Part 43
Gue: dijemput siapa ka?
Tanya gue membuka pembicaraan.
Rika: dijemput bokap gue nih gi.
Gue: oh ya? dimana bokapnya?
Rika: di tempat halte xxx tuh.
Ternyata di lokasi yang sama dengan Erin dan nyokap gue.
Rika: lo sendiri gimana?
Gue: gue juga ditunggu disana ka.
Rika hanya tersenyum seolah sudah mengetahui oleh siapa gue dijemput.
Gue: yuk kesana.
Ajak gue sambil membawakan barang-barang Rika yang cukup banyak.
Rika: maaf ya gi ngerepotin.
Gue: gapapa, kan barang-barang ini turut berjasa juga disana.
Rika: terus kalo ga berjasa ga lo bawain dong??
Gue: iya, wkwkwk.
Rika turut tertawa mendengar respon dari gue.
Ketika sudah dekat, gue melihat Erin yang begitu bahagia ekspresinya ketika melihat kedatangan gue.
Erin: abaaaaaaaangggggg….
Jerit Erin sembari mendatangi gue.
Erin: sini bang, aku bawain barangnya.
Gue memberikan hanya barang-barang gue ke Erin, dan betapa beruntungnya gue memiliki pacar yang langsung mengerti dengan kode dari gue itu. Sebagai simbol gue mempercayakan barang-barang gue ke Erin dan Erin tidak perlu membawakan barang-barang yang bukan milik gue.
Gue: makasih yaa mbull sayang.
Erin tersenyum manis dan tidak lupa keimutannya turut mengiringi senyumannya.
Erin: kak Rika dijemput siapa?
Tanya Erin kepada Rika menunjukkan bahwa Erin mengerti kecanggungan Rika.
Rika: dijemput papa aku rin, tuh disana.
NG: sini rin masukin dulu tasnya abang.
Erin: iya tantee..
Setelah menaruh tas, sekilas gue menatap Erin yang kemudian Erin mengerti keinginan gue untuk membiarkan diri Gue sebentar mengantar Rika serta barang bawaannya.
Tiba di depan keluarga Rika, gue disambut Papanya yang langsung mengambil barang-barangnya Rika dari gue, sementara mamanya membantu Rika menaruh barang-barangnya di mobil.
Selesai menaruh barang di mobil, gue salim pada orang tuanya Rika yang kemudian langsung diinterogasi oleh Papanya.
BR = Bokapnya Rika
NR = Nyokapnya Rika
BR: makasih mas udah dibawain.
Gue: iya om sama-sama.
BR: ngomong-ngomong kamu siapanya Rika?
Tanya Bokapnya Rika disertai tatapan tajamnya pada Gue.
Rika: dia temen aku kok pah.
Ucap Rika karena melihat gelagat Papanya yang akan menginterogasi gue.
BR: kamu bantu mama kamu dulu gih.
Gue dalem hati: hettt…. galak bener.
Tapi kalo mengingat gimana cerita Rika kalo mantan-mantannya dulu tidak disukai oleh orang tuanya. Gue jadi ngerti posisi Papanya. Apalagi sebagai Pria yang memiliki seorang Putri, jelas harus ekstra tegas di hadapan laki-laki lain.
Mengingat Bokapnya Rika yang bisa mengetahui sifat seseorang dari matanya. Gue pun mengubah sikap gue juga.
Gue menatap mata Bokapnya Rika sembari menyambut pertanyaan (ancaman)nya dengan tenang.
Gue: Saya Egi om, teman sekelasnya Rika dan teman satu kelompok KKNnya.
Ternyata benar, tatapan Papanya Rika semakin tajam.
Cowok yang menyimpan niat buruk pada Rika gue jamin langsung ciut nyalinya.
Kemudian Bokapnya Rika mengangguk-angguk seolah sudah selesai menilai diri Gue dan menepuk bahu gue.
BR: hmmm bagus.
Kemudian Bokapnya Rika melihat ke arah Rika dan Mamanya, otomatis gue juga melihat ke arah mereka.
Terlihat senyuman lega Rika dan senyuman penuh arti dari Nyokapnya Rika ke suaminya seolah mengerti apa maksud tatapan suaminya.
Setelah itu, gue dan Bokapnya Rika kembali saling tatap sebentar.
Gue: kalo gitu saya pamit om.
Ucap gue sedikit menundukkan kepala, dan kembali ke arah Nyokap gue dan Erin yang sudah menunggu.
Di Perjalanan Ke Rumah
NG: diapain kamu bang sama papanya Rika.
Erin: eh iya bang, diapain tadi?
Gue menghela napas.
Gue: heehhhhh… mama kayak gatau aja ah.
Erin: ih? emang diapain sih baaanggg??
Tanya Erin yang semakin penasaran.
Gue: kayak Ayah kamu ke aku gitu lho mbull.
NG: laki-laki tuh begitu rin kalo punya anak perempuan.
NG: pasti galak ke semua cowok di deket putrinya.
Erin: masa sih tan?
NG: iya lah Erinn sayangg…
NG: papanya tante juga dulu begitu ke temen-temen tante yang laki.
NG: serem ga gi papanya Rika?
Gue: lebih serem ayahnya Erin sih ma, hehehe.
Erin: ihh… abang mahhh…. aku bilangin ayah aku lho….
NG: iya bilangin aja rin.
Gue: eh jangan dong.
Seketika Nyokap gue dan Erin tertawa bersama.
Karena begitu capeknya gue, entah bagaimana ceritanya gue tertidur.
Erin: bangg… abaaaanggg… udah sampe nih…
Panggil Erin yang membangunkan gue.
Ternyata gue sampai tertidur di bahunya Erin. Dan sudah tidak perlu diceritakan lagi seperti apa rasanya.
SANGAT SANGAT SANGAT NYAMAN.
Apalagi diiringi dengan aroma khas dari tubuh perempuan yang sangat gue cintai ini.
Setelah selesai membereskan barang-barang bawaan, Nyokap gue langsung pamit balik ke rumah nenek.
Kembali kini gue dan Erin hanya berdua di rumah.
Setelah menutup pintu, gue langsung meraih tangan Erin ke arah kamar.
Erin: ih… abang… mau ngapain??
Erin panik karena mungkin menyangka gue hendak melakukan yang ‘aneh-aneh’ secara mendadak.
Sesampainya di kamar, gue memeluk Erin dan merebahkan diri kami berdua kasur menyamping.
Masih dalam keadaan memeluk, kini posisi kepala gue tepat di depan dada Erin (bukan pas di payudaranya). Gue menghirup aroma tubuh Erin yang sangat gue kangenin selama disana. Aroma khas tubuh Erin yang membuat gue nyaman. Aroma khas yang sangat gue nantikan. Amora khas yang gue tunggu-tunggu.
Meskipun saat di mobil tadi sudah, tapi tidak mungkin cukup hanya dengan waktu yang singkat itu. Harum wangi alami dari tubuh perempuan yang selalu membuat gue nyaman tiap memeluknya.
Gue: rin, peluk abang dong.
Pinta gue pada Erin yang sangat dadakan itu.
Erin pun menurutinya meskipun masih sangat sangat panik.
Erin: ihhh… abanggg… dadakan banget sihh…
Protes dan ronta Erin dalam keadaan sudah mendekap kepala gue di dadanya.
Kemudian secara perlahan, rontaan Erin berubah menjadi elusan pada kepala gue dan Erin mengeratkan dekapannya. Pertanda dirinya kini sudah tenang dan mengerti bahwa pacarnya yang secara mendadak dan membuat dirinya panik dan deg-degan sejadi-jadinya ini sangat membutuhkan perlakuan yang memanjakan ini dari dirinya.
Dalam dekapannya, gue dapat mendengar dengan jelas detak jantung Erin yang tadinya berdetak begitu cepat akibat perbuatan gue yang mendadak tadi perlahan kembali menjadi normal.
Erin: kangen banget sama abang…
Ucap Erin dengan suara yang begitu imutnya dan penuh rasa sayang, kini paniknya sudah hilang.
Gue: abang juga kangen rin, makanya minta diginiin sama kamu.
Erin memukul lembut kepala gue setelah mendengar ucapan gue sembari tertawa kecil.
Erin: abang ga mandi atau ganti baju dulu?
Kode Erin meminta dengan bertanya.
Gue memang mendengar jelas pertanyaan itu, namun kesadaran sudah entah kemana akibat kantuk berat. Sehingga dalam dekapan dan suara lembut dari perempuan yang sangat gue sayang ini, gue semakin tenggelam dalam kenyamanan. Di akhir kesadaran, gue merasakan kecupan lembut di kepala gue, mengantarkan diri gue tertidur dengan sangat-sangat nyaman.
Keesokan Paginya
Erin: abaanggg…
Panggil bidadari yang kucintai ini dengan suara lembutnya diiringi dengan elusan lembut di kepala gue.
Erin: abangg.. bangun.. aku.. ahhh~
Terdengar suara desahan Erin yang begitu lembut dan imutnya.