lisasartika86
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Nov 2018
- Post
- 35
- Like diterima
- 258
1. Fantasi Liar Suamiku
Perkenalkan namaku Marlene, sekarang berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum berencana untuk memiliki anak dulu karena masih berkonsentrasi dengan karier dan pendidikan S2-ku. Aku bekerja sebagai head marketing di salah satu bank swasta ternama di Jakarta, di samping itu sorenya aku menyempatkan diri mengikuti kuliah, tidak setiap hari sih, paling dalam seminggu 2 atau 3 hari dan waktunya sudah kusesuaikan dengan jam kerjaku.
Teman-temanku bilang aku beruntung karena dikarunia wajah yang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang indah, mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda, selain itu ditambah pula mendapatkan suami yang terbilang cukup tampan dan mapan.
Aku dan suamiku, Beny, baru menikah sekitar dua tahun. Bagiku ia bukan sekedar pendamping hidup, tapi juga partner seks yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi gairahnya yang begitu tinggi. Sebelum menikah memang aku adalah gadis yang lugu, seks adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan nikmatnya seks. Setelah menikah, aku begitu ketagihan, selalu menginginkannya lagi dan lagi.
Beny adalah seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, ia mampu merubah diriku dari seorang gadis lugu menjadi aku yang liar dan haus seks seperti sekarang ini.
Ia mengenalkanku pada alat bantu seks, kami mempunyai beberapa alat bantu seperti butterfly, kondom sambung dan vibrator. Alat itu kadang kami pakai dalam ritual seks kami, dari semua alat bantu tersebut semuanya memberikan kenikmatan yang berbeda-beda.
Terkadang kalau lagi birahi tinggi dan suamiku tidak ada, aku juga suka masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku bermasturbasi bahkan sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi kepadaku, dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi di depannya, malah katanya aku sangat seksi dan merangsang. Kalau sudah begitu masturbasiku pasti berlanjut dengan persetubuhan yang liar dan panas.
Selain dengan alat bantu, kami juga suka bersetubuh di tempat-tempat yang tidak lazim dan bisa dibilang berisiko ketahuan orang lain karena bosan kalu di tempat tidur terus dan perlu ada tantangan, kata suamiku. Kami pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana risiko ketahuan sama orang lainnya sangat tinggi.
Terus terang rasanya seru sekali, nikmat sambil deg-degan. Selain itu kami pernah bersetubuh di atas balkon sebuah hotel di Amerika ketika bulan madu kami dulu, tidak terbayang kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana jadinya tuh, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh di kolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan oleh pelayan hotel.
Sejak menikah pula aku mulai berani tampil seksi yang tidak berani kulakoni sewaktu masih gadis dulu. Entah mengapa ada kebanggaan sendiri kalau orang-orang menatapku dalam balutan busana seksi dengan tatapan mupeng. Beny sendiri tidak keberatan dan juga bangga istrinya ditatapi seperti itu.
Nah dalam kesempatan ini aku mau bercerita tentang hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat pada usiaku yang ke-28.
Pada waktu itu kami sepakat merayakan di sebuah cottage di salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang tidak berpenghuni, sehingga hanya kami berdua. Kami menyewa salah satu cottage yang ada posisinya strategis sehingga dapat menikmati pemandangan laut yang menambah kesan romatis.
Kami tiba di sana pagi hari tepat pada hari ulang tahunku, pengurus cottage meninggalkan kami setelah berpamitan. Memang dari awal aku sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan diberikan oleh Beny, tetapi aku tidak menduga betapa luar biasanya kejutan tersebut. Ia memang termasuk royal dalam memanjakanku.
Saat makan siang di depan pondok kami di pinggir pantai, ia memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.
"Happy Birthday ya Say!” ucapnya mesra sambil mengecup pipiku.
Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas di ranjang ia ternyata sangat romantis.
"Sini gua pakaikan" kata Beny seraya memakaikan kalung tersebut.
"Thanks ya say!" kataku.
"Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya loh" katanya.
"Apaan tuh? jangan main rahasia-rahasiaan dong" kataku lagi.
"Sekarang kita selesaikan makannya dulu, nanti hadiah utamanya diberikannya bukan di sini" katanya genit.
Bukan di sini?
Wah aku semakin penasaran saja jadinya, apa ya yang akan dia berikan sebenarnya?
Pasti bukan sekedar sex toy baru lagi atau lingerie yang seksi untuk membawa pada permainan seks yang romantis dan menggairahkan. Mungkin juga hadiah itu ada di travel bag yang sejak tadi ia bawa.
"Mari kita bersulang!", kata suamiku sambil mengangkat gelas berisi red wine, "Demi kebahagiaan kamu, sayang" katanya lagi.
“Demi kebahagiaan kita!” kataku mengangkat gelas dan menyentuhkannya dengan gelasnya.
Kami pun meneguk habis isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang bebagai hal, dari obrolan ringan, hubungan kami dan mereview kembali perjalanan asmara kami sejak pacaran hingga kini. Di tengah obrolan tiba-tiba aku kok merasa begitu horny, mungkin pengaruh wine juga, begitu pikirku.
Tak lama setelah menyelesaikan makan, kami berjalan-jalan sebentar melihat-lihat pemandangan di sekitar tempat kami. Indah sekali memang, deburan ombak dan lambaian nyiur sungguh membebaskan kami dari suasana hiruk pikuk ibukota tempat kami tinggal. Tak lama kemudian, kami tiba di daerah berkarang-karang yang indah.
"Ok, now...ready for the main course?" katanya sambil nyengir nakal
"Apaan sih? Bikin penasaran orang aja" kataku tersenyum.
"Pokoknya hadiah kali ini beda deh dari sebelum-sebelumnya, hehehe" katanya lagi, “omong-omong say, lu pasti lebih cantik kalau cuma pakai kalung itu aja!”.
Aku pun tersenyum mengetahui maksudnya, maka satu persatu aku melepaskan pakaianku mulai dari kaos, hotpants, hingga bra dan celana dalamku sampai akhirnya aku tidak memakai apapun lagi selain kalung pemberiannya itu dan cincin kawin yang masih melingkar di jari manisku.
“Lu yakin di sini ga ada orang lain lagi kan say?” tanyaku meyakinkan.
“Seperti yang lu liat dari tadi, cuma kita dan binatang-binatang di sini!” jawabnya sambil pandangannya menyapu tubuh telanjangku.
"Say, I love you!" katanya menatap dalam-dalam mataku lalu mencium bibirku dengan lembut. Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan.
Kamipun mulai berciuman, tetapi masa cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan, aku yakin kejutan sebenarnya baru akan ia buka, aku menikmati saja permainan yang dipimpinnya ini. Sambil berciuman dengan penuh nafsu, tanganku melucuti pakaiannya, kemeja pantainya kulempar kemudian tanganku menyusup ke balik celana pendeknya dan meraih penisnya yang sudah menegang.
Kulepaskan pagutanku, lalu bibir serta lidahku mulai menelusuri lehernya, kemudian terus ke bawah. Sasaran lidahku berikutnya adalah dadanya yang bidang. Kukecup putingnya bergantian kiri dan kanan dan mulai kumainkan lidahku pada putingnya. Kukecup, kujilat, kugelitik, kugigit, inilah mandi kucing yang menjadi salah satu jurusku untuk memanjakannya. Kudengar ia melenguh dan mendesah lirih.
Tak lama kemudian, aku berjongkok di atas pasir pantai. Kuturunkan celana pendek beserta celana dalamnya. Serta merta kulihat penisnya yang tegak bagaikan pentungan. Kuremas dan kukocok benda itu perlahan sambil kujilati kepalanya yang kian membesar dan memerah.
Selanjutnya aku juga memanjakan batang penisnya yang berurat. Kujilat setiap titik batang penisnya. Akhirnya bibirku mendarat pada buah pelirnya. Kujilat dan kukulum sambil terus mengocok penisnya yang kian mengeras. Mulutku terasa penuh saat kumasukkan benda itu ke mulutku. Dia terus melenguh sambil kedua tangannya meremas rambutku dan mendorong, menarik kepalaku maju mundur.
Aku kian ganas mempermainkan penisnya, kulakukan gerakan maju mundur mengulum penisnya hingga akhirnya kurasakan penisnya berdenyut-denyut. Kupercepat permainan tangan dan mulutku.
Namun ia menghentikanku,
“Sabar say, jangan terlalu nafsu, baru pemanasan masa langsung crot?”.
Kini ia mengeluarkan handuk dari travel bag dan menggelarnya di pasir agar kami bisa berbaring. Ia merebahkan tubuhku di atas handuk lalu menindihku, kupandangi matanya lembut dan kukecup bibirnya dengan lembut. Kurasakan tangannya meremas buah dadaku yang telah mengeras kedua putingnya. Tangan satunya turun terus mengusap pahaku hingga menyentuh rambut lebat vaginaku. Diusapnya belahan bibir hangat dan akhirnya klitorisku yang mungil dengan lembut tapi dengan penuh nafsu.
"Ooohh terus say.. teruuss.. aah!!" desahku lembut sambil memeluk dan mengelus rambutnya.
"Sekarang ya say, gua nggak tahan lagi!" katanya kehilangan kontrol.
"Iyaa Sayaang, gua juga mau sekaraanngg.. ayoo.." kataku sambil membuka kedua pahaku.
Ia pun mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku dengan penuh perasaan, kepala penisnya terasa menggesek bibir vaginaku, lalu melesak masuk, didorong lagi...dan lagi...
"Ooohh Sayang.. ayoo masukkan kontolmu cepaatt.. aku nggak tahan lagii.." erangku sambil mencoba menekan pantatku seraya membuka paha lebih lebar dan akhirnya amblaslah penisnya ke dalam lubang vaginaku
Dia mendesah nikmat di balik kecupan buas bibirku yang sudah hilang kontrol. Luar biasa, kami bercinta dengan penuh gairah di atas pasir pantai, desahan kami berpadu dengan suara deburan ombak dan tiupan angin. Goyangan pinggul dan pantatku yang membuat penisnya terasa diurut oleh otot-otot kewanitaanku. Ia menjilati, menghisap, dan menggigiti payudaraku dengan nafsu birahi tinggi dan gemas sambil tetap menggenjot vaginaku dengan irama yang berubah-ubah diselingi oleh desahan-desahan nikmatku.
"Ooohh.. aahh.. mmff.. say.. ohh.. oohh.. teruuss say, enak banget!"
Nafasku turun naik seolah-olah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku menggeser pantatku dari tempatku berpijak. Sedikit gesekan pada vagina saja memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa. Sungguh aku sudah lupa diri dibuai permainannya, setiap remasan dan kenyotan pada payudaraku membuatku menggelinjang dalam kenikmatan.
Hari itu setiap sentuhan maupun hujaman pada vaginaku rasanya lebih nikmat satu juta kali dibanding biasanya. Ketika aku sudah di ambang klimak tiba-tiba dia malah menghentikan genjotannya dan membuka kedua pahaku dan menjilati seluruh kemaluanku.
"Aaaccrhh..", aku yang sempat merasa nanggung pun kembali menggelinjang nikmat.
Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya mengerti, sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku dan memilin putingku. Orgasme pun akhirnya menerpaku, aku tidak tahan lagi dan mendesah sejadi-jadinya dengan tubuh menggelinjang dahsyat. Cairan kewanitaanku mengucur dengan deras dan langsung diseruput oleh suamiku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali ia hari ini, lebih hebat dari biasanya. Dari vagina sekarang dia kini naik menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku hanya bisa terpejam menikmati sisa-sisa orgasme tadi.
Antara sadar atau tidak sadar aku merasa saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka mata bukannya suamiku yang menindihku tetapi Pak Asmar, si tukang perahu yang mengantar kami ke pulau ini.
Ia sudah telanjang dada, tinggal memakai celana sedengkul lusuhnya, sambil dengan nikmatnya menyusu dari payudaraku. Tentu saja aku terkejut, aku mau marah tetapi tidak bisa karena kenikmatan demi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan segalanya.
Aku menoleh ke samping dan kulihat Beny berjongkok dan tersenyum sambil mengarahkan handycam ke arahku.
"Say, kamu...apaan ini? Kamu....", aku tak sanggup meneruskan kata-kataku karena menahan nikmat.
"Hai say...ini loh surprisenya, nikmati aja dulu yah", kata Beny.
Aku hanya bisa melenguh menerima setiap rangsangan Pak Asmar. Tangan tukang perahu itu mulai memainkan puting kiriku, lalu menjilat payudara kananku. Aku pun mulai menggelinjang waktu tangan Pak Asmar meraba semakin ke bawah ke vaginaku dan akhirnya menemukan klitorsku. Aku jadi terangsang membayangkan diriku digauli orang lain di depan suamiku sendiri. Ia menghadapkan handycamnya pada kami seperti kameramen film bokep saja.
“Maaf ya Bu udah ngagetin, Ibu bener-bener cantik dan montok, Bapak jadi gak tahan nih!” kata Pak Asmar.
Tukang perahu itu lalu melanjutkan menggarapku. Dia menyedot – nyedot payudaraku dengan penuh semangat sambil jari-jarinya mengobok-obok vaginaku.
Aku melihat Beny sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu sedemikian rupa. Aku pun memutuskan untuk menikmati saja permainan gila yang disebutnya surprise ini karena sudah tanggung untuk berhenti dan sudah terlanjur keenakan.
“Diisep yah Bu, kaya ke suami Ibu barusan!” Pak Asmar berlutut di sampingku dan mengacungkan penisnya ke wajahku. Aku mengiyakan saja dan dengan segera kusambar dan kumasukan ke dalam mulutku, kuhisap dan kunikmati sedemikian rupa. Pria itu pun menggelinjang dan mendesah menahan nikmat.
"Teruus Bu Marlene, teruuss....enaknya!!", katanya meracau.
Penis Pak Asmar ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya dan kepalanya bersunat. Tidak terlalu lama aku mengoral batang pria itu, Beny memintaku telentang di atas handuk. Aku lepaskan batang Pak Asmar dan Beny kembali melumat vaginaku setelah sebelumnya handycam ia letakkan pada tripod membiarkannya merekam adegan kami. Tubuhku bergetar hebat merasakan belaian tangan mereka pada sekujur tubuhku. Sementara Pak Asmar masih asyik menjilati payudaraku yang menegang hebat, Beny kini menciumi bibirku dengan lembut, sengaja aku tidak mau melepas bibirnya agar tidak terlalu malu dengan si tukang perahu ini dan feelingku lebih tersalurkan padanya.
“gimana? Udah siap dimasukin lagi say? kapan lagi ngerasain yang gini…saya udah bilang ke Pak Asmar kok supaya gak kasar" bisik Beny..
"Malu sih say…ssshhh… bener nggak papa? aaahhh…gila enaaak banget…" desahku menahan nikmat
"nggak papa say, nanti kalo sakit ya nggak usah dipaksa…pokoknya kamu nikmati aja…ok" katanya menenangkan, lalu ia memberi kode pada Pak Asmar untuk bersiap siap
Terus terang, aku sebenarnya gemetaran ketika pria itu mulai menyiapkan penisnya. Rasanya tidak sreg melakukan seperti itu di depan suamiku sendiri, tapi disisi lain aku ingin merasakan sensasi aneh itu dimana diriku bercinta dengan laki laki lain dengan disaksikan olehnya.
Rasa penasaran dan nafsu yang menggelegak bercampur aduk dengan cemburu dan perasaan bersalah. Pak Asmar memegang penisnya yang telah tegang itu, serta mulai di usap-usapkan dengan lembut di belahan bibir kemaluanku yang sudah sedikit terbuka. Ujung kemaluannya yang bersunat menyerupai cendawan merah itu menggosok gosok bibir vaginaku.
Ahh...sensasinya sungguh luar biasa.! Sengaja si tukang perahu itu menggosoknya cukup lama agar aku terangsang habis-habisan. Mataku melihat ke arah penis pria itu yang sedang menempel pada bibir vaginaku siap mengobok-oboknya. Karena masih sedikit grogi, kedua tanganku mencoba menahan badan Pak Asmar dan badanku agak melengkung, khawatir kalau kesakitan, aku menarik pantatku ke atas untuk mengurangi tekanan penis Pak Asmar pada bibir vaginaku, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantatku dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluanku sambil mencium telingaku
"Ibu rileks aja…, Bapak gosok gosok dulu yaa…biar enak….ok? uuuhh....asyik nih Bu, becek banget....kalo Bapak masukin sekarang…, boleh ga?" Pak Asmar bertanya sambil cengengesan.
Aku bingung dan hanya menggeleng-gelengkan kepala ke kiri kanan, tidak tahu apa yang harus kujawab, mau sih tapi masih deg-degan, mataku memandang sayu ke arah vaginaku yang sedang didesak oleh penis tukang perahu itu dan mulutku terkatup rapat seakan-akan menahan debaran jantungku.
"Gapapa say?” bisikku meminta ijin suamiku
Beny mengangguk dan mencium mesra bibirku "Enjoy aja say, ga usah malu, I always love you kok” lalu ia mengangguk ke arah Pak Asmar.
Pria itu pun tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang telah basah itu, biarpun kedua tanganku tetap mencoba menahan tekanan badannya.
“Jangan tegang gitu dong say..santai aja….biarkan masuk…and enjoy" bisik Beny dekat telingaku seperti menemani orang melahirkan saja.
Mungkin, entah karena tusukan penis Pak Asmar yang mendesak desak atau karena ukuran penisnya yang lumayan besar, aku tidak tahan untuk tidak merintih.
"aahh.. , ssshh ya pelan-pelan Pak… jangan kasar yaahh…. aahh.", rintihku lirih dengan wajah meringis menahan nyeri.
Pak Asmar mengakangkan kedua kakiku yang gemetar lebih lebar lagi. Kepala penisnya yang bersunat itu telah terbenam sebagian di dalam vaginaku, kedua bibir kemaluanku menjepit dengan erat kepala penis pria itu, sehingga belahan kemaluanku terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penisnya. Setiap pergerakan mili demi mili dari penis pria itu memberikan sensasi yang tidak tertahankan. Pak Asmar terus memompa penisnya didalam vaginaku, sementara itu suamiku mendekati vaginaku dan menggesek-gesekkan jarinya pada klitorisku agar aku lebih terangsang. Tubuhku menggeliat dan mulutku terus mendesah.
"Bagaimana say…lebih enak kan sekarang?” tanyanya sambil tangan satunya meraih payudara kiriku dan meremasnya lembut.
"Sshhhhh...iya sih, mulai agak enak say….eeemmhh…beneran nggak papa niiih say…aahhh….nanti kalo gua ketagihan gimana...aahhh" wajahku memerah dan mulutku makin menceracau tak karuan.
Aku memang sudah mulai menikmatinya, batang itu terasa sesak di vaginaku padahal baru keluar masuk sebagian saja. Pak Asmar menghentikan tekanan dan kocokan penisnya, sambil mulutnya mengguman,
"Sakit Bu?…Bapak kurang lembut. .., maaf yaa…nafsu banget sih, ini Bapak lembutin deh!"
"aagghh…, nggaak kok Pak…udah mulai enak…tapi…jangan terlalu dipaksakan. .., yaahh.masukkan pelan pelan lagi yaaa… agak dalam yaa...aahh” jawabku terpatah-patah sambil terus menggeliat-geliat dan merangkulkan kedua tangan ke punggungnya, sopan juga orang ini ternyata pikirku.
"Oke deh Bu, Bapak mau masukin lagi…ntar kalau sakit bilang aja", sahut Pak Asmar dan tanpa menunggu jawabanku.
Segera saja ia merojokkan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang terhenti tadi, tetapi kali ini kocokannya dilakukannya dengan lebih cepat.
Secara lembut tapi pasti, penisnya menguak dan menerobos masuk ke dalam vaginaku. Aku semakin rileks dan enjoy ketika penis itu telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vaginaku, aku kini pasrah diperlakukan apapun olehnya dan kedua tanganku tidak lagi menahan badannya.
Suasana pantai dengan deburan ombak dan suara hembusan angin semilir membantu membuatku terhanyut dalam permainan, ditambah pula Beny yang mengulum lembut payudaraku. Pak Asmar menekan lebih dalam lagi sehingga aku meringis meringis menahan sakit bercampur nikmat, kedua pahaku menggeletar. Sodokan-sodokan penis pria itu terasa semakin bertenaga saja sampai tubuhku ikut terguncang-guncang hebat.
Beny mundur membiarkan Pak Asmar lebih leluasa menikmati tubuhku, ia nampaknya begitu menikmati menonton istrinya sendiri digumuli oleh pria tua ini. Ada kira-kira sepuluh menitan si tukang perahu menggarapku dalam posisi itu, aku merasakan vaginaku berdenyut semakin cepat yang pertanda sudah di ambang orgasme.
"Aduuh Pakk……..aahh….." aku pun melolong panjang sambil kedua tanganku mencengkeram pasir pantai dengan kuat dan tubuhku melengkung ke atas serta kedua kakiku melingkari pinggang pria itu menahan tekanan penisnya di dalam vaginaku. Pak Asmar mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vaginaku sejenak sambil bertanya lagi.
"Sakit…, yaa Bu? Tahan dikit yaa, Bapak goyang pelan pelan kok ..sebentar lagi bakal kerasa nikmatnya …dijamin deh …!", katanya di telingaku.
Dengan mata terpejam aku hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang.
"aagghh.. terush aja Pak, saya udah enak kok, ayoh!!", pintaku.
Kemudian Pak Asmar melumat bibirku dengan ganas, kami pun beradu lidah. Pinggulnya kembali bergerak dengan cepat naik turun menggenjoti vaginaku, sambil badannya mendekap tubuhku dalam pelukannya.
Semakin lama gerakannya semakin cepat, terkadang batangnya dikeluarkan dari vaginaku, kemudian dihunjamkannya lagi, sehingga aku dibuatnya melenguh dan merintih berkepanjangan.
Tak selang lama kemudian aku merasa akan keluar lagi, badanku bergetar dengan hebat dari mulutku keluar desahan panjang.
"Aaduuh… , oooohh…, keluar lagi Pak...aaahh...aaahhh...lebih dalem!!" kedua kakiku kembali melingkar dengan ketat pada pantat Pak Asmar
Dengan mata membeliak dan tubuh menghentak hentak aku kembali mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badanku akhirnya terkulai lemas dengan kedua kaki tetap melingkar pada pantat Pak Asmar. Dengan tersenyum mesum, pria itu terus melakukan goyangan goyangan memutar dengan lembut.
Biar sudah tua dan jelek ternyata Pak Asmar pandai juga memuaskan wanita, ia telah memberikan multi orgasme padaku dan juga tahu cara memperlakukan wanita pasca orgame, sungguh aku terbuai dibuatnya. Pak Asmar lalu melepaskan dirinya dan bergeser ke samping, dia memberi kesempatan kepada Beny untuk mendekatiku.
"Gimana say…enak ga? Masih sakiittt?” tanyanya mesra
"Dasar yah lu....terus terang yah…rasanya nikmat banget sayang…gua sampai multi orgasme tadi…” kataku sambil mencubit putingnya dan berbisik malu tapi dengan nada protes.
“eh…..sekarang pengen sama punya kamu ya say…, kasihan kan kamu belum keluar…" kataku menawarkan diri padanya.
Beny rupanya terangsang hebat melihat pemandangan istrinya sendiri digarap pria lain, dengan segera ia masukkan batang penisnya ke vaginaku yang sudah sangat basah itu.
"Aaghh", erangku dengan mata terpejam dan bibir digigit, wajahku memancarkan ekspresi kepuasan.
Beny pun menambah kecepatannya menyetubuhiku, penisnya keluar masuk diiringi suara kecipak karena vaginaku sudah sangat becek serta diiringi erangan dan desahanku setiap kali ia menyodokkan penisnya. Bisa kurasakan liang kemaluanku ini semakin licin oleh pelumas dari kewanitaanku.
"Ahh…, ahh", aku semakin keras berteriak, suaraku bersahutan dengan deburan ombak, memang tempat bercinta kali ini sungguh eksotis dan memberikan sensasi lebih.
“ayo say...terus, enakkk…, eeemm…, mm!".
Tubuh Beny nampak mengejang, aku tahu inilah reaksinya ketika orgasme, tak lama kemudian, ia pun menancapkan dalam-dalam penisnya di vaginaku dan diiringi leguhan panjang dari mulutnya.
"Uuhh…hh…aku keluar ya yaah",
"mm sshh…enaknya!!!" erangnya sambil kedua tangannya memeluk badanku dengan erat dan penisnya yang terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluanku menyemburkan spermanya.
Badannya tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme bersamaku, sementara cairan spermanya yang hangat masih terus memenuhi rongga vaginaku.
Di saat yang sama badanku juga bergetar dengan hebat dan kedua pahaku menjepit dengan kuat pinggulnya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutku. Sungguh luar biasa enak dan menggairahkan sekali persetubuhan ini. Kami berpelukan saling berciuman kecil menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi, aku sampai baru ingat kalau kami bukan cuma berdua, Pak Asmar sejak tadi duduk di atas batu karang menonton kami berdua sambil mengisap rokoknya.
Dengan cengengesan, pria itu kembali mendekati kami.
"Masih kuat gak Bu? Gimana kalo Bapak puaskin lagi?” tanyanya.
"Eeehhmm…gimana ya?" aku memandang bimbang pada suamiku, pengen sih tapi masih gengsi kalau terus terang mengaku gitu.
"Lho say...kalo masih pengen ya silakan aja, mumpung Pak Asmar masih ada" kata Beny.
" Tapi…tapi… mmm.. bolehlah Pak, kita coba lagi…” kataku
“Tapi kali ini agak cepat ya…kalo pelan-pelan kurang rasanya, dijamin asoy deh pokoknya" kata Pak Asmar.
Aku melirik pada Beny sambil menggigit bibir bawah, lalu pandanganku berpindah ke arah penis si tukang perahu yang sudah kembali berdiri tegak itu sambil tanganku merapikan handuk di bawahku yang sudah acak-acakan akibat pergumulan kami.
“Ayo Pak silakan dimulai aja!” Beny mempersilakan si tukang perahu itu menikmati tubuh istrinya.
Tanpa diminta lagi, pria itu pun mengambil posisi di antara kedua pahaku dan mulai mendekatkan penisnya ke vaginaku lagi.
“Udah siap Bu? Hehehe...” tanya Pak Asmar.
Aku hanya mengangguk, dalam hati kecilku aku juga ingin merasakan bagaimana bercinta dengan sedikit kasar, pasti ada sensasi tersendiri. Aku memandang Beny lagi dan ia hanya mengangguk padaku. Sementara di antara pahaku Pak Asmar telah memegang pinggangku dan mendorong masuk penisnya dalam dalam.
“Aaaahh!!” desahku merasakan hujaman benda tumpul itu
Gerakan pria itu terlihat mulai sangat kasar, berbeda dari babak sebelumnya yang lemah lembut. Tangan kasarnya meremas kedua payudaraku dengan brutal dan jari-jarinya memencet juga memelintir putingku, aku merasa seperti diperkosa saja layaknya. Batangnyanya benar benar dihunjamkan dengan hentakan hentakan kasar dan brutal, sperma Beny yang tertampung di vaginaku tadi sampai meleleh keluar dibuatnya.
Aku menoleh ke samping melihat bagaimana reaksi suamiku melihat istrinya sendiri setengah diperkosa begini, tetapi dilihat dari ekspresinya dan matanya yang tidak berkedip sepertinya dia malah menikmatinya sambil senyum-senyum padaku. Bahkan tangannya ikut meremas-remas payudaraku.
Luar biasa…
Ini sungguh menggairahkan, sebuah pengalaman seks baru yang sensasional dimana aku seorang istri bersetubuh dengan pria lain di depan suami sendiri dan si suami menikmatinya seperti tontonan, aku benar benar terangsang hebat memikirkannya
Beny lalu berkata padaku,
“Say, sekarang kita threesome ya” sambil mengarahkan batang penisnya ke mulutku untuk dioral.
Tanganku serta merta meraih penis itu, kumulai dengan menjilati lubang kencingnya yang membuatnya blingsatan aku menggerakkan mataku melihat reaksinya. Ternyata dia juga memperhatikanku yang sedang menjilat-jilat penisnya.
"Always amazing say, gua ga pernah bosen disepongin lu, uuuhh", kata Benny sambil tangannya mengelus rambutku yang terurai panjang.
Mendengar pujiannya itu, aku pun makin bersemangat, kami memang sering saling memuji ketika bercinta dan terus terang itu meningkatkan kualitas kehidupan seks kami. Aku ingin melihatnya benar-benar blingsatan, ingin mendengar rintihan nikmatnya yang luar biasa, juga ingin melihat bagaimana jika tubuhnya menggeliat-geliat dengan penuh gelinjang karena merasakan jilatan dan kuluman nikmat dari mulutku.
Kugenggam penisnya dan kumasukkan ke mulutku, lidahku langsung bekerja dipadu dengan bibirku yang menyedot-nyedot benda itu. Kami merubah posisi menjadi doggy style dengan Pak Asmar tetap di belakang dan aku mengoral penis Beny.
"Aduh say...kontol si bapak kayanya mentok di dalem nih, gila enak bangetthhh...ssshh", kataku lirih.
“Hehe...ayo hajar terus Pak, istri saya puas sama Bapak nih” sahut Beny
“Pasti Pak, istri Bapak seksi, bahenol gini gimana saya ga nafsu” kata Pak Asmar menggoyangkan pantatnya maju mundur membombardir vaginaku dari belakang.
Tanganku meremasi kain handuk dan satunya memegangi penis suamiku. Tangan Pak Asmar kini mencaplok kedua payudaraku dan tanpa menunggu lebih lama ia meremas-remas gunung kembarku dengan liar, putingku pun dibuatnya semakin mengeras oleh cubitan dan gesekan jarinya. Sepuluh menitan dalam posisi ini aku merasakan sudah mau klimaks lagi
“Mau keluar say...aaahhh...aahh” desahku
"Wah...pijatan memek istri Bapak mantep, kenceng banget" puji Pak Asmar.
Memang kalau klimaks vaginaku berkontraksi sangat cepat sehingga penis yang bersarang di vaginaku pun terpijat lebih kuat. Pak Asmar semakin bersemangat menggenjot vaginaku dan aku sendiri kembali mengoral penis Beny sambil dibantu mengocoknya dengan tangan. Tidak sampai tiga menit, aku pun meraih kepuasan, kenikmatan itu bukan main dahsyatnya.
Tubuhku sampai menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan menahan nikmat itu. Aku merintih dan mendesah sejadi-jadinya mumpung pantai ini sepi, paling hanya binatang-binatang sekitar sini yang mendengarnya.
Di kejauhan nampak beberapa kapal dan perahu lewat, aku tidak tahu apa mereka beruntung meneropong kemari melihat kami, aku tidak peduli, kalau iya anggaplah itu tontonan gratis mereka. Tugasku belum beres, kedua pria ini masih belum keluar dan terus mengerjai tubuhku.
Pak Asmar masih menghujam-hujamkan penisnya ke vaginaku, kadang dengan gerakan memutar sehingga aku menggelinjang nikmat dan aku mulai menggerakkan tanganku lagi mengocok pelan penis suamiku. Buah dadaku tetap menjadi bagian dari tangan Pak Asmar yang tak bosan-bosan meremas-remasnya.
Makin lama si tukang perahu itu semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vaginaku dan mulai mendengus-dengus. Aku benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, dengan cepat birahiku pun bangkit lagi, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan.
Pak Asmar mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantatku, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam vaginaku hingga menyentuh bagian terdalamnya. Sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam vaginaku, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vaginaku ikut berputar-putar mengebor liang vaginaku sampai ke sudut-sudutnya. Gerakannya bertambah cepat dan ganas memompaku hingga akhirnya....
"Oohh… Bapak ngecrot nih Bu!", dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak Pak Asmar kembali menekan habis pantatnya dalam-dalam sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluanku
Cairan hangat memenuhi vaginaku, kedua tangan pria itu mendekapku erat-erat.
"Sssh…, sshh…, hhmm…., hhmm!". Dari mulutku terdengar suara keluhan merasakan semprotan spermanya di kewanitaanku.
Beny nampaknya tidak keberatan pria ini ejakulasi di dalam vaginaku. Malah ia kelihatannya bernafsu menyaksikannya. Aku merasakan penisnya semakin berdenyut di mulutku dan tak lama kemudian creet.. creet.. cret, spermanya bercipratan di mulutku.
Beny menarik lepas penisnya dari mulutku dan sperma yang masih menetes dari lubang penisnya ia geser-geserkan ke bibirku. Kami bertiga lemas dan lunglai, Pak Asmar menindih tubuhku dan mengecupi pundakku sambil meresapi orgame yang telah kami raih.
Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, tukang perahu itu kemudian membalikkan tubuhku. Ternyata dia masih belum puas menggarapku, besar juga tenaganya padahal usianya sudah setengah abad lebih. Ia mengangkat kedua kakiku sampai vagina dan telapak kakiku menghadap langit lalu dengan setengah jongkok ia memegang penisnya dan menempelkannya ke bibir vaginaku.
"Uuuh.. uuhh.. uuhh", lenguhnya sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vaginaku.
Dan tiap kali Pak Asmar mengaduh aku pun ikut mengaduh,
"aah Pak...iya enak Pak."
Walaupun dengan nafas yang masih memburu Pak Asmar masih bersemangat menggenjot vaginaku. Vaginaku menjadi sangat lebar dan pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal pahaku. Kedua tangan pria itu memegang kedua betisku dan membantuku memompa penisnya secara teratur, setiap kali penisnya masuk, vaginaku ikut masuk ke dalam sebaliknya ketika penisnya keluar, vaginaku pun mengembang dan menjepit penisnya. Kami melakukan posisi ini cukup lama karena Pak Asmar menggenjotku dengan tempo lambat. Sementara aku mengerang dan berkelejotan di bawah sana.
Beny berbisik..
"Say, gimana? Enjoy ga akhirnya bisa threesome?"
"Ya, gua puas banget, awalnya tegang tapi ternyata asyik juga bisa digarap dua penis sekaligus. Seru gila!" sahutku.
Hanya sekitar sepuluh menit Pak Asmar menggenjotku dalam posisi demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.
"Gua mau keluar nih....ssshhh...ssshhh", kataku dengan terengah-engah
Akhirnya, "Aaarrcchh ..", aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya.
Tak lama kemudian, Pak Asmar memuntahkan spermanya juga di dadaku. Kubaluri cairan kental itu di dadaku hingga merata lalu kujilati yang menempel di jariku.
Itulah akhir pergumulan kami siang itu.
Perkenalkan namaku Marlene, sekarang berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum berencana untuk memiliki anak dulu karena masih berkonsentrasi dengan karier dan pendidikan S2-ku. Aku bekerja sebagai head marketing di salah satu bank swasta ternama di Jakarta, di samping itu sorenya aku menyempatkan diri mengikuti kuliah, tidak setiap hari sih, paling dalam seminggu 2 atau 3 hari dan waktunya sudah kusesuaikan dengan jam kerjaku.
Teman-temanku bilang aku beruntung karena dikarunia wajah yang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang indah, mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda, selain itu ditambah pula mendapatkan suami yang terbilang cukup tampan dan mapan.
Aku dan suamiku, Beny, baru menikah sekitar dua tahun. Bagiku ia bukan sekedar pendamping hidup, tapi juga partner seks yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi gairahnya yang begitu tinggi. Sebelum menikah memang aku adalah gadis yang lugu, seks adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan nikmatnya seks. Setelah menikah, aku begitu ketagihan, selalu menginginkannya lagi dan lagi.
Beny adalah seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, ia mampu merubah diriku dari seorang gadis lugu menjadi aku yang liar dan haus seks seperti sekarang ini.
Ia mengenalkanku pada alat bantu seks, kami mempunyai beberapa alat bantu seperti butterfly, kondom sambung dan vibrator. Alat itu kadang kami pakai dalam ritual seks kami, dari semua alat bantu tersebut semuanya memberikan kenikmatan yang berbeda-beda.
Terkadang kalau lagi birahi tinggi dan suamiku tidak ada, aku juga suka masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku bermasturbasi bahkan sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi kepadaku, dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi di depannya, malah katanya aku sangat seksi dan merangsang. Kalau sudah begitu masturbasiku pasti berlanjut dengan persetubuhan yang liar dan panas.
Selain dengan alat bantu, kami juga suka bersetubuh di tempat-tempat yang tidak lazim dan bisa dibilang berisiko ketahuan orang lain karena bosan kalu di tempat tidur terus dan perlu ada tantangan, kata suamiku. Kami pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana risiko ketahuan sama orang lainnya sangat tinggi.
Terus terang rasanya seru sekali, nikmat sambil deg-degan. Selain itu kami pernah bersetubuh di atas balkon sebuah hotel di Amerika ketika bulan madu kami dulu, tidak terbayang kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana jadinya tuh, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh di kolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan oleh pelayan hotel.
Sejak menikah pula aku mulai berani tampil seksi yang tidak berani kulakoni sewaktu masih gadis dulu. Entah mengapa ada kebanggaan sendiri kalau orang-orang menatapku dalam balutan busana seksi dengan tatapan mupeng. Beny sendiri tidak keberatan dan juga bangga istrinya ditatapi seperti itu.
Nah dalam kesempatan ini aku mau bercerita tentang hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat pada usiaku yang ke-28.
Pada waktu itu kami sepakat merayakan di sebuah cottage di salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang tidak berpenghuni, sehingga hanya kami berdua. Kami menyewa salah satu cottage yang ada posisinya strategis sehingga dapat menikmati pemandangan laut yang menambah kesan romatis.
Kami tiba di sana pagi hari tepat pada hari ulang tahunku, pengurus cottage meninggalkan kami setelah berpamitan. Memang dari awal aku sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan diberikan oleh Beny, tetapi aku tidak menduga betapa luar biasanya kejutan tersebut. Ia memang termasuk royal dalam memanjakanku.
Saat makan siang di depan pondok kami di pinggir pantai, ia memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.
"Happy Birthday ya Say!” ucapnya mesra sambil mengecup pipiku.
Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas di ranjang ia ternyata sangat romantis.
"Sini gua pakaikan" kata Beny seraya memakaikan kalung tersebut.
"Thanks ya say!" kataku.
"Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya loh" katanya.
"Apaan tuh? jangan main rahasia-rahasiaan dong" kataku lagi.
"Sekarang kita selesaikan makannya dulu, nanti hadiah utamanya diberikannya bukan di sini" katanya genit.
Bukan di sini?
Wah aku semakin penasaran saja jadinya, apa ya yang akan dia berikan sebenarnya?
Pasti bukan sekedar sex toy baru lagi atau lingerie yang seksi untuk membawa pada permainan seks yang romantis dan menggairahkan. Mungkin juga hadiah itu ada di travel bag yang sejak tadi ia bawa.
"Mari kita bersulang!", kata suamiku sambil mengangkat gelas berisi red wine, "Demi kebahagiaan kamu, sayang" katanya lagi.
“Demi kebahagiaan kita!” kataku mengangkat gelas dan menyentuhkannya dengan gelasnya.
Kami pun meneguk habis isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang bebagai hal, dari obrolan ringan, hubungan kami dan mereview kembali perjalanan asmara kami sejak pacaran hingga kini. Di tengah obrolan tiba-tiba aku kok merasa begitu horny, mungkin pengaruh wine juga, begitu pikirku.
Tak lama setelah menyelesaikan makan, kami berjalan-jalan sebentar melihat-lihat pemandangan di sekitar tempat kami. Indah sekali memang, deburan ombak dan lambaian nyiur sungguh membebaskan kami dari suasana hiruk pikuk ibukota tempat kami tinggal. Tak lama kemudian, kami tiba di daerah berkarang-karang yang indah.
"Ok, now...ready for the main course?" katanya sambil nyengir nakal
"Apaan sih? Bikin penasaran orang aja" kataku tersenyum.
"Pokoknya hadiah kali ini beda deh dari sebelum-sebelumnya, hehehe" katanya lagi, “omong-omong say, lu pasti lebih cantik kalau cuma pakai kalung itu aja!”.
Aku pun tersenyum mengetahui maksudnya, maka satu persatu aku melepaskan pakaianku mulai dari kaos, hotpants, hingga bra dan celana dalamku sampai akhirnya aku tidak memakai apapun lagi selain kalung pemberiannya itu dan cincin kawin yang masih melingkar di jari manisku.
“Lu yakin di sini ga ada orang lain lagi kan say?” tanyaku meyakinkan.
“Seperti yang lu liat dari tadi, cuma kita dan binatang-binatang di sini!” jawabnya sambil pandangannya menyapu tubuh telanjangku.
"Say, I love you!" katanya menatap dalam-dalam mataku lalu mencium bibirku dengan lembut. Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan.
Kamipun mulai berciuman, tetapi masa cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan, aku yakin kejutan sebenarnya baru akan ia buka, aku menikmati saja permainan yang dipimpinnya ini. Sambil berciuman dengan penuh nafsu, tanganku melucuti pakaiannya, kemeja pantainya kulempar kemudian tanganku menyusup ke balik celana pendeknya dan meraih penisnya yang sudah menegang.
Kulepaskan pagutanku, lalu bibir serta lidahku mulai menelusuri lehernya, kemudian terus ke bawah. Sasaran lidahku berikutnya adalah dadanya yang bidang. Kukecup putingnya bergantian kiri dan kanan dan mulai kumainkan lidahku pada putingnya. Kukecup, kujilat, kugelitik, kugigit, inilah mandi kucing yang menjadi salah satu jurusku untuk memanjakannya. Kudengar ia melenguh dan mendesah lirih.
Tak lama kemudian, aku berjongkok di atas pasir pantai. Kuturunkan celana pendek beserta celana dalamnya. Serta merta kulihat penisnya yang tegak bagaikan pentungan. Kuremas dan kukocok benda itu perlahan sambil kujilati kepalanya yang kian membesar dan memerah.
Selanjutnya aku juga memanjakan batang penisnya yang berurat. Kujilat setiap titik batang penisnya. Akhirnya bibirku mendarat pada buah pelirnya. Kujilat dan kukulum sambil terus mengocok penisnya yang kian mengeras. Mulutku terasa penuh saat kumasukkan benda itu ke mulutku. Dia terus melenguh sambil kedua tangannya meremas rambutku dan mendorong, menarik kepalaku maju mundur.
Aku kian ganas mempermainkan penisnya, kulakukan gerakan maju mundur mengulum penisnya hingga akhirnya kurasakan penisnya berdenyut-denyut. Kupercepat permainan tangan dan mulutku.
Namun ia menghentikanku,
“Sabar say, jangan terlalu nafsu, baru pemanasan masa langsung crot?”.
Kini ia mengeluarkan handuk dari travel bag dan menggelarnya di pasir agar kami bisa berbaring. Ia merebahkan tubuhku di atas handuk lalu menindihku, kupandangi matanya lembut dan kukecup bibirnya dengan lembut. Kurasakan tangannya meremas buah dadaku yang telah mengeras kedua putingnya. Tangan satunya turun terus mengusap pahaku hingga menyentuh rambut lebat vaginaku. Diusapnya belahan bibir hangat dan akhirnya klitorisku yang mungil dengan lembut tapi dengan penuh nafsu.
"Ooohh terus say.. teruuss.. aah!!" desahku lembut sambil memeluk dan mengelus rambutnya.
"Sekarang ya say, gua nggak tahan lagi!" katanya kehilangan kontrol.
"Iyaa Sayaang, gua juga mau sekaraanngg.. ayoo.." kataku sambil membuka kedua pahaku.
Ia pun mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku dengan penuh perasaan, kepala penisnya terasa menggesek bibir vaginaku, lalu melesak masuk, didorong lagi...dan lagi...
"Ooohh Sayang.. ayoo masukkan kontolmu cepaatt.. aku nggak tahan lagii.." erangku sambil mencoba menekan pantatku seraya membuka paha lebih lebar dan akhirnya amblaslah penisnya ke dalam lubang vaginaku
Dia mendesah nikmat di balik kecupan buas bibirku yang sudah hilang kontrol. Luar biasa, kami bercinta dengan penuh gairah di atas pasir pantai, desahan kami berpadu dengan suara deburan ombak dan tiupan angin. Goyangan pinggul dan pantatku yang membuat penisnya terasa diurut oleh otot-otot kewanitaanku. Ia menjilati, menghisap, dan menggigiti payudaraku dengan nafsu birahi tinggi dan gemas sambil tetap menggenjot vaginaku dengan irama yang berubah-ubah diselingi oleh desahan-desahan nikmatku.
"Ooohh.. aahh.. mmff.. say.. ohh.. oohh.. teruuss say, enak banget!"
Nafasku turun naik seolah-olah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku menggeser pantatku dari tempatku berpijak. Sedikit gesekan pada vagina saja memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa. Sungguh aku sudah lupa diri dibuai permainannya, setiap remasan dan kenyotan pada payudaraku membuatku menggelinjang dalam kenikmatan.
Hari itu setiap sentuhan maupun hujaman pada vaginaku rasanya lebih nikmat satu juta kali dibanding biasanya. Ketika aku sudah di ambang klimak tiba-tiba dia malah menghentikan genjotannya dan membuka kedua pahaku dan menjilati seluruh kemaluanku.
"Aaaccrhh..", aku yang sempat merasa nanggung pun kembali menggelinjang nikmat.
Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya mengerti, sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku dan memilin putingku. Orgasme pun akhirnya menerpaku, aku tidak tahan lagi dan mendesah sejadi-jadinya dengan tubuh menggelinjang dahsyat. Cairan kewanitaanku mengucur dengan deras dan langsung diseruput oleh suamiku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali ia hari ini, lebih hebat dari biasanya. Dari vagina sekarang dia kini naik menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku hanya bisa terpejam menikmati sisa-sisa orgasme tadi.
Antara sadar atau tidak sadar aku merasa saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka mata bukannya suamiku yang menindihku tetapi Pak Asmar, si tukang perahu yang mengantar kami ke pulau ini.
Ia sudah telanjang dada, tinggal memakai celana sedengkul lusuhnya, sambil dengan nikmatnya menyusu dari payudaraku. Tentu saja aku terkejut, aku mau marah tetapi tidak bisa karena kenikmatan demi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan segalanya.
Aku menoleh ke samping dan kulihat Beny berjongkok dan tersenyum sambil mengarahkan handycam ke arahku.
"Say, kamu...apaan ini? Kamu....", aku tak sanggup meneruskan kata-kataku karena menahan nikmat.
"Hai say...ini loh surprisenya, nikmati aja dulu yah", kata Beny.
Aku hanya bisa melenguh menerima setiap rangsangan Pak Asmar. Tangan tukang perahu itu mulai memainkan puting kiriku, lalu menjilat payudara kananku. Aku pun mulai menggelinjang waktu tangan Pak Asmar meraba semakin ke bawah ke vaginaku dan akhirnya menemukan klitorsku. Aku jadi terangsang membayangkan diriku digauli orang lain di depan suamiku sendiri. Ia menghadapkan handycamnya pada kami seperti kameramen film bokep saja.
“Maaf ya Bu udah ngagetin, Ibu bener-bener cantik dan montok, Bapak jadi gak tahan nih!” kata Pak Asmar.
Tukang perahu itu lalu melanjutkan menggarapku. Dia menyedot – nyedot payudaraku dengan penuh semangat sambil jari-jarinya mengobok-obok vaginaku.
Aku melihat Beny sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu sedemikian rupa. Aku pun memutuskan untuk menikmati saja permainan gila yang disebutnya surprise ini karena sudah tanggung untuk berhenti dan sudah terlanjur keenakan.
“Diisep yah Bu, kaya ke suami Ibu barusan!” Pak Asmar berlutut di sampingku dan mengacungkan penisnya ke wajahku. Aku mengiyakan saja dan dengan segera kusambar dan kumasukan ke dalam mulutku, kuhisap dan kunikmati sedemikian rupa. Pria itu pun menggelinjang dan mendesah menahan nikmat.
"Teruus Bu Marlene, teruuss....enaknya!!", katanya meracau.
Penis Pak Asmar ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya dan kepalanya bersunat. Tidak terlalu lama aku mengoral batang pria itu, Beny memintaku telentang di atas handuk. Aku lepaskan batang Pak Asmar dan Beny kembali melumat vaginaku setelah sebelumnya handycam ia letakkan pada tripod membiarkannya merekam adegan kami. Tubuhku bergetar hebat merasakan belaian tangan mereka pada sekujur tubuhku. Sementara Pak Asmar masih asyik menjilati payudaraku yang menegang hebat, Beny kini menciumi bibirku dengan lembut, sengaja aku tidak mau melepas bibirnya agar tidak terlalu malu dengan si tukang perahu ini dan feelingku lebih tersalurkan padanya.
“gimana? Udah siap dimasukin lagi say? kapan lagi ngerasain yang gini…saya udah bilang ke Pak Asmar kok supaya gak kasar" bisik Beny..
"Malu sih say…ssshhh… bener nggak papa? aaahhh…gila enaaak banget…" desahku menahan nikmat
"nggak papa say, nanti kalo sakit ya nggak usah dipaksa…pokoknya kamu nikmati aja…ok" katanya menenangkan, lalu ia memberi kode pada Pak Asmar untuk bersiap siap
Terus terang, aku sebenarnya gemetaran ketika pria itu mulai menyiapkan penisnya. Rasanya tidak sreg melakukan seperti itu di depan suamiku sendiri, tapi disisi lain aku ingin merasakan sensasi aneh itu dimana diriku bercinta dengan laki laki lain dengan disaksikan olehnya.
Rasa penasaran dan nafsu yang menggelegak bercampur aduk dengan cemburu dan perasaan bersalah. Pak Asmar memegang penisnya yang telah tegang itu, serta mulai di usap-usapkan dengan lembut di belahan bibir kemaluanku yang sudah sedikit terbuka. Ujung kemaluannya yang bersunat menyerupai cendawan merah itu menggosok gosok bibir vaginaku.
Ahh...sensasinya sungguh luar biasa.! Sengaja si tukang perahu itu menggosoknya cukup lama agar aku terangsang habis-habisan. Mataku melihat ke arah penis pria itu yang sedang menempel pada bibir vaginaku siap mengobok-oboknya. Karena masih sedikit grogi, kedua tanganku mencoba menahan badan Pak Asmar dan badanku agak melengkung, khawatir kalau kesakitan, aku menarik pantatku ke atas untuk mengurangi tekanan penis Pak Asmar pada bibir vaginaku, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantatku dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluanku sambil mencium telingaku
"Ibu rileks aja…, Bapak gosok gosok dulu yaa…biar enak….ok? uuuhh....asyik nih Bu, becek banget....kalo Bapak masukin sekarang…, boleh ga?" Pak Asmar bertanya sambil cengengesan.
Aku bingung dan hanya menggeleng-gelengkan kepala ke kiri kanan, tidak tahu apa yang harus kujawab, mau sih tapi masih deg-degan, mataku memandang sayu ke arah vaginaku yang sedang didesak oleh penis tukang perahu itu dan mulutku terkatup rapat seakan-akan menahan debaran jantungku.
"Gapapa say?” bisikku meminta ijin suamiku
Beny mengangguk dan mencium mesra bibirku "Enjoy aja say, ga usah malu, I always love you kok” lalu ia mengangguk ke arah Pak Asmar.
Pria itu pun tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang telah basah itu, biarpun kedua tanganku tetap mencoba menahan tekanan badannya.
“Jangan tegang gitu dong say..santai aja….biarkan masuk…and enjoy" bisik Beny dekat telingaku seperti menemani orang melahirkan saja.
Mungkin, entah karena tusukan penis Pak Asmar yang mendesak desak atau karena ukuran penisnya yang lumayan besar, aku tidak tahan untuk tidak merintih.
"aahh.. , ssshh ya pelan-pelan Pak… jangan kasar yaahh…. aahh.", rintihku lirih dengan wajah meringis menahan nyeri.
Pak Asmar mengakangkan kedua kakiku yang gemetar lebih lebar lagi. Kepala penisnya yang bersunat itu telah terbenam sebagian di dalam vaginaku, kedua bibir kemaluanku menjepit dengan erat kepala penis pria itu, sehingga belahan kemaluanku terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penisnya. Setiap pergerakan mili demi mili dari penis pria itu memberikan sensasi yang tidak tertahankan. Pak Asmar terus memompa penisnya didalam vaginaku, sementara itu suamiku mendekati vaginaku dan menggesek-gesekkan jarinya pada klitorisku agar aku lebih terangsang. Tubuhku menggeliat dan mulutku terus mendesah.
"Bagaimana say…lebih enak kan sekarang?” tanyanya sambil tangan satunya meraih payudara kiriku dan meremasnya lembut.
"Sshhhhh...iya sih, mulai agak enak say….eeemmhh…beneran nggak papa niiih say…aahhh….nanti kalo gua ketagihan gimana...aahhh" wajahku memerah dan mulutku makin menceracau tak karuan.
Aku memang sudah mulai menikmatinya, batang itu terasa sesak di vaginaku padahal baru keluar masuk sebagian saja. Pak Asmar menghentikan tekanan dan kocokan penisnya, sambil mulutnya mengguman,
"Sakit Bu?…Bapak kurang lembut. .., maaf yaa…nafsu banget sih, ini Bapak lembutin deh!"
"aagghh…, nggaak kok Pak…udah mulai enak…tapi…jangan terlalu dipaksakan. .., yaahh.masukkan pelan pelan lagi yaaa… agak dalam yaa...aahh” jawabku terpatah-patah sambil terus menggeliat-geliat dan merangkulkan kedua tangan ke punggungnya, sopan juga orang ini ternyata pikirku.
"Oke deh Bu, Bapak mau masukin lagi…ntar kalau sakit bilang aja", sahut Pak Asmar dan tanpa menunggu jawabanku.
Segera saja ia merojokkan penisnya ke dalam lubang vaginaku yang terhenti tadi, tetapi kali ini kocokannya dilakukannya dengan lebih cepat.
Secara lembut tapi pasti, penisnya menguak dan menerobos masuk ke dalam vaginaku. Aku semakin rileks dan enjoy ketika penis itu telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vaginaku, aku kini pasrah diperlakukan apapun olehnya dan kedua tanganku tidak lagi menahan badannya.
Suasana pantai dengan deburan ombak dan suara hembusan angin semilir membantu membuatku terhanyut dalam permainan, ditambah pula Beny yang mengulum lembut payudaraku. Pak Asmar menekan lebih dalam lagi sehingga aku meringis meringis menahan sakit bercampur nikmat, kedua pahaku menggeletar. Sodokan-sodokan penis pria itu terasa semakin bertenaga saja sampai tubuhku ikut terguncang-guncang hebat.
Beny mundur membiarkan Pak Asmar lebih leluasa menikmati tubuhku, ia nampaknya begitu menikmati menonton istrinya sendiri digumuli oleh pria tua ini. Ada kira-kira sepuluh menitan si tukang perahu menggarapku dalam posisi itu, aku merasakan vaginaku berdenyut semakin cepat yang pertanda sudah di ambang orgasme.
"Aduuh Pakk……..aahh….." aku pun melolong panjang sambil kedua tanganku mencengkeram pasir pantai dengan kuat dan tubuhku melengkung ke atas serta kedua kakiku melingkari pinggang pria itu menahan tekanan penisnya di dalam vaginaku. Pak Asmar mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vaginaku sejenak sambil bertanya lagi.
"Sakit…, yaa Bu? Tahan dikit yaa, Bapak goyang pelan pelan kok ..sebentar lagi bakal kerasa nikmatnya …dijamin deh …!", katanya di telingaku.
Dengan mata terpejam aku hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang.
"aagghh.. terush aja Pak, saya udah enak kok, ayoh!!", pintaku.
Kemudian Pak Asmar melumat bibirku dengan ganas, kami pun beradu lidah. Pinggulnya kembali bergerak dengan cepat naik turun menggenjoti vaginaku, sambil badannya mendekap tubuhku dalam pelukannya.
Semakin lama gerakannya semakin cepat, terkadang batangnya dikeluarkan dari vaginaku, kemudian dihunjamkannya lagi, sehingga aku dibuatnya melenguh dan merintih berkepanjangan.
Tak selang lama kemudian aku merasa akan keluar lagi, badanku bergetar dengan hebat dari mulutku keluar desahan panjang.
"Aaduuh… , oooohh…, keluar lagi Pak...aaahh...aaahhh...lebih dalem!!" kedua kakiku kembali melingkar dengan ketat pada pantat Pak Asmar
Dengan mata membeliak dan tubuh menghentak hentak aku kembali mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badanku akhirnya terkulai lemas dengan kedua kaki tetap melingkar pada pantat Pak Asmar. Dengan tersenyum mesum, pria itu terus melakukan goyangan goyangan memutar dengan lembut.
Biar sudah tua dan jelek ternyata Pak Asmar pandai juga memuaskan wanita, ia telah memberikan multi orgasme padaku dan juga tahu cara memperlakukan wanita pasca orgame, sungguh aku terbuai dibuatnya. Pak Asmar lalu melepaskan dirinya dan bergeser ke samping, dia memberi kesempatan kepada Beny untuk mendekatiku.
"Gimana say…enak ga? Masih sakiittt?” tanyanya mesra
"Dasar yah lu....terus terang yah…rasanya nikmat banget sayang…gua sampai multi orgasme tadi…” kataku sambil mencubit putingnya dan berbisik malu tapi dengan nada protes.
“eh…..sekarang pengen sama punya kamu ya say…, kasihan kan kamu belum keluar…" kataku menawarkan diri padanya.
Beny rupanya terangsang hebat melihat pemandangan istrinya sendiri digarap pria lain, dengan segera ia masukkan batang penisnya ke vaginaku yang sudah sangat basah itu.
"Aaghh", erangku dengan mata terpejam dan bibir digigit, wajahku memancarkan ekspresi kepuasan.
Beny pun menambah kecepatannya menyetubuhiku, penisnya keluar masuk diiringi suara kecipak karena vaginaku sudah sangat becek serta diiringi erangan dan desahanku setiap kali ia menyodokkan penisnya. Bisa kurasakan liang kemaluanku ini semakin licin oleh pelumas dari kewanitaanku.
"Ahh…, ahh", aku semakin keras berteriak, suaraku bersahutan dengan deburan ombak, memang tempat bercinta kali ini sungguh eksotis dan memberikan sensasi lebih.
“ayo say...terus, enakkk…, eeemm…, mm!".
Tubuh Beny nampak mengejang, aku tahu inilah reaksinya ketika orgasme, tak lama kemudian, ia pun menancapkan dalam-dalam penisnya di vaginaku dan diiringi leguhan panjang dari mulutnya.
"Uuhh…hh…aku keluar ya yaah",
"mm sshh…enaknya!!!" erangnya sambil kedua tangannya memeluk badanku dengan erat dan penisnya yang terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluanku menyemburkan spermanya.
Badannya tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme bersamaku, sementara cairan spermanya yang hangat masih terus memenuhi rongga vaginaku.
Di saat yang sama badanku juga bergetar dengan hebat dan kedua pahaku menjepit dengan kuat pinggulnya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutku. Sungguh luar biasa enak dan menggairahkan sekali persetubuhan ini. Kami berpelukan saling berciuman kecil menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi, aku sampai baru ingat kalau kami bukan cuma berdua, Pak Asmar sejak tadi duduk di atas batu karang menonton kami berdua sambil mengisap rokoknya.
Dengan cengengesan, pria itu kembali mendekati kami.
"Masih kuat gak Bu? Gimana kalo Bapak puaskin lagi?” tanyanya.
"Eeehhmm…gimana ya?" aku memandang bimbang pada suamiku, pengen sih tapi masih gengsi kalau terus terang mengaku gitu.
"Lho say...kalo masih pengen ya silakan aja, mumpung Pak Asmar masih ada" kata Beny.
" Tapi…tapi… mmm.. bolehlah Pak, kita coba lagi…” kataku
“Tapi kali ini agak cepat ya…kalo pelan-pelan kurang rasanya, dijamin asoy deh pokoknya" kata Pak Asmar.
Aku melirik pada Beny sambil menggigit bibir bawah, lalu pandanganku berpindah ke arah penis si tukang perahu yang sudah kembali berdiri tegak itu sambil tanganku merapikan handuk di bawahku yang sudah acak-acakan akibat pergumulan kami.
“Ayo Pak silakan dimulai aja!” Beny mempersilakan si tukang perahu itu menikmati tubuh istrinya.
Tanpa diminta lagi, pria itu pun mengambil posisi di antara kedua pahaku dan mulai mendekatkan penisnya ke vaginaku lagi.
“Udah siap Bu? Hehehe...” tanya Pak Asmar.
Aku hanya mengangguk, dalam hati kecilku aku juga ingin merasakan bagaimana bercinta dengan sedikit kasar, pasti ada sensasi tersendiri. Aku memandang Beny lagi dan ia hanya mengangguk padaku. Sementara di antara pahaku Pak Asmar telah memegang pinggangku dan mendorong masuk penisnya dalam dalam.
“Aaaahh!!” desahku merasakan hujaman benda tumpul itu
Gerakan pria itu terlihat mulai sangat kasar, berbeda dari babak sebelumnya yang lemah lembut. Tangan kasarnya meremas kedua payudaraku dengan brutal dan jari-jarinya memencet juga memelintir putingku, aku merasa seperti diperkosa saja layaknya. Batangnyanya benar benar dihunjamkan dengan hentakan hentakan kasar dan brutal, sperma Beny yang tertampung di vaginaku tadi sampai meleleh keluar dibuatnya.
Aku menoleh ke samping melihat bagaimana reaksi suamiku melihat istrinya sendiri setengah diperkosa begini, tetapi dilihat dari ekspresinya dan matanya yang tidak berkedip sepertinya dia malah menikmatinya sambil senyum-senyum padaku. Bahkan tangannya ikut meremas-remas payudaraku.
Luar biasa…
Ini sungguh menggairahkan, sebuah pengalaman seks baru yang sensasional dimana aku seorang istri bersetubuh dengan pria lain di depan suami sendiri dan si suami menikmatinya seperti tontonan, aku benar benar terangsang hebat memikirkannya
Beny lalu berkata padaku,
“Say, sekarang kita threesome ya” sambil mengarahkan batang penisnya ke mulutku untuk dioral.
Tanganku serta merta meraih penis itu, kumulai dengan menjilati lubang kencingnya yang membuatnya blingsatan aku menggerakkan mataku melihat reaksinya. Ternyata dia juga memperhatikanku yang sedang menjilat-jilat penisnya.
"Always amazing say, gua ga pernah bosen disepongin lu, uuuhh", kata Benny sambil tangannya mengelus rambutku yang terurai panjang.
Mendengar pujiannya itu, aku pun makin bersemangat, kami memang sering saling memuji ketika bercinta dan terus terang itu meningkatkan kualitas kehidupan seks kami. Aku ingin melihatnya benar-benar blingsatan, ingin mendengar rintihan nikmatnya yang luar biasa, juga ingin melihat bagaimana jika tubuhnya menggeliat-geliat dengan penuh gelinjang karena merasakan jilatan dan kuluman nikmat dari mulutku.
Kugenggam penisnya dan kumasukkan ke mulutku, lidahku langsung bekerja dipadu dengan bibirku yang menyedot-nyedot benda itu. Kami merubah posisi menjadi doggy style dengan Pak Asmar tetap di belakang dan aku mengoral penis Beny.
"Aduh say...kontol si bapak kayanya mentok di dalem nih, gila enak bangetthhh...ssshh", kataku lirih.
“Hehe...ayo hajar terus Pak, istri saya puas sama Bapak nih” sahut Beny
“Pasti Pak, istri Bapak seksi, bahenol gini gimana saya ga nafsu” kata Pak Asmar menggoyangkan pantatnya maju mundur membombardir vaginaku dari belakang.
Tanganku meremasi kain handuk dan satunya memegangi penis suamiku. Tangan Pak Asmar kini mencaplok kedua payudaraku dan tanpa menunggu lebih lama ia meremas-remas gunung kembarku dengan liar, putingku pun dibuatnya semakin mengeras oleh cubitan dan gesekan jarinya. Sepuluh menitan dalam posisi ini aku merasakan sudah mau klimaks lagi
“Mau keluar say...aaahhh...aahh” desahku
"Wah...pijatan memek istri Bapak mantep, kenceng banget" puji Pak Asmar.
Memang kalau klimaks vaginaku berkontraksi sangat cepat sehingga penis yang bersarang di vaginaku pun terpijat lebih kuat. Pak Asmar semakin bersemangat menggenjot vaginaku dan aku sendiri kembali mengoral penis Beny sambil dibantu mengocoknya dengan tangan. Tidak sampai tiga menit, aku pun meraih kepuasan, kenikmatan itu bukan main dahsyatnya.
Tubuhku sampai menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan menahan nikmat itu. Aku merintih dan mendesah sejadi-jadinya mumpung pantai ini sepi, paling hanya binatang-binatang sekitar sini yang mendengarnya.
Di kejauhan nampak beberapa kapal dan perahu lewat, aku tidak tahu apa mereka beruntung meneropong kemari melihat kami, aku tidak peduli, kalau iya anggaplah itu tontonan gratis mereka. Tugasku belum beres, kedua pria ini masih belum keluar dan terus mengerjai tubuhku.
Pak Asmar masih menghujam-hujamkan penisnya ke vaginaku, kadang dengan gerakan memutar sehingga aku menggelinjang nikmat dan aku mulai menggerakkan tanganku lagi mengocok pelan penis suamiku. Buah dadaku tetap menjadi bagian dari tangan Pak Asmar yang tak bosan-bosan meremas-remasnya.
Makin lama si tukang perahu itu semakin cepat dan semakin keras menghunjamkan penisnya ke vaginaku dan mulai mendengus-dengus. Aku benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, dengan cepat birahiku pun bangkit lagi, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan.
Pak Asmar mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantatku, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam vaginaku hingga menyentuh bagian terdalamnya. Sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam vaginaku, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vaginaku ikut berputar-putar mengebor liang vaginaku sampai ke sudut-sudutnya. Gerakannya bertambah cepat dan ganas memompaku hingga akhirnya....
"Oohh… Bapak ngecrot nih Bu!", dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak Pak Asmar kembali menekan habis pantatnya dalam-dalam sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluanku
Cairan hangat memenuhi vaginaku, kedua tangan pria itu mendekapku erat-erat.
"Sssh…, sshh…, hhmm…., hhmm!". Dari mulutku terdengar suara keluhan merasakan semprotan spermanya di kewanitaanku.
Beny nampaknya tidak keberatan pria ini ejakulasi di dalam vaginaku. Malah ia kelihatannya bernafsu menyaksikannya. Aku merasakan penisnya semakin berdenyut di mulutku dan tak lama kemudian creet.. creet.. cret, spermanya bercipratan di mulutku.
Beny menarik lepas penisnya dari mulutku dan sperma yang masih menetes dari lubang penisnya ia geser-geserkan ke bibirku. Kami bertiga lemas dan lunglai, Pak Asmar menindih tubuhku dan mengecupi pundakku sambil meresapi orgame yang telah kami raih.
Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, tukang perahu itu kemudian membalikkan tubuhku. Ternyata dia masih belum puas menggarapku, besar juga tenaganya padahal usianya sudah setengah abad lebih. Ia mengangkat kedua kakiku sampai vagina dan telapak kakiku menghadap langit lalu dengan setengah jongkok ia memegang penisnya dan menempelkannya ke bibir vaginaku.
"Uuuh.. uuhh.. uuhh", lenguhnya sambil menekankan kuat-kuat penisnya yang terbenam itu ke vaginaku.
Dan tiap kali Pak Asmar mengaduh aku pun ikut mengaduh,
"aah Pak...iya enak Pak."
Walaupun dengan nafas yang masih memburu Pak Asmar masih bersemangat menggenjot vaginaku. Vaginaku menjadi sangat lebar dan pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal pahaku. Kedua tangan pria itu memegang kedua betisku dan membantuku memompa penisnya secara teratur, setiap kali penisnya masuk, vaginaku ikut masuk ke dalam sebaliknya ketika penisnya keluar, vaginaku pun mengembang dan menjepit penisnya. Kami melakukan posisi ini cukup lama karena Pak Asmar menggenjotku dengan tempo lambat. Sementara aku mengerang dan berkelejotan di bawah sana.
Beny berbisik..
"Say, gimana? Enjoy ga akhirnya bisa threesome?"
"Ya, gua puas banget, awalnya tegang tapi ternyata asyik juga bisa digarap dua penis sekaligus. Seru gila!" sahutku.
Hanya sekitar sepuluh menit Pak Asmar menggenjotku dalam posisi demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.
"Gua mau keluar nih....ssshhh...ssshhh", kataku dengan terengah-engah
Akhirnya, "Aaarrcchh ..", aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya.
Tak lama kemudian, Pak Asmar memuntahkan spermanya juga di dadaku. Kubaluri cairan kental itu di dadaku hingga merata lalu kujilati yang menempel di jariku.
Itulah akhir pergumulan kami siang itu.
Terakhir diubah: