Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Tiga Wanita : Vina, Inge dan Memey

Status
Please reply by conversation.
Sorry dorry morry broda sekalian, berhubung ada kesibukan di real life mhn bersabar nunggu update nya. Ceritanya.sdh.jadi kok tinggal di upload aja. Hanya.saja naskah ada di lappy di ktr,.sementara ane msh kluyuran. keluar opis. Tks
 
Sorry dorry morry broda sekalian, berhubung ada kesibukan di real life mhn bersabar nunggu update nya. Ceritanya.sdh.jadi kok tinggal di upload aja. Hanya.saja naskah ada di lappy di ktr,.sementara ane msh kluyuran. keluar opis. Tks

Semoga lancar suhu, tetep ditunggu updatenya :)
 
Senang banget baca ceritanya...

Tatabahasanya rapi, dan redaksinya cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar...

Apalagi kaya dengan variasi diksi... Ini mencerminkan kualitas penulisnya...

Satu lagi poin plusnya adalah apdet ceritanya yang enggak terlalu lama... Mungkin sudah punya manuskrip awal...

...

Kritiknya hanya pada bagian ngentotnya Anto dan Inge... Terasa sedikit bertele-tele...

Overall, anda penulis yang luar biasa Boss Balio94...!


#TepukTanganSambilBerdiri...
 
memang mantap :jempol:
begitu di santap
saat takjil..
:ngiler:
.
entah mengapa sebab...
biasanya yang model gene
banyak yang suka...
Ini cerita keluaran tranyar,,,
pula updatetan nya lancar,,,
:kopi::papi:

Iya bro, ud siap semuanya kok, tinggal potong dan upload aja

Senang banget baca ceritanya...

Tatabahasanya rapi, dan redaksinya cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar...

Apalagi kaya dengan variasi diksi... Ini mencerminkan kualitas penulisnya...

Satu lagi poin plusnya adalah apdet ceritanya yang enggak terlalu lama... Mungkin sudah punya manuskrip awal...

...

Kritiknya hanya pada bagian ngentotnya Anto dan Inge... Terasa sedikit bertele-tele...

Overall, anda penulis yang luar biasa Boss Balio94...!


#TepukTanganSambilBerdiri...

Tks kripik dan standing ovationnya bro. Klo bertele-tele dalam urusan eksekusinya karena menyesuaikan dengan forum kita saja...hehe. Nanti klo singkat trs pake score dibilang fr...xixixi. Sorry, mungkin di belakang akan ketemu yang tele-tele lagi.
 
Tks untuk semua broda dan master yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sudah menghidangkan kripik ataupun mengundang komeng.
langsung saja ke apdet nya...


Inge kelihatan ragu untuk menerima telepon dari Ibu Vina. Namun akhirnya..
"Ya ....hallo Vin.."
Aku merapatkan telingaku ke telinganya untuk ikut mendengar pembicaraan mereka. Inge tidak berkeberatan, hanya ia menempelkan jari telunjuk di bibirnya.
"Ing, kamu lagi dimana?" suara Ibu Vina terdengar.
"Ini baru naik ke kamar hotel. Tadi baru saja diskusi dengan Anto di lobby".
Suara Inge tertahan karena nafasnya belum pulih benar.
"Eee.. Anto mana? Gimana dengan kerjaan kalian apakah sudah beres?" tanya Ibu Vina lagi.
"Anto tadi langsung pulang. Masih ada sedikit perbaikan, besok paling juga sudah selesai," kata Inge sambil mengedipkan matanya padaku.
"Ooohh ya sudah kalau begitu," kata Ibu Vina. Kelihatannya ada yang akan dikatakannya tetapi tertahan sesuatu.
"Oke deh Vin. Ee besok mungkin aku akan kembali dulu ke Jakarta beberapa hari, sekalian bawa hitungan yang dibuat Anto. Ngurus dananya dulu. Paling lama juga seminggu, habis itu balik lagi".
"Lho kok mendadak begitu Ing?"
"Iya. Kupikir untuk saat ini sudah cukup kok. Thanks ya sudah bantu aku melalui Anto. Hebat dia, seorang pekerja keras nampaknya. Gimana menurut lu? Atau jangan-jangan lu sudah..."
"Jangan ngaco Ing. Lu kira gua ada hubungan spesial sama dia. Awas kalau lu godain dia. Jangan macam-macam!" kata Ibu Vina dengan nada tinggi.
"Enggak macam-macam kok. Paling hanya satu macam, maju mundur.. he..he..he...".
Tanpa menjawab lagi Ibu Vina sudah menutup telponnya.

Inge memelukku.
"Anto sayang, kamu tidur di sini saja. Aku besok mau balik ke Jakarta dulu. Jadi temani aku menghabiskan malam ini. Please, sayang...".
"Kok kamu ngomongnya gitu sama Ibu Vina..," kataku tanpa menjawab permintaannya.
"Hmm aku hampir pasti kalau kalian, kamu dengan Vina pasti ada hubungan lebih dari atasan bawahan," katanya datar.
Aku sedikit marah dengan ucapannya. Tapi kubiarkan saja dulu ia berbicara. Akhirnya ia bercerita.

*****

Ibu Vina dan Inge adalah teman lama sejak SMA sampai kuliah di Jakarta. Mereka sangat kompak dalam berbagai hal. Ibu Vina sebenarnya seorang yang sederhana dan tidak mau berbuat yang tidak-tidak, sedangkan Inge adalah gadis yang keras kepala dan bertindak seenaknya. Inge sudah tidak perawan lagi ketika ia bersama pacarnya merayakan kelulusan dari SMA.

Ketika kuliah Inge semakin menjadi-jadi dan akhirnya Ibu Vina terpengaruh oleh kelakuan Inge. Ibu Vina juga terperangkap dalam pergaulan bebas. Hanya saja Ibu Vina sangat selektif dalam memilih pasangan dan bisa mengendalikan keinginannya. Berbeda dengan Inge yang spontan dan mengumbar kebebasannya. Kalau ia sudah mengincar cowok, maka apapun akan dilakukan untuk mendapatkan cowok yang dingininya. Ibu Vina biasanya berhubungan secara tetap dengan seorang cowok dalam jangka waktu tertentu. Jika sudah putus ia tidak semudah Inge dalam mencari pengganti untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Perlu waktu dan kecocokan untuk melakukannya. Panjang lebar Inge bercerita tentang kelakuan mereka di masa muda.

Inge mengakui kalau nafsunya sudah naik, siapapun akan dijeratnya, kadang ia membayar gigolo untuk memuaskan nafsunya. Ia bercerai karena menurutnya suaminya sering pergi ke luar kota untuk mengurusi usahanya, sehingga ia merasa sangat kesepian dan kurang mendapat penyaluran dari kebutuhan biologisnya. Mendengar ceritanya aku hanya menghela nafas. Ternyata Ibu Vina pernah juga menjadi penganut sex bebas meskipun ia sangat selektif untuk memilih pasangan kencannya.
"Gitu lho To ceritanya. Makanya aku sangat yakin kalau kalian sudah melangkah lebih jauh. Aku tahu, Vina sangat suka dengan tipe orang sepertimu".
Aku masih terdiam. Tidak tahu apa yang harus kuucapkan.
"Sudahlah To. Yang jelas saat ini hanya ada kita berdua di sini, jadi sekarang kita nikmati saja malam ini sepuasnya. Vina juga tidak tahu kalau kamu ada di sini".
Sekali lagi aku menghela nafas panjang.

Tiba-tiba dalam posisi terlentang Inge membimbing kedua tanganku ke atas payudaranya. Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lembut sambil sesekali jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang.

Ia mulai menggelinjang tak karuan.
"Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya.
"To.. Jilatin susuku To.. cepat..".
Aku mengikuti permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian.
"Oohh.. yyess.. uukkhh.."
Dia terus mendesah sambil mencengkeramkan tangannya di pundakku.

Inge memelukku dengan erat. Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah.
Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Bibirnya terasa lembut dan lidah kami saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti kapas. Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai dada.
"Aahh..".
Aku mendesah ketika tangannya menyusup ke selangkanganku mencari penisku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
"Oohh....sshh..", dia terus memainkan penisku dengan tangannya.

Bibirku bergerak ke bawah. Ketika sampai di selangkangannya, ia membuka kedua kakinya lebar-lebar.
"Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku mulai menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya. Sementara ia berusaha meraih penisku dan menariknya ke arah mulutnya. Aku segera tahu apa yang akan dilakukannya. Inge langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya.
"Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.."

Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok penisku dengan tangan maupun mulutnya. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tersedak dan tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya.
"Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah.
"To.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. ih.."
"Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
"Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat.

Kedua tangannya menekan kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah oleh cairan yang keluar. Aku berputar dan ketika aku sudah siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata,
"To, aku akan lakukan sesuatu untukmu".
"Apa itu?" tanyaku.
"Pokoknya kamu diam dan ikut aja, pasti mengasyikkan. Mau?" tanyanya.
"Oke..", jawabku.

Dia mengambil sehelai kain dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaring terlentang dan mengikut kedua tangan dan kakiku juga dengan kain yang rupanya telah ia siapkan. Kedua tangan dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisa bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh kain. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja tanpa bisa melihat aksinya.

Tiba-tiba aku merasakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai betisku. Trus bergerak ke pangkal paha.
"Ahh", aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.
"Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
"Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan buah penisku.
"Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku mengejang hebat menahan rasa yang amat sangat nikmat.
"Mulai keras ya punya kamu", Inge berkata padaku seraya mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya.
"Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika penisku mulai keluar masuk mulutnya.

Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Inge merupakan pengulum yang mahir.
"Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.

Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khas vagina di depan hidungku. Ternyata Inge meletakkan vaginanya tepat di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.
"Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.
"Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat penisku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat perlakuan dan desahannya yang erotis.

Aku menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan sementara Inge menghisap penisku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
"Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Inge semakin kuat. Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum penisku.
Lama kelamaan vaginanya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat.
"Aku ga tahan lagi To", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.

Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam suatu lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Kutarik tangan kananku sehingga ikatannya terlepas, kemudian kulepaskan ikatan pada tangan kiri dan kakiku. Ketika aku akan membuka kain yang menutup mataku tanganku ditahan oleh Inge. Kurasakan dengan perlahan Inge mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Inge duduk di atas kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo. Dengan perlahan tapi pasti, Inge mulai memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan.

"Aaahh.. uuhh", desahku ketika Inge memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.
"To.. giillaa.. enaakk ssekali..", teriak Inge.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lama kelamaan Inge mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.

Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.
"Ooohh.. yess.. ohh..", desah Inge.
"Ahh.. uhh.. goyang terruss Ing", kataku.
"Enaakk.. Too.. cepetin sodokanmu To..", katanya.
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula pinggul Inge bergoyang. Kami seakan-akan sedang berlomba lari dengan nafas terengah-engah.
"Ohh.... oohh.. nnikkmmat..", Inge berteriak seraya menjambak rambutku.

Dia mulai membuka penutup mataku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Inge yang bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan menggairahkan.
"Ahh.... oh.... ohh.. enak..", desahnya.
Aku melihat Inge yang kelihatannya lembut ternyata memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan haus akan sex. Inge sangat pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.

"Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan di antara goyangannya yang mengocok kemaluanku, ketika ia berhenti bergoyang maka vaginanya seperti menghisap kemaluanku. Lebih kuat dari jepitan pada saat permainan pertama tadi.
"Enak kan? Itu namanya "jepitan kepiting". Aku melatihnya dengan senam Keggel..", katanya sambil memandangku dengan liar.
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Inge pun mempercepat goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya jepitan kepiting yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Inge mulai menciumi leherku dan bibirku.

Permainan kami semakin panas dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.
"Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah.
Inge semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya.

Aku dalam posisi duduk dan Inge duduk dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya.
"Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Inge mulai bergoyang dengan ganasnya.
Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh vagina Inge yang hangat. Vagina Inge semakin banyak mengeluarkan cairan. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan penisku dan beceknya lubang vagina Inge semakin keras.
"Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku.
"Cepat.. oohh.. aahh.. ssh.. lebih cepat.. To..", desah Inge sambil memintaku untuk mempercepat sodokan penisku.

Sementara penisku bermain di dalam vagina Inge, lidahku juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Inge semakin bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit dadaku untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan. Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di putingnya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Inge bergoyang.
"Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Inge mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sodokanku.

Kami berganti posisi lagi. Kubalikkan badanku sehingga aku menindih tubuhnya. Kugenjotkan pinggulku beberapa kali dan kemudian kuangkat kaki kirinya dan kuputar badannya tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Kini Inge berada di bawahku dalam posisi tengkurap dan aku menyetubuhinya dari belakang. Kuangkat pantatnya sedikit naik. Sambil mengayunkan pinggulku aku menciumi bagian punggung sampai leher dan tengkuknya. Ini membuat Inge meronta-ronta.
"Ouuhh Tooo.... Anto, lakukan sesukamu!"

Kutarik lagi pantatnya semakin ke atas. Dalam posisi berdiri di atas lututku aku kembali mengayunkan pantatku maju mundur. Yuppps , posisi doggie style. Inge meletakkan kepalanya di atas bantal. Mulutnya menggigit bantal dan tangannya meremas bed cover. Erangan, desahan, teriakan kecil berpadu dalam hentakan pinggulku yang semakin cepat. Kupegang pinggulnya agar aku mudah mengatur ritme. Sesekali kutepuk pantatnya dan kuremas pelan. Kami semakin mempercepat gerakan. Teriakan semakin kuat dan sering.
Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.

Kutarik penisku dan kutelentangkan tubuhnya. Tubuh Inge menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunung kembarnya.
"To.. aahh.. sshh.... masukin cepat To..", Inge meminta aku kembali menusukkan penisku ke dalam vaginanya.
Tapi aku tidak menghiraukannya. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati bagian depan tubuhnya. Lidahku mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari betis lalu naik ke pangkal paha. Ketika lidahku menjilati sekitar kemaluan dan klitorisnya, Inge menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke vaginanya. Semakin ganas aku menjilati klitorisnya, semakin tak terkendali juga tubuh Inge menggelinjang.
"Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin To..", katanya seraya menghisap jari telunjukku.

Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dunia miliknya.
"Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.

Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.
"Aaahh..", Inge mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya. Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya.
"To.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata.

Suara becek vagina Inge yang dikocok penisku terdengar seperti sebuah irama yang indah. Sesekali terdengar bunyi derak ranjang tempat kami bercinta. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat. Keringat Inge yang bercampur dengan parfumnya menimbulkan aroma yang menggairahkan. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia antah berantah.

"Aahh..!" Inge melenguh panjang sambil memelukku sangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam
Beberapa saat kemudian .......
"Inge.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku.
"Aku juga.. ahh.... kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..".
Tiba-tiba Inge berteriak panjang.
"Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat.
"Aaahh.."
Bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam vaginanya.

Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat diiringi kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Giginya tertanam di dadaku. Denyutan dalam vaginanya semakin kuat menghisap batang penisku.

"Aahh.. sshh", aku mendesah kecil ketika putingku kemudian dijilati oleh Inge. Lidah Inge terus menjilatinya sampai tubuhku melemas. Lalu kami sama-sama terbaring lemas di atas ranjang. Kami masih berpelukan.
"Nikmat sekali malam ini.. thanks ya To..", Inge berkata kepadaku sambil menatapku.
"Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai rambut Inge. Kami berciuman sambil berpelukan dan akhirnya tertidur sambil terus berpelukan.

Aku terbangun ketika terdengar dering telepon kamar.
Dengan malas Inge mengangkatnya.
"Hallo.."
Ternyata dari wake up call dari hotel untuk bangun jam setengah enam. Rupanya ia sudah memberikan pesan agar dibangunkan jam setengah enam. Inge masih berada di pelukanku di atas ranjang empuk yang berantakan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami. Wajahnya terlihat begitu eksotis ketika bangun tidur.

Ia tidak melepaskan pelukannya tetapi justru malah mempererat pelukannya di tubuhku.
"Say... ayo kita lakukan sekali lagi," katanya manja.
"Hmm...," kataku sambil melepaskan pelukannya dan menuju ke kamar mandi. Inge menyusulku dan langsung memelukku dari belakang. Akhirnya pagi itu kami sekali lagi menuntaskan gairah di dalam kamar mandi di bawah guyuran air hangat dari shower.

Setelah berpakaian kusalin hasil analisis usahanya ke dalam flash disk miliknya. Jam tujuh pagi aku sudah keluar dari kamar Inge dengan rasa lelah yang luar biasa. Aku kembali ke rumah terlebih dahulu untuk berganti pakaian.

*****
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd