Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .


°°°°°


Geliat kehidupan segala mahluk ciptaan tak terlihat sedikitpun menampakkan dirinya...kosong dalam keremangan malam yang pekat jelang dinihari di lereng Simongan mendekati puncaknya.

Gerhana Bulan Total telah usai beberapa menit yang lalu berganti dengan bulan putih nan terang memancarkan cahaya lembut ke seantero mayapada.

BBBRRRRR…DRRRRR….!!!!!!

Suasana hening dan syahdu yang seyogyanya tercipta terusik oleh gemuruh tanah bergetar dari puncak Gunung Simongan di atas sana.

Getarannya terus saja terjadi malahan makin kuat bersamaan bau belerang menusuk tajam ke segala penjuru.

Rona merah lava pijarnya nyata terlihat di pucuknya membuat siapapun mahluk di dekatnya bakalan terguncang akan kedahsyatannya.

Asap putih pekat dan tebal bergumpal-gumpal bergulung-gulung membumbung tinggi meludahi langit malam jauh hingga ribuan meter ke angkasa raya.

Batu dan kerikil terus berjatuhan ke bawah menyusuri sudut kemiringan lereng gunung menggelinding semakin banyak hingga sebagian mengenai kaki pemuda tampan yang terlihat duduk berlutut sedari tadi.

Joko masih bersimpuh sambil memeluk jasad kaku Aini yang diam membeku dalam kebisuan.

BBBRRRRR….DDDRRRRRR…..!!!!!!!

Tubuh kekar anak muda ini sesekali berguncang menahan riuh rendah gempa vulkanik akibat rongrongan gejolak lava di dalam dapur magma Gunung Simongan yang kian mendesak.

Tak nampak lagi busana mewah gemerlap laksana pangeran yang semula menempel di badan tegapnya melainkan hanya sebuah kaos dan celana jeans lusuh yang dikenakannya semula.

Mata birunya terlihat hampa menatap jasad Aini sembari membelai lembut paras cantik sang bibi yang kini terasa dingin di kulit tangannya.

Tak ada lagi air mata menetes karena semuanya seakan telah habis terkuras sekian waktu lamanya.

Setelah beberapa lama Joko larut dalam keheningannya perlahan anak muda ini berdiri sembari memondong jasad Aini.

Matanya yang sembab bengkak menatap puncak Simongan yang kini tertutup asap pekat dengan angin dingin menggigil bertiup makin kuat.

Tak ada lagi bunyi lain kecuali suara gemuruh Simongan yang diselingi gemeretak pepohonan bergetar keras terhempas kencangnya angin di atas sini.

Langkah kakinya terlihat gontai menapak di atas tanah yang menghangat turun menuju ke bawah lereng gunung.

Pemuda ini seakan tak peduli dengan asap belerang, dinginnya angin yang bagaikan es apalagi guncangan vulkanik di sepanjang langkahnya.

Ia terus turun menyusuri sejengkal demi sejengkal sekian depa sekian langkah hingga akhirnya terlihat kerumunan orang tak jauh di bawah sana.

“Kokoooo….!!!!”

Terdengar teriakan perempuan menyusul seseorang berlari menghampirinya.

Budhe Ginah menatap Joko dengan sorot nanar dan bibir keluh.

Tangannya yang mulai dirambati keriput terlihat gemetar ketika berusaha menyentuh satu sosok wanita berambut panjang tergerai yang tengah dibopong Joko.

Tak ayal bibir budhe sontak mendesis dengan nada bergetar manakala sudut matanya bisa melihat jelas siapa yang tengah berada di pelukan anak muda ini.

“Aiii…Ainiiii…..”
.......
“...kenapa..kenapaaa dengan bibimu…Kooo…??”
“.....
“Terusss…dimana pakde……??...apa..apa kauu bertemuuu dengannya…??” kata Ginah lirih dengan muka cemas tak karuan.

Joko tak segera menjawab.

Dia hanya menurunkan jasad Aini lalu menaruhnya perlahan di atas tanah berumput yang bersih sedikit tinggi.

Dibelainya lembut paras cantik Aini yang dingin membeku sebelum bangkit kembali sambil memandang budhe.

“Bibi telah tiada, Budhe….”

“...bibi…bibi telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku…hikk…hikkk…..”
“....
“.....pakde…pakde…Aakhhhh….”ucap Joko sambil menunduk berusaha menahan kesedihannya yang kembali menghentak panas kalbunya.

Ginah segera memegang lengan Joko kuat sambil menatapnya penuh rasa penasaran sekaligus khawatir teramat sangat.

“Kangmas…Toyoo….tid..ddaakkkk..!!!!"
........
“....aaahhhhh….Kangmassss….!!!
“.....
“Mengapaaa…mengapa kauuu tak menepati janjimuuu Kangmasss…!!!!”
“...
“...hhuuuuu….hhuuuuu….huuuuu….”

Budhe seketika meraung keras sambil berdiri gontai hendak jatuh sebelum Joko cepat menahan dan memeluk Budhe Ginah.

Joko membiarkan dadanya basah oleh air mata budhe.

Sekian saat wanita lanjut tersebut menumpahkan kesedihannya sebelum kemudian menengadah memandang Joko.

“Laluuu….laluuu dimana jasad pakde Ko….???”
“....bagaimana dengan ratu lelembut itu…Dewi Gelang-Gelang….?!!!”tanya budhe masih begitu khawatir.

Joko segera menjelaskan perihal yang terjadi hingga perempuan lanjut itu terlihat lega seraya mengusap air matanya.

Dibalik kesedihannya budhe merasa sangat bangga bahwa di akhir hidupnya pakde meninggal secara perwira berkorban demi menyelamatkan Joko dan Aini.

Setelah budhe terlihat lebih tenang Joko segera berjanji akan menjemput jasad pakde di atas sana bersama sejumlah warga.

Pak Harsoyo, kepala keamanan Desa Sawojajar yang juga telah berada di sana bersama sejumlah aparat bersama-sama Joko kembali naik ke atas guna mengambil jenazah Pakde Toyo.

Sementara Ginah dan lainnya sudah mulai dievakuasi bersama para warga yang menghuni area sekitar lereng termasuk tamu serta karyawan Penginapan Banyu Mili.

Jasad Aini dan Imam Fadholi turut serta diamankan segera ke kaki gunung di mana para petugas BNPB dan Tim SAR kebencanaan telah siaga.
(BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

Sementara di atas sana satu regu penyelamat termasuk Joko dan Pak Harsoyo seperti tengah berjibaku dengan buruknya cuaca yang tiba-tiba menyambut mereka.

Tiupan angin kencang, hawa panas yang menyerang, bau pekatnya asap belerang ditambah lagi goncangan tanah yang mereka pijak membuat mereka seakan-akan berlomba dengan waktu.

Jelas area puncak Simongan semakin kritis dan tak bisa lagi diajak kompromi sekedar mengulur waktu.

“Aakhhhh…Nak Joko….masih jauhkah kita dengan posisi Pakde Toyo berada….?”
“...keadaan di sini semakin berbahaya….bapak rasa tak mungkin kita melanjutkan perjalanan bila terus begini….”
".......
“...gunung ini bisa meletus kapan saja…aakhhhh…”ucap Pak Harsoyo yang terus menutupi wajah dan hidungnya dengan slayer masker pelindung.

“Kita sudah hampir sampai Pak Har…”
“.....
“....itu dia jenazah Pakde, Pakk….!!!”kata Joko terpaksa berteriak karena polusi udara yang semakin hebat di sekitaran lereng gunung itu.

Mereka segera bergerak setengah tertatih menembus cuaca yang makin memburuk.

Angin pekat belerang berhembus kencang dan hawa panas menghampar jelas sebuah tantangan besar untuk mengevakuasi jasad pakde.

Belum lagi ‘gempa’ vulkanik yang makin menggila.

“Aakhhhhh…!!”

“Awasss Pakkkk….hiyaaatt….!!!”

Teriakan salah satu Tim SAR takkala terkena jatuhan batu-batu besar yang mendadak muncul menggelinding turun dari gumpalan asap pekat Simongan di atasnya.

Tubuhnya terguling deras ke bawah yang terdapat jurang besar menganga namun dengan gerakan begitu sigap dan luar biasa Joko berhasil meraih tangannya lalu menariknya cepat.

Pak Harsoyo menatap dengan muka pucat menatap ke atas puncak gunung yang hanya berjarak beberapa ratus meter lagi.

“Kitaaa…harusss segera turunnn Nak Jokooo….!!! Bahayaaaa…!!!” teriak beliau setelah tim berhasil membawa jasad pakde.

Joko mengangguk sambil membetulkan maskernya.

“Awass…hati-hati Pakkk..!!” Ucap Joko yang masih berada di atas.

Pak Harsoyo dan lainnya perlahan menuruni lereng penuh kehati-hatian.

Situasi genting ditambah gelapnya malam jelas menyulitkan mereka.

Satu persatu langkah kaki seluruh tim penyelamat menapaki tanah Gunung Simongan yang terus bergetar hebat.

Beberapa lama kemudian sampailah mereka di lereng bawah dimana sejumlah besar tim penyelamat lain berkumpul.

“Dik Har…!!!
".....
“....Kangmass Toyoo…!!!”

Pekik Budhe Ginah takkala matanya melihat sosok lelaki yang ditandu oleh petugas.

Dipeluknya erat jasad kaku pakde yang terpejam.

Suara sesegukan terdengar pilu dari bibir keriput budhe seraya tangannya membelai lembut wajah pakde yang diam membisu.

Sungguh membuat trenyuh bagi siapapun yang melihatnya.

Pak Harsoyo yang mengetahuinya tak urung turut merasakan kehilangan.

Pakde Toyo sudah ia anggap layaknya pamannya sendiri.

Banyak hal yang ia utarakan kepada Pakde Toyo kala ia menghadapi persoalan pelik yang sulit ia pecahkan. Banyak dari nasehat beliau yang ternyata manjur dan mujarab hingga Pak Harsoyo sangat menghormati sosok pria sepuh ini, Sri Toyodiningrat.

“Jenasah Pak Lik Toyo akan kita bawa secepatnya ke Sawojajar, Bu Lik…”ucap Pak Harsoyo sambil duduk bersimpuh di samping budhe. (Paman.red)

Budhe Ginah mengusap air matanya lalu hendak bangun berdiri sebelum tiba-tiba beliau berteriak keras menyadari ada satu orang yang tak kelihatan di situ.

“Jokooo…!!!”
..........
“...Dik Har….dimana Jokooo…??!!!!”

Pak Har yang terlambat menyadari sontak terkesiap dengan muka pucat.

“Aakhhh…Iyyaaa….Ngger Joko Sembrani…!! Kenapa aku melupakannya…!!”pekik Pak Harsoyo seraya celingak-celinguk kemudian spontan menatap ke puncak gunung.

Pak Harsoyo hendak beranjak pergi balik ke atas sebelum tiba-tiba tanah yang mereka pijak berguncang hebat. Lebih keras dari sebelumnya hingga sebagian besar jatuh terduduk dan tersungkur di tanah.

BBBRRRRRR…..DDDRRRRRRR….!!!!

Disusul suara begitu keras bagaikan ledakan seratus meriam canon meletus bersamaan terdengar sangat menggidikkan dari arah puncak gunung.



KRAKAABUUUUMMMMM….JELEGARRRRRRR…..!!!!!!!!

“Aakhhhhh…..!!!”

Teriakan dan jerit para anggota tim maupun warga sontak pecah menambah hiruk pikuknya suasana.

Mata Pak Harsoyo mendelik melihat betapa asap tebal yang begitu besar mengepul dari atas puncak gunung disusul pancaran lava pijar terlihat muncul dari pinggiran kawah seakan-akan meluber ke segala arah.

“Awasssss….!!!!!”
"........
“...cepaaaat pergiiiiii…semuanyaaa....!!!!” teriak beliau seakan memberi komando.

Budhe Ginah hanya bisa berteriak keras sambil menangis seakan tak rela dirinya ditarik oleh Pak Harsoyo untuk segera meninggalkan tempat itu.

KOKOOOOOOO…..!!!!”ucap beliau terdengar samar tertelan gemuruh kerasnya Auman Gunung Simongan yang sepertinya akan mengeluarkan isi perutnya secara dahsyat.

Bagaimana dengan Joko….!!???

Usai rombongan tim SAR turun membawa jasad pakde sang pemuda tampan ini diam-diam justru melangkah pelan mendaki ke atas puncak gunung.

Langkah kakinya sesekali gontai mencoba menahan getaran hebat yang menjalar dari puncaknya.

Tak ia hiraukan segala rintangan yang menghadang.

Sorot matanya terlihat teguh menatap puncak Simongan yang gelap terselubung awan pekat dengan sinar kemerahan menyala bersumber dari lava pijar di dalam kawah raksasanya.

“Hahhhh….Hahhhh….!!”
".......
“...akuuhhh…akuuhhh harusss berhasiil…menuju puncaknya…hahhh…hahhh….!!”erang Joko sambil sesekali melindungi wajahnya dari hujan debu dan kerikil yang makin terasa.

Dalam pekatnya cuaca ia tak bisa melihat jelas keadaan di sekitarnya kecuali nyala merah lava panas Simongan yang sungguh menggetarkan di depan sana.

Setelah berjuang begitu keras hingga hampir sebagian tubuhnya kotor berdebu dan menghitam terluka karena Sambaran kerikil sampailah Joko di pinggiran kawah raksasa Gunung Simongan yang perkasa.

Sungguh dahsyat gejolak magma panas di bawah sana.

Begitu panas dan sesaknya udara tak membuat anak muda ini bergeming.

Ditatapnya kawah bergolak di bawah telapaknya dengan pandangan kosong.

Di puncak kawah Simongan, asap panas membumbung tinggi ke udara dan bau belerang menyengat tajam.

Joko berdiri di tepian kawah Gunung Simongan yang begitu lebar bergaris tengah 2,5 km. Melebihi kawah Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

Dinding terjal di bawahnya mencapai ketinggian hingga 300 meter sampai menyentuh bibir lautan magmanya yang menggelegak.



Di bawah telapak kakinya nampak danau magma berwarna merah kuning pekat bergejolak bak air mendidih mengerikan menimbulkan hawa panas luar biasa dan bau tajam amat menyengat.

Tak terasa air matanya perlahan meleleh keluar dari sudut matanya hingga membasahi pipi macho sang pemuda tampan itu disertai lirih isak kesedihannya mengharu biru.

“Ini mungkin takdir yang harus ku alami……”
“....
“....Tuhan…kenapa kau permainkan aku….kenapa aku harus mengalami semua kegetiran ini…apa salahku…apa dosaku…..??”

Joko sesaat diam lalu sorotnya menatap nanar ke atas langit lalu mengarah kembali ke bawah kawah.

"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi…."
“...
"Mereka yang paling kusayangi telah pergi meninggalkanku untuk selamanya..."
"....Bibi Aini... Pakde Toyo.…hahhhh..."

"Ini semua salahku…tak ada gunanya lagi aku hidup…"

".....
“...bi..biii, Koko..Kokooo akan menyusul bibi…."ucap Joko sendu dengan mata birunya sembab berkaca-kaca..

Sepintas ia menoleh jauh di bawah lereng gunung sambil menahan sesak di dalam dadanya.

“....Budhe Ginah…Ibu Lisa…Amelia... terima kasih atas perhatian kalian semua.."
"...selamat tinggal….jaga diri kalian baik-baik…..”

Joko merentangkan kedua tangannya sambil memejamkan matanya.

Butir air matanya nampak jelas membasahi pipinya yang kokoh.

Bulir kepingan air mata yang jatuh seketika lenyap tak berbekas sebelum menyentuh dasar saking panasnya magma kawah di bawah sana.

Tubuh Joko yang hanya berupa setitik noktah hitam di kejauhan mulai jatuh dan sosoknya kian meluncur deras menukik ke dalam kawah yang meletup-letup.

Sepertinya semuanya akan berakhir sampai disini...

……......

Bersambung....
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani-dari-sawojajar.1441724/page-167
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd