Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Geliat Desa, Sisi Lain Yang Terbuka

Nitip BHne Mbak Surti Suhu..... hehehehe...wajib lanjut Suhu guanteng.....
 




Pintu.
Analogi Wanita paling pas diibaratkan sebuah rumah, pintu ibarat bagaimana cara mendapatkan.
Ada pintu yang cukup dengan uang, maka kita sudah bisa langsung masuk. Ada yang perlu usaha keras, baru bisa kita mendapatkannya. Cara.
Kemudian rumah pun jenisnya macam macam. Ada rumah baru yang modern, ada yang klasik, ada yang minimalis, ada yang besar. Selera.
Dan analogi lain yang bisa jadi refrensi agar kita bisa memahami. Namun prinsipnya pintu dibuat untuk dibuka, dan rumah menjadi tempat untuk ditinggali. Karena kalau kosong, bisa jadi rumah angker.hahaha..

Ita, Reni, Surti mewakili tipe yang berbeda. Ita adalah rumah yang tanpa sengaja bisa masuk, dan setelah didalam dibuatnya tenggelam. Reni adalah rumah tangan kedua, yang perlu dipelihara kemudian bisa mendapatkan fasilitas fasilitas bawaan yang sudah ada. Surti, mewakili gambaran rumah sederhana, ada disekitar kita, dan kebanyakan dari kita sebenarnya sudah masuk di halaman, namun tidak sopan kalau sampai masuk ke dalam, kalau ada yang beruntung bisa masuk harus diam diam lewat pintu belakang.
Namun yang paling menyebalkan adalah rumah yang berbeda antara tampilan luar dan dalamnya. Nanti pada saatnya saya ceritakan yang seperti itu.
Kembali ke Surti, memang begitulah...Setelah kejadian pertama, setelah sekian lama hanya dihalaman saja, melihat, mengintip, maksimal membayangkan. Setiap masuk memang harus lewat pintu belakang, diam diam, menjaga kondisi lingkungan.

Di hari Senin hari dimana siangnya orang sibuk bekerja. Aku sengaja ke rumahnya.
“Assalamualaikum Mbak Surti”
Dia membukakan pintu, sambal menggendong anaknya yang saat itu sekitar umur 2 tahunan.
“Mas febri, waalaikumsalam”
“Mbak, mau minta jahe ada ga?”
“Sebentar Mas, saya carikan dulu. Masuk dulu Mas”
Kejadian pertama yang lalu, tidak mengubah hubungan kami secara sosial, hanya secara personal saja.
“Eh Feb, ada apa”tanya Bu Narti, Ibunya Mbak Surti yang biasanya aku panggil Budhe.
“ini Budhe, badan lagi kurang fit, mau mbikin wedang jahe tapi jahenya kurang”kataku.
“Lah bisa to, Mas febri bikin jamu begitu?”
“Ya kan gampang saja Budhe”
Mba Surti datang membawa beberapa ruas jahe.
“ini Mas, mau buat apa to? Emang bisa masak?”tanya Mba Surti.
“ Ga Mba, mau bikin wedang jahe, lagi kurang fit Mba kemarin habis olahraga terlalu berat”kataku sedikit meledek Mbak Surti.
Mbak Surti malah mesam mesem..
“Olahraganya jangan berat-berat makanya Mas”sahutnya.
“Biar sehat dan badannya enak Mba.hehehe.. Kalau lama ga olahraga, badannya kaku malah jadi pegel-pegel kan. Iya kan Budhe?”
“Iya Feb, kamu masih muda harus sering olahraga”sahut Budhe.
“Tuh Mbak, bener kan. Kata Budhe juga harus sering olahraga”
“Iya si Mas, tapi sehabis olahraga juga pegel..linu juga”wah tanggapan Mbak Surti bikin ngaceng.

“Yasudah makasih Mbak, Budhe. Aku bikin jahe dulu”pamitku.
“Iya Mas, nanti juga Mbak mau ke rumah, tadi pagi disuruh nyetrikain lagi sama Ibu”

Klik. Kode sudah didapat, kesempatan ada. Apalagi yang dipikir kalau bukan ke arah sana.

Sesampainya di rumah, aku justru mematikan panci yang tadinya akan digunakan untuk membuat wedang jahe. Langsung masuk ke kamar, melepas celana. Bayangan persetubuhan kemarin dan harapan siang ini bisa mendapatkan lagi membuatku ngaceng maksimal. Apalagi tadi Mbak Surti meledek gitu didepan Budhe. Tentunya sih Budhe mungkin ga paham, tapi bagiku itu semacam sensasi keberanian Mbak Surti si Wanita kampung.

Benar saja, tidak beberapa lama ada suara Mbak Surti.
Tok..Tok..”Mas febri…”
Karena kudiamkan saja, Mbak Surti langsung masuk. Dia mencari cari aku.
“Mas..Mbak mau nyetrika.”

Aku tetap diam, aku cukup yakin Mbak Surti tahu harus kemana.

“Eeeeee..katanya mau bikin wedang jahe, malah mainan di kamar”
“Ini kan juga sama manfaatnya Mba, biar badan anget”
“Kamu ini, dasar.”katanya.
“Mbak nanti nyetrikanya aku bantu, tapi Mbak Surti bantu aku dulu biar badan enteng mau ga”
“Huu..Kamu tu maunya aja. Nanti bukannya anget, malah panas lho”katanya nakal.
“Lah malah cepat sembuh Mba”

Aku kedepan mengunci pintu, Mbak Surti masih di depan kamarku.
“Ayo Mbak, bantu aku”aku menggandengnya ke kamar.

Didalam kamar, aku memepetnya di tembok. Masih berdiri, kami berciuman. Memang sudah ada kode, ciuman itu langsung panas tanpa pemanasan. Tanganku meraba payudaranya dari balik kaosnya.

“Sshhhh..Feb, kamu ni jadi berani mincing mincing Mbak terus ya”

Aku memandang wajahnya, lalu senyum.
“Mbak juga sih, tadi menanggapi. Kan aku jadi tertantang”
“Ihh..Mbak tadi Cuma bercanda tahu”
“bercandanya Mbak tuh bikin aku pengen”

Aku langsung membuka kaosnya, Tanpa BH! kemudian langsung kami bugil di dalam rumah berduaan.

“Mas febry, Mbak takut..”

“Takut kenapa Mbak”

“Mbak taku jadi kepengen terus..Beberapa hari setelah kita berhubungan, memek Mbak rasanya masih terasa habis dimasuki. Kalau pas ga ada kerjaan, Mbak jadi gatel pengen begituan”Katanya. Antara takut atau horni.

“Itu ga perlu takut, kan ada ini Mba..”aku mencium payudaranya.

“Shhhh…iya Feb..puasin Mbak Feb.ssshhh”

Badan Mbak Surti wangi sabun, berarti dia habis mandi sebelum kesini. Aku jadi berpikir macam macam, Mbak Surti ngasih kode lewat candaannya, Mbak Surti kesini mandi dulu wangi, Mbak Surti ga pakai BH ga pakai daleman. Artinya, Mbak Surti……..

“Feb, peli kamu gedhe lho daripada suami Mbak”katanya sambal mengocok.

“Peli apa kontol Mbak?”

Dengan gemasnya dia mengocok “Kontol. Ih kamu ngajarin mbak yang enggak enggak”.

Aku memainkan itilnya, sementara dia masih mengocok kontolku.

“Mbak ga mau bikin kontolku tambah gede?”

“tambah gede gimana?”

“Mbak jilatin, nanti pasti tambah ngaceng”

“Ah,apa ga jijik Feb”

“Daripada jamu pahit, enakan kontol lho Mba. Lagian nanti Mbak Surti juga tambah enak”

Dia langsung mencobanya.

“Begini Feb?”kata dia mencium kontolku.

“Dijilat coba Mba”

Dia menjilati ujungnya, batangnya.

“Kalau mau dhisap,kaya Mbak makan es krim lebih enak lagi Mbak”

Mbak Surti nurut saja, SSHHHHH geli sekali. Meskipun sesekali masih kena giginya.

“Sudah Mbak, sini gantian”

Aku menidurkan Mbak Surti, mengangkangkan pahanya. Menjilati memeknya.

“SSHHHHH…geli geli enak Feb.SSHHHHHHH”

Bulu bulu jembutnya lebat, menyembunyikan lubang kenikmatannya, ada aroma khas Wanita bercampur semacam bau sirih.

“Mbak Surti kok bau sirih”

“SShhh..ya feb, tadi pas mandi Mbak cuci pakai sirih”katanya.

“Biar apa Mba?”

Mbak Surti malu malu menjawab..”Biar keset”tersipu sipu.

Wah, fix sih..Mbak Surti seolah menemukan apa yang dibutuhkan, dia memberi sinyal bahkan dia mau melakukan sesuatu untuk hal ini.

“Sshhhh…masih belum Feb?”

“Belum apa Mba?”

“Belum mau ngawinin Mba? Sudah geli banget…”

Aku bangkit, naik diatas tubuhnya. Menciumnya sambal berbisik “Mbak mau dikawinin?”

Wajahnya yang pasrah meminta, “Mbak mau ngerasain yang kaya kemarin..”

“Mbak udah ngerasain enak, Mbak jadi doyan kontolku ya” aku menggesek gesekan di bibir memeknya.

“SSHHH..iii..iya..Mbak gatau kenapa jadi gatel gini”

JLEB….masuk hamper semua batang kontol di memeknya yang sudah basah.

“Ohh..MANTEP Mas..ngganjel tenan…SSHHHH”

“Iya Mbak, memek Mbak juga kesat, Mbak niat ya mau langganan sama aku”

“SSHHH…terserah kamu Mas e” dia jadi memanggilku mas e. Seperti ceritanya kemarin seusai kami berhubungan, dia memang membutuhkan perhatian tidak Cuma kiriman. Membutuhkan komunikasi yang intens untuk mengisi hari harinya.

Persetubuhan sangat panas, sudah tidak ada canggung lagi.

.......

Week end.
 




Pintu.
Analogi Wanita paling pas diibaratkan sebuah rumah, pintu ibarat bagaimana cara mendapatkan.
Ada pintu yang cukup dengan uang, maka kita sudah bisa langsung masuk. Ada yang perlu usaha keras, baru bisa kita mendapatkannya. Cara.
Kemudian rumah pun jenisnya macam macam. Ada rumah baru yang modern, ada yang klasik, ada yang minimalis, ada yang besar. Selera.
Dan analogi lain yang bisa jadi refrensi agar kita bisa memahami. Namun prinsipnya pintu dibuat untuk dibuka, dan rumah menjadi tempat untuk ditinggali. Karena kalau kosong, bisa jadi rumah angker.hahaha..

Ita, Reni, Surti mewakili tipe yang berbeda. Ita adalah rumah yang tanpa sengaja bisa masuk, dan setelah didalam dibuatnya tenggelam. Reni adalah rumah tangan kedua, yang perlu dipelihara kemudian bisa mendapatkan fasilitas fasilitas bawaan yang sudah ada. Surti, mewakili gambaran rumah sederhana, ada disekitar kita, dan kebanyakan dari kita sebenarnya sudah masuk di halaman, namun tidak sopan kalau sampai masuk ke dalam, kalau ada yang beruntung bisa masuk harus diam diam lewat pintu belakang.
Namun yang paling menyebalkan adalah rumah yang berbeda antara tampilan luar dan dalamnya. Nanti pada saatnya saya ceritakan yang seperti itu.
Kembali ke Surti, memang begitulah...Setelah kejadian pertama, setelah sekian lama hanya dihalaman saja, melihat, mengintip, maksimal membayangkan. Setiap masuk memang harus lewat pintu belakang, diam diam, menjaga kondisi lingkungan.

Di hari Senin hari dimana siangnya orang sibuk bekerja. Aku sengaja ke rumahnya.
“Assalamualaikum Mbak Surti”
Dia membukakan pintu, sambal menggendong anaknya yang saat itu sekitar umur 2 tahunan.
“Mas febri, waalaikumsalam”
“Mbak, mau minta jahe ada ga?”
“Sebentar Mas, saya carikan dulu. Masuk dulu Mas”
Kejadian pertama yang lalu, tidak mengubah hubungan kami secara sosial, hanya secara personal saja.
“Eh Feb, ada apa”tanya Bu Narti, Ibunya Mbak Surti yang biasanya aku panggil Budhe.
“ini Budhe, badan lagi kurang fit, mau mbikin wedang jahe tapi jahenya kurang”kataku.
“Lah bisa to, Mas febri bikin jamu begitu?”
“Ya kan gampang saja Budhe”
Mba Surti datang membawa beberapa ruas jahe.
“ini Mas, mau buat apa to? Emang bisa masak?”tanya Mba Surti.
“ Ga Mba, mau bikin wedang jahe, lagi kurang fit Mba kemarin habis olahraga terlalu berat”kataku sedikit meledek Mbak Surti.
Mbak Surti malah mesam mesem..
“Olahraganya jangan berat-berat makanya Mas”sahutnya.
“Biar sehat dan badannya enak Mba.hehehe.. Kalau lama ga olahraga, badannya kaku malah jadi pegel-pegel kan. Iya kan Budhe?”
“Iya Feb, kamu masih muda harus sering olahraga”sahut Budhe.
“Tuh Mbak, bener kan. Kata Budhe juga harus sering olahraga”
“Iya si Mas, tapi sehabis olahraga juga pegel..linu juga”wah tanggapan Mbak Surti bikin ngaceng.

“Yasudah makasih Mbak, Budhe. Aku bikin jahe dulu”pamitku.
“Iya Mas, nanti juga Mbak mau ke rumah, tadi pagi disuruh nyetrikain lagi sama Ibu”

Klik. Kode sudah didapat, kesempatan ada. Apalagi yang dipikir kalau bukan ke arah sana.

Sesampainya di rumah, aku justru mematikan panci yang tadinya akan digunakan untuk membuat wedang jahe. Langsung masuk ke kamar, melepas celana. Bayangan persetubuhan kemarin dan harapan siang ini bisa mendapatkan lagi membuatku ngaceng maksimal. Apalagi tadi Mbak Surti meledek gitu didepan Budhe. Tentunya sih Budhe mungkin ga paham, tapi bagiku itu semacam sensasi keberanian Mbak Surti si Wanita kampung.

Benar saja, tidak beberapa lama ada suara Mbak Surti.
Tok..Tok..”Mas febri…”
Karena kudiamkan saja, Mbak Surti langsung masuk. Dia mencari cari aku.
“Mas..Mbak mau nyetrika.”

Aku tetap diam, aku cukup yakin Mbak Surti tahu harus kemana.

“Eeeeee..katanya mau bikin wedang jahe, malah mainan di kamar”
“Ini kan juga sama manfaatnya Mba, biar badan anget”
“Kamu ini, dasar.”katanya.
“Mbak nanti nyetrikanya aku bantu, tapi Mbak Surti bantu aku dulu biar badan enteng mau ga”
“Huu..Kamu tu maunya aja. Nanti bukannya anget, malah panas lho”katanya nakal.
“Lah malah cepat sembuh Mba”

Aku kedepan mengunci pintu, Mbak Surti masih di depan kamarku.
“Ayo Mbak, bantu aku”aku menggandengnya ke kamar.

Didalam kamar, aku memepetnya di tembok. Masih berdiri, kami berciuman. Memang sudah ada kode, ciuman itu langsung panas tanpa pemanasan. Tanganku meraba payudaranya dari balik kaosnya.

“Sshhhh..Feb, kamu ni jadi berani mincing mincing Mbak terus ya”

Aku memandang wajahnya, lalu senyum.
“Mbak juga sih, tadi menanggapi. Kan aku jadi tertantang”
“Ihh..Mbak tadi Cuma bercanda tahu”
“bercandanya Mbak tuh bikin aku pengen”

Aku langsung membuka kaosnya, Tanpa BH! kemudian langsung kami bugil di dalam rumah berduaan.

“Mas febry, Mbak takut..”

“Takut kenapa Mbak”

“Mbak taku jadi kepengen terus..Beberapa hari setelah kita berhubungan, memek Mbak rasanya masih terasa habis dimasuki. Kalau pas ga ada kerjaan, Mbak jadi gatel pengen begituan”Katanya. Antara takut atau horni.

“Itu ga perlu takut, kan ada ini Mba..”aku mencium payudaranya.

“Shhhh…iya Feb..puasin Mbak Feb.ssshhh”

Badan Mbak Surti wangi sabun, berarti dia habis mandi sebelum kesini. Aku jadi berpikir macam macam, Mbak Surti ngasih kode lewat candaannya, Mbak Surti kesini mandi dulu wangi, Mbak Surti ga pakai BH ga pakai daleman. Artinya, Mbak Surti……..

“Feb, peli kamu gedhe lho daripada suami Mbak”katanya sambal mengocok.

“Peli apa kontol Mbak?”

Dengan gemasnya dia mengocok “Kontol. Ih kamu ngajarin mbak yang enggak enggak”.

Aku memainkan itilnya, sementara dia masih mengocok kontolku.

“Mbak ga mau bikin kontolku tambah gede?”

“tambah gede gimana?”

“Mbak jilatin, nanti pasti tambah ngaceng”

“Ah,apa ga jijik Feb”

“Daripada jamu pahit, enakan kontol lho Mba. Lagian nanti Mbak Surti juga tambah enak”

Dia langsung mencobanya.

“Begini Feb?”kata dia mencium kontolku.

“Dijilat coba Mba”

Dia menjilati ujungnya, batangnya.

“Kalau mau dhisap,kaya Mbak makan es krim lebih enak lagi Mbak”

Mbak Surti nurut saja, SSHHHHH geli sekali. Meskipun sesekali masih kena giginya.

“Sudah Mbak, sini gantian”

Aku menidurkan Mbak Surti, mengangkangkan pahanya. Menjilati memeknya.

“SSHHHHH…geli geli enak Feb.SSHHHHHHH”

Bulu bulu jembutnya lebat, menyembunyikan lubang kenikmatannya, ada aroma khas Wanita bercampur semacam bau sirih.

“Mbak Surti kok bau sirih”

“SShhh..ya feb, tadi pas mandi Mbak cuci pakai sirih”katanya.

“Biar apa Mba?”

Mbak Surti malu malu menjawab..”Biar keset”tersipu sipu.

Wah, fix sih..Mbak Surti seolah menemukan apa yang dibutuhkan, dia memberi sinyal bahkan dia mau melakukan sesuatu untuk hal ini.

“Sshhhh…masih belum Feb?”

“Belum apa Mba?”

“Belum mau ngawinin Mba? Sudah geli banget…”

Aku bangkit, naik diatas tubuhnya. Menciumnya sambal berbisik “Mbak mau dikawinin?”

Wajahnya yang pasrah meminta, “Mbak mau ngerasain yang kaya kemarin..”

“Mbak udah ngerasain enak, Mbak jadi doyan kontolku ya” aku menggesek gesekan di bibir memeknya.

“SSHHH..iii..iya..Mbak gatau kenapa jadi gatel gini”

JLEB….masuk hamper semua batang kontol di memeknya yang sudah basah.

“Ohh..MANTEP Mas..ngganjel tenan…SSHHHH”

“Iya Mbak, memek Mbak juga kesat, Mbak niat ya mau langganan sama aku”

“SSHHH…terserah kamu Mas e” dia jadi memanggilku mas e. Seperti ceritanya kemarin seusai kami berhubungan, dia memang membutuhkan perhatian tidak Cuma kiriman. Membutuhkan komunikasi yang intens untuk mengisi hari harinya.

Persetubuhan sangat panas, sudah tidak ada canggung lagi.

.......

Week end.
mantep bener huuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd