Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Sampai di hotel aku beri hitamku berbunyi, ada pesan masuk. Kulihat dari Lia. Mau apalagi ini anak.


(A : Anto ; L : Lia)
L : Bang
A : Woiii, napa non
L : Dmna
A : Di hatimu
L : Weekk, terlalu mainstream. Msih di jln atau dah di htl?
A : Dah di hotel
L : Aku kesana yaa, pleaseee
A : Ngapain?
L : Ngapain aja. Abang maunya ngapain aku…
A : Diem aja, liatin kamu…
L : Yeeeee…. G yakin tuh. Blh yaaa
A : Mau ngapain sih
L : Tidur, kelonan, ngewi atau pa aja deh
A : Husshhh tar ketauan ama kk mu tuh. Km dmna nih
L : Udah di lobby apartemen nunggu taxi, tp mls mw plg. Dugem aja yuk Bang.
A : Ga suka dugem
L : Temenin aku aja
Sengaja kudiamkan, tidak kujawab……….
L : Ya dah aku ke htl Abang saja
A : Aaahhh km tuh. Lagian km hbs ngewi di twr sblah khan.
L : Hehehe… iya sih, tp msih horny Bang.
A : Mumpung masih disna napa ga balik ke tower sebelah
L : Ga ahh, kontolnya kecil. Punya Abang pasti gede
A : Ga juga
L : Ahh Abang, tuh kamar mpe acak-acakan gitu. Pasti tdi habis-habisan ama Kak Mita.
L : Mukanya kak Mita juga kliatan fresh gt, pasti dpt enak maksimal. Mk nya aku jadi horny lagi

Kalau ngikutin kontie sih mau aja. Body dan facenya sangat sesuai selera laki-laki manapun. Tapi feelingku ini anak bakal jadi toxic (Eh dulu belum ada terminology toxic yakkk?).

A : Ajakin kakakmu aja, kita main 3S ha3x
L : Hahhh, gak berani Bang. Bisa dicuekin akunya. Kalau 3S sama temanku mau ga
A : Udahh ah, kagak Lia. Aku mau istrht, bsk balik
L : Balik kemana Abang
A : Keluar pulau
L : Ikut dong Bang
Beuuhh ini anak bener-bener dehhh.
A : Udah aku mau istrht
L : Yahh Abang, bagi duit dong buat jajan
Kubiarkan saja, ga kujawab lagi.
A : Bang
A : Abanggggg
A : PING!
Akhirnya diam juga.


Tak lama gentian ada pesan masuk dari Mita.

M : Ud sampe htl Mas?
A : Udah
M : Makasih ya mas
A : Untuk?
M : Yang tadi…
A : Udahlah, sama2
M : Lia ada telp atau BBM mas?
A : Nih barusan BBM
M : Hmmm dah kuduga. Terus?
A : Ya ga terus orang ga kmna2. Ga aku tanggapin kok
M : Ya mas, maaf ya. Lia mang gt.
A : Its ok
M: Kapan mas balik X-mantan?
A : Besok
M : Ya udah ati2. Kontak2an dan kalau ke jkt kabari
A : Siappp boss

***
 
Cici

Aku berada di kampung halaman di sebuah kota di Jawa Tengah menikmati cuti tahunan. Hari kedua atau hari ketiga bersepeda keliling desa, merefresh ingatan masa kecil. Setelah berputar-putar tanpa arah tiba-tiba ada yang memanggil namaku. Aku berhenti dan menengok ke arah suara.
“Darimana Mas?” tanya seorang wanita sebayaku.
“Ehhh. Ini muter-muter saja, lihat suasana desa,” jawabku, “Ini rumahmu?”
“Iya, bapakku membangun rumah disini, udah 4-5 tahunan. Kamu ga pernah pulang”.
“Pulang tiap tahun, tapi ga selalu jalan muter-muter kayak gini”.
“Mampir yuk mas!” ia mempersilakanku.
Akupun turun dari sepeda dan masuk ke rumahnya. Dia adalah Cici, teman sekolahku waktu SMP. Waktu kecil dulu rumahnya sekitar 2 km dari sini.

Kami bersalaman dan duduk berhadapan. Ia senyum-senyum menatapku.
“Sekarang dinas dimana Mas?”
“Di Kalimantan”.
Kamipun segera terlibat dalam obrolan kesana kemari bercerita dan saling menanyakan keadaan masing-masing, teman yang masih kontak dan lain-lain. Pikiranku teringat peristiwa belasan tahun silam, setahun atau dua tahun setelah lulus SMA. Cici ini dari mulai SMP terkenal genit ke cowok baik teman sebaya maupun yang usianya di atas kami.

***

Flashback sekian tahun lalu…………….

Aku masih kuliah semester tiga ketika suatu malam aku berkunjung ke rumah Cici. Sebenarnya tidak ada niatan untuk berkunjung kesana. Ketemu dia waktu makan bakso, akhirnya diajak ke rumahnya. Letak rumahnya memang agak jauh dari tetangga. Cerita kesana kemari akhirnya sampai jam sembilan malam aku berpamitan mau pulang.
“Aku pulang ya Ci,” kataku.
“Kopinya dihabisin dulu To,” katanya.
Kuhabiskan kopi yang terhidang.
Ia menatapku dengan tatapan dan senyum aneh, dan berdiri mendekatiku. Ketika aku akan bangkit dan mengajak bersalaman, ia justru mendorongku ke sofa. Aku kembali duduk di sofa. Cici malah duduk di pangkuanku. Ia mengenakan celana pendek dan kaus putih tipis, sehingga terbayang bra nya. Aku masih sangat hijau dan belum berpengalaman saat itu. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan menciumku. Ini bukan ciuman pertamaku, tetapi kali ini adalah ciuman yang berbeda, berasa penuh nafsu yang aku alami.
“Mmmppffhhhh….”.
Aku mulai menikmati ciumannya dan membalasnya.
“Ehhhh… bapak ibu dan adikmu kemana?” tanyaku setelah mulut kami terlepas.
“Ada di dalam. Nonton TV dan tidur,” jawabnya.
Ia masih duduk di pangkuanku dan kembali kami berciuman.
“Udahhh Ci, aku mau pulang. Dah malam, ga enak sama bapakmu dan tetangga disini”.
“Ga apa-apa. Mereka di ruang dalam. Kalau keluar pasti terdengar suaranya”.
“Udah malam, lain kali aku kesini lagi”.
“Ya udah, kiss me sekali lagi”.
Kali ini agak lama kami berciuman.

............
 
Terakhir diubah:
Bimabet
"Udah malam, lain kali aku kesini lagi”.
“Ya udah, kiss me sekali lagi”.
Kali ini agak lama kami berciuman.

...........

Akupun keluar dari rumahnya menuju sepeda motorku yang kuparkir di samping rumahnya. Sampai di sudut rumah, tiba-tiba ia menarikku dan kembali menciumiku.
“Mmmmffpphh…. Udah Ci. Kliatan tetangga nanti”.
“Tunggu sini sebentar”.
Ia berdiri di ambang pintu dan mengulurkan tangan ke dinding bagian dalam di sebelah pintu. Lampu sudut rumahnya pun mati. Rupanya ia menggapai saklar untuk mematikan lampu sudut rumahnya.
“Dah ga bakal kliatan tetangga sekarang”.
Cici mengajakku duduk di tangga rumahnya. Didepan kami ada beberapa tanaman bunga yang cukup tinggi sehingga keadaan kami makin terlindung.

Cici duduk menyamping di pangkuanku. Kembali kami berciuman dengan gairah. Pengalaman pertama bagiku melakukan ciuman yang sangat membangkitkan nafsu gairah. Tangan kanannya memeluk leherku. Payudaranya yang tidak terlalu besar waktu itu, terasa padat menekan lengan dan dadaku. Tanganku mulai melakukan remasan di dadanya. Ia mengarahkan tanganku untuk menyingkap kausnya.

Disingkapkannya bra yang menutupi payudaranya. Ia lalu menarik kepalaku ke dadanya. Kucium, kuhisap dan kujilati dadanya. Ini pertama kalinya aku memegang bahkan menciumi payudara wanita dewasa. Cici mulai mendesah…
“Ahhhh… Toooo… enak banget”.
“Hmmmpppffhhhh….”.
Ia merebahkan tubuhnya di pangkuanku sehingga dadanya semakin tersekspos. Aku terus mengeksplorasi dadanya. Penisku sudah tegang dan keras sekali, mendesak celana pendekku.
“Hmmm… kamu udah ngaceng yaa. Ini keras banget,” bisiknya sambil mengelus penisku dari balik celanaku.
“Hmmm iyaa…”.
Kuusap pahanya dan semakin lama semakin naik sampai ke selangkangannya. Kutekan-tekankan tanganku ke vaginanya dari luar celananya. Ia mengangkat pinggulnya ketika tanganku menekan area sensitifnya.

Beberapa lama kami terus saling berpagut, mencium dan meremas bagian sensitif. Celana dalamku sudah mulai lengket karena cairan pre-cum yang keluar dari penisku. Celana pendeknya juga terasa hangat di bagian depannya.
“Ci…”.
“Hmmmm….”.
“Aku udah nafsu. Kenthu yukkk…”.
“Yukkkk…”.
“Dimana?”
“Hmmm, mau di belakang rumah? Agak gelap disana”.
Aku langsung shock dan tersadar. Di belakang rumahnya, memang gelap karena merupakan pekarangan yang dinaungi rerumpunan bambu. Dalam bayanganku berhubungan intim dalam tempat dan suasana yang nyaman. Rupanya aku berhadapan dengan gadis yang sudah ekspert dalam hal kenthu mengenthu. Tanpa harus bertanya aku yakin ia sudah kehilangan keperawanannya, sedangkan aku masih perjaka waktu itu. Sayang kalau harus kehilangan perjaka di bawah rumpun bambu.
Akhirnya aku putuskan untuk menyudahi adegan ini.
“Udah Ci, udah malam. Aku mau pulang,” kataku.
“Ya udah. Ati-ati pulangnya”.
Akhirnya aku pulang.

Dalam perjalanan masih terbayang betapa panas ciuman dan adegan tadi. Akhirnya sampai di rumah kutuntaskan gairah yang sudah memuncak. Masuk ke kamar mandi dan mulailah aku berolahraga, five finger sport. Ternyata benar celana dalamku sudah lembab oleh cairan pre-cum ku. Hanya sebentar saja keluarlah calon insinyur di lantai kamar mandi. Aku rasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya selama aku melakukan five finger sport. Semprotan spermaku juga terasa lebih kuat dari sebelumnya.
Malam itu aku tidur nyenyak sampai pagi tanpa bermimpi apapun.

***

Beberapa tahun kemudian…………..

Aku sudah lulus kuliah dan bekerja. Usiaku sekitar 25 atau 26 tahun. Saat itu aku sedang mengambil cuti. Kebetulan sedang bersantai naik sepeda dan melewati rumah Cici. Kulihat dia buka usaha jualan es campur dan semacamnya di depan rumahnya. Ketika melihatku dia berteriak,”Mas Antoooooo…. Mampir!”
Akupun singgah ke kedai kecilnya.
“Kamu jualan es sekarang?” tanyaku.
“Iya, buat nambah-nambah belanja dapur. Ya beginilah jalan hidup. Ada sih jatah dari bapaknya Adi, tapi ga cukup,” jawabnya.

Aku sudah mendengar kalau ia dinikahi oleh seorang aparat, hasil digrebek warga. Mestinya Adi adalah nama anaknya.
“Yukk masuk ke rumah. Kita ngobrol di dalam saja,” katanya mengajakku ke rumahnya.
“Nanti jualanmu gimana?” tanyaku.
“Ga apa-apa, toh juga bisa kelihatan atau kedengaran kalau ada yang mau beli,” jawabnya.

Kamipun masuk ke rumahnya. Terlihat sepi.
“Kok sepi, pada kemana?” tanyaku.
“Ibu lagi ke pasar. Adi tadi main di tempat saudara”.
“Ooh sendirian dong?”
“Iya. Punya suami tapi ga serumah ya gini lah”.
“Tapi dikasih jatah rutin khan?”
“Belanja bulanan rutin dikasih, tapi emang hanya cukup buat keperluan Adi saja. Selebihnya aku cari sendiri”.
“Nafkah batin masih rutin juga dong?”
“Ga tentu. Kapan saja mau ya dia datang. Kalau lagi ga ingat ya ngilang. Ini udah beberapa bulan ga gini,” katanya sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur.
“Hahaha….kering dong sawahnya. Ga ada irigasinya,” candaku.
“Ya gitulah,” jawabnya santai,”Kamu lagi liburan nih?” lanjutnya.
“Iyaa, beberapa hari pulkam”.
“Hmmm, mau jalan sama aku ga?”
“Kemana dan ngapain?”
“Bikin irigasi buat sawahku… hihihi,” jawabnya smabil setengah berbisik.
“Dimana?” aku mulai terpancing.
“Di kota sebelah, jangan disini, takut ketemu ada yang kenal”.
“Kapan?”
“Sore ini yaa. Aku lagi pengen banget, eh kamu kebetulan lewat. Ya udah deh pas banget…hihihi”.
Sialan, rupanya aku jadi pelampiasan, tapi ya oke lah. Siapa yang nolak dikasih enak.
“Terus jualanmu?”
“Ya aku beresin sekarang, sejam lagi kita ketemu di terminal”.
“Ookeeee dehhh. Aku pulang dulu kalau gitu. Nanti langsung ketemu saja di terminal”.
Saat itu aku sudah tidak perjaka lagi. Sudah berolah tubuh dengan beberapa wanita.

Sejam kemudian aku sudah berada di terminal. Sudah hampir lima belas menit berlalu Cici belum kelihatan juga. Aku sudah mulai gelisah. Jangan-jangan ia membatalkan rencana. Waktu itu belum ada HP dan di rumahnya juga belum terpasang pesawat telepon rumah. Ketika aku sudah bosan menunggu dan memutuskan untuk pulang kulihat dia turun dari angkot dan tanpa berkata-kata langsung naik ke bus pemberangkatan berikutnya. Cici mengenakan jump suit putih dengan pola bintik-bintik hitam. Ia memberikan kode supaya aku mengikutinya. Kami duduk di bangku paling belakang di pojok kanan.

Tak lama bus pun berangkat. Di perjalanan kami tidak banyak bicara. Cici memposisikan dadanya menempel ke lenganku. Kebetulan bangku belakang tidak ada penumpang lainnya. Kukunya digarukkan di lututku dari luar celanaku. Aku sudah mulai terangsang. Ketika bercakap-cakap ia bersuara dengan nada menggoda. Perjalanan ke kota tujuan memakan waktu hampir dua jam. Kira-kira hampir jam lima sore kami tiba di terminal kota tujuan.

Setelah turun dan keluar terminal kulihat ada toko obat di seberang jalan. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, kondom. Selama ini aku tidak pernah menggunakan kondom ketika berhubungan intim dengan wanita pasanganku yang umumnya janda dan ada dua orang binor. Kali ini aku ga mau ambil resiko, daripada Cici hamil. Selain itu feeling-ku mengatakan Cici sering berganti pasangan. Kuajak dia ke toko obat tersebut dan aku membeli kondom. Kulihat dia hanya tersenyum-senyum saja. Aku tidak hafal situasi di kota ini, harus kemana untuk mencari killing fields. Di depan toko obat ada becak sedang mangkal menunggu penumpang. Mungkin tukang becaknya sudah hafal dengan gelagat orang yang akan ena-ena, apalagi sepertinya ia melihat waktu aku membeli kondom tadi.
“Kemana, Mas?”
Aku masih bingung mau menjawab kemana.
Abang tukang becaknya kelihatan sudah berpengalaman menangani pasangan seperti kami.
“Ke losmen yaaa… Ayo saya antarkan?”
Setelah menyebutkan ongkosnya kamipun berangkat menuju ke losmen yang dimaksudkan tukang becak tadi.
“Aman disana, Mas?” tanyaku ke tukang becak.
“Ooh sejauh ini aman Mas. Kalau ada operasi biasanya pihak losmen sudah tau duluan. Yang penting jangan nginap saja Mas,” jawab tukang becak mengingatkanku.
“Ooh ya udah”.

Sekitar sepuluh menit kemudian kami tiba di sebuah loseman, atau lebih tepatnya hotel kelas melati. Aku langsung ke resepsionis membereskan urusan administrasi kamar. Cici duduk di sofa yang tersedia. Ketika resepsionis tadi melirik ke arah Cici, raut mukanya sedikit berubah dan tersenyum simpul. Aku sempat menangkap perubahan raut muka resepsionis itu. Penafsiranku ia hafal atau mengenal Cici. Ya mungkin kenal sebagai tamu hotel. Setelah kunci diberikan aku dan Cici menuju ke kamar yang diarahkan.

Kami berbaring bersebelahan. Beberapa waktu saling berdiam diri.
“Mandi dulu Ci?” tanyaku.
“Gak lah, nanti saja. Kamu mau mandi Mas?”
“Paling bersih-bersih saja. Mandinya juga nanti saja”.
Aku masuk ke kamar mandi dan membersihkan area selangkanganku. Kucuci dan kusabuni adik kecil yang mulai membesar karena sebentar lagi akan bertugas mengikuti upacara penaikan bendera satu tiang penuh. Aku keluar dengan hanya berlilitkan handuk di pinggangku. Kini Cici yang masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Sama seperti diriku, iapun keluar kamar mandi juga hanya dengan handuk menutupi dada sampai pahanya.

Kembali kami berbaring bersebelahan. Aku agak canggung untuk memulai. Meskipun aku sudah melakukan hubungan sex sekian kali, namun kali ini aku merasa canggung. Agaknya Cici-pun juga sama canggungnya untuk memulai. Ketika aku memiringkan tubuhku menghadap ke arahnya, Cici juga memiringkan tubuhnya ke arahku. Kami saling menatap dan entah siapa yang memulai kami sudah berciuman. Rasanya agak beda ciumannya, menurutku lebih natural dan nikmat ketika dulu kami berciuman di teras rumahnya. Tapi apapun itu, gairahku mulai naik. Handuk yang menutupi tubuh kami sudah tercampak ke lantai kamar.

Aku mencium bibirnya, kujulurkan lidahku mencoba memancing supaya lidahnya merespon. Ternyata ia tidak merespon. Kususuri leher, telinga dan dadanya. Kukecup gundukan payudaranya beberapa kali sampai berbunyi…pluppp. Lidahku mengitari areolanya tanpa menyentuh putingnya. Cici memencet payudaranya dan mengarahkan putingnya ke mulutku. Langsung kusambut dengan sebuah hisapan.
“Oouhhhh Anto….terus isep pentilnya,” desisnya.
Aku terus mengeksplorasi buah dadanya dengan mengecup, menjilati dan mengisap putingnya. Cici menggelinjang kegelian ketika kususuri perutnya dan kuberikan beberapa kali kecupan di sekitar pusarnya. Aku masih belum ingin memberikan oral sex kepadanya. Kami kembali berciuman dan nafsu kami semakin meninggi. Ketika kurasakan penisku sudah mengeras dan Cici memberikan isyarat untuk melanjutkan adegan yang lebih hot lagi, maka kuambil kondom yang sudah kusiapkan di samping bantal dan kubuka bungkusnya. Karena tidak terbiasa menggunakan kondom aku agak kesulitan untuk memasangnya. Cici tertawa saja dan membiarkanku memasang kondom sendiri. Akhirnya ketika kondom sudah terpasang dengan rapi pada tempatnya, kami berciuman lagi dan tangan Cici mengocok penisku, memastikan kesiapan untuk penetrasi.

Cici membuka kedua pahanya dan aku menempatkan tubuhku di antara kedua pahanya. Tangan Cici membantu mengarahkan penisku untuk masuk ke dalam vaginanya. Skill wikwik-ku saat itu tentu belum seperti saat ini, jadi kadang masih perlu bantuan tangan untuk melakukan penetrasi. Pelan-pelan aku turukan pinggulku sampai kemudian seluruh batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya. Menurutku dengan umurnya yang belum mencapai tiga puluh tahun, vaginanya terasa agak longgar dibanding dengan beberapa wanita yang pernah kunikmati. Tanpa kesulitan aku memompa vaginanya, dari perlahan dan kemudian berangsur cepat dan semakin cepat. Tidak terlalu becek, namun kurang menggigit. Kurang nge-grip ceuk suhu di dieu mah….

Cici nampak menikmati permainan ini. Matanya sayu setengah terpejam dan ia menggigit bibir bawahnya.
“Oouuhhh Mas Anto…. Enak banget kenthu sama kamu. Kamu pinter banget mainnya”.
Aku hanya tersenyum saja sambil mempercepat gerakanku. Cici mengimbangi dengan gerakan pinggulnya.
“Aku ga tahan Masss….. Aku mau dapattt,” desahnya sambil memeluk leherku.
Kakinya mengunci kakiku. Akupun ingin menuntaskan ronde pertama ini dengan cepat. Kukencangkan otot panggulku sehingga penisku semakin mengencang.
“Ciiii….. ayuk sama-sama,” kataku sambil mempercepat gerakanku dan mengulum puting payudaranya.
“Ouuhh mas ayukkkk….”.
Beberapa saat terdengar suara beradunya selangkangan kami dan derit ranjang serta nafas tertahan dari kami.
“Ayukkk masss…. Aku dapattttt,” desisnya sambil mengeratkan kuncian pada kakiku, lehernya mendongak dan bergerak ke kanan kiri. Akupun juga sudah sampai di ujung pendakina.
“Ciciihhhh….,” desahku tertahan sambil menghunjamkan pinggulku ke bawah sekuatnya.
Beberapa kali penisku menembakkan spermanya, tertampung di dalam kondom. Kudiamkan penisku dalam vaginanya sampai denyutannya berhenti, kemudian aku bergulir ke samping. Nafas kami masih tersengal-sengal. Kami terdiam menikmati puncak kenikmatan yang baru saja kami gapai. Kulepas kondomku, Cici memperhatikan,”Banyak banget pejuhnya tuh…hihihi,” katanya.
“Enak banget mas, apa karena aku sudah kelamaan ga kenthu yaa…,” kata Cici sambil merapatkan badannya ke arahku.
“Emang udah berapa bulan ga dilakeni bojomu?” tanyaku.
“Ada sebulan lebih. Hari ini tadi aku pengen banget. Sekarang sudah lepas”.
Hmmm tadi dia bilang udah lama, beberapa bulan ga ena-ena sama lakinya. Sekarang bilang sebulan lebih. Artinya…?
“Jadi langsung pulang nih?’ pancingku.
“Aiishhh… ya gak lah. Masih bisa minimal sekali lagi. Tadi aku emang sengaja cepat supaya bisa nambah yang kedua. Nanti kita main bisa lebih lama lagi yaa. Kalau perlu sampai lecet… Hahaha”.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd