Orang dahulu bilang pernikahan/perkawinan itu sakral, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin...( UU PERKAWINAN 1974 bab1 pasal 1 ). Suami sbg tulang punggung keluarga tugas utama memenuhi kebutuhan lahir/materi, istri memiliki tugas yg seimbang dengan memenuhi kebutuhan batin dalam keluarga. mendidik anak dengan kasih sayang, tulus, kesabaran dan kelembutan sebagai ciri dari wanita.
Dahulu juga saya pernah punya pemikiran buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi kalau setelah menikah nanti berakhir jadi ibu rumah tangga saja. Mungkin saya terpengaruh orientasi pendidikan ala kolonial/barat/modern yg cenderung kepada materialisme. Jauh berbeda dengan konsep pendidikan ala Tan Malaka yg mengatakan bahwa,"tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan". Bung Pram juga mengatakan,“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas (Bumi Manusia). Beberapa kali saya mendapatkan anak-anak asik dengan hp-nya bermain game asik sambil melontarkan kata an;ing jing , ah didikan siapa itu? generasi macam apa ini? Ya, selalu gogok yg diucapnya kala mengumpat. Salah apa sih Si gogok? Hadeuh hapuntennya jadi ngabaceo kiyeu aing teh lantaran maca dongeng angga parasea bae jeng dewi. Ari ceuk kolot oge ulah parasea bae, orang yg emosinya memuncak bisa hilang kendali, gelap mata bisa melakukan hal yg sangat keji seperti yg terjadi di Jagakarsa. Trimakasih sudah membaca komen yg mungkin cukup panjang dan mungkin juga gak nyambung hehehe