File 48 The Interogation
"Iih..,ini seragam Ai koq sempit banget ya Aya?" Berdua dalam ruangan rapat di lantai 10, Markas besar team Alpha, Ai menunjukkan pada Aya seragam polisi kekecilan pemberian Aya yang ia kenakan.
Jari jari lentik Ai nampak kesulitan saat berusaha mengkaitkan kancing seragam-nya, terutama di bagian dada Ai yang menggumpal besar.
"Hi..hi.. emang khusus buat Ai, Aya sengaja pilihin yang sesek, biar Ai tambah sexi" Aya memeletkan lidahnya nakal.
"Ai, ga mau pakai ini Aya...,lihat nih susu Ai nyembul nyembul.." dengan cemberut Ai menunjukkan sebagian bulatan payudaranya yang menyembul dari sela sela seragam Ai di bagian dada.
Merasa risih dengan seragam ketat di tubuhnya yang banyak mengumbar aurat-nya, Ai berusaha melepaskan seragam itu.
"Tunggu Ai, lihat ini...Ai tahu kan ini apa?" Sebelum Ai sempat membuka seragamnya, Aya dengan muka serius menunjuk bertumpuk tumpuk file yang ada di meja rapat kepada Ai, ada ratusan file lebih yang terdapat di meja itu.
"Itu.., berkas berkas aksi kejahatan organisasi WWW" jawab Ai pelan.
"Betul Ai..." Aya menganggukkan kepala.
"Lha.., terus apa coba korelasi antara aksi kejahatan WWW dengan baju ketat yang harus Ai kenakan ini?" Ai kembali bertanya kebingungan.
"Ya gini Ai, semua ini sekarang bergantung pada Ai, coba Ai pikirkan sampai saat ini sudah ada ratusan kegiatan kriminal yang dilakukan oleh organisasi jahat itu, sudah tahun-an juga polisi memburu organisasi itu. tapi coba lihat hasilnya. Selama 10 tahun terakhir ini, nyaris tidak ada satu-pun pimpinan WWW yang tertangkap.." Aya memulai kuliahnya.
Ai mantuk mantuk meng-amini kata kata Aya, benar juga kata Aya, semenjak kematian ayah-nya inspektur Iichiro, Pemimpin team Alpha yang pertama, memang pengusutan dan penyelidikian organisasi WWW oleh team Alpha menjadi stagnan dan mandeg, tidak ada lagi kasus kasus besar yang berhasil di pecahkan team Alpha.
Segala-nya baru mulai berubah sejak Alex mulai bergabung di team Alpha. Berkat analisa tajam Alex, berturut turut team Alpha berhasil menangkap Kenzo dan menutup jaringan bisnis logistiknya, membubarkan prostitusi artis terselubung berkedok kelompok idol artis DKI47, dan yang terakhir bahkan sukses menangkap Joker, hacker andalan organisasi WWW.
"Terus Aya, kalo kita mau nangkap para pimpinan WWW yang lain emang tergantung sama Ai?, Ai kan cuman detektif kelas nubie." Ai masih belum menangkap arti pembicaraan Aya.
"Lho..justru itu Ai, keberhasilan misi kita kali ini, sangat tergantung pada susu gede dan pentil imut punya Ai itu!" Aya semakin berapi api memberi penjelasan. What..! Ai tambah melongo sambil melirik ke arah dadanya, waah..!, kenapa sekarang susu dan puting Ai jadi ikut ke-sebut sebut juga ya?
"Maksud Aya..?"
"Begini Ai, bayangkan seberapa banyak informasi tentang organisasi WWW yang bisa kita dapat dari Joker?"
"Pasti banyak Aya, Okta pasti banyak tahu tentang identitas pimpinan WWW, andai kita bisa tahu identitas pimpinan dan markas utama WWW, perang melawan WWW ini pasti bisa kita menangkan.." Ai berbisik pelan, selama ini memang organisasi WWW beroperasi sangat rapi sehingga sedikit sekali informasi tentang organisasi hitam itu.
"Ya, tapi sayangnya Joker sampai sekarang masih tidak mau kooperatif Ai, tidak satupun informasi tentang WWW yang berhasil kita dapatkan."
"Oooh, terus kira kira Aya sudah tahu caranya untuk menyakinkan Okta supaya berbalik membantu kita?"
Mendengar pertanyaan Ai, Aya tersenyum lebar.
Melihat senyum Aya, feeling Ai langsung tidak enak. Pasti Aya, si pecandu eksib itu sudah merencanakan sesuatu yang mesum mesum dan memalukan buat Ai.
"Ai, selama ini hubungan Okta dan Ai sangat dekat, mungkin cuman Ai yang bisa melumerkan hati Okta untuk membantu kita. Kalo Ai yang minta, ada kemungkinan Okta mau berubah pikiran dan mau membantu kita" Aya menjelaskan rencananya.
"Nnnhg.. gimana ya Aya.." Ai masih ragu, sebelumnya memang Okta bisa tertangkap juga karena tipu daya Ai.
"Ayo Ai jangan ragu ragu, ini kesempatan besar buat Alpha untuk menghancurkan WWW, informasi dari Joker akan membantu kita memenangkan peperangan dengan WWW" Aya bersemangat berusaha menyakinkan Ai.
"Iya, Ai akan coba bicara dengan Okta" Ai mulai melumer, Ai juga penasaran ingin mengetahui siapa sebenarnya identitas Shinobi, mesin pembunuh organisasi WWW yang telah membunuh ayah-nya.
"Bagus Ai, ayo kalo Ai sudah siap segera kita interogasi si Joker"
"Ok..ok Aya, tapi Aya emang kita mau investigasi Okta pake susu Ai apa?" Ai kembali protes akan baju seragam polisi minim pemberian Aya.
"Nngn.., itu buat persiapan plan B Ai" Aya menjawab dengan cuek.
"Plan B?"
"Ya Ai, kalo bujuk rayu Ai tidak mempan sama Okta, ya terpaksa...susu Ai yang beraksi he..he.." Aya dengan nakal menjulurkan tangannya memencet mencet payudara Ai.
Aya tahu betul nafsu dan obsesi Okta yang menggebu gebu akan tubuh Ai.
Informasi dari Okta akan sangat penting bagi Interpol dan Alpha, dan bagaimanapun caranya Aya harus berhasil mendapatkannya, bahkan jika perlu di-barter dengan tubuh Ai.
"Eeei...,dasar Aya nakaaal!."jerit Ai sambil menepis tangan Aya yang merambah dada-nya, kedua gadis itu kemudian turun menuju ke lantai basement.
*****
Okta duduk termenung dalam ruang interogasi markas besar kepolisian, sudah seminggu ini team Alpha memintanya bergabung dengan mereka untuk mengkhianati organisasi WWW yang selama ini cuma mengambil keuntungan dari keahlian IT Okta.
Sebenarnya Okta sudah lama ingin meninggalkan WWW, begitu mengetahui sepak terjang organisasi WWW yang semakin lama semakin jahat dan kejam, namun untuk membantu kepolisian, hati Okta juga belum rela. Dendam dalam hati Okta belum juga pudar. Okta masih sakit hati karena kepolisian tidak mempercayai dan membela ayah Okta, saat beliau difitnah korupsi oleh rekan rekan birokrat-nya.
Sudah setengah jam lebih Okta terkatung-katung sendirian di ruang interogasi, kedua tangan Okta yang terlipat ke belakang kursi dengan keadaan terborgol membuat Okta tak berdaya.
"Eeh..apa ini?" Okta yang sedang melamun terkesiap saat konti Okta yang dari tadi anteng di balik celana Okta tiba tiba berkedut dan tegang dengan sendirinya.
Bagai radar, setiap mendeteksi adanya kehadiran wanita cantik dan sexy di dekatnya otomatis konti Okta akan ereksi dan membesar.
Dan Okta tahu hanya seseorang yang bisa membuat kontinya ngaceng sehebat ini, seorang gadis bertubuh mungil nan montok yang bersuara manja seperti anak balita, yah.., hanya Aileen seorang yang bisa membuat konti Okta bergejolak sehebat ini.
Pintu ruangan terbuka, dua orang gadis berseragam petugas polisi sexy memasuki ruang interogasi tempat Okta di tahan.
"Okta..Okta..sehat kan?" Ai menyapa Okta. Okta tercekat kaget, dirinya hafal betul siapa pemilik suara yang menyapa-nya lirih itu.
"Ai..." Okta menoleh menatap sosok Ai, gadis yang sungguh ia cintai.
"Halo Okta, bagaimana kabar Okta?" Ai mengambil dan menyeret sebuah bangku ke sebelah Okta dan duduk di samping Ai, sedang Aya berdiri bersandar ke meja di hadapan Okta
"Baik Ai.." Okta membuang muka dari Ai.
"Okta masih marah sama Ai?"Ai mengelus kepala Okta, wajah Ai tampak sungguh menyesal.
Deg..deg.. jantung Okta berdegup kencang. Tidak bisa..sungguh Okta tak bisa marah pada Ai.
"Ga Ai, Okta tidak marah pada Ai" Okta menoleh menatap wajah ayu Ai.
"Okta, kenapa harus Okta sih yang jadi si Joker?" Dengan terisak menahan tangis Ai memeluk Okta erat.
Setelah tangisnya mereda Ai melepas pelukannya.
"Susu Ai tambah gede.." begitu dekapan Ai melonggar, Okta langsung nyeletuk nakal, mata Okta mengintipi bulatan payudara Ai yang menyembul di dada Ai. Rupanya tanpa Ai sadari tadi, saat Ai memeluk Okta dua buah kancing paling atas seragam polisi Ai terlepas tergesek lengan Okta, hingga membuat belahan dada Ai terungkap.
"Eeeii!, dasar Okta cabul.." Ai menyilangkan tangannya ke depan dada menutupi gumpalan payudaranya. Dalam hati Ai lega, Okta yang Ai kenal dulu, Okta yang baik, lucu dan cabul sudah kembali.
"Gede dan empyuk Ai.. Yummy!" Okta tersenyum puas. Saat dipeluk Ai tadi, lengan Okta tak sengaja tergencet gencet payudara kenyel Ai.
"Yee.., Okta nakal, ga sembuh penyakit cabulnya meski dalam penjara. Tapi kasihan ya si Okta Junior, pasti selama di dalam penjara ga ada yang ngelus ngelus ya.." tangan Ai terjulur meraup batang konti Okta dan meremes dengan gemes.
"Kyaa..!, iih ngerii.." Ai tersentak dan buru buru menarik tangannya saat menyentuh sesuatu yang lonjong, panjang dan keras di selangkangan Okta. Begitu tersentuh kulit lembut telapak tangan Ai, konti Okta memang langsung menggeliat dan memanjang hampir dua kali lipat.
"Woow..konti raksasa!" Aya ikut berdecak kagum saat melihat "ular phython" yang melungker perkasa, samar samar tercetak di balik celana Okta.
"Eh..Ada Aya juga, maaf Aya dari tadi Okta ga tahu kalo Aya juga ikut nengok" dari tadi fokus Okta hanya pada Ai hingga tidak menyadari keberadaan Aya di sisi Ai.
"Wah..,Kampreet nih si Okta, masa dari tadi ga nyadar kalo ada cewe sesemlohai ini di depan matanya" Aya mengumpat umpat dalam hati karena merasa diabaikan oleh Okta gara gara Ai. Aya melambaikan tangan memberi salam pada Okta.
"Lho Ai, koq pegang pegang titit-nya cuman sebentar?, masih kangen nih.." Okta balik protes pada Ai.
"Kangen? Kangen apa?" Mata Ai membulat besar dengan mimik kiyut.
"Konti Okta masih kangen dielus elus pake tangan Ai.." Okta teringat momen momen panas yang pernah ia lalui bersama Ai.
"Oooh Okta pingin di-coliin?, Okta kangen ya tititnya diputer puter, dijilat, terus dicelupin ke mulut Ai?" Ai dengan sedikit malu malu memaju mundurkan genggaman tangan Ai ke arah mulutnya, berpura pura sedang mengoral konti Okta.
"Uuungh.. mau..mau Ai.." Okta langsung kepincut melihat tingkah kiyut Ai yang sungguh menggoda.
"Ai ga mau..., kecuali.." Ai menjawab dengan ketus dan cepat cepat membalikkan tubuh, memunggungi Okta.
"Walah..walah.., jago juga nih sih anak bawang berdada gede ini.."Aya membatin dalam hati sambil mengulas senyum kecil melihat Ai yang semakin lihai mempraktekkan ilmu yang Aya ajarkan untuk menggoda syahwat Okta.
"Kecuali apa Ai.." Okta penasaran dengan jawaban Ai yang masih koma belum titik.
"Kecuali..nggh..." Ai melirik Okta dengan wajah bersemu merah malu sambil menggigit jari telunjuknya.
"Kecuali apa Ai.." Okta makin penasaran, kontinya semakin berdenyut denyut minta dikeloni.
"Kecuali..." Ai menundukkan wajahnya.
"Kecuali Okta mau membeberkan tentang organisasi WWW pada polisi!,apa yang sedang direncanakan oleh WWW.." malah Aya yang sudah tidak sabar yang membentak Okta menyambung "kecuali"nya Ai yang ngegantung tadi.
"Hah.. saya tidak tahu apa apa tentang WWW." Okta menggeleng gelengkan kepalanya, dirinya harus tetap netral, tak ada untungnya buat dia untuk memihak salah satu di antara kepolisian dan WWW. Mulut Okta terkunci rapat, tidak ada yang bisa mengubah pendiriannya. Okta memalingkan wajahnya dari Ai dan Aya.
Ketiga-nya sesaat terdiam, Ai dan Aya saling bertukar pandang, mengatur siasat.
"Sshh..ssshh..Auuh..Ai..jangan Ai.." Okta mendesis keenyakan saat tangan Ai kembali merayap pelan dari lututnya naik ke arah selangkangan Okta. Dan greep..!, Tak lama kemudian pentol konti Okta sudah ada dalam genggaman kencang tangan mungil Ai.
"Please Okta, please.. kasi tahu Ai, apa rencana mereka." Ai mengecupkan bibirnya sedekat mungkin ke telinga Okta sambil berbisik manja. Hembusan nafas Ai yang menggelitik daun telinga Okta membuat sekujur tubuh Okta geringgingan.
"Ooooh Ai, mereka.., mereka hendak membangun pabrik narkotika terbesar se-asia di Jakarta, oooouh..yeah, WWW ingin menguasai seluruh jaringan narkoba asia tenggara..ooooh!" Okta melenguh saat pentol kontinya dipelintir pelintir oleh tangan lembut Ai. Dengan bibir bergetar menahan geli geli enak di kemaluannya, Okta sedikit demi sedikit mulai membuka rahasia WWW yang ia ketahui.
Okta mengutuk dirinya sendiri yang sangat lemah,yang dengan begitu mudah menelan ucapan-nya sendiri, baru diremes sedikit saja oleh Ai, Okta langsung ember, membeberkan rencana besar WWW pada Ai dan Aya.
"Bagaimana caranya Okta..?"melihat sentuhannya mendapat respon positif dari Okta, Ai mencoba menggali informasi lebih lanjut dari Okta dengan mulai mengurut dan mengkocok kocok ringan konti Okta.
"Aduuh Ai, kocokan Ai enak banget uuuh..uuuh, tuan Tanuwijaya..hah.. tuan Tanuwijaya adalah kaki tangan mereka, dan..dan..begitu Tanuwijaya berhasil menjadi gubenur Jakarta, WWW akan menguasai kota Jakarta."Bercampur desah dan deru nafas yang memburu, sepatah demi sepatah informasi tentang WWW yang ingin menjadikan tuan Tanuwijaya sebagai gubenur boneka WWW terungkap dari mulut Okta.
"Jika WWW sudah menguasai gubenurnya, mudah saja buat WWW untuk membangun pabrik narkotika di Jakarta.." Aya berteriak keras begitu dapat menyimpulkan rencana WWW selanjutnya, suatu rencana ambisius yang jika terwujud dampaknya akan sangat mengerikan.
"Tapi apa bisa tuan Tanuwijaya menjadi calon gubenur?" Aya bertanya menyelidik pada Okta yang sedang terlena dalam kocokan tangan Ai.
"Partai Reform..aaah..aaah..lebih kenceng Ai..aaah!, WWW menyuap tuan Subagyo ketua umum partai Reform, partai Reform-lah yang akan menjadikan Tanuwijaya sebagai calon gubenur,ooouh!" Semakin nikmat kocokan Ai,semakin lancar pula Okta menyampaikan informasi tentang WWW.
"WWW berkomplot dengan partai Reform?" Informasi dari Okta membuat desas desus hubungan antara Reform dan WWW menjadi terang benderang buat Aya. Menyaksikan Ai sedang menginterogasi enyak si Okta, entah kenapa Aya jadi horny sendiri, liang vagina Aya tiba tiba terasa gatel dan basah, pertanda Aya ikut terangsang.
Ai melambankan kocokan-nya saat merasakan batang konti Okta berkedut kedut, masih banyak informasi WWW yang harus dikorek dari Okta. Ai mengatur irama kocokan-nya, menjaga supaya konti Okta tetep ngaceng dan tidak terlanjur ejakulasi dulu, sebelum semua informasi tentang WWW berhasil Alpha dapatkan.
"Kalo ini, apa betul ini adalah tuan Otaku, pimpinan WWW?" Aya menyodorkan sebuah foto pada Okta.
Intensitas kocokan pada konti-nya yang berkurang membuat Okta kembali dapat menguasai dirinya.
"Sudah cukup.., hanya itu yang saya tahu, kalian polisi sama saja dengan WWW, kemana saja kalian waktu ayah saya mendapat ketidakadilan?" sepertinya Okta menolak untuk bersikap kooperatif lagi.
"Tenang..tenang Okta..lihat ini.." bak peragawati, Aya berjalan sensual mendekati Okta sambil mempreteli kancing seragamnya satu persatu.
Begitu dekat dengan Okta, Aya membuka dan menyibak kain seragamnya kesamping memamerkan cup payudara ukuran 36-nya yang topless tanpa bra. Toket Aya menggelayut dan terguncang guncang indah, seiring langkah Aya yang makin dekat dengan posisi duduk Okta.
"Hei..hei..Aya mau apa, saya tidak hhhmmph...hmmmm!" Belum sempat Okta menyampaikan penolakannya, Aya lebih dulu menarik kepala Okta ke dada monthok Aya, membenamkan wajah Okta kedalam payudara di dada Aya yang selembut jelly.
"Tidak..tidak Aya..mmmhm..mmmh" Okta menggeleng gelengkan kepalanya berusaha menolak godaan susu Aya. Namun Okta tidak mampu bertahan lama menampik payudara molek Aya.
Cup..cup, sruup..srupp, mengikuti instingnya Okta kini malah mencucup dan menyeruputi pentil susu Aya.
Aya memeletkan lidah-nya pada Ai, merasa bangga karena berhasil mencuri Okta dari tangan Ai. Dengan cemberut Ai kembali mengurut urut konti Okta.
"Okta, apa betul ini Otaku?" Aya menarik pentil susunya lepas dari kenyotan Okta dan mundur selangkah ke belakang menjauhi Okta. Aya pantang menyerah kembali menyodorkan foto tersangka Otaku pada Okta.
Okta komat kamit mencoba kembali mencaplok pentil susu Aya, namun percuma saja dengan posisi tangannya yang terborgol pada kursi.
"Hah..hah..iya itu tuan Otaku, pemimpin WWW, dia merekrut Okta untuk bergabung dengan WWW."Okta mulai menjawab pertanyaan Aya, sembari berusaha menjulur julurkan kepalanya sedekat mungkin ke dada Aya untuk mencaplok puting susu Aya lagi.
Namun dengan nakal Aya menggoda Okta dengan memundurkan dadanya sedikit ke belakang tiap kali mulut Okta nyaris menyentuh puting susunya. Dipermainkan seperti itu membuat Okta makin gemes dan penasaran dengan puting Aya, sehingga mudah buat Aya untuk menginterogasi Okta lebih lanjut.
"Di mana tempat persembunyian Otaku?" Sambil meremas remas payudaranya sendiri menggoda Okta, Aya kembali menggali informasi WWW dari Okta.
"Otaku tidak pernah sembunyi.." Okta berkeringat bermain petak umpet dengan puting susu Aya.
"Di mana dia?" Tanya Aya sambil membusungkan dadanya hingga menempel ke hidung Okta, Okta menggelengkan kepala, sepertinya Okta mau membalas Aya yang tadi mempermainkannya dengan menolak menjawab pertanyaan Aya.
"Okta di mana persembunyian Otaku?" Aya menggencetkan payudaranya hingga separuh wajah Okta amblas terbenam dalam belahan dada Aya yang kenyel kenyel. Meski sudah dikasi enyak enyak, Okta tetep keukeh membisu.
Gawat ini, Aya mulai panik, jangan jangan gara gara Aya terlalu bersemangat mempermainkan Okta karena ini pamer pada Ai, Okta jadi ngambek dan kembali bungkam.
"Okta, ayo jangan diam saja, apa Okta juga mau lihat susu Ai?" Ai yang dari tadi diam, hanya kebagian tugas mengurut urut batang konti Okta saja, berbisik mesra pada Okta.
"Hah..susu Ai..,mana.., mana.." mendengar ada susu Ai disebut sebut Okta langsung blingsatan, Okta dengan semangat ganti me-malingkan wajahnya ke arah Ai, lepas dari bekapan payudara Aya.
"Eeei...jawab dulu, baru Ai kasi lihat susu Ai." Ai dengan centil menggoda Okta.
"White Lotus Spa.. di sana tempat tinggal Otaku sehari hari" susu Ai ajaibnya membuat Okta langsung lancar bicara jujur.
Aya dan Ai saling bertatapan, White Lotus Spa adalah sebuah salon kesehatan dan kecantikan untuk konsumen kalangan menengah atas dengan reputasi sempurna, tidak akan ada seorangpun yang akan curiga bahwa tempat itu adalah sarang dari Otaku, buronan yang paling diburu oleh kepolisian selama bertahun tahun.
"Otaku tinggal di sana, tapi kalo kalian mau menangkapnya kalian harus hati hati.." Okta dengan serius memperingati Ai dan Aya.
"Hati hati..kenapa Okta?" Tanya Ai.
"Hmmm..."Okta menutup mulutnya rapat sambil melirik ke dada Ai, Okta seakan memberi isyarat pada Ai dan Aya, bahwa untuk setiap informasi yang akan Okta "jual" pada mereka, Ai dan Aya harus "beli" dengan sesuatu juga.
Ai yang melihat gelagat Okta yang mencurigakan langsung menangkap arti tatapan tajam Okta ke arah dada Ai, salah Ai juga sih tadi udah menjanjikan buah dada-nya pada Okta.
"Hati hati kenapa Okta?" Ai mengulangi pertanyaannya, kali ini sambil menyingkap bagian dada seragamnya hingga..
Bloob.., kedua bulatan payudara Ai melenting ke luar dari cup bra kekecilan yang menampungnya, sekarang payudara putih seukuran buah melon dengan puting merah muda di puncaknya itu polos terbuka telanjang di depan Okta.
"Gluuk..susu Ai segerr bener" Okta meneguk segalon ludahnya. Dalam kondisi seminggu tanpa berinteraksi langsung dengan wanita, panorama bukit payudara Ai yang menjulang dengan lembah nan menawan itu membuat konti Okta mengencang dan membengkak ke ukuran maksimalnya, jika saja tangan Okta tak terborgol ingin rasanya Okta menubruk Ai dan langsung meremes remes brutal buah dada Ai itu.
Lagi hot hot-nya Okta menikmati dada Ai, Ai dengan enteng tega menyilangkan kedua tangan-nya ke depan dada Ai menutupi ketelanjangannya.
"Eh..eh.jangan ditutupi dulu Ai, Okta kasi tahu.., attacker.., ada seorang attacker yang selalu menjaga Otaku" buru buru Okta melanjutkan penjelasannya tentang Otaku takut layar pertunjukan buah dada Ai keburu ditutup.
"Attacker?" Ai mendekap dadanya makin tertutup.
"Gozilla, Gozilla salah satu attacker yang memiliki spesialisasi bahan peledak dan bom selalu mendampingi Otaku.."
"Bahan peledak.?, maksud Okta?" Ai menunggu penjelasan Okta lebih lanjut. Ai sengaja meregangkan jari jari Ai yang menutupi puting Ai hingga sedikit bulir puting payudara Ai mengintip dari sela sela tangan Ai untuk memancing lebih banyak informasi yang keluar dari mulut Okta.
"Gozilla selalu memakai jaket yang dilapisi bom TNT, bom yang daya ledaknyaa mencapai radius hampir 10 meter, dan di saat terdesak Gozilla yang tidak takut mati, pasti akan meledakkan diri-nya"
"Woow.." Ai dan Aya berdecak ngeri berbarengan, membayangkan kenekadan Gozilla, attacker yang rela mati demi WWW, jika tidak berhati hati tidak terhitung berapa korban jiwa yang bakal jatuh apabila Gozilla sampai meledakkan dirinya.
"Oooh, emang semua attacker senekad itu Okta?" Ai menurunkan tangannya yang terlipat di dadanya hingga separuh bulatan susu Ai kentara di hadapan Okta, imbalan atas informasi yang baru saja Okta sampaikan.
"Ya..ya, ada 10 attacker, namun selain Gozilla aku hanya mengenal 7 lainnya.." sambung Okta, Ai makin memelorotkan dekapannya hingga 3/4 payudara Ai terungkap, me-nyisakan puting imut Ai yang masih tertutup rapat.
"Puma dan Panther yang selalu bekerja berdua, mereka adalah pembunuh yang brutal. Vicy attacker paling muda yang terkenal sadis dengan senjata belati-nya. Sheena lady-Attacker sang ahli racun, jaguar raksasa bertubuh sangat kuat, Stuart-pembunuh psikopat yang kabarnya sudah tertangkap, dan Juve sang ahli hipnotis-pimpinan para attacker." Okta menyelesaikan deskripsi masing masing anggota attacker dengar bibir bergetar saat dilihatnya tangan Ai sudah tidak menghalangi bentuk polos bulatan payudara Ai. Okta puas bisa melihat buah dada utuh Ai yang tiap malam selalu ia rindukan.
"Banyak banget dan sepertinya mereka memiliki skil membunuh kelas wahid semua" bisik Aya, Ai dan Aya bergidik ngeri, dari nama nama yang Okta sebutkan hanya Stuart yang dikenali oleh Ai dan Aya. Satu Stuart saja sudah sangat merepotkan apalagi ada sembilan orang lain anggota WWW dengan kemampuan setara Stuart.
Butuh sebuah rencana taktis yang bakal melibatkan banyak personel polisi untuk menyerbu White Lotus Spa yang di jaga sembilan attacker untuk menangkap Otaku, pertempuran yang bakal sangat sengit dan beresiko banyak korban jiwa. Ai melirik Okta, mungkin ada informasi tambahan dari Okta yang bisa membantu team Alpha.
"Okta sayang.." Ai dengan manja duduk bersimpuh dekat paha Okta, sambil mulai kembali mengelus elus gundukan di balik celana Okta.
"Uuuh ya Ai..uuuh" Okta mau tak mau melenguh saat tititnya di pilin oleh Ai
"Apa Okta tahu kelemahan WWW?, kira kira apa kita bisa mengalahkan mereka dan menangkap Otaku?" Ai memandang Okta dengan tatapan sayu.
"Apa yang akan Ai lakukan?"bisik Aya dalam hati, Aya pasif menunggu membiarkan Ai menjalankan rencananya, meski Aya sedikit ragu apa betul si susu gede ini punya rencana ya?
Sreeet...! Jari lentik Ai menarik resleting celana Okta, melepasi kancing celana Okta.
"Ai..Ai mau apa?" Okta pasrah saja saat Ai memelorotkan celana Okta sampai ke mata kaki Okta, dalam hati Okta langsung harap harap cemas, mungkinkah Ai akan memberinya oral sex?"
"Sekarang Ai, sekaranglah saat yang paling tepat untuk menyerang White Lotus.." Okta akhirnya buka suara juga, siapa tahu informasinya kali ini akan berbuah blowjob dari Ai.
"Sekarang Okta?, kenapa?" Ai dengan cekatan melolosi celana dalam Okta hingga...
Dueenng..!, batang konti Okta yang sudah ngaceng maksimal mencuat di tengah selangkangan Okta.
"Auuh.." Ai memekik kaget, nyaris saja bibir Ai tertampar oleh konti Okta yang bentuk dan panjangnya mirip mirip dengan pentungan hansip tapi dengan ujung yang membendol bulat besar.
"Whaooo.., konti Okta perkasa banget. Aya demen yang gede gede kaya ini nih!" Aya berdecak kagum dalam hati sambil menjilati bibir bawahnya, tanpa berkedip Aya memelototi konti Okta untuk pertama kalinya.
Ai merengkuh batang pejal itu ke dalam genggamannya.
"Ssssh...ssshss..enak Ai, enak.." Okta melenguh nikmat, saat Ai mengelus dan mulai meremasi kontinya.
"Serang..serang mereka minggu ini Ai, serang sekarang saat shinobi dan para attackernya sedang kembali ke jepang, WWW sangat lemah tanpa keberadaan mereka, inilah saat yang tepat untuk menangkap Otaku." Okta mengerang erang tak karuan karena tangan Ai yang menggengam konti Okta bergerak makin laju mengocok-kocok kontinya.
"Shinobi.." Ai langsung geram saat mendengar nama Shinobi,pembunuh ayahnya disebut, dicengkeramnya batang konti Okta kencang kencang, kuku kuku jari Ai mencakar dan menancap ke kulit konti Okta, membuat konti Okta laksana terbakar.
"AUUUH..sakit..sakit Ai" teriak Okta, mendengar jerit kesakitan Okta, Ai reflek mengkendurkan cengkeraman tangannya. Jika telat sedikit saja, nyaris saja Ai meremukkan alat vital Okta itu.
"siapa sebenarnya Shinobi itu Okta? apa Okta tahu identitas Shinobi yang sebenarnya?" Ai memberondong Okta dengan pertanyaan seputar identitas Shinobi, dan sebagai permintaan maaf karena tadi hampir membuat kejantanan Okta mandul, kali ini dengan lembut dan hati hati Ai kembali mengkocoki konti Okta hingga Okta merem melek tak berdaya.
"Shinobi, aaaah.. enak Ai, shinobi, sang Ninja dari timur. Tidak ada yang tahu..sssshh..., identitasnya. Di organisasi WwW hanya Kenzo dan Otaku yang pernah bertemu langsung dengan Shinobi!." kata kata Okta terdengar tak jelas bercampur dengan desahan Okta.
Meski nama Shinobi begitu ditakuti oleh anggota WWW tapi hebatnya tidak ada satupun anggota WWW yang pernah melihat Shinobi secara langsung, sehingga identitas Shinobi tetap rahasia tak dikenal.
"Okta tidak pernah bertemu dengan Shinobi?" Ai masih penasaran dan tak yakin dengan jawaban Okta.
"Maaf Ai, Okta sungguh tidak tahu identitas Shinobi sebenarnya" Okta menjawab sungguh sungguh dengan raut muka meyakinkan. Ai tahu kali ini Okta berkata jujur.
Jawaban Okta membuat Ai sangat kecewa, keinginan Ai untuk mengetahui sosok pembunuh orang tua-nya belum kesampaian.
Ai melepaskan konti Okta dari genggaman tangannya, dengan mata berlinang air mata Ai mundur dan duduk bersandar ke dinding.
"Ai.., maafkan Okta.." sungguh Okta merasa sangat bersalah pada Ai, andai dirinya tahu identitas Shinobi sebenarnya, pasti Ai tak mungkin sesedih ini sekarang.
"Gapapa Okta.., Okta ga salah, Ai cuman sedih saja belum bisa balas dendam pada Shinobi yang sudah membunuh orang tua Ai, jangankan balas dendam, mendapatkan identitas Shinobi saja Ai belum mampu" Ai memaksakan senyum di wajahnya.
"Shinobi yang membunuh orang tua Ai.." Okta tercekat, menyadari betapa bodohnya dirinya selama ini karena telah banyak memberi kontribusi pada organisasi jahat itu.
"Thanks buat informasinya Okta. Ai percaya Okta orang baik, organisasi jahat itu pasti mengelabui Okta hingga Okta mau bergabung dengan mereka.." Ai menyeka air matanya, informasi Okta sungguh berarti buat pengembangan kasus WWW. Kata kata Ai membuat Okta terharu.
Ai berdiri, beranjak menyusul Aya yang sudah berdiri dekat pintu hendak meninggalkan ruang interogasi, meninggalkan Okta dalam keadaan setengah telanjang dan kentang.
"Goodbye Ai.." Okta mengucap salam perpisahan, Okta tahu bisa jadi ini kesempatan terakhirnya bertemu dengan Ai. Langkah Ai terhenti sesaat sebelum mencapai pintu ruangan, Ai melirik le arah Okta dengan konti besarnya.
"Aya naik dulu saja, ntar Ai menyusul, ada hal pribadi yang harus Ai bicarakan dengan Okta." Ai meminta Aya untuk memberi waktu pada Ai untuk berbicara empat mata dengan Okta.
"Ok, tapi hati hati Ai, jangan terpedaya oleh Joker!" Aya melambaikan tangan berpamitan pada Ai dan Konti Okta.
Setelah sosok Aya menghilang, Ai menutup pintu ruang interogasi. Apalagi kali ini rencana Ai ya?
"Ai, Okta tahu Ai pasti benci pada Okta karena telah membantu WWW, silahkan kalo Ai mau melampiaskan kemarahan Ai pada Okta, Okta terima.." melihat sorot tajam mata Ai, Okta bersiap dan pasrah apabila Ai hendak melepas amarahnya dengan menghajar dirinya.
"Hi..hii..Okta koq tegang gitu sih?" Ai tertawa manja, bukannya menghajar Okta, di luar dugaan Ai malah swalayan melucuti seragam polisi yang Ai kenakan hingga hanya tersisa bra dan celana dalam imut serasi berwarna biru yang membalut aurat Ai.
"Glukk..Ai mau apa..?" Okta lagi lagi terkesima melihat tubuh molek Ai yang hanya terbungkus pakaian dalam minim.
"Ai hanya mau ngucapin terima kasih karena selama ini Okta sudah baik banget sama Ai" Ai tahu mungkin ini pertemuan terakhirnya dengan Okta, sebelum Okta di kirim ke penjara yang lebih ketat.
"Ucapan terima kasih?" Okta nampak bingung.
"Pssst..Okta diam dan nikmati saja ya" sambil berbisik pelan, Ai berlutut di lantai dan kemudian merangkak mendekati Okta yang terpasung di kursi interogasi, Ai terus merangkak hingga wajah Ai menempel di selangkangan Okta, tepat berhadapan dengan Konti jumbo Okta yang pelan pelan mulai membesar lagi.
"Ucapan terima kasih, apa Ai mau mengoral konti Okta Ya" Okta langsung ke-geer-an.
"Okta sudah siap?"
"Nnghn..siap siap Ai, oooouuh..!" Okta melenguh panjang, tanpa aba aba terlebih dulu, Ai menjulurkan lidahnya dan menjilati selangkangan Okta.
"Ooouh..ooouh gelyi Ai, geli, tapi, oooouch, enak banget Ai, jilatan Ai enak anget banget"
Slrup..slurp..dengan lahap Ai menjilati buah zakar Okta, bagian tubuh pria yang konon sama sensitifnya dengan puting payudara. Ai menjulurkan lidahnya dan kemudian mengulas selangkangan Okta mulai dari biji zakar Okta, naik melalui batang pejal konti Okta dan akhirnya jilatan Ai bermuara pada lubang kencing yang berada diujung pentol konti Okta.
"Ooouch..Ai..Ai..aaahh.!" jilatan Ai yang menggelitik membuat tubuh Okta yang terborgol dikursi menggelinjang gelinjang hebat.
Lidah Ai berputar putar mengulas sekujur batang konti, sambil sesekali bibir Ai mengkecup-i pentol konti Okta, hingga konti Okta berlahan tapi pasti bertumbuh makin panjang dan keras.
Setelah rata menjilati konti Okta, Ai membuka mulut-nya lebar bersiap melahap Konti raksasa Okta.
"Yeaah...yeaah.. damm its so good Ai" Okta mendesah saat Ai mulai memasukkan konti Okta dalam rongga mulut Ai.
Dengan sekali lahap, Ai memaksa memasukkan seluruh cendawan pentol konti Okta dalam mulut mungilnya. Begitu dimasuki konti gede Okta, mulut Ai langsung menggelembung penuh.
Begitu separuh konti Okta sudah masuk dalam mulutnya, Ai berhenti sejenak,mengatur nafas sekaligus membiarkan mulutnya beradaptasi dengan bentuk pentol Konti Okta.
Setelah merasa nyaman dengan konti Okta yang mengganjal dalam mulutnya, Ai kembali mendorong masuk sisa konti Okta ke dalam mulut mungil Ai. Baru 3/4 panjang konti Okta yang masuk dalam mulut Ai, pentol konti Okta sudah mentok menabrak dinding tenggorokan Ai.
Tidak mau menyerah, Ai kembali mencoba menelan seluruh batang konti Okta dalam mulutnya.
"Gagg.***gg.***agg.." Ai memaksa mendorong konti Okta ke mulutnya lebih dalam lagi, lagi dan lagi..., namun percuma saja batang konti Okta memang terlalu panjang untuk mulut mungil Ai hingga Ai akhirnya tersedak sedak.
"Huk..huk.." Ai terbatuk batuk memuntahkan konti Okta dari mulutnya, air liur meleleh dari sela bibir Ai. Mata Ai berlinang Air mata, Ai nampak kesakitan.
"Pelan pelan saja Ai.." melihat Ai menderita Okta menjadi khawatir, konti Okta memang terbukti tidak muat masuk seluruhnya dalam mulut mungil Ai, Ai mengangguk pelan, setelah mengatur nafasnya Ai kembali mencoba memasukkan batang konti Okta dalam mulutnya. Kali ini hanya secukupnya saja batang konti yang Ai telan.
Sruup..sruup dengan lahap Ai mengulum dan menyedot nyedot pentol konti Okta dalam mulutnya, sesekali Ai menghisap kuat sampai pipi Ai nampak kempot.
Mendapat oral sedahsyat itu dari orang yang dicintainya, Okta hanya bisa mendesah desah menikmati saja, sambil merem melek keuenakan.
Sambil kedua tangan Ai bertumpu di lutut Okta, Ai mulai menggerakkan mulutnya maju mundur mengkocok kocok penis Okta. Tempurung pentol konti Okta menggesek gesek dan menyodok nyodok langit langit rongga mulut Ai, semakin lama gerakan mengoral Ai semakin cepat...
Clap..clap..clap.. mulut Ai berkecipak heboh mengkopyok penis yang tertanam dalam mulutnya itu. Konti Okta tercelup keluar masuk dalam mulut makin cepat.
"Nnngh.. nnghh..nnnghn.."Ai bergumam seksi, mulutnya penuh tersumpal konti Okta yang makin membengkak, memenuhi rongga mulut Ai.
Okta merasakan batang kontinya yang berada dalam emut-an mulut Ai yang berasa hangat dan sempit, berkedut kedut hebat, pertanda Okta hendak menggapai ejakulasi-nya.
"Nnnggn...ngggnn..nggnn.."Ai bergumam memberi isyarat pada Okta untuk menyemburkan pejunya dalam mulut Ai. Membayangkan ngecrot dalam mulut Ai membuat Okta makin cepat mencapai klimaknya.
"Oooh..Ai..I'm cuming.." Okta melolong panjang hebat, tubuhnya tersentak sentak menumpahkan peju cintanya dalam mulut Ai.
Glek..glek..sambil terus menatap ke arah mata Okta dengan pandangan syahdu, Ai menelan bulir bulir cendol yang mengucur dari konti Okta, nyaris tak bersisa.
Tubuh Okta jatuh lemas terhempas ke kursi, tak pernah ia mengalami ejakulasi senikmat ini.
Srup..sruup...Ai menghisap hisap lembut konti Okta, menyesap sisa sisa peju yang belepotan di mulut konti Okta, hingga konti Okta kembali mengkerut ke ukuran 18centi normalnya.
"Aaaaah..." Ai mendesah lega, memuntahkan Konti Okta yang nampak licin mengkilap karena habis di mandikan dalam mulut Ai.
Ai berdiri menyeka sisa sisa liur di sela bibirnya sambil mengenakan seragam polisinya kembali, tanpa berbicara sepatah katapun setelah memuaskan Okta, Ai beranjak hendak meninggalkan ruang interograsi.
"Makasi Ai.., kenangan indah ini akan selalu Okta ingat" Okta berteriak sebelum tubuh Ai menghilang di balik pintu meninggalkan Okta seorang diri di dalam ruangan itu.
****
Begitu keluar dari ruang interogasi, tubuh Ai merosot dan terduduk di lantai, air mata berlinang di sudut mata Ai.
"Alex maafin Ai...hik..hik.." Ai terbayang wajah Alex, jika bukan karena tuntutan tugas, tentu Ai tidak akan mungkin memberikan service oral-sex yang begitu hebatnya kepada Okta tadi.
Dengan memanfaatkan rasa cinta Okta padanya, Ai berharap amarah dan dendam Okta pada kepolisian dapat terlupakan, sehingga Okta mau menerima ajakan Alex untuk bergabung dengan team Alpha.
Lagipula Ai tidak mau orang sebaik Okta harus menghabiskan sisa hidup-nya dalam penjara. Bergabung dengan Alpha otomatis Okta akan mendapat pengampunan dan seluruh tuntutan hukumnya akan di hapus.
Dengan keahlian IT Okta ditambah pengetahuan Okta akan detail seluk beluk organisasi WWW, apabila Okta mau bergabung dengan team Alpha, tentunya Okta akan menjadi senjata rahasia yang mematikan untuk WWW.
*****
"Shinobi dan lima attacker-nya sedang tidak ada di Jakarta, sekarang WWW sedang dalam kondisi yang paling lemah." Aya melaporkan hasil interogasi-nya pada Alex dan tuan Gozo, ketiganya duduk mengatur strategi untuk menyerang White Lotus Spa guna menangkap Otaku.
"Bagaimana Alex?" Tuan Gozo langsung menyerahkan kendali operasi kali ini pada Alex yang sangat ia percayai.
"Dengan bantuan dan kerjasama dari seluruh divisi, saya yakin kita bisa menangkap Otaku, hanya satu saja yang masih harus dipikirkan" jawab Alex mantap.
"Hmmm...hal apa yang masih mengganjal Alex?"
"Gozila, jika benar apa yang dikatakan Joker, terlebih dulu kita harus memisahkan Gozila dari Otaku"
Tuan Gozo mengangguk, dengan jaket berlapis bom TNT-nya memang sangat berbahaya apabila Gozila sampai meledakkan dirinya. Di saat Alex sedang merenung mencari cara untuk memisahkan Gozila dari Otaku, Aya berbisik pelan.
"Tuan Gozo dan Alex tidak perlu khawatir, serahkan masalah Gozila pada Aya..." Aya mengerling genit penuh sejuta arti..