Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Instant Action

Bunga Liar di Pinggir Jalan

“ Cinta yang indah.... kenapa kita harus berpisah.... “



“ Xiao! Xiao!! “



Dua kali mimpi buruk di malam yang sama. Aku tidak pernah seperti ini. Mia ikut terbangun saat aku berteriak. Ia melihatku bingung. Ia usap belakang kepalaku perlahan-lahan , berusaha menenangkanku . Sudah lebih dari 12 jam aku meningap di Pemandian ini , dan sepertinya aku harus pergi.



“ kamu mau cerita soal masalahmu?” aku menggelengkan kepalaku. Aku segera berdiri , lalu meraih handukku.



“ kamu udah mau pulang?” tanya Mia.



“ kurasa ya ... “



“ kapan kamu ke sini lagi?” aku menatapnya dan menjawab



“ kalau aku punya uang , mungkin aku akan ke sini lagi, menemui kamu “



“ begitu... “ Mia tampak kecewa. Ia kenakan kembali bikininya , lalu ia keluar sebentar untuk mengambil pakaianku. Tak lama , ia kembali dengan pakaianku , lalu membantuku mengenakan kembali pakaianku.



“ nah , sudah rapi , ganteng , persis seperti Raden-raden “ godanya



“ oh iya ... ini ....” tak lupa aku memberinya uang kerjanya.



“ eh ? Oh iya aku lupa “ ia ambil uang itu lalu ia masukkan ke dalam bikininya.



“ makasih ya “ aku mengangguk. Ia mengantarku ke resespsionis dan kami berpisah.



Aku keluar meninggalkan pemandian itu dan langsung menaiki kudaku. Hari masih pagi . Waktu itu matahari baru terbit. Dan setelah semua omong kosong itu , aku bingung ingin aku apakan masa mudaku yang kedua. Maksudku , petualangan macam apa yang aku cari.



Aku berkendara tanpa arah , melamun di atas kudaku. Remaja-remaja mulai berjalan kaki menuju sekolah mereka. Kebanyakan anak saudagar atau bangsawan. Luna pasti sangat pintar , karena ia bisa sekolah di sekolah rakyat, di kondisi ekonominya yang bisa dibilang , sangat kekurangan.



Ah , lagi-lagi aku memikirkan gadis itu. Aku pun ingat , kalau aku memberinya Iphoneku. Gadis itu memang terlalu manis dan terlalu lugu untuk menjadi seorang Pramuria. Lalu , aku pun berandai-andai , kiranya apa yang sedang ia lakukan saat ini.



Aku kembali ke kampung itu. Orang-orang kembali melototiku namun aku tak peduli. Aku berkuda di jalanan lumpur yang becek itu , lalu berhenti di rumah di mana bibi Luna berdiri di depannya.



Si Bibi rupanya masih sangat muda dan cantik. Mungkin kira-kira 30 memasuki 40. Bajunya kumal , wajahnya agak kotor, tapi dari bentuk wajah dan tatapannya masih sangat cantik.



“ ada apa ya den? “ tanyanya sopan. Karena bajuku baru dicuci di pemandian, jadi tentu saja penampilanku sangat rapi seperti raden-raden.



“ Lunanya ada Bu? “ Si Bibi langsung tersenyum cerah. Maklum , di zaman kerajaan , kalau ada pria yang bertamu ke rumah , bisa saja dia berniat mempersunting gadis di rumah itu.



“ Luna? Tadi dia berjalan ke warung untuk membeli nasi. Mungkin masih di sana “ ucap si bibi sopan.



“ saya ke sana dulu ya bibi. “ si bibi mengangguk.



Aku lalu turun dan mengaitkan kudaku di rumah Luna. Lalu aku berjalan ke warung yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Luna. Aku berdiri di luar warung itu , dan aku melihatnya. Hanya saja , Martin dan para bajingannya sedang mengganggu ketengannya. Luna tidak lagi mengenakan gaun dan jaket ala barat. Saat itu ia mengenakan daster , dan jaket musim dingin yang sudah kotor dan kusam



“ Lu kok sombong banget sih Lun sama gue .... senyum dikit boleh dong. Emang berapa sih harga senyum elo? “ Martin mengejek Luna karena ia tahu Luna seorang Pramuria di bogor.



“ Bacot ” Jawab Luna dingin . Martin tertawa lalu meludah di lantai



“ Masih songong lu ya? Sok jual mahal? Emang berapa harga diri elo? Gue beli!! Tapi kasih gua diskon boleh doooong!!!” Kesal, Luna berbalik membentaknya



“ Anjing kamu!! Emang susah ya ngomong sama Kacang Ijo miskin yang gak pernah sekolah!!” martin sangat marah saat Luna menghinanya Kacang Ijo karena kacang ijo adalah hinaan untuk militer gadungan Indonesia , yang mulanya dimulai oleh Penegak hukum Kerajaan. Saking marahnya Martin menampar Luna keras-keras sehingga Luna terjatuh



“ Aww!!” Dan tak sengaja Iphone Luna terjatuh



“ Telepon aku!!” Tapi Martin menginjak Iphone itu dengan kakinya



“ Lonte murahan! Isep Kontol Gue! Atau gue hancurin rongsokan ini!!” Geram aku langsung melangkah maju dan berteriak



“ Dor!! “ cukup satu tembakan ke udara dan semua orang menoleh kepadaku.



“ kontak! “ Martin dan komplotannya berbalik menghadapku, menodongkan senapan M4 tactical mereka



“ balik lagi ni bocah! Udah bosen hidup lu? “ gertaknya. Mereka berlima dan aku sendirian. Luna seketika ketakutan. Ia ambil Iphone itu , lalu ia peluk, dan ia menangis ketakutan sambil menatap kepadaku.



“ Saya rasa mungkin kamu yang bosan hidup ... “ sahutku dingin



“ Gitu ya? Yakin ? “



Martin lalu memberi isyarat kepada teman-temannya untuk tidak menembakkan senapan mereka. Ia memberi isyarat seolah hanya dialah yang berhak membunuhku. Kami saling bertatapan dan pertarungan antar koboi terjadi. Martin, termasuk penembak tercepat dan diyakini paling mematikan di seluruh bogor, dan pelempar pisau mematikan, melawan aku , Si peniru yang mengaku Edi Koboi. Secepat kilat ia lemparkan pisau belati itu dan



“ DOR!!” “ KYAAAAA!”



Luna menjerit begitu mendengar suara letupan. Semua itu terjadi dalam kedipan mata. Belati itu terpental begitu diterjang timah panas. Martin terbelalak seolah tak percaya dengan apa yang terjadi.



“ aku bisa saja membunuhmu , dan anak-anak ingusan ini , tapi aku masih mengkasihanimu , bocah sialan “



Tanpa sepatah kata pun kelima temannya mengangkat kedua tangan mereka dan melarikan diri. Martin , yang merasa harga dirinya terinjak-injak , masih diam membatu. Aku bisa saja menangkapnya tapi aku tidak melakukannya. Si bocah berbaju loreng itu masih terdiam



“ Luna... ayo “



Pelayan muda itu lalu menghapus air matanya dan berjalan menghampiriku. Kusimpan kembali remington itu ke sarungnya, lalu kugandeng tangannya. Kunaikkan dia ke atas kuda lalu kubawa ia pergi dari kampung itu sejenak.



“ Kenapa kau kembali? “ tanyanya lembut, ketika kami berjalan-jalan di jalan utama.



“ Cuma mampir saja. “ sahutku.



“ Terima kasih... tapi... kita mau kemana? “



“ bagaimana kalau melihat-lihat kebun teh "



Kuajak dia ke tepi kebun teh dan melihat-lihat pemandangan. Ia masih terguncang karena kejadian itu. Kubelikan dia teh hangat , dari kedai kaki lima tempat para pekerja dan pengendara kuda duduk untuk bersantai.



“ Ini minum dulu teh nya .... “ ia ambil teh itu dan menjawab



“ makasih ya ... tapi kamu gak perlu baik gini kok sama aku. “ Jawabnya jutek. Aku tertawa geli.



“ kenapa ada yang lucu? “ tanyanya dengan nada jutek. Kuacak-acak rambutnya dan menjawab



“ kamu lucu ”



“ Kamu menyebalkan “ Sahutnya dingin.



Ia rapikan rambutnya lalu Ia minum teh itu , sambil menghangatkan kedua tangannya. Itulah kata-kata yang ia ucapkan selama kencan kami yang pertama itu. Aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan di masa mudaku ini , namun sepertinya aku akan sering-sering menemui gadis ini. Ia keluarkan Iphone pemberianku itu , dan menulis sesuatu di aplikasi memo. Kurasa dengan bantuan siri, ia sudah agak mengerti cara menggunakannya. Gambar depan dan layar kuncinya pun sudah ia ubah dengan foto selfienya. Foto selifie yang kaku tapi lucu.



“ Aku mau pulang “ ucapnya dingin.



“ boleh , aku antar ya ? “ godaku genit.



“ terserah “



Kubantu ia naik kembali ke atas kuda, lalu kuantar dia pulang ke rumahnya. Ia sudah tidak menagis lagi. Tapi ia masih sedikit malu-malu. Kami berkuda saat matahari mulai terbenam , dan tiba kurang lebih saat menjelang Isa. Kubantu ia turun dari kuda dan sebelum masuk ke rumahnya , ia sempat mengucapkan



“ terima kasih ya , tapi aku rasa... aku rasa kamu gak perlu kembali ke sini lagi. Dan teleponnya .. “ Luna hampir ingin mengembalikan Iphone itu kepadaku namun aku langsung menjawab



“ Tidak ... ambil saja... dan aku akan datang besok dan besoknya lagi, untuk menganggumu “ tanpa mengucapkan apa pun , ia langsung berbalik dan masuk ke rumah bibinya. Dan kurasa , seperti itulah kencan pertamaku di masa mudaku. Rupanya bukan dengan Bona , gadis Rusia yang mirip dengan istriku, tapi Luna Tan , si Pelayan muda yang kadang jutek kadang juga lucu.
 
Cinta dan Masa Lalu



Aku kembali berkemah di hutan malam itu. Hanya beralas kantong tidur dengan pohon rindang dan pemandangan langit malam sebagai atapnya. Api unggun menghangatkan tubuh dari hawa dingin. Hanya dengan semua itu , aku tidur mengakhiri hari yang cukup menyenangkan itu. Namun ketika aku tertidur , lagi-lagi aku mimpi buruk







Aku terbangun ketika aku mendengar suara ringkikan kuda. Aku bangkit dari kantung tidurku, dan memastikan kalau kudaku baik-baik saja. Kuda itu masih pada tempatnya. Namun tiba-tiba aku mendengar suara langkah kuda yang lain, dan ketika menoleh, aku melihat kuda hitam milikku yang biasa aku tunggangi sebelum aku kembali muda.







“ RICHARD!! Cuit! Cuit!” aku bersiul memanggil kudaku Richard. Kuda itu lalu mendekat. Aku senang bisa kembali reuni dengannya. Kuda Arab berwarna hitam yang larinya jauh lebih kencang dan lebih jauh dari kuda keturunan eropa yang kucuri ini. Kutepuk lalu kuelus pelan kudaku itu, melepas rindu setelah lama tidak bertemu.







“ kuda itu , dia tidak menurut kepada semua orang “ Dan tiba-tiba Bona muncul. Dengan pakaian yang persis sama dengan yang dikenakan Xiao ketika musim dingin. Celana jeans , kaos gucci dan mantel berwarna hitam dengan rambut terurai. Dan tentu saja sarung pistol di pinggang sebelah kanan dengan revolve taurus 82 di dalamnya







“ Siapa sebenarnya kamu? “ tanyanya bingung







“ kamu mirip dengannya .... mirip sekali “ ucapnya. Lalu dia duduk di depan bekas api unggun yang sudah mati. Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya duduk di seberangnya, lalu mengeluarkan roti dari tas kudaku.







“ Mau roti? “ ia lalu mengambil dan memakan roti itu.







“ Bahkan selera roti kalian juga sama. Katakan.... apa kau cucu kakek yang selama ini beliau rahasiakan? “ ia menatapku tajam. Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku







“ Kemana kakek pergi? “ aku menjawab







“ kurasa aku tidak tahu .... “







“ jadi benar kau cucu kakek .... walau di catatan itu , ia tidak pernah punya anak. “ ia lalu memakan roti itu sampai habis.







“ mungkin .... mungkin kau hanya merindukannya . “ sahutku. Ia tersenyum dengan manisnya.







“ beliau seperti Ayahku sendiri.... sudah pasti aku mengkhawatirkan beliau “ Dan ia pun kembali berdiri.







“ Kau boleh ambil kuda itu ... “ ucapnya sebelum beranjak pergi.







“ Bona Tunggu .... “ Lalu ia berhenti dan kembali berbalik menatapku







“ Bahkan kau tahu namaku .... jangan khawatir, mobilku terparkir tak jauh dari sini. “ Lalu ia berjalan pergi. Entah kenapa aku hanya diam. Aku tidak memanggilnya , aku tidak mengejarnya, aku hanya membiarkan ia berjalan pergi. Kupindahkan pelana kuda itu ke punggung Richard, lalu aku berkendara kembali ke jalan utama.







Aku melihat mobil Innova Bona turun menuju kota bogor. Sekarang aku seperti tidak ingin ia tahu kalau aku adalah Ayah angkatnya. Aku dapat kesedihan di tatap matanya. Aku seperti dapat melihat , isi pikirannya , kini penuh dengan tanda tanya. Seolah ia bertanya-tanya , siapa pria itu? Kenapa wajahnya mirip kakek? Kenapa Richard dan anjing itu mirip dengannya? Padahal aku tahu, Kakek tidak pernah punya cucu. Ia mungkin akhirnya menduga kalau aku adalah Kakek yang kembali muda, namun ia tahu itu terlalu mustahil . Dan ditengah lamunan itu , mobil Bona akhirnya menghilang dan tak terlihat lagi.







Jalanan seketika sepi. Semua orang tiba-tiba saja enggan keluar ke jalan. Aku melihat dua penegak hukum yang pernah menyapaku , bersembunyi di dalam pos keamanan. Aku terheran-heran. Biasanya jalan ini penuh dengan pejalan kaki atau pun penunggang kuda . Namun tak seperti biasanya, semua orang seperti ketakutan.







“ Edi koboi “ dan aku kembali mendengar suara itu, Martin ABRI si tentara gadungan. Aku menoleh kebelakang dan ia sudah dibelakangku , dengan seragam loreng dan baret merahnya.







“ Astaga! Itu dia Martin ABRI!!” “ Dia yang sering merampok kereta api itu kan ? “







Kali ini tidak seperti sebelumnya. Ia kini naik motor yang sepertinya peninggalan Dinas TNI , dan kali ini mereka semua menggunakan seragam tempur, meski bukan seragam tempur peninggalan TNI. Mereka menggunakan seragam Loreng NATO lengkap dengan segala perlengkapan seperti helm dan rompi keVlar. Mereka menggunakan M4 tactical, dengan revolver Taurus 82. Double action dan meskipun kalibernya lebih kecil, tentu saja lebih berbahaya dari pada remington buatan kerajaan, karena lebih orisinil. Dan ada satu orang yang menggunakan shotgun pompa, sepertinya rampasan dari Penegak hukum. Dua dari lima anak buahnya kini menyandera Bibi dan teman baik Luna, Mia Wong. Sedikit saja kesalahan , kepala mereka dan kepalaku sendiri bisa meletus.







“ Ada apa ini? Mana Luna? Apa maumu? “ martin lantas tertawa.







“ Ah iya Luna , dia tidak di rumah tapi aku akan menemukannya. Tidak , akan kutembak dia di tempat. “ Lima lawan satu , dan sebenarnya dua penegak hukum penakut itu bisa menolongku. Tapi mereka adalah perampok profesional yan sering merampok kereta . Mungkin itu sebabnya mereka takut.







“ habisi bocah ini “ seolah tau ia mungkin akan terbunuh dari adu tembak itu , Martin membalikkan motornya dan memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk menembakku ditembat.







“ DOR!! DOR!! DOR! DOR !DOR! “ Aku menembak ke lima anak buahnya tepat di kepala merela. Mia dan Bibinya Luna langsung melarikan diri. Dan ketika aku ingin menembak Martin







“ Jeledar!!” Seseorang menembakku dari kejauhan.







“ARRRGHH!!!” aku tertembak di bagian dada sebelah kanan. Mereka menembak sekali lagi namun tembakan kedua meleset. Rupanya ada dua anak buah Martin yang menggunakan senapan kar98k, menunggu di belakang dan sudah bersiaga menembakku. Mereka lalu maju sementara Martin membuang M4nya lalu melarikan diri dengan motornya seperti seorang pengecut. Kuacungkan senjataku pada mereka dan







“ DOR!! DOR!!” kubunuh mereka di tempat.







“ HIYA!!” kupacu kudaku dan langsung mengejar Martin yang berencana membunuh Luna. Ia naik motor dan aku naik kuda. Motornya bisa berlari mencapai 100 km sementara kudaku mustahil bisa secepat itu. Aku memotong Jalan untuk mengejarnya.







“ DOR!! DOR!! “







Dia beberapa kali menembakku dengan revolvernya namun meleset. Motor itu melesat kencang dan sampai lebih dahulu di kampung. Dari kejauhan aku melihat Luna , berdiri di tengah jalan sempit dan diam tercengang sementara Martin mengacungkan senjatanya pada dia. Aku acungkan senjataku dan siap menembaknya. Lalu dari salah satu rumah kayu itu, Bona keluar dengan santainya. Lalu sekejap mata







“ DOR!!”







Motor itu terjatuh dan Martin seketika terhempas. Bona menembaknya tepat di kepala, dengan senjata kesayanganku, revolver Schofield tua itu. Ia lalu menatapku dingin dan berjalan pergi. Ia tidak naik mobil itu , ia mungkin berjalan kaki ke kampung itu dan entah bagaimana ia tahu Martin akan ke sana. Ia merogoh emas batangan dari saku Martin , lalu melemparnya kepadaku.







“ aku yang membayar mereka untuk membunuhmu. Aku kira kau membunuh kakekku , tapi aku rasa aku salah. Anggap saja , tembakan itu , permintaan maaf bagiku “ Lalu dengan santainya , Bona berjalan pergi meninggalkanku. Luna masih membatu. Tak kuduga , orang suruhan Bona nyaris membunuh aku dan orang tak berdosa di sekitarku. Luna tak kalah terkejut. Seseorang hampir membunuhnya tepat di depan matanya. Aku turun dari kuda dan menghampirinya. Lalu ia terduduk dan menangis sejadi-jadinya.







Penegak hukum Kerajaan hanya datang untuk membersihkan mayat mereka. Aku diberi uang 500 ribu karena mereka mengira aku menghabisi Martin ABRI dan komplotannya. Mereka menyita seluruh senjata , M4, kar98k, serta Shotgun mereka. Luna agak tenang setelah kembali ke rumahnya. Ia memeluk Bibinya dan akhirnya mereka berdamai. Mia juga memeluk Luna dan tak lupa meminta maaf pada Bibinya jika ia membuat hidup Luna semakin rumit. Yah , karena Mia lah yang pertama kali mengajak Luna untuk terjun ke dunia perlendiran.







Malam itu , mereka mengajakku menginap di gubuk kayu mereka. Aku menerima dan mereka menghidangkan sepotong roti sebagai tanpa terima kasih mereka. Luna masih tidak mengucapkan satu patah kata pun , namun malam itu , ia menghidangkan kopi untukku. Malam itu ia duduk di sampingku dan kami menyantap roti bersama-sama . Malam itu aku tidur di kamar Bibi luna , sementara Luna tidur berdua dengan bibinya.







“ saya permisi dulu , Bibi ... Luna .... Mia.... “







Aku membungkukkan badanku dan pamit pergi setelah semalam menginap. Luna masih diam tanpa kata. Aku sempat ingin memberikan emas itu pada Bibi Luna , tapi diluar dugaan , walaupun sempat terkejut, si Bibi menolaknya. Luna seperti tidak ingin berbicara denganku lagi. Jadi pagi itu , aku pamit pergi , dan aku berniat untuk pindah dari Bogor , memulai petualanganku yang sebenarnya.







“ Kamu selalu diterima disini .... “ Ucap Si Bibi sebelum aku pergi.







“ Jaga diri baik-baik, musim dingin sebentar lagi ... “ Mia juga mengucapkan kata perpisahan. Hanya Luna yang masih memilih diam. Aku naik dari kudaku dan berkendara pergi dari kampung itu.







“ EDI!!!!!”







Ketika aku sudah cukup jauh, aku melihat Luna berlari menghampiriku. Wajahnya memerah dan air matanya berlinang-linang. Ia berlari sekencang-kencangnya sambil menenteng sebuah jaket bulu tua.







“ Luna? “ aku lekas turun dari kudaku. Sambil terengah-engah dan menangis tersedu-sedu , ia berkata kepadaku







“ Kau sudah memberiku telepon itu , dan aku menyukainya. Jika kau sudi, terimalah Jaket ini, jaket milik Ayahku dahulu . Kau tahu... sebentar lagi musim dingin , dan kau mungkin butuh jaket musim dingin. “







“Luna ..... “







Aku menarik tangannya dan langsung kucumbu bibirnya dengan gemas. Ia semulanya terkejut namun ia pun menutup matanya dan membalas ciumanku. Aku memeluknya dan ia memelukku. Ciuman yang hangat , di tengah hawa dingin yang mulai turun. Kupeluk ia erat, meluapkan apa yang kurasakan saat itu. Saat itulah aku sadar, kalau musim semi , telah kembali setelah sekian lama menghilang dari hidupku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd