Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kanna, The slutty amoy next door, [Side Dish - Gairah di Pos Ronda]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Wih Aras akhirnya dapat ena2 dari kanna

atau Kanna yang akhirnya dapet enak2 dari aras, hu? :p

Makasih atas updatenya suhu
Udah lama memancing..akhirnya dapat juga
Hehe


Akhirnya , terpancing juga aras setelah sekian abad dipancing mulu

ikannya terlalu banyak mikir soalnya,hu :D

Akhirnya kanna dapet aras juga. Semoga mereka berdua jadi pasangan petualang seks yg yahud hahahahah

hahahah, sepertinya bakal begitu hu

Anget bgt updated...

semoga suhu suka part ini


Mantab hu updatenya. Masih nunggu scene aras exe brutal kanna

semoga bisa update paling lambat next weekend hu
 
Asssoyyy akhinya dapet jatah juga ekwkwk
Apakah habis ini kanna tetep eksib apa cuma ngasih ke aras doang? Hehehe
 
Broooooo... This is so legit...
Karakter kanna nya dapet banget. Imut, sexy, nakal, dan kareter teasing nya kena banget.

Yang masih jadi pertanyaan, gw adalah kenapa kanna bisa penasaran sama aras? Ada apa dengan aras? Atau, ada apa dengan kanna? Fetish apaan dia? Fetish sama orang polos kah?

Btw, thanks for the update hu.
 
Sesuai janji, penantian suhu2 sekarang terjawab di part 7 ini.

Part 7 - Let Onee-san Teach You

Dua minggu berlalu sejak kejadian di kolam renang. Aku masih rajin berenang, tapi aku tidak bertemu dengan Kanna. Entah jika dia sudah bosan berenang atau bosan bermain dengan penjaga kolam. Tontonannku juga makin berkurang belakangan ini. Entah, mungkin cewek itu lagi pergi ke luar kota atau sibuk.

Tapi di kamis pagi ini aku terbangun cukup pagi. Karena iseng aku mengintip ke sebelah. Tentu saja tidak ada Kanna di kamar mandi. Namun, terdengar bunyi air dari halaman belakang rumah Kanna. Dia ternyata sedang membasuh dirinya di shower luar ruangan dekat gazebo.

Tubuhnya hanya berbalutkan lingerie tipis berwarna ungu yang dibuat tidak berguna oleh air yang membasahinya. Dia berlenggak-lenggok sejenak di bawah shower sambil menanggalkan pakaiannya. Lalu, seolah tidak memedulikan mata yang mungkin memandangnya, Kanna menceburkan diri ke kolam.

5569.jpg


Tubuh putih Kanna tampak makin sensual di dalam kolam itu. Titik-titik air mengalir cepat di atas kulit mulisnya, menelusuri setiap lekuk tubuh Kanna ketika cewek itu berhenti untuk beristirahat. Perlahan, garis-garis sinar mentari pun ikut menyinari tubuh telanjangnya, membuat semua ini terasa makin…

Tunggu, sinar matahari?

Sial, karena terpana Kanna aku jadi melupakan waktu. Aku buru-buru bersiap-siap dan berangkat ke kantor. Untung aku tidak telat. Sialnya, pekerjaan hari ini begitu banyak karena semua orang bersiap-siap untuk long weekend. Alhasil aku jadi pulang lebih lambat dan terkena macet parah. Lebih parahnya lagi, aku lupa men-charge smartphoneku. Aku mampir sebentar ke minimarket dekat komplekku untuk membeli roti dan beristirahat sebentar.

Saat jam suidah lewat pukul 8, aku berjalan pulang. Hari ini sepertinya aku memang sedang sial, mendadak turun hujan yang deras sekali. Aku tidak bawa payung dan sudah malas mempercepat langkah, jadi kubiarkan saja tubuhku basah kuyup. Toh besok juga hari libur mayday dan aku bisa bermalas-malasan sepanjang hari.

“Astaga…,” kuhela napas saat mencapai pagar rumah. Aku lupa orang tuaku sedang keluar kota. Karena itu aku lupa membawa kunci. Aku melihat ke sekitar. Tidak ada tempat berteduh. Taman bundar di seberang jalan juga tidak punya kanopi. Mungkin aku bisa kembali ke minimarket dan menumpang men-charge hp untuk menghubungi orang tuaku.

Atau…

Aku memandang rumah Kanna. Lampu di dalam masih menyala. Semoga saja dia masih ada di dalam rumah.

“Siapa?” balas Kanna lewat interkom. Balasannya sangat cepat, tidak seperti saat dia sedang bermain dengan tukang-tukang. Namun, suaranya terdengar berat.

“Aras.”

“Lho, kamu kenapa di luar begitu ujan2 begini?”

“Uh, aku lupa bawa kunci rumah, bisa numpang charge hp bentar? Nanti supaya aku bisa telpon orang tuaku nanyain mereka naro kunci di mana.”

“Ya ampun, bentar.”

Kanna membuka pintu depan rumahnya. Dari luar pagar aku hanya bisa menelan ludah melihat dia hanya menggunakan lingerie semacam wrap hitam yang transparan. Dia tidak mengenakan celana dalam ataupun bh. Jadi seluruh tubunya terpampang begitu saja di mataku. Dia terlihat agak ngos2an dan wajahnya merona. Tangan kanannya memegang semacam es lilin yang sepertinya baru dibuka.

3763_001.jpg

“Kamu ih, ceroboh banget,” kata Kanna sambil membukakan gerbang.

“H-haha iya tadi buru-buru,” jawabku cengengesan walau mataku tidak bisa lepas dari tubuh Kanna.

“Yuk, masuk dulu,” Kanna mempersilahkan.

Ini pertama kalinya aku masuk rumah Kanna yang memang besar. Bagian tengah rumahnya hanya satu ruangan besar yang antara ruang tamu dan ruang tengah dipisah. Ruang tengah sendiri langsung tersambung dengan dapur dan meja makan. Disebelah kanan terdapat tv dan sofa tempat menonton dan intercom di tempat sofa. Dan di sebelah kiri, lebih tepatnya agak jauh di kiri belakang, terdapat pintu dari bahan kaca buram. Aku menelan ludah. Itu pasti pintu kamar mandi samping Kanna.

“MAna Hp-nya sini,” Kanna mengulurkan tangan kanannya. Dia sibuk menjilati es lilin di tangan kirinya. Entah ini cuma pikiranku atau cara Kanna melahap eskrim itu seperti sedang menjilati kontol. Pasti nikmat rasanya jika otongku yang dijilat2 dan dihisap seperti itu.

“I-iya,” kataku sambil mengambil hp dan charger dari tas lalu memberikannya pada Kanna.

“Bentar ya,” kata Kanna santai sambil berlenggak-lenggok menuju stop kontak. Dia menungging saat mencolokkan HPku, membuat pantat dan memeknya terpampang begietu saja.

Di saat itu aku juga tersadar tentang keberadaan beda yang agak janggal. Di lantai di dekat sofa, tergeletak sebuah dildo besar yang tampaknya basah. Jadi itu alasan kenapa Kanna terengah-engah? Dia sedang asik masturbasi tadi?

Aku mulai hilang akal, otongku makin keras. Posisi Kanna terlalu menantang. Terngiang kembali kejadian di kolam renang. Saat otongku menggosok-gosok pantat besar Kanna. Mungkin ini saatnya melanjutkan permainan kami saat itu.

Baru saja aku mau membuka resleting celana, Kanna mendesah, “Kya <3.”

“Duh <3 kalo gini kan jadi lengket,” keluhnya sambil mencolek lelehan es yang jatuh ke dadanya. Tapi, setelah menjilat tangannya, lelehan lain kembali membasahi payudaranya yang besar. “Ahn <3, kali gin aku harus mandi deh <3” keluhnya sambil mengusap-usap, atau meremas-remas dadanya sendiri.

“Hnn <3 oh iya, Aras mandi dulu aja? Biar nggak sakit,” kata Kanna sambil menghabiskan sisa-sisa lelehan es. Lidahnya menjlati bibirnya dengan sangat menggoda. “Dia menunjuk ke bagian belakang kanan rumahnya, “Kamu sekalian bajunya dimasukin mesin cuci aja, nanti aku keringin. Kamar mandinya juga di sana ya, tapi yang di sana enggak ada air panas enggak apa-apa kan? Bentar, aku ambilin handuk.”

Hatiku mencelos, ternyata dia menyuruhku ke kamar mandi yang berbeda dari yang biasa kuintip. Kanna sendiri naik ke lantai dua. Ya sudahlah, kuikuti saja perintahnya, daripada dituduh macam-macam. Sial, padahal otongku sudah enggak tahan.

Aku berjalan ke tempat yang Kanna bilang dan melihat lorong pendek dengan kamar mandi di ujungnya. Di lorong itu juga ada mesin cuci yang Kanna sebut. Mumpung Kanna di atas dan aku malas keluar masuk kamar mandi, kulepas saja seluruh pakaianku di depan mesin cuci dan kumasukkan ke sana.

Sebelum aku sempat masuk kamar mandi, sebuah tangan yang membawa handuk mendekapku dari belakang. “Ahn <3, punya Aras tebel banget, jadi pengen ‘mandi’ bareng deh <3,” bisik Kanna sambil menghebuskan napas ke belakang kupingku. Dadanya menempel erat ke punggungku, membuat otongku semakin keras.

Napasku dan napas Kanna menderu. Dia menjilat-jilat belakang kupingku sambil menggosok-gosokkan dadanya. Saat aku sudah tidak tahan lagi, aku berbalik berniat meraihnya, tetapi Kanna justru mundur dan tersenyum nakal.
“Ini handuknya,” Kana Kanna sambil menggigit bibir dan menyerahkan handuk padaku. “Hnn <3. Udah ya, aku mandi dulu,” katanya sambil melangkah pergi.

Aku terpana sesaat memegang handuk. Kugelengkan kepala lalu melangkah ke arah dapur. Di sana kulihat Kanna sedang bergoyang sambil menanggalkan wrap lingerienya. Dia menungging, meremas dada, mendesah, menelusuri tubuhnya dengan jemarinya sendiri dalam tarian erotis yang menghipnotis. Aku hanya bisa tersadar setelah Kanna menghilang di balik pintu kamar mandi sampingnya.

Langkahku terhenti di depan pintu kamar mandi. Di sana terlihat siluet Kanna yang bergoyang-goyang di bawah shower. Kubuka pintu pelan-pelan dan kembali terpana. Shower di kamar mandi ini ternyata ada dua, yang dalam ruangan dan luar ruangan. Kanna sedang sibuk bergoyang di bawah shower dalam ruangan.

Setelah itu, tanpa menyadari pintu kamar mandi sudah dibuka, Kanna mulai menyabuni tubuhnya. Sesekali dia meremas-remas dadanya dan menggosok selangkangannya sambik mendesah kuat. Pemandangan yang selama ini hanya bisa kulihat dari jauh, kini benar-benar terjadi di depan mataku.

Namun, Kanna mendadak menyadari keberadaanku. “Ahn <3 Aras ‘nakal’ <3,” desah Kanna sambil berusaha menutup dada dan selangkangannya dengan tangan. Namun dada dan jembutnya masih tampak begitu jelas di mataku. “Kirain mau mandi di sana.”

“Y-ya, tapi enggak ada air panasnya kan? Aku kayaknya perlu air panas,” kilahku cepat, kedua bola mataku masih memandang tubuh seksi Kanna. Seluruh busa sabun di tubuhnya malah membuat tubuhnya terlihat makin seksi.

Kanna memandang ke arah selangkanganku sambil menggigit bibir. Dia lalu menyapukan busa yang menutupi dadanya, membuat pemandangan putingnya yang sudah mengeras semakin jelas. Kanna membusungkan dadanya sambil nungging dengan pantatnya menghadap ke kamar mandi luar.

Sambil menjilat bibir Kanna menggoda, “Kamu perlu air panas….” Jemarinya menelusuri tubuh sendiri dari selangkangan, ke dada, lalu ke bibirnya. “... atau mau yang ‘panas’<3?” lanjutnya sambil melakukan gestur blow kiss.

Lalu sembari menggigit bibirnya, Kanna masih menungging sambil menggerakkan telunjuk dan jari tengah kanannya dalam gestur agar aku mendekat. Dia berkata lagi, “kamu udah basah, kan, dari hujan? Sini Onee-san bantu ‘sabunin’ <3.”

Aku sepenuhnya terhipnotis godaan Kanna. Onee-san itu panggilan untuk kakak perempuan atau perempuan yang lebih tua. Di saat ini Kanna bertingkah seperti perempuan dewasa berpengalaman yang mau mengajari orang cupu macam diriku cara untuk menikmati tubuhnya.

Aku langsung mendekat dan memeluk tubuh Kanna sambil mencum ganas bibirnya. Kanna menggeliat keenakan, membuat tubuhnya menggosokkan busa dan sabun ke badanku.

Dia lalu melepaskan ciuman kami dan meletakkan telunjuknya di bibirku. “Ahn <3 aras ternyata bisa ganas juga.” Kemudian Kanna menggosokkan dadanya ke dadaku, memek dan selangkangannya ke otongku, dan sembari menjilat kupingku dia berkata, “Onee-san jadi makin enggak tahan <3. Mau dong, ‘disabunin’ sama aras <3.”

Tangan kanannku mengapai ke sabun cair, lalu langsung kuusap dan remas pantat Kanna. Dia mendesah pelan dan ikut mengambil sabun cair. Kanna mengusapkan dadanya sampai berbusa lalu menggunakannya untuk menggosok dadaku. Dia mencium bibirku mesra.

Kami terus saling menyabuni satu sama lain. Sementara aku lebih banyak menjelajahi tubuhnya dengan jemari dan tanganku, menyusur setiap lekukan dari leher sampai selangkangannya, Kanna justru menyabuniku dengan dadanya. Napasnya semakin menderu sampai akhirnya dia seperti tidak kuat lagi dan mengambil jarak sedikit.

“Hnn <3 Aras kurang bersih sih nyabuninnya,” kata Kanna manja. Dia mengambil sabun cair dan menggosokkannya kepantatnya sendiri, “Di pantat kurang bersih, nih.” Dia berbalik dan menggosokkan belahan pantatnya ke otongku, “Tapi aku juga kurang bersih gosokin punya kamu <3. Hnn aaah panas banget <3 keras lagi.”

“Terlalu kotor karena terlalu banyak yg sodok?” Kudekap dia dari belakang.

“Ahn <3 iya, makanya perlu dibersihin sama kontolnya Aras <3.”

“Dada kamu juga masih kotor, kan?” kataku sambil mulai meremas dada Kanna tapi tidak menyentuh putingnya. ”Terlalu banyak dimandiin peju dan kurang banyak apa yang ngisep2?”

“Hnn aaah iya.”

“Apalagi di sini,” kataku sambil tangan kiriku turun ke selangkangannya.

“Kalau di sini terlalu banyak,” desah Kanna. Tangannya turun menuntuk jemariku untuk menggosok klitorisnya. “Aaaah <3 iya di sana <3.”

Kanna terus menggeliat-geliat keenakan sementara otongku merasa seperti di surga saja. Karena itu kau mulai menggerakkan pinggul dan memperkuat permainan tanganku di dada dan klitorisnya. Dia menyalakan air shower walau kami masih tetap bergumul berdiri. Sensasi rintik air hangat di tubuh kami membuat semuanya terasa makin intim.

“Aah <3- ras, j-jadi bener selama ini memang ngintip?”

Kupilin puting dan klitoris Kanna, dia langsung menjerit. “Aaahn <3”

“Kamu juga sengaja ngasi tontonan, hm?”

“Aah i-iya. H-habis Aras bikin penasaran, hhnnn <3.” Kanna menggeliat makin liar. “Makanya aku kasi lihat “kehebatanku” <3. M-makin penasaran, aku makin pengen digerayangi.”

“Dasar lonte <3.”

“Hnn <3 tapi suka kaaahn <3.” Napas Kanna makin menderu. Cara dia menggeliat juga seperti benar-benar tidak tahan.

Sambil terus melancarkan aksiku, kuhembuskan napas ke lehernya. Selama ini Kanna senang sekali mendekatkan bibirnya ke telingaku, jadi kuikuti insting dan mengikuti hal serupa. “Iya suka banget oneesan yang lonte,” kataku sambil menjilaat belakang kuping kanna dan menghisap sedikit daun telinganya.

“Kyah hnnn <3” Kanna menahan jeritannya. Akan tetapi lututnya melemah dan tubuhnya seperti tidak berhasil menahan gejolak yang dia rasakan. Cewek seksi itu merosot dan berlutut tanpa sempat aku tahan.

“K-kanna?”

“Jahan iih <3, aku kan lemah di situ,” kata Kanna terenga-engah. Tubuhnya terlihat gemetaran.

“”Eh m-maaf, aku…,”

“Sini adeknya onee-san hukum,” dia merenggut dan berlutut di hadapanku. Dadanya digosokkan ke otongku sambil kepala otongku dijilat-jilat dengan lahap.

“K-Kanna.”

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menikmati kenikmatan yang diberikan gunung kembar Kanna serta caranya memperlakukan otongku layaknya sebatang es krim. Perlahan-lahan, kenikmatanku memuncak. Namun, Kanna mendadak berhenti dan memandangku sambil menggigit bibir.

“Kayaknya hukuman segini buat adek nakal enggak cukup <3,” goda Kanna sambil meremas2 dadanya.

Aku tidak tahan lagi, kalau Kanna terus mengerjaiku, aku bisa keluar terlalu cepat. Kalau terlalu cepat, nanti semua ini berakhir terlalu singkat. Aku masih ingin menikmati tubuh Kanna.

Sebelum Kanna sempat bangun, aku berlutut dan langsung melahap dadanya.

“Aahn <3 Aras nakal <3,” walau berkata begitu, tetapi tangan Kanna malah mendekap kepalaku agar menghisap lebih keras sambil merebahkan tubuhnya di lantai. Tangan kirinya kembali menuntun tangan kananku untuk memainkan klitorisnya.

Dada Kanna yang besar tetapi empuk dan kenyal sangat berkebalikan dengan putingnya yang keras. Rasanya benar-benar nikmat sampai ke ubun-ubun. Aku bergantian menjilati dan menghisap kedua payudaranya. Dimulai dari menjilati sekitarnya perlahan2 menuju ke puting dan mendadak menghisap putingnya kuat. Setiap itu terjadi, Kanna menjerit keras.

Kami bergumul cukup lama di lantai di bawah curahan air shower. Aku begitu terlena sampai tidak menyadari bahwa kini tubuhku yang berbaring di lantai dan Kanna yang ada di atasku.

Kanna menjilati bibirnya dan berkata dengan menggoda, “Duh, kalau yang nakalnya kelewatan gini, onee-san jadi enggak tahan.”

Dia menegakkan badan dan menggosok memeknya ke otongku. “Hnn aah <3, kalau perjaka pasti cepet kelua….,” Kanna mendesah sambil perlahan memasukkan otongku ke memeknya. “... Aaahn <3 A-aras tebel banget sih,” kata-kata Kanna terpotong jeritannya sendiri saat seluruh otongku dilahap memeknya. Dia tidak bergoyang, tetapi menggenlinjang keenakan.

“A-aah, K-kanna,” rasanya nikmat sekali. Aku tidak pernah membayangkan rasanya begitu nikmat di dalam memek Kanna. Kehangatan di dalam tubuhnya dan remasan-remasan kecil yang kurasakan apalagi gerakannya, membuatku merasa di awang-awang.

“E-enaaak <3,” Kanna mulai bergoyang.

Aku mulai menggerakkan pinggul berusaha mengikuti Kanna. Mamun apa daya ternyata nafsu yang sudah ke ubun-ubun membuatku menaik turunkan pinggulku sekuat yang kubisa tanpa memedulikan ritme Kanna. Waktu pun serasa mengabur ditelan kenikmatan yang kurasa dan keindahan goyangan tubuh indah Kanna.

Hal itu membuat Kanna kembali menjerit. Mulutnya terengah-engah di sela erangan dan lidahnya sesekali menjulur menjilati biibirnya. Dia melenguh keras saat kucoba untuk meremas2 dadanya sambil terus menggenjot.

“L-lebih keras aaahn <3,” Kanna mendadak mencengkeram lenganku. “Lebih ku...aaat <3,” lanjutnya meracau sambil menggoyangkan pinggulnya ganas.

Kulepas pegangganku ke dadanya dan kuremas-remas pantat Kanna, saat jemariku tidak sengaja menyentuh belahan bantatnya, dia menggelinjang lagi. Kemudian jeda goyangan Kanna kumanfaatkan untuk menggejotnya lebih keras lagi.

“Aaah, a-aras, teruss aah <3” Kanna meracau lebih keras lagi. Jika tidak ada hujan jeritannya dan kerasnya suara persenggamaan kami pasti sudah terdengar sampai tetangga. Namun aku tidak terlalu peduli juga, pikirannku mengabur, yang ada hanya cara untuk menikmati enaknya memek Kanna.

Namun, hal itu membuatku semakin dekat dengan puncak, “K-kanna, a-aku hnngg.”

“Aaahn <3 aah ah, M-masak udah m-mau keluar ajaah <3,” walau terengah-engah juga, Kanna menyempatkan diri memandangku dan menjilat bibirnya. Sial, hal itu malah membuatku makin tidak tahan.

Kutarik tubuh Kanna dan kupeluk dia sambil mempercepat genjotanku. Kucium bibirnya ganas sementara tangan kiriku yang menahan pantatanya juga mengusap lubang pantatnya. Kanna langsung menggelinjang.

“Mpphmmh <3.”
Kulepas ciuman kami lalu kupeluk dia lebih erat dan jilat kupingnya.

“A-aaah-rass <3 j.. Jan..***n ku-aaah-ping <3,” Kanna menjerit keenakan dan tubuhnya menggeliat liar. Jujur saja, saat menggeliat begitu, rasanya lebih enak daripada sekedar digoyang Kanna. Karena itu, aku menggerakkan pinggulku naik turun sekuat dan secepat yang kubisa.

“K-kanna, a-aku…,”

“Aahn <3 aah, j-jangan aaah…. Aras, k-kalau di dalem aku… ahn <3.”

Aku tidak memedulikan permintaan Kanna. Pinggulku terus bergerak cepat. Tanganku secara refleks menepuk-nepuk pantat Kanna. Hal itu kembali membuatnya menjerit keenakan, suara yang mengiriku semakin dekat ke puncak kenikmatan.

“K-kanna…”

“Aah aahn<3 Ah-rash <3… j-jangan <3”

“Aah aaah….,” Aku mengerang. Walau pinggulku terus menggenjot, kenikmatan di otongku membuatnya menyemburkan banyak pejuh ke dalam memek Kanna.

“J-jangan aaaaaaaaaahhhhhhnnnnnnn!!!!! <3 <3 <3”

Tepat setelah pejuku keluar, Kanna menjerit kuat dan menggelinjang. Aku merasakan memeknya meremas otongku kuat seolah mau memeras seluruh pejuh yang kusimpan.

Setelah beberapa saat, Kanna tubuh Kanna berhenti menegang dan dia terkulai lemas di dadaku. Badannya bergetar sedikit. Kami berdua terengah-engah.

“C-curang ih, p-pejunya panas banget <3,” kata Kanna pelan. “Aku nggak tahan dan ikutan deh mmphmm,” lanjutnya sambil mencium bibirku mesra.

Hatiku terasa lega dan senang. Aku telah berhasil membuat cewek yang bisa melawan empat orang tukang sekaligus mencapai orgasme.

Kami berciuman cukup lama, untuk mengambil naps sejenak dari aktifitas berat barusan. Namun selama itu Kanna masih terus menggeliat-geliat dan meremas2 otongku seolah ingin agar cepat keras lagi. Aku sendiri terus meremas-remas pantat Kanna dan membelai belahan pantatnya, hal yang membuat cewek itu menggeliat sedikit lebih liar.

Kanna melepas ciuman Kami. dengan tangan bertumpu pada dadaku, dia memandangku dengan tatapan yang penuh kepuasan. “Hnn aah <3 Padahal udah dibilang jangan <3”

“M-maaf.”

“Kok minta maaf?”

“Y-yaa aku keluarin pejuku di dalem, K-kalau kamu mau minta tanggung jawab aku….”

“Aahn <3 aras selalu bikin gemes,” Kanna menjilat bibirnya. “Kalau mau tanggung jawab, mending jangan.”

“J-jangan apa?”

Mata Kanna berkilat licik, membuatnya tampak makin menawan. Dia merendahkan tubuhnya, menjilat kupingku dan berbisik, “Oneesan maunya, Jangan berhenti, sayang <3.”

Otongku memang sudah mulai mengeras, tetapi kata-kata Kanna membuatnya mendadak menjadi sangat keras dan siap tempur. Tanpa pikir panjang lagi kutahan pantatnya dan kugenjot dia sekuat mungkin.


“Aaahn <3 aah aah <3. Aras nakal <3.”


------------------
semoga exe ini cukup hot untuk suhu2 sekalian :ampun:

oh iya sedikit disclaimer, sebenarnya part ini belum sepenuhnya selesai, tapi karena udah panjang banget, nubi potong dulu di sini ya. lanjutannya masih ada, tapi mungkin jadi mini update aja nanti.

Selain itu nubi ngasi sedikit nuance dari hint2 yang udah di kasi, soal onee-san ini kan biasanya trope/fetish yang ada di jav ataupun hentai2. Nubi di beberapa chapter sebelumnya berusaha ngehint kalau Kanna ini selalu yang tingkahnya lebih dewasa daripada Aras.

Seger idenya... mantap suhu.. lanjutkan.. spread your idea..
 
Saran untuk next update.. jangan terlalu frontal atau kasar idenya. Slow but keep strenght. Pelan aja gali sisi binalnya Kanna. Aras kan baru ekse kanna tapi belum tahu kepribadiannya kanna. Aras pelan2 mengeksplor sampai mana kebinalannya kanna. Kanna juga ingin tahu seberapa jauh fantasi sexnya aras.
 
Mantap ceritanya


Nah ini baru mantap hu

Pertahankan hu

Dilanjutkan ya...

seruuuuu .....

makasi banyak suhu,

Asssoyyy akhinya dapet jatah juga ekwkwk
Apakah habis ini kanna tetep eksib apa cuma ngasih ke aras doang? Hehehe

kalo melihat tingkah Kanna, apa mungkin aras doang cukup, hu? :p

Kanna udah ngga butuh fla susu lagi ya:Peace:

Masih tetep perlu hu



Broooooo... This is so legit...
Karakter kanna nya dapet banget. Imut, sexy, nakal, dan kareter teasing nya kena banget.

Yang masih jadi pertanyaan, gw adalah kenapa kanna bisa penasaran sama aras? Ada apa dengan aras? Atau, ada apa dengan kanna? Fetish apaan dia? Fetish sama orang polos kah?

Btw, thanks for the update hu.
Makasi banyak suhu, :ampun:

hmmm, mungkin ada sebagian pertanyaan suhu terjawab di next part

agak kentang juga ga ada cerita lanjutan pas sama penjaga kolam renang ._.

:ampun:maaf suhu, karena ini sudut pandang aras, jadi enggak bisa banyak keliatan main sama yang lain.

Tapi nanti bisa nubi tambahin sih side story2 sebagai selingan dari arc-nya aras


Seger idenya... mantap suhu.. lanjutkan.. spread your idea..

Saran untuk next update.. jangan terlalu frontal atau kasar idenya. Slow but keep strenght. Pelan aja gali sisi binalnya Kanna. Aras kan baru ekse kanna tapi belum tahu kepribadiannya kanna. Aras pelan2 mengeksplor sampai mana kebinalannya kanna. Kanna juga ingin tahu seberapa jauh fantasi sexnya aras.

Makasi banyak suhu :ampun:, nanti akan nubi coba eksplor hu


:semangat:Kanna-oneesan daisukiii:pantat:

kita semua ingin oneesan seperti Kanna, hu.



Akhirnya arass.... Keren sumpah bener2 menghayati ane bacanya. Lanjutkan suhu

Muntah juga.......

makasi suhu, semoga rasa penasaran dan kentang dari sebelum2nya terbayar di part ini
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd