Pukul 20.00 malam, empat hari sudah pertempuran berlangsung. Belum ada kemenangan dari kedua pihak, pada malam itu sebuah operasi baru akan dilaksanakan. Pasukan Kopaska yang akan melaksanakannya, tujuan dari operasi itu adalah menyabotase kapal kapal perang musuh agar dapat dengan mudah dihancurkan tanpa adanya serangan balasan, dan membuat sebuah wilayah kosong.
Pasukan khusus TNI Angkatan Laut yang mempunyai semboyan Tan Hana Wighna Tan Sirna yang berarti Tak Ada Rintangan Yang Tak Dapat Diatasi akan melaksanakan operasi dengan nama Operasi Nemora.
Pertama pasukan akan dikirim dengan menggunakan perahu karet pada lokasi penerjunan yang telah ditentukan yang bernama Nemora Satu, setelah itu seluruh pasukan akan berenang ke wilayah musuh yang berjarak 600 meter dari Nemora Satu.
Pasukan yang terdiri dari 30 orang tersebut akan dibagi menjadi enam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari lima orang, setiap kelompok sudah ditentukan anggotanya dan juga tergetnya, setelah masing-masing kelompok berenang dan memasuki perairan musuh mereka langsung menyusup masuk ke kapal yang telah ditargetkan dengan tangan kosong dalam waktu 20 menit.
Melumpuhkan petugas penjaga kemudian menyabotase kapal dengan cara merusak meriam kapal, sistem peluru kendali dan juga senjata anti serangan udara. setelah tugas pertama tersebut selesai kemudian tugas kedua yaitu membuang semua amunisi yang dimiliki, jadi kapal benar benar dibuat lumpuh.
Setelah tugas kedua selesai, masing-masing kelompok menuju ke kapal lain yang mana masing-masing kelompok memiliki tiga target kapal. Setelah semua tugas selesai dilanjutkan dengan tugas ketiga yaitu berenang kembali ke Nemora Satu tapa membuat musuh merasa curiga.
Sebagai catatan, tidak ada komunikasi antara mereka dengan pusat. Komunikasi antar anggota hanya dengan menggunakan isyarat. Setelah sampai ke Nemora Satu dan seluruh pasukan telah berkumpul, salah satu dari mereka memakai topi berwarna putih yang telah diberikan sebelumnya sebagai tanda pasukan siap untuk dijemput.
Pukul 10.45 malam operasi selesai, seluruh pasukan telah kembali. Operasi yang memakan waktu 165 menit tersebut berhasil melucuti 18 kapal yaitu 12 kapal perang jelajah dan 6 kapal perang perusak, kemudian empat pesawat tanpa awak Heron milik TNI diterbangkan dari kapal induk Liaoning untuk menghancurkan 18 kapal tersebut, tanpa terdeteksi kapal target, pesawat meluncurkan rudal rudal yang dibondong.
Serangan UAV tersebut membuat pihak musuh menyiapkan segala senjata perlindungan udaranya untuk menembak jatuh. radar CIWS berhasil menangkap target, menunggu perintah tembak dari anda pak!, lapor seorang tentara yang bertugas di CWIS Local Control Panel kepada Komandan.
Tembak! kata sang Komandan tersebut, CIWS ditembakkan!. UAV masih berjalan menuju kita! aku perintahkan kau untuk menembak!. CIWS tak berfungsi pak, tiba tiba rudal menghantam anjungan. pak bagian depan kapal tertembak rudal kata seorang tentara yang bertugas di kemudi kapal, pak kapal oleng, sepertinya lambung kapal pecah! katanya lagi.
kenapa semua senjata tak berfungsi? Buat manuver menghindar!. pak, kapal telah disabotase, saya melihat senjata senjata kita telah dirusak, saya memeritahkan prajurit lain untuk menemukan bukti-bukti. Tetapi hasilnya nihil, mereka bekerja sangat bersih pak. Tak ada satupun senjata di kapal ini yang dapat digunakan, kapal lain juga tidak menembak karena mungkin juga menjadi korban sabotase ini, saya sarankan kita harus segera meninggalkan kapal! kata prajurit yang berpangkat kapten tersebut. Seluruh kapal yang terkena ledakan rudal tersebut langsung terbakar juga sebagian besar tenggelam dan para awak segera diperintahkan untuk meninggalkan kapal.
Keempat UAV tersebut kembali ke kapal induk untuk pengisian kembali rudal, setelah semua terisi pesawat kembali lepas landas untuk melakukan serangan berikutnya. Dalam waktu tiga jam, pesawat tanpa awak buatan Israel tersebut berhasil membuat ke-18 kapal perang musuh menjadi rongsokan, dan juga membuat adanya kekosongan wilayah.