Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Janji di antara Puing (Remake)

Wah... maaf beribu maaf ane haturin ke agan dan suhu.
ane masih di lapangan hu. masih ada kerjaan yang masih belum kelar di RL.
Mohon dimaklumi. Ditempat ane sekarang mesti ke naek kendaraan 10 kilo baru bisa dapet sinyal.
Besok pagi ane baru pulang dan secepatnya ane upload ceritanya.
Mohon bersabar agan dan suhu sekalian.
Terima kasih banyak untuk pengertiannya.
:ampun:
 
:mantap: suhu ceritanya bikin tegang + konak :D
ditunggu kelanjutanya :semangat:
 
c214dd528237505.jpg


CHAPTER IV - WITHER AND HOPE

(Part Two)

January 3, at 10.00pm. Martapura (House of Dini Uncle’s)

“Sebenarnya, ada hal janggal dalam pikiran paman Ram.” Ucap Paman.

“Janggal? Janggal bagaimana Paman?” Aku menjawab lalu menyuruput kopi yang disuguhkan Dini sebelumnya.

“Paman rasa, ada seseorang yang berusaha menyingkirkan setiap kandidat akan menjadi kepala kades di Desa ini. Sebelumnya ada 5 calon yang akan maju, ada Raden, Hasan, Joko, Muhardi dan Santi. Raden dan Muhardi sampai saat ini kami tidak tahu keberadaannya. Bahkan pihak polisipun kelihangan jejak.”

“Hm… paman bisa ceritakan tentang lima orang tersebut.”

“Kamu tertarik dengan kejadian ini ya Ram?”

“Sepertinya, aku juga penasaran paman.”

“Baiklah kalau begitu. Kita mulai dengan Raden, Raden orangnya sangat ambisius, playboy dan juga kaya di desa ini. Kalau si Hasan dia seorang lulusan universitas islam negeri di kota, dia sendiri baru kembali ke desa ini 2 tahun yang lalu. Lanjut ke Joko. Joko orangnya gak neko-neko. Dia seorang peternak ikan yang sukses dan seorang Nasrani yang taat. Kemudian Muhardi. Muhardi sendiri seorang politisi dari salah satu partai politik yang cukup besar di negeri kita. Paman sendiri kadang ‘ngeri’ dengan Muhardi, orangnya sangat ngotot dan terkadang menghalalkan segala cara. Dan terakhir yang adalah Santi. Santi ini seorang kembang desa.” Paman memanggilku untuk mendekat dan membisikanku. “Dada dan bokongnya montok, kenyel, putih pokoknya semoks mana sering pake pakaian ketat lagi. Beh, mantep banget dah! Kalau aja paman masih muda nih, dan belum menikah dengan bibi. Mungkin dia dah jadi istri paman. Hahahaha” Paman tertawa geli sedangkan aku hanya tersenyum canggung.

Selain menjelaskan tersebut. Aku menanyai paman hal lebih lanjut mengenai mereka. Mulai dari tentang aktivitas hingga kejanggalan yang paman beritahukan sebelumnya.

“Padahal, niatku kemari hanya ingin meminta restu. Tapi biarlah, mungkin dengan cara ini aku bisa memperoleh restu dari paman.”

Sebelum aku tidur, paman memintaku besok untuk berkeliling desa mengajak Dini sembari mencari tahu keadaan desa terutama orang-orang yang menjadi kandidat kepala desa. Ada sesuatu yang menarik dari cerita paman. Kedua calon yang meninggal adalah orang yang mata keranjang dan sama-sama mengincar Santi. Tidak menutup kemungkinan ada orang yang diam-diam suka dengan Santi dan membunuh mereka dengan cara tertentu agar tidak ada saingan dalam mendekati Santi.

January 4, at 05.00am. Martapura (House of Dini Uncle’s)

“Kamu sudah bangun Ram.” Seorang jelita menghampiriku sembari membawakanku secangkir kopi.

“Iya Din, baru 5 menit yang lalu. Makasih cantik untuk kopinya.” Aku memuji Dini lalu menyeruput kopi yang dibuat Dini.

“Ye… pagi-pagi udah ngegombal aja. Kamu semalam tidur jam berapa? Keliatannya asik bener ngobrol sama paman.”

“hm… jam 11an kayakanya. Iya dong, kan calon mantu harus bisa akrab. Hahaha.”

“Iya juga ya. Yaudah kita jalan pagi yuk. Mumpung kita lagi di pedesaan. Udaranya bersih beda kayak di kota.”

“Nah kebetulan, aku juga pengen ngajak kamu jalan Din. Kata paman semalam sih. Kalau pagi-pagi kayak gini suasana di pinggir sungai sangat cocok.”

“Pinggir sungai ya. Boleh deh. Tunggu benter, aku mau pamitan sama bibi trus ambil sweaterku dulu.”

“Oke deh, aku tunggu di pondokan paman ya.”


Aku beranjak menuju pondokan yang berada di rumah paman sambil menikmati secangkir kopi. Ku pandangi daerah sekeliling rumah paman. Ku dapati orang-orang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Ada rombongan bapak-bapak dan ibu-ibu yang baru pulang dari musolah dan juga sebagian masyarakat yang hendak pergi ke sawah dan banyak lagi.

“Mungkin setelah menikah nanti aku mulai membenahi diri lagi. God, Forgive me.”

“Ayo Ram, kita berangkat.” Ajak Dini yang sudah siap dengan sweaternya dan bekal sarapan.

Dini menggandeng tangan kiriku. Kami berjalan menyusuri jalanan desa dan menikmati udara pagi bersih yang jarang kami temui jika berada di kota. Kami bercanda dan saling mengejek hingga menjadi pusat perhatian orang-orang. Tak ayal, kamipun memperkenalkan diri sebagai keponakan pak sofyan. Mereka langsung mengerti karena memang sebelumnya paman sudah memberi tahu warga kalau kami akan datang. Warga disini memang terlihat berhati-hati semenjak kejadian hilangnya 2 orang tersebut. Akan tetapi, begitu mereka tahu siapa kami. Mereka menunjukkan kehangatan mereka dalam bercengkrama.

Hutan bambu. Tanpa terasa perjalanan kami sudah berada di pinggir sungai yang di kelilingi hutan bambu. Kami mendekati sebuah tempat yang mirip dengan saung yang berada ditepian sungai. Tempatnya seperti bukit, tingginya mungkin sekitar 8 meter dari permukaan sungai. Disisi barat terdapat jerambah (jembatan gantung) tempat biasa warga desa Kelingi menyebrang menuju kebun mereka. Kuraih tangan Dini lalu kami berselfi berlatarkan hutan di sisi lain sungai dan jerambah. Setelah beberapa foto kami ambil. Kami tanpa sadar saling menatap dan berciuman. Cukup lama kami terhanyut dan akhirnya kami pun sadar dan saling tersipu.

Kami membersihkan tempat tersebut lalu bersantai. Dini mempersiapkan bekal yang dibawanya dari rumah paman. Aku duduk bersebelahan dengan Dini dan kami pun memakan bekal yang Dini bawa. Kami saling memperhatikan satu sama lain. Terkadang juga saling menyuapi dan mengerjai. Ditempat ini juga aku menceritakan apa yang aku dengar dari paman. Sekaligus, permintaan paman untuk mencari tahu tentang kedua orang yang hilang. Memang paman memintaku dengan sukarela. Akan tetapi, ini seperti ujian agar bisa mendapat restu darinya. Dini awalnya nampak serius lalu tertawa terbahak-bahak. Dini mengatakan padaku bahwa paman memang seperti itu orangnya. Rasa ingin tahunya sangat tinggi. Mendiang ayahnya Dini sering kerepotan menghadapi sifat adiknya yang seperti itu. Terlebih lagi, paman sendiri sudah memberikan restu kepada kami sebelum kami datang mengunjunginya. Paman juga yakin denganku dan juga keluargaku yang mau menerima Dini apa adanya.

“Kalau memang benar seperti itu. Aku jadi tambah semangat untuk mencari tahu.” Ucapku dengan senyum nakal.

“Sebaiknya jangan Ram, aku takut bakal jadi bahaya.” Ucap Dini Ragu.

“Iya Din aku tau. Walaupun sedikit aku mau bantu paman.” Aku memegang tangan dini dan melihat aliran sungai Martapura yang tenang.

“Baiklah, apapun keputusanmu. Aku dukung itu Ram.” Jawab Dini lalu mengecup bibirku.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Janji Diantara Puing~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~​


Jam 7 pagi. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah paman. Di perjalanan kami memilih jalan memutar mengikuti aliran sungai. Diperjalanan kami hanya bergandeng tangan tanpa bicara. Sampai pada tepian sungai yang rendah, kami menjumpai sekelompok masyarakat sedang mandi dan mencuci pakaian. Di tepian sungai sendiri airnya termasuk dangkal. Mungkin sekitar 30 cm dan semakin ke bagian tengah semakin dalam. Kebanyakan dari mereka adalah remaja putri yang baru beranjak dewasa dan ibu-ibu usia 40 tahunan. Para gadis-gadis remaja tersebut nampak biasa saja mandi dengan menggunakan kain gantung maupun daster dan juga tank top. Karena jarak kami hanya 2 meter dari tepian sungai, akupun bisa melihat jelas bentuk tubuh mereka yang putih bersih dengan tonjolan putih padat yang baru berkembang dibagian dada mereka. Walau terserit aku juga bisa melihat urat-urat halus dipayudara mereka. Aku juga dalam melihat samar bentuk puting payudara yang ‘nyeplak’ dibalik tank top yang dipakai gadis desa tersebut.

Awalnya Dini tidak mengetahui kalau aku sedang memperhatikan dada mereka. Sampai salah satu wanita yang menggodaku.

“hayo, si kakak baru pertama liat kami mandi ya? Kalau orang sini mah, udah biasa kak. Ayo sini ikutan. Gak papa kok. Udah biasa laki sama perempuan mandi bareng disini.”

“Rama…” Dini terseyum dengan mata tertutup padaku lalu membuka matanya dan menatapku dengan tajam. “Kamu liat apa tadi?”

“hehehehe…. Anu…”

“Apa liat anu? Anu cewek-cewek itu ya?”

“Eh… iya… enggak.. enggak… bukan anu yang itu… tapi…”

Dini menginjak kakiku lalu tersenyum ramah kepada mereka. “Maaf ya semua, kami baru sampe ke sini kemarin sore. Perkenalkan saya Dini keponakan pak Sofyan dan ini tunangan saya Rama.”

“Iya mbak. Gak papa, memang udah biasa kok disini kalau mandi bareng. Kan rame-rame juga. Kalau ketahuan mesum langsung kita giring ke balai desa untuk di hukum.” Ucap salah satu wanita remaja yang sedang mandi.

“Iya nanti, lain kali kami ikutan. Kami pamit dulu mau ke rumah paman.” Jawab Dini

“Iya mbak. Hati-hati.”

“Ayo Ram, kita pulang.” Dini menarik tanganku dan beranjak meninggalkan pemandangan indah yang amat sangant langka yang pernah ku temui.

Di perjalanan kami bertemu dengan pak Jul dan seorang pria seumuran denganku. Pak Jul mengenalkan pria tersebut kepada kami. Namanya Jaka, orang kepercayaan paman yang sehari-hari mengurus perkebunan karet milik paman. Orangnya ramah dan terkesan tertutup. Namun Pak Jul berkata bahwa Jaka orangnya sangat telaten dan rajin dalam bekerja. Sembari bercanda, Pak Jul juga mengatakan bahwa Jaka sedangn naksir dengan Sinta kandidat kepala desa yang ternyata masih seumuran dengan Dini.

To be continued…. Tomorrow night…
 
wih izin baca dl ya hu .
komennya menyusul

fiuh komen dl ah
neng dini itu si rama mata ny jelayatan hrap d maklumi sj ya
:pandaketawa:



eniweii jd gg sbar nh nunggu updatean.
konflik dh mau mlai nh kyk.
:pandajahat:
 
Terakhir diubah:
gak sabar pengen sampe adegan lagi perangnya nih walaupun tegang tapi berharap rama dan dini bisa berakhir bahagia :beer:
 
Kembang desa seumuran dini jadi nyalon kades? Mencurigakannn
 
wah syarat yang berat nih dari pak sofyan, ada konflik penculikan dan pembunuhan nih. apa setimpal untuk dapat dini... ditunggu lanjutan
 
Kayaknya muhardi ini berkolaborasi sama santi..
Sangat² perlu di waspadai tuch 2 orang..
Hati² rama, jaga dini baik²..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd