Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Anak Istri Tidak di Rumah Dinas​


"Mama, boleh gak Ma aku minta hape yang bagus, yang Apple? Kalau masuk SMA nanti?" Tanyaku kepada mama.

"Tapi nak, Mama belum ada uang, buat bayar daftar sekolahmu saja pas, belum lagi buat keperluan sehari-hari." jawabnya.

"Tapi Ma, bukankah Pak Dhe ada kirim uang?" Tanyaku lagi.

"Pak Dhe kirim uang buat Nenek, karena Nenek mau operasi mata, itu bukan uang Mama,"

"Tapi kan itu utang Bapatua ke Mama?" Ela masih memaksa.

"Ela, kita tinggal di sini gratis, walaupun Bapakmu gak ada, kita harus bersyukur, Pak Dhe, Tantemu semua tidak ada yang protes, coba syukuri itu," jawab Mama dengan sedikit sedih dan kesal.

Ela hidup di keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan karena usaha Mama barusan saja bangkrut sedangkan Papa, aku gak kenal sama sekali. Kata nenek waktu mama masih sekolah dulu, mama diajak berhubungan sama Pak Johannes dengan iming-iming uang. Pak Johannes ini orang kaya banget tapi udah beristri. Mamaku yang lugu nurut aja dan akhirnya hamil aku. Orangnya gak mau tanggung jawab. Jadilah mamaku gedein Ela seorang diri.

Sebagai anak remaja yang mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin konsumtif, sering sekali minta ini itu kepada mamaku. Uang jajan yang Ela dapat sekarang tidak akan mungkin cukup untuk membiayai gaya hidup seperti itu.

Liburan panjang selesai, waktunya Ela masuk ke sekolah barunya, Aku bergegas, tidak mau terlambat ke sekolah, karena harus dua kali naik angkot. Sampai di kelas, Aku menyapa beberapa teman yang di kenalnya waktu pendaftaran dan MOS, dan entah kenapa aku langsung banyak penggemar.

Yah memang harus Ela akuin Ela memang memiliki paras yang cantik (kata orang mirip artis SCTV), dengan postur tubuh agak tinggi (165 cm), kulit putih bersih, ada lesung pipit, rambut pendek sebahu, dan buah dada ukuran C, membuat aku nampak menarik dan berbeda dari teman-temannya lainnya. Mungkin yang menjadi daya tarikku adalah kelakuanku yang asik, apalagi aku termasuk aktif di ekstrakurikuler cheerleader waktu SMP dulu. Aku pun jadi idola buat teman dan kakak kelasku.

MEITU7Q_o.jpg

Suatu hari kakak kelasku Rianti mengajakku buat bergabung ke kelompoknya. Rianti adalah anak gaul paling populer sesekolah. Dengan menggaet Ela ke grupnya dia tahu kelompok pergaulan akan semakin populer. Menggunakan pesona dan daya tariknya Rianti pun dengan mudah berhasil mengajak aku bergabung.

Tapi bergabung dengan kelompok anak-anak gaul begini tentu saja membuat aku yang cuma seorang anak penjual sayur di pasar jadi minder.

Ketika teman-teman sehabis sekolah bisa jalan ke Cafee atau mall, Ela harus pulang dan membantu mama mempersiapkan dagangan di pasar.

Lama-lama Ela jadi merasa tidak puas. Aku nasih teringat obrolan dengan Rianti ketika itu, soal jalan pintas mendapatkan banyak uang. Aku mulai tergoda buat ikutan, lihat saja penampilan Rianti, dia bisa beli hape terbaru, tasnya keren, sepatu apalagi.

Belum lagi gayanya kalau sudah pulang sekolah, bisa punya motor sendiri, dan semua itu katanya cuma temani Om-om minum kopi, di restoran.

Ela jadi membayangkan kalau aja punya uang seperti Rianti, apa yang aku mau bisa di beli, tanpa harus meminta Mama.

Dan entah setan apa yang membisiki hati Ela, malam itu Ela telpon Rianti, dan bilang hari Sabtu dia siap untuk pergi.

Hari Sabtu tiba, jam 09.00 Ela sudah siap pergi, Mama sudah ke pasar pagi-pagi, Nenek Rum juga cuma berbaring di kamar. Ela dengan berpakaian seragam ketat pramuka berrok pendek, pergi tanpa pamit dengan siapapun.

”Lho, Ela mau kemana? Hari Sabtu libur gini kok pakai seragam?” tanya Mama tiba-tiba.

Jantung Ela serasa hampir copot mendengarnya.

”Eh, ah, nggak Ma, Ela ada kelas tambahan aja di sekolah” jawab Ela agak gelagapan.

”Ya udah, jangan setelah selesai langsung pulang. Ingat, kalau diajak orang tidak dikenal, Jangan ikut!” kata Mama.

”Iya Mah... kayak Ela ini masih kecil aja...” jawabku singkat.

Sesampai di salah satu cafe tempat janjian dengan Rianti, Ela langsung hubungin Rianti buat ketemuan, tapi cuma di balas suruh cari mobil mercy di tempat parkir belakang.

Dengan celingukan kebingungan Ela coba langsung pergi ke tempat parkir belakang. Disana Cuma ada satu mobil mercy. Aku merasa ragu tapi karena sudah terlanjur, Ela maju terus. Aku cari mobil yang dikasih tahu Rianti tadi. Ela coba untuk mengetuk pintunya,

”Perimisi, Ini Ela. Boleh saya masuk?” tanya Ela gugup.

Seketika pintu terbuka dan nampak Om-Om yang lebih pantas jadi Kakekku, berdiri dibalik pintu.

Om-om itu tidak memakai baju setelan PNS, Dari tangannya tampak kulitnya yang gelap berbulu dan perut buncitnya tampak dari bajunya yang kekecilan.

Wajah pria tua itu tidak asing buat Ela. Dia Mochtar, Wali kota disini. Sebelum jadi Wali kota dia bos preman yang sampai sekarang masih mengatur anak-anak buahnya minta uang keamanan di pasar Mama berjualan.

”A... Anu Om... Maaf, gak jadi. Elah salah orang.” Ela sudah mau balik meninggalkan tempat, tapi Om tua itu dengan sigap langsung menarik Ela masuk mobil dan mengunci pintu. Mobil langsung berjalan meninggalkan Cafe.

Ela yang merasa dijebak Rianti rasanya malu banget. Tapi karena Ela datang sendiri, bukan karena paksaan, jadi Ela cuma diam aja.

”Siapa nama kamu?” tanya Om Mochtar.

”E... Ela Om...”

”Nama yang Indah... Kamu anaknya Si Ani penjual sayur itu ’kan?” ucap Mochtar sambil mengelus rambut Ela.

”Ko.. Kok Om tahu?” tanya Ela kaget.

”Iya kenal dong. Dulu banget Ani ‘kan sering Check-in sama Om kalau butuh duit buat susu kamu.” jawab Om Mochtar.

Ela merasa bagai disambar geledek mendengar jawaban Om Mochtar. Senyuman mesum Om Mochtar juga membuat Ela makin ketakutan.

”Sudah kelas berapa kamu?” tanya Om Mochtar lagi.

”Ke... kelas satu..” jawab aku gugup.

”Oh... adik kelasnya Rianti berarti ya?”

Aku cuma mengangguk. Om Mochtar mulai meraba pundak dan paha Ela.

”Mmmh... Om... Ela berubah pikiran. Ela mau pulang aja.” kataku berusaha mengiba sambil menepis tangan-tangan Om Mochtar yang mulai nakal.

Supir mobil mengarahkan mobil ke sebuh rumah yang cukup besar yang Ela tahu merupakan rumah dinas Wali kota. Om Mochtar menggenggam tangan Ela dan mengajak Ela masuk rumah. Tangan terasa sakit banget.

“aduh Om, sakit Om, ada apa kok tergesa-gesa begini?” Ela berkata sambil agak meringis kesakitan. Om mochtar menyeret Ela masuk rumahnya dan mengunci pintu dari dalam tanpa menjawab pertanyaanku ini. Seketika kemudian, dia meremas dada Ela.

“Om, apa-apaan ini?” tanya Aku panik.

“Sudahlah Ela, jangan sok jual mahal, kamu datang kesini niatnya buat dapat uang ’kan? Gampang, bisa Om kasih kamu uang banyak Om boleh nikmatin memek perawanmu itu, oke sayang? Cuma sekali ini aja kok.” kata Om Mochtar.

Ela jadi bimbang dan hanya bisa terdiam saja membiarkan tangan Om mulai bergerilya. Satu tangannya meremas dada aku dan satu tangan lainnya meremas kemaluanku dari luar.

Ela rasa Om Mochtar ini orangnya sangat berpengalaman dalam urusan seks karena gerilya tangannya amat terampil dalam merangsang. Ela jadi mulai melenguh merasakan kenikmatan.

“Ouuughhh, baik Om, Ela punya Om sekarang, tapi tolong pelan-pelan.”

“Hehe tenang saja manis, Om pasti memuaskanmu hari ini. Om banyak mengalaman menggarap anak perawan.” Om Mochtar berkata sambil sesaat kemudian mencium bibirku dengan buas. Tangannya mulai bergerilya mencopoti kancing seragam pramuka aku.

”Kok sepi Om rumahnya?” tanyaku sepintas.

"Istri Om lagi urus daftar ulang anak di Universitas di Bandung, makanya Om suka ajak masuk ABG waktu-waktu begini. Hehehe...” jawabnya.

”Ngomong-ngomong, kamu ini sebenarnya anaknya Johannes Si pedagang kaya itu ’kan?” tanya Om Mochtar.

”Loh... Kok Om tahu?” tanya Ela heran.

”Ita tahu dong, telinganya Om ada dimana-mana. Dulu sering banget Om seteru sama dia. Eh gak tahunya sekarang Om bakalan ngentotin anaknya. Hahaha...” kata Om Mochtar.

Aku Cuma diam aja mendengar ceritanya.

”oh iya, tolong bantu lepasin seragam Om juga dong Yang...” perintah Om kepadaku.

Ela pun juga ikut melepas kancing kemeja seragam PNS Om.

”Ela, untuk sekarang kamu panggil Om, Papa yah?” Tanya dia ke aku.

Ela cuma mengangguk saja mengikuti. Ketika semua kancing bajuku sudah terlepas semua, Om Mochtar tidak melepaskannya, tetapi dia justru kembali merangsang kemaluanku dari luar dengan agresif sehingga Ela jadi mulai melenguh lagi.

“Aaaaah Paaa...” Ela berteriak merasakan kenikmatan luar biasa itu. Om Mochtar sungguh sangat terampil memancing nafsu seksku. Tak terasa vagina Ela pun mulai terasa basah oleh cairan cinta.

Melihat aku yang mulai terangsang hebat, dia mengarahkan tanganku untuk meremas kemaluannya yang terasa sudah tegang.

“Gimana sayang, sudah gak sabar pengen dimasukin kontol kan?”

Melihat Ela cuma bisa diam saja kebingungan ketika ditanya seperti itu, dia pun memberikan sinyal agar aku berbaring di meja. Meja di ruang makan itu cukup besar jadi waktu Ela berbaring disitu, kaki Ela masih bisa selonjor dengan nyaman.

Ketika sudah berbaring, Om Mochtar pun mulai menyibakkan rok aku ke atas dan mulai melepas celana dalamku yang basah oleh cairan cinta.

“Wow sayang, vagina kecilmu ini sudah memanggil-manggil kontol Papa untuk segera dimasukkan” Om Mochtar bilang gitu sambil melepas ikat pinggang, memelorotkan celanan kremnya hingga lutut dan mengeluarkan sang burung dari sangkarnya. Dan benar saja, kontol Om Mochtar tampak hitam besar. Baru pertama kali ini aku melihat kemaluan pria dewasa.

Dia sodorkan kontolnya ke mukaku buat diblowjob.

“ayo sayang dikulum dulu dong kontol Papa, biar gampang jebol goa kamu”

“Ih Papa! Ela gak pernah blowjob, kontol ’kan banyak kumannya! Nanti kalo masuk mulut Ela jadi penyakit dong, Ela ludahin aja ya terus dikocok.” Aku berkata dengan mengiba dan memohon,

“Iya deh sayang, tapi harus sampe keluar precum ya sayang.”

Ela mulai meludahi kontol Papa dan mulai mengocoknya. Aku memang tak pernah blow job, tapi pernah lihat beberapa kali di video bokep. Tak berapa lama Om Mochtar mulai melenguh dan keluarlah cairan precum itu. Merasa kontolnya sudah terlayani dengan baik oleh tanganku dan sudah keluar precum, Dia mulai mengarahkan kontolnya menuju liang perawanku.

“Ela sayang, papa masukin ke gua ya?”

Aku pun hanya diam saja sambil memejamkan mata. Ela merasakan takut, gugup, ragu karena kegadisannya akan hilang dengan cara seperti ini. Agak kesal juga karena sudah ditipu Rianti. Tapi sedikit excited juga karena bakal dapat uang.

Mulai terasa kontol Om Mochtar mulai berpenetrasi memasuki liangku yang sangat sempit. Ela benar-benar masih perawan tingting, vaginaku masih sangat seret sehingga kontol Om Mochtar sangat kesulitan untuk memasuki liang kenikmatanku. Rasa perih menusuk mulai ke rasakan si selangkanganku.

“UUUH! Sempit banget lubang guanya sayang, Papa suka banget ini!”

Dengan beberapa kali percobaan, mulailah kontol Om masuk ke dalam gua milikku. Rasanya perih banget. Ela lihat ke bawah, terlihat baru kepala kontol Om yang udah masuk.

“Uggghh Pah, pelan-pelan Pa, Rasanya perih, perih banget...” kataku sambil mulai menangis.

“Iya sayang, sabar ya, gua milikmu ini sempit banget sayang, kontol papa terasa diperes”

Dengan penuh kesabaran, Om Mochtar melakukan penetrasi sampai tiba-tiba dia mendorong hampir semua batang kejantanannya masuk ke dalam vaginaku.

”AAAAAAAGH.....” teriakku. Ela merasakan perih dan panas yang sangat menyakitkan di perut. Keperawanan Ela hilang sudah.

Sambil terus mendorong pelan, Om Mochtar meremas dada Ela untuk meredam rasa perih. Setelah semua batang penisnya masuk, diam sejenak selama 5 menit.

“Sayang, masih terasa sakit nggak? Kalo sudah nggak papa mulai goyang nih”

“uuugh, udah agak berkurang sakitnya Pa, terasa penuh juga vaginaku”

“ya udah, Papa genjot sekarang ya”

Tanpa menunggu jawaban dariku, Dia mulai menggoyang pantatnya naik turun hingga batang penisnya keluar masuk dari liang kenikmatanku. Sungguh saat itu rasanya seperti perih, ngilu bercampur jadi satu. Tapi mulai aku rasakan ada sensasi nikmat yang mulai keluar. Apalagi Om menggoyang dengan sangat lembut, membuat aku merasakan kenikmatan berlapis.

“Uuugghh, Paaah, enaak bangeeet”

“Oh sayaaang, memekmu sereet bangeeet, kontol papaa kayaaak dipijaaat Ooooh...” Om Mochtar berkata sambil terbata-bata, sepertinya ia juga merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Sekitar sepuluh menit Om menggoyang, aku pun mulai merasakan orgasme pertamaku dan berteriak dengan keras.

“Aaaaaah Paaaah, Ela mau... pipiiiiiiis....”

“Keluarkaan ajaa sayaaang...”

Mata dan kepalaku terasa berputar. Sejurus kemudian aku merasakan pipis, bukan sekedar pipis biasa, tapi disertai dengan rasa nikmat yang luar biasa.

Melihat aku mencapai orgasme pertamaku, Om Mochtar berhenti dan mencabut kontolnya dari vaginaku.

“Lho... kok udahan, Pa?”

“Sebentar sayang, Papa mulai kegerahan gara-gara nikmatin tubuh seksimu itu, Papa nyalakan AC dulu ya.”

Om Mochtar memang tampak berkeringat, sampai kemeja kremnya agak sedikit basah. Aku pun heran melihat Om melakukan aktivitas seks tanpa telanjang. Hanya membuka kancing kemeja dan memelorotkan celana panjangnya hingga selutut. Bahkan ia masih memakai sepatunya.

“Papa, kok bajunya gak dilepas aja sih sekalian? Kan lebih enak kalo telanjang”

“Papa habis ini buru-buru pulang sayang, ditunggu teman.”

Setelah menyalakan AC, Dia pun mulai melanjutkan permainan cinta kami. Kali ini dia mulai dengan membuka bra Ela dan melemparkannya. Dari tadi memang bra Ela masih melingkar di dada, hanya kancing kemejaku terbuka dan rokku tersingkap ke atas. Celana dalamku tadi sudah dilepas oleh sama Om.

Setelah membuka bra, dia mulai menyusu dengan tak sabar di dada kiri Ela sementara yang kanan diremas-remas sama tangannya. Ransangannya membuat libido Ela naik lagi.

“Aaaaah Paaaaah...” Ela hanya berteriak tidak tahan menahan permainan lihai Om Mochtar. Memang patut Ela acungin jempol. Orang ini mampu membuat nafsu seks aku bangkit dengan cepat.

“Paaaah, buruaaan masukiiin lagiii dong...”

Melihat Ela merengek, Om Mochtar segera memegang penisnya dan mulai mengarahkan ke vaginaku lagi. Kali ini penisnya masuk tidak sesulit tadi karena vaginaku sangat basah oleh cairan orgasme walaupun masih agak sakit.

“Aduuuh, Paaah, kenceng bangeeeeet....”

Om Mochtar dironde kedua ini tampak bersemangat sekali. Sepertinya tak sabar ingin segera menuntaskan permainan cinta palsu ini. Aku pun merem melek merasakan kenikmatan.

”Ooooh, memekmu ini yang paling enak La!” erang Om.

”Auuuh, Aaaah, Oh... Oh... Oh... Oh...” desah Ela keenakan.

“Papa sebenarnya punya anak seumuran sama kamu. Ngentotin Ela gini, rasanya kayang ngentotin anak sendiri....” Om mochtar mulau meracau.

”Uuuugh, Uuuugh, Uuuugh, Uuuugh,” Aku merakan kontol mochtar masuk makin dalam saja ke memekku.

”Rianti itu memeng pintar mencari cewek, selalu saja ketemu ABG yang cocok dengan seleraku. Ayo remes kontol Papa lebih kenceng!” peritah Om sambil meremas kencang-kencang dada Ela.

”Auuuh, Aaaah, Papaaaaaah....” lenguhan aku pun makin menggila.

OM Mochtar memompa memekku semakin kencang. Kontolnya yang besar membuat gesekan antara batangnya dengan klitorisku terasa sangat sensasional. Hingga sekitar limabelas menit kemudian, aku pun mulai merasakan akan orgasme untuk kedua kalinya.

“Papa, Ela keluar lagiiiiii...” aku berteriak diiringi keluarnya cairan cintaku untuk yang kedua kalinya.

Tapi kali ini Om Mochtar tidak menghentikan goyangannya, justru ia makin agresif menggoyang hingga beberapa saat kemudian,

“Aaaaah Elaaaa, Papaaa keluaaaaaar.... AAAAH,” Om berteriak sambil meremas-remas dada Ela.

CROOOOOOOOOOT CROOOOOOOOT......

Perutku terasa disiram oleh lahar panas. Terasa penis Om berkedut-kedut dan menyemprotkan cairan hangat berkali-kali banyak sekali.

Ela tersadar. Om Mochtar rupanya mengeluarkan semua spermanya ke rahim aku.

“Papa! Kok dikeluarin di dalem siiih? Kalo Ela sampai hamil gimana?” Aku berteriak protes kepada Om yang langsung ambruk di atasku. Aku sendiri tidak yakin apakah sekarang masa suburku. Tetapi tetap saja sperma yang dikeluarkan di dalam vaginaku sebanyak ini berpotensi membuahi sel telur Ela.

“Hehehe, Maaf sayang, Papa hilang kontrol, habisnya memek kamu seret banget.” kata Om Mochtar dengan lembut dan segera melumat bibirku.

Setelah beberapa saat, Om beranjak bangun sambil mengeluarkan penisnya dari vagina Ela. Ketika Ela melongok ke bawah, terlihat cairan putih mengalir keluar lumayan banyak. Rupanya itulah kombinasi sperma Om, darah perawan, dan cairan cinta yang bercampur di vagina Ela.

Ela pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dan mulai mengangis. Akhirnya kegadisan Ela terenggut sia-sia, hanya demi rupiah. Waktu itu nafsu birahi mulai surut dan akal sehat mulai kembali.

Gimana kalau Ela sampai hamil? Mama pasti bakal kecewa dan marah besar.

Om mochtar berusaha menghibur dengan mencium bibir Ela dengan mesra tapi itu justru membuat nafsu kami berdua naik dan melanjutkan permainan cinta kami. Paling tidak Om Mochtar mengisi vaginaku lagi sampai 2 kali.

Setelah semua tuntas, dengan sedikit kesakitan, Ela beranjak ke kamar mandi. Om Mohtar mengajak mandi bareng, tapi Ela tolak, badanku terasa sakit semua, perasaan campur aduk, takut, kecewa, tapi juga senang dapat uang banyak.

Hari sudah sore, Om Mohtar sudah puas membuat Ela kelelahan, tiga kali cukup membuat Om Mohtar lemas, dan Ela kesakitan.

"Ini uang 10 juta, ini nomer hape Om, besok buka rekening, nanti Om transfer sisanya ya," kata si Om sambil memeluk Ela.

"Om tidak bohong kan?" Tanyaku walaupun tidak tau berapa nominal yang seharusnya dia terima, karena Rianti benar-benar hanya kasih tau Ela buat temani minum kopi.

"Tidak, nanti kalau Rianti tanya, bilang saja uangnya di transfer, kalau dia minta traktir atau apa, jangan mau, dia juga uangnya banyak," kata Om Mohtar lagi.

Dan aku pun pulang, tanpa memperlihatkan rasa bersalah, takut, bahkan seolah tak terjadi apapun. Padahal aku barusan saja disetubuhi oleh pria yang jauh lebih tua, tapi Ela berusaha meredam kegundahannya dalam-dalam.

Untuk menghibur diri, Ela juga mulai lebih sering nongkrong bareng teman-temannya ketimbang membantu Mama jualan di pasar. Tanpa sepengetahuan Mama dan nenek, Ela mulai foya-foya beli Hape baru yang lebih bagus, jam tangan dan sepatu, juga tas.

Ela juga sering dipanggil Om Mochtar buat kencan dan dapat uang jajan dari dia, bahkan Ela pernah diajak ke puncak buat liburan bersama. Tapi waktu Ela jujur bilang kalau Ela nggak pernah mens lagi setelah ketemu Papa, Om Mochtar gak pernah mau Ela hubungin lagi.
 
Terakhir diubah:
Cerita ini asyik uga. :adek:
Ditunggu karya lainnya suhu.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd