" Berat sebenarnya menceritakan semua ini Ris, terlalu banyak emosi yang terlibat didalamnya "
" Ga apa-apa mas, hanya sekedar berbagi kisah hidup, mungkin dari pengalamanmu ada hal-hal yang bisa aku jadikan pelajaran" Ucap Riska
" Oke oke Ris, akan aku ceritakan semua biar kamu ga penasaran "
" Baik mas " Jawab Riska sambil membukakan botol air mineral lantas memberikannya padaku.
SHE'S GONE..
" Wilujeung rarabi kasep, mugia janten kulawargi nu sakinah mawadah warahmah "
Ucap mamah menyalamiku, memeluku dan beberapa kali menciumi wajahku sambil meneteskan air mata, entah air mata bahagia, entah air mata sedih, entah air mata terluka.
Kemudian Neng menghampiriku mencium tanganku, lantas langsung kupeluk erat dirinya penuh haru, sambil menahan air mata agar tak tumpah, namun tetap saja pipiku terasa basah, sementara Neng tetap tabah diam membisu tak ada sedikitpun kulihat airmata membasahi pipinya, sedangkan Ajeng disampingku menatapku mungkin dengan perasaan cemburu, setahu Ajeng, hubunganku dengan Neng tak lebih dari kakak dan adik.
Neng dan ibunya menuruni area pelaminan tanpa menyentuh makanan di area prasmanan, tatapan mataku terus terarah pada Neng lalu sejenak dia menoleh kebelakang memandang ke arahku sambil melontarkan senyuman, entah senyuman yang bermakna apa.
Beberapa pekan setelah pernikahanku, neng menelpon ku
" Aa apakabar, Sehat? " Tanya neng
" Kabar baik Neng, gimana sebaliknya, Neng sama mamah sehat Juga? "
" Neng sehat A, oya ini mamah mau bicara"
" Haloo kaseppp, kumaha damang "
" Baik mah, mamah gimana kabarnya "
" Syukurlah, mamah ama neng sehat kok, oya kasep... Sekarang kan udah rumah tangga, tentunya kebutuhan juga bertambah, mamah mohon, ga usah kirim uang lagi buat mamah sama Neng ya "
"Selama Dennis ada uang, Dennis pasti akan kirim mah, Dennis janji bakal membiayai kuliah neng sampai beres, bentar lagi kan, cuma kurang lebih setahun lagi neng akan segera lulus"
" Tenang aja, mamah ada tabungan, lebih dari cukup untuk biaya kuliah Neng"
" Sama mah, Dennis juga ada tabungan kok, udah tenang aja mamah ga usah mikir kesitu ya"
" Ya sudah, pokoknya mamah harap Dennis manfaatkan uangnya untuk masa depan Dennis dan keluarga, salam buat istrinya yaa, ini ngobrol sama neng lagi ya"
" Iya mah... Hallo... Hallooooo.... "
Setelah mamah memberikan handphonnya pada Neng, ternyata langsung Neng matikan.
Setelah itu, tak pernah sekalipun Neng nelpon aku, dan aku pun segan untuk nelpon Neng.
Tak terasa setahun berlalu tanpa ada sedikitpun komunikasi antara aku dan Neng, sampai satu saat, aku Terima sebuah pesan dari Neng.
" Aa makasih banyak atas bantuannya selama ini biayain kuliah Neng, suatu saat nanti semoga Neng bisa membalas segala kebaikan Aa, kemarin Neng sudah diwisuda"
Aku senang sekaligus kecewa mendapatkan kabar tersebut, kecewa karena aku tidak dikabari sebelumnya kalau dia akan di wisuda, padahal sebenarnya aku sangat ingin menghadiri wisudanya, melihat dia menggenakan jubah dan toga. Disisi lain aku ikut berbahagia setidaknya aku turut andil membantu dia menyelesaikan pendidikannya sebagai bentuk tanggungjawab aku kepada sahabat karibku Almarhum Zaki, walaupun aku telah melukai hati dan perasaannya, merusak kehidupannya, merenggut kehormatannya.
Suatu hari saat selapas aku mengambil uang di ATM, aku melihat Neng sedang mengantri di ATM yang telah selesai aku gunakan.
Aku menyapanya, dia menatapku kemudian memalingkan wajahnya lalu pergi dengan setengah berlari menjauh dariku.
Aku kejar dia, karena aku merasa tidak Terima akan perlakuan darinya.
" Heiii kenapa lari, kenapa bersikap seperti itu ke Aa, Neng anggap Aa musuh Atau gimana? " Tanya aku pada neng.
Neng diam termenung, aku lihat matanya berkaca-kaca bagaikan awan mendung yang akan segera menumpahkan air hujannya.
Aku tuntun tangannya, aku ajak dia ke sebuah kedai tapi dia menolaknya.
" Plisssssss" Ucapku pada Neng agar mau aku ajak dia ke kedai untuk sekedar berbincang-bincang.
" Aa bawa mobil apa motor? " Tanya Neng.
" Aa pake motor Neng"
" Ajak Neng ke suatu tempat yang sunyi dan sepi A"
Aku lantas membawanya ke sebuah tempat yang sunyi, perkebunan Teh Sukawana.
Sepanjang perjalanan yang hanya memakan waktu lima belas menit dari tempat pertemuan aku dan Neng di Cimahi, neng tidak mengeluarkan sepatah kata, hanya melingkarkan kedua tangannya dipinggangku seraya memelukku.
" Selamat ya Geulisss udah jadi Sarjana sekarang mah" Ucapku sambil menghisap rokok kretek, duduk dibawah pohon kina sambil menatap hamparan perkebunan teh yang hijau dan menyegarkan mata.
" Makasih A, semua berkat bantuan Aa, Neng gak akan pernah melupakan semua kebaikan Aa kepada Neng dan Mamah"
" Kenapa ga kabarin Aa pas Neng mau wisuda, padahal Aa pengen banget liat neng diwisuda, pakai toga"
" Maafin Neng A, sejujurnya Neng ga mau lagi untuk ketemu sama Aa, cukup dihari pernikahan Aa sebagai pertemuan terakhir kita, Neng berharap tidak bertemu lagi setelahnya, hati Neng hancur A, sakit A, harus merelakan Aa yang neng kagumi dan sangat Neng cintai bersanding dipelaminan dengan wanita lain, coba Aa bayangkan, wanita mana yang tidak terluka bila mengalami hal seperti itu"
" Iya Neng, Aa salah, Aa minta maaf"
" Awalnya Neng hanya sekedar kagum sama Aa, Neng menganggap Aa sebagai kakak Neng sendiri, tapi terus terang, lama lama Neng merasa jatuh cinta, tapi Neng ga berani mengungkapkannya, hingga saat hari ulang tahun mamah, sesuatu yang sangat berharga dari seorang wanita rela neng berikan untuk Aa sebagai bentuk cinta dari Neng, saat itu Neng ikhlas A, karena Neng yakin kita akan hidup bersama, Neng yakin Aa ga akan pernah menyia-nyiakan pengorbanan Neng, tapi ternyata Neng salah"
" Aa paham Neng, Aa ngerti betapa hancur dan sakitnya hati Neng, sedikitpun ga da niatan dari Aa melukai perasaan Neng, ga ada maksud mempermainkan Neng"
" Iya A, Neng juga paham, tapi manusiawi rasanya jika Neng anggap Aa jahat sama Neng"
" Sekali lagi maafin Aa"
" Ada satu kabar yang pasti akan membuat Aa terkejut "
" Apa Neng? " Tanyaku penuh rasa penasaran...
" Tiga minggu yang lalu Neng baru saja menikah A"
" Apaaaaa? "" Aku benar benar terkejut
" Kenapa Neng ga ngabarin Neng udah bener bener anggap Aa seperti orang lain, kecewa Neng, Aa merasa ga dihargai"
" Maafin Neng A, Neng cuma gak mau Aa merasakan betapa sakit dan hancurnya perasaan Neng ketika Neng hadir di acara pernikahan Aa" Jawab Neng sambil menangis kemudian memeluk tubuhku dengan erat.