Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kanna, The slutty amoy next door, [Side Dish - Gairah di Pos Ronda]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantap
Wajib ditandai ini

Semoga lancar dan semakin Hot
:beer:
 
Ok hu. Pasti pantebgin terus .😊😊
Wah seru nih, ikut antri ah :tegang:
Lanjutkannnn
Lanjutkannnnnnn
seru pol joss wes
Wah nice ni
Gutt sekali kanaaa
Bantu ramein dlu deh
ikut mejeng hu
Mantap
Wajib ditandai ini

Semoga lancar dan semakin Hot
:beer:
gelar tiker dulu bang
jadi inget kisah bebe

Makasi banyak suhu2 sekalian.:ampun: waduh nubi ngak nyangka banyak yang demen dengan cerita ini, jadi malu, hehe

kanna hot ni.
giliran si aras skrng y

belum dulu hu, dikiiit lagi

ahh...aras dapat sisa bekas tukang...kasian kasian :((

nubi kali dikasi Kanna, walopun bekas tukang pun mau hu hehehe;)

Kana nya kemana nih

maaf suhu baru hari ini update
 
Nubi terharu sama support suhu2 sekalian :((

Kebetulan kerjaan kelar lebih awal hari ini, jadi Nubi langsung tancap gas melanjutkan ceritanya.


Cerita kali in agak panjang ya, mungkin setara 2 update hehe. pas udah kelar nggak nyangka sepanjang ini :matabelo:

--------------------
Part 6 - Game of Tease


Sepertinya aku tidur lebih awal dibandingkan Kanna dan para pemuas nafsunya karena sayup-sayup aku masih mendengar desahan Kanna saat mulai terlelap. Entah itu memang kenyataan atau hanya khayalanku saja. Kalau memang benar, aku jadi penasaran jika orang yang sedang ronda mendengar desahan itu.

Aku mengintip ke luar jendela, ke arah halaman belakang rumah Kanna. Ternyata ada semacam matras diletakkan di gazebo itu tadi malam. Pantas saja mereka betah berjam-jam bermain di sana. Yha, tanpa matras pun aku juga pasti betah kalau bersama Kanna di sana.

Walau mungkin agak risih rasanya main di tempat terbuka begitu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin seru juga memamerkan bahwa aku sedang mengentoti cewek seseksi Kanna…

Sial otakku malah makin bejat gara2 semua tontonan ini.

“Kyaah <3 bapak nakal <3,” suara Kanna mengejutkanku. Ternyata jendela rumah Kanna yang berseberangan dengan jendela rumahku sedang terbuka. Di sana Kanna berdiri telanjang di dekat tangga turun ke lantai satu sambil menutupi dada dan selangkangannya dengan tangan. “Udah bangun aja, padahal yang lain masih tidur <3,” kata Kanna sok-sok malu walau tubuhnya menggeliat seperti tidak tahan ingin digenjot.

“Habis Non, kemarin banyakan goyang yang kontolnya paling gede sih,” kata seorang tukang yang torpedonya sudah siap. “Kan bapak jadi kurang puas nih,” lanjutnya sambil langsung menyosor susu Kanna.

“Tapi, aaahn <3. E-emang bapak y-yang staminanya paling kuaaat <3.”

“Sama non Kanna gimana nggak kuat? Hehehe.”

“Ih gombal <3.”

Aku tidak melihat jelas apa yang terjadi selanjutnya karena Kanna menarik tukang itu untuk bergumul di lantai. Tetapi, aku masih bisa mendengar cukup jelas desahan dan erangan mereka berdua.

Setelah cukup lama, Kanna bangun dan bertumpu pada pembatas tangga sambil menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda. “Ayoo dong, Pak. Aku udah enggak tahaaan <3.”

“Hehehe, udah basah banget aja, non.”

“Iya, dong, aku udah laper nunggu sarapan sosis <3.”

Aku membelalak. Selama ini aku tidak sepenuhnya secara langsung dan jelas melihat Kanna menggoyang para tukang. Maksudku selama ini yang kulihat hanya Kanna saja ataupun gelap seperti tadi malam. Tapi sekarang kulihat dengan jelas kontol hitam keras dari tukang itu menggosok-gosok pantat Kanna yang putih mulus.

Kanna bergoyang semakin menggoda sampai akhirnya dia tidak tahan lagi. Dengan lihai dimasukkannya kontol hitam itu ke memeknya dan dia mulai bergoyang liar. “Aaah enak sarapannya <3.”

Kepalaku terasa panas dalam nafsu. Walau cuma satu lawan satu, melihat langsung adegan ini ternyata tidak kalah seru daripada sekedar siluet atau melihat setengah-setengah walau mainnya gangbang. Tanpa memedulikan kelelahanku akibat kemarin malam, kukocok kembali otongku sambil menonton tukang itu menggejot Kanna. Atau mungkin lebih tepatnya, Kanna menggoyang tukang itu.

Mereka berganti posisi beberapa kali, tetapi semuanya masih bisa kulihat jelas. Tukang itu sempat keluar sekali sebelum Kanna menrodeonya dengan begitu semangat. Sampai akhirnya dia mencapai orgasme, “Aah enak <3 I’m cummiiing <3!!!”

Jeritan Kanna begitu keras dan menggairahkan. Aku yang hanya menonton pun sampai keluar lagi. Suara dari pergumulan Kanna pun sepertinya berhasil membangunkan tukang-tukang lain yang langsung naik ke lantai dua.

“Wah curang, uda ada yang duluan, nih.”

Kanna sempat terengah-engah. Dia menegakkan tubuhnya sambil terus menggoyang kontol di memeknya. Tangannya meremas2 dada sendiri dan sambil menjilat bibir dia berkata. “Tenang bapak-bapak, aku masih laper pengen sosis <3.”

Ketiga tukang yang baru datang tampak sumringah. Mereka langsung mencumbui tubuh Kanna.

Sialnya aku tidak berhasil melihat kelanjutannya karena mereka pindah tempat.

Karena tidak berhasil menonton langsung dengan jelas kejadian itu, otak usilku mendadak berulah. Kulihat jam hampir menunjukkan pukul 11 siang. Sebentar lagi makan siang dan kalau tidak salah, ada pudding dari ibuku yang belum kusentuh.

Kalau kuperkirakan waktu mereka bermain. Sepertinya ada sedikit waktu untuk makan sebentar sebelum mengerjai Kanna.

Aku buru-buru makan siang walau cuma mie instan. Setelah itu aku sengaja mengenakan celana pendek yang berbahan lemas tanpa celana dalam sambil membawa sekotak pudding ke sebelah. Sebelum berangkat aku menyempatkan diri menguping teriakan dari sebelah yang masih terdengar.

Kutekan bel di pagar. Tidak ada jawaban. Kanna pasti sedang sibuk menggoyang kontol.

Kutekan lagi bel sekitar dua tiga kali sampai akhirnya terdengar jawaban di intercom, “M-aaf aku lagi sibuk, S-siapa ya?”

“Wah lagi sibuk ya, maaf ntar aja ya,” jawabku sok polos.

“Ah <3 aras? A-ada apa.”

“Mau anter puding aja, sih, ntar aja ya.”

“Hnn.. B-bntar,” Kanna menjawab seperti menahan sesuai. Namun sepertinya cewek itu lupa mematikan intercom karena terdengar erangan dan jeritan penuh kenikmatan darinya, “Aaah <3, iih <3 nakal, ahn<3. S-sabar aku pakai baju du… aahn <3.”

Setelah beberapa menit, akhirnya Kanna membuka pintu. Dia tampakn berkeringan dan menggunakan sebuah cheongsam tipis berwarna orannye. Peluhnya membuat pakaiannya itu tampak makin transparan.

6299_004.jpg


Namun, bukan cuma pakaiannya yang membuat otongku makin tegang. Tetapi cairan-cairan lain yang membasahi beberapa bagian tubuh dan rambutnya.

“M-maaf lama,” sapa Kanna sambil membuka pagar. Setelah melihat dari dekat, aku yakin benar beberapa bagian tubuh Kanna masih dibasahi pejuh.

“A-ada apa kok tiba-tiba ngasi pudding. Tante enggak ada bilang apa-apa.”

“Inisiatifku aja,” jawabku kalem sambil menyerahkan puding. “Soalnya kemarin kudengar kan kolam renangmu mau selesai.”

“Ooh,” Kanna menggangguk sambil menerima pudding. Tetapi tatapan matanya tetap tertuju ke arah bawah. Sepertinya ke selangkanganku. Cewek itu menggigit bibirnya dan berkata, “Aras mau ‘masuk’ dulu?”

Kali in bukan hanya suaranya. Tetapi gestur tubuhnya pun begitu menggoda. Tubuhnya menggeliat seperti tidak mampu menahan gelora nafsu dan telunjuk kirinya memainkan ujung rambutnya.

Ajakan ini terlalu terang-terangan. Aku nyaris menelan ludah karena mau menahan keinginanku untuk mendorong Kanna dan menyodoknya di atas kap mobil di garasi rumah Kanna. Namun, ada sisi lain dariku yang berhasil mempertahankan wajah sok polos. Sisi bejat dan nakal yang malah ingin balas menggoda Kanna, “Ah enggak apa-apa. Kamu juga kayaknya lagi sibuk gitu. Lagi masak kue juga ya sampai belepotan vla gitu.”

Kanna tersentak sedikit, dia sepertinya baru sadar ada pejuh yang masih tersisah di badannya dan bisa kulihat. Napasnya tampak lebih berat saat dia berkata, “Y-yhaa, aku enggak keberatan kok kalau kamu mau bantuh bikinin vla yang banyak <3. Pasti enak <3.”

Lucunya saat itu hatiku malah girang. Entah aku ge-er atau memang sepertinya Kanna tertarik sekali denganku atau otongku. Entah yang mana. Tapi kalau melihat perangai Kanna. Sepertinya otongku yang dia inginkan. Aneh, padahal kalah panjang dengan punya salah satu tukang. Walau kalau urusan tebal sih sepertinya tidak kalah.

Tapi kalau kupikir-pikir lagi. Mungkin kurang enak juga kalau harus berebutan dengan tukang2 itu. Nanti bagianku jadi sedikit kalau mereka rakus. Dan juga aku masih mau balas menggoda Kanna.

“Ah, enggak usah. Lain kali aja. Temen-temenku pada nungguin nih. Duluan, yak,” kataku sambil melangkah pergi.

“Janji ya lain kali <3.”

“Iyaa, vla, mayones, apa deh kubantuin nanti,” selorohku cengengesan.

“Ahn <3.”

Walau jantungku berdebar-debar. Tapi tubuhnya sudah lelah. Oleh karena itu aku langsung ambruk dan tertidur pulas sampai sore. Aku terbangun hanya karena perutku kerocongan. Karena itu aku masak nasi goreng. Saat makan kudengar tawa girang pada tukang dr depan rumah Kanna.

Di luar dugaanku sepertinya mereka tidak menginap lagi hari ini. Mungkin supaya besok minggu semuanya terkesan normal ketika laki-laki kemarin datang lagi. Aku tidak yakin jika dia mandornya atau arsiteknya. Yang jelas di depannya, Kanna bertingkah sopan.

Aku tergoda untuk mengintip ke sebelah. Ternyata Kanna masih mengenakan cheongsam tadi siang, bedanya kali ini makin banyak pejuh di tubuhnya dan beberapa bagian pakaiannya sudah sobek-sobek. Ganas juga permainan mereka tadi.

Aku tidak yakin jika Kanna menyadari kuintip, yang jelas saat dia mau menoleh ke arahku, aku behasil kabur dan masuk kembali ke rumah dengan diam2. Aku menikmati petang hari dengan menonton Kanna. Kali ini cewek itu mandi dengan lebih sensual tapi lebih… menawan? Entah. Gerakannya terlihat erotis tapi pelan, bukan penuh nafsu tetapi lebih ke arah menghipnotis.

Bayangkan jika aku melihat itu di depan mata dari jarak dekat.

Menjelang pukul 8 malam aku memutuskan untuk berenang. Saat lewat depan rumah Kanna, ternyata dia sedang menerima pesanan pizza. Kukira dia akan mengenakan pakaian yang sopan dan rapi. Ternyata tidak, dia malah mengenakan lingerie lagi walau relatif lebih tertutup dan manis daripada yang dia pamerkan pada para tukang.

5980.jpg

Tidak heran kalau pengantar pizzanya malah salting. Aku yang sudah sering mengintip pun langsung tegang otongku.

“Aras mau ke mana?” tanya Kanna. Aku tidak tahu niatannya memang menyapaku atau memperlama proses memamerkan tubuhnya pada pengantar pizza.

“Oh mau berenang.”

“Wah, mau dirutinin lagi?”

“Iya nih, hahaha. Duluan ya.”

Aku berjalan menjauhi rumah Kanna. Kira-kira perlu waktu sekitar 20 menit berjalan kaki untuk mencapai kolam renang. Akhirnya setelah berbulan-bulan, aku kembali bisa menggunakan membershipku di sini.

Kolam renang ini cukup besar dan tidak pernah terlalu ramai karena rata rata yang datang hanya dari komplek tempatku tinggal saja. Walau ya komplek ini termasuk besar. Kamar mandi dan kamar ganti bajunya ada di kedua sisi kolam. Mereka besar dan bersih. Tidak heran karena tempat ini relatif mahal.

Kolamnyapun ada dua. Satu yang lebih cetek bisa mengeluarkan gelembung macam jacuzzi. Biasanya orang kalau nongkrong akan duduk2 di sana. Bukan berarti tidak ada tempat duduk di luar kolam. Banyak tempat duduk selonjoran di sini. Shower luar ruangan pun tersebar di berbagai sisi. Ada beberapa shower luar ruangan yang terletak diapit bangunan tempat ruang ganti baju, lokasi itu terhalang oleh tanaman-tamanan hias. Terbayang di benakku kalau Kanna ada di sini, dia pasti menggunakan shower di tempat itu untuk eksib saat menjelang jam tutup karena orang dari kolam tidak bisa melihatnya, tetapi beberap orang yang kebetulan mau sekedar membasuh diri bisa melihatnya.

Aku pulang sekitar jam setengah sepuluh walau kolam renang ini tutup jam 11 malam lewat kalau di akhir pekan. Saat berbelok menuju blok tempatku tinggal, aku melihat ada pengantar pizza keluar dari blokku. Sepertinya dia orang yang mengantar pizza ke tempat Kanna tadi.

Banyak juga orang memesan pizza malam2 di akhir pekan begini.

Saat lewat di depan rumah Kanna, kulihat lampu ruang tamunya baru mati. Dia dapat tamu malam-malam begini? Atau para tukang kembali lagi?

Karena penasaran, aku mengintip ke rumah Kanna. Satu per satu lampu di rumahnya dimatikan. Lalu aku melihatnya sedang ke teras belakang. Dia ternyata masih mengenakan pakaiannya tadi. Kanna membuka pakaiannya yang tidak serapi tadi dan menggantungnya. Sambil meremas2 dadanya, kulihat Kanna mencolek pinggul lalu menjilati jarinya.

Otongku menegang seketika. Apa mungkin pengantar pizza tadi bukan bolak-balik mengantar pizza, tapi justru baru kembali? Walau lelah, kukocok otongmu melihat pemandangan yang diberikan sejenak oleh Kanna di teras belakang rumahnya itu.

Orang tuaku pulang besok paginya. Mandor atau arstiek yang mengurus kolam renang Kanna pun juga datang di pagi hari. Kanna terlihat menggunakan baju yang sopan sekali dan manis. Menjelang siang, urusan mengenai kolam renang Kanna pun selesai dan rumah Kanna kembali sepi. Aku sendiri sibuk karena membantu orang tuaku beres-beres. Malam harinya aku kembali berenang. Aku bertemu Kanna saat pulang dari berenang, gadis itu sedang kembali dari minimarket. Dia kembali menggunakan longcoat yang membuatku curiga dan berdebar-debar.

Anehnya kali ini Kanna tidak banyak tanya soal berenang ataupun mengajak berenang di rumahnya. Apa mungkin dia sudah menyerah bertanya?

Dugaanku benar saat aku sampai di rumah. Kulihat Kanna menggantung longcoatnya dan ternyata dia kembali berbugil ria di balik pakaian tebal itu.

Hari-hariku berikutnya berjalan dengan normal seperti sebelum Kanna mulai membuat kolam renang. Jadi tidak ada kegilaan yang kulihat, hanya Kanna yang sedang mandi saja. Oleh karena itu, aku pun menjadi lebih rajin berenang. Terutama di akhir pekan dan saat hari sudah relatif malam.

Dua minggu setelah menonton gangbang Kanna, aku terbangun agak telat karena terlelap saat sampai rumah. Aku buru-buru mengambil roti dan berpamitan pada orang tuaku untuk pergi berenang. Jam saat itu sudah hampir jam sembilan. Namun aku tetap berangkat mengingat kolam renang tutup lebih malam di akhir pekan. Aku sampai sekitar jam setengah 10 dan melihat kolam renang sudah sangat sepi. Cuma ada beberapa orang saja.

Bagus, aku jadi bisa berenang sesuka hati dengan cepat.

Saat keluar dari tempat ganti baju, aku sekilas melihat seorang cewek dengan baju seksi sedang berbelok ke tempat shower di balik tanaman hias. Aku enggak liat baju bagian depannya, tapi belakangnya seksi mampus, nyaris enggak menutupi apa-apa

3843_003.jpg

Boleh juga pemandangan bagus di malam hari. Pikirku.

Aku sempat berenang sekitar dua tiga putaran sampai mendadak terdengar sapaan yang familiar, “Wah, Aras?”

Aku tersentak dan menoleh, “K-Kanna?”

“Wah kebetulan banget,” kata Kanna santai sambil berjalan dari tempat shower ke arahku. Dia mengenakan lingerie yang dulu dia sangka sebagai baju renang. Lebih parahnya lagi badannya basah, sehingga tubuhnya menjeplak jelas di balik lingerienya. Terutama putingnya.

3843_002.jpg

“N-ngapain kau di sini?”

“Ih jahat <3, “ Kanna cekikikan centil sambil menceburkan tubuhnya ke sampingku. “Kenapa engak boleh?”

“K-kau kan enggak bisa berenang?”

“Ya makanya ke sini buat belajar.” Kanna tersenyum simpul. Kini aku sadar cewek dengan bagian belakang seksi tadi itu ternyata Kanna.

“Emangnya ada yang ngajarin?”

“Ada, baik2 deh mereka,” jawab Kanna genit. “Jadi kalau aku enggak bisa ngambang di awal2 dibantu pegangin.”

Itu sih bukan dipegangin, tapi kau digerayangin. Pikirku.

“J-jadi sekarang udah bisa berenang?”

Kanna mengangguk. “Lumayan, lah, gaya dada <3.”

Biar dadamu makin besar ya? Jadi yang nyusu makin puas? Pikirku lagi. Sepertinya otakku mulai melantur karena masih agak mengantuk dan dikejutkan Kanna.

“Y-ya udah yuk, berenang,” kataku buru-buru sambil mulai berenang bolak balik.

Aku tidak memerhatikan apa yang Kanna lakukan karena aku berusaha menyibukkan diri untuk berenang. Tapi cewek itu sesekali masih berenang bolak balik walau terkadang berakhir dengan tabrakan antara kami.

Tabrakan yang menegangkan otongku karena tubuh seksi Kanna bersentuhan langsung denganku. Siapa sangka tubuhnya ternyata begitu hangat dan lebut, tetapi juga kenyal.

Dan aku tidak tahu sengaja atau tidak. Kanna sering sekali mendarat di secara menyilang. Misalkan dia mulai di sebelah kiri, harusnya dia sampai di sebelah kanan. Tapi dia malah sampai di sebelah kiriku lagi. Hal itu memberikan Kanna alasan untuk berpindah sisi. Sialnya, atau untungnya, Otongku sudah keras sejak tadi. Sehingga saat Kanna bergeser, pantatnya menggosok otongku dari balik celana.

Sial, hal itu membuatku sulit sekali menahan diri. Kalau tidak ada orang lain di sini, walau di sini sudah nyaris tidak ada orang lain, mungkin sudah kusodok Kanna di kolam renang.

Namun, ada satu hal yang tidak kusadari selama kami berenang. Tali ikatan lingerie Kanna semakin lama semakin longgar.

Saat aku mencapai lap ke tiga puluh, aku bersandar untuk beristirahat tanpa menyadari kedatangan Kanna.

“Kyaaah <3”

Kanna menjerit kecil saat tubuhnya menabrakku. Aku terguncang. Bukan karena momentum tabrakan itu. Namun karena aku merasakan dua benda kecil keras menggosok dadaku dibalik benda bulat besar kembar.

Ikatan lingeri Kanna sudah lepas, dadanya menggantung bebas dan kini menggosok dadaku karena kami bertabrakan. Sial. aku sudah hampir hilang akal. Tubuh hangat dan seksi itu kini nyaris telanjang dan bersentuhan denganku.

“K-Kanna...,”

“D-duuh maaf,” Kanna berusaha menegakkan dirinya, akhirnya melepaskanku dari godaan yang begitu kuat. “Eh?” Kanna menyadari bagian atas lingerienya lepas. “Ahn <3 Aras nakal.”

“Kok aku?”

“Iiih <3,” Kanna menutupi dadanya dengan tangan. “Kamu yang diem2 narik talinya ya <3?” katanya menggoda sambil membalik badan, membuat pantatnya menyenggol kontolku.

“E-enggak kok, lepas sendiri itu.”

“Ahh <3,” Kanna merapikan ikatan lingerienya. Namun pinggulnya justru bergoyang, belahan pantatanya menggosok kontolku. “Kalo kamu mau <3, bilang aja Aras <3.”

“B-bukan,” aku coba membela diri tapi otongku berpikir beda. Pinggulku bergerak mengikuti gerakan Kanna. Tanpa bisa pikir panjang kuturunkan celana renang sehingga otongku bersentuhan langsung dengan belahan pantat Kanna.

“Aaahn <3 tuh kan <3 nakal, panas lagi <3.”

Terus kugosok-gosokkanotongku ke belahan pantat Kanna. Aku hanya bisa sesekali menahan napas menikmati nikmat duniawi ini.

“Ah, udah mau tutup <3,” kata Kanna mendadak sambil menjauh tepat saat aku akan meremas pantatnya.

“Aku beres-beres dulu deh,” jawabnya ganjen. “Aras masih mau lanjut <3?”

“I-iya,” jawabku ragu.

Kanna mendekatkan bibirnya ke kupingku, “Lanjut yang mana? <3 salah satunya mungkin enggak sempat di sini <3.”

Aku tersentak. Sebelum sempat menjawab, Kanna keluar dari kolam dan berkata jenaka, “udah dulu ya <3. Aku juga perlu bayar administrasi nih les renang tadi <3.”

Seketika itu hatiku mencelos dan juga lega. Lega karena tidak terseret nafsu begitu saja, tetapi juga kecewa karena tidak bisa melanjutkan permainan kami.

Ah sudahlah, mungkin Kanna memang cuma menggodaku. Untuk mendinginkan kepala, aku lanjut berenang sekitar 2-3 putaran lagi.

Aku baru sadar saat aku selesai berenang, sekarang sudah hampir jam sebelas dan hanya ada aku di sini. Orang-orang lain sepertinya sudah pulang sejak tadi. Sial, gara2 Kanna aku jadi lupa waktu. Kulihat orang yang berjaga di pintu masuk menoleh-noleh ke arahku. Mungkin mereka sebenarnya mau tutup, tapi gara2 aku terlalu lama mereka malah tidak enak main usir begitu saja.

Karena itu aku buru-buru jalan ke tempat ganti baju.

Namun, saat mau berbelok ke ruang ganti yang masih terang, aku mendengar desahan.

“Ahnn <3.”

Deg. jantungku berdebar. Aku mengenal desahan itu.

“Aahn, aaah <3, terus doong <3.”

Aku berjalan perlahan mendekati shower yang terhalang tanaman. Suara desahan itu makin kuat.

“Tau begini sih aaah <3 -ku berenang di sini dari duluu oohn <3.”

Saat mengintip lokasi shower luar ruangan itu, otongku mengeras.

“Oooh, aah, kita kan memang tugasnya ‘menjaga’ pengunjung di sini mbak,” kata salah seorang penjaga kolam yang sedang menggenjot Kanna dari belakang dalam posisi standing doggy.

“Apalagi bayarannya begini <3” kata seorang penjaga lagi yang kontolnya sedang sibuk dikocok Kanna.

“Aah aah <3 aku enggak merasa bayar kalo gini,” Kanna menjilat kontol di depannya. “Justru aku malah puas dengan kyk ginimmmphj <3”

Kanna langsung mengulum kontol di depannya dengan bernafsu. Pinggulnya bergoyang-goyang sementara dia disodok dari depan dan belakang.

“Mphh Jhadi, thutup lebih awal <3?” Kanna bergoyang semangat. “Apa mau buka sampe pagi?”

“Kita sih bisa 24 hour, mbak, kalau memeknya juga buka terus,” jawab penjaga kolam yang menggenjot memek Kanna makin ganas.

“Aah aah <3 kalau kontolnya seenak ini hnn <3 ooh, mana mungkin enggak buka lubang-lubangku<3? Aahn<3 aahn <3, t-teruus mhpphhm <3.”

Jadi ini alasan penjaga di depan menegok-nengok ke arahku? Jadi mereka mau tutup cepat supaya bisa ikut mengenjot lonte amoy bernama Kanna ini?

Sial. melihat Kanna melayani dua kontol sekaligus dari jarak dekat. Otongku mengeras dan aku langsung coli di sana.

-------------
Semoga suhu-suhu menikmati godaan kali ini :ampun:


Update part 7 - Let Onee-san Teach you
 
Terakhir diubah:
Asli si aras ini bego banged ya.. maen sama tangan mulu, padahal lobang yg enak udah disediain.. udah ditawarin tp ga pernah mau.. 🤔🧐
 
pokoknya ntar kalo giliran Aras yg ngentotin Kanna harus super hot nih.. kasian masa kalah sama tukang dan penjaga kolam
:konak:

btw penasaran sama mulustrasi Aras nih kyk gimana hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd