Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kesepianku sebagai Istri

Imajinasiku

Sekian hari demi hari aku menjalin hubungan pertemanan tanpa status dengan Bimo, semuanya tampak baik-baik saja. Ia bersedia menemaniku sepulang kantor, meski hujan turun kuyup-kuyup membasahi jas hujannya. Kadang, ia tak menyanggupi karena pekerjaan menuntut perhatian lebih. Aku mulanya tak ada keberatan. Perlahan, entah mengapa ketiadaan Bimo justru menimbulkan ruang kosong yang nyaris tak kualami semenjak kehadirannya. Aku tidak biasa. Aku kehilangan teman mengobrol, seberapa kuat aku menganggap itu biasa, akan selalu berbeda berbicara dengan lawan jenis dibandingkan sejenis atau tak ada sama sekali. Keakrabanku dengan Viona tak sekuat energi yang diberikan akrabnya aku dengan Bimo. Tanggapan yang dihaturkan pun demikian. Bimo melontarkan kata-kata yang menenangkan dan menghibur sehingga aku percaya. Ia memberi ruang nyaman bagi diriku.

Pintarnya, ia sesekali menyelipkan sebuah pembicaraan mengenai seks, tak ambisius mengutarakan bagaimana birahinya selama menjadi duda. Ia mengatakan banyak bersabar menahan-nahan, menyibukkan diri dengan berolah raga, atau berkumpul dengan kawan-kawannya. Kemudian rasa ingin meluapkan nafsu sebagai seorang laki-laki yang sudah lama tak menyentuh wanita itu hilang begitu saja walau tak memungkiri ketika terdesak, ia menyelesaikannya di kamar mandi. Bimo menunjukkan keteguhan dirinya sebagai sosok yang bisa mengendalikan nafsu, kendati sesekali kudapati pandangan matanya curi-curi menatap ke arah bagian tubuhku yang terkadang tak sengaja terlihat. Ia masih normal.

"Kamu aman kan?"

"Aman kok"

"Syukurlah, sejatinya wanita lebih bisa menguasai dirinya ketimbang laki-laki yang kerap susah otaknya jauh dari pikiran mesum"

"Begitu ya"

"Iya, kamu perhatikan sendiri kan, beberapa orang yang ajak kamu kenalan lewat chat dan telepon pada akhirnya berharap lebih kepadamu"

"Hehehe iya bener banget"

"Kadang arah dan maunya sudah bisa ditebak"

"Kalau kamu?"

"Aku? Kamu lihatnya?"

"Susah ditebak"

"Yang penting aku masih normal"

"Siapa bilang enggak normal?"

"Aku khawatir kamu mengira aku homo"

"Itu kamu yang bilang barusan loh"

"Kalau normal? Kamu bakal bilang aku sama dengan mereka?"

"Kalau iya?"

"Sama saja, tak ada bagusnya"

"Hahaha"

"Kalau aku begini, kamu birahikah?", ucapku membuka blazer, tampil berani dengan balutan tanktop hitam, mengira Bimo lekas tergiur dengan bodi gempalku saat Aku sedang bicara berdua dengannya di sebuah cafe teduh dinaungi pepohonan.

"Iya! mau kuterkam apa?! Aku masih normal May! Jangan aneh aneh kamu!"

"Hihihi", aku mengenakan blazerku kembali.

"Suamimu seharusnya menyadari istrinya begitu mudah merangsang lawan jenis"

"Apa yang aku lakukan?"

"Bentukmu saja sudah mengundang rasa ingin tahu, kamu masih sendiri atau sudah berkeluarga"

"Kalau berkeluarga?"

"Tak ada salah digoda"

"Hahahaha, bisa aja kamu"
"Emang kamu bisa menggoda aku?"

"Kamu digoda selalu ilfeel"
"Aku paham, sedikit kulempar sesuatu yang berbau seks, pasti kamu mengumbar banyak pikiran curiga"

"Pasti dong"

"Apa benar-benar kamu tidak mau merasakan kehangatan dariku?"
"Aku lama tak bercinta, kamu juga"
"Barangkali kita meluapkannya bakal lebih panas di ranjang"

"Stop! Jangan ngarep!"

"Nah! Oke! Selalu, stop! Aku akan stop!"

"Hahahaha, sudah hafal ya"

"Luar kepala"

Kedekatanku dengan Bimo, membuatnya paham dengan diriku yang tak suka dengan pembicaraan berbau seks karena lantas aku sudah paham mengarahnya akan kemana. Bagusnya, Bimo tak pernah memaksaku untuk meneruskan obrolan. Kedewasaannya dipertunjukkan dengan mengalihkan pembicaraan kepada hal-hal yang mengandung muatan positif. Maka, obrolanku dengannya beraneka ragam. Wawasannya yang kaya membuatku banyak bertanya kepada Bimo. Senang mendengar ia bercerita dan menjelaskan. Di samping itu, kadang Viona menguping obrolan kami atau datang tanpa diduga ketika aku bertemu dengan Bimo. Wajar, ia seperti sudah hafal aku janjian di mana dengan Bimo. Oleh karena itu, apabila tidak ingin diganggu aku menyingkir dengan bimo ke tempat yang agak jauh dari kantorku.

Persahabatanku dengan Bimo juga mengusik Ilham yang sepertinya telah kehilangan diriku. Ia memohon-mohon kepadaku agar aku mau berbicara dengannya baik langsung maupun tidak langsung. Ilham mengiba, memohon maaf kepadaku. Aku memberinya maaf, tetapi tetap menjaga jarak dengannya dan mulai terbiasa dengan ketidakhadiran dia.

Di balik persahabatan yang terjalin, aku memendam kekesalan. Beberapa kali aku dirundung mimpi Bimo menyetubuhiku. Aduh apakah karena aku lama tidak disentuh suami? Tetapi mengapa malah Bimo yang datang? Haduh. Kok bisa ya. Mimpi itu kalau diingat-ingat membuatku khawatir kedekatan dengannya. Tak heran, semenjak mimpi itu, aku mulai tak berkenan bertemu. Bimo menanyakan ada yang berbeda denganku. Ia bertanya apakah dia membuat sebuah kesalahan besar sehingga terkesan aku menjauh. Viona turut campur menyelidiki. Aku mengatakan semua baik-baik saja karena aku saja yang ingin menyendiri dulu.

"Maas, malam ini temenin aku masturbasi yuuk"

"Apa?! Tumben banget kamu?! Sebelumnya enggak pernah loh"

"Mungkin karena kelamaan enggak disentuh"

"Bohong!"

"Beneran!"

"Enggak mungkin, hayuk cerita apa yang terjadi pada kamu"

"Enggak terjadi apa-apa"

"Bohong!"

"Bener, Masss..."

"Ah bohong kamu, aku hampir enggak pernah meladeni kamu seperti ini"

"Iya ini karena aku kangen sama kamu"

"Bohong..."

TUT TUT TUT TUT TUT

AH SEBEL.......

Suamiku memutuskan sambungan telepon mendadak ketika birahiku sedang tinggi-tingginya. Padahal aku sudah bersiap-siap dengan daster kembang yang sedang kukenakan ini. Aku mencoba menghubunginya lagi, namun tidak dijawab. Kami berdua sedang video call. Suamiku tak menyadari ketika malam ini aku menghubunginya sedang mencolek-colek klitorisku. Aku juga berusaha menggodanya, menanyakan bagaimana pakaian yang kukenakan malam ini dan bagaimana penampilanku. Dia bilang biasa saja. Aku kecewa, tetapi tidak lekas diam. Aku menunjukkan kepadanya leherku yang mulus dan ketiakku yang juga demikian sehabis dicukur bulu tipisnya. Kembali reaksi yang sama kuperoleh.
Pada akhirnya malah ekspresi kekecewaan dari suami. Itu memang pertama kali aku bersikap begitu dengan suami karena aku penasaran mengapa sulit sekali menggoda suamiku dari jarak jauh.

"Aahhh.... Ahhhh", terpaksa aku mengusap liang vaginaku tanpa respon dari suami. Kuremas pentil susuku yang telah mengeras.
"Ahhh, aku sedang ingin ada laki-laki menjamahku"
"Massss, kumohon", aku mencoba menghubunginya lagi.

Liang vaginaku becek oleh cairan yang mulai keluar akibat birahi yang menguasai tubuhku. Karena suami tak bisa diandalkan, terpaksa imajinasi kumainkan. Ah aku ingin memimpikan suamiku, tetapi mengapa wajah Bimo yang muncul.

"Aaahhh....", Aku berhenti sesekali kemudian kembali mengusap-ngusap klitoris. Telunjukku bermain. "Aahhh"
Aku menggigit bibir. Nafasku terengah-engah. Aku ingin menjangkau puncaknya. Entah mengapa susah sekali. Wajah Bimo terbayang dalam benakku, kuingat-ingat mimpi ketika ia dengan buasa menindihku dan mencelupkan kepala penisnya yang kukhayalkan lama tak memuncratkan sperma. Pasti hangat benihnya.

"Aaaahhhh....."

Dasterku tersingkap. Gerak badanku sulit diatur. Aku melonjak dalam rebahan tempat tidur sembari menyentuh klitoris ini.

"Maayaaa! Hoiii!"

"Ngapain kamu?! Wah yaah sange juga kan kamu?!"

"Viona, aishhh, ngapain kamu masuk-masuk ke kamarku?!"

"Udah kasih aja bimo sekali, daripada kamu dibikim jadi begini"

"Enggak, enggak akan mau!"

"Ya terserah kamu, derita sekarang kan kamu yang tanggung"

Aku terbangun, menghentikkan aktivitas barusan ketika nafsu dan birahi menjadi satu dalam peraduan seorang perempuan tanpa pasangan. Sebaliknya Viona lekas keluar membiarkanku berpikir bahwa kepuasan akan sulit diperoleh hanya lewat masturbasi. Yang muncul kemudian hanyalah rasa penasaran, penasaran, dan penasaran....

Sampai jumpa besok yaaa hehehe. Maaf unggahan terbaru tidak panjang.
 
Trims updatenya suhu @Niamay. Duh Maya... Ampe mimpi basah gitu. Kebayang suhu, bagaimana hot nya Maya kalau akhirnya menyerah dan "ngasih" ke salah satu teman laki-lakinya. Lanjut suhu
 
selamat ulang tahun Maya, semoga panjng umur n semoga disisa umurmu menjadikan berkah semuanya... deuuhhh mantep déééhhh ceritanyaa...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd