TERR... LAAAA..... LUUUU.....
"Mas Dennis mau pesan apa ? "
" Aku pesan jus pakcoy nanas aja ga usah pake gula"
" Aduuhh dududuh, kok bisa siihhh, tadi waktu aku nongkrong berdua bareng temen, aku juga pesan jus pakcoy nanas loh mas, bedanya aku minta ditambahin gula, jadinya nampak manis kan wajah aku" Canda Riska
" Kamu memang manis Riska, kecantikanmu sungguh Terrrrrr.... Laaaaaaa.... Luuuuuu" Aku jawab dengan dramatis mengikuti gaya bicara Haji Rhoma Irama.
" Cukup Rhoma cukup " Jawab Riska sambil tertawa dengan lepas.
Aku selalu memandang matanya saat dia berbicara, kadang Riska menjadi salah tingkah saat kami melakukan kontak mata, tapi tak dapat ditutupi, binar matanya memancarkan cahaya kebahagiaan.
Saat jumpa dipertemuan pertama terus terang, perasaanku tak seperti saat ini, yang aku rasakan saat pertama kali melihatnya hanyalah nafsu syahwat yang menggebu, birahi tak terkendali karena melihat kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya.
Namun saat ini terasa berbeda, perasaanku campur aduk, aku berada tepat dihadapannya tapi aku masih saja merasakan rindu, jantungku berdebar kencang oh Tuhan entah apa yang sedang aku rasakan.
Satu jam tigapuluh menit berlalu dengan sangat cepat, Riska ijin berpamitan setelah mengangkat telpon dari suaminya.
" Iya pap, mama pulang "
Kami berjalan bersama menuju parkiran, Riska menekan tombol unlock pintu pada remote kunci mobilnya, segera akupun membukakan pintu mobilnya, Riska tersenyum sambil mengucapkan terimakasih.
" Kecerobohan yang membawa bahagia " Ucap Riska sambil tersenyum menatap padaku
"Maksudnya ?" Tanyaku
" Ini......aku lupa naruh kunci didalam mobil, ehh malah endingnya bahagia bisa ngobrol bareng kamu mas" Jawab Riska sambil menunjukkan gagang kunci padaku.
" Aku pamit ya Mas.. Makasih banyak udah ngerepotin " Ucap Riska seraya melambaikan tangan padaku.
Riska berlaku, siallllll kenapa aku ga minta pin BBM atau nomor telponnya duhhh kamprettttrr.
Sebuah apartemen di jalan setiabudhi, satu unit dua kamar tidur dengan city view untuk bapak Erick.
" Baik Bapak, tower B lantai 12"
Jawab receptionist apartement itu.
Aku langsung menghubungi bos Tom, konfirmasi kalau aku sudah mendapatkan apartemen untuk bapak Erick, sayup-sayup di handphone ku terdengar suara ocehan burung murai juga terdengar suara perempuan menyanyikan lagu tak berawal tak berakhir yang dibawakan oleh Shanty.
" Tak tahu di manakah awalnya
Rasa ini tumbuh dengan tulus
Dan apakah ini akan berakhir?
Semuanya di luar kuasaku
Hanya saja selagi ku hidup
S'luruh fikir dan ilham untukmu
Takkan kubagi walaupun setetes
Segenap hidupku untukmu, oh"
Aku yakin itu adalah suara Riska... Hmmmm terrr.... Laaaaa..... Luuuuuuu
Hari Senin ketiga di bulan Oktober, bos Tom datang menghampiriku.
" Den, tolong anter gw jemput pak Erick di stasiun, kurang lebih tigapuluh menit lagi beliau akan tiba dari jakarta "
"Baik bos"
Kamipun bergegas menjemput pak Erick di stasiun Bandung.
Tak lama menunggu, bos Tom menerima telepon dari pak Erick, ternyata pak Erick sudah menunggu kami dipintu keluar di samping mesin ATM.
" Loh loh kok cuma sendirian pak? Ibu dan anak anak kemana? "
Tanya bos Tom pada pak Erick.
" Anak nomor dua tiba tiba demam Tom, jadi istri memutuskan untuk tidak ikut ke Bandung "
Jawab pak Erick
" Owalahhhh semoga lekas sembuh pak, mari pak, mobilnya disebelah sana "
Ucap bos Tom sambil memberikan koper pak Erick kepadaku.
Bersambung
Kentang
.
.
.