Pekerjaan Baru
Beberapa hari berlalu. Citra dan Kirana masih tidak bekerja , sedangkan Istri Bang Imran berjuang mencari Suami baru di ajang We Got Love. Aku mulai mencari kerja. Hari itu, aku duduk di ruang tunggu sebuah kantor mewah , milik Pengusaha otomotif amatir bernama Suhendra Wirajaya. Atau lebih akrab Bung Hendra. Beliau hanya pengusaha kecil-kecilan yang menjual mobil-mobil impor dari Uni Eropa. Ada BMW , ada Mercy, VW , FIAT , Porsche , Opel , bahkan mobil mewah seperti Ferrari dan lamborghini, ya walaupun cuma satu dan itu pun keluaran lama.
Aku bertemu langsung dengan Bung Hendra, tentu saja setelah menunggu kurang lebih satu jam. Ia turut berduka atas apa yang terjadi di Bengkel Bang Imran dan kami berbicara sangat lama. Sama seperti Bang Imran, ia memulai usahanya dari nol, hanya saja , ia jauh lebih beruntung. Walaupun cuma punya dua bisnis, untungnya semuanya maju pesat. Selain otomotif, ia juga punya usaha spa premium. Spa yang jauh lebih mewah , dengan gadis-gadis yang kebanyakan adalah imigran. Spa itu sangat besar, bukan terletak di ruko seperti spa pada umumnya, namun menggunakan hotel resort yang tidak jadi buka karena bangkrut lebih awal.
Sayangnya setelah mengobrol panjang lebar, aku hanya mendapat pekerjaan sebagai satpam gudang. Dan lebih menarik lagi gudang itu entah bagaimana terletak di Jakarta. Memang ada satu gudang lagi di karawang namun aku justru ditugaskan di Jakarta. Yah aku pikir lebih baik daripada tidak bekerja sama sekali. Aku mulai bekerja esok harinya, dan akibatnya aku sering pulang dini hari, lalu harus kerja lagi mulai pukul tujuh pagi. Benar-benar tidak ada waktu untuk bahkan sekedar mengobrol dengan gadis-gadis di apartemen , apalagi membujuk mereka agar ML denganku. Gajinya pun sangat kecil. Mungkin hanya 2,5 juta. Kondisi itu terus kujalani sekitar satu bulan pertama . Dan demi menghemat uang , aku bahkan tidak pakai mobil, hanya naik MRT walaupun harus berjalan jauh untuk ke stasiunnya saja.
“ Koh Edi? Pulangnya malam terus ya sekarang.”
Pernah hari itu jam 1 pagi, aku tak sengaja bertemu Dian yang ternyata belum tidur dan asik bermain game dari laptop yang aku curi. Aku duduk di lantai bersama dan memberitahunya kalau sebenarnya aku pulang pukul sepuluh tapi perjalanan dari jakarta ke Meikarta , memakan waktu hampir sangat lama jika menggunakan MRT. Itu karena aku harus berjalan jauh ke stasiun MRT.
“ Jauh ya kak. Kakak capek? Mau aku pijit bentar? “ Dian ingin memijitku namun aku menolaknya secara halus.
“ Gak usah ah , udah malam , nanti kami kecapekan “
“ Mau Dian ambilkan air hangat? Atau kopi buat kokoh “
“ Boleh, tapi air dingin saja” Dian segera ke dapur dan memberiku air dingin. Kuminum air itu sampai habis karena aku memang haus.
“ Terima kasih ya Dian, gimana kalau kamu? Apa pekerjaan kamu melelahkan?” Tanyaku basa basi.
“ Tidak terlalu , kerjanya lumayan santai walaupun gajinya secukupnya. “ Aku yakin gaji itu akan terasa lebih entang karena selain bekerja dekat dengan apartemen, pekerjaannya pun jauh lebih entang daripada aku yang justru sering bekerja berat.
“ Kamu pernah punya pacar di Indonesia? “ Pipi Dian tiba-tiba memerah karena malu.
“ Punya pacar tidak pernah , tapi tamat SMU pernah menikah singkat tapi beberapa bulan cerai karena aku tak tahan dengan suamiku. “
Sama seperti gadis pada umumnya di Indonesia, Dian pernah menikah dan kehilangan keperawanannya. Namun ia bercerai karena mantan suaminya terlalu galak dan gemar meniduri istri orang lain. Beruntung bahkan sempat hamil namun sayangnya keguguran karena ulah suaminya.
Dian lalu menangis. Meski hanya bercerita singkat , tapi cerita itu benar-benar menusuk dan sangat menyedihkan. Kehilangan keturunan kita memang sangat berat. Tapi aku kagum dengan Dian karena setelah apa yang terjadi, ia tetap kuat . Ia sangat senang bisa bertemu teman-temannya sekarang karena ia merasa merekalah keluarganya. Namun temannya Anna tidak pernah menikah meskipun beberapa kali dijodohkan dan dilamar.
“ tidak apa-apa , saya juga pernah bercerai. Karena waktu itu saya belum sanggup memberi keturunan” Aku bergantian bercerita tentang kisah hidupku. Aku bercerita padanya kalau aku pernah memiliki segalanya, pernah punya istri setia, sampai akhirnya kami bercerai , hanya karena aku mengidap disfungsi ereksi. Namun Dian tiba-tiba saja terkekeh.
“ Disfungsi ereksi? Sorry , tapi dari tadi aku lirik, anunya udah tegak tuh kayak anunya kuda “ Aku ikut terkekeh dan kami pun tak sengaja berpelukan.
“ Untungnya, aku sudah menemukan jalan keluarnya” jawabku.
“ bagus dong , jadi kapan kamu menikah lagi? “ godanya genit
“ Yah, jikalau aku melamar kamu dengan cincin emas ? sudikah kamu menerima” Dian tertawa malu menutupi wajahnya. Wajahnya memerah dan ia tiba-tiba saja bersandar di bahuku.
“ Kamu lucu , tapi kamu mesum ..... tangannya jangan ngeraba paha aku terus ya “ Dian berbisik mengancan dan tiba-tiba jemarinya menepuk kuat biji pelirku.
“ Aw!!” Aku memekik keras dan ia tertawa terbahak-bahak.
“ masih berani pegang paha aku lagi? “ Aku menggeleng dan langsung terguling di karpet. Dian masih tertawa terbahak-bahak lalu kembali ke kamar tidurnya. Esok pagi pukul setengah 5
“ AHHH OHHHH AHHHH MMMHH “ “ plok plok plok plok “
Akhirnya setelah sebulan lebih tanpa ML , aku menggenjot Citra yang kebetulan mandi pagi karena ingin melamar kerja. Sebelum gadis lain bangun, aku menyempatkan diri menggenjot vagina merah Citra. Kebetulan ia pun ingin meminta uang 500 ribu untuk pegangan di jalan. Sambil menggendong kedua pahanya, kugenjot-genjot Citra yang menggantungkan kedua tangannya di leherku.
Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Tanpa penetrasi, pagi itu, aku langsung menggenjot menggendong , menusukkan penisku ke dalam vagina Citra , dan menggenjotnya dengan kecepatan penuh. Citra memekik-mekik keras. Nafsuku semakin menjadi-jadi karena sudah lama aku tidak merasakan vagina sehangat itu. Buah dadanya menempel dan bergesek-gesekan dengan dadaku. Saking hangatnya memek merah Citra, aku sampai-sampai lupa mencabut penisku sehingga air maniku tiba-tiba menyemprot deras di dalam vaginanya.
Kami bercumbu di kamar mandi itu , diguyur siraman air Shower yang membasuh tubuh kami. ML singkat itu hanya berlangsung sepuluh menit. Sekitar jam lima lewat sedikit , kami keluar dan rupanya Bella si gadis Thailand itu sudah menunggu di depan kamar mandi. Ia hanya mengacungkan kedua jempolnya kepadaku lalu segera masuk ke kamar mandi.
Aku dan Citra berangkat bersama-sama karena kami kebetulan sama-sama naik MRT . Hanya saja ia masih melamar kerja di sekitar Meikarta sedangkan aku keluar menuju Jakarta. Citra mencium bibirku sebelum naik ke keretanya , dan aku mulai merasa ada yang berbeda dari ciumannya. Aku tidak masalah asalkan itu artinya aku boleh minta jatah dengannya, gratis.
Sayangnya nikmatnya sex pagi hari itu hilang begitu saja saat aku bekerja di gudang. Saat itu aku heran mengapa ada banyak mobil mewah di gudang itu sedangkan aku yakin sekali mobil-mobil ini tidak ada di katalog showroom. Sebut saja mobil seperti ada mobil LaFerrari , ada lagi Porsche 918 , ada lagi Lamborghini Veneno , bahkan ada bugatti Veyron Super Sport. Melihat bugatti itu, aku teringat dengan Bugatti yang telah mengubah hidupku selamanya. Bugatti Chiron milik Putra , yang hanya ada satu di Indonesia. Aku termenung saat pihak gudang lagi-lagi memintaku untuk mendandani mobil itu. Aku sedekat ini dengan mobil mewah itu , namun aku bukan pemiliknya. Padahal dulu, aku bisa saja membelinya jika aku mau.
“ Apa maksudnya Rio menghilang ? Cuma dia yang bisa menyetir mobil-mobil ini?! Kamu tahu bisnis ini taruhannya nyawa?! “
Malam itu aku mendengar manager gudang membentak-bentak staff yang mengabari kalau salah satu sopir Bung Hendra , Rio , menghilang entah kemana. Selama ini aku memang tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di gudang itu karena aku merasa aku hanyalah satpam yang sesekali membantu mereka mendandani mobil-mobil itu.
“ Kan sudah saya bilang waktu gudang masih di Tangerang , kita udah pernah bawa mobil-mobilnya pakai Trailer. Tapi sejak kena grebek , mobil-mobil ini harus diantar langsung ke pelanggan , dan harus sampai hari itu juga , gak boleh terlambat satu menit saja karena resikonya tinggi!”
“ Gini Pak , Si Edi itu , dia bisa nyetir hypercar lho Pak.” Dan tak lama Pak Manager Gudang keluar lalu memanggilku.
Beliau memintaku untuk mengantar mobil itu hari itu juga dan aku harus sampai sekitar setengah jam lagi. Memang sih lokasi ketemuan tidak terlalu jauh, jadi aku setuju dan Pak Manager bilang aku boleh pulang setelahnya. Tak tahu apa yang sedang terjadi, kubawa mobil Porsche 918 itu tanpa dosa, ke rumah makan kecil yang tidak terlalu jauh dari komplek pergudangan kami. Aku sampai sepuluh menit kemudian, karena aku lewat jalan pintasan yang bisa memotong jalan jadi lebih singkat.
Namun ada yang salah dengan pelanggan yang akan mengambil mobil ini. Ia dijaga sangat ketat oleh dua orang berbadan tegap. Saat aku mendekatinya, salah satu dari ajudannya mendorongku kuat-kuat dan yang satu lagi langsung hampir mencabut pistolnya. Sambil menghisap cerutunya , ia menatapku tajam dan bertanya
“ Mana Rio? “ Aku sangat kesal karena aku paling tidak suka orang-orang arogan yang sok berkuasa. Aku menjawab
“ Gak tahu “ namun tidak seperti Tejo , ia tertawa. Istri mudanya juga tertawa. Ia pun keluar, memeriksa mobil itu cukup lama , dan tak lama ia mengetik sesuatu di hpnya. Mungkin pesan singkat atau semacamnya.
“ Salam untuk Bung Hendra , Semoga saja kamu betah dengan pekerjaan baru kamu “ Kuserahkan kunci mobil ke bapak misterius itu , dan dia langsung membawa Porsche itu pergi dengan istri mudanya. Ajudannya membawa mobil BMW X7 miliknya dan membuntutinya dari belakang. Aku langsung jalan kaki ke stasiun MRT , ya walaupun jaraknya lumayan jauh dari restoran ini.
Sungguh proses serah terima yang sangat misterius. Aku hampir saja ditinggal kereta karena berjalan terlalu jauh. Untungnya aku sempat naik kereta terakhir , tapi itu artinya tidak akan sampai di stasiun Meikarta karena sudah terlalu malam. Layanan MRT akhirnya berhenti di Cikarang dan aku harus menyewa Taxi yang sangat mahal.
“ udah berapa kali saya bilang , saya bukan orang yang kamu cari! Cepat pergi atau Saya lapor polisi!”
Di pinggir Meikarta Plaza, Tak sengaja aku bertemu Xiao xiao tengah beradu mulut dengan dua orang pria misterius berbadan tegap. Dari gaya berpakaian mereka , mungkin polisi atau lebih tepatnya Oknum polisi. Mereka berdua mengerubungi Xiao xiao di saat yang begitu sepi dan sudah lewat tengah malam. Salah seorang tiba-tiba menggengam tangan Xiao xiao kuat-kuat dan saat itu aku mengira ia akan mencelakakan Xiao xiao
“ Oh ya?! CUKUP! Saya sudah muak! Saya sudah ngomong baik-baik dan ini reaksi dari anda? Baiklah saya mulai muak! “ Ia ingin menyeret Xiao xiao tapi gadis itu tiba-tiba melepaskan genggamannya. Orang misterius itu hampir mencabut revolvernya, namun aku segera merebut revolver itu dari belakang celananya , lalu mendorong tubuhnya kuat-kuat. Kutodongkan revolver itu ke kepalanya dan teman yang satunya langsung menodongkan revolver ke kepalaku.
“ Anda tidak tahu berurusan dengan siapa. “ Ancamnya
“ Saya tidak keberatan masuk penjara lagi. Lagipula jalanan sepi dan tidak ada saksi, jikalau kalian mati , aku ragu ada yang peduli. Lepaskan gadis ini “ Jawabku. Jika mereka polisi sungguhan , mereka akan memanggil bantuan atau langsung menembakku tanpa bertanya. Namun perlahan mereka mundur dan kembali ke Montero ( Pajero ) mereka . Xiao xiao sempat menjeliti mobil mereka dengan nafas terengah-engah. Kusimpan revolver itu di belakang celanaku dan Xiao xiao tiba-tiba menoleh menjelitiku
“ Kenapa kamu tolong aku? “ tanyanya sinis.
“ bahkan polisi juga sering berbuat jahat di zaman seperti ini” jawabku santai. Xiao kemudian menunduk malu
“ Terima Kasih sudah menolongku. Tapi selanjutnya , biarlah aku mengurus urusanku sendiri “ jawab Xiao xiao.
“ Aku tidak bisa janji jika aku kebetulan di dekat kamu. Ayo kita pulang “
Aku tidak bertanya apa yang terjadi , siapa mereka , ada apa sebenarnya , karena aku tahu itu rahasia dan urusan pribadinya. Kami pulang dan Xiao xiao sempat membungkuk sebelum masuk kamarnya. Revolver itu aku simpan siapa tahu aku akan membutuhkannya. Aku sempat berpikir bagaimana kalau mereka polisi sungguhan namun tiba-tiba saja aku tertidur. Namun saat pukul setengah lima, tepat saat aku terbangun , aku sempat mendapat SMS dari Bung Hendra dan ia menyuruhku untuk menemuinya di spa pribadinya siang ini , dan untungnya lokasinya tidak jauh dari Apartemen ini.