Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 094 – Antara Nafsu dan Cinta..!!

Chapter 3.1 – A.H.A. [3 Perempuan]

Suatu ketika
Dicky mendapat tugas dari kantornya untuk mengurus bisnis mereka ke Hongkong selama 2 minggu.
Seperti biasa.. Dicky memintaku menginap di rumah mereka menemani isterinya, Anna.

Dua hari menjelang kepulangan Dicky.. Henny datang bersama seorang temannya, Arie..
Seorang perempuan berdarah Madura-Ambon. Sekilas melihat gayanya, agak kelelakian.

Ia tidak cantik.. tetapi kulitnya yang hitam manis dengan sebaris kumis tipis di atas bibirnya.. membuat dirinya begitu seksi.
Saat melihat payudaranya dari luar, kutaksir lebih kecil daripada milik Anna dan Henny.

Semula aku tidak begitu tertarik pada Arie,, sebab kesannya agak kasar.
Tidak selembut Anna dan tidak semanja Henny.

Apalagi kalau bicara.. nadanya amat vulgar.
Tetapi saat kami bercakap-cakap berempat, terasa semakin enak ngobrol dengannya.

Setelah makan.. malam harinya kami memutar film blue berempat.
Anna mencari koleksi BF mereka dan memutar film lesbian.

Mula-mula dua orang lesbi saling bermesraan, halus, penuh romantisme..
Dan berakhir dengan jeritan kenikmatan dalam permainan 69 di antara mereka.

Setelah itu dua orang lesbian berciuman setelah saling menelanjangi satu sama lain dengan ganasnya..
Kemudian mereka menggunakan dua dildo memuaskan yang lain.

Lalu berakhir dengan memakai satu dildo panjang.. yang dimasukkan ke dalam vagina mereka berdua..
sambil keduanya berbaring terlentang berseberangan memaju-mundurkan tubuh mereka..
agar dildo tersebut masuk keluar vagina masing-masing.

Melihat adegan itu.. kulihat Anna merapatkan kedua belah pahanya sambil sesekali meleletkan lidahnya.
Henny menonton sambil merabai pahanya perlahan-lahan dan sesekali menekan-nekan pangkal pahanya.
Sedangkan Arie meraba-raba dadanya sendiri.

Aku melihat film tersebut sambil sesekali melirik ketiga perempuan di dekatku.
Adegan berikutnya adalah permainan panas antar tiga orang perempuan bule cantik.

Setelah ketiganya bertelanjang dan membentuk segitiga.. di mana yang satu mengelus, meraba dan mencium..
serta menjilati vagina yang lain.. sambil menikmati vaginanya diperlakukan demikian..
Tiba-tiba mereka didatangi seorang pria bule tinggi besar.

Melihat ketiga perempuan itu.. ia berdecak-decak dan mendekati satu per satu mereka..
merabai payudara dan menciumi bibir mereka satu per satu.

Sadar akan kehadiran pria tersebut.. yang ternyata adalah teman mereka.. ketiga perempuan itu bangkit..
Kemudian memaksa si pria duduk di sofa..
membukai baju dan celananya serta membagi tugas untuk mengerjai si pria itu.

Perempuan pertama mencium bibir dan leher si pria, yang kedua menjilati dada si pria.
Sedangkan yang ketiga dengan lembut menciumi penis si pria.

Kulirik Henny semakin mendesah dan mendekati tempatku duduk. Ia lalu duduk di sebelah kiriku.
Anna yang melihat Henny pindah.. mendekati Arie dan duduk di sebelahnya..
sambil tangan kanannya diletakkan di paha kiri Arie yang tangan kirinya memeluk bahu Anna.

Aku memeluk bahu Henny dan tangan kananku kuarahkan mengusap-usap pipi dan bibirnya.
Henny memejamkan mata menikmati elusan jari-jariku dan ketika tiba di permukaan bibirnya..
jari-jariku bergantian ia isap masuk ke dalam mulutnya.

Kubiarkan ia berlaku demikian.. sambil menurunkan tangan kiriku dari bahunya..
kemudian mengelus-elus ketiak kirinya dari belakang dan mencari celah masuk ke tepi payudara kirinya.

Henny mendesah. Kulihat Anna merebahkan kepala ke bahu Arie.
Arie mendekatkan pipinya hingga bersentuhan dengan pipi Anna..

Lalu perlahan-lahan ia labuhkan ciuman pada bibir Anna.
Anna membalas dengan mesra sambil merintih perlahan.
Tayangan film tidak lagi menjadi pusat perhatian kami..

Tetapi sempat kulirik bagaimana si pria bule tadi mulai menancapkan penis pada vagina..
perempuan yang menjilati penisnya sambil mencium vagina perempuan lain yang berdiri di depannya..
Sementara tangan kanannya merabai vagina perempuan ketiga. Rintihan mereka semakin meninggi.

Henny semakin mengerang ketika jari-jariku masuk ke dalam cup BH-nya dan mencari putingnya.
Jari-jarinya mengarah ke celana panjangku.. lalu membuka ikat pinggang dan ritsleting dengan cepatnya.

Kugerakkan pinggang dan pinggulku hingga celana panjang dan celana dalamku turun ke lantai.
Kaos yang kupakai kubuka sambil membuka baju atas Henny.. lantas meraba ikatan BH-nya di belakang.

Kulepaskan baju dan BH-nya. Kini terpampanglah payudaranya yang indah di hadapanku.
Arie kulirik tengah melakukan aksi serupa denganku.. membuka gaun Anna..
yang ternyata tidak mengenakan BH dan celana dalam di baliknya.. hingga Anna sudah langsung telanjang bulat.

Dengan bertelanjang Anna duduk di pangkuan Arie.. menghadap ke arahnya dan terus berciuman..
sambil kedua tangannya memeluk leher Arie.

Arie menciumi bibir, wajah dan leher Anna yang semakin menggeliat-geliat di pangkuan Arie.
Jari-jari Anna mulai bekerja membukai kancing baju Arie.

Kuarahkan wajahku ke leher dan dada Henny yang terbuka. Ia mendesah dan rebah di sofa panjang.
Kuarahkan ciuman pada kedua payudaranya, mengulum putingnya bergantian sambil sesekali melakukan sedotan maut.

Setelah puas.. kujilati perutnya yang putih hingga turun ke pusar dan pangkal pahanya.
Kulihat tidak ada lagi bulu-bulu halus di situ.. agaknya ia baru cukur.

Lidahku turun ke sela-sela pahanya, mengait-ngait daerah seputar labianya..
Lalu turun ke dekat anusnya yang harum. Henny mengerang sambil meremas-remas rambutku.
“Gus, ahhhh.. sshhhhh.. yaaahhh terussss sayang.. aaahhh..”

Kujilati permukaan anusnya..
Hingga ia menggeliat dan mengangkat pinggulnya agak tinggi karena rasa geli bercampur nikmat.

Arie sedang menciumi payudara Anna dan mengulum putingnya dengan berbagai irama.
Kulihat terkadang ia melakukan ciuman lembut.. tetapi tak lama kemudian sedotan ganas dan cepat..
hingga Anna merintih-rintih.. “Riiiii.. ooookkkhhh jangan siksa aku dong sayangggg.. Akkhhhh nikmat..!!
Yaaa, gitu..!! Terussss..terus.. Oooohhhhhh..!!”

Kulihat klitoris Henny yang semakin tegang.
Pinggulnya ia angkat-angkat seakan-akan memintaku segera memesrai vaginanya.

Kuarahkan lidahku pada klitorisnya dan melakukan jilatan-jilatan tanpa menyentuh vaginanya. Ia mengerang.
Puas memperlakukannya demikian.. kuarahkan lidahku ke sela-sela labianya..
lantas mulai melakukan usapan-usapan lidah dengan lembut. “Ooooooohhhhh..” desisnya panjang.

Kini lidahku bermain bersamaan dengan bibirku mencium dan menjilat..
bahkan menyedot klitoris dan labianya.. lalu lidahku menerobos liang vaginanya membuat pantatnya kembali terangkat.

Di sofa sebelah.. kulihat Arie masih menyedot payudara Anna.. sambil membuka bajunya sendiri.
Kuamati payudaranya yang kecil.. tetapi indah. Putingnya tampak menonjol di atas bongkahan payudara mungilnya.

Arie menarik tangan Anna rebah di karpet.
Setelah membaringkan Anna.. ia tempatkan tubuhnya di atas Anna dalam posisi terbalik.

Kini mereka melakukan style 69. Kulihat lidah Arie dengan cepatnya bergerak liar di vagina Anna.
Dan ketika melakukan isapan pada labia Anna, desahan Anna berubah menjadi jeritan-jeritan kecil.

Henny yang sudah tak kuasa menahan nafsunya kemudian membuka pahanya lebar-lebar..
kemudian menarik pinggulku agar mengarahkan penisku ke dalam vaginanya.

Aku yang masih ingin bermain lebih lama.. tidak serta-merta mengikuti kemauannya.
Setelah kuarahkan kepala penisku ke permukaan vaginanya.. kupegang penisku pada pangkalnya..
lalu kugesek-gesekkan pada labianya.

Mula-mula perlahan-lahan.. tetapi kemudian semakin cepat. Clebb..!!
Kumasukkan hingga sebatas leher penisku ke dalam vaginanya.
Meskipun tau ia sudah ingin lebih daripada itu. Henny merintih-rintih.

Kuteruskan gerakanku sambil sebelah tangan merabai payudaranya yang sintal.
Rintihan kenikmatan tak lama kemudian keluar dari mulut Henny.

“Ahhhh.. Gus.. kamu jahat, aku sudah keluar nich.. Oooouukkkhhhhhhh..!!”
Setelah itu ia terkulai lemas sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Kuperhatikan Anna yang ada di bawah Arie. Kudekati mereka berdua.
Tangan mereka kutarik dan kuajak ke kamar tidur.. seorang di sebelah kiriku dan yang lain di sebelah kananku.
Sedangkan Henny mengikuti di belakang kami setelah mematikan film tadi.

Anna kurebahkan di atas ranjang dalam posisi terlentang. Kutarik kedua paha Anna semakin melebar..
Kemudian menaruhnya ke pundakku.. sedangkan Arie kembali menempatkan diri di atas Anna melanjutkan aksinya.

Arie menarik penisku semakin mendekati vagina Anna..
seraya menciumi penisku yang masih lengket oleh cairan vagina Henny.

Ia kulum kepala penisku.. dan beberapakali memasukkan penisku ke dalam mulutnya hingga melesak ke tenggorokannya.
Setelah mengelus-elus kedua labia Anna dengan kepala penis, kudesakkan penisku memasuki liang vagina Anna.

Anna merintih semakin kuat, apalagi saat Arie meneruskan aksinya menjilati klitorisnya.
Arie pun kudengar mendesah, mungkin karena diserang habis-habisan..
Anna semakin ganas menjilati vagina Arie.

Henny yang sudah melepaskan lelah melihat aksi kami bertiga, lalu mendekati Anna.
Diciuminya bibir Anna, lehernya dan kemudian berhenti di payudara Anna sambil jari-jarinya bermain pada vagina Arie..
yang terus dilumat oleh Anna.

Desahan Anna dan Arie bercampur dengan eranganku menuju puncak kenikmatan.
Gerakanku semakin cepat dalam vagina Anna.
Niatku tidak menyemprotkan sperma di vaginanya.. sebab ingin merasakan vagina Arie.

Begitu kurasakan vaginanya semakin kuat mengunci penisku.. Slepp..! Kutarik penisku dan kuganti dengan jari-jariku.
Walaupun ia sempat protes, tetapi tak kuasa melawan.

Sebab lidah Arie yang masih menindih tubuhnya dari atas dan aksi Henny pada payudaranya..
membuatnya tak bisa melepaskan diri dari himpitan kami.

Jari telunjuk dan tengah tangan kanan kumasukkan masuk keluar vagina Anna..
sampai kurasakan denyutannya semakin menguat.. lalu dengan suatu jeritan panjang, Anna mencapai orgasme.

Puas melihat dua perempuan sudah mencapai orgasme.. kudekati belakang Arie yang masih menjilati cairan Anna.
Kuusap-usap pantatnya dan kugelitik vaginanya yang masih diciumi oleh Anna dari bawah.

Penisku kumasukkan tanpa kesulitan yang berarti. Jepitan vaginanya terasa begitu nikmat.
Basahnya vaginanya membuat penisku masuk keluar dengan mudah.

Erangannya semakin kuat diserang vaginanya dari bawah oleh Anna..
Sedangkan dari atas penisku merojok masuk dengan doggy style.

Henny yang semula mengerjai payudara Anna.. kini mencari mangsa baru.
Ia rebah di samping tubuh Anna searah dengan Arie yang ada di atas mereka..
lalu meremas-remas payudara Arie yang kecil sambil menciumi putingnya dengan sedotan-sedotan ganas.

Merasakan serangan dari tiga jurusan, Arie tak mampu bertahan. Aku pun merasakan hal yang sama.
“Gus, aku mau dapet niccchhhhh..” desisnya.
“Ya sayang.. aku juga. Bareng ya say..!?" Geramku sambil mempercepat ayunan pantat menghantam pantatnya.

Jlegh.!! Penisku masuk amblas sedalam-dalamnya.. erghh.. kurasakan denyutan vaginanya beberapakali..
sebelum menyemburkan cairan hangat pada penisku. Kurebahkan tubuhku di atas punggung Arie.

Anna menggeser tubuhnya ke samping dan berpelukan dengan Henny.
Kemudian kami berempat berbaring terlentang dalam keadaan telanjang..
sambil menenangkan diri setelah perjalanan menuju puncak kenikmatan.
------ooOoo------

Sekitar 15 menit berselang.. Arie bangun dari ranjang dan membuka laci tempat Anna menyimpan penis buatan.
Diambilnya dildo berwarna merah jambu yang bertali.. diikat di pinggangnya..

Hingga ia terlihat seperti seorang pria dengan dua payudara mungil..
Tak lama kemudian ia mendekati Henny yang masih berbaring sambil memejamkan mata.

Sambil mengusap-usap vagina Henny.. tangannya membuka kedua paha Henny melebar.
Henny membuka mata dan tersenyum melihat Arie. Sesaat Arie menciumi vagina Henny.

Dan tak lama kemudian.. blessep.. ia memasukkan dildo yang dikenakannya ke dalam vagina Henny.
"Oughhhh..!!" Henny merintih dan memeluk kuat-kuat punggung Arie.

Desisan Henny semakin kuat memenuhi isi kamar tidur itu.
Kulihat Anna memperhatikan mereka dengan mata setengah terpejam sambil meraba-raba payudaranya sendiri.

Sekitar 10 menit bertempur.. Henny kembali mencapai orgasme. Kedua pinggangnya menjepit pinggul Arie..
Sementara kedua tangannya memeluk leher Arie sambil menikmati hujaman dildo Arie disertai sedotan Arie pada payudaranya.

Arie mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Henny dan kini ia mendekati Anna. Anna berusaha mencegah..
“Riii, ntar dulu, masih lemes nihhhh ..” Arie tidak menggubris penolakan Anna.

Ia balikkan tubuh Anna hingga tengkurap dan membuka kedua belah paha Anna hingga terpentang lebar..
Lalu dildo yang masih dilelehi cairan vagina Henny, ia desakkan masuk ke dalam vagina Anna.
“Aaaahhhh.!! Sakit Riiiii.. pelan-pelan sayang.. oooohhh..” desis Anna.

Arie menarik dildo tersebut dan menambah pelumas dengan air ludahnya. Dildo kembali ia masukkan ke vagina Anna.
Anna menggeliat nikmat.. apalagi ketika Arie semakin cepat memasuk-keluarkan dildo tersebut masuk keluar vaginanya.

Aku yang berada di sebelah Anna, memandangi ulah mereka sambil merabai tubuh Anna dan mencari-cari payudaranya.
Demi memberi peluang bagi jari-jariku, Anna agak mengangkat tubuh bagian atasnya..
Hingga tanganku bisa merabai payudaranya. Kedua tangan Anna diletakkan menyiku pada ranjang.

Sambil terus meremas-remas payudaranya, kuciumi bibirnya dan kuisap lidahnya. Anna mengerang dan merintih.
Lama-kelamaan rintihan Anna berganti menjadi jeritan seperti biasanya jika ia akan mencapai orgasme.
Kuisap puting payudaranya sambil terus meremas-remas.

Henny yang melihat kami bertiga.. kembali terangsang.
Ia dekati tubuhku yang terlentang di dekat Anna dan menciumi penisku kembali.

Gerakan Arie semakin kencang dan membuat Anna kembali menjerit penuh kenikmatan..
“Ooooooukkkkhhh Riiiii, aku dapet sayangggg..”

Arie tersenyum penuh arti kepadaku sambil menghentakkan dildo yang dipakainya sekuat-kuatnya ke vagina Anna.
Tubuh Anna kemudian rebah tengkurap. Arie bangkit mendekatiku dan menciumi bibirku..

“Agus sayang, kamu mau memenuhi nggak..? Aku mau kamu turuti keinginanku. Pokoknya kamu pasti nikmat deh..!” katanya.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.

Arie kemudian turun dari ranjang dan mengambil kain hitam dari laci tempat dildo simpanan Anna.
Kedua mataku ditutupnya dengan kain tersebut. Aku berbaring penasaran menunggu tindakan selanjutnya.

Kurasakan kedua tangan dan kedua kakiku dipentang lebar-lebar oleh tangan Henny dan Anna.
Lalu kurasakan tali temali mengikat satu-per satu tangan dan kakiku yang terpentang tadi.
Kini aku sama sekali tidak dapat menggerakkan tangan dan kakiku, sebab dipentang ke empat jurusan.

Kemudian kurasakan hembusan napas di leherku dan dadaku. Tak lama, kain hitam penutup mataku dibuka..
Dan kulihat Arie mengangkang di atas dadaku. Ia gesek-gesekkan pangkal pahanya pada dadaku.

Kurasakan dadaku basah akibat cairan vaginanya. Henny berlutut di sebelah kiri kepalaku dan menciumi bibirku..
Sedang Anna di dekat pahaku mengelus-elus pangkal pahaku.

Dengan kondisi terpentang dikeroyok tiga orang perempuan..
tanpa dapat menggerakkan tubuh sama sekali, mereka berhasil memperdaya aku.

Arie berlutut di sebelah kananku dan menciumi leher, dada dan perutku hingga aku kegelian.
Henny terus memagut bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku.

Kuisap kuat-kuat lidahnya dan membalas ciumannya. Anna mulai mendaratkan ciumannya pada lututku..
Kemudian naik perlahan-lahan ke pahaku dan berhenti pada sela-sela pahaku.

Di situ lidahnya bermain mengelus-elus pangkal pahaku tanpa sedikit pun menyentuh testis maupun pangkal penisku.
Gerakan tubuhku meronta-ronta tidak ada artinya dalam kekuasaan mereka.
Eranganku tak dapat membuat mereka menghentikan siksaan.

Lidah Arie bermain pada putingku, sesekali menjilat, lain kali mengisap dan menggigit.
Sekujur perutku tak luput dari jilatan lidahnya hingga kurasakan dada dan perutku basah oleh air ludahnya.

Tangan Arie lalu menjambak rambut Henny dan menarik kepalanya untuk menggantikan dirinya menciumi dada dan perutku.
Ia turun dari atas ranjang dan kembali mencari dildo dari laci di dekat ranjang.

Kuamati bagaimana ia menimang-nimang beberapa dildo dan kemudian memilih yang agak kecil, berwarna hitam.
Lalu memasangnya dengan mengikat talinya pada pinggangnya.. kemudian ia mengambil sebotol kecil cairan..
Lalu meneteskan beberapa tetes ke dildo yang ia kenakan dan naik kembali ke atas ranjang.

Lidah Henny terus menjilati perut dan kini turun ke pahaku.
Sementara jilatan Anna tidak lagi hanya pada pangkal pahaku, tetapi melumat kepala penis dan testisku.

Sesekali ia memasukkan seluruh penisku hingga pangkal penis dan ujungnya masuk mendesak tenggorokannya.
Henny menarik belakang kepala Anna dan berciuman.

Lama mereka berciuman, lalu keduanya sama-sama mencium dan menjilati penisku.
Aku merasa geli dan nikmat atas perlakuan keduanya.

Kadang-kadang yang satu menjilati penisku sedangkan yang lain memasukkan testisku ke dalam mulutnya, demikian bergantian.

Arie berjongkok di sela-sela pahaku yang terpentang lebar.
Dia mendekatkan penis buatan yang ada di depan pahanya ke arah analku.

“Ah, jangan Riii, ntar nggak muat, sayang..!” Protesku.

CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 094 – Antara Nafsu dan Cinta..!!

Chapter 3.2 – Teranalkan..!!

“Kata siapa nggak muat..?
Penismu aja kudengar sudah beberapakali masuk anal Henny dan Anna.
Masa’ yang lebih kecil dari penismu tak bisa masuk analmu sendiri..?”
Katanya sambil menggesek-gesekkan kepala dildo tersebut pada lubang anusku.

Aku hanya mampu mendesah ketika kepala dildo itu mulai ia gerak-gerakkan di lubang analku.
Apalagi ketika dildonya semakin masuk berkat pelumas yang ia oleskan pada dildo tersebut.
Dan kini telah sebatas lehernya bergerak masuk keluar analku.

Pelan-pelan rasa hangat bercampur nikmat memenuhi kepalaku. Sementara penisku bergantian dilumat oleh Henny dan Anna.
Makin lama dildo yang dipakai Arie masuk makin dalam ke analku. Aku merasakan suatu kenikmatan tersendiri.

Terlebih setelah kulihat Anna mengangkang di atas perutku dan menempatkan vaginanya tepat di atas penisku.
Kemudian ia menurunkan tubuhnya hingga penisku melesak masuk merambah ke dalam vaginanya.
Aku semakin dikuasai oleh nafsu dikerjai oleh Anna dan Arie.

Henny melihat ulah Anna dan merabai payudara Anna sambil terus menciumi dadaku dan bibirku.
Lalu Anna mengangkat vaginanya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya.

Slepp.. slebb.. clebb..! Beberapakali mencoba.. akhirnya penisku dapat menerobos liang analnya.
“Addduuhhhh.. aaakkkhh.. nikmattttnyaaa..” desis Anna sambil mempercepat ayunan pinggulnya naik turun di atasku.
Tekanan penisku pada analnya ditambah dengan kenikmatan tekanan dildo Arie pada analku membuatku mengerang-erang nikmat.

Kira-kira lima menit Anna memasuk-keluarkan penisku ke dalam analnya..
kembali ia memindahkan penisku ke dalam vaginanya dan bergerak naik turun di atas perutku semakin cepat.

Karena berada di atas tubuhku, beberapa saat kemudian Anna menjerit karena telah mencapai orgasme.
“Guuussss.. aaauukhhhh.. oooohhhh.. aku dapat sayang..!!”
Tubuhnya beringsut rebah di sampingku dan digantikan oleh Henny yang keranjingan melihat penisku yang masih tegang.

Henny mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya, tetapi tidak berhasil.
Ia lumuri penisku dengan ludahnya lalu kembali memasukkan penisku. kini perlahan-lahan penisku masuk ke dalam analnya.
Anehnya aku belum orgasme diperlakukan ketiga perempuan itu.

Puas mengerjai penisku dengan analnya beberapa saat.. Henny menarik tubuhnya dan memegang penisku..
serta memasukkannya ke dalam vaginanya. Ia bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan;
Terkadang ia melakukan gerakan memutar di atas perutku hingga gesekan liang vaginanya begitu hebat memilin penisku.

Henny merintih dan beberapa saat kulihat matanya membeliak dan gerakannya semakin tak beraturan.
Kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan memilin putingnya.

Anna hanya memandangi kami sambil berbaring. Arie semakin mempercepat gerakannya maju mundur..
sambil menarik kedua pahaku tepat di atas kedua pahanya.

Gerakan Arie semakin hebat.. hingga kurasakan tak lama lagi akan orgasme. Kuangkat pinggulku agak naik.
Dengan suatu sentakan tajam, Arie menghujamkan dildonya dibarengi dengan gerakan tubuh Henny naik turun di atas penisku..
hingga akupun menjerit karena merasakan orgasme ganda baik pada anal maupun penisku.

Dengan cepat Henny berdiri dan sebelum penisku memuntahkan pelurunya.. slruppp.. ia sudah mengulum penisku dengan kuat.
Dan isapannya membuat penisku melontarkan sperma sangat banyak ke dalam mulutnya.

Anna yang melihat hal itu, tak mau ketinggalan.. cepat ia berlutut di sampingku..
turut pula menjilati penisku dan sisa-sisa spermaku pada mulut Henny sambil sesekali berciuman dengannya di atas penisku.

Arie berdiam diri membiarkan dildonya masih tertancap di analku yang berdenyut-denyut menjepit dildonya.
Aku terkulai lemas diikuti oleh Anna dan Henny di sebelah kiri dan kananku.
Tak lama kemudian.. Arie berbaring di dekat kami setelah melepaskan dildo yang ia pakai dan menciumi bibirku.

Anna dan Henny kulihat berpelukan sambil berciuman. Lalu ketiga perempuan itu berpelukan sambil berciuman..
Dan memainkan lidah mereka sebelum rebah berbaring di dekatku. Kami tertidur beberapa saat.
------ooOoo------

Lewat tengah malam. Aku terbangun waktu merasakan elusan jari-jari Arie pada wajahku.
Ia berbisik di telingaku sambil lidahnya bermain membelai daun telingaku.. jari-jarinya mengusap dada dan perutku yang telanjang.

“Agus sayang, kamu mau membantuku memuaskan kedua teman kita ini..?”
“Maksudmu gimana Ri..?” tanyaku.

“Ntar kusetubuhi mereka bergantian, tapi kamu pake doggy style kerjai aku. Gimana, mau kan, sayang..?”
Tanyanya sambil lidahnya ia julurkan membelai-belai bibirku.

“Baik tuan putri.. hamba siap menjalankan titah tuan putri..!” Candaku sambil mengisap lidahnya kuat-kuat.
“Duuhhh.. pelan-pelan Gus, bisa putus lidahku..!” Jeritnya sambil melepaskan lidahnya dari jepitan bibirku.

Kedua teman Arie masih lelap dalam mimpinya. Arie perlahan-lahan mendekati Anna dan merabai betis dan paha Anna.
Anna masih memicingkan mata. Semakin lama jari-jari Arie naik hingga pangkal paha Anna.

Sementara aku mendekati kepala Anna dan menciumi wajahnya.
Kucoba mengembuskan nafas beberapakali di wajah Anna, tetapi matanya tetap terpejam.

Kuarahkan bibirku pada bibir Anna dan menciumnya lembut.. lalu lidahku kujulurkan memasuki rongga mulutnya.
Anna entah sadar atau tidak.. membuka sedikit rongga mulutnya..
memberi ruang bagi lidahku memasuki mulutnya.. dan mengait-ngait langit-langit mulutnya.

Beberapa saat kemudian.. kuamati kelopak mata Anna membuka dan senyumnya merekah melihatku menciuminya.
Ia membalas pilinan lidahku dan menjulurkan lidahnya untuk kuisap.
Lama kami berpagutan memainkan bibir dan lidah kami.

Sementara jari-jari Arie kuperhatikan sekilas.. mulai bermain di sela-sela pangkal paha Anna.
Desahan Anna terdengar ketika klitorisnya kembali dielus-elus oleh Arie.

Apalagi sewaktu kuremas-remas payudaranya dan menekan-nekan lembut puting payudara Anna..
sedangkan Arie membungkuk dan menciumi vagina dan klitorisnya.. Anna semakin kuat mengisap lidahku.
“Ahhh, kalian berdua nakal, orang tidur digangguin..” rintihnya sambil mendesis seperti orang makan cabe.

Entah kapan Arie memakai kembali dildonya.. kulihat ia mulai mengulas-ulas permukaan vagina Anna dengan kepala dildonya.
Anna semakin menaikkan volume rintihannya. Kulirik ke arah Henny. Ia masih tertidur, tak terganggu oleh perbuatan kami bertiga.

Arie menarik kedua paha Anna mendekati tubuhnya.. sehingga hal itu membuat vagina Anna semakin mendekati dildonya.
Kulihat dildo tersebut mulai masuk hingga batas lehernya ke dalam vagina Anna.

Anna menggeliat-geliatkan pinggul dan menurunkan tubuhnya.. agar vaginanya semakin dalam dimasuki dildo Arie.
Arie memajukan tubuhnya sambil meletakkan kedua paha Anna menjepit pinggulnya.

Anna mendapatkan sambutan mesra demikian.. menjepit pinggul Arie semakin kuat.
Terlebih setelah payudara dan putingnya kuciumi dan kuisap.

Geliat tubuhnya semakin tak menentu bagaikan cacing kepanasan.
Desahnya berubah menjadi rintihan.. dan sesekali jeritan lirih keluar dari bibirnya.

Kuisap putingnya secara bergantian sambil meremas-remas kedua payudaranya yang sekal.
Arie semakin mempercepat ayunan pinggulnya, hingga membuat Anna terpekik-pekik.
“Akkhhh..!! Ooohhhh.. adddduuhhh..!!! Yaaahhh.. terusss Riiii.. yaaa.. gitu sayang..!!”

Arie kulihat melakukan gerakan maju mundur.. sambil memasuk-keluarkan dildo ke dalam vagina Anna.
Mata Arie agak terpejam dan bibirnya digigitnya. Melihat hal itu, aku beringsut-ingsut ke belakang tubuh Arie.

Kucondongkan tubuhnya hingga agak rebah di atas tubuh Anna.
Anna yang merasakan tubuh Arie kini tepat di atas tubuhnya segera menyambut dengan menyambar bibir Arie.

Mereka berciuman dengan ganasnya. Kedua tangan Arie bertumpu pada kasur..
Sedangkan kedua tangan Anna yang bebas meremas-remas kedua payudara Arie..
Hingga kini Arie turut mendesah bercampur desahan Anna.

Kuelus-elus pantat Arie dan kuraba ke arah depan.. mencari klitorisnya dari belakang.
Kurasakan kelembaban telah terjadi di vagina dan klitorisnya.

Tanpa menunggu lagi.. kuarahkan penisku dari belakang ke vagina Arie.
Dasar sudah basah, vagina tersebut tanpa kesulitan telah dimasuki penisku dengan mudahnya.

Arie merintih.. “Ooookkhhh.. aaahhh.. terus Guuusss.. yahhh.. ayoo sayang..” Jlebb.. Jleghh..!!
Kupegangi kedua bongkahan pantat Arie sambil menghujamkan penisku sedalam-dalamnya..
Hingga kepalanya terdongak.. “Akkkhhhh.. nikmatnya.. !” rintihnya dengan suara lirih.

Anna semakin kuat merintih pertanda tak lama lagi ia akan mendaki puncak kenikmatan kembali.
Arie mempercepat gerakannya demi melihat reaksi Anna yang semakin menghebat.

Anna tidak hanya meremas payudara Arie.. tetapi kini menciumi dan menyedot putingnya.
Beberapakali Arie memundur-majukan pantatnya agak lambat.. tetapi tekanannya semakin dalam..
memasuki vagina Anna.

Kemudian dengan suatu hentakan kuat.. ia masukkan dildonya sedalam-dalamnya..
Hingga Anna memekik hebat sambil menjepit pinggul Arie dengan kedua pahanya.
“Aahhhhh.. sshshhhhh.. oooouggghhh.. aaaakkkkkhhhhhh..!!”

Arie masih terus menghujamkan dildonya beberapakali hingga kembali Anna menjerit..
“Riii.. udah sayang.. aku udah dapett.. ooougghhh.. ngilu nich..!”

Arie mencabut dildonya.. sehingga gerakannya membuatku terdorong ke belakang.
“Ntar Gus.. kita cari sasaran berikutnya..” katanya sambil bergerak mengarah ke tubuh Henny yang sudah membuka mata.

Dengan suatu gerakan cepat.. Arie menarik kedua kaki Henny dan membalikkan tubuh Henny hingga menelungkup.
Henny sempat protes.. “Gue mau diapain nich..? Sabar dong Ri, pelan-pelan..”

Arie membentangkan kedua belah paha Henny.. hingga membuka lebar dengan posisi menelungkup.
Lalu Arie menundukkan kepala menciumi pantat Henny. Lidahnya turut bekerja mencari lubang anal Henny.

Kuperhatikan mereka berdua sambil mengurut-urut penisku yang melembek kembali..
setelah bertugas menusuk vagina Arie tadi. Anna kulihat terbaring dengan mata setengah terpicing.

Aku tau ia tidak tidur.. tetapi memperhatikan kami bertiga.. menantikan aksi kami berikutnya.
Beberapakali Arie menorehkan air ludah dari mulutnya ke vagina Henny.. yang kupikir belum begitu basah.
Aku tau Arie sudah tidak sabaran ingin segera menusuk vagina Henny.. sebab ia sendiri belum orgasme.

Aku mendekati mereka dan menciumi pundak dan bibir Henny..
serta meremas-remas payudaranya yang tertekan oleh tubuhnya.. membuatnya mendesah dan merintih.
Arie tersenyum melihat aksiku membantunya menghantar temannya ke gerbang kenikmatan.

Tak lama kemudian Arie meminta Anna menggeser tubuhnya agak ke samping..
dan membaringkan tubuhnya terlentang di samping Henny. Hingga Arie berada tepat di sebelah kiri Henny.
Lalu ia menarik lengan Henny sedemikian rupa hingga tubuh Henny tertarik ke arahnya dan menimpa dirinya.

Kini Arie dalam posisi terlentang tepat ditindih oleh tubuh Henny yang menelungkup di atasnya.
Tangan Arie meraba dildo yang ia kenakan dan digerakkannya mendekati vagina Henny.

Henny yang sudah semakin terangsang tidak menolak..
lalu membantu gerakan Arie dengan semakin mendekatkan vaginanya.. hingga tepat berada di depan dildo Arie.

Pelan-pelan dildo tersebut masuk ke dalam vagina Henny.. membuat Henny mendesah.
“Ahhh.. oooohhhh.. ssshhhhh.. enak Riiii.. terusin sayang..”

Arie memberi tanda kepadaku agar menuju ke belakang tubuh Henny. Aku paham maksudnya..
Segera aku menggeser tubuhku.. menempatkan diri persis di belakang Henny.

Kedua lututku bertumpu tepat mengangkangi kedua paha Henny yang menjepit kedua paha Arie..
Lalu dengan telapak tanganku kutadahkan air ludahku yang kuusap-usapkan pada penisku hingga basah..

Sedikit air ludah kutaruh pada lubang anal Henny..
sambil mengelus-elusnya membuat geliat Henny semakin tak menentu diiringi rintihannya.

Kepala penis kuarahkan pada liang analnya. Beberapakali tusukan sempat gagal..
Tetapi kemudian penisku mulai memasuki analnya disertai desahan nikmat dari bibir Henny..
“Pelan-pelan Guuuussss, sakittt sayang..”

Plop..! Kucabut sebentar penisku.. lalu kuberi air ludah lagi..
kemudian kembali kutusuk analnya perlahan-lahan sambil menggumam.. “Masih sakit sayang..?”
“Sshhhh.. aaakkhh.. yaaahhh.. sekarang udah enak say..” rintihnya. “Ahhh kalian berdua nakal..”

Kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku dengan leluasa masuk keluar anal Henny.
Mulut Henny sesekali bertemu dengan mulut Arie. Mereka berciuman dengan panas.

Tangan Arie sesekali memeluk punggung Henny.
Kedua tangan Henny merabai tubuh Arie mulai dari pundak hingga pinggulnya.
Aku memegangi kedua bongkah pantat Henny sambil melakukan tusukan demi tusukan.

Diserang demikian rupa dari dua arah.. membuat Henny tidak mampu bertahan lama.
Dengan suatu erangan dahsyat ia mencapai orgasme.. “Ouuuggghhh.. aaaakkkkhhh..!!”

Melihat ia akan mencapai orgasme.. penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke anal Henny..
Sedangkan Arie kulihat agak mengangkat pinggulnya agar dildonya masuk lebih dalam ke vagina Henny.

Anna yang melihat rekannya mencapai orgasme.. langsung bangkit dan mencium bibir Henny..
sementara kedua payudara Henny habis dilumat oleh Arie secara bergantian.

Arie yang belum mencapai orgasme segera kuciumi bibirnya..
sambil menolakkan tubuh Henny agar turun dari atas tubuh Arie.
Kedua pahanya kuangkat kemudian kutaruh kedua kakinya bertumpu pada pundakku.

Lalu penisku kutempatkan pada vaginanya.. setelah membukai pengikat dildo pada pinggangnya.
Slebb.. blesskk..!! Bulu-bulu vaginanya yang agak lebat..
tidak menjadi penghalang ketika penisku memasuki liang kenikmatannya.

“Ahhhhh, enakkkk Gussss.. gila kamu.. bisa mati aku.. penismu luar biasa kuatnya..!”
Desahnya sambil menggelinjang-gelinjang.

Aku hanya tersenyum sambil memegangi kedua belah pahanya.. memperkuat hujaman penisku pada liang vaginanya.
Sesekali jari-jariku kuarahkan mencari klitorisnya.. memberikan gesekan-gesekan mesra.

Ia semakin kuat meracau.. “Guuussss.. enakkkkkk gilaaaaa.. Adddduhhh Mama, beta bisa mati..?”
Rintihnya dengan dialek Ambon.
Dasar tenaganya pun cukup kuat.. secara tiba-tiba ia menolakkan tubuhku hingga kini ia berada di atasku.

Dengan posisi di atasku.. ia menaik-turunkan tubuhnya bak penunggang kuda sedang memacu kudanya.
Henny dan Anna menatap kami berdua sambil tersenyum dan saling berciuman.

Lalu dildo yang tadi dipakai Arie, diambil oleh Henny dan kini ia arahkan pada anal Arie.
“Sekarang terimalah pembalasanku..” bisik Henny sambil memasukkan dildo tersebut.

Arie tidak bisa mengelak dari pembalasan temannya.. bahkan semakin memperkuat goyangan tubuhnya.
Sekali-sekali ia menggoyangkan tubuhnya ke kanan kiri.. hingga penisku serasa dibetot di dalam vaginanya.
Lain kali ia gerakkan tubuhnya naik turun atau maju mundur.. sehingga kurasakan sensasi luar biasa pada penisku.

“Kita kerjai mereka berdua Hen..” kudengar Anna berkata sambil berdiri dan mengambil dildo yang lain.
Warnanya sempat kulihat.. ungu. Dengan bentuk sedemikian rupa.. sehingga urat-urat pada batangnya tampak menonjol.

Anna mengambil minyak dari dalam laci dan dilumurinya dildo tadi.. lalu naik kembali ke atas ranjang.
Tetapi berbeda dengan Henny.. ia kini mengarahkan dildo yang ia pegang ke liang analku..!!

Tak lama kemudian kurasakan dildo tersebut memasuki liang analku.
Mula-mula terasa agak sakit.. sebab lebih besar daripada yang dipakai oleh Arie.
Tetapi karena pelumas yang sudah dilumuri pada dildo tersebut.. maka dildo itu berhasil melesak masuk ke dalam analku.

Anna memasukkan masih sedikit ke dalam analku.. tetapi begitu ia melihat
Arie semakin kuat menggerakkan pinggulnya.. akibat hujaman penisku..

Ditambah dildo yang dipegang Henny masuk-keluar analnya..
ia terangsang untuk memasukkan dildo ke dalam analku semakin dalam.

Rasa panas akibat masuknya dildo itu ke dalam analku tidak kupedulikan lagi..
Sebab sudah dikuasai oleh rasa nikmat yang tak lama lagi akan melanda diriku.
“Rii, aku hampir dapat sayang.. aaaakhhh..” erangku sambil menggeliat-geliat di bawah tubuh Arie.

“Ya sayang, kita bareng ya..? Ganas betul dua orang ini mengerjai kita.. ooohhh nikmatnya..!!” Desah Arie..
sambil menghentakkan tubuhnya lebih kuat lagi.. lalu dengan satu hantaman kuat vaginanya menancap dalam-dalam..
menelan seluruh batang penisku.. hingga kurasakan testisku agak sakit tertekan oleh kedua belah pahanya.

“Aaaahhhhh.. ooooooouuggghhh.. ssshhhh.. uuuuuhhhh..!!” Jeritnya sambil melepaskan cairan kenikmatan..
Yang kurasa membasahi penisku dalam vaginanya.

Merasakan denyutan nikmat meremas-remas penisku.. tak kuasa lagi kutahan.. crttt.. crrttt.. crrttt.. crrttt..!!
Semprotan spermaku begitu kuat memasuki vagina Arie. "Errrgghhhh..!!" Aku mengerang dahsyat..
dibarengi kenikmatan oleh keluarnya spermaku dan hujaman dildo yang dipegang Anna pada analku.

Kami berdua berpelukan sambil tetap merapatkan badan satu sama lain.
Dildo yang dipegang Anna dan Henny masih tetap berada pada tempatnya. Kemudian keduanya bertepuk tangan..
“Hebat, hebat, kini kita bisa tentukan siapa pemenang yang paling hebat..” Plok, plok, plok..!! Bunyi tepukan tangan mereka.

Kuciumi bibir Arie. Arie balas mencium sambil menggigit mesra bibirku.
“Kamu hebat Gus, baru kali ini kutemukan lawan yang seimbang. Terimakasih sayang..” pujinya berbisik di telingaku.

Penisku masih sempat mendapatkan ciuman dan lumatan dari lidah dan bibir Anna dan Henny.
Setelah itu, mereka menjilati vagina Arie yang basah kuyup oleh spermaku dan cairannya sendiri.

Keringat meleleh membasahi sekujur tubuh kami berdua. Anna mengambil handuk kecil dan disekanya tubuhku dan tubuh Arie.
Kami berempat kembali terbaring sambil tersenyum menenangkan nafas yang sempat gemuruh memenuhi dada.
Kulirik ke arah dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 dinihari.

Anna merebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang terlentang..
Sementara Henny yang bertubuh lebih kecil memeluk Arie dalam posisi miring.
Kami pun tertidur lelap hingga bangun ketika cahaya matahari mulai terasa memasuki kamar tersebut.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------

Cerita 094 – Antara Nafsu dan Cinta..!!

Chapter 4 – Dua Bidadari

Meskipun tampak
Anna sangat cinta kepadaku.. tetapi suaminya tidak pernah cemburu.
Mungkin karena keinginan mereka untuk mendapatkan anak.. sedangkan Dicky, suami Anna..
tidak mungkin membuahi rahimnya, karena bibitnya lemah.

Namun aku tetap menghormati mereka dan apabila ada orang lain di antara kami.. kami bersikap biasa-biasa saja.
Sehingga tidak ada kecurigaan bahwa diam-diam aku adalah suami gelap Anna..
Disamping suami resminya yang tau dan menghendaki keberadaanku di antara mereka.

Suatu pagi Anna meneleponku agar menginap di rumahnya..
sebab Dicky mendadak diminta berangkat ke Surabaya selama 4 hari.
“Dicky memintamu untuk menemaniku selama ia ke Surabaya..” katanya.

Aku bekerja seperti biasa, dan karena sibuk, aku lupa apa yang ia minta pagi itu.
Sekitar pukul 16, saat jelang pulang kantor, HP-ku berbunyi, kudengar suara Dicky..

“Gus, ini aku, Dicky. Aku sudah di Surabaya. Tolong temani Anna dong, kasihan ia sendirian.
Memang ia sudah minta keponakannya Sinta datang menemani, tapi Sinta bilang belum pasti..
karena ia sibuk mau ujian semester sebentar lagi..”

Aku ingat, Anna pernah cerita tentang ponakannya, Sinta, mahasiswa semester 7 suatu perguruan tinggi swasta.
“Wah.. aku sibuk benar, pulang-pulang malam beberapa hari ini..” kataku.

Memang banyak pekerjaan menumpuk di perusahaanku dan pulang paling cepat pukul 19..
tetapi untungnya sekarang aku punya asisten yang bisa dipercaya.. namun kadang-kadang aku kurang yakin..
sehingga turun tangan sendiri.

“Tapi, oke deh.. kalau asistenku bisa handle kerjaanku, kuusahakan nanti..” kataku memberi sedikit harapan.
“Oke sobat. Sorry, merepotkan melulu.
Sssttt.. aku nggak tau nih, kemarin Anna bilang ia udah seminggu telat, apa positif ya..?” Katanya agak berbisik.

“Wah.. bagus dong, ntar lagi kalian bakal dapat momongan..” kataku, walaupun dalam hati ada rasa tak enak..
sebab jika benar begitu, berarti itu adalah benihku, sebab dokter sudah menyatakan Dicky sulit menghamili Anna.

“Maaf lho, cuma pesan aja, mana tau benar, biar kalian jaga-jaga kalau ntar malam kumpul.
Oke gitu dulu ya, aku udah ditunggu Kepala Cabang Surabaya nih. Bye..” katanya menutup percakapan kami.

Setelah memanggil asistenku dan menjelaskan bahwa aku puas dengan kinerjanya..
dan ingin mempromosikannya lebih jauh.. maka kukatakan agar ia lebih serius menangani tugas kami.
Kubilang ada saudara yang harus kutemani beberapa malam, hingga tidak pulang malam seperti hari yang sudah-sudah.

Tentu saja asistenku merasa bangga atas kepercayaanku dan mengiyakan apa yang kuminta..
tetapi tetap saja kudekati rekan kerjaku satu bagian agar diam-diam mengamati kerjaannya.
Aku pun bisa pulang lebih awal.
------ooOoo------

Pukul 17 aku pulang, sudah tidak sabar bertemu Anna. Kuhitung-hitung, hampir sebulan tidak ketemu mereka.
Saat baru keluar kantor, HP-ku berdering, saat kuangkat terdengar suara Anna..

“Gus, udah pulang belum.? Kamu langsung ke rumahku ya..? Ntar mandi di sana.
Besok kerja pakai baju Dicky aja..” pintanya.
“Oke deh, tapi aku mampir dulu ke rumah, nyalain lampu teras..” kataku.

Setelah mampir menyalakan lampu, aku naik motor Hondaku ke rumah mereka.
Jam tanganku menunjukkan waktu hampir pukul 20 ketika tiba di sana.

Dengan kunci gerbang dan pintu rumah yang mereka berikan kupegang..
aku tidak perlu menunggu Anna membukakan pintu bagiku.

Setelah mematikan sepeda motor, kubuka gerbang dan mendorong motor ke samping rumah mereka.
Aku menuju pintu depan dan kuambil kunci, tetapi ketika akan kubuka.. ternyata pintu tidak terkunci.

Aku masuk tapi rumah itu tampak sepi, suara TV terdengar agak keras di ruang tengah/keluarga. Aku menuju ke sana.
Kupanggil Anna, tidak ada sahutan. Mungkin ia tertidur.. pikirku sambil melangkah ke arah kamar tidur mereka.

Saat ada di depan pintu kamar yang agak terbuka.. kudengar desahan-desahan suara perempuan..
Wah.. jangan-jangan Anna sedang birahi, hingga masturbasi..! Kataku dalam hati.

Tetapi setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata bukan hanya suara seorang perempuan, tetapi dua orang.
Oh.. mungkin si Henny lagi main sama Anna nih..? Kucoba mengintip dari celah-celah pintu yang sedikit terbuka.

Tampak di temaram lampu kamar tidur.. Anna dalam keadaan berdiri.. sedang berciuman dan berpelukan..
dengan seorang perempuan lain.. lebih tinggi daripada dia.. sehingga kupikir tak mungkin Henny.
Lho.. siapa lagi teman Anna kali ini..? Apa Dicky tau..? Tanyaku pada diri sendiri.

Perempuan lain yang bersama Anna mengenakan celana panjang.. tetapi baju atasnya sudah tersingkap hampir lepas;
Sedangkan Anna sudah bertelanjang dengan handuk yang terjatuh di dekat kakinya.

Wajahku memerah.. tetapi agar mereka tidak tau aku sudah mengintip.. aku berjingkat-jingkat ke pintu depan..
Pura-pura baru datang dan berteriak memanggil nama Anna dan berdiri di ruang tamu.

“Annnn, Anna..! Di mana sih nih orang..?”
“Eh udah datang Gus..? Duduk dulu ya, aku sedang ganti baju di kamar..!” kudengar suara Anna.

Tak berapa lama kemudian Anna sudah keluar kamar dengan mengenakan daster..
Sedangkan perempuan yang bersamanya tadi mengikuti dari belakangnya.

Terdengar Anna berkata padaku.. “Gus, ini Sinta, ponakanku yang masih kuliah.
Dia bilang tadi tidak bisa datang, eh ternyata jadi datang. Sin, ini Agus, teman SMU Tante dulu..”

Kusambut tangan halus si perempuan sambil menyebutkan namaku.. “Agus..”
“Sinta..” katanya sambil tersenyum manis dengan lesung pipit di pipinya.

Kami agak lama bersalaman, hingga Anna menyadarkan kami..
“Sinta baru juga datang, belum ada setengah jam. Kamu pasti belum makan, ya kan Gus..? Kita makan dulu yuk..!”

“Pelit amat sih An, koq punya ponakan cantik tidak pernah dikenalin..?”
Kataku seolah menyesali sambil berjalan ke arah ruang makan mendahului mereka.

“Ponakanku ini kan sibuk melulu, bisa diitung dengan jari berapakali ia kemari..” papar Anna.
“Idiiihh Tante, namanya juga anak sekolah, kan waktunya habis buat belajar..” Sinta membela diri.

Kami makan bertiga. Usai makan kami duduk di ruang tengah sambil makan buah anggur.
Kata Anna.. “Gus, Sinta ini udah kayak adikku sendiri walaupun masih terbilang ponakan jauh.
Cuma dia yang ngerti hidupku dan suka memberikan support..”

“Ah, Tante bisa aja. Apa nggak kebalik tuch..?
Kan Tante dan Oom Dicky yang selama ini membantu kuliah Sinta..?” Tangkis ponakannya.

“Itu sih tak seberapa dibanding perhatian kamu yang suka menjadi tempat Tante Curhat..”
Kata Anna sambil mengganti acara TV dengan video.

Ia mengambil BF dari rak dan setelah duduk di samping Sinta..
Kami bertiga menikmati buah anggur sambil menonton film itu.

Entah sudah disengaja..
Anna menyetel film di mana seorang lelaki berciuman dan berpelukan dengan dua orang perempuan.
Adegan berikutnya tidak lain menuju pada permainan threesome.

Si lelaki menciumi bibir salahsatu perempuan.. sedangkan perempuan yang lain menciumi payudara temannya..
turun ke perut dan pahanya lalu lama menciumi vagina temannya itu.
Tangan kanan Anna kulihat sesekali diletakkan di paha kiri Sinta.

Aku melirik Sinta, entah ia tau kulirik atau tidak.. ia tetap menatap ke layar TV sambil menikmati anggur.
Tubuh Anna semakin merapat ke tubuh Sinta dan wajahnya mendekati leher Sinta.

Anna tidak menghentikan aksinya.. malah mulai menciumi pipi dan leher Sinta..
Bahkan beberapakali mencuri-curi cium bibir Sinta.

Sinta membalas ciuman Tantenya, agak lama mereka berciuman.
Anna menciumi leher Sinta..
hingga membuat Sinta mendesah dengan tatapan mata sayu menatapku penuh arti.

Ciuman panas Anna semakin turun ke bagian atas payudara Sinta dan jari-jari Anna turut bekerja..
merabai dan mengelus-elus wajah, pipi, punggung dan pinggul Sinta.

Tangan Sinta tak mau ketinggalan, melakukan aksi yang sama terhadap Tantenya.
Mereka berdua berbuat begitu seolah-olah tak ada orang lain lagi bersama mereka.
Desahan mereka semakin kerap terdengar.

Kulirik Anna sudah melabuhkan bibir dan lidahnya pada payudara kiri Anna yang sudah terkuak dari cup BH-nya..
sedangkan payudara kanannya diremas-remas jari-jari tangan kanan Anna yang memeluk lewat belakang tubuh Sinta.

Sekilas kulihat ukuran payudara yang membusung milik Sinta. Glekk..!! Aku menelan ludah.
Kubayangkan betapa nikmatnya mengisap putingnya..
Pastilah payudara itu lebih kenyal daripada milik Tantenya yang sudah kawin sekian tahun.

Berikutnya.. jari-jari Anna dengan lincahnya sudah memelorotkan baju atas Sinta..
Dan BH-nya pun dibuka tanpa perlawanan. Lidah dan bibir Anna semakin turun ke perut Sinta.
Sambil menciumi perut ponakannya, Anna berkata padaku.. “Gus, koq nonton aja..? Tidak mau gabung nich..?”

Aku berdiri dan mendekati mereka. Pertama-tama kucium bibir Sinta.
Untuk ukuran mahasiswi kurasa sudah begitu mahir ia memagut bibirku.

Aku agak menahan diri tidak berlama-lama ciuman..
Tapi kedua tangan Sinta langsung memegang belakang kepalaku dan menarikku untuk berciuman lagi.

Lidahnya menjulur dan masuk ke dalam mulutku. Kubalas dengan lilitan lidah yang tak kalah panasnya.
Lalu ia mengarahkan bibir dan lidahnya ke pipi dan belakang telingaku..
sambil kedua tangannya merabai dadaku dan perlahan-lahan membukai kancing bajuku.

Setelah bajuku berhasil ia tanggalkan, bibirnya menciumi dadaku dan mencari putingnya.
Lidahnya menggelitik dan giginya kadang-kadang mengigit lembut. Geli rasanya tetapi nikmat.
Pintar juga gadis ini.. batinku.. lmunya mirip Tantenya..

Kulihat di bawah.. Tantenya mulai merabai pinggul Sinta dan berusaha membuka celana panjangnya.
Sinta menggerakkan pinggul dan pantatnya memberikan kesempatan Tantenya menurunkan celananya.

Anna ternyata tidak hanya membuka celana panjang Sinta.. tetapi juga celana dalam Sinta yang berwarna merah.
Kulirik sekilas ke bawah, kuperhatikan vagina Sinta ditumbuhi sedikit rambut, persis seperti Anna.

Anna menciumi paha Sinta dan entah apa yang ia lakukan.. hingga Sinta makin kuat merintih.
“Sssshhhh.. ya.. ya.. gitu Tante, aaahhhh.. Ooooohhh.. enak banget sayang.. aaakhhhh.. ssshshhh..”

Bibir Sinta terus bermain di dadaku.. habislah kedua putingku digigitinya..
Walaupun sedikit sakit.. tapi rasa nikmat yang ditimbulkannya lebih besar mengalahkan rasa sakit itu.

Sambil memegang pinggangku dengan kedua tangannya agar menaikkan tubuhku..
Jilatan lidah dan bibir Sinta pada dadaku semakin turun ke perut.

Dengan lincah tangannya bergerak ke arah celanaku dan membuka ikat pinggangku.
Setelah berhasil membuka ikat pinggang.. ia menurunkan ritsleting celanaku..

Hingga penisku yang sudah tegang sejak melihat mereka berdua di kamar..
tak dapat menyembunyikan diri lagi kecuali dibalut celana dalamku.

Sambil menurunkan celana panjangku.. bibirnya ia arahkan pada penisku yang masih terbungkus celana dalam.
Sesekali ia arahkan bibirnya memagut kepala penisku.. lalu batangnya pun dikerjai oleh mulutnya..
sambil jari-jarinya menyusup masuk lewat bawah dan merabai testisku.

Lama berbuat demikian.. sambil mendesah menikmati permainan Anna pada vaginanya..
kemudian dengan sekali sentakan, ia lepaskan celana dalamku.. hingga aku tak mengenakan sehelai benang pun.
Kini kami berdua benar-benar telanjang bulat, sementara Anna masih berpakaian.

Tiba-tiba Sinta menarik lengan Anna ke atas dan mendorong tubuh Tantenya sambil berkata..
“Tante curang, kami udah buka semua, tapi Tante belum apa-apa..!”

Anna baru berdiri tegak.. ketika Sinta memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya tanpa dapat ditolak.
Mereka berciuman lama dan jari-jari Sinta mulai mencoba membuka daster Tantenya.

Aku tak mau ketinggalan.. aku berlutut di dekat mereka dan merabai tumit Anna..
semakin naik ke betisnya dan mengelus-elus pahanya, makin ke atas hingga ke pangkal pahanya.

Saat jari-jariku sampai di situ, aku sadari bahwa Anna tidak mengenakan celana dalam sama sekali.
Vaginanya terasa mulai lembab.. dan kucari tonjolan kecil di atas vaginanya.
Ketika jari-jariku menemukan klitorisnya, Anna memekik lirih.. “Aaaahhhh.. sssshhh.. enak Gus..!”

Kedua tangan Sinta menarik daster Anna ke atas.
Kutoleh ke arah atas, daster itu dibuka Sinta dan dilemparkan ke sofa.

Kulihat Anna kini sudah sama-sama telanjang dengan kami berdua.. sebab ternyata ia tidak pakai BH pula.
Sinta tidak lagi mencium bibir Anna, tetapi sudah merabai dan mengisap puting payudara Anna.
Kupastikan Anna takkan kuat berdiri sebentar lagi karena diserang dari dua arah.

Demi memastikan dugaanku.. kuarahkan lidah dan bibirku pada klitoris dan vagina Anna.
Sentuhanku membuat Anna menggeliat-geliat. “Aaaaahhhh.. ssssshhhh.. eeehhh.. mmmpppfff.. uuuhhhh..”

Makin lama tubuhnya tak kuat lagi berdiri dan perlahan-lahan turun ke dekatku.
Kupeluk tubuhnya sambil mencium bibirnya dan meremas payudara dengan putingnya yang sudah tegang.

Kuarahkan bibirku pada payudaranya, kuisap dengan lembut..
tetapi kedua tangannya malah menekan belakang kepalaku kuat-kuat ke dadanya.

Isapan bibir dan jilatan lidahku semakin kuat, hingga putingnya dan sebagian payudaranya kutelan dalam mulutku.
Meskipun payudara Anna tidak terlalu besar, tetapi jika kumasukkan ke dalam mulutku, masih tersisa sebagian di luar.

Sinta melihat aksi kami berdua, menambah panas suasana dengan membalas dendam mencium vagina Tantenya.
Anna kini terbaring di karpet diserang oleh ponakannya dan 'suami gelapnya'.
“Oooouhhhh.. aaaahhh..” desahnya di sela-sela gelinjang tubuhnya.

Tiba-tiba ia berdiri dan menarik tangan kami berdua.. “Kita ke kamar aja, biar lebih enak..”
Kulepaskan tangannya membiarkan mereka duluan ke kamar..

Setelah mematikan video dan memunguti pakaian-pakaian kami yang bertebaran di sana-sini, kuikuti mereka ke kamar.
Sesampainya di kamar.. kulihat mereka berdua sudah berbaring di ranjang dalam posisi enam sembilan.
Anna di bawah, sedangkan Sinta di atasnya.

Desahan keduanya silih berganti mengiringi permainan bibir..
lidah dan jari-jari mereka saling merangsang dan mengajak mencapai kenikmatan.
Aku duduk di rias Anna sambil melihat aksi mereka berdua.

Desahan mereka semakin kuat.. apalagi ketika kulihat bukan hanya lidah dan bibir Sinta beraksi..
di vagina dan mengisap sesekali klitoris Anna, tetapi juga menusuk-nusuk liang analnya.

Mungkin Anna berbuat serupa pada ponakannya..
sebab mata Sinta sampai membeliak-beliak di sela-sela aksinya terhadap Tantenya.

Aku beranjak ke arah kepala Anna. Kulihat lidah Anna terjulur memasuki liang vagina Sinta..
sedangkan jari telunjuk kanannya masuk keluar anal Sinta.

Tanganku ikut membantu Anna.. meremas-remas pantat Sinta dan sesekali melakukan gerakan menampar..
Hingga Sinta mengaduh nikmat. Setelah itu.. aku kembali mendekati kepala Sinta yang masih terus melakukan aksinya.

Merasakan kehadiranku di dekatnya membuat Sinta mengulurkan tangan dan menarik pahaku agar mendekat.
Kini bibir dan lidahnya mendekati penisku dan menciumi penisku.

Mula-mula lidahnya mengait-ngait lubang kencingku dan menciumi leher penis..
Jilatannya turun ke batang penis hingga pangkal paha..
berhenti di sana lalu lidahnya menggelitik sela-sela pahaku hingga kurasa geli.

Lalu tangannya memegang batang penisku dan memasukkan kepala penis ke dalam mulutnya.
Topi bajaku habis diisap hingga lehernya, lidahnya bermain keliling kepala penis yang amat peka dengan sentuhan.
Sambil menyedot kuat-kuat kepala penisku.. lidahnya bermain-main menjilati kepala dan leher penisku.

Rasa nikmat semakin melandaku. Rasanya permainan mereka dan isapan Sinta membuatku makin terangsang hebat..
tetapi aku tak ingin menyerah kalah oleh sedotan mulutnya.

Kulepaskan isapannya dan kupagut bibirnya sambil sebelah tanganku meremas-remas kedua payudaranya..
dan tanganku yang lain merabai vagina Anna. Kemudian kumintakan ijin Anna..
kutarik lengan Sinta ke arahku hingga tubuhnya terangkat dari atas tubuh Anna.

Kutempatkan dirinya tepat di atas tubuhku sedemikian rupa.. hingga penisku tepat berada di gerbang liang kenikmatannya.
Sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas payudaranya, kurabai kedua belah pantatnya.

Sementara itu, kurasakan tangan Anna memegang dan mencium penisku..
Lalu dengan perlahan-lahan ia arahkan penisku tepat berhadapan dengan vagina ponakannya.

Merasakan kepala penisku sudah tepat di depan vaginanya..
Sinta mulai menurunkan tubuhnya.. hingga vaginanya mulai menelan penisku.

Slebbbb..!! Gerakannya masih perlahan.. Tetapi ketika ciumanku makin turun ke leher dan payudaranya,,
Ia semakin menggelinjang. Putingnya kuisap bergantian kiri dan kanan.

Kucoba memasukkan seluruh payudara kanannya ke dalam mulutku tapi tak berhasil.
Kugigit-gigit lembut putingnya dan bongkahan payudaranya yang membusung.

Hmm.. Lebih kenyal dan lebih putih daripada payudara Anna. Kedua tanganku kugunakan meremas-remas pantatnya.
Jari-jari telunjukku kupakai sesekali mengait-ngait bagian belakang vaginanya.. mengambil sedikit cairannya yang menetes di sana.

Cairan itu kubalur seputar liang analnya.. dan mulailah jariku mengait-ngait analnya.
Masuk keluar perlahan-lahan, dan setelah mendapat pelumas yang cukup, jariku masuk lebih dalam hingga Sinta merintih..
“Oookkkhh, enak banget Gussss???? Sssshhh.. aaaakkhhh.. Uuuukkkhhh..”

Anna mendekati kepala Sinta dan menciumi bibirnya sambil meremas-remas pantat Sinta, yang analnya terus kumainkan.
Dengan serangan mulutku pada payudaranya.. Anna pada bibirnya, tanganku pada analnya..

Dan yang terutama.. penisku pada vaginanya, membuat Sinta melolong semakin tinggi..
“Aaahhh.. uuuuhhh.. sssshhhh.. ooooouuuggghh..!!”
Gerakan pinggulnya semakin kuat menghentak naik turun di atas perutku.

Kuangkat pinggul dan pantatku menyambut gerakan tubuhnya hingga tubuhnya terangkat lebih tinggi..
membuat penisku menghujam dalam-dalam ke vaginanya.

Hal itu kulakukan beberapakali.. hingga beberapa saat kemudian ia menjerit.. “Gussss.. aku dapet.. aahhhhh..!”
Kurasakan aliran darahku memompa dahsyat ke dalam penisku..

Dan dengan erangan yang kuat kumasukkan penisku sedalam-dalamnya ke iang vaginanya..
Sambil kubisikkan ke telinganya..
“Sama-sama sayang, aku juga sudah sampai.. aaaaahhhhh.. Aku cabut ya..?” Tanyaku.

“Jangan.. biarin aja. Aku lagi nggak subur koq. Ahhhh.. oooouggghh..!!”
Desisnya sambil menahan tubuhku agar tidak melepaskan diri dari himpitan tubuhnya.

Crattt.. cratt.. crattt.!! Semprotan spermaku kurasakan berlangsung sangat kuat..
Dan rasanya begitu banyak cairan yang keluar bercampur dengan cairan vaginanya.

Anna yang melihat kami berdua sudah orgasme.. sekonyong-konyong beringsut ke arah bawah tubuh kami..
Kemudian menjilati cairan yang meleleh di sela-sela paha kami berdua. Slrupp.. slrupp.. slrupp..

Habislah cairan vagina Sinta dan spermaku dijilatinya. Lalu ia mendekati Sinta dan berbagi cairan itu sambil berciuman.
Aku memandangi mereka berdua berciuman di bawah himpitan tubuh Sinta.

Penisku kutekan ke atas.. hingga membuat Sinta mendongakkan kepala dan mengerang..
“Aaaaaahhhh Gussss.. kau apain lagi memekku, sayang..??”
Aku tidak menjawab selain menghujamkan dalam-dalam penisku.

Usai berciuman.. tiba-tiba Anna menarik tubuh Sinta dari atas badanku..
Kemudian ia memintaku menyetubuhinya dengan posisi nungging.

Ia lantas menelungkup dengan pantat yang agak terangkat ke atas..
hingga tampak vaginanya menampakkan pemandangan yang sangat indah.

Kuamati vaginanya, sedikit basah rambutnya, pertanda cairannya pun sudah mulai banyak menetes di dalam.
Kupegang kedua pinggulnya.. plepp.. perlahan-lahan kuarahkan kepala penisku ke lubang vaginanya.

Slebbb..!! Saat masuk hingga leher penis.. slepp.. kucabut lagi.. clebb.. kumasukkan lagi.. slepp.. cabut lagi..
Demikian seterusnya.. hingga ia merintih sambil memohon.. “Gus, jangan siksa aku sayang..! Masukin semuanya dongggg..!”

Pantatnya ia dorong ke belakang agar penisku masuk semakin dalam..
Tetapi aku justru menarik pantatku hingga usahanya tidak berhasil.

“Iya nich, koq jahat banget sih sama Tanteku..?”
Usik Sinta sambil meremas-remas payudara Tantenya dan mencium bibirnya.

“He.. he.. he.. kita kan menunggu momen yang tepat..” kataku bercanda..
sambil meremas-remas pantat Anna dan kembali mendekatkan penis ke vaginanya.

Jlebb..! Kutekan penisku memasuki vaginanya dan tidak kutolak ketika pantatnya mundur agar penisku masuk makin dalam.
Tekanan pantatku ke depan dan mundurnya pantatnya membuat penisku makin dalam merambah ke vagina Anna.

“Ooooohhh, nikmatnya Gusssss.. Rasanya seperti sudah seabad tidak main denganmu, sayang..!!!” Desisnya.
Aku hanya tersenyum mendengar gurauannya di sela-sela birahinya yang semakin memuncak.

Kugerakkan pantatku makin kuat hingga penisku masuk keluar dengan mantap.
Sedangkan Sinta di atas sana menyorongkan vaginanya untuk diciumi lagi oleh Tantenya.

Ia berbaring hingga Anna dapat leluasa mencium dan menjilati vaginanya.
Rintihan kedua perempuan itu beradu kuat membuat aku makin terangsang dan mempercepat gerakan tubuhku.

“Lagi Gus, lebih kuat lagi.. Ayo donggg..!!!!” Rengek Anna. Clebb. clebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb..!!
Hentakan penisku sedalam-dalamnya kulakukan beberapakali membuat kepala Anna mendongak.

Sinta yang melihat Tantenya semakin tinggi mencapai puncak kenikmatan..
bangkit dan dengan sedikit mengangkat tubuh Tantenya, ia masuk di bawah tubuh Anna dengan kepala terlebih dahulu..
hingga akhirnya kepalanya tepat berada di bawah vagina Anna.

Diperhadapkan pada keadaan begitu, Anna semakin birahi.
Ia ciumi habis-habisan vagina Sinta yang ada di bawahnya, sedangkan klitorisnya diciumi dan dijilati Sinta dari arah bawah.

Sesekali kurasakan bibir dan lidah Sinta mencium dan menjilati penisku saat berada di luar vagina Anna.
Serangan Sinta tidak hanya pada kemaluan kami berdua, tetapi tangannya bermain meremas-remas pantat dan payudara Anna.

Akhirnya tak kuat lagi menahan diri, Anna menjerit saat mencapai orgasme..
“Aaaaakkkkhhh, aku dapet.. Oooooohhhhh.. Uuuuuhhhh.. SSSSsssshhhhhh.. Aaaaaaahhhhh..!”

Cairan vaginanya terasa semakin banyak membanjir membasahi penisku..
Dan jilatan lidah Sinta dari bawah membuat penisku kembali memuntahkan peluru disertai geramanku..

“Anna sayang.. aku juga nih.. Oooooohhhhhh..!!!” Tubuh Anna menjatuhi Sinta..
Apalagi tubuhku turut menindih dari atas.. membuat Sinta megap-megap dan melepaskan diri dari himpitan kami..

“Gila.. ada dua gajah ngamuk di atasku..!” Candanya sambil mencari penisku dan menjilatinya hingga bersih.
Setelah itu, ia dekati vagina Tantenya dan melakukan hal yang sama.

“Wah dinas kebersihan melakukan perannya..!!” Seloroh Anna sambil menikmati perbuatan ponakannya.
Kami bertiga tertawa dan kemudian berbaring bersisian dalam keadaan telanjang.
Aku di tengah, sedangkan Sinta di kananku dan Anna di kiriku.

Sesekali kami bertiga berciuman, lidah kami bertemu dan berpagutan dengan ganasnya sambil berpelukan.
Setengah jam kemudian Sinta minta aku menindih tubuhnya dari atas dengan posisi klasik.

Kedua tangannya memegangi kedua pergelangan kakinya..
hingga pahanya terpentang lebar dan memperlihatkan vaginanya yang indah.

Clebb..!! Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya sambil menaruh kedua kakinya ke atas pundakku.
Hal itu membuat penisku masuk lebih dalam.
Anna melihat kami sambil bertepuk tangan.. “Hebat, kalian berdua cocok nich, sama-sama kuat..!”

“Ah, Tante bisa aja.. aaaakhhhh.. Oooouuugghhh..!! Tante malah lebih kuat lagi..
Bisa melayani dua laki-laki sekaligus pada waktu yang bersamaan..!” Katanya di sela-sela desahannya.

Aku tersenyum sambil meneruskan aksiku memasuk-keluarkan penis ke dalam vagina Sinta.
Pasti tidak ada rahasia lagi di antara mereka ini, sebab Sinta pun sudah tau rahasia kami bertiga, Tante, Oomnya dan aku.

Kali ini Sinta agak lama mencapai orgasme..
hingga aku terheran-heran sebab segala cara sudah kupakai agar ia mencapai puncak.
Usai gaya klasik, kuserang vaginanya dengan posisi miring dengan posisinya berbaring..
kaki kirinya berada di bawah paha kananku, sedang kaki kanannya kupegang sambil berlutut memasukkan penisku.

Setelah itu, kumiringkan tubuhnya dan kuserang dari arah belakang.
Setelah itu, aku berlutut dan kutarik tubuhnya berlutut menindih aku dalam posisi berhadapan.

Sambil memasukkan penis, kuciumi bibirnya dan kuremas-remas kedua payudaranya.
Ia masih bertahan.. sehingga akhirnya kutelungkupkan tubuhnya dan kuserang vaginanya dari arah belakang.

Kedua belah pantatnya kupegangi kuat-kuat, kuremas, lalu setelah posisi penisku mantap berada di dalam vaginanya..
kedua pundaknya kupegangi dengan tanganku agar maju mundur mengikuti gerakan penisku.

Kali ini ia tidak dapat lagi bertahan.. rintihannya semakin meninggi..
Apalagi Tantenya mengambil posisi di depannya dan mengerjai payudaranya.

Kuambil alih permainan bibir dan lidah Tantenya dengan meremas-remas kedua payudaranya dari belakang..
sambil terus menghentakkan penisku maju mundur dari belakang pantatnya..
hingga kemudian Anna cukup puas hanya dengan memagut bibir Sinta.

Pantatnya semakin kuat terdorong ke belakang.. menyambut penisku yang maju mundur dengan kuatnya.
Dan dengan suatu sentakan kuat.. Jleghh..!! Kutanamkan penisku ke dalam vaginanya..

Hingga kurasakan di ujung vaginanya kepala penisku menyentuh sesuatu yang berdenyut-denyut meremas-remas lembut.
Sedangkan dinding vaginanya meremas-remas batang penisku sambil mengeluarkan cairan yang semakin banyak.

“Aku dapet lagi Tante, ooouuuggghhh..!!” Rintihnya panjang.. seraya memegang belakang kepala Tantenya..
Sambil mencium kuat-kuat bibir Anna. Anna menyambut ciuman itu sambil meremas-remas payudara Sinta.

Sinta menjatuhkan tubuhnya menelungkup dan kutindih dari atas..
sambil membiarkan penis masih berada di vaginanya. Setelah itu.. kuangkat tubuhku berbaring di sampingnya.

Anna yang melihatku sudah berbaring terlentang..
merebahkan tubuhnya di atas tubuhku dengan posisi kepala menghadap penisku.
Diciuminya dan dijilatinya penisku sambil mengocok-ngocok batangnya.

Sinta yang menyadari aksi Tantenya bangun dan melakukan hal yang sama.
Kini kedua perempuan itu menempatkan kepala mereka dekat pahaku dan bergantian mencium dan menjilati penisku.
Kedua testisku tak luput dari sasaran mereka, kadang-kadang malah dimasukkan ke dalam mulut dan diisap.

Aku kembali mengawang karena ulah mereka.. sehingga kembali menyemprotkan sperma yang meskipun tidak sebanyak tadi lagi..
tetapi ketika keluar.. cukup menyibukkan kedua mulut mereka yang berebutan menjilati cairan yang keluar dari penisku.

Rasanya habis seluruh cairan dari persediaanku dimanfaatkan mereka berdua.
Kami bertiga berbaring sambil berpelukan dan tertidur hingga dinihari.
-------ooOoo-------

Besoknya Sinta pergi ke kampus, sedangkan aku dan Anna berangkat kerja.
Malam harinya kami habiskan lagi dengan mereguk kenikmatan bertiga.

Tiga malam berturut-turut kami melakukan permainan gila. Dan kegilaan itu semakin bertambah, ketika Dicky pulang dari Surabaya..
Ia meminta Sinta dan aku menginap semalam lagi agar ia juga tidak hanya main dengan istrinya, tetapi juga dengan ponakan istrinya.

Saat bermain berempat ini, benar-benar luar biasa.. sebab Sinta dengan penis buatan menyetubuhi Tantenya Anna..
Sementara aku dari bawah.. menancapkan penisku ke dalam anal Anna.. dan mulut Anna dipenuhi oleh penis Dicky.
Mungkin ada sedikit bakat lesbi pada diri Sinta.

Diperlakukan demikian.. membuat Anna juga ingin mencoba..
Sehingga iapun meminta aku dan Dicky memegangi tangan dan kaki Sinta..
kemudian memasukkan penis buatan yang diikat di pangkal pahanya dan berbuat seakan-akan sedang memperkosa Sinta.

Setelah itu.. Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah.
Kemudian ia minta Sinta memasukkan penis buatan tadi ke dalam analnya..
lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan.

Babak berikutnya merupakan babak di mana kudengar jeritan terkuat keluar dari mulut Anna..
saking hebatnya kenikmatan yang ia alami.
Sebab setelah ia mencapai orgasme.. Sinta berbisik padaku dan Dicky agar tidak memberikan istirahat bagi Anna.

Usai mengerjai Anna pada analnya.. aku memasukkan penisku pada vagina Anna.
Lalu suaminya menindih tubuh Anna yang memasukkan penisnya juga ke dalam vagina Anna..

Sehingga vagina Anna dimuati oleh dua penis sekaligus.. dari kedua pria yang sama-sama ia cintai.
Dan posisi teratas.. Sinta memasuki anal Anna dengan penis buatan.

Ketika itu.. jeritan Anna benar-benar luar biasa. Ia memekik-mekik nikmat..
Bahkan tak rela penis kami keluar dari vaginanya.. meskipun ia sudah orgasme.

Suaminya yang menyerah duluan, mencabut penisnya, tetapi aku masih bertahan.
Lalu meminta Sinta berbaring dengan Tantenya di atasnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna..
sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna.

Kali itu.. Anna benar-benar mengalami multiorgasme. Saking nikmatnya.. air matanya menetesi wajahnya.
Kisah ini akan kuceritakan di lain kesempatan.

Masih ada kisah lain yang juga merupakan cerita tersendiri.
Di mana Sinta menginap di rumah Anna.. saat Anna pergi keluar kota selama dua hari.
Anna sendiri yang meminta Sinta menemani Dicky dan aku.

Sinta yang tau ada sedikit sifat homo pada diri Dicky.. kemudian menunggangi tubuh Dicky..
dan memasukkan dildo ke dalam anal Dicky dan memintaku menyetubuhinya dari belakang.
Orgasme yang melanda Dicky diikuti oleh orgasme Sinta.. masih dilanjutkan lagi oleh kami berdua dengan Sinta.

Setelah melepaskan diri dari Dicky.. Sinta memintaku menggendongnya.
Lalu dengan style monyet menggendong anaknya, kami bersetubuh.

Pekikan kenikmatan Sinta keluar ketika kedua pahanya kunaik-turunkan..
sambil berjalan selangkah demi selangkah mengitari kamar Dicky dan Anna.

Di lain waktu.. Sinta yang ketagihan dengan kekuatanku dan Tantenya.. Anna, pernah berlibur bertiga ke Bali..
sewaktu Dicky workshop selama dua minggu ke Jerman. Atas saran Anna.. kami mengajak juga Henny bersama-sama kami.

Kami menginap di satu hotel dengan mengambil dua kamar.
Aku dan Anna seolah-olah suami istri, sedangkan Henny dan Sinta sekamar.

Namun malamnya.. Henny dan Sinta merayap masuk ke kamar kami.
Dan di sanalah kami berempat mereguk kenikmatan memuaskan dahaga.
Menginaplah kami tiga malam di Bali.

Dasar ketiga perempuan itu benar-benar kuat, luluh lantak rasanya badanku dikerjai tiga malam berturut-turut.
Untungnya aku rajin memelihara badan dan mengkonsumsi vitamin.. hingga mampu memuaskan mereka bertiga sekaligus.

Kisah ini akan kuceritakan lain kali.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
--------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 094 – Antara Nafsu dan Cinta..!!

Chapter 5 – Birahi dan Kenikmatan

Pengalamanku saat bermain berempat
dengan Anna dan keponakannya, Sinta membuat Dicky penasaran.
Agaknya ia mendengar dari Anna bagaimana Sinta dan aku bermain begitu rupa..

Hingga ia yang pernah juga main dengan Sinta dan Anna..
suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Sinta dan aku bermalam di rumah mereka.
Karena Sinta mau ujian semester selama dua minggu, kami tidak mengusiknya.

Kesempatan kami untuk bertemu terjadi pada suatu malam Minggu setelah Sintai selesai ujian.
Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah..
sebab masakan yang dipesan dari salahsatu restoran mahal di bilangan Jakarta ini.

Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda..
aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana.

Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek.
Anna mengenakan gaun warna biru muda.. seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi..
Gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali.. sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya.

Sinta tak ubahnya seorang putri.. memakai gaun berwarna merah muda..
ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan.. juga dengan belahan dada agak rendah..
dengan potongan setengah lingkaran.

Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Dicky..
untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah.

Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar.. tetapi cukup merangsang buatku.
Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta.

Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya.
Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah.
Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.

Dari ruang makan.. kami beranjak ke ruang keluarga.
Anna menyetel musik klasik.. sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami.
Ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta..

Sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis.. agak keras kurasa alkoholnya.
Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga..
Dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk.

Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis..
Apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata..
“Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin..?”

Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Dicky..
“Lho.. yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi.. hi….hi..”

Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku.
Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss.
Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa.

Setelah lagu tersebut berlalu.. terdengar alunan Liebestraum..
Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta..

Lalu dengan gaya seorang pangeran.. meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai..
Sementara Anna mendekatiku. Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak..

Aku menarik tangan Anna agar duduk di sampingku.. memandang suaminya berdansa dengan keponakannya.
Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa.. meskipun tak sebagus Tantenya.. ia mampu mengimbangi gerakan Dicky.

Saat alunan lagu begitu syahdu.. mereka berdua saling merapatkan tubuh.. sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta.
Di tengah-tengah alunan lagu.. wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya..
Ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai.

Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu.
Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya.
Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka.

Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky.
Mereka berpagutan sambil berpelukan erat.. kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta..
sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky.

Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.
Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai.
Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda.

Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka hemnya..
kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky.. membukai ikat pinggang dan ritsleting celana Dicky.
Maka terlepaslah celana Dicky.. ia hanya tinggal memakai celana dalam.

Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya.. membuka tali kutangnya..
hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal.

Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman.
Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam.. melainkan saling meraba, mengelus;

Bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta.
Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya..

Lalu dengan suatu tarikan.. ia melepaskan pembungkus penis tersebut.. sehingga penis Dicky terpampang jelas..
Memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang.

Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang..
hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya.. apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas..
dengan isapan.. remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya.

Sinta terduduk ke karpet.. diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang.
Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta.. mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta.

Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan.
“Dick, ayo sayang.. ooooohhhh.. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh.. nikmat sekali.. aaakkkhhhh..!!”

Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai..
sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa.. ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta.

Slebb..!! Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan.. maju mundur..
sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.

Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibirku.
Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka.

Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku.. lidahnya bermain di sana-sini..
membuat birahiku semakin naik.. apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku.

Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah.. “Ayo dong Gus..?”
“Tenang sayang.. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya.

Tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka.
Kami tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang.

Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.
“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang..?” Tanya Anna menggoda sambil berbaring.
“Udah berapa minggu nich.. kangen pada tubuhmu..” jawabku sambil mendekati dirinya.

Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka..
sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya.

Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang..
Apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang.

Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan..
kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain.

Pakaian kami sudah terlempar ke sana ke mari. Ciuman bibir.. elusan jari-jari dan bibir.. remasan tangan..
jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku.
Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain.

Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya.
Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati.. klitorisnya kukait dengan lidah..
Fan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu.

Setelah tak tahan lagi.. Anna segera bangkit lalu menungging di depanku.
Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style.. posisi yang sangat ia sukai.

Sementara itu dari ruang keluarga.. kudengar rintihan Sinta dan erangan Dicky.
Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.

Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih..
“Guuussss, jangan permainkan aku..! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg..!” Pintanya.

Slebbb.. blesskk..!! Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya.
Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya.

Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitupula aku.
Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang.

Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih.
“Ahhhh.. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa.. sayangkuuuuu..!!”

Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang.
Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya.

Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya.
Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri.

Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing.. agak berlutut..
Ia tidak lagi menungging.. sementara batang penisku membenam dalam-dalam ke liang vaginanya.

Rintihan Anna semakin tinggi.. dan saat kuhentakkan beberapakali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit..
“Aaaaahhhhhh..!! Oooooggghhh..!!” Srrrrr.. srrrr.. srrrr.. ssrrrr..!! Penisku terasa diguyur cairan di dalam.

Aku tak kuat lagi menahan nafsuku.. lalu menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan.
Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya..
yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya.

Keringat bercucuran di tubuh kami.. meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.
Kemudian kami berbaring berpelukan.. aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku.

Di ruang sana tak terdengar lagi suara Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme.
Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna.
------ooOoo------

Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku.
Kubalas ciuman itu.. tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna.
Kubuka kelopak mataku.. kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku.

Mataku terbuka lebar.. sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya.
Ia membalas perlakuanku.. hingga lidah kami saling berkaitan.

Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya.
Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya.

Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky.. meraih penis suaminya yang sudah melembek.
Ia rabai dan kocok penis itu.. hingga kuperhatikan mulai bangun kembali.

Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya.. menurunkan ciumannya dan mencari dadaku.
Di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas.
Hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat..

“Kenapa, sayang..? Sakit ya..?” Tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku.
Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya.

Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan.
Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna.

Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya.
Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya.
Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok.

Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku hingga.. “Uuuuhhhh..” aku mendesah..
Sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun.

Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya.
Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar.
Kuintip mereka.. Dicky kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.

Sinta melihat penisku makin tegang.. tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang.
Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya.

Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya..
sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Dicky masih terus menciumi paha isterinya.. ketika Sinta memegang rambut Dicky..
kemudian meminta Dicky menciumi payudara isterinya.. sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna.

Dicky menoleh sekilas ke arah Sinta.. tetapi ia tidak menolak..
dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya.

Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah.
Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna.

Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu.
Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya..
membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.

Beberapa saat dengan posisi itu.. membuat Anna kembali naik birahi.
Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping.. sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya.

Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna.. hingga kini berada di atas tubuh Sinta..
dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna.

Anna yang ada di atas Sinta.. kini.. menduduki perut Sinta..
sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda.

Desahan Anna semakin kuat.. sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya.
Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif.. tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna.

Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya.. sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna..
meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.

“Gus, masih ada lubangku yang nganggur.. ayo sayangg.. oooohhhh, nikmatnya..!!” Desahnya memohon.
Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta.. lalu kusentuh lubang analnya.

Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri.
Lalu setelah cukup pelumas.. kumasukkan penisku ke dalam analnya.

Kugerakkan penisku maju mundur.. sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman..
sedang Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian.
Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.

Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat.. Sinta agak megap-megap kulihat..
sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping.

Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna..
kemudian diarahkannya masuk ke dalam analnya.. sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku.

Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna.. memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna.
Gerakan Sinta kini aktif.. berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna.

Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya.
Kupeluk ia dari bawah.. sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya.

Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu.
Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku..
sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian.. Anna bangun dari atas tubuhku..
lalu membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.

Diperlakukan seperti tadi.. rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya.
“Mas. Gus.. pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan.. jangan berikan kesempatan buat dia..!”
Katanya memerintah kami berdua.

Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi.. mencoba meronta-ronta..
ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar..
Sedangkan Dicky memegangi kedua telapak kakinya.. sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar.

“Ah.. Tante curang.. masa' pake pasukan mengeroyok ponakannya..!?” Katanya protes.
“Biarin.. abis ponakan nakal kayak gini. Masa' Tantenya dihabisi kayak tadi..?”
Gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta.

Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta.
Sinta benar-benar tidak bisa berkutik.. meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya..
Sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya.

Puas menciumi vagina Sinta.. Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta..
lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta.

Setelah dildo tersebut masuk.. kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta..
sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya.

Sedangkan di bawah.. kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta.
Kini tanpa dipegangi oleh tangan Dicky pun.. kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya.

Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya.
Sedangkan aku.. sambil mementangkan kedua tangan Sinta.. mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya.
Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.

Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat.. terdengar semakin berubah menjadi rintihan.
Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya.

Beberapakali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta.
Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya..
Ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa.

Cuma sekitar lima menit diserang begitu.. Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih..
“Tante Annnnaaaaa, aku dapet.. aaahhhhhh.. nikmattt.. sssshhhhh.. ooouuugghhh.. aaaakkkhhh..!!”

Anna masih terus merojok vagina Sinta.. hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya..
“Tante.. udah dong, bisa pecah ntar memiawku..!! Ahhh.. sadis deh Tante..!!” Katanya.

Kami tertawa mendengar kalimatnya.. sebab tau..
mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Dicky.

Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut.
Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan.
Aku dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.

Setelah itu.. Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah..
Kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya..
Lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan.

Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak.
Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya.
Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya.

Dicky masih mau diperlakukan demikian beberapakali.. tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina 'menganggur'..
ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta.
Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta.

Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan.
Dicky paling atas menyetubuhi Sinta,..sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna..

Dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus.
Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat.. tapi kami tak peduli lagi pada kerapian.

Masih dengan napas tersengal-sengal.. Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Dicky.
Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta.. memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hujaman penisku.

Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik.. “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk..?
Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya..”
Wah.. ide yang unik.. pikirku sambil mengangguk.

Kemudian kuraih tubuh Anna.. “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang..!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan.
Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya.
Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah.

Tak lama kemudian.. Dicky mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna.
Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna..
bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam.

Mata Anna yang tadinya sayu.. mendapat seranganku membeliak.. merasakan nikmat..
akibat dimuati dua penis pada vaginanya.
Ia tak kuasa melawan.. walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan.
Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antara tubuh Dicky dan pantat Anna.

Dicky memberikan ruang gerak padanya.. dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang..
kemudian menahan berat badannya dengan kedua tangannya..
sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna.

Aku dan Dicky menghentikan gerakan.. dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna.
Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya.. Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi.
Merasakan gerakan itu.. aku mengikuti irama mereka berdua.

Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya.. bersamaan dengan kedua penis kami.
Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat..
Bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat.

Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya..
membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.

Ia tidak lagi mengerang atau mendesah.. melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat.
“Auuuhhh..!! Ooooohhhhh..!! Gila.. kalian bertiga benar-benar gila..!! Uuuukhhhh.. sssshhhhh.. aakkkkhhhh..!!”
Rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya.. menerima serangkan kami bertiga.

Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya.
Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya.. kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya.

Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya.. terutama pada bagian-bagian vitalnya.
Entah sudah berapapuluhkali penisku dan penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta.

Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya.. ia tak bisa berbuat apa-apa..
walaupun kulihat beberapakali mencoba meraih punggung Sinta..
untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang.. tapi posisinya tidak menguntungkan.

Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya..
yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.

Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memekik-mekik nikmat.. ketika mencapai orgasme.
Dicky menyusul.. ia menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya..

Tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya.. agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya.
Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya.. meskipun ia sudah orgasme.
Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.

Aku masih bertahan.. dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya.
Dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna.. sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna.

Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya.. tubuh Anna kupegangi..
agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku.

Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hujaman-hujaman nikmat..
Dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan.

Sementara Dicky berbaring di sisi Sinta.. sambil membantu Anna..
membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta.

Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta.. rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta..
hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya..
tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Dicky.

Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna..
sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya.

Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan..
dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke liang vaginanya.
Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya.

Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri.. merambah.. mengeksplorasi dinding vaginanya..
dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya.
Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.

Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh.. kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi.
Rupanya.. saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan.. tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia.

Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.
“Ooooooooogggghhhhhhhh.. Gussssss.. Uuuhhh.. Ssssshhhhh.. Sintaaaaa.. nikmatnyaaaaaahhhhhhh.. Aaaahhhhhh..!!!”
Teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya.. kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa.. air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya.
Semprotan cairannya membasahi penisku.. sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami.
Mulutnya menolak mulutku.. dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghujam agak perih di kulitku.

Dari bawah.. kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna. Sinta pun merintih..
“Tanteeeee.. aku.. juga dapeetttt nicchhhh.. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm..!!” Pujiannya keluar..
Memuji perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir.. Jleghh..!! Aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya.. sambil mengerang nikmat.. crettt.. crett.. crett..!!
Muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang.

Sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya..
sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta..
yang pahanya sudah merapat satu sama lain.. ia menjepit jari-jari dan tangan Dicky dengan kuatnya.

Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda.. sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring.
Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini..
akibat ciuman dan gigitan Dicky, aku dan mereka berdua satu sama lain.

Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi diciuminya dengan lembut seraya minta maaf..
“Gus, maaf ya.. jadi kejam gini sama kamu. Abis.. nggak tau lagi sih mau ngapain.
Yah udah.. pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku..”

Kuelus-elus rambutnya sambil berkata..
“Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu..”
Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya.
-------ooOoo-------

Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB.
Kami mandi berempat di kamar mandi.

Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa..
kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman.. menggosok..
Meraba dan meremas satu sama lain.. tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu.

Namun siangnya, usai makan.. Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya.
Dicky dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar..
Hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka.

Sinta seolah tak kenal lelah.. tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya.
Baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar..
maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang.

Jika kuhitung.. ada sekitar tigakali lagi ia orgasme.. sementara aku hanya sekali.
Tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya.

Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua.
Lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku..
Sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya.

Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya Sinta dan aku.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd