CUCKOLD
Aku, sosok yang sangat Neng kagumi sangat Neng cintai menjatuhkan pilihanku untuk menikahi wanita lain, sedangkan dia, orang yang rela memberikan kehormatannya untukku ditinggalkan dan dicampakkan olehku, Neng terpuruk, hatinya hancur lebur, sebagai seorang wanita, dia merasa tak lebih berharga dari seongok sampah.
Usia ibunya hampir kepala enam, setelah kepergian Zaki, Neng menjadi anak satu satunya, wajar rasanya jika diusianya yang telah lanjut, seorang ibu mengharapkan untuk segera memiliki cucu dari anak semata wayangnya.
Selepas kuliah, Neng memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang samasekali tidak dicintainya.
Yoga namanya dia adalah kakak kelas neng sewaktu Neng masih sekolah di SMA, sejak masa SMA, Yoga memang telah menaruh hati pada Neng, tapi samasekali tidak ditanggapi oleh Neng.
Saat Neng sedang menyusun skripsi untuk menyelesaikan kuliahnya, Yoga turut membantu Neng menyusun skripsinya.
Tapi dibalik bantuannya Yoga menyimpan sesuatu dibelakangnya, dia berusaha meraih simpati dan hati Neng.
Saat itu Yoga bekerja di sebuah event organizer ternama di kota Bandung, yang biasa menangani event event besar terutama event event konser musik dengan artis papan atas, penghasilannya lebih dari cukup untuk seorang duda muda yang belum mempunyai anak, setahun dia menduda setelah bercerai dengan istrinya.
Yoga memberanikan diri untuk datang ke rumah Neng, didampingi oleh Ibu dan pamannya karena ayah Yoga telah meninggal dunia saat Yoga kuliah smester lima.
Ibunda neng kaget tak menyangka bahwa dengan tiba-tiba Yoga dan keluarganya datang untuk melamar Neng, tidak ada jawaban saat itu, karena Neng masih dilanda kegalauan juga karena Neng masih sibuk menyusun skripsi.
Setelah Yoga datang ke rumah, mamah ( ibunda Neng) selalu membahas tentang Yoga, berharap Neng mau menerima lamaran Yoga, karena Yoga nampak baik, selain itu Yoga juga sudah lumayan mapan dalam urusan financial, juga karena mamah sudah sangat merindukan kehadiran cucu.
Setelah Neng lulus kuliah, Yoga meminta kepastian pada Neng, tapi Neng tidak langsung mengiyakan, terlebih dahulu Neng menjelaskan masa lalunya termasuk tentang status keperawanannya.
Yoga tidak mempermasalahkan masa lalu neng, dengan alasan dia sendiri juga seorang duda, dan keperawanan samasekali bukan prioritasnya.
Neng yang merasa dirinya tak lebih berharga dari sampah, merasa iba, terenyuh hatinya karena ada lelaki yang mau menerimanya dengan tanpa memperdulikan masa lalunya walaupun dalam hatinya Neng samasekali tidak mencintainya.
Tak lama setelah Neng wisuda, merekapun menikah.
Baru satu bulan usia pernikahan mereka, Neng mulai merasakan sesuatu yang tak nyaman, ternyata Yoga adalah seorang pengguna narkoba, shabu-shabu tepatnya.
Saat darah dalam tubuh Yoga meminta asupan narkoba, sifat Yoga menjadi sangat kasar, Yoga seringkali menuduh Neng selingkuh dibelakangnya.
Tak jarang Yoga menampar bahkan memukuli Neng, karena pada saat pengguna shabu sedang sakau ( kondisi dimana tubuh mulai kecanduan dan darah membutuhkan asupan zat narkotika) pengguna sabu biasanya lebih sensitif, lebih paranoid dan gelisah, saat Yoga sakau, selalu saja Yoga menuduh Neng bermain gila kemudian menyiksanya.
Memasuki dua bulan usia pernikahan, beberapa hari setelah pertemuan aku dan Neng yang kemudian saat itu aku ajak Neng ke perkebunan teh sukawana, Yoga di tangkap polisi ketika tengah menikmati shabu-shabu bersama teman-temannya.
Neng menebus Yoga agar tidak dipenjara, duapuluh juta uang yang harus dikeluarkan untuk berdamai, uang dari ibu Yoga juga uang tabungan mamah digunakan sebagai jaminan agar Yoga tidak ditahan.
Yoga dikeluarkan dari tempat dia bekerja, namun tetap saja Yoga tak berubah, dia masih tetap mengkonsumsi shabu-shabu walaupun dia tidak mempunyai penghasilan.
Ternyata Yoga membeli barang haram itu dari uang yang dia pinjam dari para lintah darat yang kini hampir setiap hari datang kerumah Neng untuk menagih uang yang dipinjam si badjingan itu.
Hal itu sangat membuat ku marah, tapi ada satu kejadian yang rasanya sangat menyulut amarahku, suatu hari Yoga bersikap sangat manis, sama sekali tidak pernah terjadi sebelumnya, saat mamah sudah pergi berjualan, tiba-tiba Yoga menghampiri Neng, memijat tubuh Neng dikamar. Kemudian Yoga memberikan segelas air minum pada Neng.
Neng tertidur lelap.
Alangkah terkejutnya Neng ketika dia terbangun, tangan dan kakinya terikat diatas ranjang, sambil satu orang pria sedang mengocok ngocok kontolnya keluar masuk di lubang vagina Neng, sementara Neng melihat Yoga tengah asik menyaksikan Neng yang tengah diperkosa, Yoga duduk di kursi memandang, menyaksikan dan menikmati tubuh istrinya disetubuhi pria lain sambil mengocok batang kemaluannya sendiri.
Yoga menikmati Fantasi cukcold, dan tubuh istrinya ditukar dengan beberapa gram shabu.
___________________________________________________
" Jujur A, baru Lima bulan Neng menjual diri, dan itupun hanya enam kali A, dan yang keenam adalah kemarin malam waktu Neng ketemu Aa, Neng terpaksa melakukan ini A, buat nutupin hutang hutang suami Neng, Neng gak mau mamah tau kalau suami Neng banyak hutang, karena pasti akan menjadi beban pikiran buat mamah" Ucap Neng sambil menangis.
Aku lihat wajahnya dengan jelas, pantas saja sedari tadi dia menunduk dan tak mau memperlihatkan wajahnya, rupanya si badjingan itu telah meninggalkan lebam dimata kiri Neng.
"Anjinggggg bakal modarr sia ku Aing!!!!! " Ucapku dalam hati
" Kenapa Neng ga bilang sama Aa, kenapa Neng tega semakin merusak kehidupan Neng sendiri, masalah hutang pada para rentenir biar jadi urusan Aa, dan Aa minta ceraikan dia Neng, maaf kalau Aa ikut campur urusan rumah tangga Neng, Aa ga tega melihat Neng seperti ini" Ucapku penuh emosi dengan air mata yang bercucuran
" Neng boleh memohon pada Aa? "
" Apa Neng, ayo katakan "
" Neng mohon Aa kontrol emosi Aa, Neng tau bagaimana sifat Aa, dan Neng tau apa yang akan Aa lakukan setelah tau semua ini, Neng mohon A, kalau memang Aa sayang sama Neng jangan lakukan hal bodoh A, inget A, Aa sekarang sudah ga seperti dulu lagi, Ada si cantik Salma anak Aa, ada mbak Ajeng, juga ada Neng yang selalu sayang sama Aa. "
Ucap Neng memohon padaku, dia sangat paham akan sifatku, karena jujur emosiku sedang memuncak, ingin rasanya aku membunuh si Bajingan itu.
