Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Janjiku Kepada Ira

Bimabet
UPDATE (PART 5) maaf agan-agan, ane update hari ini cukup sampe sini ya..ane ngantuk...besok ane update lagi. Janji :Peace:

Di rumah Tama...

"Hoi! Sori telat!" ,kataku kepada teman-teman se geng ku. Mereka sedang duduk diteras.

Aku membuka pagar dan masuk ke halaman rumah Tama

"Aaah ga asik ah! Pacaran mulu!" ,ejek Setyo

"Pacaran your head! Punya juga belom" ,bantahku sambil tertawa

"Udah udah...gini loh, mobil ayahku nganggur nih. Besok kita libur 1 minggu. Mau main kemana?" ,jelas Tama

"Kepantai yuuk!" ,usul Rangga dengan senyum lebar

"Pantai? Bosen cuy...yang lain coba..." ,tolak Setyo

"Gimana kalo kita ke gunung gitu?" usulku

"Yaaa! Boleh! Tapi mau kemana?" jawab Tama semangat

"Ada tempat yang bagus sii...telaga di dataran tinggi, ada camping groundnya juga." ucapku sambil menyebutkan nama suatu daerah

"Hmm....bagus juga...kapan nih kita berangkat?" tanya Tama lagi

"Mobilmu kosong mulai kapan? Siapa yang mau nyetir?" interupsi Setyo

"Sore ini udah kosong. Nyetir? Rangga aja gimana?" jawab Tama

"Okeh!" Rangga menyahut

"Bawa anak-anak cewek ga nih?" tanyaku penuh harap

Semuanya hanya memandangku dengan menyunggingkan senyum mesum. Aku sudah tahu jawaban mereka.

Maka esok paginya kami dengan pasangan masing-masing kumpul dirumah Tama. Seakan-akan surga mengijinkan, orang tua Tama pergi keluar kota bersama teman-teman kantor mereka, jadi tidak akan ada yang menanyai kami kenapa membawa cewek-cewek.

Aku dengan Ira, Rangga dengan Angel, Setyo dengan Dian, dan Tama dengan Luna.
Sayangnya mobil penuh, sehingga Ade dan Feby memutuskan untuk tidak ikut.

"Heh! Katanya bawa cewek sendiri. Kok malah ngajak Ira sih?" semprot Rangga ketika aku dan Ira datang.

"Hayoo...kalian jadian kapan hah?" goda Setyo sambil meraih tangan Dian

Aku dan Ira hanya tersenyum. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Uuuuff....panas ya? Ohya, anak cewek yang lain pada dimana?" tanya Ira sambil mengibaskan tangan karena kepanasan

"Noh di dalem...lagi pada ngadem" sahut Tama tanpa memalingkan wajah. Ia sibuk mengecek mesin mobil bersama Rangga

"Aku ganti baju dulu yah Rif? Panas nih..." tanya Ira kepadaku. Aku hanya mengangguk.

Ira mengambil tas yang ada di motorku kemudian berlari kecil masuk ke rumah Tama.
Tak lama kemudian terdengar anak-anak cewek pada cekikikan. Tak tau apa yang mereka bicarakan.

Beberapa lama kemudian...

"Oii...mobil dah siap nih...girls, ayo berangkat!" Rangga berteriak dengan semangat.

"Tam, aku titip motor ya? Kumasukin garasi ya?" seruku kepada Tama diiringi anggukan kepalanya.

Setelah aku keluar garasi, kulihat semua anak-anak sudah naik mobil semua kecuali Ira. Dia berdiri di depan pintu, menungguku. Rupanya dia telah mengganti pakaian, sekarang dia mengenakan kaos santai dan ... ... what the hell?! Dia memakai rok mini!
Uuh...adikku menggeliat dari tidurnya merasa terganggu dengan pemandangan dihadapanku. Begitu aku berjalan disebelahnya, Ira menggamit lenganku. Dadanya yang kenyal bersentuhan dengan lengan kananku. Adikku sudah setengah sadar...

"Hoi! Cepetan!!" Setyo berseru tidak sabar

Aku dan Ira pun naik ke mobil. Kami duduk dengan pasangan masing-masing.
Angel duduk disebelah Rangga yang sedang mengemudi, Tama dan Luna duduk dibelakang bersama Setyo dan Dian. Sementara mereka membiarkanku berdua dengan Ira di kursi tengah. Mobilpun melaju dengan mulus.

Tama dan Setyo sibuk dengan cewek mereka masing-masing. Rangga menyetir sambil bercakap-cakap dengan Angel. Aku yang duduk disebelah kiri Ira, memilih membaringkan kepalaku di pahanya yang putih mulus.

"Hei..." aku memanggil Ira.

Dia menoleh kearahku. Kutatap matanya yang teduh dan akupun tersenyum. Ira membalas senyumanku, kemudian ia mengelus pipiku. Aaah...aku sangat bahagia. Sejenak, kata-kata gombal yang dilontarkan Tama kepada Luna, suara khas kuli pelabuhan Setyo, dan obrolan tak jelas Rangga dengan Angel mendadak hilang.

Kesunyian ini bertahan hingga Setyo berteriak menawarkan makanan ringan kepada kami. Aku dan Ira sama sama menggeleng.

Aku kembali tiduran dengan menghadap ke arah Ira. Kuberanikan diri mengangkat rok mininya sedikit, mencoba mengintip kedalam roknya.

"Sssstt!!" Ira menghardik dengan risih sambil menyingkirkan tanganku.

Aku tersenyum salah tingkah. Namun Ira juga tersenyum melihat tingkahku.
Sepertinya adikku benar-benar mengamuk, menggedor-gedor hingga celana jeans yang kukenakan menonjol. Sesak sekali. Spontan aku menekuk lutut dengan cepat. Ira yang kaget menoleh, dan ketika melihat tonjolan di celanaku, senyumnya menjadi canggung.

Tiba-tiba....

"Aaaahh....ssshhh.....aaaahhh...." ada suara desahan dari belakang

Otomatis aku melonjak terduduk, aku dan Ira sama-sama menoleh kebelakang.
Kami berdua terhenyak, pemandangan yang kami lihat benar-benar tak dapat dipercaya.

Dian sedang dipangku oleh Setyo, sementara tangan Setyo masuk kedalam kaosnya dan meremas-remas payudaranya.

Tama sedang sibuk menciumi leher Luna, diiringi desahan-desahan dari kedua pasangan.

Aku dan Ira kembali menoleh kedepan dengan melotot, tak percaya apa yang baru saja kami lihat. Kutatap Ira, dibibirku tersungging senyum nakal. Ia mengerti maksudku.
Segera saja kuangkat kedua kakinya, kemudian aku melepas celana dalamnya. Kali ini Ira tidak melawan. Dengan gerakan tiba-tiba, kusapukan lidahku di vaginanya, kujilat dan kuhisap klitorisnya. Tubuhnya menegang.

"Aaaaahhnnn.....nggghh.....aaaaahhh....aaaasssshhh.....uuuhh.." desah Ira dengan penuh kenikmatan. Tangan kanannya menjambak rambutku sementara tangan kirinya terkulai lemas di leherku. Matanya terpejam, menandakan dia menikmati kehangatan lidahku yang keluar masuk lubang vaginanya.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Tama dan Setyo menghentikan aktivitasnya, Luna dan Dian berhenti mendesah dan memperhatikan Ira dengan rasa ingin tahu. Sepertinya mereka penasaran karena suara desahan Ira yang jelas-jelas penuh dengan kenikmatan.

Ira tersadar, kemudian dia sadar bahwa Tama, Setyo, Luna dan Dian memandangnya dengan ekspresi heran. Wajahnya langsung memerah karena malu, dia menunduk, mengambil celana dalamnya yang jatuh kemudian langsung mendorong kepalaku dan menutupi roknya dengan kedua tangan.

Mulai saat itu, semua anak diam tak bersuara sampai tujuan kecuali Angel dan Rangga yang sibuk ngobrol, sepertinya mereka tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya diam saja.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sore harinya...

"Oooi...tendanya udah berdiri nih...! Itu barang-barang ditaruh dimobil aja! Biar gak bikin sesak!" teriak Setyo yang sedang membereskan peralatan tenda.

"Disini juga udah siap. Ntar yang cewek pada tidur disini yaa!" aku juga berteriak, tenda untuk anak-anak cewek sudah berdiri.

Setelah semua persiapan selesai, kami menunggu Rangga dan Tama yang sedang mencari kayu bakar.

"Mana sih mereka? Gelap...nakutin disini" kata Angel takut-takut

"Iyaa...dingin juga...disini kan daerah pegunungan" sambung Luna

"Kamu takut nggak?" tanya Setyo kepada Dian yang duduk disampingnya.
Pacarnya itu menggeleng sambil tersenyum manja, kemudian Setyo memeluknya. Mesra sekali. Luna dan Angel duduk di sisi yang berseberangan sementara Setyo dan Dian di sisi kanan kami.

"Kamu?" tanyaku kepada Ira.

"Nggak dong...hehehe" Ira terkekeh menanggapi pertanyaanku.

"Uuuhh...kalian si enak...ada cowoknya masing-masing..." cibir Angel

Kami semua tertawa


Suasanan kembali sunyi. Tiba-tiba...


SREK! SREK! SREEKK!!
Ada suara seperti sesuatu yang diseret...

"Whoaaaaaa!!!" teriak Rangga sambil memeluk Angel dari belakang

"Aaaaaaaaaaaaa!!!" Angel menjerit sekeras-kerasnya.

Aku dan Ira spontan menutup telinga dengan tangan dan kami berdua nyengir melihat Rangga mengerjai pacarnya. Setyo tampak tidak peduli, sementara Luna sudah lari memeluk Dian.

"Hhehehehe....kaget nggak?" tanya Rangga kepada Angel

"Kamu jahat..." Angel menangis sesenggukan

Rangga jadi merasa bersalah.

"Eh...maaf...aku cuma pengen ngerjain kamu..." ucap Rangga

"Aku takut banget tau nggak..." isak Angel seraya memeluk Rangga

"Iya deh...nggak lagi lagi..." jawab Rangga

"Janji yaa?" Angel tersenyum. Kemudian mereka berdua berciuman.

Aku nyengir, Ira menutup mulutnya dengan tangan, Setyo menggeleng-gelengkan kepala, sementara Tama, Luna dan Dian melongo.

"Aaah...jangan cipokan mulu! Mana kayu bakarnya sinih! Dingin gila!" kataku sambil berdiri

Rangga masih berciuman dengan Angel dan menjawab pertanyaanku dengan menunjuk setumpukan kayu dengan tidak peduli.

Aku dan Setyo menyalakan api, sementara para cewek menyiapkan makan malam.
Tak lama kemudian api unggun sudah menyala. Kami makan, bercanda dan tertawa bersama. Aku tersadar.

"Yo, garam yang dibungkus plastik biru tadi mana?" aku bertanya kepada Setyo

"Itu di mobil. Mau buat apa?" ia balik bertanya

"Belom naburin garem di sekitar tenda..." jawabku

"Nih kuncinya. Ambil sana!" kata Rangga sambil melempar kunci mobil kepadaku.

"Nggih tuan...keparat..." aku bersungut-sungut
Semuanya tertawa melihatku.

Aku berjalan menjauhi api unggun. Mobil Tama memang tidak diparkir terlalu jauh, tetapi terhalang tenda sehingga tidak terlihat dari sekitar api unggun. Udara disini luar biasa dingin. Sebentar saja tanganku sudah menjadi sangat dingin. Kurapatkan jaketku.

Ketika sampai di mobil, kubuka pintu tengah dan mencari-cari diantara tumpukan tas. Kutemukan plastik berisi garam itu, kemudian kututup pintu mobil, tetapi tidak kukunci.
Setelah selesai menaburkan garam, aku kembali ke api unggun.

"Lho Ira dimana?" tanyaku kaget ketika tidak menemukan Ira

"Tadi ke mobil. Nyusul kamu" jawab Angel

Aku cepat-cepat lari ke mobil. Benar saja, kulihat Ira sedang sibuk mengacak-acak tas mencari sesuatu. Hanya setengah badannya yang masuk ke mobil, dia menungging, memperlihatkan kakinya yang mulus dan pantatnya yang hanya dibalut rok mini. Adikku spontan mengamuk.

"Nyari apa Ra?" tanyaku mendekat

"Ce..celana..pan...panjang..." dia menoleh kearahku, menggigil kedinginan

Aku merasa iba...kulepaskan jaketku dan kupakaikan kepadanya. Aku kaget ketika melepas jaketku, ternyata udara disini memang SANGAT dingin. Aku heran, bagaimana Ira bisa bertahan di suhu sedingin ini dengan hanya mengenakan rok mini.

"Ka...kamu nggak di...dingin?" dia menatapku

"Nggak apa-apa...hahaha" kubalas tatapannya. Dia tersenyum...kemudian Ira kembali mencari-cari diantara tumpukan tas.

Aku jongkok dibelakangnya, mengagumi paha dan kakinya yang indah. Aku juga menggigil. Kuintip roknya, tiba-tiba terlintas ide nakal di benakku.

"Eh, Ra, ambilin tu botol air mineral dong" pintaku

"Haus ya?" ia menoleh sambil mengulurkan sebotol air mineral

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ketika Ira kembali sibuk mencari, kubelai kakinya yang indah...wah mulus sekali. Kugeser salah satu kakinya sehingga dia agak mengangkang. Ira tidak peduli, mungkin karena sudah sangat kedinginan. Kuperosotkan celana dalamnya sebatas lutut. Dia menjadi terburu-buru mencari celana panjangnya, sepertinya dia ingin segera menemukan celana panjangnya dan menghentikanku melakukan semua ini. Tapi Dewi Fortuna berpihak padaku.

Kubuka botol air mineral, dan ternyata airnya menjadi dingin, sesuai dugaanku. Aku tersenyum.

"Dingin yah? Menurutmu gimana?" tanyaku membuka percakapan

"Iya, dingin banget..***k ngira bakal sedingin ini" jawabnya

Kuminum air mineral itu tetapi tidak langsung kutelan. Seluruh mulutku menjadi dingin.
Setelah agak lama, baru kutelan airnya.

"Eh? Gimana?" tanyaku lagi

"Dingin Ariiff..." jawabnya singkat

"Apa?" tanyaku pura-pura bego. Sebelum Ira sempat menjawab, dengan gerakan secepat kilat, kujilat vaginanya

"Dingiiiinn!!" jeritnya ketika ia merasakan lidahku menjelajahi daerah privatnya

Mmm...wangi tubuhnya semakin menggairahkanku. Dengan gencar kulanjutkan menjilat, menghisap, menggigit.

"Aaaahh....nggak...jangan Rif....nggak mau....aaahhh....ntar...nggghhh...adaahh...yang liat....aaaahh..." ujarnya dengan terengah-engah, tetapi dia tidak mencoba menghentikanku.

Setelah beberapa menit, aku kembali bertanya disela-sela seranganku

"Sekarang gimana?"

"Anget....aaahhnnn....enak Rif....aaaww...mmmhh...anget...terusss...aaahh" sepertinya Ira sudah terangsang berat.

Ketika sudah hampir mencapai klimaksnya, ia mengencangkan pegangannya ke jok mobil. Kulihat hal itu, maka segera saja kusudahi permainanku.

"Loh? Kenapa berhenti?" tanya Ira dengan wajah kecewa

"Ah...kamu mulu yang dapet...aku nggak. Nggak asik ah!" cibirku

"Iya deh iya ntar gantian...ayo lah lanjut...aku dah hampir sampe nih" dia memohon

"Janji loh yaa?" tanyaku sambil tersenyum

Aku pun melanjutkan permainan. Setelah beberapa menit yang penuh desahan, akhirnya Ira hampir mencapai klimaksnya.

"Iyaaa...teruuusssss.....bentar lagii...aaahh...aahhh...." jeritnya penuh harapan

Beberapa detik kemudian tubuhnya mengejang. Dia berteriak penuh kenikmatan.
Lalu dia berbaring di jok mobil dengan tersengal-sengal.

"Udah? Udah puas? Enak?" tanyaku

"Iyaa....aku lemes banget nih...kakiku ga bisa buat berdiri..." jawabnya

"Sekarang gantian yaa?" aku nyengir sambil membuka resleting

Kutarik pinggulnya lalu kujejalkan penisku dengan paksa.

"Aaaahh...ntar dulu Rif! Aku masih lemes..." pintanya dengan wajah memelas

Aku tidak peduli dengan kata-katanya, tetap kujejalkan dengan paksa. Adikku masuk separuh. Uuuh...rasanya sempit sekali.

"Aaaghh! Sakit Rif! Sakiit! Pelan-pelan dong!" ia menjerit kesakitan

"Mau sampe kapan?" protesku dengan kesal

"Iyaa....tapi pelan-pelan dong sayang..." suaranya melembut dan ia tersenyum

DEG!!
Wajahnya benar-benar....uuhh...intinya aku speechless. Bagai tersihir, aku mematuhinya dan memperlambat penetrasiku dengan stabil.

Bleesss...seluruh adikku masuk. Wah..rasanya enak sekali...luar biasa...lembut dan hangat. Vaginanya meremas-remas adikku dengan irama yang teratur.

"Nah...gitu dong...gini kan enak..." ucapnya sambil menahan desahan

"Iyaa...enak...punya kamu emang paling top deh!" ujarku sambil terus memompa

"Hah? Kamu udah pernah nyobain punya cewek lain?" tanyanya dengan suara kaget

"Enggak...adikku cuma buat kamu kok..*** cuma adikku, hatiku juga cuma punya kamu" jawabku sambil tersenyum

Kulihat Ira tersipu dan wajahnya memerah. Pelan-pelan ia menggerakan pinggulnya. Dia yang selama ini pasif menerima 'adik'ku kini mulai memberikan respon.

"Eeeh..eeh...kamu kok gerak-gerak si? Horny yaa? Hayoo...ahahahha" kataku dengan tertawa

"Aaaahh....aahh...aahh...hehehe...mulutmu itu loh...mmmhh...." jawabnya tak jelas

"Ga usah malu-malu Ra, bilang aja...uuuhh..."

Beberapa menit kemudian...

"Aaahh...aaahhh...aku...mau keluaarr....mmmhh..." racaunya

"Keluarin aja. Kayak nggak biasanya. Hehehe" aku geli mendengar laporannya

"Aku kan...uuuhh....ijin dulu....aaawwwhh....sebentar lagi...aaahh....." Ira tersenyum menahan desahan

Tubuhnya kembali mengejang. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.

"Ooohh yeaaah.....aaaahh...enaaakk....uuh...lega banget Rif" desahnya

"Yaa nduluin...tuh kan...aku padahal juga sebentar lagi niih..." ucapku

"Keluarin aja Rif...tapi jangan didalem kaya waktu itu yaa...aku takut hamil"

"Beres!" potongku

Aku terus saja melanjutkan aktivitasku. Rasanya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Setelah beberapa lama, rasanya ada sesuatu yang menggelitik. Aku tahu kalau aku sudah mencapai batasnya. Kulihat Ira tergeletak tak berdaya, matanya terpejam dan ia mendesah pelan menikmati setiap gesekan pada vaginanya.

"Aku mau keluar Ra...kamu balik badan dong!" pintaku

Dengan cepat dia mematuhi perintahku. Kulepaskan adikku dan aku masuk kedalam mobil. Kucari posisi yang enak dan kudekatkan adikku ke mulutnya.

"Buka mulutmu dong..." aku menahan sensasi yang akan segera meledak.

Adikku berdenyut-denyut tidak karuan.
Ira membuka mulutnya lalu kumasukkan adikku kedalam mulutnya sambil kutahan kepalanya agar tidak melepaskan adikku. Dia memaju mundurkan kepalanya. Rasanya hangat di tengah-tengah pegunungan yang sangat dingin ini.

Ira yang polos tidak tahu apa-apa ketika tiba-tiba spermaku menyembur di dalam mulutnya.

"Mmmmmph?! Mmmmf!!" matanya terbelalak karena kaget, tangannya berusaha menyingkirkan kedua tanganku.

Ia segera melepaskan adikku dan menutup mulutnya dengan tangan, dia ingin muntah.

"Aaaahh....legaa...eeh jangan dibuang dong!" ucapku ketika Ira akan memuntahkan spermaku.

Dengan susah payah kulihat ia berusaha menelannya. Setelah itu dia buru-buru menyambar botol air mineral dan segera meminumnya. Aku merasa kasihan melihatnya, tetapi ada perasaan puas ketika melihat spermaku mengalir pelan dari sudut bibirnya.
Kuambil selembar tissue dan mengelapnya.

"Hehehehe...gimana rasanya? Itu yang namanya sperma." Kataku

"Iih! Rasanya bikin mau muntah...kental gimana gitu...inget aja aku enek lagi" jawabnya sambil memegangi perut

"Ah ntar juga terbiasa" ucapku santai

"Gak! Aku ga mau kalo disuruh kayak tadi lagi" jawabnya

"Hehehe...iyaa...iyaa..."

Kulingkarkan lenganku di perutnya yang langsing, kusibak rambutnya dan kucium lehernya sebagai tanda terima kasih.

"Uuuuhhh.....jangan bikin aku nafsu lagi...aahhh" desahnya sambil mendorong kepalaku menjauh. Ira tertawa kecil.

Setelah berberes-beres dan menemukan celana panjang Ira, kami pun kembali ke arah api unggun. Kulihat semua teman-temanku sudah terkapar di sekeliling api unggun. Mereka tidur nyenyak sekali, sepertinya mereka kelelahan menunggu kami dan jatuh tertidur. Ternyata aku dan Ira sudah bermain cukup lama. Karena suhu yang sangat dingin, aku tidak tega membangunkan mereka. Maka kuganjal sekitar api unggun dengan batu, supaya baranya tidak berserakan atau membakar sesuatu, lalu kulemparkan kayu bakar agar apinya menjadi besar dan lebih menghangatkan teman-temanku.

"Hoooaaam....udah yuk tidur...ngantuk neh!", kataku sambil menguap

"Iya...aku juga...", Ira mengambil tempat diantara Angel dan Dian dan bersiap untuk tidur

"Ayo!" ,aku menarik tangannya

"Eh?" Ira tampak bingung

Aku menariknya masuk ke tenda yang semula untuk tidur dan membuka sebuah kasur lipat. Sayangnya, jaket saja terasa kurang ampuh menahan hawa dingin disini.

"Naaah...kamu tidur disini yaa" kataku sambil merapikan kasur lipat yang akan digunakan Ira

"Loh? Kan cuma satu...kamu gimana?"

"Udaah...aku bisa tidur dimana aja...hehehe"

Ira menurut. Segera setelah dia berbaring, aku duduk disebelahnya.
Ia tidur menghadap ke arahku. Kubelai rambutnya yang lembut. Ira tersenyum dengan mata terpejam, ia meletakkan tangan kananku dipipinya. Sejenak kemudian ia tertidur pulas, dapat kulihat dari nafasnya yang dalam dan teratur. Kugenggam tangannya, dingin.

"Waduh...bisa sakit nih kalo kaya gini...kamu pasti capek ya Ra? Istirahat yaa biar nggak sakit..." aku tersenyum menatap bidadari dihadapanku ini.

Kuambil jaket tebalku yang satunya didalam tasku yang kebetulan water-proof (jaket yang sama dengan yang waktu di mall), jadi hangat dalam situasi seperti ini. Kujadikan selimut untuk menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.

Melihatnya sudah tertidur nyenyak, aku keluar dari tenda. Hawa dingin serasa menusuk tulang, tapi untunglah aku tipe orang yang tahan dingin.

Aku mengambil tempat yang agak jauh dari api unggun, kemudian membentangkan tikar kecil. Kukeluarkan dan kupasang headset-ku. Setelah musik mengalun memenuhi telingaku, aku berbaring menatap langit yang ditaburi jutaan bintang. Kutarik nafas dalam-dalam, udara dingin dan sejuk memenuhi rongga paru-paruku. Aku tersenyum, merasa puas dengan keadaanku sekarang.

==MASIH BERSAMBUNG...
Besok...ane ngantuk...selamat ngecrotz agan-agan! :beer:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hadooooh bikin deg degan aja lanjut mas bro :) tapi harus happy ending yah

Maaf gan, ane belum bisa ngasih tau endingnya...ntar nggak seru soalnya :p
Maapin ane gan... :ampun:
 
(UPDATE PART 6)

Camping itu terjadi sekitar 1 minggu yang lalu dan kini liburan telah usai...
Kegiatan KBM kembali dimulai, namun belum efektif. Maka kami semua sering pulang lebih awal.

Aku dan Ira jadian beberapa hari setelah pulang dari camping. Dan tepat hari ini, Ira berulang tahun yang ke-18. Ia setahun lebih tua dariku, tapi itu tak menjadi masalah buat kami.

Kotaku sedang dilanda hujan yang sangat lebat, disertai angin kencang.
Padahal aku sudah bersusah payah menabung selama beberapa minggu untuk membelikan kado buat Ira, juga sudah kusiapkan bunga mawar untuknya.

"Sialan!" umpatku di parkiran motor sekolah

"Kenapa?" tanya Rangga

"Ujan...aku mau kerumahnya Ira malah ujan gini! Damn!"

"Loh? Ngapain kamu kerumahnya? Ini belom juga malem minggu..."

"Dia hari ini ulang tahun ..."

"Oohh..." jawabnya singkat

Aku benar-benar tidak sabar menunggu hujan untuk mereda. Segera saja kuambil kunci motor dari dalam saku celana OSIS ku dan aku berlari menembus hujan deras ke arah motorku yang memang kebetulan diparkir di tempat yang tidak memiliki kanopi diiringi tatapan mata teman-teman seangkatan dan adik kelas. Mungkin mereka pikir aku sudah gila, nekat pulang dalam cuaca seperti ini. Tapi aku tidak peduli.

Kunyalakan mesin motorku, untungnya motorku seperti mengerti keadaan, hanya dengan sekali memencet tombol starter, motorku langsung meraung gembira. Aku memacu motorku keluar areal parkir, kemudian kutancap gas menuju rumah. Beberapa kali aku hampir kehilangan nyawa ditengah cuaca seperti itu.

Akhirnya aku sampai dirumah dalam keadaan basah kuyup. Kuparkir motorku di halaman dan aku langsung menghambur kedalam rumah. Papa dan Mama ku hanya geleng-geleng kepala.

"Ckckck! Lho kok hujan-hujanan?" tanya Ibuku

"Laaah...nggak keburu Ma. Mau nunggu sampe ujan reda kelamaan!" jawabku setengah berteriak karena bersaing dengan suara hujan

"Kok buru-buru?"

"Iyaa...Ira ulang tahun Ma. Aku mau kerumahnya." jawabku sambil berganti pakaian.

"Jangan ngawur kamu. Kalau cuacanya seperti ini, Papa nggak kasih izin!" kata Ayahku tegas

Aku tidak peduli. Kujejalkan boneka panda dan sebuket bunga mawar kedalam ranselku.
Mungkin melihat niatku, Ayah agak melunak, tidak seperti biasanya.

"Jangan ngebut-ngebut, jalanan licin. Ira juga pasti ngerti kok" kata Ayah

Aku hanya tersenyum. Aku setengah berlari kearah motorku. Sebelum kunyalakan mesin, aku meraih handphone-ku dan mengirim SMS untuk Ira untuk memastikan apakah ia ada dirumah atau tidak.

'Syng, kmu drmh g?'

Beberapa detik kemudian ada SMS balasan masuk.

'Iy. Knp? Ujannya gde banget y?'

Tak kubalas SMS nya karena aku langsung menaiki motorku dan menerobos hujan.
Angin sangat kencang, sempat kulihat beberapa pohon besar tumbang. Aku jadi merasa ngeri. Namun, aku tidak bisa mundur, maka kupacu motorku secepat yang aku bisa.

Dasar sial, aku lupa memakai jas hujan. Maka ketika aku sampai di rumah Ira, aku dalam keadaan basah kuyup (lagi). Begitu aku menurunkan standard motor, kulihat ada seseorang memakai payung dari dalam rumah menghampiriku. Setelah kuperhatikan, ternyata Ira menjemputku dan membukakan gerbang.

"Kok kamu bisa keluar pas aku sampe sih?" aku bertanya kebingungan

"Hehehe...seorang Arif yang nggak mbales SMS seorang Ira pasti kalo nggak lagi sibuk, ya lagi nyetir motor. Aku cuma nebak aja kamu kesini, jadi aku duduk di ruang tamu sambil ngeliatin gerbang. Hehehe" Ira terkekeh bangga

"Haaah???" aku hanya mampu melongo mengagumi kemampuan analisisnya.

"Ayo masuk!" Ira menarik aku kebawah naungan payung yang dipakainya

"Eeehh, sebentar!"

Mungkin karena sudah terlalu bersemangat, aku segera membuka ransel dan mengeluarkan bunga mawar putih yang terbungkus rapi.

"Ini...buat kamu-"

Kata-kataku terpotong ketika sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi sehingga genangan air bercampur lumpur terciprat kearahku. Posisiku sedang membelakangi jalan raya, sehingga punggungku dan sebagian bunga mawar untuk Ira menjadi penuh lumpur, tapi untung Ira tidak terkena cipratan karena terhalangi tubuhku.

Spontan aku berbalik dan berteriak

"WOI! BANGSAT YAA!!! KEPARAT!!!"

Aku begitu emosi. Aku berteriak sangat keras hingga orang-orang disekitarku menoleh dan memperhatikanku. Namun pengendara motor tadi telah hilang dari pandangan. Lalu aku merasakan sesuatu yang hangat menempel di bibirku, aku menoleh. Ternyata Ira tengah menempelkan jari telunjuknya dibibirku.

"Sssssttt. Nggak boleh ngomong kayak gitu." ujarnya sambil tersenyum

Ia meraih daguku kemudian mencium bibirku didepan banyak orang. Aku sangat kaget.

"Hei Ra! Kamu ngapain?!" tanyaku setengah berbisik

"Hehehe...udah yuk, ayo masuk!" ia tersenyum lalu menggandeng tanganku.

Bunga mawar itu kubuang ke tong sampah tanpa sepengetahuannya, dan kami berdua pun masuk rumah, disaksikan oleh motorku yang menggigil kedinginan di halaman tempat aku memarkirnya.

Ira mengajakku masuk kamarnya. Sepertinya benar-benar sepi, tidak ada orang lain.
Aku duduk ditepian kasur sambil menyisir rambutku dengan tangan dan menatap sekeliling.

"Aduh. Sampe basah kuyup gitu. Nih handuk!" ujarnya sambil mengulurkan selembar handuk

"He eh. Makasih. Apa nggak ada orang?" tanyaku sambil mengelap rambutku yang basah.

"Nggak. Lagi ditoko, kayaknya ada yang rusak gara-gara ujan." dibibirnya tersungging senyuman aneh

Ira berjalan kearah lemari, ia membukanya lalu mengambil sepotong kaos yang kelihatannya kebesaran serta sepotong celana ¾.

"Nih bajunya, sori ya kalo ga cocok, punya kakakku tuh" katanya sambil mengulurkan pakaian yang kemudian kuterima.

Aku segera mengaduk-aduk tas ranselku. Boneka panda yang kubeli kukeluarkan dengan hati-hati. Aku tersenyum kemudian mengulurkannya pada Ira

"Happy birthday ya Ira-ku sayaaangg"

"Wah...makasih ya Rif! Kamu baik banget!" Ira menerima boneka itu dengan ceria kemudian langsung mendekapnya. Memang ukuran boneka itu cukup besar.

Aku tersenyum. Tetapi kemudian tanganku bergetar hebat. Aku baru sadar kalau aku kedinginan, maka aku segera mengganti bajuku yang basah dengan kaos yang diberikan Ira. Namun tetap saja aku kedinginan.

"D-d-d-ingin b-b-banget yaa...b-b-baru s-s-sadar...!" ujarku sambil menggigil

"Oh iya...aku matiin AC nya yaa?"

"Ng...nggak u-u-usah...."

"Lho?"

"Sini d-dong..." aku menepuk pahaku, menyuruhnya untuk duduk

Ira berjalan mendekat dan kemudian duduk dipangkuanku.
Aku memeluknya, rasanya hangat dan nyaman. Tanpa sengaja, tanganku menyenggol bagian bawah buah dadanya. Spontan kutarik kembali tanganku. Ira menoleh kearahku dan menatapku, lama sekali. Aku tertegun.

Tiba-tiba saja dia mengecup bibirku. Tanganku diraihnya.

"Masih dingin?"

"M-m-masih..."

Ira memegang kedua pergelangan tanganku kemudian menuntun tanganku masuk kebalik kaos ketatnya yang berwarna pink. Ternyata dia tidak memakai bra, aku cukup kaget.

"Uh...tanganmu dingin banget Rif..." ucapnya pelan ketika telapak tanganku menyentuh perutnya yang langsing.

Dengan cepat dia meletakkan kedua tanganku di dadanya. Kedua telapak tanganku penuh oleh payudaranya yang kenyal dan hangat yang kemudian kuremas-remas, aku berusaha mencari kehangatan dari gesekan telapak tanganku.

"Aaawwhh...hhhh...hhhh..." Ira memejamkan kedua matanya

"Oooohh...enak..." entah kenapa aku jadi ikut-ikutan mendesah

"Aww!! Dingin!" ia menjerit kecil ketika jariku memilin-milin kedua putingnya

Memang Ira adalah cewek yang sangat mudah terangsang.
Kubalikkan tubuhnya, sekarang ia duduk dipangkuanku dan kami berhadap-hadapan. Kuangkat kaos pinknya dan kulepaskan. Kini ia telanjang didepanku. Nafasnya memburu.

"Ji..jilatin Riff...isep...hhh...hhh..." desahnya sambil mendekatkan payudaranya ke mulutku

Aku heran, kenapa buah dadanya itu masih kencang berisi, bukannya longgar dan turun seperti kebanyakan cewek yang payudaranya sudah pernah diremas-remas.
Tapi satu hal yang kutahu, itu membuatku benar-benar bernafsu. Tanpa pikir panjang, kujilat dan kukulum putingnya yang kanan, sementara yang kiri kuremas-remas dengan lembut.

"Oooohhh....hhhhh...aaaahhh...aaahh...uuhh..." desahnya liar

"Enak ga? :D " tanyaku sambil terus menjilat

Matanya terpejam, kepalanya mendongak keatas dan ia hanya mengangguk.
Oh, suatu pemandangan yang benar-benar membuat 'adik' ku marathon naik-turun.
Pelan-pelan kulepaskan celana ¾ ku beserta celana dalamku. Kini, tanpa ia sadari, penisku sudah berdiri tegak dihadapan vaginanya.

Ira yang masih kukerjai mendesah dengan hebat, melenguh dan nafasnya tersengal-sengal. Tanganku turun dan melepas hotpants yang dikenakanya, kemudian celana dalamnya yang juga berwarna pink. Kini ia telanjang bulat dipangkuanku.

Kutempelkan kepala 'adik' ku ke bibir vaginanya dan kugesek-gesekkan. Ira hanya diam menikmati sambil menggigit bibir bawahnya, ia mengira aku menggunakan tangan dan tidak sadar bahwa yang kugesek-gesekkan adalah 'adik' ku.

Lalu dengan satu hentakan yang kuat, kubenamkan 'adik' ku dalam-dalam ke vaginanya.
Ira terbelalak kaget, tidak menyangka akan serangan tiba-tiba ini.

"Aaaaarrrgghhhh!! P-pelan-pelan Rif...sakit..." jeritnya

"Ups...sori...udah kebakar nafsu nih... :p "
aku nyengir, namun aku merasa bersalah

Kurubah posisi sedemikian rupa sehingga Ira berada dibawahku.
Aku memperlambat genjotanku, kumasukkan 'adik' ku dalam-dalam dengan pelan namun penuh tenaga, dan menariknya keluar agak cepat.

"Naah...gitu...aaaaahhhnn....aaahhh....mmmhhh.....uaaaaahh..." erangnya ketika penisku masuk dengan perlahan kedalam vaginanya.

Nafsu benar-benar sudah terbakar, aku semakin menggila karena mendengar suaranya yang kelelahan sekaligus penuh kenikmatan itu. Kupompa vaginanya dengan ganas. Beberapa menit yang panas berlalu...

"Aaah!! Aaah!! Aaaahh!!!" Ira mengerang, matanya mengrenyit dan tangannya menggapai-gapai

"Uuuuh...hhh..hhh...Ra, aku sayang sama kamu Ra...hhh...hhh.."

"Aku...aaggghh....juga...aaaahh...aaaah...sshhh....sayang— ukh!!!" kata-katanya terpotong ketika tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram sprei kasur dengan kuat. Sedetik kemudian ia terkulai lemas.

"Udah keluar?"

Ira tergeletak di kasur tak berdaya, matanya terpejam, dan ia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku. Ia hanya diam saja dan membiarkan aku terus menggenjot vaginanya, sepertinya ia sudah benar-benar kelelahan, nafasnya pendek-pendek dan berat.

Melihat hal ini, kupanggil mundur 'adik' ku dan menyudahi permainan. Ketika Ira menyadarinya, ia menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa berhenti Rif? Kenapa kamu nggak keluarin kayak biasanya? Apa aku nggak sanggup muasin kamu?" suaranya bergetar

"Bukan, sayang. Ini kan ulang tahunmu, jadi aku spesial muasin kamu doang" jawabku sambil tersenyum

Awalnya Ira menatapku tidak percaya, namun lama kelamaan tersungging sebuah senyum di bibirnya.

"Makasih banget ya Rif"

"Iya...apa sih yang nggak buat kamu?" aku meraih pinggangnya dan kukecup lembut bibirnya.

Mulutku bisa berkata demikan, dan hatiku juga tidak menyimpang, tetapi 'adik' ku protes besar-besaran karena nafsuku tidak terpenuhi. Kucoba abaikan nafsuku.

"Aku sayang banget sama kamu" ia menyandarkan kepalanya di dadaku

"Aku juga sayang banget sama kamu" kubelai rambutnya dan kupeluk sepenuh hati, rasanya benar-benar hangat. Aku bahagia.

Setelah selesai bermain, aku pun mengenakan kembali pakaianku yang rupanya sudah lumayan kering dan keluar diantar oleh Ira, tepat ketika keluarganya pulang. Ketika ditanya apakah aku sudah lama datang, kami berdua kompak menjawab bahwa aku datang barusan dan hanya menyerahkan kado lalu pulang. Untuk menghindari kecurigaan tentunya.

======BERSAMBUNG BESOK=======
 
UPDATE PART 7

Sudah sebulan berlalu...

Entah apa sebabnya, hubunganku dengan Ira menjadi renggang. Ia berkata bahwa ia ingin fokus kepada try out yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Aku bisa mengerti, itulah sebabnya kami SMS an hanya sedikit dan tidak pernah hang-out berdua, namun yang tak kumengerti adalah Ira tetap saja dingin dan pendek dalam membalas SMS ku dan tidak pernah mengangkat telpon dariku walaupun try out itu telah selesai seminggu yang lalu. Aku mencoba bersabar.

Beberpa desas-desus bahwa Ira terlihat berjalan-jalan di toko bersama seorang cowok beberapa kali sampai ke telingaku. Namun hal ini tak kuceritakan pada siapapun, dan kuanggap sebagai gossip semata, walaupun hatiku gundah.

Aku mencoba menjalani kehidupanku seperti biasa, tertawa di hadapan sahabat-sahabatku walaupun hatiku tidak tenang. Aku takut terjadi sesuatu pada Ira.

Suatu hari,

"Eh, malem minggu nih! Ntar nonton film yok di bioskop?" ajak Rangga

"Film apaan? Bokep? Hahahahaha..." tanyaku

"Lah Arif, bokep doang pikirannya!" cetus Tama

"Kowe kuwi rai bokep!" Rangga menyerang Tama dengan logat Jawa yang sangat kental

"Bhahahahaha...!! ****** yah Ngga!" aku tertawa sampai sakit perut

"Bangkai! Btw, ngajak anak-anak cewek?" tanya Tama

"Iya...iya...ayo! Kita nonton film horror gitu, biar romantis...hahaha" Rangga menyahut

"Ntar kalo ada adegan hantunya, cewek-cewek pasti takut kan...terusss...eaaaa!!" celetuk Tama dengan muka mupeng

"Hahahaha...porno lah!"

"Loh, mau gimana lagi coba? Hahahaha....eh, Riff, ngajak Ira yah?" kata Tama kepadaku

Sejenak aku ragu untuk menjawab ajakannya.

"Iya deh, coba...tapi nggak janji ya" aku memaksakan senyum

"Ya udah deh, ntar kumpul jam 7 dirumahku ya!" Rangga mengusulkan

"Oke lah...santai men!" jawabku

Pukul 14.00...

Bel pulang berbunyi...anak-anak dikelasku sudah bersiap-siap untuk pulang.
Setelah berdoa dan memberi salam kepada guru, kami berhamburan keluar kelas.

Sambil berjalan keluar kelas aku mengirim SMS kepada Ira 'Sayang, kmu dh pulang?', kutunggu 5 menit dan tak ada jawaban.

Aku segera menuju tempat parkir, kunyalakan sepeda motorku dan segera memacunya melewati kerumunan anak-anak kelas lain yang sedang ramai bercakap-cakap, aku menuju kerumah Ira.

Dari kejauhan tampak pagar rumah Ira yang tinggi, sejenak tidak ada yang aneh. Namun ketika aku semakin dekat, aku melihat suatu pemandangan yang menusuk hatiku, seolah-olah jantungku berhenti berdegup.
 
Namun ketika aku semakin dekat, aku melihat suatu pemandangan yang menusuk hatiku, seolah-olah jantungku berhenti berdegup

..Sama gan jantung gw juga berdegup dan bertanya...
Kok ceritanya terpenggal sampe disini?
Lanjutannya mana kok singkat amat?
 
Namun ketika aku semakin dekat, aku melihat suatu pemandangan yang menusuk hatiku, seolah-olah jantungku berhenti berdegup

..Sama gan jantung gw juga berdegup dan bertanya...
Kok ceritanya terpenggal sampe disini?
Lanjutannya mana kok singkat amat?

Hahaha...jantung ente bertanya gan? :D
Maaf gan, tadi ngopy kurang banyak...ane post lanjutannya...
 
(MASIH PART 7) tadi kepotong...maaf agan2... :(

Kulihat Ira sedang berdiri berhadap-hadapan dengan seorang cowok yang sedang bersandar pada sebuah mobil sedan mewah, kutaksir tingginya hampir sama denganku, ia mengenakan hem berwarna putih dengan celana jeans panjang dan memakai sepatu putih, tampilan khas orang kaya. Sekilas dapat kulihat Ira sedang memegang sebungkus plastik bertuliskan nama sebuah toko roti terkenal di kotaku. Tampaknya mereka berdua sedang asyik bercakap-cakap, Ira terlihat begitu bahagia ketika sedang ngobrol dengan cowok itu.

Emosiku meledak keluar bersama kepedihan-kepedihan yang pernah aku alami dan akan kumuntahkan semua perasaan marahku saat ini juga. Namun akal sehatku masih berjalan, maka kutepikan motorku dan kuparkir di sisi jalan yang sama dengan mereka dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama ketika kulihat cowok itu menggenggam tangan Ira, dan ia hanya tersipu-sipu malu ketika tangannya dipegang seperti itu.

Kulangkahkan kakiku dengan mantap, dengan emosi yang siap tercurah. Ketika jarak antara kami tinggal 3 meter, Ira menyadari kehadiranku dan menoleh kearahku, seketika tersirat ketakutan dan kekagetan dimatanya.

Ira bukanlah cewek tolol, ia tahu kalau aku tidak pernah marah terhadapnya dan selalu sabar, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa ketika aku benar-benar marah, aku tidak akan menahan diri lebih lama.

Ira hanya berdiri mematung dan menatap mataku ketika aku berjalan mendekatinya. Dibibirku tersungging senyum sinis yang belum pernah kuperlihatkan kepada siapapun. Ketika melihat senyumanku, tangannya mengepal dan ia menunduk. Si cowok yang sadar kalau ada sesuatu yang salah menoleh kearahku, namun tak berkata apa-apa.

"Oooh...begini ya ceritanya..." ucapku ketika aku sampai dihadapannya

Ira diam saja, ia masih menunduk, namun dapat kulihat jelas, tangannya gemetar.

"Hhahaha...lagi try out ya Ra? Try out sama cowok gitu? Cih...aku nggak nyangka kamu semurah ini..." kutatap Ira dengan pandangan sinis

"B-b-bukan Rif..." ia sedikit mengangkat wajahnya, suaranya bergetar ketakutan

"Bukan apanya? Ternyata kamu gini ya dibelakangku? Mentang-mentang banyak yang naksir kamu, terus kamu seenaknya selingkuh gitu ya? Heh!? GITU YA!!" suaraku meninggi dan kudorong bahunya dengan sangat kasar sehingga ia mundur beberapa langkah, ia mulai menangis.

Melihat hal ini, si cowok tidak tinggal diam

"Woaah...woaahh...tenang bro..tenang..." ujarnya sambil menepuk bahuku

"Don't...touch...me..." suaraku bergetar karena marah, aku berusaha menahannya.

"Bro, dia kan cewek bro...jangan main kasar gitu dong..." ia tidak menghiraukan kata-kataku dan masih menepuk-nepuk bahuku dengan cukup keras

"I said...DON'T TOUCH ME, GOD DAMN IT!!" aku berteriak sekeras mungkin

Seketika itu juga sebuah pukulan kudaratkan di tulang pipi kanannya. Cowok itu jatuh terjungkal. Ia segera bangkit dan berusaha membalas ketika Ira segera berdiri ditengah kami berdua dan berusaha melerai kami.

Melihat hal ini, si cowok segera berhenti dan kemudian mengelus-elus pipi kanannya yang tadi kupukul.

Ira maju selangkah kearahku,

"Rif, aku mau jelasin semuanya..." air matanya berlinang

"Ooh...cukup...aku udah liat semuanya kok...udah cukup JELAS!" aku tersenyum sinis

"Bukan...ini nggak seperti yang kamu kira..." air matanya mengalir semakin deras

"Oh ya? Banyak temen-temenku yang liat kamu lagi jalan sama anjing ini!" bentakku sambil menunjuk si cowok yang hanya diam saja.

"Itu—" ia tercekat, tidak mampu melanjutkan kata-katanya.

Si cowok kemudian melingkarkan tangannya pinggang Ira dari belakang dan berusaha menariknya menjauhi aku

"Udah Ra, gembel terminal kayak dia buat apa diurusin?! Udah, kamu sama aku aja, aku toh jauh lebih baik, aku jauh lebih kaya, lebih cakep dan aku lebih segalanya dibanding dia! Aku jauh lebih pantes buat kamu daripada sampah ini!! Apa juga bagusnya cowok cupu kayak dia?" cowok itu mengacungkan jarinya ke arahku.

Aku hanya diam. Kutelan semua hinaannya mentah-mentah. Aku tidak sempat untuk marah karena pikiranku begitu keruh dan hatiku dipenuhi perasaan sedih yang teramat sangat. Aku hanya bisa mengencangkan kepalan tanganku sambil menunduk kebawah, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.

Tetapi sungguh diluar dugaan, bahkan aku pun agak kaget,
Ira berbalik, kemudian...PLAKK!! Sebuah tamparan keras mendarat dipipi cowok itu

"Heh cowok murahan! Jaga mulut kamu ya!! NGGAK USAH SOK!!" suaranya melengking tinggi, Ira menjerit sambil menangis.

Si cowok kelihatan benar-benar marah.

"Dasar pelacur! Kamu harusnya berterimakasih sama aku! Banyak cewek yang ngejar-ngejar aku, aku bisa dapetin setiap cewek yang aku suka, cewek murahan kayak kamu gak ada apa-apanya!" bentaknya kemudian masuk ke mobil dan meluncur dengan cepat meninggalkan kami berdua.

Ira berbalik ke arahku

"R-Rif?" tanyanya sesenggukan

"Hha! Bagus juga aktingmu Ra? Tapi sayang...aku nggak sebodoh itu! :|" kataku sambil berbalik untuk pergi

Ia memeluk lengan kiriku

"Rif! Dengerin aku dulu!" pintanya sambil kembali menangis

"Pelacur, lepasin tanganku!" bentakku dengan sangat kasar

"Astaga Rif...kamu tega...kalo kamu ninggalin aku, aku harus gimana? Siapa yang bakal nemenin aku? Siapa yang bakal merhatiin aku?? Cuma kamu Rif, cuma kamu yang aku harapin..." tangisnya semakin keras

Kusentakkan tanganku sekali, dan lenganku langsung lepas dari pelukannya. Kutarik kalung yang pernah ia berikan kepadaku dengan kasar, kucampakkan ke tanah di depan hadapannya.

"Go to hell..." jawabku singkat

Aku segera berbalik kemudian berlari ke arah motorku dan memutar arah. Sempat kulihat di kaca spion, Ira yang berlutut di trotoar, ia menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

=BERSAMBUNG=
 
Oh arif kok. Tega. Ya..

Sama teganya nnya sama TS.
BIKIN ORG PENASAARAAN AJAA

Ditunggu lanjutannya gan
 
Bimabet
kereeeen gan ceritanya....
pokoknya harus selesai y gan jgn sampe kya cerita yg lain putus d jalan....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd