Demi kenyamanan pembaca dan supaya feel nya tetap terjaga... Semoga bisa memberi hiburan buat kita semua..
PART 11
Ratih Puspa Sari aka Ratih
Raka Priambudi Gemilang aka Raka
Pov 3rd
"Tentang apa?", bisik Ratih.
"Tentang makam tante Henny".
"Apa kata om Hendro?".
"Karena tante Henny meninggal pada saat perjalanan pulang dari Makasar menggunakan kapal laut, maka jenazah nya pun di makam kan di laut. Padahal, dulu waktu om Hendro menceritakan kematian tante Henny, ia tidak menyinggung-nyinggung soal pemakaman laut. Ini yang membuat ku curiga".
Ratih manggut-manggut. Sesaat setelah ia termenung, ia pun berkata kepada Raka.
"Oke, Raka...Aku akan bicara sama om Hendro untuk meminjam mobil nya. Tapi, kamu harus sarapan dulu. Kalau kamu tidak mau sarapan dulu, aku tidak mau mengantar mu".
"Oke, nyonya besar.....!", Jawab pemuda itu sambil mencolek pipi Ratih.
"Brengsek.....!", Ratih mengibaskan tangan Raka yang sudah terlanjur mencolek pipi nya, lalu ia segera menemui om Hendro.
.
.
.
Mencari rumah
Ikam tidak lah semudah mencari kantor polisi. Alamat yang di miliki Raka tidak lah lengkap, sehingga Ratih sempat jengkel dibuat nya karena harus memutar-mutar kesana- kemari.
"Lain kali kalau tidak mempunyai alamat dengan jelas, jangan memaksakan diri seperti ini!", gerutu Ratih.
"Yang kesasar kan kita berdua, bukan kamu sendiri", Goda Raka.
"Iya, tapi yang nyopirin aku! Capek nih kaki ku!". Jawab Ratih ketus.
"Kalau capek, biarlah aku yang membawa mobil. Kamu yang kasih thu jalur-jalurnya saja".
Ratih berpaling memandang Raka sejenak, "kamu bisa?".
"Siapa bilang tidak? Aku kan nggak pernah bilang kalau aku nggak bisa nyopir".
"Brengsek kamu ini, Raka....! Kenapa kemaren-kemaren kamu tidak mau ku suruh membawa mobil?". Ratih menampakkan kejengkelan nya.
Raka tertawa, lalu menggoda nya kembali.
"Kan lebih enak kamu yang stir, dengan begitu aku bebas menikmati wajah mu dari samping".
Semakin keki Ratih mendengar tawa puas pemuda itu.
Ratih menepikan mobil, dan menyuruh Raka menggantikan nya sebagai sopir.
"Ternyata Raka memang bisa stir mobi, aku merasa terkecoh selama ini", gumam Ratih dongkol dalam hati nya.
Untuk menghilangkan kekesalan hati nya, gadis itu berkata dengan angkuh.
"Kalau begini kan seperti nyonya besar diantar sopir pribadi nya!".
"Hei, tapi ingat....Aku tidak selama nya menjadi sopir mu, konyol!". Jawab pemuda itu kesal.
"Hahahaha.....", Ratih tertawa terbahak-bahak.
"Memang lebih enak begini", kata Ratih.
"Lebih enak bagaimana?".
"Yah, seperti kata mu tadi....! Sekarang gantian, aku yang dapat dengan bebas menikmati wajah mu dari samping", ledek Ratih.
Raka jadi tertawa sendiri melihat gaya Ratih yang mirip seperti pembesar yang angkuh.
Lebih dari dua jam, mereka berputar-putar menanyakan alamat
Ikam. Keduanya sama-sama jengkel.
Namun akhirnya, mereka sampai juga di sebuah rumah kecil, namun berbentuk indah dan bersih. Rumah itulah yang dituju Raka.
Rumah
Ikam, teman nya yang berasal dari Kalimantan. Konon katanya
Ikam mempunyai darah keturunan dari suku Dayak yang mengerti tentang ilmu hitam.
Mereka bersilahturahmi sejenak. Raka kaget melihat
Ikam sudah mempunyai dua orang anak yang lucu-lucu.
Lelaki bertubuh kurus itu seperti nya lebih cocok menjadi seorang
kyai, karena bicara nya cenderung membawa-bawa ilmu agama.
Menurut Ratih,
Ikam seorang suami yang bijak, lebih senang mengalah daripada ribut-ribut dengan istri nya.
Ini dapat disimpulkan dari cerita-cerita
Ikam tentang bagaimana mula nya ia membina keluarga dari nol sehingga menjadi berkecukupan seperti sekarang.
"Aku ada perlu sedikit dengan mu, Kam....", tutur Raka mengawali pembicaraan yang sebenarnya .
Ikam memandang dengan mata menyipit.
"Soal rumah?". Ikam menebak.
Ratih dan Raka saling berpandangan.
"Cepat sekali
Ikam mencium gelagat tamu nya", pikir Ratih dalam hati.
"Ya, soal rumah!", jawab Raka.
"Tapi, bukan soal jual-beli rumah".
"Ada misteri di dalam rumah itu, tentunya".
Sekali lagi, Raka dan Ratih saling berpandangan heran.
Ikam memang seorang yang mempunyai kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Ia bisa menebak maksud dan tujuan orang yang datang kepada nya.
Malahan konon, ia sering bisa membaca jalan pikiran orang lain. Menurut nya, kemampuan nya itu diperoleh secara turun temurun.
Ketika Raka menyerahkan kantong plastik yang berisi sehelai rambut yang ia temukan di kamar mandi,
Ikam hanya tersenyum dan berkata.
"Ini rambut mayat itu?".
"Ya, benar...Kam. Dan, aku ingin tahu secara tuntas, apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu". Ucap Raka menyahuti perkataan
Ikam.
Ikam manggut-manggut sambil mengamati rambut Yuli.
"Ini rambut anak kecil, ya?".
"Ya...", jawab Raka cepat.
"Oke, tunggu sebentar, ya?", jawab
Ikam.
Kemudian pria itu masuk ke kamar nya meninggalkan Raka dan Ratih di ruang tamu tersebut.
Ratih dan Raka tertegun sesaat, mereka saling membisu, saling memandang kian kemari, memperhatikan keadaan ruang tamu yang tidak seluas ruang tamu rumah om Hendro.
"Dia dulu sama-sama kerja dengan ku di PT. XXX di Balikpapan. Tapi, rupa nya ia lebih beruntung di tempatkan di sini", kata Raka kepada Ratih.
"Orang nya cukup ramah dan bijak, ya?". ucap Ratih menilai kepribadian
Ikam.
"Oh, tentu. Karena itu Ikam sangat di sukai teman-teman sejawat. Ia suka menolong bagi yang merasa kesulitan. Dulu, pendapatan nya tidak seberapa ketika ia masih di Balikpapan bersama ku. Tapi, setelah di pindah di sini, rupanya penghasilan nya cukup lumayan".
"Dan....Kamu tidak ingin pindah ke sini?". tanya Ratih pelan.
Sepertinya gadis itu punya maksud tertentu tetapi ia tidak berani mengatakan nya secara blak-blakan.
"Kamu senang kalau aku pindah di kota ini?".
"Nggak tahu!". Jawab Ratih singkat.
"Yang kerja bukan aku, tapi kamu. Jadi kamu lah yang bisa mengatakan senang atau tidak jika pindah di sini". Ucap gadis itu seakan menyembunyikan perasaan sebenar nya pada pemuda itu.
Raka tersenyum kecut. Mata nya masih melirik Ratih, dan Ratih segera menghindari tatapan mata pemuda itu. Ia tidak sanggup menerima kegelisahan pemuda itu lewat sorot mata yang teduh itu.
Raka dan Ratih terbungkam lagi. Masing-masing berkecamuk dalam hati. Dan, tidak berapa lama,
Ikam muncul dengan membawa kantong plastik kecil berisi rambut Yuli.
Ratih sedikit khawatir saat melihat
Ikam berkeringat. Seperti nya lelaki jangkung itu habis berlari jauh sehingga badan nya penuh keringat. Nafas nya pun tampak ngos-ngosan ketika waktu sebelum ia masuk ke kamar nya sambil membawa rambut Yuli.
Raka sendiri curiga melihat keadaan
Ikam yang berkeringat. Dalam hati Raka bertanya-tanya, "ada apa dengan
Ikam? Apa yang telah terjadi sehingga ia kelihatan capek sekali".
"Aku gagal.....", kata
Ikam tak bersemangat.
"Gagal bagaimana, Kam?".
"Aku membutuhkan banyak waktu untuk menembus tembok hitam itu".
Raka dan Ratih saling berpandangan lagi dalam keheranan. Mereka kurang mengerti maksud
Ikam dengan kata-kata
tembok hitam itu.
Ikam mengerti kebingungan Ratih dan Raka, karena itu ia sedikit memberi penjelasan.
"Anak itu mati tidak sempurna....".
"Karena apa?", desak Raka.
"Itu yang seharusnya ku ketahui, tapi sayang ada tembok penghalang. Tembok hitam yang tak dapat di tembus oleh indera keenam maupun kekuatan gaib yang ku miliki. Aku membutuhkan waktu beberapa hari untuk dapat menebus nya. Kalau aku dapat menembus tembok hitam itu, aku akan tahu apa sebenarnya yang terjadi pada anak pemilik rambut ".
"Ooohhh....", Ratih tercekam rasa ngeri dan ketakutan.
Apalagi setelah
Ikam memandang nya beberapa lama tanpa berkedip, gadis itu merasa semakin ngeri dan berdebar-debar.
Ikam berkata dengan suara pelan, namun sempat membuat Ratih merinding.
"Hati-hati....Kamu dalam bahaya di rumah itu".
Raka terperanjat, tampak cemas sekali,
"maksudmu, bagaimana?".
"Rumah itu akan memakan banyak korban. Satu diantara nya yang paling menjadi incaran mereka adalah...dia". Ikam berujar sambil menuding gadis itu.
Ratih terpekik tertahan, menutup mulut nya dengan tangan. Matanya melebar dan wajah nya menjadi pucat.
"Kenapa harus dia?", desak Raka kepada
Ikam.
"Aku melihat tanda silang merah di dahi nya. Itulah tanda kematian yang utama...Iblis menandainya dengan caranya sendiri. Tidak setiap orang dapat melihat tanda silang merah itu....".
Bersambung......