Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kisah Dokter Shinta dan Pak Tanba

Setujukah jika Haryati dan Fatma dibuatkan cerita ?

  • Setuju

    Votes: 14 100,0%
  • Tidak

    Votes: 0 0,0%

  • Total voters
    14
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Lanjutan

Hanif Nur Fatma adalah nama indah pemberian orang tuanya, ia adalah anak Yatim Piatu sejak umur 4 tahun. Hanif Nur Fatma merupakah anak ke 4 dari 5 bersaudara, ayahnya adalah Supir Truk yang berasal dari kota B di Sumatera bernama Rohim Alvian M, Sedang ibunya Maryam Nur. Sebuah kecelakan saat menumpang kendaraan umum saat pulang kampong. Bus yang ditumpanginya masuk ke Jurang. Kecelakan tersebut membunuh Ayah dan Ibu sedang ketiga saudaranya. Beruntung ia dan adik perempuannya berhasil selamat. Petaka itu sudah pasti membuatnya bingung, bagimana seorang anak berusia 4 tahun harus hidup dengan adiknya berumur 2 tahun. Beruntung ia bisa tinggal di Panti Asuhan untuk sementara waktu.

Sanak keluarga bergantian muncul, untuk membawanya juga adiknya. 6 Tahun, ia menjadi tangguan Nenek dan Kakeknya dari Ayah menghidupinya. Selanjutnya 5 Tahun berikutnya Paman dari pihak Ibu memintanya untuk tinggal bersamanya. Walaupun hidup pas-pasan, Nur Fatma demikian namanya dipanggil karena keluarganya tidak tahu, dimana akta lahir disimpan atau mungkin belum dibuat Mendiang Kedua Orangtuanya. Sedangkan adiknya Ros Nur Lizianti terakhir dibawa keluarga Ayahnya yang lain tidak bisa ditemui lagi sampai ia besar. Singkat cerita, Akta Lahir kembali dibuat setelah menuggu berberapa lama kemudian digunakan sebagai Identitas. Nama Hanif itu kembali muncul ketika, lulus SMP membuatnya ingin kembali ke kota B untuk diantar ke rumahnya dahulu. Banyak Tetangga yang mengingatnya termasuk Pak Tigor seorang Supir Truk hasil perkebunan teman mendiang ayahnya.

Pak Tigor yang kini menjadi perangkat desa, masih mengingat kenangan termasuk kedua orangtuanya yang dahulu dusun desanya sulit diakses pendidikan dan kesehatan. Kebetulan Ayahnya dan Pak Tigor sekolah. Ayahnya sampai dibangku SMP kemudian berhenti karena keuangan demikian saudara ayah yang lain. Sedangkan Pak Tigor mampu lulus sampai SMA ditambah kemampuan menyetir dan mesin pas-pasan membuat mereka diterima pemilik perkebunan. Nur Fatma sebetulnya ingin berkerja, karena malu Pamannya yang menghidupinya. Maka dengan bekal Ijazah SMP ia ingin mencari kerja namun sebelumnya ia ingin mengenang. Paman awal tidak mengizinkannya untuk merantau, maka ia mengantar Fatma ke B kemudian kembali. Lelaki paruh baya macam Pak Tigor jelas menentang untuk Merantau untuk mencari kerja, karena pengalaman Mendiang Ayahnya dan dirinya adalah bahan pertimbangan.

Maka Pak Tigor menyarankan Nur Fatma untuk ke pergi ke P untuk mencari SMA karena nilai sangat bagus. Paman dan Fatma bersiap dan peri ke P. beruntung ia masuk sehingga bisa bersekolah. Paman hanya mampu memberikan uang sedikit, maka ia berkerja sampingan dan mencoba meraih Beasiswa. Itu berjalan sampai memasuki kelas 3. Nur Fatma resmi diangkat sebgai anak keluarga sederhana, dan menyekolahkan hingga masuk Fakultas Kedokteran di Bandung. Kemudian menjelang PPT kabar mengejutkan kembali datang, Orang Tua Angkatnya dikabarkan terlibat masalah dan menghilang. Maka tinggalah Nur Fatma sendiri yang menghadapi masa PPTnya. Tekadnya menjadi seorang dokter adalah kisah hidupnya karena akses dan kejadian yang menimpa keluarganya itu.

Maka ia mencoba aktif melakukan hal yang baik yang bisa ia lakukannya. Hal itu ia lakukan untuk menujukan bahwa nilai-nilai baik didapatkan dari orang-orang yang pernah baik dan simpatik padanya. Namun semula ia ditempatakan di Kabupaten, dikarenakan jumlah calon dokter yang disana terlalu banyak. Maka karena itu, ada kebijakan untuk meminta kesediaan untuk memindahkan calon dokter. Nur Fatma meminta data calon dokter melihat desa Pak Tanba hanya memiliki 1 dokter maka ia langsung ditempatkan. 6 Bulan hanya menjadi staf pembantu Puskesmas keliling, kini ia mengabdi untuk 1 Desa. Pikirnya, semoga sedih dan sesak kesedihan desanya dahulu dapat terobati dengan pengabdian di Desa ini.

Nur Fatma memilih Desa itu, dan meminta info yang cukup. Secara umum desa itu adalah desa yang mata pencarian adalah Persawahan dan Perkebunan. Dengan sedikit orang yang mengeyam pendidikan dan akses pendidikan. Beruntung 10 tahun terakhir, Desa itu mulai maju dengan makin menguatnya perekonomian Pak Tanba dan Kepala Desanya yang memiliki juga perkebunan. Program pembangunan desa itupun baru akses Pendidikan, Listrik, terakhir Kesehatan. Nama Kepala Desa sendiri M. Burhan dengan 1 Istri yang bernama Ibu Yulianti dengan 4 orang anak dimana ketiga anak sudah merantau dan berkeluarga. Sedangkan 1 anaknya sudah duduk dikelas 6 SD tempat Halimah, istri ke 3 Pak Tanba mengajar.

Kini Halimah sedang mengambil cuti melahirkan dan bulan depan adalah waktu Halimah kembali mengajar. Itupun jika diperbolehkan Fatma atau Shinta dalam penegecekan rutin nanti. Saat sampai, Nur Fatma merasa nyaman dengan desa ini, meski ini tempat baru untuknya. Maka ia tinggal dirumah dinas dokter, tempat Shinta tinggal. Namun ia belum bisa menemui calon teman rumahnya. Menurut Pak Tanba, Shinta sedang ke kota P untuk keperluan keluarganya. Fatma pun mengharapkan Shinta adalah teman yang baik meski mendengar Shinta adalah calon dokter dari keluarga berada membuat Fatma sedikit sangsi. 3 hari kemudian, Shinta datang dengan muka yang lelah dan sembab. Fatma menyambut, namun Shinta menjawab. “Maaf teman. Bisa kita berkenalan besok saja,” kata Shinta langsung masuk dan mengunci kamar.

Fatma awalnya ragu karena mendapatkan sesuatu yang mengejutkan dia, Shinta sedikit tertutup. Ia mulai berpikir apa yang diduga adalah benar adanya. Dari dalam kamar Shinta menangis, mendengarnya Fatma ingin mengetuk. Namun pikirnya, tidak ada orang yang mau mencurahkan masalah pada orang pertama kali ia kenal. Maka ia pergi ke kamar sebelah untuk istirahat. Paginya, bangun dan bersiap mandi. Saat masuk ke bagian belakang rumah. Ia berpas-pasan dengan Shinta, Shinta dengan wajah yang sembab mencoba menyapa “Hai, Maaf semalam belum menyapa kamu. Namaku Shinta Zilvanti. Salam kenal,” kata Shinta menyapa. “Namaku Nur Fatma, aku ditugaskan ke sini sampai tugas PPT selesai,” kata Fatma singkat.

“Wow hampir 1 tahun lagi, itu pun jika gak ada masalah lain,” kata Shinta membalas. “Oh Iya, kamu mau mandikan? Silakan,” kata Shinta mempersilakan. Fatma memikirkan mungkin ada masalah yang membuat Shinta murung, mungkin kalau saling bersikap ramah membuat mereka nyaman tinggal bersama. Singkat cerita saling bersama membuat mereka akrab. Mereka sering membagi pekerjaan secara adil baik tugas kerja maupun merapihkan rumah. Meski Fatma bukan orang berkulit putih melainkan Berkulit Hitam ia memiliki kecantikan tersendiri. Memiliki Payudara yang bulat dan menantang dan berbadan tinggi. Sehingga banyak para lelaki ingin mendapatkan perhatiannya. Namun sikap Fatma yang sedikit tertutup membuat lelaki akrab dan dekat dengannya.

Fatma hanya memiliki keakraban dengan teman-teman sesama wanita. Hanya ketika masa-masa PPT membuatnya mesti lebih akrab dengan lelaki. Maka tujuan untuk mengabdi ke desa, juga dilatarbelakangi oleh mengakrabkan diri terkhusus daerah yang hampir sama kondisi dengan desa tempat lebih 20 tahun lalu. Selama 1 bulan, mereka akrab. Pada kedekatan ini Fatma dan Shinta sudah menjelaskan kehidupan masing-masing. Shinta menganggumi Fatma lewat kisah hidupnya yang menyedihkan mampu membuatnya kuat. Sedangkan “Kisah Cinta Tragis” Shinta dikagumi oleh Fatma, padahal ia memikirkan kisah seperti itu hanya terjadi dalam novel dan sinetron meski kisah Shinta dan Pak Tanba tidak diceritakan Shinta. Alasan adalah agar menjadi rahasia kehidupan yang dirasa terlalu pribadi.

Rupanya hidup Fatma tidak sederhana itu, ada yang menginginkan Fatma untuk dimiliki. 1 bulan lebih dari Fatma yang tinggal dan mengabdi di Desa itu. Ia menarik hati banyak pemuda seperti halnya Shinta. Terkadang ada yang mengirimkan makanan pada siang hari untuk Shinta dan Fatma. Jelas ini merupakan tanda perhatian terlebih dilakukan para pemuda. 1 minggu belakangan, perhatian itu hilang. Fatma sempat bingung karena berpikir ia mulai tidak disukai oleh Pemuda. Sedangkan Shinta tidak terlalu memikirkannya. Dalam pikirannya adalah bertemu dengan Pak Tanba untuk menyadarkan tubuhnya pada Pak Tanba. Hari itu, kerja Puskesmas Desa hanya pukul 3.00 sore, cukup sepi orang yang memeriksa. Malamnya, Fatma bersiap untuk memeriksa Ibu Yulianti, untuk pengecekan rutin. Sudah 4 tahun Perempuan paruh baya terserang stroke.

Sebetulnya kondisi Ibu Yulianti sudah cukup baik. Namun ada satu hal yang menjadi masalah 1 tahun terakhir, yaitu aktivitas seksual Ibu Yulianti dan Burhan yang tidak baik. Sehingga Ibu Yulianti hanya bisa mengatur rumah. Bahkan meski secara finansial Burhan cukup baik termasuk hasil perkebunannya yang meningkatkan ekonominya tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Dia pun fokus dalam mengatur desanya, untuk mengalihkan kesibukannya. Seiring berjalan waktu, ia tidak bisa mengabaikannya. Sebagai Lelaki Burhan adalah lelaki normal, bia pun sering iri dengan Pak Tanba yang mampu memiliki 3 istri yang mampu dia jaga. Awalnya ia berniat mendekati Shinta, namun setelah mengamati ia memikirkan Shinta cukup akrab dengan Pak Tanba. Ia menduga Shinta tidak menganggumi dan nanti diperistri Pak Tanba, karena jika dibandingkan Pak Tanba lebih memiliki banyak hal diatas Burhan meski dia adalah Kepala Desa.

Kembali ke Fatma, pekerjaan semula tugas ini punya Shinta, karena Halimah memiliki anak, mereka berbagi tugas untuk pasien prioritas. Shinta lebih mengurus Bayi dan Anak kecil. Fatma akan menangani Pasien Ibu Hamil dan Usia Lanjut. Malam itu, adalah malam akan dikenang bagi Fatma yang merubah kedepannya, karena sebuah hal. Hari itu jam 6.30 sore, Pak Burhan menjemput Fatma untuk pergi ke rumahnya. 10 menit kemudian, Fatma sampai kemudian masuk menyapa Ibu Yulianti. “Bu, Gimana kabarnya ada keluhannya?” tanya Fatma sambil bersalaman dan duduk di Sofa. “Oh, Bu Dokter Fatma. Sampai repot ke rumah maaf. Saya sehat, tapi gak kuat jika siang ke Puskesmas buat berobat,” kata Bu Ibu Yulianti. “Bagimana diperiksa dulu, biar bisa dilihat perkembangan dulu,” kata Fatma langsung.

Ibu Yulianti masuk ke kamar demikian Fatma. Fatma memeriksa dengan seksama, meski hanya secara fisik. Jika memeriksa yang lain ia tidak bisa melakukannya. Fatma hanya bisa memeriksa sesuatu kemampuan dia sebagai calon dokter umum. Setelah melakukan pemeriksaan, Bu Ibu Yulianti bertanya, “Maaf Bu Dokter boleh saya bertanya?” tanya Ibu Yulianti. “Bertanya aja, ibu tahu Saya sama Kakak Shinta malah senang jika ada yang bertanya terutama dengan kesehatan,” jelas Fatma. “Begini, saya pernah periksa di dokter di Kota P. Saya merasa gairah untuk bersetubuh dengan Bapak udah gak bisa, ini hasilnya gimana baiknya,” kata Ibu Yulianti sambil menyerahkan map coklat ke Fatma. Fatma membuka map, dan membaca pemeriksaan dengan teliti.

“Iya bu, memang udah sulit ini bu. Karena umur udah banyak berkurang juga sama kondisi ibu juga,” kata Fatma. “Tapi saya kasihan sama Bapak. Saya khawatir dengan kondisi saya makin menurun terus nanti Bapak gimana?” kata Ibu Yulianti sedikit menangis. “Sudah bu, nanti pasti ada jalannya. Kita nanti cari caranya,” kata Fatma seraya memeluk Ibu Yulianti. Dalam pelukan Ibu Yulianti, membersihkan airmatanya. Ia tersenyum dan memikirkan sesuatu. Malam itu, Fatma makan malam bersama keluarga Pak Burhan. Makanan sederhana dengan minuman Jeruk Hangat. Sehabis makan, awalnya Fatma ingin kembali ke Rumah Dinas dengan berjalan kaki. Namun Ibu Yulianti mencoba menahannya, sehingga Fatma kembali masuk kedalam rumah Pak Burhan.

Hujan turun rintik-rintik, Arman anak bungsu Ibu Yulianti dan Pak Burhan diminta tidur. “Arman, kamu tidurya udah malam. Biar Ibu dan Ayah, yang menemani Ibu Dokter takutnya malam hujan reda,” ujar Yulianti. Mereka bertiga duduk diruang tengah yang kecil, Pak Burhan dan Ibu Yulianti duduk di kursi panjang dan Nur Fatma duduk di Kursi. “Ibu Dokter, berkeluarga?” tanya Pak Burhan mulai berbasa-basi. “Belum pak, saya belum berkeluarga. Saya anak Yatim-Piatu, hanya punya kerabat saja itu juga jarang berhubungan,” kata Nur Fatma. “Buatkan minuman hangat bu, mungkin Bu Dokter ini harus menginap,” kata Pak Burhan. Ibu Yulianti melakukan perintah suami, ia pergi ke belakang.

10 menit kemudian, Yulianti datang sambil menyugguhkan minuman. “Ibu menginap sajalah, hujan akan lebih deras kayanya,” kata Yulianti. “Ah, Jangan bu. Nanti bikin repot, sehabis minum saya bakal pulang takut bikin repot Ibu sama Bapak,” kata Nur Fatma dengan sopan. Fatma tidak tahu, bahwa sepasang Suami Istri ini memiliki rencana dalam hidupnya. “Jangan bu, nanti sakit menginaplah. Ibu Dokter Fatma dan Ibu Dokter Shinta harus jaga kesehatan buat tugasnya,” kata Pak Burhan. Nur Fatma segan padanya, dia adalah pimpinan desa ini. Kalo sekali lagi ia menolak, Fatma takut ia akan diusir dan mimpi menjadi dokter untuk warga desa akan menghilang.

Fatma menerima tawaran menginap, dan minuman minuman hangat. Karena hujan, mereka langsung beristirahat, rencana Yulianti akan tidur bersama Nur Fatma. Sedangkan Pak Burhan akan tidur dengan kamar Arman. Maka Pak Burhan masih di Ruang Tengah mengunci pintu. Fatma duduk diranjang, mencoba melihat sekeliling. Lampu Putih terang, dengan Tembok Bata, terkesan mewah untuk ukuran desa itu. Pintu terbuka, ia menoleh dan terkejut. Pak Burhan masuk kedalam kamar sedangkan Ibu Yulianti berada depan Pintu. Opps, maaaf pak saya tidak tahu jika bapak masuk kesini,” ujarnya gelapan. “oh tidak apa-apa Bu Dokter Fatma, Saya mau Bu Dokter santai dan nikmati saja,” ujar Burhan tiba-tiba berkata seperti itu dengan tenang.

“Maksudnya Pak Burhan apa ?” ujar Nur Fatma berdiri dan menempelkan badannya ketembok. “Ibu Dokter seksi sekali kamu membuat aku bergairah,” kata Pak Burhan mendekati Fatma. “Tolong jelaskan sama saya ada apa ini?” tanya Nur Fatma memelas. “Tenang saja Bu, Jangan melawan . Malam ini kamu di sini dulu.” kata Pak Burhan. Kali ini Yulianti masuk, “Maaf Bu Dokter. Saya sepakat jika Ibu Dokter harus melayani Bapak mulai malam ini,” kata Ibu Yulianti. “Maaf bu, saya tidak bisa. Saya mau pulang saya,” katanya Nur Fatma menolak ia semakin ketakutan. “Udahlah Pak, jangan sia-siakan mala mini. Sudah lama bapak tidak pernah saya layani. Kini Ibu Dokter harus bapak miliki,” kata Ibu Yulianti.

Ketakutan Fatma semakin menjadi-jadi, karena kamar ditutup dan dikunci dari luar. Kini masa depan diambang bahaya. “Mohon dengan segalanya pak, jangan lakukan ini pada saya. Saya akan lakukan hal lain pak,” kata Nur Fatma menolak lagi. “Okay, saya mau kamu serahkan Dokter Shinta untuk saya lakukan ini apa kamu bersedia?” tanya Pak Burhan memberikan penawaran. Fatma terkejut, apa ia harus menyerahkan sahabat perjuangannya. Ia merasa tersudutkan, “Apa ada cara lain Pak?” tanya Fatma memelas. “Turuti saja kemauanku sebagai yang berkuasa didesa ini. Jika kamu tetap ingin bekerja disini,” ancam Pak Burhan. “Lebih baik saya menyerahkan diri daripada Shinta diserahkan,” ucap Fatma dengan keras.

Fatma meminta Pak Burhan duduk pinggir ranjang. Fatma memulainya dengan membelakangi Pak Burhan yang mengamati dirinya dari belakang. Ia akan membuka pakaiannya, dimulai dengan Jas Dokternya, setelah melepasnya, telintas pemikiran untuk kabur. Ia berlari menuju Pintu. Namun naas, Pak Burhan dengan sigap memeluknya. Dengan kasar Pak Burhan menarik tubuh Fatma dan memutar Badan Fatma sehingga mereka berhadapan muka dengan muka. Pak Burhan langsung saja mencoba mencium Bibir Fatma. Fatma berusaha tidak membuka mulut sama sekali tetapi Pak Burhan memaksa , ia terus mengulum Bibir Fatma maka akhirnya Bibir Fatma terbuka, ciuman yang penuh hasrat itu Fatma bingung menentukan bagimana ia akan melawan. Pada saat yang sama Tangan Pak Burhan membuka kemeja Fatma, perlahan dari kancing atas ke ujung celana panjang. Fatma tidak menyadari, karena ada dalam diri berbisik menerima hal ini.

Fatma tidak sadar karena ciuman itu terasa begitu hangat. Pak Burhan semakin gencar melakukan usaha menyetubuhi Fatma. Ia menciumi bibir semakin menekan. Pak Burhan yang lebih tinggi dari Fatma mudah saja menyasar Bibir Fatma yang mulai merekah dan nafas semakin terbata. Fatma mulai terbawa suasana hanya pasrah saja saat itu. Ciuman itu sebentar berakhir, Pak Burhan menarik pelan Kemeja dari dalam celana, dua kancing terlihat dan ia melepaskannya. Kemeja putih dengan gambar bunga kecil terbuka. “Lepaskan Bajunya Bu,” perintah Pak Burhan. Fatma dengan muka merah menurut tanpa membantah. Kemeja itu terlepas dilantai. Kini terlihatt lah, tangtop hitam yang digunakan Fatma dengan posisi menutupi Payudara Fatma.

Pak Burhan termangun, Payudara Fatma dengan ukuran 34 B. yang montok membuat dia semakin bergairah. Fatma Tanpa sangsi, Pak Burhan melepaskan Tanktop Fatma, Fatma menjadi malu, sebab ia tidak memakai Bra, akibatnya Kedua Payudaranya terlihat jelas dan montok. Kedua Tangan Pak Burhan meraba Payudara Fatma, dia remas membuat Fatma berreaksi. “aaaaaaaaahhhhhhhhhhh……,” rintih Fatma dengan lirih. Dia terus meremas sembari bibirnya menciumiku, Fatma semakin tidak tahan. Dia Fama pun ditidurkan di ranjang, sementara Putting Susu Fatma di putar-putar dengan jarinya, “oooohhhh….aaaahhhhhhh….aaaaaaahhhhh,” desah Fatma. Mendengar desahanku, Pak Burhan memainkan Kedua Payudara Fatma dengan perlahan. Sementara Fatma pun tanpa perlawanan. Dia sudah tidak berdaya dan semakin lemas.

“ooohhh…aaahhhh…ooohh…aaahhhhh….oooooohh,” rancau Fatma. Pak Burhan naik ke Ranjang, Bibir Burhan mmendekati Putting Fatma, lidahnya menjulur dan menjilati Putting Susu Fatma yang menegang itu. Reaksi karena semakin Fatma semakin meninggi dan tidak bisa memberikan perlawnan. Bibir Kepala Desa itu secara perlahan mengulum Putting Susu kIri Fatma. Tangan Kanannya masih saja meremas Payudara Fatma, hal itu membuat Fatma sangat tidak kuasa menahan kenikmatan itu. 10 menit berlalu, Pak Burhan mulai berubah buruan kini Putting Susu Kanan Fatma menjadi sasaran, “aaaakkkhhh pak…aaaaaaakkkkhhh…..pak…,” desah Fatma semakin terlena. Tubuh Calon Dokter ini terus digerayangi dengan Tangan Pak Burhan, secara kasar, Celana Panjang di lepas demikian Celana Dalam Fatma.

Kini ia telanjang bulat tanpa kain sehelaipun, “wooowww sangat menggairahkan,” ucap Pak Burhan penuh Nafsu. “Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Burhan, jangan Pak Burhan! Tolong..!” pinta Fatma diujung kesadaraan. Ia sudah tahu, keperawanannya sudah diujung tanduk. “Diam, sebelum mala mini berakhir. Aku akan suamimu, tahu! Jangan pernah lupa aku adalah suamimu!” seru Pak Burhan dengan tegas dan menekan sambil mencapit pipi Fatma sampai gadis itu memekik kesakitan.Pak Burhan semakin beringas melihat Tubuh Fatma yang montok telanjang bulat. Tanpa basa basi Pak Burhan melepaskan segera membuka pakaiannya sendiri, dan membuangnya kelantai. Demikian Celana Dalam Fatma dan Tanktop. Kemudian Pak Burhan membelai Vagina Fatma dari atas hingga ke bawah.

Vagina Fatma yang masih jarang dengan rambut kemaluan itu membuat dia beringas. Pak Burhan membelai dengan jemarinya dan perlahan dia membuka lebar Vagina Fatma. Dia mendekatkan Kepalanya lalu menjilati selakangan Fatma sampai Fatma benar-benar lemas lalu mendesah, “Aaaakkkhhhh….ooooohhh….aaaaaahhhhhhhh,” desah Fatma. Lidahnya menjilati seluruh bagian memekku tubuh bergerak merasakan kenikmatan. Semakin lama semkain cepat. Lalu dia mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang Vagina Fatma. Dia putar-putar jarinya di dalam Vagina Fatma, saat itu, Fatma berubah, “MMpph..ahh…ah….. ter…usin…terusin…pak,” ucap Fatma menikmati persetubuhan ini. Fatma sudah dalam kendali penuh Pak burhan, tidak perlu ancaman, hany a Pak Burhan perlu memberikan semua nafsu dan kendali yang ia mau pada Fatma.

“Aaaaahhh pak…tidak tahan…aaaaaaakkkkkhh.,” desah Fatma setelah 1 jam lebih dioral oleh Pak Burhan. Fatma mengeluarkan cairan kenikmatannya, beberapa kali hingga Vaginanya terasa sangat becek. Setelah itu, Pak Burhan membanggunkan Fatma. Fatma duduk sedang Pak Burhan berdiri depannya dengan bertumpu pada lutut. Saat itu Fatma melihat Penis Pak Burhan memanjang, baru pertama kali ini kau melihat Penis seorang pria. Penis yang panjang dan besar dengan banyak kemaluan itu membuat Fatma geli. Fatma dipaksa untuk memegangnya namun aku enggan. kemudian dipaksa untuk mengulum Penisnya. Fatma mencoba mengulum sebisanya, namun karena tidak pernah melakukannya, Pak Burhan tidak merasa kepuasan, Pak Burhan melepaskan penisnya, dan menidurkan Fatma kembali.

Ia menggesek-gesekkan Penisnya ke Bagian Luar Vagina Fatma. “aahhhhhhh…pak…..oooohhh aaahhhh..,” desah Fatma sejurus dengan itu. Mulut Pak Burhan mengulum Kedua Putting Susu Fatma dan sementara Penis Pak Burhan digesekan di Vagina Fatma. Semua terasa begitu nikmat bagi Tubuh Fatma menggeliat karena nikmat memuncak, “oooohhh pak….aaaaaahhhhh,” desah Fatma. Pak Burhan kemudian menempatkan Penisnya tepat di depan Vagina Fatma. Kedua Tangan Fatma menutup Vaginanya, dengan pelan ia melepaskan Tangan Fatma. .“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Suamimu ambil perawanmu,” ujar Pak Burhan sambil tersenyum. Sambil berkata begitu Pak Burhan langsung menghujamkan Penisnya memasuki hangatnya Vagina Fatma untuk mengambil keperawanan Fatma.

Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Pak Burhan. Dengan sekali hentakan, “JBLESS,” Penis Pak Burhan yang terus menerobos masuk Vagina Fatma. “Haanggkk..! Aahhkk..!” napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Fatma merasakan perih tiba-tiba menyengat pada selangkangannya. “Aaawwww pak…sakit aaaaahhhh…,”desah Fatma, tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil mendesah dan mengerang. Hal itu karena Pak Burhan memompakan Penisnya pada Vagina Fatma, Pak Burhan merasakan kepuasan menggenjotkan Penisnya menikmati hangatnya Vagina dan Keperawanan Fatma yang terasa begitu peret. “Aahh… enak sekali Memekmu… aahh… Fatma… enak kan..? Terusin ya..?” Pak Burhan mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan Dokter Desanya.

Pak Burhan merasa kenikmatan tidak terkira, sudah lama ia tidak bersetubuh, kini Perempuan muda dan terpelajar sedang mabuk nafsu karenanya. Semakin lama, entah mengapa ada kolerasi antara mereka berdua dalam menikmati kenikmatan malam itu. Tangan Pak Burhan naik keatas Langit-langit kamar. Mengapai satu tali, satu tarikan pelan, lampu utama kamar padam. Fatma merasakan sesuatu yang tidak terbayangkan sedih,takut, dan rasa nikmat menjadi satu. Ia mulai merasakan kenikmatan persetubuhan ini. Tangan Pak Burhan memainkan kedua Payudara Fatma sambil bbirnya menciumi Pipi, Leher, dan Bahu Fatma. Semua terasa begitu nikmat, Pak Burhan berada diatasku dan mencoba menekan Penisnya memompa keluar-masuk sesuka hatinya. Kini Fatma mendesah kenikmatan, “aaaahhhhhhhh….aaaahhhhhh….oooohhh,” desahnya.

Terlepas dari hasrat terpendamnya Pak Burhan, lelaki itu mempercayai kepercayaan, kesempurnaan tubuh Wanita secara fisik akan mepengaruhi persetubuhan. Siapa yang menyangka, gadis seperti Fatma yang memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang. Belum lagi Pantat yang montok dan sejumlah hal lain membuat air ilur Pria timbul mampu dinikmati Pak Burhan. Kini perempuan itu bergerak naik turun seirama napasnya yang memburu. Kemudian mereka bergerak seirama dan berciuman. Tubuh Fatma yang montok telanjang bersimbah keringat, demikian dengan Pak Burhan. Persetubuhan berjalan dengaan seru, Kedua Paha Fatma yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang. Bibir Vaginanya tampak megap-megap dijejali Penis Pak Burhan yang menancap pada Vagina Fatma.

Penis Pak Burhan yang kokoh,.sementara dinding Vaginanya terasa seperti terjejal tiap kali Fatma itu mendesah dan tersentak. Fatma dengan airmata berlinang merintih membayangkan nasibnya, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih juga terasa nikmat akhirnya mengembalikan dia dalam nafsunya. Pak Burhan semakin giat menggenjotkan Penisnya dalam hangatnya Vagina Fatma yang sempit. Ia merasakan kenikmatan dan membayangkan betapa mengiurkan menyetubuhi .Istri baru selanjutnya. Sedikit pikiran Pak Burhan membayangkan Fatma akan pintar memuaskan suami di atas ranjang sebab tugas dapur ada milik Yuianti. Membayangkan membuat Pak Burhan semakin bersemangat menyodok Vagina Fatma, semakin cepat, semakin dalam.Pak Burhan merasakan Penis menyentuh Rahim Fatma.

Jika disodokkan dalam-dalam Fatma sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Suaminya. Airmata Fatma itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Setelah 2 jam bersetubuh, Fatma sudah mengalami berapa orgasme namun Pak Burhan belum mencapai puncaknya. Pak Burhan kemudian teringat film panas dia saat masturbasi dua minggu lalu. Ia memindahkan Tubuh Fatma keatas Tubuhnya. Saat Fatma mencoba mengangkat pantatnya, kedua rasanya sangat nikmat, Penis Pak Burhan menjadi selaras tertancap di dalam Vagina Fatma, Fatma. Kembali aku mengeluarkan Cairan Kenikmatan dari Vaginanya. Vaginanya terasa semakin licin. Gerakan Pak Burhan semakin cepat,penisnya keluar masuk dengan keras, “aaaakkkhh ….aaaaaaahhhhh……ooohhhh…aaaaaahhhhhhh..” desah Pak Burhan

Tangannya masih saja memutar-mutar Putting Susu Fatma dan mengulumnya. Atas bawah dimainkan dengan begitu lincah, “Ooohhhhh pak…lagi pak….aaahhhhh…” desah Fatma “Hhh..! Fata..! Wulaann..! Sekarang saya bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah… ambil ya! Nih! Nih! Niih..” Tanpa dapat ditahan lagi Pak Burhan menyemburkan spermanya dalam hangatnya dalam Vagina Fatma sambil sekuat tenaga meremas kedua Payudara Fatma, Kepala gadis itu terasa berputar menyadari mungkin ia akan hamil. Perlahan pandangan Fatma itu menjadi gelap Ia Jatuh tepat dada Pak Burhan. Dengan Sigap Kepala Desa menangkap dan memeluknya. Ia tertidur selama satu jam. Pak Burhan bangun hampir tengah malam, dan menyala lampu. Awalnya ia takut Fatma bangun namun Fatma masih tertidur pulas. Saat bangun dan memakai sarung untuk menutupi tubuhnya.

Ia membenarkan tubuh Fatma. Ia terkejut dengan Darah Perawan Fatma yang membentuk pulau di Sprei. Ia mengambil saputangan dan sedikit mengelapnya, ternyata masih ada darah mengalir bersama Spermanya. Kemudian menutup tubuh istri barunya dengan selimut dan keluar kamar. Rupanya Yulianti sudah bangun. “Sudah Pak?” kata Yulianti. “Sudah, kamu terimakan Fatma jadi istri muda saya?” tanya Pak Burhan. “Gak usah minta pak, saya sadar saya gak mampu melayani kamu. Silakan ambil dia menjadi istri,” ujar Yulianti. Pak Burhan senang, semula ia ingin Shinta menjadi iistrinya. Namun melihat keakraban dan mengetahui Pak Tanba sudah menyetubuhi Shinta dari istri Pak Tanba, Pak Burhan segan. Beruntung Fatma datang.

Suami istri pun ngobrol, Pak Burhan menceritakan Fatma yang ternyata perawan membuat Yulianti terkejut karena mengira Fatma pernah melakukan persetubuhan sebelumnya. Tidak lama, Arman bangun dan meminta makan, Ibu Yulianti meminta untuk Arman ke Rumah Pak Tanba untuk tanda Dokter Fatma menjadi milik Pak Burhan. Demikian itu terjadi, kenapa Arman yang memberikan Saputangan pada istri Pak Tanba. Malam itu, Pak Burhan makan malam kembali untuk mengisi tenaga yang terkuras, dan kemudian tidur bersama Fatma. Menjelang subuh, Fatma bagun dan sadar dan menangis. Pak Burhan memeluknya, “Bapak jahat, hidup saya hancur karena apa yang bapak lakukan pada saya,” kata Fatma. “Maafkan saya, sejujurnya saya mencintai Ibu Dokter Fatma,” ucap Pak Burhan.

Ada perasaan sedih dan marah pada diri Fatma. Namun ketika Pak Burhan memeluknya ia merasa nyaman entah karena apa. Dengan bujuk rayu, tangisan dan amarah Fatma mereda. Ia tahu marah tidak akan menyelesaikan masalah terjadi. “Baik pak, sekarang kita harus menjaga rahasia. Saya takut jika warga tahu mereka akan mengusir saya. Terutama untuk Kakak Shinta,” ujar Fatma. “Gak usah Bu Dokter. Warga disini akan tahu dan membiasa Ibu adalah istri saya, demikian Ibu Dokter Shinta akan menjadi Istri Pak Tanba,” ujar Pak Burhan. Fatma terkejut, Pak Burhan menjelaskan bahwa bahwa mereka berdua akan dinikahi secara pasti. Hanya untuk menghindari gangguan pemuda atau orang akan mengoda mereka lebih muda untuk mengatakan seperti itu.

“Bagimana Ibu Dokter tinggal sama kami disini?” tanya Pak Burhan. “Jangan pak, nanti Kakak Shinta sedirian. Juga nanti menganggu Ibu Yulianti,” kata Fatma menolak. “Nanti saya mau gimana?” tanya Pak Burhan. Fatma terkejut, ia memang sudah melakukannya, namun ia bingung harus melakukan lagi. “Nanti Pak Tanba paling akan meminta Ibu Shinta tinggal dirumahnya,” kata Pak Burhan. “Saya sudah menjadi suami kamu. Kamu harus tinggal disini, ya?” kata Pak Burhan. Fatma mengiyakan, mereka pun beristirahat. Paginya dengan meminjam pakaian Ibu Yuliati, Fatma pulang ke Rumah Dinas untuk merapihkan pakaian dan berkerja karena baru Sore ia memutuskan pindah. Sampai di Rumah Dinas Shinta dan Fatma bertemu dan menyapa. Fatma mencoba untuk melayani Pak Burhan sebagai suaminya, ia berharap.



Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd