Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Untuk sex scene para suhu sekalian lebih suka dari Point Of View siapa ?

  • POV Pria

    Votes: 52 30,8%
  • POV Wanita

    Votes: 69 40,8%
  • Terserah lu Den

    Votes: 48 28,4%

  • Total voters
    169
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
SABAR.....


Sabtu pagi yang cerah, aku merawat burung burung kicau peliharaanku, murai batu kuberi nama Andrea Pirlo, kenari Yorkshire kuberi nama Marchisio, kolibri ninja kuberi nama Carlos Tevez dan masih ada beberapa jenis burung lainnya, semuanya kuberi nama pemain sepak bola, terutama dari club Juventus karena aku adalah seorang Juventini atau fans berat Juventus sejak jaman duet Fabrizio Ravanelli dan Gianluca Vialli.
Setelah merawat burung, kemudian aku mandi lalu ngopi, duduk memandangi ikan koi ditemani oleh merdunya suara burung yang saling bersahutan, oh sungguh indah pagi ini.

Sebuah mobil berhenti didepan rumahku, Seorang wanita turun bersama anaknya yang hampir sebaya dangan Salma, rupanya wanita itu Shinta, rekan kerja Ajeng yang juga rekan kerjaku dulu ketika masih bekerja sebagai sales mobil.

" Apakabar Den " Dia menyapaku

" Heiii kabar baik, aku kira siapa, lama ga ketemu pangling aku" Jawabku

" Bosen gw dirumah, lagian ini bocah pengennya jalan-jalan aja, makanya gw ajak kemari biar bisa main bareng anak lo"

" Ayo masuk, Ajeng ada didalem lagi nyuapin Salma"

" Oke Den, gw masuk dulu ya" Jawab Shinta.

" Lanjut Shin" Jawabku, kemudian aku melangkah menuju mobil untuk sekedar membersihkan interior mobilku.

Beberapa menit berselang, Ajeng datang menghampiri, meminta ijin kepadaku untuk jalan-jalan membawa Salma bareng bersama Shinta dan anaknya, akupun lantas mengijinkannya.

" Cabut dulu ya Den, biar anak-anak ga bosen dirumah aja, tar baliknya gw anterin lagi kemari"

" Oke Shin, take care ya" Jawabku

Ponselku berbunyi, panggilan masuk dari Dewi

" Hallo Wi"

" A, sorry ganggu, Aku diminta HRD untuk ngehubungin Neng, tapi HP nya gabisa dihubungi"

" Walah kenapa ya, biasanya HP dia selalu aktif, emang ada apaan Wi? "

" Mau ngabarin bahwa dia diterima kerja, dan bisa langsung ikut training nanti Senin "

" Ohh, tar aku coba hubungi, kalo masih gabisa tar aku dateng ke rumahnya, tar aku kabari atau suruh dia nelpon kamu ya Wi"

"Ok siap, ditunggu ya A"

" Oke makasih Wi"

Aku mencoba beberapa kali menghubungi Neng, ternyata benar, nomornya tidak dapat dihubungi.

Tak menunggu lama, aku langsung berangkat menuju rumah Neng menggunakan sepeda motorku.
Sesampainya dirumah Neng, mamah sedang menyapu halaman, aku menyalami kemudian mencium tangan mamah.

" Gak jualan mah? "

" Libur dulu ah, istirahat, tar aja hari senin mulai jualan lagi"

" Iya atuh mah, jangan ngoyo, harus peduli kesehatan juga, oiya Neng ada mah? Ditelponin ga aktif aktif"

" Ada tuh lagi nyuci di belakang, masuk aja Den, mamah mau nerusin nyapu "

Aku kemudian masuk kedalam rumah menghampiri Neng yang sedang mencuci pakaian.

" Heiiii si geulis rajin amat"

" Ehh Aa.. " Jawab Neng sambil mengeringkan tangannya kemudian mencium tanganku.

" Duduk A didepan, Neng bikinin kopi dulu"

" Udah disini aja ga apa-apa, ngobrolnya sambil nemenin Neng nyuci "

" Ga ahh, ga konsen malah nanti nyucinya" Jawab Neng lalu membuatkan segelas kopi pahit untukku.

" Kenapa ditelponin ko ga aktif? " Tanyaku pada Neng

" HP Neng jatuh A, terus rusak"

" Hmmmm pantesan, tadi Dewi nelpon Neng, ga aktif katanya, terus dia nelpon Aa, minta tolong untuk ngabarin bahwa Neng keterima kerja, dan nanti senin bisa langsung ikut training "

" Beneran A? " Dengan wajah yang sumringah

" Iya beneran, nih langsung aja ngobrol sama Dewi "
Aku hubungi Dewi kemudian memberikan ponselku kepada Neng Agar bisa ngobrol langsung dengan Dewi.

" Iya bener Aa, Neng diterima, makasih ya Aa atas bantuannya " Kemudian Neng menyampaikan kabar gembira ini kepada ibunya

" Duhhhh makasih banget Den, dah bantuin Neng nyariin kerja" Ucap mamah sambil duduk ikut ngobrol bersama kami

" Ah kebetulan aja mah, udah rejekinya Neng aja itumah, oiya kira-kira HP nya masih bisa dibenerin gak,? service atuh soalnya butuh buat komunikasi, tar pasti Dewi nelpon lagi"

" Ga bisa di servis A, udah ancur" Jawab Neng

" Emangnya jatuh darimana kok sampai ancur, kaya yang jatuh dari pesawat aja"

Neng dan mamah saling berpandangan, seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan.

" Coba mana liat HPnya, siapa tau masih bisa di service " Ucapku

Kemudian Neng membawa kantung keresek berisikan handphone blackberry dia yang sudah hancur berkeping-keping.

" Kok bisa? "Tanyaku

" Udahh... Ceritain aja ke A Dennis Neng! " Ucap mamah pada Neng

"Kenapa ? ayo bilang! "

" Semalem Yoga kesini A, ngamuk ngamuk, terus HP Neng dibanting sama dia"

Anjinnnng !!! Bener bener harus segera dikasih pelajaran gumamku dalam hati.

" Ga bisa didiemin inimah Neng, makin ngelunjak aja, Aa samperin dia sekarang! "

Aku bangkit dari kursi berniat untuk mendatangi rumah Yoga, namun Neng dan mamah menghalangiku dan mencoba meredakan emosiku.

" Tenang dulu kasepppp sabar jangan emosi, sok diminum dulu kopinya" Ucap mamah dengan intonasi yang lembut berusaha meredakan emosiku.

" Keterlaluan ini mah" Ucapku

" Iya emang terlalu Den, tapi sabar, cari jalan keluarnya jangan pake emosi" Kembali mamah menenangkan aku

Aku mencoba menenangkan emosiku, berdiam diteras, meneguk kopi sambil menghisap rokok, sementara itu kunci motorku dipegang oleh mamah agar aku tak pergi dalam keadaan emosi.
Mamah menghampiriku mengusap usap kepalaku agar aku menjadi tenang, aku tarik nafas dalam dalam, kemudian kubasuh wajahku dengan air keran dihalaman agar aku bisa tenang.
Neng memberikan tissue untuk mengeringkan wajahku.

" Udah mah, Dennis dah tenang kok mah, santai aja" Ucapku pada mamah

" Gitu atuhh, itu baru anak mamah yang kasep"

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ke BEC yu Neng, kita cari HP, soalnya penting banget ini" Aku mengajak Neng untuk membeli handphone baru

" Ga usah A, nanti Neng pinjem HP temen aja untuk sementara, yang penting bisa komunikasi" Jawab Neng

" Udah ayo buruan mandi cepetan! " Aku memaksa Neng untuk mau ikut denganku

" Aa mah bukan mau beliin, tapi minjemin uang, toh Neng bentar lagi kerja, nanti kalo udah gajian bisa Neng bayar ke Aa"
Setelah beberapa saat beradu pendapat, akhirnya Neng setuju untuk membeli HP baru.

Neng kemudian mandi, sementara aku ngobrol diteras dengan mamah, beliau menasehatiku mewanti wanti agar tidak mudah emosi dan tidak mendatangi Yoga, akupun mengiyakan ucapan mamah, walau dalam hati ada dendam yang sangat membara.
Setelah Neng selesai mandi, kami berpamitan pada mamah lalu pergi menuju BEC.
Selama perjalanan samasekali Neng tidak memelukku, bahkan untuk sekedar meletakkan tangannya dipinggangku pun dia segan.

" Pake android aja ya Neng, blackberry mah udah ketinggalan zaman, sekarang mah masanya android"

" Ah jangan yang mahal-mahal A, yang penting bisa telponan aja" Jawab Neng

" Kalau yang kayak gini suka ga modelnya? " Tanyaku sambil memberikan ponsel xperia neo milikku

" Suka, tapi inimah kemahalan A"

" Ga apa-apa kalau suka kita beli ini aja ya, biarin mahal dikit nanti Neng cicil aja ya"

" Iya A terserah Aa, makasih Aa"

Setelah kurang lebih empat puluh lima menit berkeliling BEC, akhirnya aku dapat handphone yang dicari, kemudian aku ajak Neng nongkrong di cafe ngopi doloe sebrang BEC, sebuah cafe yang mempunyai sejarah buat aku dan Riska.

Satu porsi salad buah, air mineral dan es jeruk menjadi menu pilihanku, sementara Neng memesan spaghetti dan segelas american latte.

" Maafin Aa kemarin ya Neng"

" Maaf untuk apa A? "

" Kemarin pas anterin Neng pulang, gatau kenapa tiba-tiba Aa kelepasan cium Neng"

Neng hanya senyum dan terdiam.

" Eh ini kalo mau download aplikasi gimana caranya A? " Neng bertanya seakan berusaha mengalihkan topik pembicaraan

" Oh ini tinggal masuk ke PlayStore dulu Neng, tapi harus login dulu pake akun Gmail" Jawabku

Waiters datang membawakan pesanan, saat makan kami sama sekali tidak saling berbicara, mungkin pertanyaanku tadi merusak moodnya akupun membiarkannya.
Aku bayar makanan kemudian mengajak Neng pulang.

Setibanya dirumah, aku langsung pamit pada mamah sekali lagi mamah mengingatkan aku untuk kontrol emosi, Neng mencium tanganku dan berulangkali mengucapkan terimakasih kepadaku.


Setibanya dirumah aku buka ponselku, ada pesan WhatsApp dari Neng

" Aa maafin sikap Neng waktu tadi di cafe, maaf banget"

Aku hanya membalasnya dengan "oke"
 
SABAR.....


Sabtu pagi yang cerah, aku merawat burung burung kicau peliharaanku, murai batu kuberi nama Andrea Pirlo, kenari Yorkshire kuberi nama Marchisio, kolibri ninja kuberi nama Carlos Tevez dan masih ada beberapa jenis burung lainnya, semuanya kuberi nama pemain sepak bola, terutama dari club Juventus karena aku adalah seorang Juventini atau fans berat Juventus sejak jaman duet Fabrizio Ravanelli dan Gianluca Vialli.
Setelah merawat burung, kemudian aku mandi lalu ngopi, duduk memandangi ikan koi ditemani oleh merdunya suara burung yang saling bersahutan, oh sungguh indah pagi ini.

Sebuah mobil berhenti didepan rumahku, Seorang wanita turun bersama anaknya yang hampir sebaya dangan Salma, rupanya wanita itu Shinta, rekan kerja Ajeng yang juga rekan kerjaku dulu ketika masih bekerja sebagai sales mobil.

" Apakabar Den " Dia menyapaku

" Heiii kabar baik, aku kira siapa, lama ga ketemu pangling aku" Jawabku

" Bosen gw dirumah, lagian ini bocah pengennya jalan-jalan aja, makanya gw ajak kemari biar bisa main bareng anak lo"

" Ayo masuk, Ajeng ada didalem lagi nyuapin Salma"

" Oke Den, gw masuk dulu ya" Jawab Shinta.

" Lanjut Shin" Jawabku, kemudian aku melangkah menuju mobil untuk sekedar membersihkan interior mobilku.

Beberapa menit berselang, Ajeng datang menghampiri, meminta ijin kepadaku untuk jalan-jalan membawa Salma bareng bersama Shinta dan anaknya, akupun lantas mengijinkannya.

" Cabut dulu ya Den, biar anak-anak ga bosen dirumah aja, tar baliknya gw anterin lagi kemari"

" Oke Shin, take care ya" Jawabku

Ponselku berbunyi, panggilan masuk dari Dewi

" Hallo Wi"

" A, sorry ganggu, Aku diminta HRD untuk ngehubungin Neng, tapi HP nya gabisa dihubungi"

" Walah kenapa ya, biasanya HP dia selalu aktif, emang ada apaan Wi? "

" Mau ngabarin bahwa dia diterima kerja, dan bisa langsung ikut training nanti Senin "

" Ohh, tar aku coba hubungi, kalo masih gabisa tar aku dateng ke rumahnya, tar aku kabari atau suruh dia nelpon kamu ya Wi"

"Ok siap, ditunggu ya A"

" Oke makasih Wi"

Aku mencoba beberapa kali menghubungi Neng, ternyata benar, nomornya tidak dapat dihubungi.

Tak menunggu lama, aku langsung berangkat menuju rumah Neng menggunakan sepeda motorku.
Sesampainya dirumah Neng, mamah sedang menyapu halaman, aku menyalami kemudian mencium tangan mamah.

" Gak jualan mah? "

" Libur dulu ah, istirahat, tar aja hari senin mulai jualan lagi"

" Iya atuh mah, jangan ngoyo, harus peduli kesehatan juga, oiya Neng ada mah? Ditelponin ga aktif aktif"

" Ada tuh lagi nyuci di belakang, masuk aja Den, mamah mau nerusin nyapu "

Aku kemudian masuk kedalam rumah menghampiri Neng yang sedang mencuci pakaian.

" Heiiii si geulis rajin amat"

" Ehh Aa.. " Jawab Neng sambil mengeringkan tangannya kemudian mencium tanganku.

" Duduk A didepan, Neng bikinin kopi dulu"

" Udah disini aja ga apa-apa, ngobrolnya sambil nemenin Neng nyuci "

" Ga ahh, ga konsen malah nanti nyucinya" Jawab Neng lalu membuatkan segelas kopi pahit untukku.

" Kenapa ditelponin ko ga aktif? " Tanyaku pada Neng

" HP Neng jatuh A, terus rusak"

" Hmmmm pantesan, tadi Dewi nelpon Neng, ga aktif katanya, terus dia nelpon Aa, minta tolong untuk ngabarin bahwa Neng keterima kerja, dan nanti senin bisa langsung ikut training "

" Beneran A? " Dengan wajah yang sumringah

" Iya beneran, nih langsung aja ngobrol sama Dewi "
Aku hubungi Dewi kemudian memberikan ponselku kepada Neng Agar bisa ngobrol langsung dengan Dewi.

" Iya bener Aa, Neng diterima, makasih ya Aa atas bantuannya " Kemudian Neng menyampaikan kabar gembira ini kepada ibunya

" Duhhhh makasih banget Den, dah bantuin Neng nyariin kerja" Ucap mamah sambil duduk ikut ngobrol bersama kami

" Ah kebetulan aja mah, udah rejekinya Neng aja itumah, oiya kira-kira HP nya masih bisa dibenerin gak,? service atuh soalnya butuh buat komunikasi, tar pasti Dewi nelpon lagi"

" Ga bisa di servis A, udah ancur" Jawab Neng

" Emangnya jatuh darimana kok sampai ancur, kaya yang jatuh dari pesawat aja"

Neng dan mamah saling berpandangan, seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan.

" Coba mana liat HPnya, siapa tau masih bisa di service " Ucapku

Kemudian Neng membawa kantung keresek berisikan handphone blackberry dia yang sudah hancur berkeping-keping.

" Kok bisa? "Tanyaku

" Udahh... Ceritain aja ke A Dennis Neng! " Ucap mamah pada Neng

"Kenapa ? ayo bilang! "

" Semalem Yoga kesini A, ngamuk ngamuk, terus HP Neng dibanting sama dia"

Anjinnnng !!! Bener bener harus segera dikasih pelajaran gumamku dalam hati.

" Ga bisa didiemin inimah Neng, makin ngelunjak aja, Aa samperin dia sekarang! "

Aku bangkit dari kursi berniat untuk mendatangi rumah Yoga, namun Neng dan mamah menghalangiku dan mencoba meredakan emosiku.

" Tenang dulu kasepppp sabar jangan emosi, sok diminum dulu kopinya" Ucap mamah dengan intonasi yang lembut berusaha meredakan emosiku.

" Keterlaluan ini mah" Ucapku

" Iya emang terlalu Den, tapi sabar, cari jalan keluarnya jangan pake emosi" Kembali mamah menenangkan aku

Aku mencoba menenangkan emosiku, berdiam diteras, meneguk kopi sambil menghisap rokok, sementara itu kunci motorku dipegang oleh mamah agar aku tak pergi dalam keadaan emosi.
Mamah menghampiriku mengusap usap kepalaku agar aku menjadi tenang, aku tarik nafas dalam dalam, kemudian kubasuh wajahku dengan air keran dihalaman agar aku bisa tenang.
Neng memberikan tissue untuk mengeringkan wajahku.

" Udah mah, Dennis dah tenang kok mah, santai aja" Ucapku pada mamah

" Gitu atuhh, itu baru anak mamah yang kasep"

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ke BEC yu Neng, kita cari HP, soalnya penting banget ini" Aku mengajak Neng untuk membeli handphone baru

" Ga usah A, nanti Neng pinjem HP temen aja untuk sementara, yang penting bisa komunikasi" Jawab Neng

" Udah ayo buruan mandi cepetan! " Aku memaksa Neng untuk mau ikut denganku

" Aa mah bukan mau beliin, tapi minjemin uang, toh Neng bentar lagi kerja, nanti kalo udah gajian bisa Neng bayar ke Aa"
Setelah beberapa saat beradu pendapat, akhirnya Neng setuju untuk membeli HP baru.

Neng kemudian mandi, sementara aku ngobrol diteras dengan mamah, beliau menasehatiku mewanti wanti agar tidak mudah emosi dan tidak mendatangi Yoga, akupun mengiyakan ucapan mamah, walau dalam hati ada dendam yang sangat membara.
Setelah Neng selesai mandi, kami berpamitan pada mamah lalu pergi menuju BEC.
Selama perjalanan samasekali Neng tidak memelukku, bahkan untuk sekedar meletakkan tangannya dipinggangku pun dia segan.

" Pake android aja ya Neng, blackberry mah udah ketinggalan zaman, sekarang mah masanya android"

" Ah jangan yang mahal-mahal A, yang penting bisa telponan aja" Jawab Neng

" Kalau yang kayak gini suka ga modelnya? " Tanyaku sambil memberikan ponsel xperia neo milikku

" Suka, tapi inimah kemahalan A"

" Ga apa-apa kalau suka kita beli ini aja ya, biarin mahal dikit nanti Neng cicil aja ya"

" Iya A terserah Aa, makasih Aa"

Setelah kurang lebih empat puluh lima menit berkeliling BEC, akhirnya aku dapat handphone yang dicari, kemudian aku ajak Neng nongkrong di cafe ngopi doloe sebrang BEC, sebuah cafe yang mempunyai sejarah buat aku dan Riska.

Satu porsi salad buah, air mineral dan es jeruk menjadi menu pilihanku, sementara Neng memesan spaghetti dan segelas american latte.

" Maafin Aa kemarin ya Neng"

" Maaf untuk apa A? "

" Kemarin pas anterin Neng pulang, gatau kenapa tiba-tiba Aa kelepasan cium Neng"

Neng hanya senyum dan terdiam.

" Eh ini kalo mau download aplikasi gimana caranya A? " Neng bertanya seakan berusaha mengalihkan topik pembicaraan

" Oh ini tinggal masuk ke PlayStore dulu Neng, tapi harus login dulu pake akun Gmail" Jawabku

Waiters datang membawakan pesanan, saat makan kami sama sekali tidak saling berbicara, mungkin pertanyaanku tadi merusak moodnya akupun membiarkannya.
Aku bayar makanan kemudian mengajak Neng pulang.

Setibanya dirumah, aku langsung pamit pada mamah sekali lagi mamah mengingatkan aku untuk kontrol emosi, Neng mencium tanganku dan berulangkali mengucapkan terimakasih kepadaku.


Setibanya dirumah aku buka ponselku, ada pesan WhatsApp dari Neng

" Aa maafin sikap Neng waktu tadi di cafe, maaf banget"

Aku hanya membalasnya dengan "oke"
nyubuh wae den @Deniscavalerra htr nhn Neng sing enggal ngaranda bade dipulung ah 🤣😂
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd