Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ibuku dan Ayahnya

Status
Please reply by conversation.
Part 3

“Awal Dari Segalanya…”


Flashback…
2 tahun yang lalu ibu, ayah dan aku berkunjung ke rumah nenek. Suatu sore aku asyik bermain bola dengan anak tetangga neneku, kakek pulang dari bengkel dan memasuki rumah mencari nenek untuk minta dibuatkan kopi, tapi tidak nampak terlihat istrinya disana. Akhirnya kakek inisiatif ingin membuat kopi sendiri ia berjalan ke dapur melewati kamar tamu yg dipakai ibu dan ayah tidur, kakek mendengar desahan dan lenguhan seseorang, ketika mendekat pintu kamar tidak tertutup rapat kakek melongo ternyata itu desahan anaknya sendiri yg sedang disetubuhi suaminya dengan gaya woman on top dengan posisi duduk di kursi dan ibu memeluk erat ayah, terlihat menantunya membelakangi dan anaknya menghadap pintu sehingga kakek bisa melihat ekspresi anaknya sedang meracau keenakan di entot suaminya.

“Ah ah ah…”

“Terus sayang, goyang lagi pinggulnya” ujar ayah

“Uh uh uh..”

“Ceplok ceplok ceplok..” terdengar suara kulit beradu satu sama lain

Tak lama kemudian suaminya tak kuat menahan orgasme

“Akhhh….”

Nampak ekspresi kekecewaan dari ibu, tapi berusaha ditutupinya dengan tersenyum manis menatap ayah, dan ibu baru sadar bahwa ia merasa sedang ada yg memperhatikan di sela sela pintu yang terbuka, bergegas ia memakai pakaian lalu beranjak ke kamar mandi meninggalkan ayah yang lemas lunglai mendapatkan puncak kenikmatannya. Ketika membuka pintu ia melihat dibawah dekat pintu masuk kamar terdapat nota pembelian / struk bengkel punya kakek. Ketika ia sampai di kamar mandi rupanya ayahnya baru selesai buang air mereka saling tatap canggung, hingga ibu duluan bertanya kepada kakek

“Sudah pulang pak?”

“Iya nis, bengkel udh sepi jadi bapak pulang lebih awal”

“Oh gitu baiklah, permisi pak aku mau mandi” nisa berlalu masuk. Kakek mencium aroma tubuh nisa tidak seperti biasanya, ia melihat anaknya itu seperti seorang wanita yang bukan anaknya, ada perasaan merinding sekaligus horni, mengingat apa yg sudah ia saksian tadi. Kakek berniat pergi ke depan tapi entah setan apa yg merasukinya ia malah mendapatkan ide untuk mengintip, rasa penasaran dan horni membuatnya gelap mata. Karena ia paling mengetahui seluk beluk rumah ini jadi ia tahu bahwa ada celah lubang kecil di jendela yg bisa ia gunakan untuk mengintip anaknya itu. Sampai di lubang intip itu dia terperanga melotot melihat keindahan tubuh anaknya yang putih mulus montok, posisi ibu waktu itu sedang mengambil sesuatu dibawah sehingga ia terlihat nungging dengan pantat naik keatas, terlihat gundukan memeknya dari belakang tanpa bulu jembut sehelaipun, membuat kakek mengeluarkan batangnya dan langsung mengocok saat itu juga.



Malam hari, kakek membuat rencana agar ia bisa menyetubuhi anaknya sendiri. Ia menengok ke samping istrinya sedang tertidur pulas sudah tidak bisa memenuhi hasrat biologisnya lagi, dia benar2 tergila gila dengan anaknya sendiri, Nisa.



Keesokan hari kakek mengajak ibu berbicara empat mata

“Nis, ada yang mau kakek sampaikan”

Deg! Jantung ibu berdetak hebat, pasti kakek akan membahas kejadian kemarin, perasaan canggung dan malu kini ia rasakan.

“Iya pak ada apa?”

“Sepertinya kakek ingin menikah lagi nis”

“Hah?! Kenapa pak? Bapak ada masalah sama mama?”

“Ngga nis, bapak anu..”

“Anu apa pak?!…”

“Ibumu sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis bapak, maaf bapak tidak sengaja melihat kamu dan suami kemarin, melihat itu bapa jadi sedih dan merasa hampa nis, bapa butuh sentuhan wanita”

“Tapi apakah harus menikah lagi pak?”

“Terus gimana nis? Kamu punya solusi untuk bapak?”

“Aku bingung pak” nisa menangis ia merasa kasian terhadap ibunya. Ia pergi meninggalkan bapaknya di ruang tengah.



Malam hari ayah izin pamit dinas keluar kota, nenek sudah tidur. Kakek memanggil ibu yang sedang di kamar ke ruang tv.

“Nis..”

“Iya pak”

“Kesini temenin bapak”

Ibu beranjak dari kasur menuju ruang tv

“Ada apa pak?”

“Nis, bapa tau ini salah, tapi bapa minta tolong sama kamu”

“Apa pak?”

“Tolong bantu bapak menyalurkan hasrat libido bapak”

“Ya tuhan bapak, dosa pak! Apa yg bisa nisa perbuat? Nisa ini anak bapak?”

Ibu pergi ke kamar, beberapa lama berselang ibu merasa haus, ia keluar kamar menuju dapur, ibu melihat kakek masih di ruang tv, kakek terlihat sedang mengelus elus kontolnya sambil menangis. Itu pertama kalinya ibu melihat kakek menangis, ia merasa iba melihat ayahnya seperti itu. Disisi lain ibu kaget melihat ukuran kontol kakek yang begitu besar dan panjang, 2 kali lebih besar dari punya ayah. Setelah mengambil minum ibu berniat mendekati kakek.

“Pa udah hentikan, nanti mama bangun keliatan malu”

“Gapapa nis ini bapak kocok sendiri aja sambil bayangin kamu”

“Aduh bapakk”

“Bapak mohon nis..”

“Apa yg bisa nisa lakukan? Nisa gamau melakukan hubungan suami istri dengan bapak”

“Bapak minta izin coli sambil liatin kamu saja boleh ga?”

“Sekali ini aja ya pak?”

“Sini duduk samping bapak”

Ibu duduk disamping kiri kakek, ia memalingkan muka, kakek mengocok kontolnya dengan tangan kanan sambil menatap anaknya yg sedang berpaling ke arah lain.

Crott crott croott… sperma kakek memuncrat tinggi hingga mengenai lengan ibu.

“Udah ya pak, udah keluar. Nisa mau masuk kamar takut jaka atau mama bangun”

“Makasih nisa anak bapak”

Kakek merasa lemas sekaligus lega, ia melihat liukan tubuh anaknya dari belakang ketika berjalan ke arah kamar membuatnya merasa bersemangat untuk dapat mencicipi lubang kenikmatan anaknya itu.

Hari itu adalah awal dari segalanya, ibu hanya melihat sekilas tapi ia merinding melihat kontol kakek, membuat bergidik sekaligus penasaran untuk menyentuhnya, tapi sekilas dia langsung membuyarkan pikiran itu, karena ia sudah bertekad bahwa itu adalah yang pertama dan terakhir. Namun, ternyata dugaan ibu salah, keesokan hari kakek melanjutkan aksinya lagi, ia kembali memohon sama ibu untuk melakukan coli sambil melihat anaknya itu, begitu terus selama beberapa hari bahkan ketika ibu sedang video call sama ayah yang sedang tugas diluar kota. Ibu merasa bersalah namun apa daya, ia merasa kasihan sekaligus iba terhadap ayahnya sendiri ditambah ia merasa belum bisa berbakti kepada orang tua karena dulu ia sempat akan dijodohkan dengan orang lain yg bukan ayahku.

“Mas imran ini baik orangnya nis, ditambah dia sudah mapan”

“Tapi ma..”

“Mama dan bapak berharap suatu saat ketika usaha kami sepi, mas imran ini bisa membantu kita nis”

Tapi karena tekad mama waktu itu ia malah bersikeras menikah dengan pacarnya yang tidak lain adalah ayahku yang sekarang secara karir biasa saja, malah bisa dibilang ngepas. Makanya ayah ikut temannya dinas keluar kota agar dapat penghasilan lebih.

Sore itu, kakek kembali meminta ibu menemaninya untuk ngocok, kali ini kakek memberanikan diri meminta ibu untuk memegang tangan kirinya sambil tangan kanannya mengocok kontol besarnya itu. Setiap kenikmatan yang dirasakan ia spontan merejang tangan ibu membuat ibu kaget dan menoleh ke arah batang besar ayahnya. Selama beberapa hari melakukan apa yg diminta kakek ibu selalu menoleh ke arah lain, ia tidak mau menatap kakek atau barangnya, hingga kakek bertanya.

“Nis, kenapa setiap bapak ngocok kamu memalingkan wajah?”

“Aku canggung pak”

“Lihat sini nis, bapak pengen lihat wajah kamu yg cantik”

“Udah gini aja pak, aku gamau”

Pergolakan batin ibu membuat ia bersikeras untuk tidak melihat batang atau wajah kakek, ia takut khilaf, sebagai seorang perempuan yg sering ditinggal suami ia tak ingin menjadi tak terkendali. Tapi hari itu berbeda, kakek sedikit memaksa.

“Nis, tangan bapak pegal hari ini, kamu yang kocokin yah sayang”

“Aduh bapak, nanti mama sama jaka pulang gimana”

“Makanya cepat kocokin sekarang yah, ini lama daritadi ga keluar”

“Yaudah sini, cepat keluarin ya tapi, aku takut mama sama jaka pulang”

Dengan terampil ibu mengayunkan tangan putih dan lembutnya, kakek menggelinjang hebat sambil merangkul bahu ibu dan merejangnya.

“Nis sambil cium ya..”

“tadi katanya cuma kocokin”

“Bapak gakuat liat kamu nis”

“Ngga pak ah…”

“Sebentar aja sayang”

“Pak..”

“Dipipi aja sini”

Tangan kakek langsung menarik dagu, ia menempelkan bibirnya tepat dipipi kanan ibu, menghirupnya dalam dalam.

“Sungguh wangi sekali anakku”

“Cepat keluarin pak”

“Nis..”

“Iyaa..”

“Kayanya kontol bapa kurang basah”

“Nisa gamau sepong!!”

“Diludahin aja nis, biar basah terus kocok lagi”

Mendengar itu ibu langsung meludahi batang kakek dan lanjut mengocoknya, kali ini dengan tempo yg lebih cepat agar cepat mendapatkan orgasme, ciuman kakek di pipi kini turun ke leher, karena sedikit terbawa suasana ibu tidak menyadarinya malah sedikit menikmati sampai akhirnya kedua bibir itu bertemu dan berpagutan, dagu ibu ditarik langsung dilumatnya bibir indah itu oleh kakek.

“Akhh terus sayang”

“Clok clok clok”

“Kocok lebih cepat ah ah”

Akhirnya sperma keluar begitu deras membasahi tangan ibu, entah apa yg ibu rasakan tapi setelah kakek orgasme ia malah tanpa sadar kembali mencium kakek yg tergolek lemas, mendapat perlakuan seperti itu kakek seperti dapat durian runtuh. Rupanya putrinya sedang horni, ah bukannya dari tadi gumam kakek dalam hati. Karena pada kondisi itu dikarenakan umur, kontolnya hanya bisa ngaceng sekali. Ia membalas ciuman ibu, dilumatnya bibir itu, turun ke leher, terdpat lenguhan kecil dari ibu.

“Ah ah..”

Tangan kakek hendak menjamah dua bukit kembar anaknya.

Namun tak lama suara motor datang, jaka pulang dari pasar mengantar nenek. Meraka menghentikan kegiatan itu.



Semenjak hari itu, ibu merasa bersalah karena tidak bisa mengontrol dirinya, disisi lain ia baru memperhatikan perawakan ayahnya yg begitu gagah meskipun bedada di usia tua, tapi ada yg aneh, setelah hari itu kakek tidak meminta ibu lagi untuk membantunya menyalurkan hasrat seksualnya, ibu jadi khawatir apa yang terjadi dengan ayahnya itu, tumben ketika situasi hanya berdua di rumah pun kakek tidak meminta ibu untuk ngocok kontolnya.

Pagi itu, seperti biasa jaka sedang mengantar nenek ke pasar.

“Jaka sudah berangkat nis?”

“Iya sudah pak”

“Nis”

“Iyaa..?”

“Buatkan bapak kopi”

“Baik pak”

Hari itu tampak tak seperti biasanya, kemarin ketika nenek dan jaka baru pergi kakek lngsung melakukan perbuatan itu terhadap ibu, tapi hari itu berbeda, perbincanganpun terlihat sewajarnya seperti anak dan ayah pada umumnya.

Keseharian ibu adalah membantu nenek membersihkan rumah dan menyiapkan bahan makanan karena nenek berjualan lauk pauk yang buka siang sampe malam.

“Pak.. ini kopinya”

“Terima kasih”

Ibu duduk diseberang bapa.

“Bapak udah ga minta nisa kocokin lagi, udah ga ngerasa horni lagi ya, atau bapa udh ketemu wanita lain?”

Ibu secara langsung bertanya kepada kakek karena merasa bingung.

Kakek hanya senyum simpul

“Bukan begitu nis”

“Terus kenapa pak?”

“Bapak ngocok kadang bukan ketika sama kamu saja, bapak dikamar sendiri suka ngocok bayangin kamu, tapi entah kenapa rasanya kontol bapa makin lama mencapai orgasme nis”

“Kenapa pak”

“Bapak gatau, mungkin bapak ingin merasakan tubuh kamu seutuhnya, bapak bosan dengan tangan bapak atau tangan kamu nis”

“Tapi pak, bapak udah janji ga minta lebih”

“Iya bapak tau nak, tapi melihat kamu setiap hari menyiksa bapa nak, ingin rasanya bapak perkosa kamu, tapi bapak ga bisa melakukannya, bapak gamau memaksa, bapak mau kamu juga menginginkan bapak”

Ibu menghela nafas panjang

“Gimana nis? Mau kah melakukannya sama bapak? Bapak tau kamu juga butuh nis”

“Aku gamau pak, aku takut, aku merasa bersalah sama mas ari, sama mama sama jaka”

Melihat ibu meneteskan air mata kakek mengambil tissue dan memberikan kepada ibu, pagi itu ia perhatikan lagi anaknya semakin dilihat semakin bikin horni, duduk disampingnya sambil memupuk pundak anaknya, kakek menarik bahu ibu dan memeluknya, dilepas dan dicium pipi anaknya itu, turun ke leher, ibu sedikit menolah halus tapi kakek menariknya lagi.

“Nis bila kamu belum siap memberikan lubang memek mu, bapak mohon kamu mau menyepong bapak ya, bapak ingin merasakan kehangatan bibirmu”

“Tapi pak..”

Sebelum melanjutkan ucapannya bibir ibu langsung dilumat kakek, mereka berpagutan bertukar air liur, tangan ibu membelai wajah kakek, tangan kakek berada di pinggul ibu, lama mereka melakukan itu.

“Hmhmm…hmhm ah”

“Nis, mau yah”

Ibu mengangguk lembut, kakek merebahkan dirinya bersandar di sofa ruang tengah sambil menyingkap sarung yg ia kenakan ke atas, ibu mencoba menyingkap rambutnya dikedua daun telinga agar mudah ia mengulum kontol besar itu. Dipegangnya batang kemaluan kakek, panas berurat dan sudah menjulang tinggi, ada rasa ngeri sekaligus merinding yg jbu rasakan, ia tak bisa membayangkan bila kontol itu memasuki liang memeknya. Pertama tama ibu menjilat buah pelir kakek sambil batangnya dikocok kocok terus dijilat sampai batangnya, kakek menggelinjang hebat tak karuan.

“Ahhhhhh..enak banget jilatan kamu sayang”

“Hmhmmppp”

Tiba saatnya ibu menghisap seluruh batang itu, ia tak yakin mulutnya muat tapi ia tetap mencoba, benar saja tidak muat seluruhnya hingga sisa batang yg tidak terhisap ia bantu dengan mengocoknya. Posisi kakek duduk di sofa dan ibu disamping kiri membungkuk memberikan kepalanya membuat tangan kakek bebas mengelus rambut ibu yg halus dan wangi, turun ke punggung, kemudian ke pantat. Lama ia mengusap2 pantat ibu dan menarik rok dasternya ke atas, ibu tidak menyadari nya, tangan kakek lanjut mencari lubang memek ibu, mengelusnya dengan lembut, sudah becek dan basah, ibu menepis tangan kakek, tapi kakek semakin berani dengan lembut mengusap memeknya lagi dibalik cd yg ibu kenakan, pemandangan tak lazim yang sungguh membuat ruangan terasa panas, lama mengulum kontol kakek terdengar suara hp berbunyi, rupanya ayah menelepon ibu dengan mode video call.

“Duh mas ari menelepon, bapak cepat keluarin”

Ibu menghiraukan telepon dan mempercepat kulumannya, kakek melenguh “ahhhhh” tapi tidak kunjung mencapai puncak.

“Angkat aja dulu nis, bapak belom mau keluar ni, kasian ari kangen kamu”

“Yaudah aku angkat dulu..”

“Sambil kocokin ya nis”

“Nanti keliatan pak”

“Kameranya ke wajah kamu aja”

Diangkatlah video call tersebut

“Halo sayang”

“Halo ayah, tumben pagi pagi nelepon”

“Hehe iya ayah kangen nih”

Sambil mengocok kontol kakek ibu mengobrol lewat vc dengan ayah. Tiba tiba di seberang telepon ayah bicara yg membuat kakek sedikit kaget.

“Sayang turunin kameranya sedikit aku mau liat nenen kamu dong, sambil mainin ya”

Mendengar itu ibu dan kakek saling emnatap

“Tapi yah, dirumah ada ayah”

“Lagi dimana dia?” Ayahku bertanya

Kakek memberi sinyal di dapur

“Di dapur” jawab ibu

“Yaudah bentar aja, mainin pentilnya aku mau ngocok nih udh sange”

Seperti dikomando ibu membuka bh nya dan menurunkan sedikit kamera depan ke arah dadanya, diangkat daster itu, otomatis tubuh bagian bawah ibu terlihat jelas hanya dibalut cd saja.

“Kamu cantik banget sayang”

Ibu hanya senyum sambil memelintir putingnya dan sedikit meremas buah dadanya.

Melihat pemandangan itu kakek seperti mendapatkan angin segar, tangannya meraih paha anaknya itu mengelus2 lembut sampai ke pangkal paha, karena kamera hanya menyorot hanya sampai bagian dada, otomastis ekspresi ibu berubah kenikmatan ketika kakek mengelus pangkal pahanya dan kadang mencuri2 mengusap belahan memeknya, karena tangan ibu sudah tidak mengocok kontol (tangan kanan pegang nenen tangan kiri pegang hp) kakek turun kebawah sofa, ia menciumi paha putih mulus ibu, menghirup memeknya dibalik cd yg ibu kenakan. Sontak ibu merasa sangat horni dan ekspresi itu sekaligus disaksian oleh suaminya lewat video call.

“Sayang ekspresi kamu binal banget, sama kaya lagi aku entotin”

“Hehe iyah itu karena aku kangen kamu mas”

Tanpa ayah ketahui dibawah sana, dipangkal paha dalam ibu ada kepala kakek sedang mengendus menciumi memek ibu, kakek berniat membuka cd, ibu memberi syarat jangan, tapi kakek bersikeras untuk membukanya perlahan dengan bahasa isyarat ia berjanji hanya ingin menciumi memeknya, ibu pasrah ketika ternyata kakek langsung menjilati memeknya, mempermainkan itilnya dengan lidah liarnya, ibu menggelinjang hebat dan melenguh keras

“Ahhhhhhhh….”

“Sayang kamu horni juga ya?” Tanya ayah di ujung telepon

“Iyah ni mas, kapan pulangnya sih aku gakuat pengen dientotin”

Mendengar itu kakek semakin liar menasukan lidahnya ke lubang memek ibu membuat ibu menggelinjang hebat kembali sampai ibu dan kakek panik ketika ayah meminta ibu menurunkan kameranya dan menyuruh ibu colmek.

“Syang aku mau liat memek kamu dong sambil dielus ya”

Karena tau itu ga mungkin ibu hanya menjawab

“Ga bisa sayang, aku lagi haid, nanti jijik”

“Yahhh…yaudah aku kocok lagi nih”

Akhirnya ayah diujung telepon mencapai orgasmenya

“Udah keluar ya sayang?”

“Udahan ya aku takut bapak liat”

“Oke sayang makasih ya, tunggu aku pulang”

Ibu menutup hpnnya, dan menjambak menekan kepala kakek agar lebih dalam ke arah memeknya, pupil mata ibu menghilang ia merasakan nikmat yang sungguh dahsyat.

“Nis masukin yah”

“Jangan pak”

“Bapak udah gakuat, bapak juga tau kamu udh ga tahan”

“Jangan pak aku belum siap ahhhh..”

“Yaudah lanjut sepong bapak ya, bapak juga akan jilmek kamu sampai keluar”

Akhirnya mereka melanjutkan dengan posisi 69, sunggung pemandangan yg luar biasa, rasa ngilu antara keduanya menciptakan lenguhan lenguhan kecil nikmat

“Ahhh terus pak..”

“Ahh ahh ahh nisa sedoot sampe dalam”
Kepala ibu naik turun dengan lincahnya ia menghisap dan menjilati kontol kakek, begitu juga kakek menjilati memek ibu sambil sesekali menancapkan jari tengahnya ke lubang memek ibu.

Gambar hanya ilustrasi



Akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan bersama. Tergolek lemas di sofa ruang tengah, jam sudah menunjukan pukul 09.00 WIB. Sebentar lagi nenek dan jaka pulang.


Bersambung…
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd