geli lembap gitu…..ssshhhh…Kamu mau langsung?”

“Jujur aku ga persiapan. Ga ada kondom nih, gimana? Padahal tadi aku mampir ke G!@rdi#n”

“Tapi kamu bisa keluarin di luar kan? Aku juga dari sana tadi tapi ga kepikiran”

“”Bisa, kalo gitu ikutin aku yah…kalo kamu mau berhenti bilang aja”

“Jangan berhenti please, aku udah bukan aku yang dulu lagi semenjak ada kamu”

Kuberikan senyuman mendengar jawabannya. Aku menghentikan semua permainanku di permukaan tubuhnya. Kutundukkan badanku dan kumasukkan tanganku ke dalam roknya. Tebakanku ternyata tepat. Ia hanya mengenakan celana dalam. Kulepaskan celananya dengan dibantu gerakan kakinya. Sekembalinya aku berdiri ia tidak mau kalah dengan menarik ikat pinggangku.

“Lebih cepet kalo 4 tangan kan” katanya dengan senyuman nakal.

28924910a4213d0a1d8f482e0a30dc6a2a95c151.jpg


Tepat setelah ia melepaskan ikat pinggangku, langsung kutarik celanaku ke bawah dan kulanjutkan dengan menurunkan celana dalamku.

“Waw!” Gaby menarik napas sambil menutup mulutnya dengan tangannya.

“Kenapa?”

“Terakhir aku ga sempet lihat kayak di depan muka aku sekarang gini”

“Dia ga galak kok, kamu ga perlu takut. Ayok kesini”

Aku menuntunnya sedikit bergeser dari tempat kami sebelumnya. Kami pindah menuju sebuah meja yang berdiri tepat di depan dinding. Sebenarnya aku lumayan kesulitan bergerak karena baik celana panjang dan celana dalamku masih menggantung di bawah kakiku. Tidak seperti Gaby yang sudah membuang celana dalamnya.

“Kamu duduk di atas meja ya?” aku membantunya untuk naik.

“Kok ngga ke kasur?”

“Pelan-pelan”

Setelah ia duduk di pinggir meja kubuka kakinya lebar-lebar. Tampak vaginanya memang benar sudah basah.

“Yakin, sayang?” Kupastikan kalau ini memang benar ini keputusannya.

Ia menganggukkan kepalanya. Selanjutnya ia letakkan kedua telapak tangannya di bagian belakang bahuku. Aku pun menggesekkan kepala penisku di bibir vaginanya.

“Uuuuh….geli…hhhhh..Bakal susah masuk kayak sebelumnya ga ya?” rangsanganku sudah menunjukkan hasilnya.

“Ayok kita tes”

Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya kembali setelah Anyer Lautan Asmara. Masih sulit memang, karena seharusnya ini baru kedua kalinya ada penis memasuki vaginanya.

“Aaaaaah….kok….masih sakit sih?” Gaby mulai mengerang.

“Bagus, itu tandanya kamu masih dikira tingting….Uuuuhhh”

“Tingting…..sssshhhhh…..apaan dah?”

“Perawan….oooohhhh…..akhirnya bisa sampe ujung……hhhhhh”

“Ssssshhhh….oooooohhhh….Yang merawanin juga kamu…….”

Setelah berhasil masuk sepenuhnya, mulai kuatur tempo genjotanku di dalam vaginanya. Dimulai dengan perlahan-lahan hingga kunaikan kecepatannya terus menerus. Tangan Gaby telah pindah ke leherku dan dapat kurasakan ada tenaga yang ia gunakan untuk menarik tubuhku untuk menggenjotnya lebih keras.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Aaaahhhh…Uuuuhhhh…Enakkkbangeettthh…Jangaaan…berhentttiii…Sayaannnggg…Uuuuhhhh…Aaaahhhh”

Gaby sudah dimabuk nikmat bercinta. Leher dan dadanya sudah basah oleh keringat. Bajunya sudah berantakan. Kuturunkan pinggiran bajunya yang dari awal sudah terbuka sampai setengah lengannya, karena sampai sini saja payudaranya yang masih terbalu bra putih sudah tidak tersembunyi lagi. Sebenarnya aku takut akan merobek bajunya, namun tampaknya ia sudah tidak peduli.

2892491144b61c170d2cb70d5ed56f6afc21c198.jpg


POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

“Sssshhhhhh….Aaaaahhh……huffffffhhh……kok lebih enak dari yang pertama sihhhhhh…..” desahan tak karuan terus keluar dari mulutnya.

“Kamu udah ketagihan soalnya….hehehhe…..mmmmhhhhhh”

Tidak lama, kurasakan dinding vaginanya menyempit dan mulai menghentak-hentakkan penisku.

“Kamu mau sampe Gab?”

“Iyaaahhh…aku keluar pas lagi di dalem….uuuuuhhhh….ahhhhhhhhh….ouuuhhhhhh”

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Cairan orgasmenya membasahi penisku yang masih belum kucabut dari vaginanya. Sayangnya ia belum berhasil membuatku orgasme. Tentu tidak akan kuutarakan hal ini supaya tidak membuatnya merasa tidak enak padaku.

“Haaahhh…hahhhhh..baru aku mau nanya kalo aku keluar pas kamu masih di dalem gimana?”

“Ga ngaruh kok. Sekali lagi kamu masih kuat, Sayang?” tanyaku berharap.

“Aku istirahat sebentar, boleh?”

Kulepaskan penisku dari vaginanya. Kemudian kuturunkan dua celana yang masih tergantung di kakiku. Baru kugendong tubuh kekasihku dan membopongnya ke kamar untuk meletakkannya di atas ranjang.

“Kok kamu selalu lebih lama sih?” tanya Gaby dengan nada penasaran.

“Aku selalu olahraga dan makan makanan sehat soalnya”

“Emang ngaruh?”

“Ngaruh loh. Coba kamu mulai rajin”

“Aku kan joget-joget terus”

“Oh iya, tapi kamu mah karena baru lepas tingting. Jadi wajarlah”

Tentu ada alasan lain untuk menjaga stamina. Yaitu punya jadwal rutin untuk bercinta. Dan pastinya alasan ini tidak kukemukakan padanya karena itu aktivitas yang tidak boleh diketahui pacarku.

“Aku ambil air sebentar ya, Sayang” kataku sambil meninggalkannya yang masih mengatur napas sambil berbaring.

“Aku juga mau ya”

Aku pun keluar untuk mengambil air mineral untuk kami berdua. Muncul ide di kepalaku.

“Silakan diminum dulu mba Eby sebelum ronde kedua”

“Iiiih, kok kamu udah bugil?” ia tampak kaget sambil menerima botol air mineral yang kuberikan.

“Sayangku ga merasa tertantang?”

“Aku capek, kamu dong yang bukain” katanya sambil melempar botol dan kembali berbaring.

Kuterima tantangannya dan naik ke atas tempat tidur. Kubuka pelan-pelan kancing roknya yang berjumlah enam buah. Tergolong mudah. Tantangan berikutnya yang sedikit sulit. Kucoba melanjutkan tarikanku yang sempat terhenti pada bagian lengan bajunya. Melepaskan lengannya dari dalam baju memang sulit karena harus kulakukan satu per satu. Selesai kedua lengannya kulepaskan dari bajunya. Kutarik perlahan-lahan sampai ke pinggangnya.

“Udah nyerah sampe sini aja” kataku sambil membasuh keringat di dahiku. Cukup melelahkan ternyata.

“Cupu ih” Gaby menjawab dengan melepaskan tangan yang tadi menutupi matanya.

“Nih aku tunjukin bagian yang ga cupu”

Aku pindah posisi dan sekarang berada di atas vaginanya. Sungguh indah vagina pacarku yang terlihat terawat. Bulu kemaluannya dicukur rapi hanya di bagian atas vaginanya. Cukup meningkatkan libidoku dengan hanya memandangnya.

Kemudian kupindahkan wajahku di depan vaginanya. Kuhembuskan napas dari hidungku ke vaginanya. Aroma vaginanya membuatku terangsang karena baru saja orgasme. Sisa-sisa cairannya masih ada di sana.

“Geliiii…iiiih…diapain sih?” Gaby kembali meracau.

“Padahal baru pake angin. Nih cobain”

Kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya. Begitu kutemukan klitorisnya, kujilat dengan gerakan keluar masuk hanya di klitorisnya.

“Aaahhh…Uuuuh…Aahhhh…Enakkk…

Saatnya mulai membuat Gaby horny kembali.

“Slllrrrrppppppp……..sllllrrrppppp…..sslllllrrppppppp”

Suara lidahku bertemu dengan vaginanya memenuhi ruangan yang sunyi dengan desahan kekasihku. Tangan kanannya sekarang ada di kepalaku dan tak berhenti menjambak rambutku. Menyakitkan juga untuk menaikkan libidonya.

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..”

“Sslllllrrppppppp… sllllrrrppppp……. Sllllrrrppppp”

“Udah sayangg….uuuh…berhenti….” Gaby menarik-narik rambutku.

“Kenapa, kamu ga suka?”

“Nanti aku keluar lagi. Ayok kamu telentang”

“Wow, kamu belajar dari mana?”

“Nonton film”

“Nakal ya pacarku”

“Hussh..Kebutuhkan biologis”

Aku pun tidur telentang. Penisku sudah menegang sempurna lagi dengan aktivitasku di vaginanya.

“Aku ga masukin punya kamu ke mulut gapapa kan?’’ tanya Gaby malu-malu.

“Gapapa, kalo kamu mau aja”

“Yeeyy, sini-sini langsung”

“ADUH!”

“Kenapa sayang?”

“Dengkul aku jangan diinjek sayang”

“Duh maaf-maaf, ga keliatan”

“Kalo titit aku keliatan kan?”

“Segede ini masa ga keliatan”

SLOPPPP!

Kesempatan kali ini penisku lebih mudah untuk masuk sepenuhnya sampai terasa dinding rahimnya.

“Tunggu sayang” kataku sambil bangkit dari posisiku.

“Kenapa lagi sih?”

Sesampainya di depan tubuhnya, kuletakkan tanganku di belakang punggungnya, dan kulepaskan kaitan bra-nya. Sekarang dua bongkahan indah berdaging dengan areola coklat pucat itu terlihat jelas di kedua mataku.

PERFECT” Satu kata yang keluar dari mulutku sembari membuat gerakan sedang memotret dengan kedua telapak tanganku.

“Iiiih….maluuu”

Aku pun kembali telentang.

“Saya siap mba Eby”

Gaby pun meletakkan kedua tangannya di dadaku sebagai tumpuan. Ia mulai naik turunkan tubuhnya di atas penisku.

“Yeeeeehss…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Enak banget sayang……uuuuuhhh…..You’re the best….aaahhh….Saikou kayo!

“Belajar…..dari mana…..kamu?”

“Taulah aku……aaaahhh….yang suka dinyanyiin pacarku…..oouuhhhh”

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..”

PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

“Huuffft…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..ANJRIT….ENAK BANGET SAYANGGGGGHHHHH!!!!”

Desahan Gaby tidak henti-hentinya terdengar. Ia sudah merubah posisinya dengan memindahkan tumpuan tangannya di belakang tubuhnya seiring dengan semakin intens gerakannya mengebor penisku. Tubuh indahnya terlihat begitu erotis ketika ia menarik badannya ke belakang seperti ini. Tentu saja ditambah dengan tanganku yang ada di buah dadanya meremas-remasnya tanpa ampun. Hingga hanya bisa satu tangan saja ketika ia sudah menarik badannya ke belakang seperti sekarang. Ekspresi wajah pacarku sudah tidak karuan. Mulutnya yang tak henti-hentinya mendesah sudah basah dengan liurnya sendiri. Ingin kuhisap liurnya namun terhalang dengan posisiku yang berada di bawahnya.

Sesaat setelah kurasakan desir darah di ujung penisku. Kembali kutegakkan badanku dan kuraih telinganya untuk berbisik.

“Aku mau keluar sayang”

Gaby yang tidak menjawab kupindahkan tubuhnya dengan paksa hingga sekarang ia berada di bawahku hingga tubuhku menindih tubuhnya. Tanpa melepaskan penisku dari vaginanya kali ini giliranku yang menggenjotnya. Juga kusambar bibirnya sembari menekan payudaranya dengan kedua tanganku. Kuserang ia dia di tiga titik. Sementara ia memeluk erat punggungku sembari memainkan lidahnya di dalam mulutku. Terasa kukunya yang panjang seperti mencabik kulit punggungku.

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

“Cuuuppphhh..mmhhhh…shhss…”

“Mmmmmhhhh..cupppsh…..mmmmmmhhh..”

“AAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHHHHH”

Kulepaskan ciuman, remasan, sekaligus penisku dari tubuh kekasihku. Tanpa sempat kuarahkan, penisku mengeluarkan spermanya bertubi-tubi.

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Spermaku keluar ke arah dagu dan leher pacarku. Hingga akhirnya turun ke dada dan perutnya dari sana. Setelah itu pun tubuhnya mengejang karena ia ikut orgasme.

“Makasih ya sayang” kataku dengan mengecup dahinya.

Gaby masih mengatur napasnya.

“Ini kado terindah di 27 tahun umur aku”

“Aku bakal kasih segalanya buat orang yang udah bikin aku bebas dari trauma aku” ia menatapku dengan pandangan penuh makna.

Aku tersenyum dan mengecup bibirnya.

“Sekarang, yuk kita makan”

“Aku istirahat dulu ya, Sayang”

“Aku bawa aja makanan kita ke sini”

Kembali berdiri dalam keadaan telanjang, kuraih celana panjangku untuk mengambil ponselku di dalam kantong. Sambil berjalan keluar, kulihat notifikasi pesan masuk dari Lala.

“Kalo bukan pacar, balesnya lama ya ☹”
 
Keren bgt.... Nice parah
Btw gw lebih suka story nya mpris sm gaby sih hehe
 
Bimabet
wah Lala mulai baper ini, seru.
Semua konflik lagi dipersiapkan menuju klimaks nih hu. DItunggu ya ;)
Gas feni hu....

Feni wajib bat hu

Buat main stoy kemarin gas terakhir kk Feni hu. Nanti mungkin ada special tribute tapi ane mikirin formatnya dulu :beer:
Frieskhh gada lawan

Siap siap hu ngelawan raja terakhir :D
Keren bgt.... Nice parah
Btw gw lebih suka story nya mpris sm gaby sih heh

Thanks hu. Welcome to tim mpries gaby :Peace:

ga di lanjut nih hu?

Blm ada kelanjutannya

yuk update yuk

Update hu update

Masih menunggu update cerita bagus ini ...

Sundul dulu deh

Yuk bisa yuk

Waduh suhu sudah bulan Juli, semoga lanjut

Menunggu lanjutin

bakal dilanjut dalam waktu dekat hu, draft part berikut baru masuk editor ane
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd