Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .
:hati: ^_^ :hati:

Selamat pagi buat para sedulur pembaca forum yang berbahagia :cendol:.

Cukup lama tidak bersua dengan panjenengan semua :kumis:.

Sekedar info lalu lintas saja.... bahwasanya Anakmas kami ❤️ Joko Sembrani masih dalam perjalanan pulang :motor1:.

Jadi kemungkinan besar belum bisa hadir segera menemui sedulur semua :Peace:.

Namun sebagaimana yang kami sampaikan berulangkali di berbagai kesempatan, kami yang diserahi tugas mengemong Anakmas Joko tetap berupaya semaksimal mungkin dengan segala daya upaya...siang malam...awan mbengi agar Ngger Joko bisa menemani waktu luang panjenengan sedulur semuanya :beer:.

Harapan kami, kita semua tetap senantiasa dikarunia kesehatan, dilancarkan rejeki dan kabul hajatnya oleh Dia, Yang Maha Pemurah.

Salam Rahayu dan Salam Bahagia 🙏😇.
 

°°°°°

Budhe Ginah terus mendaki menyusuri tepian lereng sempit dan terjal Gunung Simongan yang belum pernah dirambah manusia.

Sungguh jika demi bukan menyelamatkan orang yang disayanginya ia takkan mau bersusah payah begini.

Tangan dan kakinya terlihat kotor penuh debu dengan beberapa titik luka kulit tergores bebatuan dan ilalang liar.

Beberapa kali perempuan yang beranjak senja ini menarik nafas berusaha mengisi oksigen di dalam paru-parunya yang menipis seiring ketinggian mendekati puncaknya.


Gunung Simongan

Bau belerang makin kuat tercium di hidung Ginah saat dirinya menghirup udara di sekitarnya.

Asap putih nan tebal membumbung tinggi terlihat dari pucuk gunung tersebut disertai lamat-lamat suara gemuruh yang membuat jantung Ginah makin tak karuan.

"Simongan sialannnn….kau jangan lancang melangkahiku…."
......
"Silakan jika kau mau kentut atau mencret sekalian tapi nanti setelah aku berhasil menyelamatkan Mas Toyo…."
……
"...kalu tidak…aku akan mengutukmu hingga ke alam kubur…hahhh…"
…..
"...aku…aku harus cepat…Mas Toyo….hahhhh…."

"Menurut wangsit yang kuterima…Mas Toyo berada di sebuah tempat tak jauh dari sini…."
"Aku…aku akan hening dulu untuk memastikannya…"

Usai berujar Ginah segera duduk di sebuah batu lalu hening cipta berusaha menyelaraskan diri memohon petunjuk kepada Sang Maha Pencipta.

Angin dingin bertiup cukup kencang di atas sini dimana Budhe Ginah berada.

Berbarengan dengan hawa hangat cenderung panas menyemburat dari dalam tanah gunung membuat suasana serba tanggung…tidak mengenakan.

Sejenak mata keriputnya yang terpejam bergerak-gerak. Sepertinya ada sesuatu yang beliau rasakan….

Tak lama mata beliau membuka disertai tarikan nafas yang dalam lalu keluar lagi dari mulutnya.

"Yah, sudah dekat….tapi aku harus waspada…siapa tahu ada sosok jahat yang tengah menantiku di atas sana…"ucap budhe sambil merogoh cundrik mustika dari balik bajunya.

Sejenak hawa hangat pelan namun pasti seakan mengaliri seluk beluk tubuhnya yang mulai dirambati hawa dingin membuat beliau tenang.

Yah, cundrik inilah satu-satunya teman seperjuangannya kini dan ia berharap cundrik pusaka di tangannya bisa membantunya menghadapi bahaya yang mungkin akan menghadangnya.

Bahaya yang berasal dari sosok Dahyang lelembut penunggu Alas Hutan Lesanpuro, Nyi Ratu Dewi Gelang-Gelang.

-----------

Makin lama dada Ginah kian berdebar kencang. Ia tahu dirinya telah semakin mendekati tempat kakak angkatnya berada, Pakde Toyo.

Sebagai wanita yang lebih banyak hidup dibalik dapur sudah barang tentu suasana demikian membuatnya deg-degan.

Hingga akhirnya mata tuanya yang mulai rabun melihat sebuah mulut gua yang cukup besar tertutup sebagian pepohonan dan semak belukar di sebuah dataran kecil.

Ginah perlahan memberanikan dirinya untuk masuk ke dalamnya dengan kesiagaan penuh.

Sejenak berdiri menanti…ia perhatikan tak terdengar suara apa-apa dari dalam gua melainkan desir angin sore nan dingin berhembus cukup keras mengusik pendengarannya.

"Mas Toyo….Mas Toyo…!!!"

"...kau ada di dalam Mas…??!!!!"

"Ini akuuu…adikmu Ginahhh…!!!"

Ginah membuka telinganya tajam-tajam berusaha menangkap suara sekecil apapun yang mungkin merespon ucapannya barusan.

Ia berharap sosok Sri Toyodiningrat betul-betul berada di dalam gua ini dalam keadaan hidup hingga ia bisa segera membawanya pulang.

Setelah beberapa saat tak jua mendapatkan balasan apa-apa, Ginah pun menguatkan batinnya untuk memasuki gua gelap yang cukup besar itu penuh kehati-hatian.

Sreek…sreekk…krekkk….

Suara langkah kakinya perlahan sekali memasuki gua gelap berlantai kerikil itu dengan bantuan sebuah senter kecil di tangannya.

Sorotnya yang terbatas tak mampu menerangi liang gua yang semakin ke dalam anehnya makin membesar dan melebar.

Degup dadanya makin menguat. Naluri tajamnya mengatakan gua sebesar ini pasti bukannya tak berpenghuni.

Tinggal persoalannya siapa yang menghuni gua ini…??

Pertanyaan yang membuat Ginah makin gelisah ini akhirnya terjawab saat kupingnya mendengar suara-suara yang mencurigakan.

Suara itu jelas bukan suara orang melainkan lebih mirip suara desisan yang makin keras. Pertanda burukkah…?

Desisan itu makin terasa saat Ginah cukup dalam memasuki gua lalu langkah kakinya terhenti seketika dengan mata melebar.

Persis di hadapannya dalam jarak cukup dekat ia melihat banyak sorot mata berkilat dalam keremangan.

Siluet sosok panjang dan licin berkilat memenuhi area depan tepat kira-kira sepuluh langkah di hadapannya.

"Aakhhhh...UUu..ulaaarrr…!!"pekik Ginah sambil menutup mulut.

Pandangan mata Ginah menatap dengan rasa takut dan kaget yang membuncah saat dilihatnya dengan mata kepalanya ratusan ular berbagai jenis bergulat bak tengah berpesta pora.

Tubuh Ginah gemetar takkala menyaksikan pemandangan menyeramkan yang baru kali ini ia saksikan.

Kedua telapak tangannya sontak mengenggam erat masing-masing senter dan cundrik emas milik Pakde Toyo.

Meski berusaha tenang namun tak urung gentarlah Budhe Ginah melihat kerumunan ular yang berjubel itu.

Budhe jelas dalam persimpangan hati.

Batinnya yang kuat telah merasakan getaran keberadaan sosok pria yang dicarinya di dalam sana. Namun di saat yang sama naluri kemanusiaannya spontan mendorongnya untuk menyelamatkan diri.

Ginah memejamkan matanya sambil komat-kamit membaca doa untuk membentengi diri sekaligus memohon petunjuk tentang apa yang harus ia perbuat selanjutnya.

Namun belum sempat ia mengambil tindakan dirinya dikejutkan dengan tatapan mata ratusan ular tersebut serentak memandang dirinya disertai desis yang makin menggila.

Hingga akhirnya….

"Aakhhhhh….Ya Alohhhhh….!!!!"

Bruukkk… sraakkkkk…..

Ssss…sssss…..ssssss…..hahhhhhh…!!!!

Budhe terjerembab ke belakang lalu bergerak terseok-seok dengan paniknya berusaha menjauh dari gerombolan ular yang mendadak menyerbu ke arahnya.

Sungguh sebuah pemandangan yang begitu mengerikan ketika ratusan ular berbisa tersebut seakan berlomba mendatangi Budhe Ginah dengan mulut menganga penuh taring bersamaan nafsu laparnya.

Sepertinya mereka berniat hendak menerkamnya hidup-hidup.

Budhe Ginah melotot dengan muka pucat dan takut yang teramat sangat.

Sssss…ssssss….gghhhhhhh….!!!!

Senter yang dibawanya sontak terjatuh takkala ular-ular ganas tersebut hanya tinggal beberapa langkah darinya.

Suara jeritannya terdengar pilu menggema memecah keheningan memantul dari relung-relung dinding gua yang misterius itu.

"GUSTIIIIII…..AAAKHHHHHH....!!!!!!"jerit Budhe Ginah di saat-saat terakhir nyawanya sebentar lagi akan melayang.

Kedua matanya terpejam erat dengan posisi meringkuk tepat bersandar di dinding gua.

Badannya gemetar memeluk lutut kakinya sendiri sambil jemarinya spontan menggenggam erat-erat cundrik emas pusaka yang berada di tangannya serta mengacungkannya ke muka.

Nafas beliau begitu memburu dengan jantung seakan-akan mau copot saat detik-detik mengerikan itu akan menimpanya.

Namun sekian detik berlalu tak ada apapun yang terjadi.

Ginah memberanikan diri membuka mata untuk melihat apa yang terjadi…dan terkejutlah dia.

Ratusan ular berbisa aneka rupa yang tadi menyemut hendak menerkamnya mendadak hilang tanpa bekas…!!

Tak ada lagi suara desis yang tadi membuatnya ketakutan setengah mati.

Matanya sekilas melihat bayangan sosok-sosok ular yang nampak bergerak menjauh darinya seakan lari terbirit-birit karena ketakutan.

Bahkan terdengar cukup jelas di telinganya suara seperti jeritan riuh para wanita yang anehnya seakan berasal dari kumpulan ular-ular buas tadi.

Apa yang terjadi….??

Sorot mata Budhe Ginah spontan menangkap cahaya keemasan yang sebentar berpendar redup keluar dari cundrik emas di tangannya.

Tahulah ia apa yang telah menyelamatkannya.

"Kangmasss…duh Gustiiii…."desah Ginah lalu kembali meremas erat gagang cundrik dengan jemari tangannya.

Usai menenangkan diri kembali dari rasa terkejutnya yang luar biasa, budhe lalu kembali berdiri lalu sekuat daya memberanikan diri melangkahkan kakinya menuju ke arah dalam gua.

Rasa kepercayaan dirinya pun perlahan menguat setelah menyadari kekuatan cundrik pusaka yang kini berada di tangannya.

Sambil setengah mengacungkan tangan ke muka budhe melangkah kian dalam hingga sampailah dia ke sebuah tempat yang tak ia sangka-sangka.

Gua ini sungguh ajaib.

Tak dinyana dalamnya gua bak berada di sebuah tempat asri yang indah penuh bebungaan dan aliran sungai kecil nan jernih di dalamnya.

Mata Ginah membuka nyalang seakan takjub akan apa yang dilihatnya.

Sampai akhirnya mata senjanya membentur satu sosok yang tergolek di salah satu dinding altar disusul pekik jerit Ginah menyebut nama seseorang.

"Kangmassss…!!!!"

Budhe segera menghambur setengah berlari menuju sosok pria yang tergolek dalam keadaan lemah dan terantai itu.

"Kangmasss Toyooo…. Kangmas…Ya Alohhhhh….akhirnya….akhirnyaaa aku menemukanmu kangmasss…hik..hikkk…hikkk…"

*Apa yang terjadi terhadapmu kangmasss…siapa yang melakukan ini semuanya….hik…hikk…??!!"

Pekik dan isak tangis Ginah tak tertahankan lagi manakala menyadari sosok tersebut bukan lain adalah kakak angkatnya yang selama ini menghilang entah kemana dan ternyata berada di tempat aneh menyeramkan ini.

Dipeluknya erat tubuh pakde yang terkulai lemah dalam keadaan terbelenggu.

Usai menumpahkan perasaanya Ginah terkejut setelah mengetahui bahwa Toyo terikat tanpa busana alias telanjang bulat.

Ginah hendak melepaskan ikatan yang mengikat kedua tangan pakde.

Namun baru saja berangkat hendak membukanya perempuan itu memekik sambil beringsut mundur dengan wajah pucat.

Bagaimana tidak….

Yang mengikat kedua pergelangan tangan Pakde Toyo ternyata bukanlah tali, rantai dan sejenisnya melainkan benda hitam nan licin menyerupai ular kecil yang bergerak hidup dengan mulut menganga.

Ular kecil berwarna hitam legam namun panjang menyerupai tali itu melingkar kuat di kedua pergelangan tangannya seolah menghalangi siapapun yang berani berusaha melepaskannya.

Sungguh budhe yang notabene paling takut dengan hewan melata ini jelas tak bisa berbuat banyak.

Tapi waktu sudah sangat mendesak. Apalagi budhe terus merasakan getaran-getaran kuat dibawah telapak kakinya yang jelas bersumber dari dalam perut Gunung Simongan.

Ia musti bertindak cepat kalu tidak mau mati konyol di tempat ini.

Maka setelah berpikir sejenak dengan rasa cemas dan takut menghantui budhe sekonyong-konyong tersentak saat mengingat sesuatu yang begitu berharga dalam genggamannya.

Yah, cundrik emas pusaka yang tadi telah menyelamatkannya dari maut.

Budhe betul-betul telah membulatkan tekad. Hidup atau mati, sebuah pilihan yang jelas bukan ?

Memilih untuk hidup dan membawa pulang kakak angkatnya tercinta Budhe Ginah memekik keras sambil menghunuskan cundrik pusaka di tangannya dan mengayunkannya ke arah dua ular yang mengikat pakde.

"Mati kaliannnnn….mampusss….!!!!" Teriak budhe sambil menahan takut dan geli.

Ssshhhhh….khaaaa....!!!!

Bbbrrrrrr…..bbrrrrrr…..!!!

Kedua ular yang membelit pergelangan pakde sontak memekik keras saat terkena sambaran keris pusaka itu. Kemudian jatuh ke tanah. Menggelepar dan menggeliat-geliat keras dengan tubuh terbakar terlalap api lalu musnah tinggal abu

Budhe segera mendatangi pakde yang tergolek lemah.

Ditutupnya tubuh telanjang pakde dengan bajunya yang tak jauh di sisinya dan dipeluknya erat sambil menahan tangis.

Lamat-lamat Ginah bisa merasakan dengus nafas pakde yang nampak lemah pertanda beliau masih hidup.

Sejenak menatap sekelilingnya budhe berusaha menyadarkan pakde dengan menepuk halus.

"Masss….mas Toyoo….sadarlah masss….ini Ginaahhh, Masss…."

Tak kunjung sadar budhe yang teringat akan mukjizat cundrik pusakanya segera mendekatkan ke arah pakde lalu diusapkan lembut kesekujur badannya berulang kali.

Pendar halus cahaya keemasan sontak memancar dari pamornya manakala menyentuh tubuh Pakde Toyo.

Tiba-tiba….

"Hukkk…hukkk…hukkk…aaahhhh….!!"

Seketika pakde terbatuk-batuk sambil menggeliat kuat lalu terdengar erangan kerasnya.

"Mas Toyooo…!!!" Pekik Ginah dengan begitu haru melihat pakde telah sadar.

"Kauuu…Ginnaaahhh….."

Mata pakde yang semula terpejam perlahan membuka. Sayu pandangannya terlihat menatap ke arah Ginah sambil tangannya lemah meraba wajah budhe.

Mata sayu itu sejenak menatap budhe lalu mendadak membesar setengah melotot disusul pekik tertahan pakde memanggil nama seseorang yang tak asing lagi.

"Nggerrr…Nggerrr Jokooo Sembraniiiiii…!!!!"

"Nggerrr….Aakhhh…!!!"

"Kangmasss….ada apaaa Masss….kenapa dengan Kokooo…??!!!" ucap budhe terkejut mendengar pakde setelah siuman memanggil nama Joko berulang kali dengan nada histeris.

Entah tenaga darimana pakde lantas meremas erat kedua lengan Ginah dengan kedua belah tangannya sambil menatap tajam serta raut muka begitu mengkhawatirkan sesuatu.

"Kauuu…kauuu..Nahhh…Ginahhh….!!"
......
"...cepaattt..kita haruss segera menemukan Ngger Joko Sembrani…ja..jangannn sampee terlambat Nahhhh….!!"ucap pakde dengan parau yang kini hendak berdiri tanpa memedulikan keadaan dirinya yang bugil.

Ginah yang tak paham ucapan pakde lantas berusaha memenangkan pakde yang histeris bak orang kedanan.

Dengan sekuat tenaga Ginah berupaya menyadarkan' pakde sambil memberikan kepada lelaki tua ini sebuah pil hitam hasil racikannya sendiri sebagai penambah tenaga.

Sekian saat akhirnya Ginah berhasil membuat Pakde Toyo lebih tenang meski dengan nafas yang memburu dan bergejolak.

Pakde yang kembali sadar tak kuasa menahan diri untuk tidak memeluk Ginah.

Dipeluknya perempuan adik angkatnya ini dengan penuh rasa haru bercucuran air matanya.

"Nahhhh….Ginaahhh…!!"

"Mas Toyoooo…."

Kedua kakak beradik itu hanyut dalam rasa haru dan gembira yang begitu besar.

Panjang perjalanan Ginah dalam mencari kakak angkatnya ini.

Penuh laku prihatin dan berliku aral bahaya hingga dia berhasil menemukan Pakde Toyo di tempat yang aneh dan berbahaya tepatnya di lereng Gunung Simongan yang terpencil.

"Puji syukur Alhamdulillah….marang Gusti Allah, aku bisa menemukanmu Masss…."
......
"...apa yang telah terjadi sebenarnya denganmu selama ini, Masss…?" Tanya Ginah masih dengan nada cemas sambil memberikan baju dan celana kepada Pakde.

Diberikannya sebuah gembes / botol air yang sedianya ia bawa untuk bekal minumnya kepada pria sepuh ini.

Pakde tak langsung menjawab melainkan cepat meminum air yang disodorkan Ginah sambil mengenakan kembali baju ke badannya.

Beliau lantas duduk bersila mengambil posisi semedi untuk mengembalikan tenaga dan memulihkan batinnya yang anjlok ke titik penghabisan gegara 'siksaan' seksual para siluman wanita itu.

Ginah memandang pakde dengan sorot penuh haru. Keadaan pria ini sungguh mengenaskan. Kurus kering nyaris bak tinggal tulang berbalut kulit saja.

Bersyukur pakde memiliki ketahanan fisik yang hebat karena biasa laku prihatin di masa mudanya dulu. Jika bukan karena itu mungkin beliau sudah tewas karena siksaan gila tersebut.

Sekian waktu berdiam perlahan pakde menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dalam-dalam.

Raut muka keriputnya yang semula pucat pasti nampak memerah pertanda aliran darah di tubuhnya sudah jauh membaik.

"Ginah, aku percaya kau akan datang mencariku…."
"...puji syukur kehadirat Gusti Kang Maha Agung….kau datang di saat-saat kritisku. Jika terlambat barang beberapa jam saja mungkin aku sudah menjadi mayat…"
.......
"Sekarang kita harus segera kembali ke Sawojajar…waktu sudah semakin mepet…aku sangat khawatir akan keadaan Ngger Joko Sembrani…."

Ginah memandang dengan tatap mata serius bercampur rasa debar di dada.

Tadi pakde begitu panik saat pertama kali ia sadar dalam pelukannya sambil menyebut nama Joko.

"Kangmas, Kokoo…ada apa dengan Koko ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Benarkah Nyi Ratu Dewi Gelang-Gelang ada dibalik semuanya ini….?" Tanya budhe penuh ingin tahu.

Pakde sejenak memandang adik angkatnya ini lantas matanya menerawang jauh ke muka.

"Bertahun-tahun waktu berlalu semenjak kelahiran Ngger Joko Sembrani yang penuh kejadian mistis dan misterius…akhirnya apa yang tersembunyi selama ini terungkap sudah…."
"....
"Nahhh….aku akan menceritakan secara singkat apa yang sesungguhnya terjadi di balik kejadian yang menimpaku berikut hubungannya dengan Ngger Joko Sembrani serta kaitannya dengan Dewi Gelang-Gelang…"kata Pakde Toyo dengan lirih.

Sorot matanya yang cekung nampak sayu seakan menyimpan beban yang begitu berat karena tanggung jawabnya.

Seiring hembusan nafasnya yang berat terucaplah kata demi kata kalimat demi kalimat dari bibir Pakde Toyo yang membuat Ginah terperanjat dengan muka tak percaya akan apa yang ia dengar langsung dari mulut kakak angkatnya ini.

(..................................)

"Angger Joko Sembrani….."ucap Budhe Ginah seraya mendesis halus dengan tubuh gemetar. (Nak.red)

Sulit ia mempercayai ucapan itu bila bukan berasal dari mulut Pakde Toyo sendiri.

"Itulah yang bisa ku ceritakan kepadamu Nah…"
........
"Cuma engkau yang mengetahuinya…tidak pula Ngger Joko Sembrani maupun Aini…"kata Pakde Toyo.

Teringatlah di benak Ginah akan peristiwa mistis yang ia alami ketika membantu persalinan almarhumah Sumini saat melahirkan Joko ketika itu.

Ia mengalami kejang-kejang akibat klimaks seksual yang begitu aneh bin ajaib ketika bersentuhan dengan bayi Joko. Termasuk penampakan dua wanita berpakaian bak putri keraton yang muncul dan menghilang tiba-tiba.



Meski ia maupun Pakde Toyo belum bisa menerka siapa sebenarnya sosok kedua wanita itu. Satu yang pasti, keduanya pasti berkaitan erat dengan Wahyu Pusaka Cakrakembang milik Dewi Lakshmi yang tersimpan di dalam tubuh Joko.


Dewi Lakshmi
(
Dalam agama Hindu, Laksmi (Dewanagari: लक्ष्मी; IAST: Lakṣmī) dipanggil juga Mahalakshmi atau terkadang Adi Parashakti adalah dewi kekayaan, kebahagiaan, kesetiaan, ketulusan, kebaikan, kesuburan, kemakmuran, Kemenangan, keberuntungan, keabadian, kehidupan,kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan dan juga kedamaian. Beliau merupakan shakti atau pasangan Dewa Wisnu , Sang Pemelihara)


"Dewi Gelang-Gelang…."
........
"....berarti memang dia selama ini mengincar Wahyu Cakrakembang milik Dewi Lakshmi dengan tujuan untuk menguasai dunia seisinya….sungguh mengerikan kalu niatnya sampai terwujud Kangmas….hahh…"ucap Ginah dengan lidah terasa kelu sambil memandang jauh ke muka.

Pakde turut memandang ke luar dengan sorot sayu

Suasana yang semula hening tiba-tiba dipecahkan suara pekik Ginah yang seketika menatap pakde sambil tangannya spontan meremas lengan pria tua ini.

"Kangmas….jangan-jangan pria tampan berpakaian layaknya pangeran yang kau lihat ketika Koko datang waktu itu….diaaa….???! "



Pakde ganti menatap tajam Ginah lalu balas menggenggam erat tangan Ginah yang hinggap di lengannya.

"Betul….dia, Raden Soma…."sahut pakde mengangguk pelan.

"Aakhh…!!!!"
........
"....jadiii…jaddiii…Koko…Kokoo adalah Raden Soma….!!!"teriak Ginah dengan mata membuka lebar-lebar.

"Lebih tepat kalu dikatakan…Ngger Joko Sembrani adalah titisan dari Raden Soma…"ucap Pakde Toyo menatap Ginah lekat-lekat.

'Jadi…jadi kalu begitu…kisah legenda Raden Soma yang kita tahu sama-sama sejak kecil itu…benar-benar ada…betul-betul terjadi alias bukan cerita omong kosong belaka, Kangmas…!!"

Pakde tak segera menjawab. Hanya sorot matanya seakan membalas apa yang diucapkan adik angkatnya ini.

"Memang sulit untuk dipercaya tapi setelah apa yang kita alami dan kita berdua ketahui bersama sejauh ini…sampai dengan sekarang ini…terjawab sudah apa yang kita pikirkan selama ini, Nahhh…" sahut pakde dengan lirih.

Suasana sejenak kembali hening.

"...bagaimana dengan akhir cerita legenda itu Kangmasss…?? Bukankah kalu tidak salah…Raden Soma…dikatakan hidup dalam kesengsaraan lalu berakhir tragis mati secara mengenaskan…"
.......
"...lalu Kokoooo….??!!!!"

Ginah tak melanjutkan kata-katanya.

Kedua orang tua itu sejenak saling berpandangan dengan sorot mata aneh.

"Kangmassss…."ucap Ginah dengan raut muka mendadak begitu pucat serta tangan gemetar menyentuh lengan pakde.

Pakde bukannya tak tahu apa yang dimaksud adik angkatnya ini.

"Bukan hanya Ngger Joko Sembrani…tapi seluruh umat manusia di jagat ini pun dalam bahaya besar…"desis pakde terhenyak seakan tersadar akan ucapan perempuan di depannya ini.

" CEPATT…NAHHHH…!!!"
".......
"...Kita harus segera menemukan Ngger Joko Sembrani….!!!"pekik pakde tak kalah panik lantas bergegas bangun lalu setengah berlari menuju ke luar gua.

"Kangmasss….tungguuu…!!"

Ginah mengejar pakde dengan tergopoh-gopoh hingga keduanya tiba di mulut gua.

Setibanya di luar suasana sore jelang petang telah menyapa mereka.

Pakde spontan menengadah hingga sepasang matanya bisa melihat bulan menggantung jelas di atas sana.

Bulan yang terlihat begitu berbeda.

Besar…bulat dan berwarna merah pucat laksana darah. Memancarkan cahaya redup yang membuat merinding siapapun yang melihatnya.




Deg…deg…deg….

Jantung pakde berdegup keras saat pandang matanya melihat satelit alami Bumi itu.

Batinnya yang tajam menyiratkan sesuatu sinyal bahaya hingga membuat pakde berkeringat dingin serta nafas terasa sesak hingga ke paru-paru.

"Nahhh…lihatt…"ucap pakde seraya menunjuk ke atas.

Ginah mendongak mengikuti arahan pakde.

Bulan besar berwarna merah gelap memancarkan pendaran cahaya mistis yang menggetarkan batin Budhe Ginah.

"Gerhana…Gerhana Bulan Kangmass…malam ini…malam ini akan terjadi Gerhana Kangmasss…"rintih budhe dengan raut muka memucat.

"Gusti Ingkang Moho Agung…."desis pakde gemetar.

Keduanya saling berpandangan. Dari sorot mata mereka jelas menggambarkan rasa khawatir yang teramat sangat.

Sudah pasti waktu terus berjalan dan tak banyak lagi tersisa bagi kedua orang tua ini. Mereka musti segera bertindak sebelum semuanya menjadi bubur.

"Ayooo Nahhh….kita harus cepat…jangan sampai terlambat….!!"ajak pakde sambil mengamit tangan Ginah.

Keduanya berjalan cepat menyusuri tebing lereng Gunung Simongan hanya berbekal senter dan cahaya senja yang makin muram.

DDDRRRRRR….GGGRRRRRRRR….!!!!

"Aakhhh...!"pekik budhe merasakan tanah yang ia pijak bergetar demikian kerasnya.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang begitu dekat dirasakan oleh kedua orang tua itu.

Tanah yang mereka pijak bergetar keras bak dilanda gempa bersamaan hawa hangat kian memanas di sekitar.

Bau belerang santer makin kuat menusuk hidung kedua kakak beradik itu.

Spontan pakde dan budhe menatap ke atas seraya menunduk setengah berjongkok.

Mata pakde kembali membuka lebar setengah melotot bilamana melihat puncak Simongan mengeluarkan asap putih yang begitu tebal membumbung tinggi ke angkasa.

Jauh lebih tebal dan nampak angker menggetarkan ketimbang waktu pertama kali Ginah sampe di lereng gunung.

DDDRRRRRR…..GGGRRRRRRRR….!!!

Kembali tanah Gunung Simongan yang mereka pijak bergetar keras kali ini terasa semakin kuat.

Tanpa membuang waktu keduanya segera menuruni lereng menuju arah Sawojajar.

Tanpa disadari mereka justru berjalan menuju wisata Cottage Penginapan 'Banyu Mili' di mana Fadholi dan Aini tengah menuntaskan bulan madu mereka.


-------------


Mahalini - Sisa Rasa

Sayup-sayup suara merdu Mahalini mendendangkan lagu Sisa Rasa terdengar dari beranda rumah kecil nan asri itu.

Sementara satu sosok pria muda bertubuh tinggi tegap atletis terlihat duduk termangu menatap halaman pekarangan rumah penuh tetumbuhan bunga cantik dan perdu di depannya.

Mata bening nan biru pria muda ini sebenarnya nampak begitu indah cemerlang. Namun sorotnya yang nanar nampak kosong menyiratkan makna kesedihan mendalam di balik keindahannya.


Anakmas, Joko Sembrani ♂️😎

Dia…siapa lagi kalau bukan sosok Anakmas, Joko Sembrani.

Anak muda ini menatap keremangan senjakala di halaman rumah Aini rumah masa kecilnya dulu dalam kesendiriannya.

Dua hari terakhir ini pikiran serta hati Joko terasa begitu kalut dan carut marut tak menentu.

Yah, semenjak Fadholi memboyong wanita yang amat ia kasihi, bibinya tersayang ke Pondok Cottage "Banyu Mili" kepunyaan sang suami di lereng Gunung Simongan yang berhawa dingin untuk berbulan madu.

Sungguh masgul dan kecewanya sang pemuda tampan ini saat membayangkan paras ayu dan tubuh indah mewangi sang bibi dijamah tangan-tangan kasar sang kepala desa.

Ia tak bisa berdiam diri dengan tenang manakala bayangan itu kian merangsek ke dalam pikirannya membuatnya makin gelisah.

Meski tak terhitung lagi perempuan-perempuan cantik dan aduhai yang jatuh dalam pelukannya namun tak satupun di antara mereka mampu menyamai apalagi menggantikan bibinya tersayang, Aini Komalasari


Aini Komalasari :hati:


Aini Komalasari :hati:



Sekejap romansa indah ketika bersama-sama sang bibi tercinta berkelebatan memenuhi ingatan di kepalanya.


Ilustrasi

Sejak dia masih kanak-kanak…sekolah dasar…SMP…SMA…hingga kini perasaannya telah makin berubah.

Dari yang awalnya menyayangi Aini sebagai bibi yang mengasuhnya sebagai pengganti orang tuanya menjadi sosok wanita yang betul-betul ia cintai laiknya pria dewasa terhadap seorang perempuan.

Sungguh pengin rasanya dia menangis dan berteriak sekeras-kerasnya untuk menumpahkan segala penat hatinya akan kenyataan pahit yang harus ia terima.

Sekarang semua kenangan indah itu seakan telah berakhir pasca pernikahan sang bibi tercinta.

Apakah dia bisa berpaling kepada wanita lain dan melupakan semua yang telah terjadi antara dia dan sang bibi…?

Bukankah telah menanti berderet-deret wanita cantik nan kaya terpandang tak terhitung banyaknya menantikan uluran cintanya.

Tapi…tapi mereka bukanlah Bibi Aini.

Rasa-rasanya…tak mungkin.

Takkan pernah bibinya bisa tergantikan oleh siapapun…takkan pernah…NOBODY…!!!

Memikirkan itu semua membuat Joko seketika memejamkan matanya sambil meremas tangannya sendiri.

Ini adalah malam kedua bulan madu mereka. Mungkinkah sang bibi telah menyerahkan dirinya untuk dinikmati oleh suaminya, sang kades yang amat beruntung itu.

"Hahhhhh….!!!!"

Kebayang akan itu semua membuat anak muda ini seketika mengerang keras dan berdiri hendak berlalu pergi.

Yah, besok pagi dia harus balik berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan penggarapan syuting filmnya yang tertunda sekian waktu.

Termasuk proyek rekaman album solonya yang langsung diproduseri dan didukung penuh oleh dedengkot Dewa 19, Dhani Ahmad.

Belum lagi harus teken kontrak sebagai bintang iklan berbagai produk terkenal semisal GATSBY Pomade, susu L-Men, Motor Yamaha, online store terkemuka Tokopedia dan banyak lagi siap menantinya.


Gatsby


L-Men


Sekian hari-harinya yang menyedihkan dan membuat sesak dadanya di Sawojajar dalam beberapa waktu terakhir ini akan ia lupakan.

Ia optimis penuh percaya diri mantap menyongsong masa depannya sendiri yang cerah menanti di hadapannya.

Masa bodoh dengan apa yang terjadi di Sawojajar….!!

Kalu perlu dia siap berjanji takkan pernah menikah di sepanjang hidupnya.

Biarlah cintanya terhadap bibinya tersayang, Aini…akan menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir baginya.

Seterusnya akan ia pendam dalam-dalam hingga jasad kakunya masuk ke liang kubur.

Joko yang telah bertekad melupakan semuanya seperti hendak berlalu masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan bekal esok hari namun sepintas matanya yang begitu tajam bisa melihat sesuatu jauh di sana.

Yah…Gunung Simongan yang diam kaku berdiri tegak dalam kegelapan berjarak tak terlampau jauh dari tempatnya berdiri. Tak sampai setengah jam perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Mata anak muda ini sesaat menyipit seakan memincingkan mata berusaha melihat pemandangan menggetarkan yang baru ia lihat.

"...ittt..ittuuuhh…pun…puncak Simongan…merah menyala….membarakah….jangan-jangan….??!!!!!..."
"…….!!!!!!"
"…….!!!!"
"……..!!!!"
"Aakhhhhh….Bibiii….Bibiii Aiii…Bibii Ainiiiii….!!!!" Pekik terkejut Joko seketika pecah manakala matanya bisa melihat jelas bara merah menyala laksana pancaran lava pijar di pucuk kawah menganga Gunung Simongan yang selama ini diam membisu dengan asap putih tebal nan pekat membumbung tinggi menembus angkasa raya.



Naluri tajam Joko segera menyadari bahwa ada yang tidak beres tengah terjadi terhadap gunung itu.

Suatu bahaya besar yang bakal menimpa segenap warga Sawojajar dan sekitarnya. Terlebih-lebih mengancam orang yang paling ia cintai dalam hidupnya, bibinya tersayang….Aini Komalasari.

Begitu cepatnya Joko memacu motor Satria FU lawas miliknya bagaikan kesetanan menyambangi kediaman Pak Harsoyo, ketua keamanan Desa Sawojajar.

"Ada apa Nak Joko….??" Tanya beliau setengah terkejut begitu tahu siapa yang mengetuk pintu rumahnya dengan keras.

Joko segera memberitahu pria paruh baya ini akan apa yang dilihatnya dan sontak membuat purnawirawan tentara berpangkat kapten ini terkejut bukan main dengan mata terperangah.

"Cepattt….beritahu seluruh warga dan aparat polisi Pakkk Harr….sayaaa…saya haruss segera pergiii…"ucap Joko hendak berlalu dengan muka cemas.

"Tunggu Nak, kauuu..kau mau kemana Nak Joko….?"ucap beliau dengan nada khawatir yang memuncak

"Sayaa..sayaa akan pergi ke Penginapan Banyu Mili di lereng Simongan, Pak…"
........
"...saya harus menyelamatkan Bibi Ai…dan juga Pak Kades Fadholi…"sahut Joko lantas menarik gas dalam-dalam.

Bruuummmm……

Anak muda ini terus memacu motornya dengan pakaian seadanya.

Matanya yang kelilipan oleh debu dan serangga malam tak ia hiraukan lagi.

Berulang kali ia memandang jauh ke pucuk kawah Simongan yang makin kelihatan jelas membara dalam keremangan malam.

Lamat-lamat ia mendengar suara kentongan bertalu-talu di sepanjang jalan desa yang ia lalui bersamaan suara ribut para warga berteriak histeris menatap pemandangan menggetarkan pucuk Simongan yang kini bak merekah berhias bara 🔥.

"Bibiiii…Bibiiii Aiiiii…Aakhhh…"
..........
"....Kokooo…Kokooo segera datang menyelamatkanmu…."


Woeengg…..!!!

Motor Satria FU hadiah sang bibi dahulu ketika dia naik kelas ke bangku SMA pun lenyap bersama sosok gagahnya tertelan gelapnya malam menuju Gunung Simongan tepatnya Cottage Penginapan 'Banyu Mili'


------------

( Beberapa saat sebelumnya di salah satu cottage mewah di Penginapan Alam "Banyu Mili"....)

Fadholi terlihat terpekur di atas kursi rotan memandangi mobil SUV mewah Jeep Wrangler Rubicon seharga 2 milyar yang barusan ia beli menggantikan Fortuner lawas miliknya.


New Wrangler Rubicon


Entah apa yang ia pikirkan di petang hari yang mulai gelap ini.

Area Penginapan Alam 'Banyu Mili' miliknya nampak ramai dengan belasan mobil terlihat terparkir di halaman.

Anehnya banyak yang datang berdua dengan pasangan masing-masing.

Bisa diduga tentunya apa yang akan mereka lakukan di sana.

Merasakan nikmatnya apa itu surga dunia sudah barang tentu meski ada pula yang datang bersama keluarganya.

Satu yang pasti tarif per malamnya yang mencapai jutaan rupiah jelas bukan untuk wong kere alias yang berkantong cekak. (Semoga sedulur semua tidak termasuk yaaa. Aamiin 🤭.).

Fadholi nampak tak jenak dengan terus menghirup rokok dengan sesekali meneguk kopi kental di samping mejanya.

Sesekali matanya awas melihat sejumlah pasangan yang masuk ke dalam penginapan alam mewahnya dengan saling bercanda satu sama lain.

Seorang lelaki bertubuh tambun dengan perut buncit terlihat bersama seorang wanita muda nan cantik berpakaian minim bercanda penuh tawa.

Meski pria tersebut bertampang 'seadanya' namun sedan kinclong berlogo Mercy jelas memperlihatkan status sosialnya. Tak ayal wanita cantik itupun rela terus menempel si pria tambun jelek itu meski tangan gemuk si lelaki terlihat acapkali meremas pantat seksinya yang hanya mengenakan rok mini.

Pemandangan ini jelas membuat Fadholi yang notabene seorang 'pengantin baru' panas dingin dibuatnya.

Sudah beberapa kali dalam sehari ini saja ia terpaksa mengoc*k kemaluannya sendiri untuk meredakan nafsu birahinya yang terus meronta.

Sekedar membuat sang istri tenang, Ia memang telah menyanggupi permintaan istri barunya itu untuk tidak menyentuhnya selama tiga malam lamanya

Fadholi pun memilih menahan diri. Toh, cuma 3 malam. Selanjutnya ia bebas menggauli Aini dan menikmati kemolekan perempuan jelita ini sepuas nafsunya siang dan malam.

Lamat-lamat suara Burung Cabak bergaung menembus keremangan hutan pinus di sekitaran cottage mewahnya itu menambah syahdu suasana malam.

Burung Cabak

Fadholi terlihat gerah bukan semata karena tak sabar menuntaskan dendam birahinya kepada istri cantiknya itu melainkan ada sesuatu yang tak ia mengerti.

Sesuatu yang membuatnya gelisah sepanjang hari kedua bulan madunya bersama Aini bahkan sejak subuh tiba.

Rasa tak nyaman terus menggelayuti pikirannya hingga dia tak jenak makan maupun sekedar beraktivitas.

Aini yang masih nampak dingin jelas tak menangkap polah tingkahnya yang aneh. Mungkin lebih tepatnya Aini tak peduli akan keadaan diri sang suami.

Mata Fadholi kembali liar menatap sekelilingnya.

Tak sengaja matanya melihat ke langit lepas yang mulai berwarna pekat bertanda hari sudah semakin malam.

Waktu maghrib pun sudah lewat setengah jam yang lalu.

Hingga akhirnya matanya melihat bulan di atas sana yang sedikit nampak beda dari biasanya.

Bulan malam ini terlihat lebih besar dan bundar namun anehnya seperti berwarna pekat kemerahan.

Dada Fadholi mendadak berdebar aneh tapi ia memilih mengacuhkannya dengan menyadarkan kepalanya seperti hendak tidur.

Tak lama hidungnya nampak kembang kempis dengan bibir gelapnya sedikit membuka.

Disusul suara desah nafasnya laiknya orang yang tertidur pulas.

(Hingga sekian saat lamanya…..)

Fadholi seperti terbangun dari tidurnya….

Dilihat sekelilingnya tak ada yang berubah dari suasana di cottage mewahnya melainkan secarik kabut tebal persis di hadapannya.

Samar terlihat satu sosok membayang dari balik kabut putih itu.

Sepertinya sosok laki-laki.

Sosok itu nampak jelas seiring dengan kabut mulai menipis hingga Fadholi bisa melihat rupa utuh laki-laki tersebut.

"Bapakkk….???"

"Bapakkkk…kaukah ituuu...!!!!"

Pekik Fadholi begitu menyadari siapa pria yang berdiri di hadapannya.

Yah, dia…Fadholi Ichsan.

Heran, bagaimana mungkin….bukannya dia sudah lama meninggal.

Tapi Fadholi tak sempat berpikir ke sana. Didatanginya sang ayah dengan nada gembira bak anak lama berpisah dengan orang tuanya.

Namun baru beberapa langkah Fadholi seperti terpaku manakala sang ayah menyorongkan tangan seakan mencegahnya datang.

"Bapakkk….Bapak kenapaa…ini akuuuhhh Imammm,...Imammm anakmuuuh…"

Sang ayah yang diam tanpa ekspresi tak menjawab hanya menggelengkan kepalanya seraya menunjuk ke atas langit di mana bulan merah nan muram itu berada.

"Bulan…kenapa dengan Bulan itu, Pakkk…?? Imam…Imammm tak mengerti..??" Ucap Fadholi dengan muka bingung.

Seperti hendak menanyakan lebih lanjut apa maksud dari sang ayah…Fadholi dikejutkan dengan sekelebat bayangan hitam besar persis di belakang sang Fadholi Ichsan.

"Ittuuu…ittuuuhh…ULLl…ULAAARRR…!!"
........
""Bapakkkk….!!!!!" Pekik keras Fadholi penuh rasa gentar takkala sosok hitam yang ternyata seekor ular besar itu telah melilit sekujur tubuh sang ayah.

Ular itu sungguh seram dan mengerikan dengan sepasang mata yang bersinar merah serta taring tajam berkilat siap untuk mematuk.

Kali pertama sang ayah akhirnya bersuara.

Lirih dan parau tapi cukup jelas kedengaran oleh Imam Fadholi.

"Nakkk…Gerhana….Gerhanaaa…ja..jangannn sampai terlambatttt…"
…..
"Jangannnn seperti akuuuhhh….bapakmuhhh...."

KYAAAAAA…..

PLOOOKKKKK….

Tepat setelah sang ayah usai berucap sekonyong-konyong ular besar menyeramkan itu seketika mencaplok kepala Fadholi Ichsan bulat-bulat hingga Imam Fadholi berteriak keras dengan histeris.

"BAPAKKKK…..!!!!!"

Fadholi pun kontan terbangun dan menyadari dirinya masih duduk di atas kursi rotannya semula.

Sekujur tubuhnya banjir keringat dengan dengus nafasnya begitu ngos-ngosan.

Wajah Fadholi pucat pasi lalu spontan ia menatap ke atas langit.

Cahaya bulan redup kemerahan yang tadi dilihatnya ternyata tertutup mendung gelap yang tiba-tiba menyelimuti pelosok area penginapan secara misterius hingga jarak radius sekian mil.

CESSHH….BLAAAR….!!!!

Disusul sambaran kilat serta suara geledek menggetarkan bumi di mana Fadholi berpijak.

"Gerhana…Gerhanaaa Bukan…."

Muka Fadholi langsung pucat setelah mengingat apa yang diucapkan lewat sosok penampakan sang ayah.

"Mbahhh…Mbahhhh Peot….????!" Kembali Fadholi bersuara kali ini memanggil sosok yang tak asing lagi.

Matanya menyipit seperti melihat sosok renta Mbah Peot melihatnya dari jarak sekian meter dalam pekat malam serta gerimis hujan yang makin lebat di bawah pantulan cahaya kilat.

Wajah rentanya tak nampak jelas hanya bibirnya gemeretak hingga memperlihatkan barisan giginya yang ternyata begitu putih, rapi dan bagus untuk seusianya. Aneh....

Pun demikian dengan sepasang gigi taringnya terlihat tajam dan runcing menyeramkan.

Mbah Peot lalu mengacungkan tongkat yang dibawanya menunjuk ke atas sebagaimana sang ayah kemudian mengayun keras ke bawah sampai tongkatnya amblas ke dalam tanah berbarengan suara guntur memekakkan telinga.

GELEGARRRRR….!!!!

"Aakhhhhh….!!"

Fadholi yang terkejut bukan main sempat memejamkan matanya sebelum menyadari sosok renta Mbah Peot lenyap dari pandangan.

Fadholi pun kemudian sadar apa yang terjadi.

Malam ini adalah saat Gerhana Bulan yang ia sangat waspadai.

Waktunya sudah begitu mepet dan ia musti bertindak cepat kalu tidak mau nasib naas akan menimpanya dan keluarganya.

Sadar kalu ia tak punya waktu tersisa Fadholi bergegas berlari di tengah hujan menuju pondok sebelahnya di mana Aini tinggal.



Aini baru saja usai menunaikan sembahyang isya saat hujan deras mulai mengguyur area pondokan.

Matanya yang bening indah berbulu lentik serta beralis tebal nampak sembab seperti habis menangis.

Diusapnya lembut wajah mulusnya yang jelita sambil mendesah lirih.

Hatinya terasa lebih enteng usai menunaikan ibadah.

Apakah ini berarti dia siap untuk menyerahkan lahir dan batin seutuhnya kepada suaminya, Kades Imam Fadholi..?

(Entahlah….)

Tok..tokkk..tokkkk…..

Sejenak hendak berdiri suara pintunya seperti diketuk orang dari luar.

Aini sejenak heran…siapa yang berani melakukannya…? Mungkinkah suaminya ?

Barusan melangkah seraya membuka kunci mendadak seseorang masuk ke dalam kamarnya dengan mendorong keras pintu.

"Aakhhhh…!!"

Aini memekik kecil sebelum terjerembab ke atas ranjang tempat tidurnya dengan masih mengenakan mukena.

"Kauuu…Pakkk Fadholihhh….!!"

"Apaaa…apa yang akan kau lakukannn Pak Fadholihhh….bukankahh…bukankah masih tersisaa….aaakhhhh…!!

Aini kembali menjerit tertahan saat Fadholi melepaskan kaos dan celana panjangnya.

Dengus nafas pria ini terlihat memburu dahsyat seakan menyimpan birahi nafsu yang tak tertahankan.

Matanya mencorong tajam dengan seringai sadis memandang Aini yang tergolek di atas ranjang.

Bibir gelapnya gemeretak saat tangannya mengelus batang penisnya yang masih tersembunyi di balik celana dalam GT Man miliknya.

Selangkangan pria ini nampak menggembung besar dengan garis batang kejantanannya terlihat jelas. Panjang dan kekar sampai menyembul keluar dari tepian atas karet celana dalamnya.

Ckckck…begitu masif ukurannya.

Aini yang nampak panik tak mampu berkata-kata lagi terlebih saat Fadholi langsung melorotkan kain segitiga penutup alat vitalnya.

Srreeet…..

"Aaakhhhh….!!!"

Kembali Aini menjerit saat sekilas sempat melihat batang kemaluan sang kepala desa sebelum menutup wajahnya.

"Aiiiii….sayangku…"
......
"Sekarang saatnya…..Cantikkk…."
........
"....sekarang juga….aku akan mengambil keperawananmu….Aini Komalasariiiiiii…!!!!"ucap Fadholi dengan suara gemetar .

Breeet…breeettt….breetttt…..

"Aakhhhhh…!!!"
........
".....tidddaaakkkk….Tidaakkkk….ja…janggaannn Paakkkkkk…..kasihanilah Pakkkk…Tolongggg Pakkkk….aaakhhhh….!!!"

Breetttt….breeettt…..

Suara robekan santer terdengar manakala Fadholi menubruk Aini lalu dengan penuh tenaga merobek-robek kain mukena yang dikenakan Aini.

Fadholi yang kuat perkasa tentu saja tak kesulitan meski Aini meronta-ronta berusaha mempertahankan kain yang tersisa.

Fadholi hanya mendengus keras sambil terus berupaya menelanjangi tubuh Aini hingga tubuh indahnya cuma menyisakan secarik bra coklat nan seksi beserta celana dalam mungil warna senada menutupi alat vitalnya.

Jeritan Aini berubah erangan takut manakala sang pria mendatanginya dengan penis mengacung tegak ngaceng dan begitu ikekar mengintimidasi.

"Ja…jangannn Pakkkk…sayaaa mohonnn…"
.......
"...sayaaa akan berikannnn tubuh ini kepada Bapakkk tappii…tapiii tidaaak sekaranggg…."
.......
"...apakah…apakah Bapak mauu melanggar janjiii…"ucap Aini berusaha tak memandang kemaluan Fadholi yang memang dahsyat.

Fadholi tak menjawab hanya nampak seringai buas nampak di bibir gelapnya sambil sebelah tangannya memainkan penis ngacengnya sendiri.

"Kauuu….tak mencintaiku Aiii…."
".....
"....kau hanya mencintai ponakanmu…si bocah keparat bernama Joko Sembrani ituuu…."
"....
"Bagiku tak penting kau cinta atau tidak…yang pasti keperawanannu adalah milik Imam Fadholi…."
"....
"Aku akan mengentotmu habis-habisan malam ini sampai esok pagi,Ai…."

"...aku akan menggenjot tempikmuu…lubang surgamuuuuhhhh nan perawan sampai kau menggelepar pingsan dalam kenikmatan….hehhhhh….!!!!"
.........
"Lalu akan kepejuhi rahim sucimu dengan air maniku hingga kau mengandung benihku…sayangkuu…hehehehe…."
…….
"Setelah itu hilang semua kutukan jahanam itu untuk selamanya….!!!"
……..
"HIYAAAA….!!!!"tutup Fadholi seraya mengerang keras lalu menubruk Aini di atas kasur nan mahal itu.

"AAAKHHHH….tidddaaakkkk….KOKOOOOOOO…..!!!"

Keduanya bergumul rapat satu sama lain.

Tubuh bugil Imam Fadholi yang besar dan kekar menindih tubuh seksi Aini yang hanya mengenakan cawet dan bra menutupi organ rahasianya.

Namun mudah bagi seorang Fadholi untuk menyingkirkan semuanya itu.

Hanya dengan dua kali ayunan tangan maka tanggalah kedua penutup terakhir tubuh indah Aini

Breeettt.....breeetttt....

"Yyyaaahhhh....!!"
pekik merdu Aini sambil terguling di atas ranjang saat Fadholi sukses menarik cawet mungil miliknya yang tersisa hingga robek membuat sang bidadari kini polos tanpa busana.

Fadholi menyeringai sambil menciumi celana dalam Aini saat matanya melihat keindahan tubuh telanjang seorang Aini Komalasari persis di depan matanya.

Aini yang selama ini di hadapan rapat berbusana kini telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.

Sungguh pesona kewanitaannya begitu paripurna. Tak ada seorang wanita pun melebihi dari apa yang dipunyai seorang Aini Komalasari.

Wajah ayu rupawan tanpa cela berikut rambut indahnya yang tergerai lepas bagaikan air terjun Grojogan Sewu.


Grojogan Sewu

Kulit tubuhnya yang putih bersih begitu kencang, halus dan mulus bak kain sutra kelas wahid dari Hangzhou, Tiongkok.

Sepasang buah dadanya yang besar dan bulat namun proporsional dihiasi pentil hitam bak mutiara dari selatan menambah pesona sensualitasnya.

Pinggang nan indah ramping melebar di area pinggul membentuk kurva bak gitar Spanyol hingga membentuk dua kutub Utara dan Selatan nan begitu mempesona seolah menggetarkan jantung Imam Fadholi.

Kutub Selatan membentuk sepasang bongkahan pantat yang begitu seksi dan aduhai.

Bulat…besar…begitu kencang bertekstur kenyal dan putih mulus tanpa noda setitik pun.

Belahan anusnya mengintip samar menawarkan pesona silitnya yang mengguncang saraf kelelakian Fadholi.

Kontol Fadholi seketika mengacung tegak mengangguk-angguk seakan siap untuk menerobos celah lubang d*bur Aini yang jelita.

Sementara lingkar utara lebih mencengangkan lagi.

Bukit kemaluan Aini….aaahhhhh…. sungguh cantik tiada tara.

Menggunduk indah dengan belahan sempit berupa garis hitam membayang samar.

Garis hitam di bukit vaginanya nampak bergerak ritmik kembang kempis…membuka menutup seakan meniupkan ajakan aroma seks bagi segenap pejantan untuk berkawin.

Celah sempit kemaluan Aini itu dihiasi sepetak bulu jembut nan indah tertata bak Taman Swargaloka

Daging vagina kepunyaan Aini yang membukit indah menandakan gadis ini memiliki nafsu seksual yang luar biasa besar, mudah melahirkan serta memiliki banyak anak sekaligus tipe setia terhadap pasangannya.

Kali ini semuanya terlihat jelas di mata Fadholi membuat pria ini menggigil menahan nafsunya sendiri.

Matanya nanar menatap semua keindahan gadis ini membuat birahinya seketika melonjak ke titik merah.

*Hahhhh…rasakan…rasakan…Cantikkkk…rasakan KONTOLKUU, Aiiiii….hahhhhh…."
….
"TEMPIKKKK…TEMPIKMUU buatkuuuu….cantikkkk….aaahhh…hhhooihhh…"
.....
"...tak KENTHUUU lubangmuuu Aiiii....hahhhh.....!"


Fadholi menggeram keras dengan mata melotot manakala kedua tangan kekarnya membuka paha indah Aini dan menahannya kuat-kuat.

Lelaki gagah ini sigap mengambil posisi di tengah sepasang paha mulus Aini yang mengangkang lebar.

Aini jelas tak punya peluang karena lelaki begitu kuat menahan tubuhnya hingga sulit baginya untuk meronta apalagi melepaskan diri.

Aini cuma bisa pasrah saat ujung gundul kejantanan Fadholi yang besar tersunat menggesek celah liang kenikmatannya yang masih terlihat rapat dan menyingkap kedua bibir vaginanya sedikit demi sedikit.

Suara erangannya terdengar 'memilukan' manakala rangsangan luar biasa di alat kelaminnya membuatnya makin tak berdaya.

"Ahaghhh….Fadddolliiiihhhh…KONTOOOL..aaakkhh...KONTOLMUUHHHH..."
.......
"....ooohhh...KENTHUUU...."

. ....
"....aaaahhhh.…tiddaakkk...."erang Aini terdengar seksi makin tersihir terbuai rangsangan batang ngaceng sang kepala desa ini di bibir indah lubang vaginanya.



"Hahhhh….hoohhhh…hahhhh….hooohhhh…..!!"

Fadholi terus mengerang nikmat saat ujung kontolnya tanpa henti menggesek-gesek liang tempik Aini di pangkal paha gadis ini yang rapat menggila indah berjembut.

Matanya melotot dengan bibir gemetar saat kontol ngacengnya yang besar terus menggencet dan menggesek-gesek belahan sempit lubang seks Aini yang menjepit kembang kempis dan terus mengeluarkan lendir birahinya.

Aooowww.....gemetarlah seluruh tubuh pria gagah ini.

Sungguh benar apa yang dikatakan Mbah Peot tentang Aini sebagai sosok wanita istimewa pilihan dewata.

Sekian banyak meniduri wanita cantik termasuk Ratna sang istri tak satupun dari mereka mampu memberikan getar seksualitas sedahsyat istri barunya ini, Aini Komalasari.

Fadholi berusaha membuka rapatnya lubang kewanitaan Aini yang kini makin terbasahi oleh lendir cintanya. Pria ini nampak dengan 'sabar' berharap gadis jelita ini sukarela membuka dirinya untuk diperawani.

Aini pun akhirnya tak mampu bertahan….

Paha indah Aini yang semula ditahan Fadholi pun membuka dengan sendirinya.

Pantat bulat Ai nan seksi bergerak ritmik naik turun maju mundur selaras dengan gojekan kontol besar Fadholi di bibir lubang kemaluannya.

Aini merasakan ada sesuatu yang hendak muncrat dari dalam kemaluannya.

Ia berupaya menahannya sekuat daya sambil memejamkan matanya.

Namun sodokan intens mentimun besar kepunyaan Fadholi di bibir lubang belutnya nan ciut begitu dahsyat .

"Fadd....dholiihhhh....akuuuhhh tttakk...tahannn....laggihhhh... KON..TOLMUUU...terrr...laluu nikkmaat...aaakhhhh....aakkhhh...."

Hingga akhirnya Aini pun menjerit merdu takkala pria gagah ini berhasil membawanya ke puncak kenikmatan untuk yang pertama kali.

"Fadd...dholiiihhh....Akkuuhh…kelll..luaaaarrrr.... IIYYYAAAAAAHHH…..!!!"

Cruuut….Cruuuttt…..Serrrrrr...!

"OOOUUUGGHHHH....!!!"

Cruuuuttt....

"AAAKKKHHHH....!!!"

Cruuut....

Aini terus mengerang keras dengan seksinya.

Air pejuh Aini yang encer sedikit pekat memancut dahsyat dari lubang kencingnya di bawah kacang kelentinya yang memerah tergencet ujung kontol Pak Kades nan gagah ini.

Pantat indahnya terangkat-angkat begitu rupa saat Aini mencapai klimaksnya yang perdana dengan paha terkangkang dan tangan mungilnya menggapai kesana kemari.

Sepasang mata indah Aini membelalak dengan mulut menganga saat detik-detik pejuhnya muncrat dengan spektakuler dan teramat nikmat rasanya.

Aini sejenak lupa bahwa pria yang membawanya ke puncak orgasme adalah pria yang sejatinya tak ia cintai.

Tubuh telanjang Aini yang indah mempesona mengejat-ngejat usai didera klimaksnya.

Sementara Fadholi yang sudah diambang pintu hanya menggeram keras dengan kepala kontolnya yang besar tersunat telah berada tepat di belahan pintu gerbang keperawanan Aini.

Disingkapnya belukar jembut Aini dengan ujung kontolnya yang perkasa lalu ditempelkannya ke celah sempit kemaluan sang bidadari yang telah membuka.

Aini yang lemah lunglai tak mampu berbuat banyak untuk menolak.

Tubuhnya masih terasa lemah karena pengaruh orgasmenya yang begitu menggila.

Hanya bulir air matanya nampak jelas menetes dari kedua sudut kerling mata beningnya. Disusul lirih terucap sebuah nama dari bibir tipis dan indah bak dinaungi selarik bulu kumis nan samar itu.

"Kokooo….sayangkuu…maafkannnn Bibiii…..hik..hik..hikkk…."

Tepat sedetik setelah itu tiba-tiba saja terdengar suara laki-laki berteriak keras di dalam kamar itu.

Suara laki-laki yang amat ia kenal.

"Bibiiii…Bibiiii…..!!!!!!!"
….
"...Bibiiii….!!!!"
…..
"Bibi ada dimana….??!!!...kita harus segeraaa perggggg…??!!!!!"

Lelaki muda nan tampan bermata biru ini tak melanjutkan ucapannya saat ia masuk ke dalam kamar yang terbuka hendak mencari sang bibi tercinta.

Yah, Joko telah sampai di pondokan di mana sang bibi dan suaminya menginap.

Matanya tak berkesip memandang dua orang tengah bertelanjang bulat sepertinya hendak bersenggama.

Lidahnya terasa kaku dengan kaki gemetar terlebih saat sorot indah si wanita yang tengah ditindih si pria menatapnya sayu.

"Kokoooo…..kamu datanggg..."ucap lirih si wanita yang bukan lain adalah Aini

Sementara si lelaki yang hendak menunaikan hajatnya sontak berpaling sambil meraih badik andalannya.

Matanya berpijar penuh bara menyimpan bara kesumat seiring ucapannya menggetarkan seisi ruangan.

"Setan Alasssss....!!"
.......
"JOKO SEMBRANI….dasar bocah keparatttt….!!! Beraninya kau datang kemari...!!!"
"Sepertinya kau datang hendak mengantarkan nyawamu....!!!"
"......
"Saiki kowe kudu modar ning tangane Iman Fadholiiih…."erang keras Fadholi dengan amarah meluap-luap seraya menghunus badik pusakanya.

(Sekarang kau harus mati di tangan Imam Fadholi.red)

…………
Bersambung.....
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani-dari-sawojajar.1441724/page-156#post-1909144445
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd