Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Janjiku Kepada Ira

Oh arif kok. Tega. Ya..

Sama teganya nnya sama TS.
BIKIN ORG PENASAARAAN AJAA

Ditunggu lanjutannya gan

Oke gan...ane update lagi... :)
 
kereeeen gan ceritanya....
pokoknya harus selesai y gan jgn sampe kya cerita yg lain putus d jalan....

Siap! :haha:
Ane niat nyelesein cerita ini kok gan...udah jadi smua di word, tinggal post... :D
 
adegan cemburu butanya rada bikin dongkol tp okelah... gak seru kalo lempeng2 aja... LANJUT KEN...

Ya maaf gan...ane kan newbie...bukan penulis kondang macem C.S. Lewis ato J.K. Rowling... :galau:
Ane juga udah bilang di part 1, maaf kalo ada yg kurang berkenan... :tendang:
 
Hari Sabtu, aku benar-benar tidak konsentrasi...
Puncaknya adalah pada jam pelajaran bahasa Inggris, padahal biasanya aku sangat semangat mengikuti pelajaran ini karena bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran favoritku.

Aku sedang meletakkan kepalaku dimeja, aku melamun ketika guru bahasa Inggrisku bertanya,

"You over there! What can you learn from this text?" tanya pak Budi

"Me Sir? :fiuh: " aku balik bertanya sambil mengangkat kepalaku dengan malas

"Yes! You!" katanya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya dengan tidak sabar ke meja

"About what sir?" tanyaku bego

"Ckckck....about the benefits of reading newspaper!"

"Umm...I don't know sir..." jawabku sekenanya

"You must pay attention! Kamu mau nilai kamu hancur?!" bentaknya

Aku benar-benar jenuh. Emosiku seketika meledak.

"WHY SHOULD I CARE?!! Newspaper?! What the hell is that for?!" aku balas membentak

"JAGA MULUT KAMU!!! Kamu, keluar dari kelas ini sekarang!!" pak Budi bangkit dari tempat duduknya dan menggebrak meja. Ia meradang marah.

Padahal di sekolahku, pak Budi terkenal sebagai guru yang TIDAK PERNAH marah, entah kenapa semuanya tiba-tiba menjadi kacau seperti ini.

Aku berjalan kearah pintu dengan gontai, kusapukan pandangan ke seluruh kelas, semuanya menatapku dengan mengrenyitkan dahi, tidak setuju dengan tindakanku yang menentang pak Budi.

Tiba-tiba di pojok kelas, kulihat Ira duduk dengan cowok yang kemarin kupukul. Langkahku terhenti.

"I-ira?" aku tercekat

"TUNGGU APA LAGI?! KELUAR KAMU DARI KELAS!!!" bentakan pak Budi menyadarkanku.

Seketika sosok Ira dan cowok itu menghilang, digantikan oleh Feby dan Ade. Mereka menatapku kebingungan.

Aku berbalik kearah bangku ku dan mengambil tas.

"KELUAAAAAAAAAARRRRRR!!!!!!!" pak Budi benar-benar mengamuk, ia membanting bangku siswa didepannya.

Aku menatapnya tajam dan kulontarkan kalimat yang membuat pak Budi tertegun
"Will you shut up? Oh, for God's fucking sake!!"

BRUAAAAKK!!! Kubanting pintu kelas dengan kemarahan memuncak.

Akhirnya kuhabiskan jam pelajaranku di kantin sekolah. Ketika jam istirahat, kulihat banyak anak-anak kelas lain mencibir ke arahku. Aku tahu, aku telah membuat suatu kesalahan fatal dan itu menyebar dengan sangat cepat. Tapi aku terlalu banyak pikiran untuk mengurusi hal seperti itu.

Tidak ada teman yang mengajakku berbicara ataupun menyapaku hingga pulang sekolah.
________________________________________________________________________

Aku sampai didepan rumah...dalam keadaan lelah, sedih, bingung, sakit hati.
Kubuka gerbang depan rumah dengan malas. Motor kuparkir seenaknya.
Aku menghela nafas ketika sudah berada di dalam rumah. Pikiranku kacau dan aku segera menuju ke kamar.

Setelah berganti baju, aku tiduran di kasur, mencoba memperbaiki pikiranku yang kusut. Di dalam pikiranku hanya terbayang Ira, perasaan bercampur aduk antara rindu, sedih, sakit, marah.

Kepalaku serasa berputar, berbagai macam suara masuk kedalam telingaku, musik dangdut tetangga sebelah kiri, musik heavy metal tetangga sebelah kanan, bunyi bel pintu rumah, suara TV di ruang keluarga dan banyak suara lain bercampur menjadi satu.

Aku memutuskan untuk bangun dan minum. Mungkin segelas air dingin dapat menenangkanku. Aku terhuyung-huyung berjalan menuju dapur, kuambil dan kuminum segelas air dingin. Lalu aku berjalan kembali ke kamar. Aku kembali berhalusinasi, samar-samar kucium wangi parfum yang biasa dipakai Ira.

"Shit! Shit!! Stop Rif...jangan halusinasi lagi!" kataku kepada diri sendiri

Kututup pintu kamar dengan sepelan mungkin dan kusandarkan kepalaku pada daun pintu. Kupejamkan mataku, mencoba untuk bertahan walaupun hatiku terasa sakit.

Tiba-tiba sepasang lengan memelukku dengan lembut dari belakang. Aku terhenyak dari lamunanku dan langsung berbalik.

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, Ira. Kepalanya tertunduk dalam.

"I...Ira?" tanyaku dengan tergagap

"Maaf...maafin aku Rif..."

"Ngapain kamu disini? Kapan kamu masuk?"

Ira terdiam sejenak, ia tidak menjawab pertanyaanku. Kemudian dia mengangkat wajahnya dan menatapku.
Aku melihat matanya yang teduh itu mulai digenangi air mata. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatiku.

"Ijinin aku jelasin semuanya Rif..."

Aku hanya diam

"Aku...kemarin...cowok yang waktu itu bukan siapa-siapa Rif"

"Oh ya? Terus?" emosiku mulai naik

"Dia...dia...kenalanku...dia jualan barang-barang BM" Ira menunduk

"Ooh...terus kamu pacari biar dapet barang-barang murah gitu?"

"Bukan!" sergahnya cepat-cepat, ia kembali menatapku mencari secercah rasa percaya dimataku

"Aku...dia emang suka sama aku udah lama..." lanjutnya

"Hoho! Ngaku juga kamu? Udah deh, gausah berbelit-belit...to the point aja!" ujarku sinis

"A...aku mau beli HP yang bagus tapi murah...tapi aku bingung soalnya budgetku terbatas..." ucapnya pelan

"Jadi kamu jual diri gitu cuma buat beli HP?" tanyaku tidak percaya

Ia menggelengkan kepalanya pelan

"Bu...bukan...aku mau beli HP itu buat...buat..." Ira mulai menangis

"Buat siapa? Perasaan tiap orang di keluargamu punya HP deh...ooh...aku tau! Buat cowok lain lagi? Iya?" tanyaku semakin tidak percaya

"A...aku...beli...bu...buat....kamu...." tangisnya pecah

Aku kaget setengah mati. Rasanya seperti petir di siang bolong.

"Buat...aku?"

"Iya...aku tau HP mu yang satu rusak...jadi aku mau beliin yang baru buat kamu..."

"Hah?" aku melongo

"Dia kira...aku kasih harapan ke dia...padahal aku udah bilang Rif...aku udah bilang kalo aku ga ada rasa sama dia...aku..aku juga udah ngasi tau tujuanku deket sama dia...tapi dia ga mau tau..." ucapnya disela-sela tangisannya.

Aku diam saja...sakit, sedih, kecewa, semuanya bercampur.

"Aku tau caraku salah....maafin aku Rif....maafin aku....!" jeritnya, ia memelukku sambil menangis

Aku melepaskan Ira dari pelukanku dan menyeka air matanya...

"Kamu tau darimana HP ku yang satunya rusak?" ucapku pelan, aku masih was-was

"Waktu itu...waktu kamu kerumahku...aku liat casing HP mu yang satunya..."

"Terus?"

"Aku tau kamu nggak mungkin nglepas casing HP yang kamu sayang banget kayak gitu, kecuali rusak..."

"Hah?" aku melongo (lagi), takjub akan kemampuan analisisnya. Memang apa yang dikatakannya semua benar.

"Ah...aku..." aku speechless. Benar-benar nggak tahu harus berkata apa.

"Oh iya, waktu itu, aku liat kamu bawa bungkusan roti. Buat apa?" tanyaku menyelidik

"Itu...roti di toko itu katanya enak...aku beli terus kubawa pulang...niatnya aku mau bikinin kamu roti kayak gitu..."

Hekh! Rasanya aku sudah melakukan suatu kesalahan besar. Seharusnya aku nggak mencurigai Ira kayak gini. Nggak mungkin cewek sebaik Ira selingkuh.

"Aku...." kata-kataku macet di tenggorokan

"Hmm?" Ira menatap mataku

"Aku...minta maaf....nggak seharusnya aku curiga sama kamu...." aku tertunduk tidak mampu membalas tatapan matanya, pipiku terasa panas

Ira tersenyum dan air matanya mengalir lagi

"Ah? Eh? Kenapa nangis lagi?" tanyaku panik

"Nggak apa-apa Rif..." ia memelukku dengan erat

Kemudian aku mencium bibirnya lembut dengan cukup lama. Kami berdua sama-sama terhanyut dalam perasaan kami masing-masing.

Kucium lehernya. Air matanya mengalir lebih deras, namun Ira tersenyum.

"Rif, aku sayang kamu...." bisiknya di telingaku

"Aku juga sayang banget sama kamu..." jawabku sambil melepas kancing kemejanya satu persatu

Kulihat Ira hanya memejamkan mata, tapi entah kenapa ia masih menangis.
Kudorong lembut tubuhnya hingga tiduran telentang di kasurku dan aku mengambil posisi menindih tubuhnya. Setelah kulepas kemejanya, ternyata ia menggunakan tank-top berwarna pink.

Aku menelan ludah, 'adik'ku terasa ngilu karena baru pertama kali melihat Ira mengenakan tank-top seperti ini. Tank-top itu memperlihatkan belahan dadanya yang sangat merangsang, buah dada yang putih bersih dan kenyal.

"Iraaaa...." erangku tidak tahan

Kuremas-remas buah dadanya dengan penuh nafsu kemudian kulepas tank-top nya. Segera saja kujilat dan kukulum putingnya yang berwarna pink. Kulirik Ira, ia masih menangis dan memejamkan mata.

"Ukhh...." erangnya tertahan

Dengan tidak sabar, kulepas celana jeansnya dan juga celana pendekku. Tanpa basa-basi, kulepas celana dalamnya dan kuarahkan penisku ke arah vaginanya.

Aku tidak mau ambil repot foreplay. Sekali-sekali langsungan aja gitu. Aku berhenti sebentar dan memperhatikan Ira dari atas ke bawah. Penampilannya begitu menggairahkan, ia telanjang di hadapanku dan masih menangis.

Tanpa pikir panjang, kumasukkan 'adik'ku kedalam vaginanya. Kutatap Ira, ia menggigit bibir bawahnya. Sepertinya ia merasa sakit.

"Sakit ya Ra?"

"Hm-mh...sedikit..." matanya masih terpejam

Kugenjot vaginanya dengan penuh nafsu. Ira yang awalnya hanya diam saja kini mulai bersuara

"Mmmmhh....hhh....hhh....uuuhh..." desahnya lemah

"Cih!" umpatku dengan agak keras

Ira membuka matanya sedikit dan bertanya,
"Kenapa Rif?"

"Nggak papa...kamu ngrangsang banget...nggak kuat..."

Ia menjawab dengan senyum nakalnya. Setelah beberapa menit bermain, Ira minta ganti posisi. Doggy-style.

"Rif, ganti posisi dong..."

"Oh? Mau apa?"

"Doggy-style...hehehe..." jawabnya sambil terkekeh

"Ih...liar juga kamu yah? Hahaha" aku tergelak

Kemudian kami berganti posisi. Kuarahkan penisku ke vaginanya.

"Siaaaapp??" tanyaku

"Siaap...kapan aja sayang..." senyumnya

Dengan gerakan tiba-tiba, agak kasar, kusentakkan penisku kedalam vaginanya.
Tubuhnya mengejang, setelah kugenjot beberapa kali, Ira mulai melenguh.

"Uuuuuhhh.....oooohhh......."

"Enak?" tanyaku

"Enaaaakk...Riiiffff....aaaahhh....disitu....aaahhhh...." racaunya

Kupercepat genjotanku hingga semua penisku tertelan vaginanya.

"Iyyaaaaaahhh!! Aaaaawww....awwwwhh....mmmhhh....oooohh..." desahanya mulai berubah menjadi jeritan.

"Eeh...eeh...! Ssstt....jangan keras-keras" bisikku

"Maaafffhhh.....aaaahhh....aassshhh.....eenaaaakkkhh....aaaahhh..." desahnya pelan

Tiba-tiba kurasakan vaginanya meremas penisku dengan kuat. Ira orgasme dengan jeritan tanpa suara, kemudian ia tersungkur di kasur. Tubuhnya basah oleh keringat.

Kuubah gaya menjadi gaya konvensional lagi supaya aku bisa melihat wajahnya yang merasakan kenikmatan itu. Sekitar 10 menit kemudian, penisku berdenyut-denyut. Ira merasakan hal itu dan mencoba mendorong tubuhku menjauh.

"Jangan....di...dalem...Rif..." ujarnya patah-patah

Kedua telapak tangannya mendorong dadaku tanpa tenaga. Aku tidak menjawab. Kucabut penisku dan kuarahkan ke mulutnya.

"Jilatin Ra, isep...uuuhh" erangku

Dengan patuh Ira memasukkan penisku kedalam mulutnya. Tanpa persetujuannya, kupompa penisku didalam mulutnya. Spontan Ira kelabakan, matanya terbelalak ketika penisku masuk hingga kedalam kerongkongannya.

"Nggghh!! Mmmmmhhhh!!!" Ira protes dan berusaha mengeluarkan penisku dari mulutnya.

Tapi ia sudah lemas karena orgasme, jadi yang ia lakukan hanyalah menempelkan telapak tangannya di selangkanganku.

Beberapa detik kemudian aku sampai pada batasku, kusemprotkan spermaku didalam mulutnya disertai perasaan nikmat yang amat sangat.

Crooott....!!

Ira hanya terpejam pasrah ketika mulutnya dipenuhi oleh spermaku. Kukira ia akan segera memuntahkannya, tetapi ternyata ia berusaha menelannya dengan susah payah lalu menjilati penisku sampai bersih. Wajahnya tampak menderita. Kubiarkan penisku mengecil di dalam mulutnya.

"Kamu telan semua?" tanyaku sambil mencabut penisku dari mulutnya

"Hm-mh..*** ada cara lain.." ia berusaha tersenyum

"Uff...maaf yaa...."

"Nggak apa-apa...anggap aja itu hukuman dari kamu..."

Aku tersenyum. Kemudian aku mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai kujilati klitorisnya. Ira kembali melenguh.

"Uugghh.....udahan Rif...aaaahhh..."

Tapi aku tidak peduli. Kujilati vaginanya dengan buas dan kuremas-remas kedua buah dadanya. Kedua tangannya menekan kepalaku, berusaha memasukkan lidahku jauh lebih dalam kedalam vaginanya. Beberapa menit aku terus menjilat, mengisap, menggigit kecil.

"Aku....keluaaaaar....." erangnya.
Seketika itu juga tubuhnya menegang dan ia menjambak rambutku dengan kuat.

Cairan orgasmenya memenuhi mulutku. Kali ini aku yang bersusah payah menelan.
Kemudian Ira terkulai lemas, tersengal-sengal. Aku pun membaringkan diri disampingnya, lumayan lelah. Kupalingkan wajahku kearahnya, memang dia kelihatan sudah sangat lelah, Ira tidak mungkin sanggup melanjutkan permainan lebih jauh. Ketika pandanganku agak turun kebawah, aku melihat buah dadanya yang menantang itu, bersih tanpa cacat dan kencang berisi dan saat itu pula nafsuku naik kembali.

Penisku berdiri kembali dengan tegak. Ira melirik kearah penisku, namun aku pura-pura tidak tahu dan memalingkan tatapanku ke langit-langit. Semenit....dua menit...berlalu dalam kesunyian hingga akhirnya Ira membuatku kaget. Ia bangun dengan terhuyung-huyung, ia terlihat sangat lemas. Ia menaiki tubuhku dan tangannya yang gemetar hebat menggenggam penisku dan kemudian memasukkannya kedalam vaginanya dalam posisi woman on top, lalu ia mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun.

"Ra? Hei...hei...kenapa kamu? Nggak biasanya...kalo capek ya udah...ngga usah diterusin..." ujarku cepat-cepat. Ira hanya menjawab dengan senyum lemah, matanya sangat sayu.

5 menit berlalu. Tak ada lagi desahan, Ira hanya memejamkan mata dan tersengal-sengal. Aku tidak tega melihatnya, okelah kalau dia ingin kenikmatan, tapi bukan begini caranya! Gerakannya semakin liar. Ketika aku hendak menghentikannya, mendadak Ira tercekat.

"Uuuuunnngggghhhh.....aaaaaahhh....aaaahhh....!!" matanya terbelalak dan vaginanya mencengkeram penisku dengan sangat kuat. Aku merasakan penisku seperti disiram sesuatu yang hangat dalam jumlah banyak.

Belakangan aku tahu ternyata Ira mengalami orgasme yang jauh lebih dahsyat daripada yang sebelumnya..

"Maaf...Riif...aku...udah sampe...batasnya...."

"Ra?! Kamu kenapa hey?!!" aku berteriak panik sambil memegang kedua lengannya.

"Udah...nggak...sanggup..aku...cuma bisa...ngasih...ini. Hap...py...birth...day...." Ira terkulai di atas tubuhku.

Ira tergeletak dipelukanku. Awalnya aku khawatir, tetapi setelah kuperiksa, ternyata ia hanya pingsan karena kelelahan. Kok bisa?? Dasar Ira memang aneh...
"Happy birthday?" :huh: ,aku berusaha mencerna kata-katanya dan saat itu juga aku sadar kalau hari ini aku berulang tahun.
Aku benar-benar lupa, mungkin karena stress gara-gara masalahku dengan Ira sebelum ini.
Sebuah kado yang aneh dan agak tidak masuk akal memang, tapi itulah Ira, selalu memberi kejutan-kejutan kecil dalam hidupku. :)

Kubiarkan ia tidur dipelukanku, penisku yang masih tegak masih menancap di vaginanya. Ku set AC pada suhu terdingin, kutarik selimut tebal untuk menutupi tubuh kami berdua. Hujan pun turun dengan lebat, membuat suhu di kamar menjadi turun beberapa derajat dari yang seharusnya.

Malam itu, kami tidur berdua...lagi.

=BERSAMBUNG=
 
Itu yang diatas UPDATE PART 8...ane lupa nyantumin diatas...
Maaf kalo agak nggak masuk akal...itu fantasi ane... :(
 
UPDATE PART 9

Esok paginya aku terbangun lebih dulu dan ketika menengok ke samping, kulihat Ira sedang tidur dengan menggunakan lengan kiriku sebagai bantal. Wajahnya terlihat begitu damai dan tidurnya lelap sekali sepertinya karena kelelahan gara-gara tadi malam.

Aku tersenyum. Aku sempat tidak percaya, bagaimana mungkin seorang cewek seperti Ira yang punya segala-galanya, pintar, baik hati, cantik, dan masih banyak lagi kelebihannya mau berpacaran dengan cowok seperti aku. Aku termangu sejenak. Kemudian kubelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Ira malah merapatkan tubuhnya kearahku dan memeluk tubuhku. Lenganku bersenggolan dengan buah dadanya yang lumayan besar itu, maka tanpa ba-bi-bu penisku langsung berdiri tegak.


Kuperhatikan sejenak, rupanya dia tidak terbangun. Muncullah ide nakal di benakku. Kubaringkan Ira telentang dan kunaiki tubuhnya. Aku menahan kedua lengannya. Ia masih saja terlelap. Kuarahkan penisku dan pelan-pelan kumasukkan kedalam vaginanya yang memang tidak ditutupi apapun kecuali selimut yang menutupi tubuh kami berdua.

Karena tidak melakukan foreplay lebih dulu, maka penisku terasa sulit masuk kedalam vaginanya. Kutekan pinggulku lebih kuat dan blesss....akhirnya penisku masuk seluruhnya. Kupompa sekali, dua kali, dan tiba-tiba Ira terbangun. Sekejap saja ia meronta-ronta dan berontak, namun kedua tanganku sudah menahan lengannya sehingga ia tidak bisa apa-apa.

Setelah melihat wajahku, gerakannya melemah dan akhirnya Ira berhenti berontak sama sekali.

"Ooh...kamu Rif...jangan bikin kaget dong...tiba-tiba masukkin 'adik' kamu ke 'itu'ku. Pas aku lagi tidur lagi...ckck" decaknya

"Hehehe...gimana yah....nggak tahan sih" kataku sambil tertawa

"Hehehe...yaudah deh sayang, kita nikmatin aja yuk..." Ira tersenyum lalu menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, mengikuti gerakanku.

Nafsuku terbakar seketika melihat responnya. Kupompa vaginanya dengan liar.

"Uuukkhh....uuuuhhh....pelan-pelan dong Rif! Awww...!" protesnya

Aku tersadar, kuperlambat gerakkanku supaya Ira juga dapat menikmati.
Hanya beberapa menit kemudian tubuhnya sudah dibasahi keringat. Sprei tempat tidurku kusut dan berantakan gara-gara ditarik-tarik oleh Ira.

"Uuuuffhhh.....hhhh.....hhhh.....ooohhh Riiifff....ooohhh...." desahannya berubah liar

Kumasukkan penisku dalam-dalam hingga mentok. Aku tidak berminat untuk berbicara ataupun mendesah. Yang aku inginkan adalah melihat wajah Ira yang sedang orgasme, maka aku berkonsentrasi untuk membuatnya orgasme daripada mencari kenikmatan untuk diriku sendiri.

"Eeekkhh....aaahh....ahhh...aahhhh...." Ira mengerang dengan begitu merangsang.

"Udah mau sampe belum?"

"Hm-mh....sebentar...eehhh....lagi...aaahhh....aahhh..." nafasnya putus-putus

"Aku cepetin lagi ya?" tanyaku sambil mempercepat genjotanku. Ira kelojotan ketika penisku masuk sangat dalam.

"Iyaaahh....cepetin Riff....oooohhh....iyaaa....gituu....mmmhhh....enaaak Riifff...ooohh..." racaunya

Beberapa menit kemudian gerakan tubuhnya semakin liar. Tangannya menggapai-gapai sekelilingnya seperti orang kehabisan nafas. Kedua kakinya menahan pinggulku supaya aku tidak mencabut penisku.

"Sudah hampir..." pikirku

"Aaaaahhhhhhhhh!!!!" Ira menggigit bibir bawahnya dan melenguh keras, tubuhnya menegang, kakinya menekan pinggulku dengan kuat sementara vaginanya meremas-remas penisku. Aku merasa penisku seperti disiram sesuatu yang hangat.

"Mengawali hari ini dengan orgasme. Gimana rasanya? Hehehe" candaku sambil tetap memompa vaginanya.

"Hhh....hhh...hhh...eksotis..." Ira tersenyum sambil memejamkan mata dan mengatur nafas.

"Hhahaha...puas nggak?" aku tergelak mendengar jawabannya

"Puas Rif, puas. Hehehe...pagi-pagi aku udah dikerjain...kamu nakal ya!" jawabnya sambil menepuk kepalaku dengan lembut.

Kukecup bibirnya kemudian kutarik penisku yang masih tegak. Bagiku sudah cukup melihat Ira orgasme, kalau masalah nafsu urutan kedua, yang penting ketika Ira terpuaskan, sebagian nafsuku juga terpuaskan. Dasar aneh.

Melihat hal ini, Ira bertanya dengan heran, "Lho? Udahan?"

"Iya. Udahan. Kenapa?" aku balik bertanya

"Kamu nggak...mmm...keluar?" tanyanya hati-hati

Aku terbahak melihat ekspresi wajahnya,
"Hahahaha...aku nggak ada kelainan! Aku cuma pengen liat kamu keluar aja kok!"

Ira menatapku dengan heran.
"Loh? Tumben? Biasanya kamu ngeluarin didalem..." ucapnya tersipu

"Nggak deh kali ini. Cukup gini aja. Apa mau lanjut? Hehehe" aku menggoda Ira

"Mmm...nggak deh...maaf ya...aku udah capek...lemes nih." ujarnya lirih

Aku tidak memaksa. Ira bangun kemudian duduk disampingku dan menyandarkan tubuhnya ke dadaku.

"Dingin Riff...mmmhhh..." katanya sambil memeluk tubuhku

"Uh...aku lho ngerasa panas...hehehe" aku terkekeh

Ira tersenyum mendengar jawabanku. Ia merapatkan tubuhnya kearahku.

"Rif...aku sayang kamu..."

"Hei, emang kamu pikir aku nggak sayang kamu?" aku mencubit pipinya

"Ah masa sih?" candanya

"Eh Ra, kamu tau nggak?" tanyaku memancing-mancing

"Ya nggak lah bego! Kamu aja belom ngasi tau aku! Hahaha" kali ini dia mengelus-elus pipiku dengan lembut

"Hahaha iya juga ya! Kamu tu cewek yang paling sempurna tau nggak?"

"Nggak dong, masi banyak cewek lain yang jauh lebih baik dari aku..." Ira tertunduk, ia merendahkan diri

"Hei hei...percaya deh sama aku...aku nggak peduli kalo ada cewek yang lebih dari kamu atau apa, tapi dengan keadaanmu sekarang, dengan tiap kekurangan dan kelebihanmu, cuma kamu Ra cewek yang bagiku paling sempurna!" aku meyakinkannya

"Ah...nggak gitu juga kali..." Ira tersipu

Ira kembali tersenyum. Kami berpelukan cukup lama. Rasanya hangat, aku benar-benar bahagia bisa memiliki cewek seperti dia. Aku hampir menangis karena begitu bahagia :((

Aku melirik jam dinding kemudian berkata kepadanya,
"Udah jam setengah enam tuh...mandi gih, berangkat sekolah"

"Kamu aja duluan..."

"Aku kan nggak sekolah..*** ada pelajaran, ngapain berangkat :p ? Hehehe" aku terkekeh

"Ah nggak asik ah..." ujarnya sambil mencubit perutku

"Ih...kamu yaaa!" ucapku gemas sambil mencium lehernya

Ira mendorong wajahku menjauh dan tertawa,
"Ahhh...jangan mulai lagi deh...hahahaha...iyaa iyaa...aku mandi"

Ira bangkit dan berjalan dengan tenang ke arah lemari kemudian mengambil handuk. Aku menatap tubuhnya yang mulus dari atas kebawah. Ia sadar kalau ia sedang dipandangi, maka Ira agak menutupi tubuhnya sambil tersipu.

"Jangan ngeliatin kayak gitu dong...."

"Gimana nggak ngeliatin, sayang? Kamu seksi banget..." aku memujinya

"Ah gombal..." Ira tersenyum kemudian berjalan kearah kamar mandi.

"Oh iya Ra..."

"Hmm?" dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku

"Mau....mmm..." aku bingung mau mengatakannya

"Apaan? Mandi bareng? Hehehhee" tebaknya asal

"Bolehkah?" aku bertanya penuh harap

Setelah menatapku agak lama, Ira mengangguk dan tersenyum
"Ayo masuk...!"

Di kamar mandi penisku benar-benar keras dan menegang. Ira sadar akan hal ini, namun dia hanya tersenyum. Aku salah tingkah.

"Iraa...aku pengen..." aku sengaja merengek seperti anak kecil

"Hahaha...udah hampir jam masuk sekolah Rif..." Ira tertawa kecil

"Ya udah...aku ngocok sendiri deh...tapi aku sambil jilatin mem*k kamu ya?" pintaku

"Loh? Kok gitu?" dia terheran-heran

"Iya kan aku jadi nafsu banget kalo liat kamu ndesah gitu...hahahaha" aku tertawa

"Ah..aku nggak ngerti...hahaha...tapi ya udah...jangan lama-lama ya"
Ira duduk di pinggiran bath-tub dan melebarkan kakinya sehingga vaginanya kini terpampang .

"Anjing!" aku memaki keras sekali. Penisku nyut-nyutan melihat vagina Ira yang begitu mulus dan bersih, tanpa ada jemb*t sedikitpun.

"Eh, eh, eh! Kamu kok ngomongnya gitu sih?!"
Ira protes sambil merapatkan kembali kakinya, wajahnya tampak tidak senang.

"Eh yaaahh...jangan ditutup gitu dong..."

"Nggak. Kamu nggak boleh ngomong kasar kayak gitu lagi!" ucapnya tegas

"I..iya...maaf...nggak kuulangi lagi :(( "

"Janji?"

"Iya..janji"

Setelah itu Ira kembali membuka kakinya. Dengan ganas kujilati pahanya yang mulus itu. Benar-benar bersih dan halus tanpa noda atau cacat sedikitpun.
Ira merintih-rintih ketika lidahku sampai dibibir vaginanya. Aku menusukkan lidahku dengan liar kedalam vaginanya.

"Aaaaaaahhhhhh!!! Uuuukkhh....uuuuhhh...." ia menjerit dan mendesah

"Kyaaa! Hmmmmff....hhhh...uuuaaahh..."
Ira berteriak dan mengerang ketika klitorisnya kugigit dengan pelan.

"Terusin Riff...oooh...yeah...that's right baby...ooohh....ooohhhh...jilatin terus...aaahhhnn....disitu...ooohhh...mmmhhh" ia benar-benar lepas kontrol

Hanya dalam beberapa menit, karena Ira sudah horny dan posisi kakinya mendukung, segera saja ia mengalami orgasme. Pahanya yang halus itu menjepit kepalaku dan tangannya mendorong kepalaku dari belakang agar lidahku bisa masuk lebih dalam.

"Aaaaaarrrggghhhh.....!!" ia mengerang penuh kenikmatan ketika akhirnya ia orgasme

Ira mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk beringsut ke sisi lain bath-tub dimana ia kemudian bersandar pada dinding kamar mandi. Nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran dan di bibirnya tersirat senyum kepuasan.

"Uuuuh...." Aku bersusah payah menahan nafsu yang menggelora.

Tiba-tiba Ira bangkit dan berlutut dihadapanku.
Ia mengusap-usap penisku dan berkata, "Kalo aku bisa bantu kamu nenangin adik kamu ini, kita berhenti yaa? Kalo dilanjut, ntar aku bisa telat Rif"

Tanpa banyak cing-cong, Ira membenamkan penisku kedalam mulutnya. Ia mengurut penisku dengan menggunakan mulutnya, dan didalam, lidahnya membelit-belit penisku.

Aku berusaha mendesah, tapi tidak keluar suara apapun dari mulutku. Yang dapat kulakukan adalah duduk di pinggiran bath-tub dengan wajah memandangi lampu kamar mandi. Rasanya seperti disurga.

Ira benar-benar sudah professional dalam blow-job, bukan karena dia sering melakukan blow-job, tetapi semata-mata karena Ira adalah cewek yang pintar dan cepat belajar, ia cepat hafal tempat-tempat yang paling merangsangku.

Kalau soal blow-job, bisa dipastikan hanya sekitar 3 menit 'adik'ku pasti muntah. Dan memang ini yang terjadi. Penisku rasanya berdenyut-denyut dan lututku lemas. Sedetik kemudian spermaku muncrat dengan deras di dalam mulutnya. Namun sayang, Ira masih belum bisa memperkirakan kapan keluarnya spermaku sehingga ia tersedak dan terbatuk-batuk.

"Ah! Maaf Ra maaf...!" kataku sambil menepuk-nepuk punggungnya berharap hal itu dapat membuatnya merasa baikan

"Uhuk! Uhuk! I..iya...uhuk!! Nggak apa-apa..." Ira berusaha tersenyum

"Kamu keluar yaa? Aku mau mandi dulu...hehehe" lanjutnya sambil menjilat bibirnya yang berleleran sperma.

Aku pun menurut dan melangkahkan kaki keluar kamar mandi. Setelah Ira selesai mandi, dan akupun telah bersiap-siap, kami berangkat kerumah Ira untuk mengambil seragam yang tidak dibawanya. Keherananku terjawab ketika kami sudah diluar rumah, ternyata kedua orang tuaku ada tugas mendadak di luar kota dan berangkat kemarin, tepat ketika Ira datang tanpa berpamitan kepadaku.

Kami sampai di depan rumah Ira, ketika orang tuanya hendak berangkat kerja naik mobil.
Ira nyelonong masuk setelah mengucapkan selamat pagi.

"Oohh...Arif, Ira tadi malem dari mana sih?" tanya Ibunya

"Eehh...eemmm....dari..." aku tergagap, takut dan bingung mau menjawab.

"Hayoo...habis dari mana nih??" Ibunya semakin menggodaku

"Ira tadi malem nginap dirumahnya Arif Ma, Pa...kan udah bilang kemarin..." Ira keluar, telah berganti seragam osis dan langsung memutus percakapan kami

"Hah?? Gile ni anak!! Terus terang amat?!" pikirku

"Iya...nginap sih nginap...tapi nggak ngapa-ngapain Ira kan kamu?" tanya Ayah Ira dengan penuh selidik

"Ng..nggak dong Oom...haha...emang...emang mau ngapain? Hahaha..." aku semakin gugup

"Hahahahaha!! Ya kirain ngapaaaaiiinn gittuuuu....!" goda sang Ibu

"Nggak dong tante...hahaha..."
"Anjrit! Udah sono cepetan pergi! Ntar ketauan aku sering ML sama Ira bisa mampus!!

"Udah deh Mah, Pah, nggak usah khawatir berlebihan dong...sono berangkat" Ira tersenyum kepada orang tuanya

"Yaudah deh, Arif, Ira, Mama Papa berangkat dulu yaa" mereka melambaikan tangan

Brrrmmmm.....Mercedes itu pun melaju dengan mulus menjauhi kami.
Aku menstarter motorku.
Ketika Ira duduk dibelakangku, aku bertanya sambil berbisik

"What the hell was that?!"

Ira tersenyum...
----------------
Aku sampai di SMA tempat Ira bersekolah kira-kira pukul 06.45 AM.
Ternyata sekolahnya sudah cukup ramai oleh anak-anak. Aku berhenti di gerbang sekolah dan Ira turun disitu.

"Aku sekolah dulu ya Rif" pamitnya

"Iya...belajar yang pinter ya...oh iya, ada ulangan nggak?" tanyaku

"Mmm...ada...ulangan metematika...hehehe"

"Ya udah. Sukses yaa...ayo kamu bisa dapet 100" kataku menyemangatinya

Ira mengiyakan. Ketika ia berbalik dan hendak pergi, aku menarik tangannya.

"Hei...kok ngeloyor gitu aja?" aku tersenyum

"Uhh...masa disini sih?" tanyanya ragu-ragu

Setelah menengok ke kanan kiri, Ira mengecup bibirku dengan cepat.

"Makasih ya Rif" ia tersenyum dan berbalik kemudian masuk kedalam sekolah

Aku tersenyum memandanginya masuk kedalam sekolah. Ira sesekali menoleh ke arahku dan melambaikan tangan. Aku memutuskan untuk pulang. Hatiku dipenuhi kebahagiaan sehingga ketika perjalanan pulang aku tersenyum kepada siapa saja yang kutemui.

Namun aku tidak menyadari, bahwa kebahagiaanku ini tidak akan bertahan lama...dan itu terbukti beberapa hari kemudian.
 
itu gan cerita yg di sebelah yang brenti d tengah jalan.....

Ane maksud gan...ane juga fans Tania kok :peace:
yang bikin ane bertanye-tanye tu, kenapa mbawa2 Tania gitu...kakaknya Ira kali ya? :D
 
Agan-agan, ane minta pendapatnya dong...kritik juga (tapi jgn ofensif banget :p ) jadi ane tau kesalahan-kesalahan dalam cerita karangan ane...commentnya jangan cuma tanya 'kapan lanjut' terus... :(
 
Oke gan ane kasih Pendapat, Menurut ane cerita agan Seru , ga monoton lah Pokoknya gan, apa lagi pas cerita berantem, ane sampe kebawa Gedeg tuh ama Cowo yg kaya itu, Sayang bgt ceritanya sering bersambung, Itu yg bkin kecewa gan :((
 
Bimabet
ane ngbacanya sampe pengen ngebonyokin muka cowo yang selingkuh sama Arif gan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd