Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Holiday Challenge After Story (Fanmade)

Holiday Challenge After Story 3 : Lina, Aset Pak Tani
Part 1 of 3

Suara hujan yang begitu deras di luar kamar terasa begitu menenangkan bagi seorang perempuan cantik nan putih mulus yang sedang duduk mendekap kedua kakinya yang ditekuk. Musik mengalun dari laptopnya yang memang menyala sedari tadi. Lina hanya berdiam saja di kamarnya.
Dia sedang merasa sangat kesepian malam itu. Tak ada yang bisa diajak ngobrol sebab dari 2 hari lalu, telponnya tak pernah diangkat oleh Intan & Moniq. Kemana dua sahabatnya itu ?. Dia mau memberanikan diri untuk menelpon Riri, tapi tetap merasa tak enak saja setelah kejadian itu.

Di rumah, seperti biasa, tak ada orang, kecuali Bi Inah, itu juga dia sudah tidur. Muda, cantik, dan kaya, tidak serta merta membuat kehidupan Lina jadi tak punya masalah. Kesepian adalah musuh utamanya dalam kehidupan Lina yang merupakan impian bagi kebanyakan perempuan. Bukannya Lina tak mempunyai teman, dia merasa kesepian karena tak pernah mendapatkan perhatian penuh kasih sayang kedua orangnya sejak ia kecil. Dan ditambah, ia anak tunggal, jadi hanya sendirian saja di rumah.




Tanpa Busana, Lina Melihat Ke Luar Jendela




Lina berjalan ke arah jendela kamarnya, memandangi hujan yang terus mengguyur dengan derasnya. Dia tidak mengenakan apapun untuk menutupi tubuhnya yang mulus itu. Lina memang tak pernah mengenakan pakaian jika di rumah semenjak sering berbugil ria di rumah Intan.
Dia merasa lebih bebas dan segar. Meski punya banyak teman, tidak hanya Riri, Intan, dan Moniq, si bidadari bertubuh jenjang itu merasa kesepian kalau ketiga sahabatnya di kampus tidak ada untuknya. Lina jadi melamun sendiri.
Dia mengingat-ingat segala kegilaannya yang telah ia lakukan. Waktu kelas 3 SMA, dengan kemauannya sendiri, dia melayani nafsu 2 satpam sekolahnya setiap hari. Dan di saat itu pula, Lina mengetahui kalau dia adalah seorang hyper sex. 2 satpam sekolahnya pun sampai kepayahan melawannya.
Mungkin tanpa sadar, di alam bawah sadarnya, rasa kesepian yang dirasakannya dikonversi jadi nafsu yang berlipat-lipat oleh kejiwaannya sendiri sehingga bisa dibilang, sex adalah pelarian Lina atas kesepiannya.

Lina teringat lagi bagaimana dia setiap hari sengaja datang pagi-pagi sekali dan menemui Udin & Malex, satpam sekolahnya, untuk 'menyembunyikan' kedua satpam tersebut di dalam rok panjangnya. Ya, memang Lina sendiri yang meminta Udin & Malex untuk mengobrak-abrik bagian bawah tubuhnya setiap pagi karena kalau tidak, Lina tidak akan merasa nyaman sepanjang hari.
Tentu Udin & Malex dengan senang hati melaksanakan perintah Lina. Siapa yang tak mau ?. Setiap hari, bisa menjilati kemaluan bunga sekolah alias siswi paling cantik dari 3 angkatan saat itu, apalagi daerah intim Lina sangat terawat sehingga selalu bersih dan harum setiap harinya, tak mungkin Udin & Malex tak rajin melaksanakan tugasnya.
Dan sebagai balasannya, setiap sore setelah sekolah benar-benar kosong, Lina pasti masuk ke dalam gudang sekolah, dimana Malex & Udin sudah menunggunya untuk mencabulinya sampai malam. Kadang kalau persediaan obat kuat Malex & Udin sedang banyak, Lina bahkan sampai tidak pulang dan menginap di sekolah, tidur bersama Malex & Udin di ruangan dekat kantin yang memang biasa digunakan untuk istirahat bagi Malex & Udin.

Mengingat hal itu, Lina merasakan tubuhnya mulai menghangat, terutama daerah intimnya. Semakin banyak ia mengingat hal-hal gila yang dilakukannya untuk meredam nafsunya yang begitu tinggi dari SMA sampai saat ini.
Banyak lelaki yang telah merasakan betapa hangat & nikmatnya tubuh jenjang Lina, khususnya pria-pria berumur 40 tahun ke atas. Lina memang merasa lebih bergairah jika digauli oleh pria paruh baya ke atas. Bidadari cantik itu sungguh merasa seksi & sensual ketika pria-pria yang umurnya 2x lipat darinya menyentuh, menggerayangi, dan menggeluti tubuh indahnya.
Apalagi kalau yang menidurinya dari kalangan bawah seperti gelandangan, tukang minta-minta, dan lain-lain, Lina merasa lebih liar, terangsang, dan sangat bernafsu. Dia juga tidak tahu mengapa nafsunya lebih menggelora jika diintimi pria yang lebih tua dan dari kalangan kelas bawah.

Itulah sebabnya mengapa Lina tidak protes saat Dirman menyetubuhinya, malah sekarang dia yang rindu digagahi oleh pegawai orang tuanya itu.
Lina mengelus-elus pangkal pahanya mengingat waktu bersama Dirman. Dia tidak habis pikir mengapa manula itu masih bisa mengimbangi libido gadis muda sepertinya, bahkan sanggup mem'bajak'nya seharian penuh.
"hmmm....mmmhhhh....Abaahhh....", Lina mengeluhkan nama Dirman dengan suara manjanya.
Dia membayangkan 'sosis' besar Dirman sedang merojokki vaginanya.
Dara jelita itu duduk di bangku depan laptopnya dan mulai masturbasi seraya menonton videonya dan Dirman yang sedang bersetubuh di dalam kamar mandi dengan begitu bergairah & panas seperti layaknya sepasang suami istri yang baru menikah.
Lega menyalurkan hawa nafsunya dengan masturbasi penuh semangat, Lina langsung membereskan pakaiannya. Dia harus bertemu Dirman, tubuhnya benar-benar merasa rindu dijamah dan di'olah' oleh pengurus sawah ayahnya itu.
Gadis cantik nan mulus begitu kangen di'dalangi' Dirman, kakek tua yang masih sanggup menungganginya seharian.




Bagi seorang hyper sex maniac seperti Lina memang susah untuk mencari pria yang mampu mengimbangi tingkat libidonya yang sangat tinggi, jadi ketika menemukannya, sang wanita hyper tidak segan & tidak malu datang menyerahkan tubuhnya ke pria tersebut tanpa memandang wajah, umur, ataupun status.
Dan untuk kasus Lina yang suka berhubungan sex dengan pria tua dari kalangan bawah tentu tidak akan membuatnya malu, apalagi dia tahu kalau Dirman melihatnya, pasti langsung berusaha mencumbunya tanpa perlu diminta. Lina selesai packing pakaiannya, dia meninggalkan catatan kecil di dekat telpon untuk pembantunya yang sedang keluar.
"Mbok, Lina pergi dulu, mau refreshing di desa...", isi pesan tersebut.
Mobil sedan terbaru itu langsung meluncur keluar dari rumah Lina yang megah menuju jalan raya. Kacamata hitam melindungi mata sang bidadari berkulit putih mulus dari silaunya cahaya matahari pada saat menyetir.

Lina sampai di desanya, menuju rumahnya untuk memarkir mobilnya dan meletakkan barang-barang yang dibawa.
Dirman melakukan tugasnya dengan baik, Lina senang melihat rumahnya tetap bersih & rapi. Kulkas pun ada isinya, sirup & air dingin.
Sepertinya, Dirman menggunakan uang yang diberikan ayah Lina dengan benar tanpa dikentit sedikit pun, yah kecuali uang yang memang untuk gajinya.
Lina istirahat sebentar setelah mengendarai mobil cukup jauh sambil menaruh pakaian-pakaian yang dibawanya ke dalam lemari.
Dia memang membawa cukup banyak baju karena ada rencana untuk tinggal di desa, setidaknya 2-3 minggu.
Nona cantik itu mengenakan kacamatanya lagi dan juga membalurkan anti-uv ke seluruh permukaan kulitnya yang tak terlindungi oleh pakaiannya sebelum pergi ke sawah mencari Dirman.
Kedatangan Lina tentu jadi pengalih perhatian semua orang yang sedang ada di sawah. Seketika, semua langsung kompak melihat seorang dara berpakaian khas orang kota dengan menggunakan kacamata hitam sedang berjalan ke arah sawah.






Lina di sawah



"Pak Warso, Abah Dirman dimana ?".
"di sana, neng siapa ya ?".
"ya ampun, ini Lina, Pak..", Lina membuka kacamatanya.
"eh non Lina toh. Bapak kira siapa, pake kacamata item sih. jadi beda kelihatannya".
Biarpun agak ragu, tapi Warso sebenarnya sudah menebak kalau itu Lina. Gadis mana yang mempunyai postur tubuh yang seksi nan jenjang dan kulitnya begitu putih mulus serta berpakaian glamour yang mau datang ke sawah selain anak si empunya sawah.
"itu non, disana, lagi ngecek umur padi...".
"oh, oke Pak. makasih yaah..".
Dari belakang, Warso mengamati lekukan tubuh Lina. Sungguh lekukan yang apik tenan. Tubuh yang sangat menggugah selera. Gadis muda yang begitu mengundang nafsu. Warso berandai-andai, kalau saja ia bisa melihat anak majikannya itu tak mengenakan busana.
Tergambar tubuh yang begitu sempurna dari Lina di pikiran Warso. Andai Lina adalah istrinya, pasti dia akan mengoprek tubuh maknyus itu setiap harinya dan pasti akan rajin membuat anak dengan Lina.

Untung saja Lina sudah balik badan, kalau tidak tonjolan di celananya pasti keliatan, pikir Warso.
"eh non Lina".
"Pak Didi, Pak Tejo...", sapa Lina tersenyum.
"ke sini lagi, non ? tugasnya belum selesai ?".
"udah kok, Pak. Lina ke sini mau refreshing aja mumpung libur..".
"oh, asik dong ada non Lina..".
"asik kenapa, Pak ?".
"ya asik aja...hehehe...".
"ye Pak Tejo gajebo nih...".
"gajebo paan non ?".
"gak jelas booww..hahaha...".
"oh iya, Abah Dirman kemana ?".
"itu non, di sana...".
"oh, iya. makasih, Pak. Lina ke sana dulu yaa..".
"Abaah !!!!", teriak Lina memanggil Dirman yang masih agak jauh.
Dirman langsung menengok suara yang terdengar familiar di telinganya. Wajah pria tua itu langsung sumringah girang. Bidadari cantik pelayan nafsunya datang lagi.
Seperti biasa, mata Dirman seakan tembus pandang melihat pakaian Lina.
Dirman yang sudah berkali-kali mengksplorasi tiap lekukab tubuh nona mudanya itu seakan bisa menggambar tubuh telanjang Lina dengan utuh.
Matanya tertuju ke daerah di bawah pinggang Lina dan sudah berpikir apa yang disimpan anak majikannya itu di antara kedua kaki jenjang itu.




Lina di Mata Abah Dirman



Dirman juga sudah membayangkan 'susu', 'bakpao', dan 'kue apem' yang Lina persiapkan untuknya seorang. Payudara, pantat, dan vagina Lina yang akan bisa diolahnya seorang diri sebentar lagi. Dirman langsung berjalan mendekati.
"eh non Lina...".
"Abaaahh !!".
Lina cipika cipiki ke Dirman. Yang lain yang sedang melihat langsung terbongong-bengong. Mereka tentu iri melihat hal itu, enak sekali si Dirman dapat cipika cipiki dari Lina.
Mereka cuma iri, tidak ada kecurigaan yang macam-macam karena memang Lina telah mengenal Dirman sejak kecil jadi tak heran kalau Lina kelihatan dekat sekali dengan Dirman.
Tapi, mereka tak akan bisa pernah membayangkan kalau mandor mereka itu, secara nyata, sudah berkali-kali menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh sang anak majikan yang sangat cantik & memancing nafsu itu.
"ada apa non dateng ke sini lagi ? nggak bilang-bilang dulu ? tugasnya belum selesai ?".
"nggak, Bah. bosen aja liburan di kota. pengen ngerasain udara kampung lagi".

"emang kenapa di kota, non ? bukannya enak di kota ? semuanya ada ?".
"ya abis gitu-gitu aja sih, Bah. boseen".
"terus non Lina mau liburan berapa hari ?".
"ya sampe masuk kuliah lagi, 2 - 3 minggu kira-kira, Bah".
"wah ?! lama banget, non", terlukis guratan bahagia di wajah Dirman.
Semakin lama Lina tinggal di desa, tentu semakin ia senang karena artinya burungnya bisa bermain di 'taman' milik Lina lebih lama. Pandangan Lina & Dirman saling memancar satu sama lain dengan penuh arti tersendiri, namun hanya mereka berdua yang mengerti.
"oh iya, Abah lagi ngapain ?".
"ini non, lagi ngecekkin yang udah siap panen...".
"emang kalau yang udah siap panen, tandanya kayak gimana ?".
"jadi kuning, non...".
"bukannya udah jadi kuning semua nih ?".
"iya, tapi baru atasnya doang, harusnya sampai batangnya sedikit jadi kuning...".
"oh, gitu ya, Bah ? maklum orang kota Bah. hehehe...".
"iya, gak apa-apa, non".
"non baru sampe yah ?", sambung Usman yang ada di samping Dirman.

"iya, Pak. baru sampe tadi".
"terus langsung ke sini ?".
"nggak sih, Pak. tadi istirahat dulu, leha-leha di rumah. hehehe....".
"oh..terus non udah makan belum ?".
"nah kalau itu belum, Pak. hehe...".
"ayo non, bentar lagi, kita semua juga mau istirahat, makan siang dulu...".
"tapi Lina nggak bawa makan siang...".
"bisa non, kita semua mau kok bagi makanan buat non...".
"ah yang bener, Pak ? jadi enak nih. hehehe...", canda Lina.
"kan kalo ngeliat non Lina keenakan, yang laen juga enak hehe...", Usman sedikit bercanda jorok.
"kok bisa ?".
"maksudnya, yang laen jadi seneng hehe...".
"iih si Pak Usman. tapi nggak usah deh, Pak. ntar Pak Usman sama yang lain kurang makannya...Lina ngeliatin aja deh...".
Tapi akhirnya Lina, Dirman, Usman, Warso, Didi, Tejo, dan lainnya makan siang bersama. Lina ikut duduk di pinggiran sawah yang tidak terlalu becek bersama yang lain. Dia hanya mengobrol saja awalnya, tapi akhirnya ikut makan karena ditawari para pak tani yang mau mencari perhatian Lina.

Sang anak majikan yang mulus itu berada & berkeliling di sawahnya sampai sore hari.
"ati-ati non, ntar jatuh lagi kayak waktu itu..", ujar Tejo memperingatkan Lina.
"tenang aja, Pak. kaki Lina udah kuat sekarang hehe...".
"ah masa non ?".
"iya, bener kok. liat aja nih...".
Lina menunjuk ke kedua betisnya. Usman pun berjongkok, memegang kedua betis Lina & kemudian mengelus-elusnya. Lumayan bisa ngelus betis non Lina, ucap Usman dalam hati. Lelaki tua nan hitam dekil itu asik mengelus-elus betis Lina. Bahkan betisnya pun begitu putih, halus & mulus.
Bagaimana paha & bagian yang lainnya ?, tanya Usman dalam hati.
Tangan Usman bergerak nakal, mulai merayap ke atas.
"gimana, Pak ? kuat kan betisnya ?", pertanyaan Lina membuat Usman kaget dan langsung bangun.
"ah, iya, non..".
Lina tentu sadar kalau Usman mau berbuat nakal. Dia memang sengaja menggoda pegawainya itu. Malah tadinya ia mau membiarkan tangan Usman menjalar naik ke pahanya, tapi dia mengurungkanng karena yang lain juga melihat termasuk para bu tani.

Bisa bahaya kalau nanti para bu tani melapor ke ayahnya kalau dia pasrah saja menjadi objek pelecehan seksual para pegawai pria. Jadi, terpaksa Lina menghentikannya.
"ayo, non, Abah anter pulang...".
"iya, Bah. Bapak-bapak, ibu-ibu, Lina duluan yaa...".
"iya non !", jawab mereka serempak.
Lina mengikuti Dirman dari belakang, dan ketika sudah agak menjauh dari sawah, Dirman berjalan di samping Lina.
"non Lina mau ke sini nggak bilang-bilang...".
"lho ? kan Lina pulang ke rumah Lina sendiri...masa harus lapor ke Abah ? wee", canda Lina agak menyolot.
"yee, si non. pasti non Lina balik lagi gara-gara kangen ama Abah..hehehe....".
"iih, pd banget nih, Abah. Abah kali yang kangen ama Lina..", goda Lina dengan nada manja.
"kalo Abah mah emang kangen hehe...". Tangan Dirman dengan seenaknya meremas pantat Lina.
"eh, Abah, tangannya...".
"hehe...maaf, non...udah gemes banget sih...".
Lina hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menyingkirkan tangan Dirman.

Dirman sungguh sudah tak sabar ingin menelanjangi nona mudanya itu, melucuti pakaian yang menempel di tubuh menawan nan menggugah selera tersebut untuk kemudian di'libas'nya sampai malam nanti seorang diri.
Lina sendiri juga tentu tahu kalau pegawai kepercayaan ayahnya itu sudah ngebet ingin menggerayangi tubuhnya. Tatapan penuh nafsu tak bisa disembunyikan Dirman.
Lina pun sengaja jalan di depan, berjalan dengan sengaja menggerak-gerakkan pantatnya untuk menggoda Dirman. Mata Dirman hanya menuju pada dua bongkahan pantat yang montok itu, meski lekukan pantat Lina tak begitu terlihat jelas karena anak majikannya itu tak mengenakan hotpants, tapi Dirman hafal bentuk dari pantat Lina yang sekal itu.
Dirman gregetan sekali sudah ingin meremas-remas dan memukul kencang pantat kenyal itu. Mereka berdua terlihat seperti sepasang betina & pejantan yang sudah sangat siap untuk kawin.
Hanya saja sang betina ingin membakar api nafsu sang pejantan terlebih dulu agar saat sudah di lokasi yang tepat, sang pejantan akan mengawininya dengan sangat bernafsu & membabi buta sehingga birahi mereka akan semakin menggelora saat bersetubuh.

"aah..capek juga yaa, Bah..", teriak Lina merenggangkan tangannya ke atas setelah masuk ke dalam rumah.
"klik !", bunyi suara pintu dikunci menghentikan langkah kaki Lina.
"hap !".
Tangan Dirman langsung menyergap kedua buah dada Lina dan meremas-remasnya dengan gemas.
"ih Abah maen pegang-pegang aja nih...", keluh Lina tapi nada suaranya riang nan manja.
"hehe...Abah kangen sama susu non Lina yang montok..hehehehe...".
"sama susunya doang nih nih ? Lina nya nggak ?", goda Lina dengan mengikuti kata-kata Dirman agar semakin membakar nafsu kakek tua itu.
"ya kangen sama non juga lah...hehehe...".
"gomball...", balas Lina, namun tangannya tetap terangkat ke atas dan membiarkan sepasang payudaranya yang membulat kencang diremas-remas dengan kasar dan seenaknya oleh Dirman.
"aahh...Abaahhhh...geliiiihhh....", Lina mendesah sangat manja ketika tengkuk lehernya diciumi oleh pria tua yang lebih pantas jadi kakeknya dibandingkan pejantannya yang ada di belakangnya sekarang.

Dirman memutar tubuh Lina dan langsung memagut bibir tipis sang bidadari cantik tersebut.
"happhh mmmhhh cccppphhhh nymmhh", bibir Lina dilumat & dikenyot habis-habisan oleh Dirman.
Lina pun tentu tidak pasrah, dia juga balas memagut bibir Dirman dan membuat ciuman mereka berdua begitu nafsu & sangat bergairah. Buas sekali Dirman mencumbui Lina, dia sampai memojokkan nona mudanya itu ke sudut ruangan seakan tak mau bidadari itu pergi kemana-mana. Pelukan mereka pun begitu erat sampai payudara Lina benar-benar tertekan ke dada Dirman dan terlihat seperti menempel.
"ummhhh cccpphhh..ummmhhh...Linaahh...ccpphh...kangen..sama...Abaahhhh...hmmmhhh..ccppphhh...".
"Abahh..juga...hhmm...kangen...sama...ccuupphh..nonhh....Linaa...hhh..mmmm...".
Pengakuan yang keluar dari mulut sepasang sejoli beda generasi tersebut di sela-sela cumbuan mereka yang semakin lama semakin bernafsu.

Bibir mereka berdua terus saling tumpang-tindih satu sama lain, lidah mereka juga tak henti-hentinya saling bertaut & membelit.
Tak akan ada yang percaya kalau seorang gadis cantik nan bertubuh semlohai & mulus seperti Lina bisa bercumbu penuh nafsu, bergairah, dan begitu menggebu-gebu dengan seorang lelaki tua nan jelek yang umurnya 3x lipat dan lebih pantas menjadi kakeknya yakni Dirman, pegawai ayahnya sendiri.
Sungguh pemandangan yang tak akan ada dipercayai orang kalau tak dilihat dengan mata kepala sendiri. Dirman menarik baju Lina yang half-top dress itu ke bawah dengan dibantu Lina sendiri yang menaikkan lengannya satu per satu. Sekejap, pakaian Lina meluncur jatuh ke bawah.
Tinggallah ia hanya mengenakan brassiere dan celana dalam berenda berwarna putih. Sungguh tubuh yang begitu luar biasa indah. Dirman menatap nanar tubuh putih mulus Lina. Sangat menggiurkan & menggugah selera.
Memang sudah sering Dirman men-icip tubuh Lina, tapi pria tua itu selalu takjub saat matanya disuguhi kemolekan tubuh mulus tanpa cacat milik nona mudanya itu.
Lina meraih pengait branya dan membuka mangkuk bhnya yang sedari tadi melindungi buntalan daging kembar bulat yang dimilikinya.




Kesigapan Dirman Menggenggam ‘Buah’ Favoritnya



"hap...". Tangan Dirman menyambar secepat kilat lalu menggenggam payudara Lina yang baru saja dibuka dari kekangannya itu.
"cepet banget tangannya...", ejek Lina setelah membuang bhnya ke lantai dengan sembarangan.
"iya dong non, biar nggak jatoh, ini kan susu segar cap non Lina yang Abah suka...kehehehe...".
"susu segar ? emangnya Lina sapi...iih, Abah mah...".
"hehe...becanda non...".
Mereka bercanda layaknya sepasang suami istri yang sudah terbiasa dengan tubuh mereka satu sama lain, sama sekali tak nampak ada rasa canggung sedikitpun.
"sini non, biar Abah aja yang bukain cdnya..hehehe...", Dirman 'merelakan' diri untuk melucuti satu-satunya pakaian yang ada di tubuh mulus Lina.
Sang nona muda tersenyum & menganggukkan kepala. Dirman jongkok di depan anak majikannya itu, dan jadi bertatapan dengan daerah terintim dari tubuh Lina.

Memang sudah seharusnya Dirman jongkok di depan Lina untuk menghormatinya sebagai anak majikan.
Namun, Dirman jongkok bukan untuk itu, melainkan untuk melucuti satu-satunya pakaian yang masih ada di tubuh Lina supaya anak majikannya tersebut benar-benar bugil seutuhnya. Dirman menarik celana dalam Lina dengan sangat perlahan. Jantungnya berdegup cepat seperti anak kecil yang akan membuka raportnya atau seperti pegawai yang akan masuk ke kantor bosnya.
Sebenarnya dia sudah berkali-kali melihat alat kelamin nona mudanya itu, tapi ada perasaan tersendiri yang dirasakan Dirman saat melepaskan satu per satu pakaian yang dikenakan Lina. Itu jadi hobi baru Dirman yakni menelanjangi nona mudanya yang cantik.
Tak heran kalau ada Dirman, pasti sebentar saja Lina langsung bugil. Dirman juga tak tahu mengapa, pokoknya kalau sedang tidak di luar rumah dan dia melihat Lina mengenakan pakaian, tangannya langsung gatal dan melucuti pakaian anak majikannya itu. Lina pun tak pernah marah, dan dia malah asik-asik saja tak mengenakan busana di dekat Dirman.

Belum ditarik ke bawah, namun aroma harumnya sudah bisa tercium oleh hidung besar Dirman. Tanpa perlu diberi tahu, Dirman yakin kalau anak majikannya itu benar-benar merawat & memelihara daerah kewanitaannya.
Semerbak aroma harum pekat langsung membelai indra penciuman sang petani tua begitu dia menarik celana dalam Lina ke bawah. Apalagi hidungnya sangat dekat dengan 'lembah' Lina, pasti dia bisa mengendus aroma wangi yang khas itu.
Lina mengangkat kedua kakinya yang jenjang secara bergantian agar Dirman bisa melepaskan cdnya. Kini, Lina sudah telanjang sepenuhnya di depan Dirman. Tubuh indah itu tak tertutup apa-apa lagi sehingga mata Dirman bisa memandanginya dengan puas.
"hmmmm.....", Dirman menarik nafas dalam-dalam seraya menubrukkan wajahnya ke selangkangan Lina. Dia menikmati aroma vagina Lina yang begitu harum & khas.
"non Lina, tumben, ada semak-semaknya nih...hehehe...", ucap Dirman sambil mengelus-elus rambut kemaluan Lina yang sudah tumbuh lagi namun masih tipis.




‘Toko’ Lina Sudah Terbuka Untuk Abah Dirman



"iya, Bah. Lina belum nyukur lagi...".
"kalo gitu, Abah yang nyukur nanti ya, non. boleh kan ?".
"boleh, tapi awas lho, Bah. kalau sampe lecet...".
"tenang aja, non...". Mulut Dirman maju ke depan, bersiap untuk menyosor alat kelamin Lina.
"eits..Abah maen mau nyosor aja. Lina nggak mau kalau berdiri, capek...", keluh Lina, tangannya menahan kepala Dirman.
"yah, non...", keluh Dirman kecewa karena sudah kebelet ingin menggeragoti 'kue apem' milik anak majikannya tersebut. Lina berjalan menuju kamarnya dan berhenti di ambang pintu kamarnya, dia menengok ke belakang.
"Lina tunggu di kamar", tantang Lina dengan menggerakkan jari telunjuknya untuk menantang Dirman.
"oke, siapa takut...".
Lina masuk ke dalam kamar sementara Dirman buru-buru melucuti pakaiannya. Pakaian Lina & Dirman berserakan di lantai. Sang petani tua langsung berlari kecil masuk ke dalam kamar Lina. Dia menelan ludah melihat Lina yang sudah terlentang pasrah di atas ranjang seolah menanti kedatangannya.






Lina Menunggu Tua Renta Kesayangannya



Dirman menggerak-gerakkan penisnya yang sudah mengacung & mengeras, Lina sendiri menggerakkan jari telunjuknya lagi seperti memerintahkan petaninya itu untuk mendekat.
Tanpa buang waktu, Dirman langsung meloncat ke atas tubuh Lina dan mengurung nona mudanya yang cantik itu di bawahnya. Sungguh kontras, tubuh Lina putih mulus bagai mutiara ditindih oleh tubuh Dirman yang hitam dekil karena sering disengat terik matahari. Namun perbedaan itulah yang membuat pemandangan begitu erotis.
"mmmhh mmhhh ccppphhh....", Dirman mencumbu Lina dengan bernafsu.
Lina pun membalas tak kalah bergairahnya. Dirman pun sambil menggesek-gesekkan batang penisnya ke kemaluan Lina agar sang dara jelita semakin terangsang & bergairah. Lina hanya cekikikan manja saat seluruh wajahnya dijilati Dirman apalagi saat kupingnya digeluti petani tua itu.
Basahlah wajah Lina yang sedap dipandang itu oleh liur Dirman. Lina bahkan tak protes saat wajahnya diludahi Dirman beberapa kali untuk kemudian diratakan ke seluruh wajahnya.

Petani tua itu seakan ingin menandai Lina sebagai 'wilayah'nya seperti pejantan yang menandai betinanya. Dia ingin kecantikan wajah & kemolekan tubuh nona mudanya itu hanya ia yang bisa menikmatinya sendirian.
Lagipula, anak majikannya itu sama sekali tak protes saat wajahnya diludahi, hanya sekedar mengeluh manja. Dirman menuruni leher jenjang Lina dengan lidahnya seraya menciuminya yang membuat Lina menggeliat-geliat kegelian.
"Abaahhhh....", lirih Lina pelan.
Mengintimi gadis muda secantik & semulus Lina tak perlu terburu-buru, pikir Dirman. Tubuh sempurna yang begitu indah & seksi harus dinikmati jengkal tiap jengkalnya secara perlahan.
Memang jelas terlihat kalau Dirman sangat mengagumi kemulusan tubuh Lina, dia sekarang sedang mengemut semua jari Lina satu per satu sekaligus kembali melumuri kedua tangan Lina dengan liurnya.
Lidah Dirman bergerak nakal merayapi lengan kanan Lina, dari pergelangan tangan sampai ke pundak. Kemudian Dirman pindah ke lengan kiri sang nona muda dan melakukan hal yang sama.

Rupanya, Dirman memang berniat untuk 'memandikan' anak majikannya yang mulus itu dengan ludahnya dan membuat Lina berlumuran liurnya.
"hihihi...geliii Baahh...", desah Lina manja karena merasa geli di ketiak mulusnya yang sedang dijilati Dirman.
Sangat menggairahkan melihat seorang gadis cantik yang begitu putih mulus terlentang pasrah dan cekikikan manja dijilati pria tua yang hitam dekil. Lina mengelus-elus kepala Dirman selagi pucuk susunya dikunyah oleh mandor sawah ayahnya itu.
Tangan Dirman meremas kasar payudara kanan Lina sementara ia menyusu pada payudara kiri Lina. Memang sunggug empuk & kenyal payudara nona mudanya itu, gemas ia dibuatnya. Cupangan-cupangan pun mendarat di sekujur permukaan payudara Lina.
Sang bidadari membiarkan sang pejantan buruk rupa membuat tanda di tubuhnya seakan tidak mempermasalahkan tanda hitam yang akan membekas di tubuhnya. Belahan payudara Lina disapu juga oleh lidah Dirman, begitu pula dengan perut rata itu.






Tubuh Lina Berkilauan Karena Liur Dirman



Dirman sengaja melompati bagian paling khusus dari tubuh sang anak majikan. Dia langsung menjilati paha putih mulus Lina sebelah kanan, lalu lidahnya menjalar turun sampai ke kaki Lina dan membersihkan sela-sela jari sang putri 'nakal' itu sebelum mulai mengemut-emut jemari kaki Lina yang mungil & bersih.
Sang putri hyper sex merasa begitu seksi diperlakukan seperti ini. Dia merasa kalau Dirman sangat memujanya, tak segan menjilati kedua kakinya.
Mana mungkin Dirman akan merasa jijik. Lina selalu merawat tubuhnya mulai dari gym, salon, spa, luluran, manicure, dan pedicure, jadi tak heran kalau bentuk tubuhnya sangat sempurna dan kulitnya begitu halus & mulus, tak terkecuali kakinya yang sama mulusnya. Kedua kaki Lina sudah basah dengan ludah Dirman.
"hhhmmmmhhhhh....", eluh Lina lembut saat lidah Dirman menjalar naik dari betis kirinya terus ke atas hingga ke pangkal paha.
Mulusnya kulit Lina sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tubuh Lina adalah suatu keindahan yang selalu diimpikan para lelaki.

Putih mulus, lekukan tubuh yang sempurna, bongkahan pantat & payudara yang begitu bulat & padat berisi, ditambah dengan wajah yang sangat sedap dipandang.
Tak salah kalau banyak lelaki yang menyebut Lina sebagai bidadari, dan bilang kalau tubuhnya adalah surga dunia, tempat di mana pria bisa mendapatkan kenikmatan surgawi sepenuhnya.
Kedua pangkal paha Lina kini sedang dielus-elus oleh Dirman. Semakin membuat Lina terangsang. Dirman membuka kedua paha Lina.
Aroma wangi yang sedari tadi ia cium kini semakin tajam menusuk hidung besarnya. Semerbak wangi khas itu tentu bersumber dari kemaluan Lina. Betapa rindunya Dirman dengan wangi khas itu.
Aroma vagina nona mudanya yang sudah berbulan-bulan tak ia cium lagi. Satu-satunya aroma terapi bagi Dirman karena setiap kali ia menghirup wangi dari vagina Lina, segala rasa lelah, capek, pusing, dan penat yang dirasakannya langsung hilang dalam sekejap.

"ccpphh cpphh ccpphh...", Dirman memberikan kecupan-kecupan mesra di sekitar bibir vagina Lina yang membuat tubuh sang gadis muda berkedut-kedut beberapa kali.
Tak masuk di akal, bibir kemaluan Lina masih terlihat menutup rapat dengan sempurna seperti alat kelamin gadis perawan, padahal Dirman yakin kalau batang kebanggaannya yang berkali-kali dirojokkan ke dalam lubang anak majikannya itu dapat digolongkan ke dalam kategori penis yang besar & panjang.
Setidaknya, bibir vagina nona mudanya itu harusnya jadi agak melar namun nampaknya tak demikian. Dirman tak memikirkannya, malahan tentu ia senang karena itu artinya dia bisa merasa seperti memerawani anak majikannya itu setiap kali ia menggumulinya.
"uuhhmmm...", lirih Lina menggeliat saat merasakan lidah Dirman mulai menggelitik alat kelaminnya. Dimulailah proses penggeragotan dari vagina seorang bidadari cantik oleh pejantan tua nan kurus kering.
"aahh...mmmhhh....terusshh Bahhh...", desahan Lina mengalun merdu di kamar yang sepi itu, tentunya bercampur dengan suara cecapan & kecupan Dirman pada vagina Lina.

Tentu petani hitam dekil itu terlihat begitu nyaman membenamkan wajahnya ke selangkangan Lina dan 'menyantap' kemaluan sang nona muda.
Sementara Lina sendiri terus menggeliat-geliat kegelian sekaligus keenakan seraya memegangi kepala Dirman. Daerah intim Lina diserbu habis-habisan oleh Dirman. Lidahnya bergerak liar & ganas mengobok-obok celah sempit itu. Lina menggelinjang kesana kemari tak karuan, kenikmatan yang ia rasakan begitu luar biasa, membuatnya seperti melayang-layang.
Pegawai kepercayaan ayahnya itu nampak sudah hafal dengan daerah kewanitaannya. Terasa begitu tepat lidah sang pejantan tua mengenai titik-titik tertentu yang membuat si bidadari merasa sangat keenakan.
Lina tak dapat menahan lagi, gelombang rasa nikmatnya sudah melampaui batas toleransinya. Gadis cantik itu menekan kepala Dirman dan mengangkat sedikit pinggulnya, wajah 'belel' Dirman benar-benar terbenam di selangkangan Lina yang terawat nan harum itu.






Santapan Favorit Dirman



"aaahhhh Abaahhh...iyaaahh Baaahhhh...di situuhh....", erang Lina menggila, dia berada di ambang puncak kenikmatannya.
"dikit lagiii, Baahhh...uummhhhh..Abaaaaahhhhhh !!!!!!", teriak Lina melepaskan puncak kenikmatannya dalam satu kekuatan hebat.
Dirman memundurkan wajahnya sehingga cairan bening yang memancar keluar dari alat kelamin anak majikannya itu membasahi wajah tuanya. Benar-benar basah kuyup oleh 'kuah' vagina Lina.
"lumayan, obat awet muda. hehehehe...", ujar Dirman seraya tertawa mesum.
Tangannya mengelap wajahnya sendiri, lalu dia menjilati telapak tangan & jari-jarinya dan memutarkan lidahnya di sekitar mulutnya sendiri.
"hhh hhh hhh...", Lina tersenyum dengan wajahnya yang kelelahan namun terlihat puas. Daerah intim Lina sudah basah kuyup diubek-ubeh oleh Dirman.
Tanpa basa-basi, Dirman langsung menyosor kemaluan Lina lagi dan membuat nona mudanya yang cantik itu kembali menggelinjang pasrah seraya mengeluarkan desahan-desahan lembutnya.
Si 'putri salju' tak berusaha menghentikan Dirman karena dia sangat menyukai kalau vaginanya digeragoti si petani tua itu dengan sangat rakus.

Tentu saja Dirman begitu rakus melahap alat kelamin Lina, kapan lagi bisa mengacak-acak daerah intim yang begitu terawat & harum dari seorang gadis muda nan cantik ?.
Benar-benar seperti orang yang kesetanan, Lina sampai megap-megap kewalahan merasakan kenikmatan dari selangkangannya. Ini yang membuat Lina rindu dengan Dirman.
Nafsunya sangat tinggi sehingga dia merasa begitu digila-gilai oleh pegawai ayahnya tersebut. Ditambah, Lina sudah merasa dekat dengan Dirman karena kenal dari ia masih gadis kecil, jadi Lina merasa bisa jadi diri sendiri.
Dirman sendiri tak menyangka, gadis kecil yang lucu nan imut yang ia rawat & jaga seperti anak sendiri saat dulu kini sedang mendesah karena ia geragoti kemaluannya.
Apa kata majikannya kalau mereka tahu kalau dia sering mencabuli anak mereka. Pastilah ia akan dipecat atau bahkan dimasukkan ke dalam bui. Masa bodo amat, yang penting sekarang gue bisa ngentotin non Lina semau gue, pikir Dirman.

Tangan Dirman merayap ke atas dan mencengkram kedua buah dada Lina yang sangat empuk.
Tubuh Lina berkedut-kedut tanpa henti karena aliran listrik kenikmatan yang terus mengalir di sekujur tubuh mulus Lina. Apalagi klitorisnya senantiasa digilas-gilas oleh lidah Dirman, Lina tak tahan lagi dan melepaskan letupan orgasmenya.
Tapi kali ini, Dirman dengan sigap menelan semburan & lelehan 'sari' vagina sang anak majikan.
"ccuuphh..", Dirman memberikan kecupan mesra tepat di tengah-tengah belahan bibir kemaluan Lina.
Sampai 2x Lina dibuat merengkuh puncak kenikmatannya oleh Dirman, hanya dengan lidah tuanya. Selangkangan Lina sudah seperti kebanjiran liur Dirman, sangat basah kuyup.
Dirman membayangkan kalau Lina jadi istrinya, seharian dia akan bisa memeluk tubuh indah itu dan membenamkan wajahnya di daerah intim Lina.
Dirman memang sebenarnya tak sabar ingin mencoblos kemaluan nona mudanya itu, namun dia masih ingin menggeluti keindahan tubuh Lina setiap jengkalnya.

Dirman naik ke atas tubuh Lina dan mengangkangi perut rata sang nona muda. Dia dekatkan penisnya yang memang sudah 'menunjuk' ke arah Lina sedari ke payudara Lina.
Sosis jumbo itu diletakkan di tengah-tengah kedua kantung susu milik Lina yang langsung dirapatkan sehingga nampak seperti hotdog dengan penis Dirman sebagai sosisnya dan kedua payudara Lina jadi roti putih yang menjepit sosis.
"angeetth noonhhh", eluh Dirman yang mulai menggenjot payudara Lina.
Rasanya sungguh empuk dan hangat, nikmat sekali. Lina tersenyum seraya tetap menahan kedua kantung susunya agar tetap erat menjepit jarum besar milik Dirman.
Tak begitu lama, Dirman mencabut penisnya dari 'pelukan' payudara Lina lalu naik lagi sehingga kini dia mengangkangi wajah cantik anak majikannya sendiri. Tak sopan memang tapi anak majikannya tak keberatan, terlihat dari lidah Lina yang sudah menjulur keluar untuk menggapai kantung telur Dirman.
Tak ada rasa jijik, Lina menjilati kantung buah zakar Dirman yang hitam karena daki itu, bahkan Lina kelihatan begitu menikmati saat mengemut-emut kedua biji Dirman bergantian.




Wajah Lina Tersembunyi di Balik Penis Dirman



"bau apek ya non ?". Lina sedikit mengangguk.
"makanya non, tolong jilatin otong Abah ampe bersih ya non, udah lama nggak ada yang bersihin hehehe...", perintah Dirman.
Mulut Lina memang tak terlihat, tapi perubahan sudut matanya membuat Dirman tahu kalau nona mudanya itu sedang tersenyum.
Pelir Dirman dijilati dengan begitu intens oleh Lina sampai benar-benar berlumuran air liurnya.
"non Lina emang paling jago deh bersihin kantong menyan Abah. hehehe...sekarang non Lina aa yang lebar...".
Lina pun membuka mulutnya selebar mungkin. Status mereka berdua benar-benar sudah tertukar.
Lina, seorang gadis cantik yang sebenarnya anak majikan tak protes sedikit pun dan menuruti perintah bawahan ayahnya yang jelek itu dengan senang hati.
Dirman mengarahkan penisnya ke mulut sang bidadari dan langsung merinding keenakan saat lidah Lina mulai membelai kepala penisnya dan menggelitiki lubang kencingnya.

"brrrrhh...enaaakk nonnhhh...".
Tanpa perlu disuruh, Lina mulai mengemut-emut topi merah muda Dirman. Bidadari cantik itu nampak begitu asyik seperti sedang mengemut permen lolipop.
Dirman mendesah keenakan, anak majikannya itu memang sangat amat ahli ketika mengulum batang kejantanan pria. Dia telah merasakan hebatnya permainan lidah Lina puluhan kali semenjak mencicipi tubuh sang bidadari karena nona mudanya itu memang sangat gemar mengemut kemaluan pria.
Tak disangka gadis secantik nona mudanya itu begitu menyukai pentungan besarnya. Dirman gemar menelanjangi anak majikannya itu, sementara Lina suka 'bermain' dengan burung Dirman jika sedang tak melakukan apa-apa, seperti pasangan yang memang ditakdirkan untuk bersama.
Dirman mulai mencolok mulut Lina dengan penisnya itu. Selain karena Lina sudah sering 'disuapi' penis-penis besar oleh pria seperti milik Dirman, petani tua itu juga sangat perlahan 'menyendok'kan penisnya ke dalam mulut Lina.

"uuuhhhh !! mantaapphhh !!!!".
Batang kejantanan Dirman sudah memenuhi rongga mulut anak majikannya yan sangat cantik itu. Nona mudanya itu memang benar-benar juara, sama sekali tak protes & kelihatan nyaman-nyaman saja mulutnya disodok sampai kerongkongannya.
Lidah Lina terus membelai penis pegawai kepercayaan ayahnya itu, itulah kenapa Dirman tak bergerak sama sekali. Cukup lama penis Dirman menyesakki mulut Lina sebelum akhirnya ditarik keluar.
Lina langsung mengatur nafas dan mengambil udara segar sebanyak-banyaknya lewat mulut.
"Baahh...ayoo...Lina udah nggak tahaan nih...", pinta Lina mendesah manja.
"beres non...".
Dirman langsung bersiap untuk menyetubuhi nona mudanya yang sudah sangat terangsang itu. Lina melebarkan kedua pahanya seperti 'menyambut' akan kedatangan sebuah benda hebat yang akan mengguncangnya sepanjang sore.
Dirman sudah mengarahkan senjatanya ke target utama. Semenjak bisa bercinta dengan sang anak majikan yang seperti bidadari, Dirman tak pernah menyentuh istrinya lagi.




Lina Menyambut ‘Penghuni’ Vaginanya



Burungnya seakan sudah enggan masuk ke dalam sangkar lamanya dan hanya ingin masuk ke dalam sangkar baru. Jadi, begitu melihat sangkar barunya alias vagina Lina, burung Dirman tak mau menunggu lagi untuk pulang ke 'rumah'nya yang hangat, sempit, namun mengenakkan itu.
"mmmnnnnhhhh....".
Lina menggigit bibir bawahnya saat mulai merasakan bibir vaginanya harus membuka lebar menyesuaikan diameter penis Dirman yang besar. Bibir kemaluannya pun terpaksa ikut terdorong ke dalam.
Rasanya sungguh ngilu bercampur nikmat yang luar biasa. Semakin masuk ke dalam, jepitan dinding vagina Lina semakin kencang. Tongkat sakti Dirman serasa seperti diremas & dipijit-pijit, sensasi luar biasa yang sudah lama tak ia rasakan selama berbulan-bulan.
Pol sudah 'ular' Dirman melata masuk ke dalam 'gua'. Terasa kepala penisnya sudah tak bisa maju lagi karena sudah mengenai pangkal cervix Lina.
Rasanya alat kelamin Dirman memang diciptakan untuk mengisi relung vagina Lina. Bentuk, diameter, dan panjangnya sungguh pas dengan liang kewanitaan milik dara cantik jelita tersebut.

Namun, kalau dipikir-pikir, mana mungkin ada seorang pria yang sudah bisa dibilang kakek-kakek ditakdirkan untuk memacari, bermesraan, dan bercinta dengan seorang gadis muda yang begitu cantik layaknya bidadari seperti Lina.
Tapi memang seperti itu keadaannya, chemistry di antara mereka berdua begitu menyatu serta alat kelamin sepasang kekasih beda 2 generasi tersebut seakan memang tercipta untuk dipertemukan.
Kedua kaki Lina langsung melingkar di pinggang Dirman. Petani tua itu langsung mencumbui Lina penuh nafsu. Bibir bidadari cantik itu habis di lumat Dirman.
Penis Dirman begitu dalam dan kokoh tertambat di vagina Lina, tak akan ada yang bisa memisahkan alat kelamin mereka berdua. Dirman menggoyang pinggulnya, spontan Lina menggelinjang.
"happhhh...hmmhhh ccpphhh...".
Dirman pun mengemut bibir tipis Lina, pinggulnya terangkat lalu turun, tongkatnya mulai menumbuk kemaluan sang anak majikan. Betapa rindunya dengan si cantik satu ini, apalagi dengan tubuh mulusnya & kemaluannya yang begitu sempit & seret.

Di umur tuanya, dia malah bisa merasakan nikmatnya tubuh seorang gadis yang paling cantik yang pernah ia kenal seumur hidupnya.
Dan, semakin menambah nafsu, gadis cantik yang sedang ia 'bor' ini adalah anak majikannya yang ia anggap seperti anaknya sendiri sewaktu kecil. Tak dapat disangka memang, nasib malah menjadikan mereka sepasang kekasih yang begitu mesra & cocok dan disatukan oleh benang nafsu.
"sspphhh slllppphhh hhemmmpphhh mmmm...".
Lidah Dirman menyelip masuk ke dalam mulut Lina. Tusukan-tusukan Dirman terasa begitu mantap dirasakan Lina. Memang sungguh luar biasa kejantanan petani kepercayaan ayahnya itu.
Benda tumpul itu begitu besar sehingga Lina merasa liang kewanitaannya penuh sesak, belum lagi panjangnya yang mencapai pangkal vaginanya. Itulah yang membuat Lina jadi begitu ketagihan digagahi oleh petani tua tersebut.
Kedua buah dada Lina yang membuntal ke atas dikenyot Dirman dengan asyiknya secara bergantian. Nafsu bukan kepalang Dirman dengan dara cantik ini. Sejak bisa merasakan kehangatan tubuh Lina, Dirman tak pernah menyentuh istrinya lagi.

Dia sama sekali tak bernafsu lagi melihat istrinya sendiri, yang ada di pikirannya hanya wajah cantik jelita dan tubuh sempurna Lina.
Dirman tak salah, dia sama dengan pria lainnya, sekali tidur dengan Lina, rasanya tak terlalu bernafsu dengan wanita lain karena selalu terngiang-ngiang dengan kesempurnaan tubuh & pelayanan Lina di ranjang. Makin cepat & makin kuat sodokan tongkat Dirman, menunjukkan kalau si empunya tongkat kian 'menggila'.
Lina pun menggerakkan pinggulnya berlawanan dengan gerakan penis Dirman. Tak aneh mereka nampak sangat kompak, sudah terhitung puluhan kali mereka saling mengadu alat kemaluan satu sama lain.
Ketika di rumah dan hanya berdua, hubungan majikan-anak buah langsung sirna, yang ada hanya hubungan suami-istri yang begitu mesra sekaligus panas membara.
Sang istri begitu manja karena kegagahan suami palsunya dan sang suami tak pernah bosan menggeluti tubuh indah istri ‘angkat’nya itu.

Meski tak bisa memasakkan makanan untuk Dirman dan bahkan bukan istri sebenarnya, Lina menjalankan tugas paling utama dari seorang perempuan yang menjadi istri yakni menyediakan jiwa & raganya sebagai tempat ternyaman bagi sang suami dan tentu memberikan kepuasan ragawi bagi sang suami setiap hari.
Saat liburan yang kemarin, tidur, makan, dan mandi bersama adalah kegiatan sehari-hari mereka, bahkan Lina selalu mengusir rasa lelah Dirman setelah pulang dari sawah dengan menari striptease untuk lelaki uzur itu lalu kemudian memijitinya tanpa mengenakan busana.
Dirman benar-benar bagai hidup di surga dengan Lina sebagai bidadari pribadinya semenjak dia 'memperkosa' nona mudanya itu. Keringat bercucuran menetes ke tubuh Lina yang juga sudah basah oleh keringat.
"hhhh oohh non...enak nggak non ?", tanya Dirman dengan nafas memburu.
"iyaaa, Baahhh...enaaakkhhh....terusshhh Baaahhhh....", eluh Lina dengan suara parau tengah dilanda kenikmatan.
Bibir mereka menyatu lagi, hembusan nafas Dirman yang memburu bisa dirasakan Lina di wajahnya.




Lina Digasak Dirman



"Baahh...dikit lagii...", pinta Lina yang merasa sedikit lagi akan mencapai puncak kenikmatannya.
Dirman tentu tak mau menyiksa anak majikannya itu, dia pun mempercepat genjotannya untuk memberikan stimulus kuat bagi Lina agar bisa mencapai puncak dari rasa nikmatnya.
"aahhh aahhh Abaahhh Abaaahhh ABAAAHHHHH !!!!! UUUMMHHHH !!!".
Tubuh Lina kejang-kejang dan menjadi kaku, pinggulnya terangkat naik sedikit.
Tak lama kemudian, Dirman merasa otongnya disemprot dari dalam vagina Lina dan segera memberikan rasa hangat pada batang kebanggaannya itu. Ekspresi wajah Lina benar-benar membuat Dirman kian bertambah nafsu.
Tapi, dia ingin membiarkan anak majikannya itu mendapatkan 'momen'nya agar Lina bisa meresapi orgasmenya. Dirman memandang mata Lina dengan mata yang seakan bertanya "gimana ? enak kan, non ?".
Lina membalas dengan senyuman yang seakan menjawab "luar biasa, Bah". Mereka diam sejenak sebelum berciuman lagi dengan mesranya. Dirman mendekap Lina dan mengangkat tubuh mulus itu.

Kali ini, Lina yang menempelkan bibirnya ke mulut Dirman dan mencumbu pria tua itu dengan bergairah sambil mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur untuk menggilas pentungan Dirman yang mengait kemaluannya.
Terlihat sensual ketika tubuh Lina meliuk-liuk untuk memijati penis Dirman seperti gerakan ular sambil mencumbu bibirnya yang hitam. Lina berganti gerakan, dia mulai meloncat naik-turun agar vaginanya bisa mengocok pentungan sang partner sex.
Wajah Lina yang tengah amat terangsang, sungguh membuat birahi Dirman semakin membara untuk merengkuh kenikmatan semaksimal mungkin dari nona mudanya yang cantik itu.
Tangan Dirman menahan punggung Lina, tapi sesekali pria tua itu iseng menangkap kemasan susu si bidadari. Buah dadanya yang mengkal seakan bagai saklar on/off bagi Lina.
Ketika Dirman mencengkram payudaranya, Lina langsung berhenti bergerak dan memberikan waktu agar Dirman bisa meremas-remas dan mengenyot kantung susunya itu.
Kadang Lina juga menarik kepala Dirman ke pelukannya seperti ingin menghangatkan wajah keriput nan lusuh Dirman dengan payudaranya.

Mereka nampak sangat bahagia & serasi dalam posisi seperti ini.
"non, abis ini nungging ya hehehe...", pinta Dirman yang sudah seperti perintah di telinga Lina.
Sang bidadari mengecup lembut & sangat mesra bibir keriput Dirman sebelum tersenyum manis dan bangun dari pangkuan sang petani tua. Dia bisa melihat benda tumpul yang sedari tadi mengganjal selangkangannya dan membuat bagian bawah tubuhnya terasa penuh sesak.
Benda yang berkemilauan terkena cahaya itu sungguh besar, panjang, dan nampak sangat kokoh. Wanita lain yang seusianya kemungkinan akan takut melihat kejantanan Dirman, namun bagi Lina, alat kelamin milik pegawai kepercayaan ayahnya itu sungguh menakjubkan.
Tak pernah terbayang oleh Lina, pria yang sudah uzur seperti Dirman mempunyai kemaluan yang bisa membuatnya takjub. Kalau sudah tahu dari dulu, mungkin sejak SMA, Lina tidak perlu mengencani & digauli banyak pria untuk melampiaskan libidonya yang sangat tinggi.
Lina sudah menungging di hadapan Dirman, mengangkat pantatnya setinggi-tingginya untuk mempersembahkan vaginanya kepada Dirman.
Pemandangan yang begitu indah, pantat Lina yang bulat, padat, dan putih mulus membuat nafsu Dirman semakin mendidih.
"POOKKK !! POOKKK !!!", pantat Lina ditampar sangat kencang oleh Dirman beberapa kali sampai kedua bongkahan pantat putih Lina jadi agak kemerahan.
"ini pantat montok amat sih non...hehehe..pok ! pok ! pok !". Pantat Lina ditepuk-tepuk Dirman.




Lina Mempersembahkan Pantatnya ke Dirman



Lina menengok ke belakang, dia tersenyum nakal dan menggoyang-goyangkan pantatnya, persis seperti betina yang mengundang pejantan untuk mengawininya.
Sinyal itu langsung ditangkap Dirman dengan baik. Dirman memegangi pantat Lina dan menyiapkan alat 'pendobrak' miliknya.
"uunnngghhh", Lina agak terkejut saat merasa lubang anusnya dipaksa melebar oleh pentungan Dirman yang memaksa masuk.
"pelan-pelan, Baahh...".
Dirman tak percaya, padahal liang anus nona mudanya itu tak pernah ia lewatkan setiap menggumulinya, mana mungkin masih sempit seperti ini.
Pipa Dirman sudah tertanam dalam di liang anus Lina meski tak semuanya.
Dengan berpegangan pada pinggul Lina, Dirman mulai merajam pantat nona mudanya itu dengan menggebu-gebu.
Si dara cantik cuma bisa mendesah menerima rasa ngilu yang dominan namun bercampur dengan rasa nikmat, tubuhnya bergerak mengikuti gerakan penis Dirman.
Sesekali, Dirman berhenti dan memeluk Lina, tangannya tentu saja memegangi kedua buah payudara sang bidadari mulus yang menggantung ke bawah dengan indahnya.
Dirman asyik sendiri memainkan kedua pucuk susu Lina, memelintir, memilin, dan memencetnya bagaikan mainan karet yang kenyal sekaligus membiarkan Lina beristirahat sejenak. Tidak terlalu lama, Dirman mengeluarkan 'ular'nya setelah puas mengaduk-aduk liang anus nona mudanya itu.
Dia mencelupkan lagi penisnya ke belahan indah di bawah lubang yang baru saja ia singgahi barusan.
"hemmmhhhh....".
"blesshh...", pentungan Dirman amblas seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Lina.

"jlebh !! jlebbh !! jleebbhh jlebb !", hantaman alat dobrak milik Dirman sungguh sangat terasa bagi Lina, sedangkan Dirman merasa begitu berkuasa akan gadis cantik yang sedang ia 'kendarai' kalau dalam posisi seperti ini, jadi tak heran kalau doggie style adalah posisi favorit mereka berdua.
"hhh uufhhtt huuffhh....", nafas keduanya semakin memburu, keringat sudah bercucuran bukan main banyaknya.
Dirman menyodok-nyodok nona mudanya itu dengan menggebu-gebu, menunggangi Lina seperti hewan liar yang mengawini betinanya dengan kasar.
"pok ! pok ! pok ! pok".
Tabrakan antara selangkangan Dirman dan pantat Lina yang menyongsong ke belakang tak bisa terhindarkan sehingga menimbulkan suara.
Mata Lina sayup-sayup dan mulutnya setengah terbuka, dia benar-benar larut dalam kenikmatan disenggamai pria yang menjaganya saat masih kecil. Apalagi ritme tusuk-cabut penis Dirman semakin cepat & bertenaga.
"JLEEBBHH !!! AAAAKKHHHH NOOONNHHH !!!!!", satu kali hentakan yang kuat & dalam sampai mentok di liang vagina Lina.

"sroott crroott ssroott".
Tubuh Lina berkedut-kedut setiap kali semprotan air mani Dirman yang kuat mengenai pangkal vaginanya.
"AAAAHHHHHH !!", desah Lina lemah melepaskan orgasmenya setelah Dirman meneteskan sperma terakhirnya.
Rahim Lina tergenang oleh sperma Dirman yang memang banyak sekali dikeluarkannya. Lina ambruk, tengkurap.
Dirman jatuh dan menindih tubuh Lina namun penisnya masih tersangkut di belahan kemaluan anak majikannya tersebut.
Tubuh mulus itu tertindih lagi oleh tubuh hitam dekil, pemandangan yang kontras namun justru memberikan keindahan tersendiri bagi siapapun yang melihatnya bahwa harus ada yin untuk yang.
Harus ada keindahan di samping keburukan. Dirman mendekap tubuh Lina yang sungguh indah dan sudah bermandikan keringat. Puas tiada tara, akhirnya nafsunya tersalurkan lagi ke gadis impiannya.
Dan Dirman tahu kalau ini adalah permulaan karena Lina akan lama di desa sehingga surga dunia akan bisa ia kunjungi selama bidadarinya belum kembali ke asalnya.

Bagi mereka berdua, bergumul satu kali tentu tak cukup. Gadis muda & lelaki uzur itu bersenggama & bercinta sepanjang sore hingga menjelang malam dengan begitu bergairah & nafsu yang menggebu-gebu.
Ranjang itu seakan bergoyang-goyang tiada henti karena sang bidadari nakal & sang bocah tua nakal tak turun sekali pun dari sana.
Mereka begitu ketagihan saling mengumbar birahi & mengadu alat kelamin mereka tanpa henti.
Mereka saling mempertunjukkan pengetahuan mereka tentang segala teknik & posisi ketika bercinta. Mereka bersetubuh layaknya tak ada hari esok dan kelangsungan umat manusia bergantung pada kegiatan reproduksi seksual mereka.
Entah berapa jam mereka menghabiskan waktu bersama, pokoknya keadaan di luar jendela sudah gelap. Keduanya sudah terlalu lelah, alat kelamin mereka juga rasanya sudah cukup diadu. Dirman memeluk Lina dan menemaninya tidur.
Tubuh Lina bersih, namun daerah segitiganya sungguh berantakan, benar-benar belepotan dengan air mani Dirman.

Bahkan selagi Lina tidur, masih ada tinta putih yang merembes ke luar dari pinggir belahan kemaluannya karena saking banyaknya sperma Dirman yang menggenangi rahimnya.
Lelaki uzur itu memang sengaja selalu berejakulasi di dalam liang senggama Lina karena ia ingin menghamili nona mudanya.
Dengan begitu, Lina mau jadi istri keduanya.
Ia benar-benar ingin memperistri nona mudanya itu semenjak bisa mengakses tubuh indah Lina. Ia ingin punya keturunan dari Lina karena ia penasaran bagaimana rupa anaknya nanti yang lahir dari rahim seorang gadis yang merupakan bibit unggul.
Dirman bangun sendiri setelah agak larut malam, dia memandangi Lina yang tertidur pulas. Wajahnya sungguh cantik tiada tara.
Dirman tak pernah berpikir kalau di usia lanjutnya, dia malah bisa mengakses tubuh gadis muda yang begitu cantik dan menggumulinya sepuasnya.
Benar-benar sangat beruntung. Dirman pun menaikkan selimut agar Lina yang tidur tanpa sehelai benangpun itu tak kedinginan nantinya, tapi sebelum itu, si Pak Tani tua itu sengaja mencolek sisa spermanya yang merembes keluar dari kemaluan Lina kemudian memasukkannya kembali ke celah selangkangan anak majikannya itu, dia benar-benar ingin agar anak majikannya itu hamil dari benihnya.




Dirman Mengoleskan Maninya Kembali Masuk ke Kemaluan Lina



Dirman mengecup kening Lina sebelum keluar kamar, mengenakan pakaiannya lalu pulang.
Ya, terpaksa sebenarnya dia meninggalkan bidadarinya yang begitu cantik jelita dan harus pulang ke rumahnya, tidur bersama istrinya yang sudah tua.
Tapi, daripada ketahuan ?, pikir Dirman.
Pagi menjelang dan mengusik tidur pulas sang bidadari yang masih terkulai tak bergerak di tempat tidurnya.
Perlahan, kedua mata Lina terbuka, sadar kalau sudah waktunya bangun. Dia menggeliat ke sana kemari, merenggangkan otot-ototnya setelah tidur.
Usai benar-benar sadar, Lina pun bangun dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Masih lemas dan terasa amat pegal-pegal seluruh sendi di tubuhnya, mungkin kalau bisa diibaratkan, mungkin serasa habis berolahraga seharian.
Lengket ? sudah pasti. Daerah kewanitaannya seperti habis terkena lem yang sudah mengering.
Dasar Abah, pejunya banyak banget, Lina bicara sendiri. Sebagai gadis muda, Lina tak percaya sekaligus kagum dengan petani tua itu.

Sudah alat kelamin Dirman begitu besar, muatannya juga banyak, padahal si empunya sudah masuk umur yang tergolong uzur.
Lina melangkah dengan sedikit melebarkan kakinya karena kalau berjalan biasa, selangkangannya terasa agak ngilu, akibat disodok-odok benda tumpul Dirman terus menerus semalam. Lina masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuh indahnya terutama daerah 'sensitif'nya yang begitu belepotan sperma.
"Mas berangkat dulu...".
"ini, Mas makanannya...ati-ati..".
Dirman berangkat dari rumahnya, dia agak kesiangan karena baru bangun jam 9. Langkah kakinya lebih cepat dari biasanya seakan mau mengejar sesuatu.
Kedua kakinya tak mengarah ke arah sawah melainkan ke rumah sang pemilik sawah. Tentu Dirman buru-buru, dia sudah ngebet ingin melihat bidadarinya lagi. Dirman membuka pintu depan yang terkunci, tentu saja ia memegang kunci rumah, dia kan memang bertugas untuk menjaga rumah.
Dirman membuka pintu kamar Lina, dia melihat nona mudanya sedang bersantai dan tengkurap sambil bermain hp di kasur, nampaknya nona mudanya itu sudah mandi.
 
Holiday Challenge After Story 3 : Lina, Aset Pak Tani
Part 2 of 3



Lina Berpakaian ‘Santai’


Nafsu Dirman langsung meninggi melihat pakaian santai yang dikenakan Lina.
Pemandangan yang sungguh indah di pagi hari bagi Dirman. Tubuh Lina yang memang sexy tambah terlihat menggiurkan dengan pakaiannya itu apa lagi dalam posisi seperti sekarang.
Tak bisa menahan rasa gregetannya, Dirman langsung menomplok Lina dari belakang.
"aduwhh, iih Abaahh...berat tau..awas dong ah....", protes Lina namun suaranya manja.
"siapa suruh non Lina bahenol banget, udah gitu pakeannya seksi banget. Abah jadi nggak tahan pengen nomplok non Lina...hehehe...", Dirman beralasan mesum.
"hem....dasar Abah...", canda Lina membiarkan sang jejaka tua menindih tubuhnya.
Bahkan, si bidadari diam saja saat kedua tangan si petani tua menyelip ke bawah tubuhnya untuk meraih kedua buah payudara montok miliknya.
Diremas-remasnya kantung susu yang empuk nan kenyal itu bagaikan milik istrinya sendiri, padahal sepasang daging bulat itu adalah milik anak majikannya dan sebetulnya kedua tangan Dirman tak pantas menempel di sana, namun lihat saja sendiri, dia begitu bebas & leluasa menggrepe-grepe payudara anak majikannya itu.

"lagi ngapain sih non ?".
"lagi chatting aja ama temen...".
"ha ? apa non ? cat ting ?".
"chatting, Bah...chat~ting".
"emang apaan sih tuh non ?".
"yaa kayak ngobrol lewat telpon, tapi ini cuman tulisan...".
"oh gitu...ngerti, ngerti...".
"eh iya, Abah nggak ke sawah ?".
"nggak ah, non...Abah pengen di sini aja, kasian non Lina sendirian..hehehehe...".
"ih bisa banget alesannya. bilang aja Abah mau ngisengin Lina kan ?".
"hehehe...".
"nggak ada, Abah mesti ke sawah ! kalau nggak, ntar Lina laporin ke papah loh...".
"emang non Lina mau lapor apa sih ?", tantang Dirman seraya mencengkram kencang payudara Lina.
"ya Lina laporin kalo Abah jarang ke sawah, malah ngegrepein Lina terus. hayoo ?", ancam Lina.
"eh iya non, iya deh Abah ke sawah, tapi non Lina juga ke sawah kan ?", Dirman pun bangun dari atas tubuh Lina.
"nggak ah Bah, lagi males...".

"yah, non..".
"udah Abah ke sawah aja dulu...", Lina bangun dan berhadapan dengan Dirman.
"ccpphh ccpphhh...", Lina mengalungkan kedua tangannya di leher Dirman dan mencium mesra bibir pria tua itu.
Bibir lembut Lina terus berpagutan dengan bibir kasar Dirman. Tangan Dirman menggenggam kedua bongkahan pantat Lina.
Makin lama, ciuman mereka makin dalam & bergairah. Mereka pun juga sudah saling mengaitkan lidah.
"pokoknya nanti...", Lina menyeka dulu mulutnya yang basah oleh liur Dirman.
"nanti, Abah bebas mau ngapain aja...", rayu Lina seraya sedikit menurunkan cd nya yang transparan itu.
Wajah Lina nakal sekali apalagi dengan pose menarik sedikit cdnya ke bawah. Tak dapat dipercaya kalau bidadari secantik Lina berdiri di hadapan Dirman untuk merayu pria tua itu agar mau bekerja dengan tubuh indahnya sebagai iming-iming bagi si lelaki tua.
"sama ini, Bah. cukurin sekalian nanti...", Lina menunjuk rambut kemaluannya.
"beres non, nanti Abah cukurin biar gundul lagi, kesukaan Abah...hehehe...".

"Abah pergi dulu ya non..".
"iya, Bah...".
Lina mengantar Dirman sampai pintu depan dengan hanya mengenakan tanktop & cd transparannya. Kalau ada orang yang lewat, pastilah orang tersebut bisa melihat betapa indahnya sepasang kaki jenjang yang dimiliki Lina dan mungkin akan terlihat apa yang terbungkus di dalam cd transparannya.
Maka, si lelaki tua pun meninggalkan bidadarinya untuk melaksanakan tugasnya di sawah. Seorang bidadari yang sesungguhnya terlalu indah untuk bisa dimiliki pria tua seperti Dirman.
Tenaga ekstra langsung mampir ke badan Dirman, dia bekerja di sawah sambil mengatur buruh tani lainnya dengan sangat bersemangat bagai seorang pria muda di umur 25 tahun.
Selesai juga pekerjaan yang harus dilakukan di sawah, Dirman bergegas cepat untuk pulang, bukan pulang ke rumah, tapi pulang ke 'surga', pikir Dirman.
"klek klek...", Dirman menggunakan kuncinya untuk membuka pintu depan.
Dia meletakkan tongkat pacul & rantang yang di bawanya di sudut dekat pintu yang sudah dikunci lagi.

"haaahh capek euyy !!", seperti sengaja ia berbicara kencang untuk memberi tahu Lina kalau ia sudah datang. Tapi, si 'dewi' tak kunjung keluar dari kamar.
"mana sih non Lina ?", Dirman mulai tak sabaran.
"iih si Abah pake teriak-teriak segala...", sahut Lina yang tak lama kemudian keluar dari dapur. Tercengang lah si pria keriput melihat bidadarinya datang membawakan segelas minuman tanpa ada sehelai benang pun menempel di tubuh menawannya.
Memang tubuh mulus Lina sudah sering dilihat Dirman. Nona mudanya itu juga sering menari striptease untuknya, tapi baru kali ini ia disambut Lina tanpa mengenakan busana sepulang dari sawah.
Akibatnya, tonjolan di celananya langsung kelihatan oleh Lina.
"nih Bah, minum dulu...".
"non Lina kok nggak pake baju nih ?", tanya Dirman seraya tersenyum mesum.
"ya kalau Lina pake baju juga percuma....".
"percuma kenapa, non ?".
"kenapa lagi, ya Abah pasti langsung bukain pakean Lina...", gerutu Lina dengan nada agak manja.
"hehehe...srrruuuppp !!", seruputan Dirman dari sirup yang dibawakan sang anak majikan.




Lina Sudah Bugil Duluan



Lina duduk di sofa panjang yang ada di samping bangku yang diduduki Dirman.
Dia duduk menyamping menghadap ke Dirman dan sengaja membuka kedua pahanya seperti ingin mempertontonkan alat kelaminnya ke pria keriput itu.
Mata Dirman sungguh dimanjakan dengan pemandangan daerah pribadi Lina yang begitu indah. Mereka berdua pun mengobrol, tak jauh-jauh dari hal-hal berbau porno.
Begitu minumannya sudah habis dan rasa lelah juga hilang, Dirman langsung menubruk Lina dan membuatnya tidur menyamping.
"aah Abahh udaah ahhh...", desah Lina manja menerima ciuman Dirman yang membabi buta.
Bidadari cantik itu tak berdaya disergap dan dicumbui Dirman, dia malah cekikikan karena kegelian. Nafsu sekali rasanya dengan gadis muda ini, Dirman habis-habisan menyerbu Lina.
Tubuh mulus itu diciumi dari pundak kanan hingga pantat kanan si dewi cantik. Dirman pun mengubah posisi Lina hingga tidur terlentang di bawahnya. Semakin mudah saja pria tua itu menggeluti si dara cantik.

Lina terkekeh-kekeh kegelian sekaligus merasa keenakan dicumbui Dirman tanpa ampun.
Gambaran yang sungguh sensual & erotis antara seorang gadis cantik yang tak mengenakan apapun begitu pasrah digerayangi oleh seorang pria uzur yang bahkan masih berpakaian lengkap.
Dirman tak langsung mengajak Lina untuk bergelut, dia hanya ingin sekedar menggerayangi tubuh indah nan harum mewangi itu sepulang dari sawah.
"non Lina udah makan belum ?", tanya Dirman seraya memberi kecupan-kecupan lembut pada kedua buah dada Lina yang bulat itu.
"belum, Bah...Lina laper nih..".
"yaudah, Abah beliin makanan dulu".
"iya, Bah, jangan lama-lama, udah kelaperan nih Lina..hehe....".
Dirman pun beranjak dari atas tubuh Lina.
"non jangan kemana-mana yaa...".
"iya", jawab Lina dengan muka agak ngeledek.
Dirman keluar rumah, Lina bangun dari sofa, mengelap wajah, leher, payudara beserta kuncupnya dengan handuk kecilnya. Tentu harus di lap, bagian-bagian itu basah terkena liur Dirman barusan.

Lina geleng-geleng, petani tua itu benar-benar tergila-gila padanya. Tubuhnya bisa digerayangi seharian.
Ada saja kelakuan Dirman untuk menggrepeinya. Lina tidak tahu kenapa, dia malah merasa senang.
Dia merasa begitu digilai-gilai dan dipuja-puja oleh anak buah kepercayaan ayahnya itu. Andai saja sang ayah tahu kalau putrinya yang cantik dan bertubuh jenjang bak model luar negeri itu sering dicabuli oleh laki-laki uzur yang padahal dulu merawat putrinya seperti anak sendiri.
Lina tidur menyamping di sofa agar bisa melihat tv. Selang beberapa waktu, Dirman sudah pulang membawakan lauk. Dia melihat Lina yang sedang tidur menyamping di sofa.
Posisi yang sungguh menantang !. Rasa ingin menyergap & menguwek-uwek si bidadari nakal itu sebenarnya sudah memenuhi ubun-ubun Dirman, tapi dia tahu harus menahan sebentar lagi karena nona mudanya itu belum makan.
Nanti kalo dipaksa berbuat mesum, lalu akhirnya nona mudanya itu ngambek dan tak jadi memberi jatah, bisa repot nantinya !, pikir Dirman.

"ini, non...".
"beli apa, Bah ?".
"beli semur daging...".
"asiiik !! mana, Bah..sini..sini...", Lina memanggil Dirman untuk mendekat.
"aduh, non..posisinya bikin Abah gregetan...", canda Dirman cabul.
"eit, nggak ada, Lina mau makan dulu..kalo Abah macem-macem, nih...", Lina mengepalkan tangannya ke udara menuju ke Dirman.
"hehehe...".
"lho ? nasinya mana, Bah ?".
"tadi udah abis nasinya, tinggal lauknya aja, pake nasi rumah aja non...".
"nah itu dia, Abah...nasinya udah abis juga..".
"lah ? kan berasnya masih ada bukannya, non ?".
"iya, tapi Lina nggak bisa masak nasi...hehehe....".
"ya ampun, si non, masa masak nasi aja nggak bisa ? kan ada rice cookernya ?".
"tetep aja nggak ngerti. please masakkin yaahh, Abah", pinta Lina manja dan menunjukkan wajah menggodanya.
"tapi non Lina sekalian belajar masak nasi ya ?".
"okeh, Bah !". Dirman & Lina menuju dapur.
"nah ini non buat tempat berasnya. Tuang berasnya ke situ non".
"seberapa ?".
"ya satu cangkir aja, kan yang makan kita berdua doang, non...".




Lina Bersiap Masak Nasi



"terus ? masukkin ke rice cooker ?".
"belum, non...mesti dicuci dulu berasnya. sini Abah contohin dulu...". Dirman mencontohkan cara mencuci beras yang kemudian diikuti oleh Lina.
"1 kali lagi, non, cuci berasnya biar bersih...".
"okeh, Bah...".
Dirman senang sekali melihat Lina mencuci beras tanpa mengenakan apapun. Sampai setua ini, baru sekarang ia melihat seorang perempuan mencuci beras dalam keadaan telanjang bulat.
"terus di apain lagi nih, Bah ?".
"nah, sini non, berasnya...".
Dirman pun mengisi air ke panci beras sesuai takarannya. Kemudian dia meletakkan panci berasnya ke lantai. Dirman menarik Lina, memeluk tubuh indah itu dari belakang.
Kedua tangannya langsung menggerayangi daerah segitiga anak majikannya yang cantik itu.
"Abah mau ngapain sih ?", tanya Lina kebingungan, namun tak menghentikan tangan Dirman.
"mau nyobain nasi pake kuah memeknya non Lina. hehehe...".
"ah, nggak mau, jorok ah, Bah...", sekarang Lina berusaha keras untuk menyingkirkan tangan lelaki tua itu.
"sekali ini aja, non..".

Tangan Dirman tak henti-hentinya berusaha 'merayu' sang nona cantik. Puluhan kali menjamah tubuh Lina membuat Dirman tahu benar kalau bagian 'itu' sudah tersentuh, nona mudanya itu tak akan berkutik.
Benar saja, Lina tak lama melakukan perlawanan, dan akhirnya membiarkan vaginanya dikobel sesuka hati oleh Dirman. Tubuh sempurna Lina sudah seperti biola yang bisa di'mainkan' sesuka hati oleh Dirman.
Sang petani jelek pun berhasil membuat sang bidadari cantik mengucurkan cairannya sampai 2 kali. Lina menyender ke tembok setelah vaginanya dikuras.
Dirman sendiri sudah memasukkan panci beras ke rice cooker sambil senyam-senyum.
"nah, udah non, tinggal tunggu mateng...".
"pokoknya kalau rasanya aneh, awas aja...", ancam Lina.
"tenang aja, non. pasti enak, memeknya non Lina kan gurih. kehehehe...".
Dirman pun mulai mencumbu dan menggerayangi Lina lagi. Sungguh leluasa sekali pria tua itu memanipulasi tubuh elok Lina. Sembari menunggu nasi matang, Dirman bisa berbuat mesum kepada Lina sesukanya.

Apalagi Lina memang tak berpakaian sama sekali, membuat Dirman semakin 'gemas' dengan nona mudanya yang cantik jelita itu. Tak lama, nasi pun matang, Dirman menanak nasi kemudian menyajikannya bersama lauk yang ia beli.
Ada suatu rasa yang aneh namun tak terlalu berasa di lidah. Namun, rasa itu malah menambah lezat nasi yang sudah dicampur dengan 'kuah' dari vagina Lina tadi.
Begitu selesai makan dan mencuci piring, Dirman langsung mencari dan membopong nona mudanya itu untuk di'bajak' di dalam kamar sampai benar-benar puas.
Lina & Dirman bergumul dengan sangat bernafsu & bergairah seperti biasanya, layaknya sepasang suami-istri yang sedang bulan madu, padahal sudah puluhan kali mereka mengadu alat kelamin mereka, tapi rasanya sampai ribuan kali pun, Dirman tak akan pernah bosan kalau lawan 'tanding'nya adalah gadis muda yang cantik & mulus bagai bidadari seperti Lina.
Mereka beristirahat setelah puas saling mengumbar dan melampiaskan hawa nafsu mereka yang menggebu-gebu satu sama lain.

Dirman mendekap erat Lina yang baru saja selesai ia garap. Dia tidak mau nona mudanya yang telanjang bulat itu merasa kedinginan. Benar-benar surga dunia, pikir Dirman.
Tak terbayang, dia bisa menjamah tubuh indah dari seorang gadis yang masih muda dan begitu cantik di umurnya yang sudah lanjut seperti sekarang. Namun, sekali lagi sayang, Dirman harus pulang ke rumahnya dan meninggalkan anak majikannya yang bertubuh mulus nan harum itu.
Perlahan tapi pasti, Dirman melepaskan pelukannya dan menyingkirkan tangan Lina yang juga merangkulnya. Pria tua itu pun berpakaian dan pulang ke rumahnya sendiri. Sementara, sang dara cantik masih tertidur pulas dengan tubuh telanjangnya yang sudah ditutupi selimut.
Malam sudah larut, yang terdengar hanyalah bunyi jangkrik, khas suasana desa di malam hari. Lina membuka matanya perlahan dan mengumpulkan kesadarannya sejenak sebelum beranjak bangun untuk pergi ke kamar karena ingin buang air kecil.

Merasa tanggung sudah di dalam kamar mandi, ia sekalian mandi untuk membersihkan tubuhnya terutama daerah pribadinya yang habis di'bajak' oleh si petani uzur favoritnya.
Dingin bukan kepalang, Lina menggigil begitu kedinginan. Kapok ia mandi tengah malam. Lina langsung masuk ke dalam selimut setelah mengeringkan badannya.
"brrr....anjrit, dingin banget. ogah lagi gue mandi malem...", ujar Lina ngedumel sendiri sambil menggigil.
"tok tok tok tok !", Lina mendengar suara kentungan dari luar.
Itu pasti bapak-bapak yang lagi ngeronda, pikir Lina. Dasar memang perempuan nggak bener, ada saja ide gila tercetus di otak Lina.
Dia langsung mengenakan piyamanya dan bergegas keluar.
"lho ? neng Lina ? ngapain keluar tengah malem gini ?".
"eh, Pak Bejo, Pak Joko, lagi keliling ya ?".
"iya, tapi neng Lina ngapain malem-malem di luar ?".
"sebenernya sih, saya laper, mau nyari makanan, di sekitar sini, malem-malem ada yang jual makanan nggak sih, Pak ?".
"wah, di sekitar sini mah jarang, neng. apalagi udah tengah malem gini..".

"yah, gitu ya Pak. saya kira tukang makanan ada yang lewat jam segini..".
"nggak ada, neng. mendingan neng Lina masuk ke dalem lagi deh...nggak bagus kalau neng malem-malem di luar".
"iya, tapi saya nggak bisa tidur kalau laper...".
"hemm, kalau neng Lina mau, ada sih makanan di pos ronda...".
"makanan apa, Pak ?".
"ya cuma gorengan sama lontong sih, neng...".
"ya nggak apa-apa deh, Pak. daripada saya nggak bisa tidur...".
"oh yaudah, neng. kita berdua juga udah selesai keliling...".
"kalo gitu, saya ikut ya, Pak. tapi nggak apa-apa kan, Pak ?".
"nggak apa-apa, neng. ayo, neng...".
Lina pun berjalan bersama Bejo & Joko dan mengobrol sepanjang jalan. Beberapa kali, Lina melihat Bejo & Joko sedang memperhatikan payudaranya.
Tentu bukan salah Bejo & Joko, mereka pria paruh-baya yang suka dengan lawan jenis. Berjalan bersama gadis muda yang begitu cantik dan putih mulus di malam yang dingin tentu menggoda nafsu mereka.
Belum lagi, 2 gumpalan daging kembar Lina yang memang terlihat membusung ke depan dan membulat sempurna itu.

Mereka bertiga sampai di depan pos ronda. Ada 2 orang lagi di sana, Yadi & Dadang.
"lho ? neng Lina ? ngapain ke sini ?".
"hehe..saya nggak bisa tidur soalnya laper, Pak. di rumah nggak ada makanan. terus mau nyari makanan, kata Pak Bejo jarang tukang jajanan yang lewat malem-malem gini..".
"iya, neng. di sini nggak kayak di kota, malem-malem gini nggak ada tukang jajanan yang lewat..".
"oh gitu yaa, Pak. saya kira malah banyak tukang jajanan yang lewat...".
"yaudah, neng. nih, makan aja gorengan sama lontong", Yadi menyodorkan piring penuh gorengan & lontong.
"nggak apa-apa nih, Pak ? ntar Bapak-bapak semua kurang ?".
"tenang aja, neng. dibikinin banyak kok sama istri Bapak..".
"oh, istri Pak Yadi bikin gorengan ?".
"iya, neng. jualan gorengan".
"wah, boleh dong kalau saya mesen".
"boleh lah, neng. yaudah, nih neng, gorengannya...".
"bagi ya, Pak...".
"kalau lontongnya ? istri Pak Yadi juga yang bawain ?".

"bukan, neng. lontongnya dibawain sama istri Bapak...", jawab Bejo.
"oh gitu...".
"udah kelilingnya, Jo ?".
"udah, ayok lanjut yang tadi..".
"boleh..".
"lanjut apa, Pak ?".
"maen capsah, neng..".
"capsah ? apa tuh, Pak ?", tanya Lina yang sedang menggigit gorengannya.
"ini, neng. kalo gini namanya per, kalo gini polo, terus kalo gini seri...".
"oh, poker yaa ?".
"poker ? apaan neng ?".
"ya ini, kalo di kota, namanya poker...".
"oh gitu, neng tahu ?".
"sedikit sih...".
"terus neng mau ikut main ?".
"tapi saya nggak jago main pokernya, Pak...".
"ya nggak apa-apa, neng. nggak pake duit ini...".
"terus yang kalah gimana ?".
"ya nggak gimana-gimana, neng. cuma maen aja buat ngilangin kantuk...".
"oh boleh deh, Pak...".
"tapi nggak seru kayaknya yak..", ujar Joko, matanya menunjukkan ada sesuatu maksud tersembunyi.
"terus ?".
"yang kalah, dicoret mukanya...".
"okeh...".
"boleh, nggak takut...".
Mereka berlima pun mulai bermain kartu. Tadinya, malas-malasan mereka ronda, tapi mereka jadi semangat sekarang karena ada Lina.

Sambil bermain kartu, Lina terus diberondong pertanyaan. Maklum, keempat pria paruh baya itu ingin mencari perhatian gadis kota yang begitu cantik nan putih mulus seperti bidadari itu karena baru kali ini saat meronda, ada perempuannya.
Joko, Yadi, Bejo, dan Dadang jadi tidak konsentrasi bermain saat Lina sedang makan pisang goreng sebab Lina memegang pisang goreng dengan cara menggenggam dan juga sesekali menahan pisang goreng di mulutnya jika sedang giliran jalan main kartu.
Mereka berempat jadi ngilu sendiri karena membayangkan 'pisang' mereka yang ada di dalam mulut mungil itu.
Mereka memang orang desa yang udik, namun tentu mereka tahu kalau Lina sudah biasa berurusan dengan 'batangan', bisa dilihat dari caranya memegang pisang karena biasanya perempuan yang memegang benda berbentuk batang dengan cara menggenggam artinya sudah biasa atau sudah pernah berurusan dengan kemaluan pria.
"neng suka pisang goreng ya ? dari tadi makan pisang goreng, udah abis empat...".
"iya, Pak. saya emang suka pisang, Pak. apalagi pisang raja...".

"wah, pisang raja ? berarti neng Lina suka yang gede-gede dong ? hehehe...", tanya Bejo menjurus ke porno.
"iih, Pak Bejo omongannya porno nih...", tuduh Lina dengan wajah lucunya.
"kok porno sih, neng ? maksudnya suka pisang yang gede-gede. hehe...".
"oh, kirain. iya, Pak. lebih mantep rasanya terus lumayan kenyang juga kan, jadinya saya bisa diet deh".
"oh iya, sekalian nanya nih, neng. kenapa sih cewek kota demen ama diet ? Bapak pernah denger cerita temen yang tinggal di kota, anaknya kerjaannya dieeet terus".
"ya biar jadi langsing lah, Pak. kan kalo langsing, keliatannya seksi...".
"tapi, anak gadis di sini, nggak ada yang diet, juga langsing semua...".
"ya beda lah, Pak. di sini kan saya liat makanannya masih alami, kebanyakan hasil sendiri. kalo di kota kan ada makanan cepat saji, es krim, pokoknya banyak yang bikin gemuk deh. jadi cewek-cewek di kota harus diet, kalo nggak, jadi gemuk, susah deh dapet pacar hehe...".
"neng Lina sering diet berarti ya ?".
"kok Pak Dadang tau ?".
"ya itu, badan neng bagus, langsing...".
"masa sih, Pak ? saya dietnya asal lho, Pak. kalo lagi bandel, ya saya embat semua makanan. hehehe....".
"masa, neng ? coba deh diri, neng...".
Lina berdiri di luar pos ronda, dia berputar-putar beberapa kali di depan 4 pasang mata yang menatapnya dengan 'lapar' itu.
Meski tidak bisa melihat apa yang ada di dalam piyama Lina, tapi setidaknya mata keempat petugas ronda itu dimanjakan dengan kemolekan tubuh si gadis kota yang berputar-putar & berlenggak-lenggok di depan mereka.
"tuh beneran deh, neng. badan neng bagus banget. seksi hehehe...", puji Dadang menikmati keseksian tubuh Lina.
"ah, Pak Dadang bisa aja nih..", balas Lina seraya duduk lagi.
Lumayan, bikin mata melek, pikir keempat bapak peronda itu. Tak lama melanjutkan main, Lina merasa dinginnya malam mulai mempengaruhinya.
"Pak Joko, deket sini ada toilet nggak ?".
"nggak ada, neng. kenapa ? neng Lina mau ke kamar mandi ?".

"iya, Pak. gimana dong, Pak ?", tukas Lina mulai gelisah.
"kalo kita-kita sih biasanya ke kebon yang di belakang, neng..".
"ha ? masa di kebon, Pak ?".
"ya kalo kita mah nggak apa-apa, neng. kan cowok, lagian sama sekali nggak ada yang lewat sini, neng...".
"kalo saya minjem wc di rumah Bapak ?".
"paling deket sih rumah Yadi, tapi itu bisa dibilang jauh juga".
"ya kalo neng Lina bisa tahan sih, boleh aja, neng...", tambah Yadi.
"ngg..ngg...yaudah deh, Pak. dimana kebonnya ? udah nggak bisa nahan lagi nih...".
"ayo, neng...".
Joko buru-buru memakai sendalnya dan berjalan di depan Lina.
"itu neng...".
"awas ! Pak Joko jangan ngintip !!", ancam Lina.
"iya, neng".
Kebetulan ada pohon cukup besar di tengah kebun itu, Lina bergegas ke belakangnya.
"crrrr....mmmm....", lega sekali rasanya, air berwarna kuning mengucur keluar dengan derasnya dari belahan kemaluan Lina yang merekah itu.
Gadis cantik itu merasakan ada sensasi hangat yang menggelitik dari dalam badannya.

Dia memang maniac sex, sudah banyak lelaki yang menggaulinya dan merasakan kenikmatan dari tubuh eloknya itu, namun baru kali ini dia buang air kecil di alam terbuka seperti ini.
Rasanya begitu terekspos, sensual, malu, sekaligus was-was di waktu yang bersamaan, membuat jantungnya berpacu lebih cepat & adrenalinnya terpompa dalam jumlah banyak. Tak disangka, cukup 'menarik' juga.
Ia kini mengerti kenapa Intan nekat & mau saja saat itu ketika beberapa kali ditantang olehnya untuk buang air kecil di pinggir jalan yang ramai. Ternyata perasaan yang muncul cukup 'adiktif' dan memacu jantung.
Tak heran kalau Intan terobsesi untuk bugil di alam terbuka. Saat Lina sudah selesai dan akan menarik celana beserta cdnya ke atas, dia merasa ada sesuatu di kakinya. Pas dia lihat ke bawah.
"AAAAAA !!!!", teriak Lina kencang. Joko langsung muncul dari balik pohon.
"ada apa, neng ?!", Joko kelihatan cemas.
"a...ada..u..uler...", jelas Lina seraya menunjuk ke kakinya.
"jangan bergerak, neng...". Joko bergerak ke depan Lina secara perlahan.




Lina Panik Dengan Ular



Dia mengambil ancang-ancang, sementara ular merambat naik dari betis Lina menuju ke paha.
"cepet, Pak !! ambil !!!", seru Lina yang sudah sangat ketakutan, ular itu semakin naik ke atas dan sudah sangat dekat dengan daerah intimnya yang terbuka karena dia belum sempat menaikkan celana & cdnya.
Pemandangan yang begitu eksotis melihat ada seekor ular yang merambat naik pada sebuah kaki yang jenjang & begitu mulus, ditambah, ular itu kini menuju daerah pribadi sang gadis kota yang cantik.
Darah Joko berdesir hangat seketika. Pemandangan yang baru ia lihat seumur hidupnya membuatnya berimajinasi tentang Lina bermesraan dengan ular itu. Tanpa sadar, tonjolan muncul di tengah celananya.
"happ !!", tangan Joko langsung memegang kepala ular yang sudah sangat dekat dengan bukit kembar Lina yang indah dan tak berbulu karena sudah dirapikan Dirman tadi sore. Joko membuang ular tersebut sejauh-jauhnya.
"udah, neng. nggak apa-apa. ulernya udah Bapak buang...", ucap Joko menenangkan sang dara cantik.

Lina langsung memeluk Joko dan menangis terisak-isak.
"ma...ma..kasih, Pak...".
Dia terlihat gemetaran, wajahnya benar-benar menunjukkan ketakutan. Lina memang trauma dengan ular. Sewaktu kecil, dia pernah digigit ular 2x saat bermain di rumah pamannya yang memang memelihara beberapa ular.
Keluarganya sangat khawatir saat itu karena 2 ular yang menggigitnya adalar ular beracun. Kedua ular itu memiliki racun neurotoksin yang melumpuhkan sistem pernafasan dan merusak otak korbannya.
Namun, Lina hanya panas dingin dan di rawat inap selama 1 hari setelah racunnya dikeluarkan oleh pihak rumah sakit. Harusnya butuh sekitar 2-3 hari sebelum darahnya benar-benar bersih dari racun.
Dokter-dokter pun bingung, seakan badan Lina bisa menyerap racun ular dan memproduksi detoks sendiri dalam waktu singkat. Tapi biarpun Lina bisa sembuh dengan cepat, tetap saja dia jadi trauma dengan ular.
Dan mungkin saja, mungkin, 2x gigitan ular itu telah merusak fungsi otak Lina sehingga merangsang hormon estrogennya agar diproduksi lebih banyak.

Tentu jumlah hormon estrogennya yang banyak akan menyebabkan semakin meningkatnya rasa ingin bereproduksi, mungkin itulah yang membuat bidadari cantik itu jadi hiper sex.
"udah, neng...udah nggak ada ulernya....", sambil berucap seperti itu, Joko tentu merasakan betapa hangatnya pelukan Lina, harumnya tubuh Lina, dan juga begitu empuknya payudara Lina yang menempel di dadanya.
Joko melongok ke bawah, dia bisa melihat bongkahan pantat Lina yang sungguh mulus & membulat sempurna.
"gila !! montok banget !!!", ucap Joko dalam hati.
Tangannya gatal sekali ingin memukul bokong yang sungguh menggemaskan itu. Benar-benar mulus, kenyal, dan bulat. Pastilah mantap jika bisa meremas-remasnya.
"ada apa, neng ?!".
"kenapa, neng ?!!".
Yadi, Dadang, Bejo tiba-tiba muncul. Rupanya, mereka berempat mengendap-ngendap dan mengintip Lina yang buang air kecil sedari tadi.
Mereka langsung mendekat, melihat Lina yang belum memakai celananya sedang memeluk Joko.

Lina buru-buru melepaskan pelukannya dan merunduk untuk menaikkan celananya, namun Yadi langsung menginjak celana Lina sehingga tak bisa ditarik ke atas. Mereka langsung mengelilinginya.
"pokk !!", sebuah tamparan begitu kencang mendarat di bongkahan pantat bulat Lina.
Spontan, Lina langsung berdiri dan mengelus-elus pantatnya yang terasa pedih. Wajahnya ketakutan melihat ekspresi muka keempat bapak-bapak itu yang mesum.
"pantat neng Lina semok banget. Bapak jadi gemes...", ucap Jaka.
"Ba...Ba...pak ma..mau apa ?", Lina menyilangkan tangannya untuk memproteksi daerah segitiga 'biru'nya. Daerah segitiga yang biasa digunakan untuk hal-hal 'biru'.
"nggak kok, neng. cuma mau numpang ngangetin badan. kehehehe....".
"tol...hmppff...". Mulut Lina langsung dibekap Bejo.
"kalo neng mau teriak, biar Bapak bantuin panggilin orang-orang. tapi, Bapak manggil bapak-bapak yang lain aja...".
"kalo bapak-bapak yang lain dateng, pasti bakal ngegilir neng sampe pagi. soalnya semua bapak-bapak di sini juga pada ngiler ngeliat neng Lina...", jelas Yadi melanjutkan.

"ya termasuk kita-kita. ya nggak, Dang ?", tanya Joko.
"iya dong, siapa yang nggak nafsu ngeliat neng Lina. udah cakep, bahenol, mulus, baek lagi. makin lama makin gregetan ama neng. hehehe...", Dadang mengelus-elus pipi Lina.
"jadi gimana, neng ? tetep mau teriak ?".
Lina menggeleng pelan seraya terus menatap tajam penuh amarah ke mata Dadang.
"wih, galak banget, neng. jangan galak-galak neng tampangnya. POKKK !!!". Joko menampar pantat Lina lagi.
"ayo neng, angkat kakinya !", seru Joko. Lina tidak bergerak.
"POOKK !! AYO ANGKAT !!".
Pantatnya benar-benar terasa pedas (pedih). Lina pun mengangkat kedua kakinya bergantian dan Dadang yang melepaskan celana & cd Lina yang tadinya masih ada di kaki bidadari menggairahkan itu.
"ayo sekarang, ikut ke pos !!".
Kedua tangan Lina ditarik, dia dipaksa berjalan dari kebon menuju pos ronda dengan bagian bawah tubuhnya yang terbuka bebas.

Lina berdiri di depan pos ronda. Tangannya senantiasa menyilang untuk menutupi daerah intimnya yang dipandangi keempat peronda paruh baya itu dengan mata 'lapar'.
"buka bajunya !".
"cepet !!".
Lina membuka kancing piyamanya satu per satu. Mata Joko, Yadi, Dadang, dan Bejo langsung terbuka selebar-lebarnya, jantung mereka berdegup kencang melihat sedikit bagian perut & belahan payudara Lina yang benar-benar putih mulus dan begitu mengundang nafsu. Nafas mereka juga semakin cepat.
"ayo cepet buka !!", teriak Joko.
"ja...jangan, Pak...", Lina memohon belas kasih, tapi tentu tak berpengaruh, malah semakin menaikkan nafsu bejat keempat bapak peronda tersebut.
"udah ! cepet !".
Dadang pun langsung menarik paksa baju piyama Lina dari belakang. Susul menyusul, mereka berempat meneguk ludah masing-masing. Sungguh tubuh yang sangat mulus, begitu indah & menggiurkan.
Lekukan tubuhnya seperti liukan badan model di katalog pakaian yang pernah mereka lihat di puskesmas. Belum pernah mereka lihat gadis dengan tubuh yang begitu sempurna.

"bhnya juga !!". Lina menggeleng ketakutan.
"mau digilir warga sekampung nih ?!".
Perlahan Lina meraih kaitan bra di punggungnya. Tangannya langsung meng-cover kedua buntalan daging kembar miliknya. Branya langsung dirampas Dadang dan diendus-endus.
"beuhh !! bhnya aja wangii, gimana isinya...".
Yadi & Bejo memegangi kedua tangan Lina yang sedari tadi menutupi 'pemandangan' yang menakjubkan. Jakun mereka langsung naik-turun berkali-kali. Mata mereka melotot.
Payudara sang gadis kota benar-benar bulat sempurna, kencang, dan putingnya berwarna merah muda pucat. Sangat menggoda untuk dikenyot & diempeng.
Apalagi kemaluannya, rapih, bersih, dan terlihat masih menutup dengan rapat. Cantik, putih mulus, mempunyai leher & sepasang kaki yang jenjang, payudara bulat sempurna seperti melon, dan kemaluan yang sangat terawat.
Benar-benar wanita impian para lelaki. Bibit unggul nomor 1. Seketika, mereka langsung berkhayal kalau dara cantik jelita ini jadi istri mereka.




Lina Sudah Dibugili di Pos Ronda



Setiap hari, mereka akan selalu merasa di surga tiap harinya. Dilayani gadis secantik ini sehari-hari pasti akan membuat hidup jadi serasa indah.
Joko berkhayal kalau Lina jadi istrinya, dia akan minta Lina memasakkannya makanan lalu dihidangkan dengan tubuh indah Lina sebagai nampan makanannya.
Sedangkan, Dadang berkhayal kalau Lina jadi istrinya, tak akan membiarkan Lina mengenakan pakaian sekalipun jadi setiap hari ia bisa menggrayangi tubuh indah tersebut dengan mudah.
Sementara Bejo berimajinasi bisa mandi bersama Lina setiap hari.
Dan Yadi berkhayal kalau Lina jadi istrinya, ia akan menyuruh Lina menari striptease untuknya setiap hari dan akan mengenakan tali kekang pada Lina seperti hewan peliharaan.
Andai mereka tahu, di saat mereka baru berimajinasi tentang apa yang akan mereka lakukan terhadap Lina, Dirman, sang penanggung jawab dari sawah terluas di desa mereka sudah sering melihat keseksiannya bahkan sudah puluhan kali menggunakan tubuh indah itu untuk melampiaskan nafsu bejatnya dengan sesuka hati.

Yadi langsung jongkok di depan Lina.
"beuh, ini paha mulus banget...".
Yadi mengelus-elus paha bagian dalam Lina.
"ja...jangaan, Pak....", Lina berusaha menjauhkan tangan Yadi.
Yadi memang berhenti, tapi dia langsung berdiri dan mendorong Lina hingga si gadis bertubuh model yang sudah bugil itu jatuh terduduk di pos ronda. Sigap secepat kilat, Dadang langsung naik ke pos ronda dan memegangi tangan Lina dari belakang.
Sedangkan Yadi & Bejo menahan kedua kaki Lina yang meronta-ronta. Mereka melebarkan kedua tungkai kaki Lina dan langsung berdecak kagum. Kemaluan yang benar-benar indah tiada tara.
Tak ada rambut kemaluan yang menghalangi pandangan mereka, bentuk & warnanya bagai vagina perawan.
Joko dengan senang hati mendekatkan wajahnya ke selangkangan yang sangat mulus itu.
"beuh, memek orang kota wangi banget...hehehehe....".
Wajah Joko terbenam sedalam-dalamnya di antar kedua paha mulus Lina. Bapak tua itu menghirup dalam-dalam aroma harum khas dari daerah intim milik Lina.

"ja...jangannh...Paakhhhh....", Lina mulai melirih pelan merasakan ciuman-ciuman basah pada daerah kewanitaannya.
"Paakhh...jaa...hhhh".
Lina semakin tak kuasa menahan rasa nikmat yang mendera bagian bawah tubuhnya sebab lidah Joko begitu lincah menggelitik bagian dalam vagina sang bidadari itu.
Habislah vagina Lina jadi bulan-bulanan keempat bapak cabul itu. Mereka bergiliran menyantap 'kue apem' dari kota itu.
Keempat bapak tua itu ketagihan dengan kuah vagina Lina sehingga mereka tak akan mau berganti kecuali sudah puas menguwek-uwek kemaluan Lina sampai gadis kota itu orgasme.
Berkali-kali orgasme tentu membuat Lina lemas, dia jadi terlentang pasrah saja di pos ronda. Kedua payudaranya dikempeng & dikenyot sesuka hati, mulutnya dicekoki lidah, dan tentu 'barang berharga'nya di kobel & di uwek habis-habisan oleh Joko, Yadi, Dadang, dan Bejo.
Lina sudah seperti boneka saja, tak melawan sama sekali digerayangi 4 pria sekaligus. Tubuh Lina jadi berlumuran air liur.

Sempat bertengkar untuk menentukan siapa duluan yang mencoba tempik si bidadari dari kota yang sudah terkulai pasrah di pos ronda itu, mereka akhirnya memutuskannya dengan suit. Yadi lah yang menang.
"bret !". Joko, Yadi, Bejo, dan Dadang menurunkan celana mereka masing-masing seolah mau menunjukkan kejantanan mereka ke Lina.
"ja....ngaaann....", lirih Lina dengan sangat pelan, wajahnya sudah terlihat lemas dan suaranya juga sudah terdengar parau.
Selangkangan mulus Lina basah kuyup oleh ludah para peronda malam itu setelah dijilati sampai setengah jam lebih. Yadi sudah menempatkan 'senapan'nya ke lubang vagina Lina yang sudah terkuak sedikit mengikuti bentuk kepala penis Yadi yang sudah masuk.
"JLEEBBHH !!!".
"EEGGHHHH", Lina terhenyak kaget saat penis besar Yadi disentak dan menusuk liang kewanitaannya dengan sangat kuat & bertenaga sehingga membuat mahasiswi bertubuh model itu merasakan ngilu di bagian bawahnya.
"sakit ya, neng ? tenang aja, ntar juga neng Lina malah enak kok. hehehehe...", ejek Yadi terkekeh mesum.

Lelaki tua gempal itu mengait kencang alat kelamin Lina.
"anjrit !! sempit banget !!!", seru Yadi menikmati dinding vagina Lina yang mencengkram erat batang penisnya.
Kehangatan & jepitan erat liang kewanitaan Lina sendiri sudah membuat Yadi merasa di surga. Ternyata, memek orang kota, mantep !, ucap Yadi dalam hati.
"ummhhhh...eemmhhh..heenngghhhh....".
Lina mulai melenguh saat Yadi mulai menarik-ulur penisnya dan menggesek dinding vagina si bidadari yang sensitif akan sentuhan itu.
"ja..nngghhh...paakhhhh...mmmhhhhh......ennhhh", penolakan Lina malah terdengar seperti desahan kenikmatan seorang gadis yang sedang keenakan disetubuhi tanpa paksaan.
Tak heran Yadi justru semakin bersemangat menghujamkan tongkatnya mencolok-colok lubang kemaluan Lina. Dadang tak tahan, dia segera mengangkangi wajah cantik Lina.
"ayo, neng. sepongin bapak. hehehe...". Lina menggeleng.
Wajahnya antara terlihat sayu sedang keenakan & kesal memandangi Dadang, justru malah menambah daya tarik wajah Lina.




Lina Diserbu



"ayolah, neng. aaa ! kontol bapak enak kok, yah palingan amis-amis dikit. aaa", ejek Dadang sebelum menekan pipi Lina & langsung menyelipkan penisnya masuk ke dalam mulut Lina.
"hhpphhh !! emmppfffhh !!!!".
Rahimnya disundul terus menerus oleh Yadi dengan penisnya, sedangkan tenggorokannya dicekoki benda tumpul milik Dadang.
Kedua tangan Lina yang memang sungguh halus & mulus itu pun tak luput dari 'pekerjaan', mengocok 'lontong' milik Joko & Bejo.
Dadang menyanggah kepala Lina sehingga dia bisa memegangi kepala Lina dan menggenjot mulutnya. Gadis cantik itu benar-benar gelagapan.
"tuh kan neng, bener, enak kan...hehehe....", ledek Yadi yang menyadari kedua kaki Lina melingkar di pinggangnya yang menunjukkan kalau bidadari cantik itu telah menikmati disetubuhi dengan sepenuhnya.
Dadang pun menyingkirkan senjata miliknya dari mulut Lina karena sudah puas mencelupkan penisnya itu berkali-kali.
Lina langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Mulutnya basah berlumuran air liurnya sendiri.

Tongkat sakti Yadi terus merojokki liang senggama si bidadari mulus itu.
Ekspresi kenikmatan tergambar jelas di wajah cantik Lina, sodokan demi sodokan yang berirama dan bertenaga dari Yadi memberi rasa nikmat yang berpadu padan dengan sedikit ngilu pada liang senggama Lina, perpaduan rasa yang sungguh bisa membuat seorang perempuan tenggelam dalam rasa kenikmatan.
Mungkin mimpi ketiban durian, atau mungkin bertemu tokek, tapi yang pasti Yadi merasa beruntung luar biasa bisa menggagahi gadis kota yang begitu cantik dan mulus.
‘Cacing'nya pun begitu asik keluar masuk di gua Lina. Yadi mengangkat tubuh Lina, kedua tangannya mengelus-elus punggung Lina yang mulus.
Sementara si cantik mendekap tubuh Yadi dan menggerakkan pantatnya naik-turun tanpa disuruh.
"hahaha...enak kan neng kontol Bapak. Wahahahaha !!!", ejek Yadi yang melihat Lina tengah terhanyut dalam kenikmatan gesekan antara alat kelamin mereka berdua.
Yadi memagut bibir lembut Lina dengan beringas. Dihisap & disedotnya bibir sensual sang gadis kota.

Pegal dengan posisi woman sitting on lap, Yadi pun merebahkan badannya.
Kini, Lina jadi menduduki selangkangan Yadi, tentu dengan penis yang masih menyanggah kemaluannya. Sang bidadari cantik segera menggerakkan pinggulnya untuk menggilas-gilas burung Yadi.
Dia berpegangan pada perut Yadi agar lebih mudah untuk bergoyang.
"wah, neng Lina udah sering ngentot nih kayaknya. goyangannya mantep !!", seru Joko yang sadar kalau gadis kota ini tidak 'hijau' dalam bersenggama.
"iyalah, masa cewek cakep kayak neng Lina nggak ada yang ajak ngentot. hahahaha !!!", timpal Dadang meledek Lina.
Mereka berempat tidak tahu kalau bidadari kota yang sedang mereka 'perkosa' itu adalah seorang maniak sex. Dia bahkan pernah digauli oleh beberapa pria di rumahnya sendiri.
Yadi cuma ikut tersenyum mendengar ejekan teman-temannya terhadap Lina karena sedang asyik merasakan enaknya goyangan Lina yang mengucek-ucek dan menggilas-gilas penisnya.

Tangan Yadi meraih kedua buah dada Lina dan menariknya ke bawah.
Mau tidak mau, Lina menurunkan tubuhnya. Jadilah kemasan susu Lina yang empuk itu menimpa muka Yadi.
Seperti bayi yang mendapatkan 'jatah'nya, Yadi tak ayal langsung mengenyot daging kembar yang kenyal milik Lina secara bergantian.
"ccppkk ccppkk !!", suara Yadi yang sedang menyedot kuncup susu Lina dengan kencang lalu melepas himpitan mulutnya.
"akh ! udah nggak tahan gue !", ujar Bejo yang semakin tak tahan melihat tangan Yadi bisa meraba-raba tubuh indah Lina dengan leluasanya.
Dengan kasar, Bejo menekan tubuh Lina ke bawah dan merekahkan bongkahan pantat Lina.
"jlleebbhh !!".
Lubang pantat Lina yang mungil dihantam sekeras-kerasnya oleh penis Bejo, membuat matanya jadi terbelalak kaget merasa benda tumpul yang keras masuk ke dalam anusnya secara tiba-tiba.
"emmgghhh....".
Lina mengernyitkan dahinya & menggigit bibir bawahnya sendiri, terlihat jelas sedang merasakan nyeri di bagian pantatnya.
Anus Lina merapat seketika, membuat tongkat milik Bejo terjepit erat di dalamnya.
Belum sempat Lina mengambil nafas, kedua jarum super itu bergerak keluar masuk layaknya piston namun tak berirama. Gerakan penis keduanya begitu bertenaga dan cepat.
Lina merasa seperti melayang-layang, pantatnya disodomi Bejo secara brutal sementara vaginanya disundul-sundul dengan sangat bertenaga oleh penis Yadi.
Belum lagi, wajahnya 'ditodong' oleh Dadang & Joko dengan senapan mereka masing-masing. Kepala Lina menengok ke kanan & ke kiri mengikuti kemaluan Dadang & Joko yang ingin diemut bergantian.
Gadis cantik itu juga sembari merasakan penuh 'tekanan' di bagian bawah tubuhnya yang ditusuk-tusuk oleh Yadi & Bejo dari depan & belakang secara bersamaan.
Tak usah diceritakan lagi, malam itu mereka mengerjai Lina sampai puas. Tubuh jenjang Lina yang mulus nan harum itu di'bajak' habis-habisan oleh mereka berempat sepanjang malam.
Dengan adanya Lina, gadis cantik yang sudah telanjang bulat berada di pos ronda tentu sangat tepat di malam hari yang sangat dingin ini.

Tubuh Lina jadi sumber kehangatan untuk mengusir hawa dinginnya malam sekaligus sumber 'permainan' untuk mengusir rasa kantuk & bosan selama ronda.
Bejo, Yadi, Joko, dan Dadang tak hanya sekedar menggumuli bidadari itu, tapi juga menyuruh Lina melakukan berbagai fantasi liar mereka seperti memukul-mukul pantatnya, menjilati kaki mereka, menari di depan mereka, menjadikan tubuh Lina sebagai tempat untuk menaruh makanan atau bahkan tubuh indah Lina dijadikan 'meja' untuk bermain kartu.
Malam berganti menjadi dini hari sekitar jam 4 pagi.
"ayo, neng Lina. mau pulang kan ?", tanya Joko.
Lina yang duduk di pojok pos ronda dengan posisi memeluk kakinya, menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Wajahnya tak menunjukkan ekspresi dan tatapan matanya kosong seperti orang yang mengalami syok berat. Bejo, Dadang, Joko, dan Yadi tersenyum mesum melihat dara cantik yang sudah mereka 'bully' semalaman jadi kelihatan putus asa dan tanpa harapan hidup.
Dan juga ada perasaan amat puas memandangi ada kerak-kerak putih di wajah cantik Lina, kerak dari 'ludah' burung mereka berempat yang sudah kering yang dipeperkan di wajah jelita si gadis kota.

Tak ada yang bisa membayangkan apa yang telah dialami Lina. Tak pernah ia merasa begitu diperbudak, disiksa, dan dihina sampai saat ini.
Tak disangka, keempat pria paruh baya yang sopan seperti mereka berempat mempunyai fantasi-fantasi yang sangat liar sehingga dapat 'menyiksa'nya sedemikian rupa.
Mulai dari menyuruhnya untuk jadi 'tempat' makanan, 'meja' untuk bermain kartu, 'wadah' untuk membuang ludah, menari sensual, dan bahkan sampai harus menjilati kaki & ketiak mereka berempat yang baunya tak usah ditanya lagi.
"ayo, neng Lina. mau pulang nggak? kok nggak bergerak?".
"apa mau tinggal di sini aja ? tapi kita nggak tanggung jawab kalo ada maling, terus neng digondol maling soalnya kita udah mau pulang juga nih...", ejek Dadang melecehkan.
Lina merangkak ke pinggir pos ronda dan mencari-cari pakaiannya.
"ba...baju...saya....mana, Pak ?", tanya Lina pelan.

"ada di Bejo, ambil sana, neng...", jawab Dadang menunjuk Bejo bersama Yadi & Joko yang sudah agak jauh di depan sana.
"ayo, neng. cepet !!", seru Dadang yang menarik tangan Lina.
Dia tak punya pilihan karena tangannya ditarik Dadang, dia langsung turun dari pos ronda & memakai sandalnya. Tak lama mereka berdua bisa menyusul Bejo, Joko, dan Yadi.
"lama banget sih neng. kita tungguin juga...", sapa Yadi dengan senyuman mesum karena melihat Lina yang berjalan tanpa busana.
"ba..baju saya..mana, Pak ?", tanya Lina yang menutupi payudara & selangkangannya dengan kedua tangannya.
"yah, udah kotor neng. neng masih mau make ?", tanya Bejo seraya menunjukkan pakaian Lina yang memang benar sudah sangat lusuh & kotor dengan tanah.
"aakh !, udah, neng. nggak usah pake ditutup-tutupin segala. kita kan udah ngeliat semuanya..", komentar Joko sambil menyingkirkan kedua tangan Lina.
Noda kerak putih yang cukup banyak langsung terlihat di selangkangan Lina.
"ayo, neng. lama, kita udah pengen pulang nih...", Yadi menarik tangan kiri Lina.

Dadang juga menarik tangan kanan Lina.
Mau tak mau Lina jadi ikut berjalan juga, dan karena kedua tangannya ditarik Dadang & Yadi, Lina berjalan dengan tubuh telanjangnya yang terekspos bebas tanpa bisa ditutupinya.
Bejo & Joko yang berjalan di belakang, jahil meremas-remas pantat Lina yang kenyal.
"eh bentar, gue mau kencing", Joko menarik tangan Lina.
"ayo, neng. bukain celana Bapak. Bapak mau kencing...".
Lina menurut saja, dia membukakan celana Joko dan mengeluarkan burungnya.
"dipegangin dong, neng...", pinta Joko.
"tapi, Paak....", tolak Lina halus.
"kalo nggak dipegangin, yaudah, Bapak ngencingin neng Lina aja, gimana ?", ancam Joko mengarahkan penisnya ke Lina.
Bidadari itu langsung buru-buru memegang penis Joko dan mengarahkannya ke pohon.
"cuurrrr....".
"akhhhh segeerrrr !", erang Joko saat air berwarna kuning mulai memancar keluar dari lubang kencingnya.
"digoyang-goyang, neng".
Tangan Lina menggoyang-goyangkan penis Joko sebelum memasukkannya lagi ke dalam celananya.

Baru kali ini, kontol gue dipegangin sama cewek cakep pas ngencing, ujar Joko dalam hati saat tersenyum licik.
Mereka kembali & mulai berjalan lagi menuju rumah Lina.
Tangan Lina sudah tak dipegangi lagi, tapi keempat pria tua itu terus menggerayangi tubuh Lina. Dia hanya bisa sekedar menjauhkan sebisanya karena tangan-tangan jahil itu selalu kembali menjamah tubuhnya.
Saking 'aktif'nya tangan keempat pria tua cabul itu, Lina pun sampai mendapat orgasme di tengah jalan pulang. Bejo, Dadang, Joko, dan Yadi hanya tertawa puas menyaksikan seorang gadis cantik jelita yang telanjang bulat orgasme di tengah jalan desa mereka.
Mereka sampai di depan rumah Lina.
"mulai malam ini, setiap kita jemput, neng Lina harus mau & siap nemenin kita ngeronda...".
"kalo sampe nggak mau, jangan salahin kita kalau bapak-bapak sekampung dateng ke rumah neng Lina buat ngentotin neng sampe memek neng jebol...", timpal Dadang mengancam.
"dan setiap kita jemput, neng Lina harus make pakaian bagus, nggak boleh pakaian tidur. kalo pakaian tidur, pas pulang, neng harus bugil kayak sekarang...ngerti ?!".

Lina cuma bisa mengangguk pelan.
"yaudah, inget yang kita bilang tadi ya, neng. nih bajunya...", Bejo menyerahkan pakaian Lina.
"oke, kita pulang dulu ya, neng. udah ngantuk. makasih udah nemenin kita ngeronda, jadinya nggak kedinginan & suntuk..hehehe...", ledek Joko.
"oh ya, neng. jangan lupa, sebelum tidur, mandi dulu, badan neng Lina bau peju tuh..HAHAHAHA !!!".
Mereka semua meninggalkan Lina yang langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Bersender ke pintu yang baru saja ditutupnya, Lina bernafas cepat dan payudaranya yang kotor dengan bekas-bekas sperma yang telah mengering itu pun ikut naik-turun mengikuti irama nafasnya.
Jantungnya berdetak cepat. Dia baru saja mengalami pengalaman baru, berjalan di luar rumah tanpa mengenakan apapun dan dilecehkan seperti budak seks oleh Joko, Bejo, Dadang, dan Yadi.

Lina memang maniak seks, tapi dia tak pernah berjalan di luar rumah tanpa mengenakan apapun.
Dan dia tak pernah di lecehkan oleh pria yang menidurinya karena ia yang selalu agresif dan mengambil alih permainan. Inikah perasaan Moniq dan Intan ?, tanya Lina dalam hatinya sendiri sambil mengingat sensasi-sensasi luar biasa yang baru saja ia alami.
Lina tersenyum, libidonya sudah terpuaskan dengan pengalaman barunya, meskipun yang dialaminya tidak sesuai dengan rencananya yang semula.
Lina berjalan gontai seraya bertumpu pada dinding menuju ke kamar mandi. Tubuh indahnya terasa pegal dan lengket dimana-mana, juga terasa berminyak karena sempat dijadikan 'tatakan' untuk menaruh gorengan.
Tapi, saat sudah di kamar mandi, Lina mengurungkan niatnya. Air di bak mandi terasa dingin minta ampun. Lina pun hanya sekedar memakai baju saja dari lemarinya dan menarik selimut untuk menghangatkan diri tanpa menutupi daerah intimnya dengan cd atau celana pendek, terlalu capek.
Bidadari cantik itu tidur dengan tubuhnya yang masih lengket, berminyak, dan bau pejuh yang menyengat. Tenaga & libidonya habis tak bersisa setelah digumuli petani tua dari sore sampai malam lalu digilir 4 orang di pos ronda.




Lina Tidur Tanpa Celana Dalam



"ckllkk...", Dirman membuka pintu kamar.
Dia tersenyum melihat Lina yang masih tidur dengan pulasnya di tempat tidur dengan hanya mengenakan tanktop saja, bagian bawahnya terbuka bebas.
Masih pules gara-gara tadi malem, pikir Dirman yang bangga mampu membuat nona majikannya yang masih muda itu 'tepar' di umurnya yang sudah tua.
Kalau saja Dirman tahu, tadi malam setelah Lina melayani nafsunya, mahasiswi bertubuh jenjang itu 'dironda' semalam suntuk oleh empat warga desanya.
Gemas sekali rasanya melihat pantat bulat milik Lina. Ingin rasanya ia remas-remas dan tepuk sekencang-kencangnya pantat montok itu, tapi kasihan dengan Lina yang masih tertidur lelap.
Akhirnya, Dirman cuma menaikkan selimut untuk menutupi tubuh Lina dan pergi ke sawah.

"emmhhhh !!!", suara erangan Lina merenggangkan otot-ototnya setelah bangun.
Dia melihat ke selangkangannya, sangat 'berantakan'. Kerak putih dimana-mana.
Lina cuma tersenyum dan melepaskan tanktopnya sebelum menuju kamar mandi. Tubuh indahnya kembali mulus dan harum lagi, yang tinggal hanya beberapa bekas hitam di payudara, leher, dan pantatnya.
Bekas cupangan & gigitan 'buas' para peronda tadi malam. Lina mengoleskan salep khususnya. Obat khususnya untuk membuatnya tetap mulus walau dicupang & digigit para lelaki. Usai mengoleskan salep, Lina memakai pakaiannya.
Tentu pakaiannya seksi, karena sebentar lagi ada pejantan tua yang ingin ia goda. Seperti biasa, Lina membereskan tempat tidurnya. Membersihkan kasur, mengganti sprei dan selimut, merapikan bantal & guling.
Lina memang orang kaya dan tak biasa bekerja, tapi kalau cuma merapikan tempat tidur, dia bisa melakukannya sendiri.
Lagipula, dia jadi terbiasa merapikan tempat tidurnya semenjak si pejantan tua, Dirman, menyenggamainya tiap sore sampai malam hari. Mau tidak mau, Lina harus membereskan tempat tidurnya yang acak-acakan setiap pagi.

Akhirnya, dia selesai juga. Mungkin karena tidurnya pulas, Lina merasa segar & bersemangat.
Dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar desa. Semuanya menyapanya, sebagian besar warga desa kenal dengannya. Maklum, ayahnya orang terkaya di desa itu dan juga memberikan lapangan pekerjaan bagi warga.
Tapi, tak sedikit juga ibu-ibu yang mencibir pakaian Lina.
"eh Bu Asih, Bu Marni. lagi belanja sayur ya, Bu ?", sapa Lina.
"eh neng Lina. iya, nih neng. lagi bingung mau nyayur apa".
"oh, nyayur asem aja, Bu. kayaknya enak tuh Bu. hehehe...".
"nggak, neng. kemaren udah itu lauknya, kayaknya mau nyayur lodeh aja deh...".
"wah, itu juga enak..saya jadi pengen...mm...hehehe...".
"yaudah, atuh, neng. sok atuh dibeli bahannya...".
"eh, kang Jaha. kemana aja, kang ?".
"lho ? neng yang kemana aja ? saya mah di sini terus".




Pakaian Lina ke Pasar



“eh iya, yah. hihihi. abisnya baru sempet liburan ke sini lagi sih, kang...".
"oh gitu, yaudah, neng mau belanja apa ?".
"ah nggak, kang. saya lagi jalan-jalan aja kok".
"kemana ?".
"yaa cari angin aja..yaudah ya kang, Bu. saya lanjut jalan lagi...".
"oh yaudah, neng. ati-ati".
Di mata warga desa, meskipun pakaiannya memang sembarangan & terlalu seksi, Lina tetap dipandang anak baik yang ramah & santun kepada warga desa, dengan anak kecil pun, ia sering bermain bersama.
Hanya Dirman & 4 petugas ronda tadi malam yang tahu kalau Lina adalah 'mesin seks' yang mampu melayani & memuaskan hasrat birahi lelaki dengan sangat maksimal karena tubuhnya yang mulus & teknik bercintanya yang sudah banyak pengalaman.
"HEH ! ngelamun jorok lo ya, Ha ?!", teriak Marni setelah mengepret muka Jaha yang bengong dengan 1 ikat kangkung.
"eh nggak, Bu. siapa yang ngelamun jorok..", Jaha salah tingkah karena tertangkap basah sedang memandangi tubuh Lina dari belakang terutama bagian bongkahan pantat Lina yang naik turun.

"ntar gue bilangin bini lo nih", ancam Marni.
"jangan dong, Bu. kan cuma ngeliatin neng Lina doang...".
"iya, tapi pasti sambil ngelamun jorok...", tambah Asih menuduh Jaha.
"nggak, Bu. suer atuh...".
Tak mungkin lah Jaha mengaku kalau dia berkhayal sedang memasukkan 'terong'nya ke dalam pantat montok Lina itu, bisa berabe urusannya nanti.
Berjalan mengelilingi desa, Lina tentu sadar kalau setiap pria yg dilewatinya pasti langsung meliriknya, memandangi pahanya yang putih mulus.
Dia jadi teringat kejadian tadi malam dimana ia berjalan mengelilingi desa tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Apalagi pandangan para pria desa begitu tajam ke arahnya seolah-olah dia memang tak berpakaian.
Tubuh Lina mulai menghangat akibat khayalannya sendiri kalau dia sedang berjalan tanpa mengenakan apa-apa di siang bolong sehingga warga desa seperti sedang memelototi kemulusan tubuhnya.
Mungkin ini yang dirasakan temannya, Intan yang gemar memperlihatkan tubuhnya sendiri. Memang ada perasaan menggelitik tersendiri sekaligus merasa begitu seksi.

Lina memutuskan untuk pulang saja. Bisa gawat kalau libidonya yang mulai muncul membuat dia membuka pakaiannya dan bermasturbasi di depan warga desa. Sesampainya di rumah, Lina segera meminum air dingin dan menenangkan diri di sofa.
Mudah sekali libidonya bangkit. Wajah Lina yang tadi agak memerah, kembali normal. Dia berhasil mengenyahkan hawa nafsunya dengan menonton tv. Tak terasa, sudah mau jam setengah 3.
Sebentar lagi, Abah pulang, pikir Lina. Dia segera mengganti celana & kaos yang lebih ketat untuk menggoda Dirman sepulangnya dari sawah. Tak lama kemudian, Dirman pulang. Wajahnya kelihatan begitu lelah. Tapi, ketika pintu rumah dibuka, ekspresi wajah Dirman langsung cerah seperti matahari di pagi hari.
"eh, Abah udah pulang", sapa Lina begitu manja nan menggoda.
Siapa yang tidak langsung segar ketika pulang, lelah sehabis bekerja, disambut seorang gadis cantik yang berpakaian begitu seksi menggoda.

Dirman melingkarkan tangannya di pinggang Lina setelah menutup pintu.
"Abah pasti capek yaah ? ayo istirahat dulu, Bah...".
"iya nih, non. capek...", keluh Dirman manja dan menaruh wajahnya di 'bantal' empuk milik Lina.
"cup...cup...kasihan....sini Lina pijitin...".
Lina berjalan mundur dengan wajah si petani tua itu masih terbenam di payudaranya. Dia 'menggiring' Dirman sampai ke sofa.
"Abah aus ?".
"iya, non. aus banget nih...", keluh Dirman sambil kipas-kipas dengan capingnya.
"bentar, Lina ambilin minum yaa...".
Dirman memandangi pantat Lina yang bergoyang-goyang seiring dia berjalan. Pantat bulat yang montok itu sebentar lagi akan ia tusuk-tusuk sepuasnya, proklamasi Dirman dalam hatinya.
"nih minumnya, Bah...".
"makasih, non...".
Muncul ide jahil di pikiran nona muda yang cantik itu untuk menggoda sang aki-aki tua.
"seger, Bah ?".
"segeerrr, non. hehe...".
"kalau tambah kelapa, mau nggak, Bah ?".
Lina menarik kaosnya di depan wajah Dirman, memperlihatkan sepasang 'kelapa kopyor' miliknya.
“mau, non !".
Dirman langsung monyong, memajukan mulutnya untuk menjangkau puting Lina.
"eits, enak aja...". Lina menjauh dari Dirman.
"eh, kok non Lina kabur ?", tanya Dirman yang sudah menduga kalau nona majikannya yang cantik ini ingin menggodanya dan bermain-main dengannya.
"kalo Abah mau ini, tangkep Lina dulu...", goda Lina seraya menggoyang-goyangkan 2 buah 'kelapa'nya yang indah itu.
"oke..awas ya, kalo ketangkep, jangan minta ampun sama Abah...", ancem Dirman.
Lina cuma menjulurkan lidahnya untuk meledek Dirman. Jadilah, mereka main kejar-kejaran.
 
Holiday Challenge After Story 3 : Lina, Aset Pak Tani
Part 3 of 3



‘Kelapa’ Lina Menggoda Abah Dirman


Teringat dengan masa lalu kala Dirman menghabiskan sore hari bermain kejar-kejaran dengan si Lina kecil yang masih imut-imut nan lucu. Beda sekali keadaannya dengan sekarang.
Anak kecil itu tumbuh begitu sempurna, cantik bagai bidadari dengan tubuh proporsional dan jenjang seperti model sehingga tak heran kalau sang pengasuh yang tadinya melihat anak asuhannya itu dengan pandangan gemas karena wajah Lina yang imut kini berubah menjadi pandangan nafsu.
Berkali-kali Dirman berusaha menangkap Lina, tapi dara cantik itu bisa menghindarinya dengan lincah sambil tertawa cekikikan.
Kesana kemari, Dirman berusaha menangkap nona mudanya yang centil itu.
"HAP !! kena juga si non ! hayo sekarang non Lina nggak bisa kabur lagi...", seru Dirman kegirangan.
"hihihi. iya deh, Abah menang", jawab Lina manja seraya merasakan kedua tangan Dirman yang sudah menyusup masuk ke dalam kaosnya dan meremasi gumpalan daging kembar miliknya.
Tangan keriput Dirman asik merasakan betapa empuk nan kenyalnya sepasang payudara anak majikannya itu, dia juga sedang mencumbui tengkuk leher Lina agar bidadari itu semakin terangsang.
"pasti non Lina nungguin Abah dari tadi...", bisik Dirman sambil menjilati telinga kanan Lina.
"mmm...iyaa, Bah. Lina udah nunggu dari tadi...", jawab Lina seraya melirih dengan nada suara yang semakin membangkitkan nafsu Dirman.
Tanpa pikir panjang, Dirman segera melucuti pakaian Lina sampai tubuh putih mulus itu kini terpampang jelas di hadapannya tanpa tertutup apapun.

Lina berputar dan berpose seperti model. Ah ! sungguh postur tubuh yang sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Laki-laki manapun pasti akan meninggalkan kesibukan apapun demi menikmati tubuh seelok ini.
Dirman merasa beruntung, di penghujung usianya, di kala dia sudah bangkotan dan bau tanah, dia malah bisa menyentuh, merabai, dan menggumuli seorang gadis muda dengan wajah yang begitu cantik dan tubuh seperti model yang tak lain dan tak bukan adalah nona mudanya sendiri.
Betul-betul nikmat dunia bagi Dirman. Setelah berpose, Lina mendekati Dirman lagi sambil tersenyum menggoda, dia melepaskan pakaian si petani tua itu semuanya.
Kini, pasangan yang sangat kontras tersebut sama-sama telanjang bulat. 'belalai' Dirman sudah panjang nan keras, respon dari pemandangan indah yang ada di depannya.
"ccpphhhh mmmm hhmmhh cccpphhh ummmhhh", lidah mereka berdua bergulat dengan serunya.
Tangan Lina melingkar di leher Dirman, sedangkan kedua tangan petani tua itu meremas-remas seraya menepuk-nepuk pantat kenyal Lina.

Perbedaan umur & status sosial yang sangat jauh seakan melebur oleh nafsu menggelora yang dirasakan keduanya seiring ciuman mereka yang kian bernafsu dan panas.
Dirman pun 'menggiring' nona mudanya itu ke sofa, menindihnya agar tak bisa kemana-mana. Jadilah mereka bercinta di sofa bagaikan pasangan suami istri yang baru menikah sehingga begitu bernafsu sampai tak peduli lagi dimana mereka sedang bergumul. Sepanjang sore mereka mendulang kenikmatan ragawi di sofa tersebut.
Menjelang malam, barulah mereka pindah ke kamar Lina setelah rehat dan makan sebentar. Sepulangnya Dirman, Lina tidur nyenyak dengan organ intimnya yang masih berlumuran air mani si petani tua.
Tengah malam, Lina terbangun dari tidurnya karena ada yang mengetuk-ngetuk pintu depan. Baru saja selesai menyediakan tubuhnya untuk Dirman, sekarang Lina harus menyediakan tubuhnya lagi untuk para peronda sebagai penghangat di malam yang dingin.

Meski memang mengantuk, Lina senang saja pergi 'meronda' karena dia ketagihan dengan pengalaman barunya yakni menjadi budak seks bagi Bejo, Yadi, Joko, dan Dadang.
Perasaan begitu dilecehkan dan dipermalukan oleh para lelaki paruh baya yang buruk rupa sungguh membawa Lina ke level baru sebagai maniak seks.
Belum lagi, perasaan khawatir sekaligus merangsang saat dia harus menemani keempat bapak-bapak tersebut untuk ronda keliling kampung tanpa mengenakan apapun.
Berhari-hari ia melakukan rutinitas seksualnya itu tanpa libur sehari pun. Tak ada rasa bosan bagi Lina melayani nafsu Dirman, Bejo, Joko, Dadang, dan Yadi. Dia malah semakin merasa cantik & seksi karena tubuhnya dapat membuat pria-pria tersebut ketagihan dan meminta jatah setiap hari.
Suatu siang, ketika Dirman masih di sawah dan belum pulang, Lina memutuskan untuk jalan-jalan sekitar kampung. Tak sengaja ia berpapasan dengan Mbok Minah, istri Dirman.
"eh, non Lina".
"eh, Mbok !". Lina segera memeluk Mbok Minah.

"non Lina udah dateng dari minggu lalu, baru keliatan sekarang? udah gitu nggak pernah ke rumah Mbok?".
"ah..i..iya, Mbok. Lina pengen ke rumah Mbok tapi nggak sempet terus soalnya ngerjain tugas terus".
Lina sempat kebingungan menjawabnya, tak mungkin ia menjawab pertanyaan Mbok Minah tadi dengan yang sebenarnya sebab faktanya, ia tak sempat berkunjung ke rumah Mbok Minah karena suaminya selalu berkunjung sehingga ia selalu 'sibuk' setiap harinya.
"oh, emang tugasnya banyak ya, non?".
"iya, Mbok. nggak selesai-selesai".
Nggak tau aja kalo tugas gue itu ditunggangin tiap hari, ucap Lina dalam hatinya.
"oh iya, Mbok. abis belanja? belanja apa?", Lina mencoba mengalihkan pembicaraan.
"iya, Non. lagi bikin semur daging, tapi kecapnya abis. terpaksa beli dulu..".
"oh, wah semur daging, Mbok ?!", wajah Lina girang.
"iya, non. makanya ke rumah Mbok sekarang".
"ok, Mbok. ayoo ! sini Lina yang bawain belanjaannya".
Lina pun mengobrol di rumah Mbok Minah dan menyantap semur daging yang merupakan kesukaannya.

"si Arif kemana Mbok? bukannya sekarang lagi libur sekolah?", celetuk Lina usai kenyang menyantap semur daging buatan Mbok Minah.
"iya, non. lagi maen sama temennya".
"oh".
"non, Mbok mau nanya sesuatu".
"nanya apa, Mbok?".
"non Lina sering tidur sama Mas Dirman?".
Deg !, jantung Lina langsung berdegup kencang, serasa ditembak tepat di jantung.
"dulu Mbok, kan Lina emang dikelonin Abah ato Mbok kalo mau tidur...".
"bukan, maksud Mbok, apa non Lina berhubungan badan sama Mas Dirman?".
".....".
"dari seminggu yang lalu, Mas Dirman selalu pulang malem. biasanya dari sawah langsung pulang ke rumah, tapi pas non Lina dateng lagi, Mas Dirman selalu ke rumah non Lina. dia bilang jagain non Lina soalnya non Lina minta macem-macem terus".
"......".
"Mbok pernah ngikutin Mas Dirman ke rumah non Lina terus ngeliat non buka pintu, nggak pake apa-apa. Mas Dirman terus meluk dan nyium non...", ujar Mbok Minah, wajahnya sedih dan matanya berkaca-kaca.
"apa non mau bikin keluarga Mbok berantakan? tolong non, jangan ganggu keluarga Mbok. kasihan Arif...", air mata Mbok Minah mulai menetes.

"Li..Lina...minta...maaf...", ucap Lina terbata-bata karena ia juga mulai menangis.
Dia jadi sedih karena tuduhan tadi. Lina bersimpuh di depan Mbok Minah yang sedang duduk.
"Lina...nggak...bermaksud...itu....".
"apa lagi, non ?! Hati Mbok Minah sakiiit pas tau kalau Mas Dirman selingkuh sama non Lina yang udah Mbok jaga dari kecil dan udah Mbok anggep anak Mbok sendiri....", jelas Mbok Minah mengungkapkan perasaannya yang begitu sakit.
"maa..maafin Lina, Mbok....", hanya kalimat itu yang dapat terucap dari mulut Lina.
"kenapa, non? kenapa mesti Mas Dirman?".
"Li..Lina...nggak tau....", jawab Lina terpotong-potong oleh isak tangisnya.
"Li...Lina...ke..ke...kesepian...".
Mbok Minah memandang wajah Lina. Dia jadi teringat ketika dulu Lina masih kecil tiba-tiba datang ke rumahnya sambil menangis.
Lina kecil menangis dan mengadu kepadanya karena dia digrepe-grepe oleh anak-anak SMP waktu itu.

Kejadian itu membuat perasaan Mbok Minah yang marah & sedih tetiba sirna, dia malah jadi iba dengan nona mudanya itu.
Waktu masih kecil, dia sudah jadi korban pelecehan seksual karena wajahnya. Dan semakin sedihnya lagi, Lina hanya bisa melapor kepadanya sebab kedua orang tuanya sedang ke luar kota.
Cantik dan kaya memang berkah yang diberikan untuk Lina namun bisa juga dibilang kutukan untuknya sebab kedua hal itulah yang menyebabkan Lina jadi seperti ini.
Ada jiwa yang sangat kesepian & begitu tersiksa di dalamnya, pikir Mbok Minah. Kalau dipikir-pikir, sudah lama betul ia tak bertemu dengan anak asuhnya ini. Tak tahu kejadian apa saja yang sudah dialami Lina.
Mbok Minah mengangkat Lina untuk bangun lalu memeluknya. Pelukan begitu hangat & nyaman bagai pelukan ibu yang tak pernah Lina rasakan lagi semenjak lulus SD.
"maafin Lina, Mbok. Lina bener-bener minta maaf....".
Mbok Minah melepas pelukannya dan memandang wajah Lina seraya tersenyum. Dia menyeka air mata di pelupuk mata Lina.

Mbok Minah tak bisa marah dan malah semakin merasa kasihan setelah mendengar cerita anak asuhnya itu.
Tak disangka, hidup Lina benar-benar kelam karena tak ada orang tua sebagai pembimbingnya.
"jadi non Lina ketagihan seks dari SMA ?".
"iya, Mbok. Dari pas SMA sampai sekarang. Lina nggak bisa nahan diri...".
"apa non nggak pernah ke dokter?".
"udah, sering malah...", jawab Lina ambigu. Mbok Minah langsung menangkap maksud Lina.
"Lina juga pernah di hipnotis. tapi tetep aja...".
Mbok Minah prihatin dengan keadaan kejiwaan anak asuhnya itu, tapi ia memang tak bisa berbuat apa-apa.
"jadi Lina bener-bener minta maaf...".
"ya udah lah, non. udah kejadian. Mbok nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Mbok cuma kesel aja kenapa non milih Mas Dirman...".
"Lina nggak bisa nahan diri, Mbok. awalnya Lina cuma iseng karena emang udah nggak tahan dan kebetulan adanya Abah, tapi abis itu Lina nggak tau, Lina jadi ketagihan...", Lina mengungkapkan perasaannya blak-blakan.
"kenapa bisa ketagihan, non?".

"ng...ng...", Lina tak berani menjawab.
"anu nya Mas Dirman gede ya, non?".
"uhuk...", Lina batuk kecil karen kaget mendengar pertanyaan Mbok Minah.
Lina cuma mengangguk pelan dan tersenyum kecil. Lina jadi malu sendiri membicarakan kemaluan Dirman dengan Mbok Minah yang merupakan istrinya.
Entah itu salah atau tidak, tapi Mbok Minah merasa agak sedikit bangga juga mendengar seorang gadis yang masih muda dan cantik bisa ketagihan disenggamai suaminya yang sudah tua itu dengan penis besarnya.
"Lina janji. nggak bakalan tidur sama Abah lagi...".
"tapi, non, Mbok juga mau ngucapin terima kasih...".
"ha? buat apa, Mbok?". Lina jadi pusing tak karuan.
Tadi marah besar, sekarang makasih?. Keadaan pikiran Lina jadi seperti lagu Peterpan, Di Atas Normal. Kaki di kepala, kepala di kaki.
"sebenernya Mbok udah nggak sanggup ngelayanin Mas Dirman. Mbok udah tua, nggak kayak waktu muda dulu. Non Lina pasti ngerti gimana Mas Dirman kan? nafsunya gede, Mbok nggak sanggup lagi".
".....", Lina tak dapat berkata apa-apa lagi.

"memang semenjak pas non Lina dateng waktu itu, Mas Dirman jadi jarang di rumah dan nggak pernah ngajak Mbok tidur lagi, tapi Mas Dirman jadi baik, perhatian, dan ramah kayak dulu...".
"emang sebelum itu?".
"ya kaku, dingin, bawaannya marah-marah terus...".
"mungkin karena nafsunya udah dilampiasin ke non, makanya jadi berubah baik lagi...", tambahnya.
"ha? iya kali, Mbok....".
Keadaan yang aneh bagi Lina dan Mbok Minah sendiri saat Mbok Minah memberi izin Lina untuk berselingkuh dengan Dirman selama tak ketahuan yang lainnya termasuk Dirman.
Lina pun memberikan janji kalau dia akan memberikan uang untuk Arif & kebutuhan sehari-hari Mbok Minah.
Selain itu, Lina berjanji tak akan punya anak dari Dirman, pokoknya Lina akan melayani Dirman hanya agar nafsu pria tua itu terlampiaskan sepenuhnya. Lina pulang ke rumah, ternyata Dirman sudah ada di dalam, menunggunya.
"non dari mana? kok dari luar?". Lina tak menjawab, dia menggigit bibir bawahnya dan mulai melucuti pakaiannya hingga bugil.




Lina Langsung Bugil Untuk Mengalihkan Pertanyaan Dirman



"kok nggak di jawab? Abah cariin dari tadi juga...".
"kalo Abah mau marah-marah, marah-marahnya di kamar aja...", tantang Lina di depan Dirman dengan suara lembut yang menggoda.
Dirman segera 'menangkap' Lina dan menggendong si empunya tubuh yang indah itu.
"awas yaa ! non Lina jangan minta ampun, kalau Abah marah, Abah kalap...".
Lina cuma memeletkan lidahnya saja. Dirman pun langsung menggotong 'mangsa'nya ke dalam kamar untuk ia olah sepuasnya. Izin dari Mbok Minah membuat rutinitas seks Lina jadi lebih lancar.
"apa tuh non?".
"kondom, Pak. jaga-jaga", jawab Lina.
"tapi dari kemaren nggak pake itu?".
"pokoknya harus pake, kalau Abah nggak mau. Lina nggak jadi nih...", ancam Lina.
"i..iya, non...".
"Lina yang pasangin, Pak...".
Akhirnya jadi lah Lina sebagai bidadari pelipur lara Dirman, Joko, Dadang, Bejo, dan Yadi, para pria-pria tua buruk rupa yang seharusnya tak akan bisa menikmati tubuh indah dari gadis cantik seperti Lina. Dia sungguh menikmati rutinitas seksualnya.

Rasanya, libidonya yang tinggi benar-benar tersalurkan dengan para pria bangkotan di kampung halamannya sendiri.
Obat anti hamil milik Lina habis, makanya dia menyuruh para penikmat tubuhnya itu untuk memakai kondom jika mau menyetubuhinya.
Warung-warung di desa Lina jarang yang menjual kondom, untungnya Lina selalu punya persediaan kondom. Dia selalu membawa kondom, minimal setengah lusin di tasnya.
Dan karena Lina memang sudah menyiapkan diri untuk melayani Dirman yang nafsunya besar, dia membawa 5 lusin kondom di kopernya.
Lina pun iseng mengkoleksi kondom-kondom yang telah dipakai dan kadang mengenakannya di pinggul dan menari-nari seperti orang gila kalau sedang sendirian.
Masih ada 2 minggu lagi untuk berlibur dan merasakan nafsu & tenaga kuli para bandot di kampungnya. Lina bisa menyembunyikan yang terjadi.
Dirman tak tahu kalau Lina jadi budak seks Dadang, Joko, Bejo, dan Yadi di malam hari.
Dan sebaliknya, keempat bapak-bapak itu tak tahu Lina selalu menyediakan tubuhnya untuk Dirman melampiaskan nafsu setiap harinya.




Koleksi Kondom Bermani Milik Lina



Itulah Lina, dengan senang hati ia jadi pelipur lara dan media pelampiasan nafsu pria-pria bangkotan di desanya hanya karena kemaluan Dirman, Dadang, Bejo, Joko, dan Yadi yang besar dan tenaga mereka yang kuli sehingga bisa memuaskan libidonya.
Rahasia mereka tersimpan rapi, hanya mereka & alat kelamin mereka yang tahu. Satu-satunya orang lain yang tahu cuma Mbok Minah.
Itu pun tak perlu dikhawatirkan sebab Mbok Minah bisa menjaga rahasia anak asuhnya dari warga desa, malah Mbok Minah kadang beberapa kali menonton rekaman saat suaminya menggauli Lina karena dia tak sangka kalau suaminya bisa begitu beringas, bergairah, dan sangat menggebu-gebu ketika berhubungan intim.
Mbok Minah cuma bisa geleng-geleng saja. Sudah pasti gara-gara wajah anak asuhnya yang cantik dan tubuhnya yang sungguh indah itu lah yang bisa menyalakan birahi Dirman seperti saat muda dulu.
Mbok Minah bahkan berpikir kalau anak asuhnya yang cantik dengan tubuh mulusnya itu memang diciptakan untuk memuaskan nafsu suaminya yang besar sehingga dia jadi tak merasa kesal dan sedih lagi.

Namun akhirnya rahasia dimana Lina jadi ‘pengantin’ Dirman & ‘budak nafsu’ 4 pria tua itu terkuak satu sama lain.
Tak disangka, saat Lina sedang ‘patroli’ bersama Dadang, Bejo, Joko & Yadi, tiba-tiba Dirman melintas di depannya.
Tentu mereka semua terbengong, bingung harus bereaksi apa.
Dirman yang bingung kenapa nona cantiknya itu bugil di luar pada malam hari bersama empat warga desa yang sama-sama tergolong lanjut usia.
Para empat ‘sepuh’ tua yang kebingungan mencari alasan mengapa mereka ‘menjinjing’ Lina untuk keliaran tanpa busana di malam hari.
Dan Lina yang sedang bingung bagaimana menjelaskannya ke Abah tua favoritnya itu.
Tiba-tiba Joko & Yadi bergegas menghampiri Dirman seperti orang yang mau memukul, satu-satunya reaksi yang terpikirkan oleh mereka untuk membuat Dirman tak sadarkan diri.
Spontan, Lina langsung bergerak menghalangi mereka.
“Jangan...”.
“ayo kita omongin di rumah Lina...”, Lina segera ambil alih situasi.
Dia mengedipkan mata ke Dirman, kode untuk mengikutinya.
Akhirnya mereka berjalan bersama dengan Dirman dituntun Lina sementara keempat pria lainnya mengikuti agak di belakang.
Situasi yang aneh namun entah mengapa kelima jejaka tua itu nurut mengikuti si gadis cantik yang berjalan dengan tenang di depan mereka meski tak ada benang sehelai pun di tubuhnya.
“Ayo semua duduk dulu...Abah Dirman nggak boleh diapa-apain ya...”.
Lina pergi ke dapur meninggalkan mereka untuk membuat minuman, mereka pun hanya liat-liatan saja.
“Niih minum dulu...”, ujar Lina menyajikan minuman layaknya film porno Jepang dimana pelayannya sama sekali tidak memakai pakaian sama sekali.
“Kenapa non Lina bisa sama mereka?”, tanya Dirman yang kelihatan sudah tak sabar ingin tahu jawabannya.
“jadi gini, Pak…”, ucap Lina seraya tersenyum sebelum menjelaskan semua.

“jadi…Non Lina diperkosa sama Joko dan kawan-kawan?”, tanya Dirman memperjelas.
Keempat pria lainnya seakan seperti bersalah.
“yaa...nggak diperkosa beneran siih…”.
“nah lu juga, Man...anak majikan sendiri lu embat juga? Padahal lu jaga dari kecil?”, tuduh Yadi tak mau disalahkan.
Dirman pun terdiam.
“udah…udah...ini yang salah Lina...Lina mau ngomong ke Abah…bingung mulai ceritanya gimana…masa tiba-tiba Lina cerita…habis diperkosa tapi tiap hari sama Pak Joko, Dadang, Bejo, dan Pak Yadi…”.
“terus masa Lina ceritanya jadi mainan bapak-bapak semua tapi tiba-tiba cerita kalau Lina rutin kasih jatah juga ke Abah Dirman juga lhoo…”, tambah Lina.
Mereka terdiam karena merasa Lina ada benarnya juga.
Mereka terdiam semua selama beberapa menit.
“Terus sekarang gimana?”, celetuk Dadang.
“Lina mau minta maaf ke bapak-bapak semua...karena nggak bisa jelasin semua...”.




Tubuh Lina Dipandangi 5 Serigala Tua



Para lima bapak-bapak itu bergantian bertatap-tapan, namanya juga sama-sama pria tua dengan nafsu yang tak akan bisa terbendung disuguhi ‘pemandangan lezat’ di hadapan mereka, mereka pun seperti sudah mencapai kesepakatan antar lelaki hanya dengan pandangan mata mereka saja tanpa bicara.
Seketika, Dirman langsung menggendong Lina.
“eh eh mau apa…”.
“karena non Lina ngaku salah…berarti harus ada hukumannya kan?”, senyuman cabul.
“Lagian juga…ada 5 bapak-bapak masih pakaian lengkap gini…tapi neng Lina udah cuma cewek sendiri…nggak pake apa-apa lagi…”, tambah Bejo.
“hihihi…iya…iya…di kamar yaa…biar nggak pegel…”, jawab Lina tersenyum manis nan pasrah karena tentu dia tahu tak akan ‘selamat’ malam ini.
Cewek muda sendirian, sudah bugil pula di antara 5 lelaki tua yang sedari tadi memang belum melampiaskan nafsunya.
Joko membukakan pintu kamar Lina, dan Dirman langsung melemparkan tubuh Lina ke kasur.
Tatapan ‘hewan buas’ yang akan segera menyantap mangsanya ada pada 5 pasang mata lelaki tua yang ada di kamar itu.
Apalagi, Lina terlentang pasrah seakan sudah siap menjadi ‘wahana kenikmatan’ bagi Dirman, Dadang, Joko, Bejo, dan Yadi malam ini.




‘Wahana Kenikmatan’ Siap Digunakan



Tak lama, pandangan Lina pun tertutup oleh lima ‘senjata tua’ dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, hidung gadis cantik itu pun terpenuhi aroma selangkangan 5 pria tua yang bermacam-macam.
“tapi kalau neng Lina nya juga keenakan…bukan hukuman dong namanya…”, celetuk Yadi untuk menambah ‘hukuman’ yang akan diterima Lina.
“hmm…kalo gitu…khusus malem ini...dilarang pake kondom…”.
“eh maksud neng? Bebas?”, tanya Yadi memastikan.
“iyaaa…Lina lagi kedinginan…jadi butuh yang anget-anget….donorin peju nya ke Lina ya…biar Lina anget…”, goda Lina seraya menggigit bigir bawahnya.
“ooh jangan khawatir neng…”.
“tapi kalau nanti neng Lina hamil gimana?”, tanya Bejo.
“Hihihi…gapapa…sekalian aja…kalau gitu pada gantian punya anak dari rahim Lina...abis Pak Bejo, misalkan Pak Dadang, terus lanjut Abah Dirman, disambung Pak Joko sama Pak Yadi…masing-masing 1 deh dari rahim Lina…adil kan? Hihihihi”, tantang Lina.
“serius neng?”.
“iyaa…apa Pak Bejo nggak mau hamilin Lina?”.
“Eh ya nggak mungkin lah…malah penasaran dari dulu…kalau punya anak dari cewek yang cakepnya nggak ketolongan kayak neng Lina itu nanti gimana anaknya…”.
“hihihi…pasti bibit unggul doong”.
“nah kan kita 5, gimana kita masing-masing pesen 2 dari rahim neng Lina”, tambah Dirman.
“boleeh…kalo gitu 1 lagi bonus buat Abah…biar jadi kesebelasan…hihihi”.
“oh iya bener juga…hehehe”.
“Kalo gitu, hukumannya, Lina state ulang ya…tolong pejuin Lina sampe hamil ya…gunain memek sama rahim Lina sebagaimana mestinya jadi bapak semua kebagian dapat anak dari Lina…hehehe”, ucap Lina begitu ‘gila’
“gass…neng”.
Alhasil, malam itu pun jadi malam yang panjang dan cukup melelahkan namun tak terlupakan oleh Lina.
Habis sehabis-habisnya dia digilir oleh kelima pria tua itu.
Tak karuan sudah selangkangannya, mulut, wajah, dan dada sekalnya itu pun seperti terselimuti air mani.
“neng istirahat dulu ya...nanti kita balik lagi…babak kedua…”.
“Kita bawa obat kuat lho, neng…hehehe”.
“curang…”, jawab Lina lemah sudah tak berdaya.
Meski masih muda dan staminanya paling top di antara teman-temannya, Lina benar-benar kelelahan.
Dan terbayang habis ini dia akan digarap lagi, mungkin malam ini juga, rahimnya akan langsung terjebol oleh air mani kelima bapak itu dan saling bercampur di dalam sel telurnya.

Shift kedua, Lina makin ‘babak belur’ dan kelima bapak-bapak itu meninggalkan Lina tergeletak tak berdaya di kamar dengan tubuh yang sudah seperti ‘berselimutkan’ air mani.
“Wahahaha….berantakan sekali kamu….”, Lina terbangun mendengar tertawa yang begitu menggema.
“sii….si…siapa?”, tanya Lina ketakutan karena tak ada orang di sekitarnya.
“Ikuti suaraku….wahai manusia….”.
Apakah ini mimpi atau tidak? Lina bertanya seperti itu di dalam hatinya.
Harusnya dia terlalu lemah untuk bangun karena dia ingat sekali habis ‘diperkosa’ 5 bapak-bapak sekaligus dan 2 shift pula.
Mengapa sekarang dia seperti biasa saja, meski wajah dan tubuhnya terasa lengket luar biasa karena air mani 5 pria yang ditumpahkan kepadanya.
Begitu keluar kamar pun, tiada siapa-siapa, suasananya sepi sekali, tidak ada suara, hawanya berbeda.
Lina sadar ada yang tidak beres, tapi dia seperti tidak bisa menghentikan langkah kakinya.
Dia terus berjalan, ke luar rumah, menuju hutan yang ada di dekat rumahnya itu.
Suasananya siang hari, namun kenapa begitu sepi dan terasa dingin? Tanya Lina dalam hati.
Dia pun tak bisa menghentikan langkah kakinya saat dia berjalan menuju kubangan lumpur, bahkan sampai guling-gulingan di lumpur tersebut, dia sadar namun tak bisa memberhentikan gerak tubuhnya.
Tubuh putih mulus yang tadi terbalut air mani kini sudah bergantikan lumpur.




Lina ‘Auto’ Mandi Lumpur



Kemudian, Lina berjalan kembali masuk lebih dalam ke hutan, anehnya lumpur pada bagian payudaranya seakan luntur sendiri.
Akhirnya tibalah dia di depan sosok hitam besar yang seperti duduk di depannya.
“Akhirnya kau datang juga, wahai manusia”, suaranya begitu menggelegar.
“Si…siapa…”, tanya Lina ketakutan.
Terlihatlah sosok hitam besar begitu mengintimidasi duduk di batu yang tak begitu jauh dari Lina.
“Aku Dorunga…penguasa hutan ini...”.
Tentu Lina begitu ketakutan, seakan tak bisa bergerak dan tak bisa bersuara, entah memang karena ketakutan atau makhluk di depannya ini menggunakan semacam sihir.
“kau sangat cantik…sudah lama aku memperhatikanmu…”, sosok yang menyeramkan tapi kenapa bahasanya begitu sopan.
“siapa namamu, wahai manusia??”.
“Aa…aku…Lina…”.
“kenapa…aku bisa kesini…”, tanya Lina tapi tetap seakan dia tidak bisa bergerak.
“aku yang mengundangmu ke sini….”.
“mau..apa…kamu?”.
“sepertinya kamu kesusahan dengan kondisi saat ini…”.
Tiba-tiba sosok Dorunga ini seperti mengecil yang tadinya hampir 2x tinggi Lina menjadi seukuran Lina namun tetap dengan wajah menyeramkan dengan taring besarnya.
Dan seketika, Lina terasa bisa bergerak, langsung gadis cantik itu berlari menjauhi Dorunga.
Sekuat tenaga Lina berlari, namun di depannya berdiri sosok Dorunga.
“percuma kau lari…manusia…”.
Tanpa pikir panjang, Lina lari lagi ke arah berlawanan dan kembali di ujung penglihatannya terdapat sosok Dorunga lagi.
Sadar bahwa akan sia-sia, Lina pun menyerah seraya mengatur nafasnya.
“Sebenarnya…kamu..mau apa…”.
“aku ingin menjadikanmu gundikku…”.
“ha?”.
“kamu menarik perhatianku…”.

“Apa maksudmu?”.
“sudah lama aku memperhatikanmu….”.
“tidak…mana mau aku…”, jawaban Lina dengan nafas yang sudah mulai teratur.
“tenang saja…aku juga tak asal menjadikanmu gundik…”.
“Kamu akan tetap dalam keadaanmu sekarang…awet muda, cantik, seksi, tak akan ada yang berubah selamanya?”, tambah Dorunga.
“maksudmu aku akan jadi abadi?”.
“Ya…abadi dengan bentukmu sekarang…”.
“Tidak…aku tidak mau abadi?”.
“Apa kau yakin? Kalau kamu menua…tidak akan ada yang sudi berhubungan denganmu….”.
Padahal jika dipikir akal sehat, menjadi abadi tidak menyenangkan karena itu artinya kamu akan kehilangan orang yang kau kenal satu persatu hingga kamu kesepian.
Namun, entah mengapa bagi Lina, kata ‘menua’ barusan begitu menakutkan.
“tapi aku akan menggunakan tubuhmu untuk melampiaskan nafsu dan membuat keturunan”.
“apa?”, Lina pun bergidik memikirkan rahimnya nanti akan keluar bayi-bayi siluman & setan jika ia mengiyakan.
“kedua gundikku sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Satu untuk menemani rakyatku yang butuh kehangatan gadis manusia…dan satu lagi untuk memberi nutrisi bagi anak-anak rakyatku…”.
“Aku butuh satu gundik lagi sebagai tempat pelampiasan nafsuku”.
“tidak !!! Pergi kau !!!”.
Lina pun kembali berlari menjauhi Dorunga, dan tentu saja berakhir dengan cara yang sama.
“Percuma saja…jika tidak kuizinkan…kau akan selamanya berada di sini”.
“tolong lepaskan aku….”, pinta Lina sudah mulai merasa putus asa.
“Nampaknya kau masih tidak paham dengan keadaanmu sekarang…akan kutinggalkan kau supaya bisa berpikir…”.
Dorunga meninggalkan Lina sendirian.
Lina kembali berusaha lari, lari, terus berlari.
Gadis cantik yang tengah telanjang itu terus belari namun sama sekali tidak menemukan ujung hutan tersebut.
Hutan tak berujung ditambah langit yang begitu gelap, tak kelihatan bulan atau satu bintang sedikitpun.
Langkah Lina semakin pelan, dari yang tadinya lari menjadi jalan cepat, kemudian jalan sambil terus celingak celinguk mencari jalan.
Hingga akhirnya berjalan pelan dan terdiam, kelelahan dan semakin putus asa seraya berpikir apakah benar ia akan disini selamanya? Apakah ini bukan hanya mimpi buruk? Dia pun mencubit dan menampar pipinya, terasa pedas berarti ini bukan mimpi.
Karena sudah kelelahan, Lina pun tak peduli lagi, dia langsung rebahan dan tidur di atas tanah.
Kejadian itu berulang hingga 2 hari, haus & lapar luar biasa tentu dirasakan Lina.
“Too….long….”, Lina berteriak pelan karena selain sudah tidak bertenaga, dia sudah terlalu sering mencobanya dari 2 hari lalu yang tentu sama sekali tidak membuahkan hasil.

“tolong…Dorunga….”.
“Wahahaha….akhirnya kau menyebut namaku…”, seketika Dorunga muncul dengan sosok ukuran besarnya.
“tolong…aku….Dorunga…”.
“aku akan menolongmu jika kau mau jadi gundikku…”.
Lina mengangguk perlahan.
“Baiklah…kau boleh makan dan minum yang ada di depanmu”.
Muncullah sepiring makanan dan minuman di depan Lina.
Minuman itu berwarna kuning pekat, dan yang cukup mengagetkan Lina adalah lauk yang ada di piring itu.
Mau dipikirkan bagaimana pun, itu berbentuk penis lengkap dengan 2 bijinya.
Bedanya, seperti sudah digoreng dengan tepung.
“ya…itu sesuai dugaanmu. Itu adalah kejantananku…aku bisa melakukan apa saja ke badanku sendiri…”.
Dorunga pun demonstrasi bahwa dia bisa membuat kemaluannya menjadi lebih panjang, lebih tebal, bisa sampai jadi berkepala dua, bahkan bisa sampai dicopot dan disambung kembali.
Terdorong oleh rasa lapar 2 hari & atmosfer yang memang bukan atmosfir biasa, Lina mulai memakan makanan yang disajikan itu dengan lahap.
‘Lauk ekslusif’ itu pun terasa seperti ayam goreng tepung biasa bagi Lina dan dimakan sampai habis.
“apa untungnya jika jadi gundikmu?”, tanya Lina.
Dorunga pun tersenyum sinis merasa sudah menang.
Efek makanan khasnya langsung bekerja.
“Kau akan tetap selamanya dalam keadaan prima mu saat ini, muda, cantik, dan seksi. Lalu aura kewanitaanmu akan sangat terpancar, pria paling alim bahkan pemuka agama pun tidak akan tahan dekat dirimu, naluri kejantanan mereka akan segera mengambil alih. Ditambah kamu bisa memanipulasi memori orang sesukamu..”.
“Dan tentu…kamu bisa bermain-main dengan penisku huahuahuahua !!!”, tawa Dorunga dengan sombongnya berpikir kalau kemampuan penisnya itu bisa disebut ‘benefit’ untuk Lina.
“tapi?”.
“Oh rupanya kau mengerti bahwa ada balasan untuk itu”.
“Pertama…kau tidak akan diingat sebagai Lina lagi..semua orang akan melupakanmu seakan dirimu tidak pernah lahir”.
“Lalu?”, tanya Lina langsung seakan tak ragu dengan itu.
“kedua…aura kewanitaanmu tidak hanya akan mengundang pria manusia..tapi semua pria dari segala spesies termasuk hewan, serangga, bahkan kaumku alias dedemit…”.
“Ada lagi?”.

Dorunga cukup bingung campur terkesan seakan Lina tidak merasa dua hal tersebut sebagai kekurangan.
“Terakhir…setiap malam purnama…tidak peduli kamu dimana dan sedang apa…kamu akan berpindah alam…dan aku akan memakai tubuhmu untuk mengosongkan zakarku..setelah itu kamu akan diantri seluruh anak buahku sebagai tempat setor air mani dedemit karena rahimmu akan kugunakan untuk produksi prajuritku”.
“Kamu tidak akan bisa kemana-mana sebelum memproduksi setidaknya satu prajurit dari rahimmu setelah ritual itu”.
“tapi apakah aku harus di sini selamanya? Dan aku harus menjaga apapun yang keluar dari rahimku?”, tanya Lina tak gentar.
“Tidak, sudah ada gundikku yang lain untuk mengurusi prajurit baruku. Dan kamu bisa berada di alammu sendiri jika bukan purnama....tentu jika kau mau..kau bisa mengundangku untuk menidurimu meski bukan bulan purnama…HAHAHAHA !”.
Kini Lina tidak berkata apa-apa.
“Apa kau takut?”.
“memang aku punya pilihan lain?”, jawab Lina yang sudah bersimpuh di depan Dorunga dan mengeluskan-eluskan penis yang mirip selang dan sebesar lengan Lina itu ke pipinya sendiri.
“Tidak salah kupilih kau sebagai gundik utamaku…mulai sekarang…kau bukan lagi Lina, kau hanyalah gundikku untuk menampung air maniku dan prajuritku”.
Lina mulai menciumi batang kejantanan Dorunga mesra, dari pucuk penis hingga skrotum nya.
“Buat prajurit sebanyak-banyaknya dengan rahimku”, lirih Lina begitu menggoda.
“akan kubuat ratusan legiun dengan rahimmu..HAHAHAHA !!, tawa Dorunga yang langsung mengangkat tubuh Lina dan mengangkutnya seperti sedang membawa sekarung beras.
Lina pun seperti excited karena dia akan pertama kalinya merasakan disetubuhi oleh dedemit bahkan sampai ratusan dedemit mungkin.
Apalagi terbayang benefit Aura Kewanitaan ditambah Manipulasi Memori tadi, mungkin sudah biasa dia diintimi pria, namun hewan? Serangga? Bahkan dedemit lainnya juga?.
Terbayang pengalaman-pengalaman baru yang akan dihadapinya nanti, apalagi karena dia bisa memanipulasi memori, dia tidak perlu mengkhawatirkan norma asusila lagi.
Dia bisa membuatnya bersetubuh dengan apa saja seakan normal di mata masyarakat.
Ditambah kondisi umur, tubuh, dan kesehatannya akan kekal abadi sehingga dia tak perlu lagi khawatir dengan kegiatan seksualnya karena sedari dulu, ingin sekali Lina memberikan tubuhnya kepada tua renta yang mungkin sudah memiliki penyakit menular seksual sehingga setidaknya mereka masih bisa merasakan hangatnya tubuh wanita sebelum menemui ajalnya.
Ditambah, yang paling ekstrim, Lina pernah berpikir untuk bercinta dengan mayat.
Memikirkan segala kemungkinan itu, Lina malah bepikir kenapa dia tidak bertemu Dorunga dari dulu.
Dan begitulah, malam itu pun semua ingatan orang tentang Lina Arliani Gevistha terhapus.
Benar-benar seakan tidak pernah terlahir
Sekarang dia hanyalah gundik bagi kaum dedemit di kampung asalnya yang rahimnya digunakan untuk produksi dedemit bagi kerajaan tersebut.
Dia bukanlah lagi manusia, sekarang dia menjadi Succubus, dan dia menamai dirinya sendiri menjadi Aurora.

And that’s another story…..

Mystic Ending (Demit’s Whore Ending)




Aurora Kembali ke Dunia, Telanjang Setelah ‘Produksi’ 15 Demit Dengan Rahimnya

Halaman Indeks (Homepage)
 
Wuuooohhh,,sngat menunggu ini suhu,,triple cerita update dgn 1 judul...gilaak...keren huu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd